Anda di halaman 1dari 12

POKOK BAHASAN II

MINERAL

II.1 Pendahuluan
Nutrisi yang dikonsumsi manusia harus seimbang untuk memelihara fungsi
dan aktivitas normal tubuh. Nutrisi seimbang yang diperlukan manusia termasuk
protein, karbohidrat, lipid, vitamin dan mineral. Walaupun dibutuhkan dalam jumlah
terbatas, mineral memiliki fungsi yang penting terutama untuk menjaga aktivitas sel-
sel dan organ tubuh. Pokok bahasan kali ini akan membahas tentang pentingnya
beberapa jenis mineral, utamanya makromineral, dalam menjaga fungsi organ dan sel.
Selain itu, pada bab ini juga akan dijelaskan bagaimana tubuh kita meregulasi
konsentrasi mineral tersebut dalam tubuh agar tetap berada dalam konsentrasi
optimalnya sehingga tidak menimbulkan gejala-gejala klinis yang tidak diinginkan.
II.1.1 Cakupan
Pada pokok bahasan ini akan dijelaskan mengenai jenis dan fungsi mineral yang
difokuskan untuk makromineral seperti kalsium, fosfat dan magnesium. Dalam pokok
bahasan ini juga membahas regulasi tubuh dalam menjaga konsentrasi mineral-
mineral tersebut dalam darah, serta gejala penyakit yang tampak pada orang yang
mengalami defisiensi atau kelebihan kalsium, fosfat atau magnesium.
II.1.2 Sasaran pembelajaran
a. Mampu membedakan jenis-jenis mineral dan fungsi fisiologis
makromineral, utamanya kalsium, fosfat dan magnesium.
b. Mampu memahami cara tubuh meregulasi konsentrasi mineral dalam darah,
utamanya kalsium, fosfat dan magnesium.
c. Mampu menghubungkan antara timbulnya gejala penyakit dengan defisiensi
atau pun kelebihan mineral, utamanya kalsium, fosfat dan magnesium.
d. Berpartisipasi aktif dalam mengemukakan opini dan informasi
II.1.3 Perilaku awal
Mahasiwa memahami pentingnya mineral secara umum dalam tubuh manusia.
II.1.4 Manfaat Pokok Bahasan
Pokok bahasan ini memberikan gambaran mengenai fungsi fisiologis kalsium,
fosfat dan magnesium bagi aktivitas tubuh manusia apabila kadar mineral tersebut
terjaga dalam konsentrasi tertentu di dalam darah. Mahasiswa juga akan diberikan
gambaran bagaimana tubuh meregulasi konsentrasi mineral tersebut dalam darah, dan
gejala-gejala klinis yang timbul apabila konsentrasi kalsium, fosfat dan magnesium
berada jaug di bawah atau di atas batas normal.
II.1.5 Urutan pembahasan
Pokok bahasan ini akan menjelaskan hal-hal berikut:
- Pengertian mineral dan klassifikasinya secara umum
- Kalsium: sumber, dosis, distribusi dalam tubuh, fungsi fisiologis, regulasi
konsentrasi, gejala defisiensi dan kelebihan kalsium
- Fosfat: sumber, dosis, distribusi dalam tubuh, fungsi fisiologis, regulasi
konsentrasi, gejala defisiensi dan kelebihan kalsium
- Magnesium: sumber, dosis, distribusi dalam tubuh, fungsi fisiologis, regulasi
konsentrasi, gejala defisiensi dan kelebihan kalsium
II.1.6 Petunjuk Belajar
Bahan ajar dituliskan untuk memberikan penjelasan mengenai topik dan
aktivitas dalam kuliah Biokimia minggu II, sehingga dianjurkan mahasiswa membaca
pokok bahasan ini sebelum mengikuti kuliah minggu II.

II.2. Penyajian
Dalam materi kali ini, kita akan membahas tentang mineral. Sebelumnya, saya
ingin bertanya apa sebenarnya yang dimaksud dengan mineral? Pada dasarnya
mineral adalah ion-ion bisa berupa kation atau anion yang dibutuhkan oleh tubuh.
Berbeda dengan karbohidrat, lipid atau protein, mineral merupakan nutrien anorganik
karena tidak memiliki unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) didalamnya.
Secara garis besar, mineral dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu
makromineral dan mikromineral. Makromineral adalah mineral yang dibutuhkan lebih
dari 100 mg setiap harinya, sedangkan mikromineral hanya dibutuhkan dalam tubuh
dalam jumlah yang lebih kecil yaitu <100 mg setiap harinya. Contoh makromineral
diantaranya adalah kalsium (Ca), fosfor (P)/fosfat (PO4-), magnesium (Mg), Natrium
(Na), Kalium (K), Klorida (Cl). Mikromineral termasuk Kromium (Cr), Kobalt (Co),
Tembaga (Cu), Iodium (I), Besi (Fe), Mangan (Mn), Zinc (Zn), Selenium (Se),
Flourida (F) (Koolman & Roehm, 2005). Namun, topik kali ini hanya akan membahas
3 jenis makromolekul penting dalam tubuh kita, yaitu kalsium, fosfor/fosfat, dan
magnesium.

Pertanyaan:
Dari sejumlah mineral di atas, sebutkan mana yang termasuk anion dan mana yang
termasuk kation?
II.2.1 Kalsium
Kalsium merupakan mineral dengan konsentrasi tertinggi di dalam tubuh
manusia. Tubuh manusia terdiri atas 1000-1200 g kalsium yang sebagian besar
(~99%) disimpan di dalam tulang dan gigi. Sumber makanan yang mengandung
kalsium antara lain susu dan produk susu, sayuran hijau, kuning telur, ikan dan
daging. Jumlah konsumsi kalsium yang direkomendasi adalah 1200-1500 mg untuk
anak-anak dan remaja, sedangkan untuk orang dewasa kebutuhannya lebih kecil, yaitu
sekitar 800-1000 mg.

Pertanyaan:
1. Mengapa anak-anak dan remaja membutuhkan kalsium lebih banyak dari orang
dewasa?
2. Untuk apa orang dewasa membutuhkan kalsium dalam jumlah yang cukup tinggi
(800-1000g/hari)?

Kalsium yang diperoleh dari makanan akan diabsorbsi melalui usus. Proses
absorbsi kalsium dibantu dengan vitamin D aktif yang disebut calcitriol
[1,25(OH)2D]. Distribusi kalsium dalam tubuh sebagian besar terdapat dalam tulang
(~99%), hanya ~1% terdapat dalam cairan ekstraselular termasuk dalam plasma darah
dan cairan interstisial, dan juga terdapat di dalam sel (kalsium intraselular) dalam
jumlah yang sangat kecil (nm). Ekskresi kalsium paling banyak terjadi melalui feses
(~80%) dan sebagian kecil diekskresi melalui urin (~20%) (Blaine et al., 2014).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
Gambar 2.1. Metabolisme kalsium dalam tubuh manusia dewasa.
Konsumsi harian kalsium biasanya berkisar 1000 mg dan
didistribusikan dalam kompartemen tubuh (Blaine et al., 2014)

1I.2.1.1 Fungsi Kalsium


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tubuh manusia mengandung 1-2 kg
kalsium, dimana hampir 99% terletak dalam tulang. Selain sebagai komponen tulang,
kalsium memiliki fungsi lain yang tidak kalah pentingnya, termasuk: kontraksi otot,
konduksi sistem saraf dan pelepasan neurotransmitter, sebagai second messenger, dan
mengaktifasi faktor koagulasi darah (Koolman & Roehm, 2005).
Kalsium sebagai komponen tulang
Tulang merupakan jaringan konektif yang tersusun sangat rapat. Sebanyak
65% massa tulang terdiri dari garam-garam mineral, utamanya kalsium dan fosfat.
Kalsium yang terdapat dalam tulang tidak menempati tulang secara permanen, bahkan
tulang secara normal selalu mengalami perubahan bentuk (remodeling). Sekitar 5-7%
massa tulang dirombak dan sekitar 0.5 g kalsium didaur ulang setiap hari. Masuknya
dan keluarnya kalsium dalam tulang (mineralisasi dan deminaeralisasi) diregulasi oleh
paling tidak 4 jenis hormon:

1. Parathyroid hormone (PTH):


menstimulasi perombakan tulang dan
pelepasan Ca ke dalam darah
2. Calcitonin: meningkatkan penyerapan
Ca dari plasma ke tulang
3. Calcitriol: meningkatkan pembentukan estrogen
tulang dengan meningkatkan mobilisasi
Ca ke dalam tulang
4. Estrogen: menghambat pelepasan Ca

Gambar 2. 2 Hormon yang berpengaruh dalam


remodeling tulang
Peranan kalsium dalam kontraksi otot
Mungkin masih ada yang ingat tentang mekanisme kontraksi otot rangka dari
mata kuliah anatomi dan fisiologi manusia? Untuk mengingat kembali proses
kontraksi otot, silahkan klik link berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=Cjx3vSm54N8
Jaringan otot terdiri dari serabut-serabut otot. Serabut otot akan berkontraksi
pada saat menerima sinyal berupa neurotransmitter yang akan melepaskan kalsium
dari penyimpanan intraselular yang disebut retikulum sarkoplasma. Kontraksi otot
rangka dimulai pada saat filamen tebal (myosin) dan filamen tipis (aktin) saling
berinteraksi. Interaksi ini terjadi antara sisi aktif aktin dan kepala myosin. Namun,
pada saat istirahat, sisi aktif aktin tertutup oleh komponen aktin yang disebut
tropomiosin, dengan demikian sisi aktif aktin tidak dapat berinteraksi dengan myosin.
Disinilah letak peranan ion Ca2+, dimana ion Ca2+ yang dilepaskan dari retikulum
sarkoplasma akan berikatan dengan troponin (komponen lain aktin) yang akan
mengubah konformasi tropomiosin menjauhi sisi aktif aktin. Akibatnya, sisi aktif
aktin terbuka sehingga terjadi interaksi antara aktin-myosin yang menghasilkan
kontraksi otot.
Peranan kalsium dalam konduksi saraf dan eksositosis
Jaringan saraf “berkomunikasi” satu sama lain menggunakan neurotransmitter.
Proses pelepasan neurotransmitter membutuhkan Ca2+ untuk membuka vesikel yg
berisi molekul neurotransmitter yang disebut proses eksositosis.
Peranan kalsium sebagai second messenger
Kalsium intraseluler tepatnya yang dilepaskan dalam sitoplasma dapat
berfungsi sebagai “second messenger” atau senyawa perantara. Second messenger
berperan penting untuk menghantarkan sinyal untuk ligan-ligan yang tidak dapat
masuk ke dalam sel dan hanya berikatan dengan reseptor pada membran sel. Dengan
adanya second messenger, suatu ligan dapat memberikan efek dalam sitoplasma atau
pun nukleus.
Peranan kalsium sebagai koagulasi darah
Kebanyakan faktor koagulasi darah terdapat dalam darah dalam bentuk
inaktif. Ion Ca2+ dibutuhkan untuk mengaktifkan faktor koagulasi darah

II.2.1.2 Kalsium Homeostasis


Kadar kalsium dalam plasma diusahakan untuk tetap konstan antara 9-11
mg/100 ml. Untuk menjaga keseimbangan kadar kalsium dalam darah, tubuh
mengeluarkan hormon yang dapat meningkatkan atau mengurangi konsentrasi
kalsium darah. Apabila kadar kalsium dideteksi mengalami penurunan, tubuh akan
menstimulasi kelenjar paratiroid untuk meningkatkan sekresi hormon paratiroid
(PTH). Hormon PTH memiliki 3 mekanisme yang membantu peningkatan kalsium
darah: 1) PTH meningkatkan perombakan tulang oleh osteoclast dan pelepasan
kalsium dari tulang, 2) PTH meningkatkan pembentukan 1,25–(OH)2D yang
selanjutnya meningkatkan absorbsi kalsium di usus, 3) PTH meningkatkan reabsorbsi
kalsium di ginjal sehingga konsentrasi kalsium kembali meningkat.
Sebaliknya apabila kadar kalsium darah meningkat, kelenjar tiroid akan
melepaskan calcitonin yang selanjutnya menstimulasi deposit kalsium di tulang
sehingga kadar kalsium dalam darah berkurang.
Defisiensi Kalsium (hipokalsemia)
Seseorang dikatakan mengidap hipokalsemia atau rendahnya kadar kalsium
dalam darah apabila kadar kalsium darahnya menurun <9 mg/100 ml. Gejala-gejala
yang sering tampak dengan adanya hipokalsemia adalah: kejang otot, osteomalacia,
osteoporosis, pertumbuhan tidak normal dan rakitis pada anak, konvulsi, kejang otot
dan gangguan koagulasi darah.
Kelebihan Kalsium (hiperkalsemia)
Seseorang dikatakan mengidap hiperkalsemia atau tingginya kadar kalsium
dalam darah apabila kadar kalsium darahnya meningkat >11 mg/100 ml. Gejala-gejala
yang sering tampak dengan adanya hiperkalsemia adalah: Sakit dan lemah otot,
depresi sistem saraf, kalsium deposit di jaringan lunak, dan batu ginjal.

Pertanyaan:
1. Selain hipokalsemia, rakitis pada anak dan osteomalasia juga merupakan gejala klinis
bagi orang yang menderita defisiensi vitamin D. Jelaskan kaitannya dengan
metabolisme kalsium!
2. Kalsium berfungsi untuk membantu terjadinya kontraksi otot serta dan konduksi
saraf, namun kelebihan kalsium dapat memberikan gejala berupa lemah otot dan depresi
sistem saraf. Jelaskan kemungkinan mekanisme yang terjadi!

II.2.2 Fosfor
Seperti kalsium, fosfor juga dibutuhkan dalam jumlah yang cukup tinggi dalam
tubuh. Kebutuhan fosfor harian adalah 700 – 2000 mg, dimana pemasukan fosfor dari
makanan akan diimbangi dengan pengeluaran fosfor dari urin dan feses. Sumber
makanan yang mengandung fosfor antara lain susu dan produk susu, telur, ikan,
daging, ayam, kaacng-kacangan dan padi-padian.
Setelah diabsorbsi, fosfor dalam makanan ditranspor dalam bentuk ion fosfat
(Pi) dalam plasma. Fosfat didistribusikan dalam tubuh, dengan konsentrasi tertinggi
dalam Tulang dan gigi (~90%), sebgaian kecil masuk dalam jaringan lunak dan
intrasel. Kadar total fosfat dalam darah berkisar 12 mg/dl, dimana 2/3 diantaranya
ditemukan dalam bentuk organik (fosfolipid) dan selebihnya dalam bentuk anorganik
(Pi, PO43-, HPO42-, H2PO4-) (Bayne et al., 2014).
Absorbsi fosfor dibantu oleh vitamin D aktif melalui duodenum dan usus kecil.
Satu perempat fosfor yang dikonsumsi akan diekskresi melalui feses dan sebagian
kecil diekskresi melalui urin.

Gambar 2.3. Metabolisme fosfor dalam tubuh manusia (Blaine et al., 2014)

II.2.2 Fungsi Fosfat


Ion fosfat memiliki beberapa fungsi fisiologis termasuk: Komponen tulang
dan gigi, berperan dalam sistem buffer tubuh, penyusun DNA/RNA, penyusun ATP,
kontraksi otot (Koolman & Roehm, 2005).
Fosfat sebagai komponen tulang
Fosfat bersama dengan kalsium merupakan komponen utama penyusun tulang.
Bersama dengan kalsium, fosfat juga terlibat dalam proses perombakan tulang
Fosfat sebagai sistem buffer
Buffer fosfat bekerja apabila terjadi kenaikan atau penurunan pH darah
! HCl + Na2HPO4 NaH2PO4 + NaCl
! NaOH + NaH2PO4 Na2HPO4 + H2O
Fosfat sebagai penyusun DNA/RNA
DNA dan RNA merupakan asam nukleat yang terdiri atas komponen basa
nukleotida, gula dan fosfat. Fosfat berfungsi sebagai penghubung antara gula
deoksiribosa dalam DNA atau gula ribosa dalam RNA. Gula dan ikatan fosfat
menjadi “tulang punggung” dalam struktur DNA/RNA.
Fosfat sebagai penyusun ATP
Fosfat merupakan penyusun ATP (adenosine triphosphate) yang merupakan
molekul berenergi tinggi. Sel membutuhkan ATP sebagai sumber energi utk
melakukan semua aktivitas.
Peran fosfat dalam mengatur kontraksi otot
Peran fosfat dalam kontraksi otot tdk lepas dari fungsinya sebagai penyusun
ADP dan ATP. ADP dan ATP diperlukan untuk mengubah miosin menjadi bentuk
aktifnya

II.2.2.2 Fosfat Homeostasis


Kadar fosfat plasma bisa berfluktuasi (dewasa), rendah (pagi) dan tinggi
(malam). Kadar fosfat plasma dalam darah selalu berbanding terbalik dengan kadar
kalsium darah. Fosfat homeostasis diatur oleh kerja ginjal. Dari fosfat yg difiltrasi,
75% direabsorpsi di tubulus proximal, 10% di tubulus distal, dan 15% diekskresi.
Reabsorpsi fosfat dipengaruhi oleh hormon PTH, kadar Ca2+ darah, kesetimbangan
asam-basa, dan konsumsi fosfor.
Apabila kadar fosfat darah menurun di bawah normal (kadar kalsium biasanya
meningkat), sekresi hormon PTH akan menurun. Dengan adanya penghambatan pada
hormon PTH, maka terjadi peningkatan reabsorpsi fosfat di ginjal dan penurunan
ekskresi fosfat melalui urin. Selain itu, kadar rendah fosfat akan mengaktivasi
pembentukan vitamin D aktif pada ginjal yang kemudian berefek meningkatkan
absorbsi fosfat melalui usus. Dengan adanya peningkatan reabsorbsi fosfat di ginjal
dan peningkatan absorbsi fosfat di usus akan menyebabkan kadar fosfat darah
kembali meningkat dan menjadi normal. Sebaliknya, apabila tubuh mendeteksi
terjadinya peningkatan kadar fosfat darah, dimana hormon PTH akan ditingkatkan
untuk mengurangi reabsorbsi fosfat sehingga lebih banyak yang diekskresikan melalui
urin. Selain itu, absorbsi fosfat dalam usus akan dikurangi melalui penghambatan
pembentukan vitamin D aktif.
Defisiensi Fosfat (hipofosfatemia)
Hipofosfataemia ringan (<0,80 mmol/L) lebih sering ditemukan daripada
hipofosfataemia berat (<0,30 mmol/L). Gejala belum nampak pada hipofosfataemia
ringan, namun hipofosfataemia berat menyebabkan rakitis pada anak dan
osteomalacia pada orang dewasa.
Kelebihan fosfat (hiperfosfatemia)
Hiperfosfatemia atau tingginya kadar fosfat dalam darah apabila kadar fosfat
darahnya meningkat >1,6 mmol/L. Peningkatan fosfat darah berarti menurunkan
kadar kalsium sehingga menjadi hipokalsemia. Gejala-gejala yang sering tampak
dengan adanya hiperfosfatemia kronik yaitu tulang rapuh. Namun, bila
hiperfosfatemia berat dan lama dapat menstimulasi hiperparatiroid sekunder yang
dapat menyebabkan tulang menjadi hilang.

Pertanyaan:
Jelaskan mengapa gejala klinik “tulang menjadi hilang” dapat terjadi pada orang yang
mengalami hiperfosfatemia berat dan kronik

II.2.3 Magnesium
Makromineral ketiga yang akan kita bahas minggu ini adalah magnesium
(Mg). Total Mg dalam tubuh sekitar 21 g dan 50% Mg tubuh berada di dalam tulang.
Selebihnya terdapat di dalam jaringan dan cairan tubuh utamanya dalam intrasel.
Kadar Mg dalam plasma secara normal adalah 1.7-2.6 mg/dl. Kadar normal Mg harus
tetap terjaga untuk membantu mengatur fungsi sel, karena Mg sendiri terlibat dalam
>300 reaksi biokimia dalam tubuh manusia. Kebutuhan magnesium per hari adalah
300-400 mg. Kadar ini dapat kita peroleh dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung magnesium dalam kadar tinggi, termasuk sayuran hijau, kacang-
kacangan, biji-bijian, padi-padian dan air mineral.
II.2.3.1 Fungsi Magnesium
Magnesium memiliki fungsi penting dalam tubuh seperti: memperkuat
struktur tulang , mengatur kontraksi otot, mengatur konduksi saraf, menjaga fungsi
jantung dan tekanan darah, mengaktivasi enzim (kinase, fosforilase dan
transketolase).
Mg memperkuat struktur tulang
Walaupun Ca merupakan komponen terbesar tulang, Mg dibutuhkan untuk
memperkuat struktur tulang. Mg juga dibutuhkan untuk mengaktifkan vit D yang
penting dalam proses absorpsi Ca
Mg mengatur kontraksi otot
Mg merupakan penghambat kanal Ca2+ sehingga mampu menghambat kontraksi
otot akibat adanya Ca2+ sehingga Mg cenderung berefek relaksasi pada otot
Mg menjaga fungsi jantung dan tekanan darah
Mg berfungsi merelaksasi otot jantung dan pembuluh darah sehingga tekanan
darah tidak meningkat
Mg mengatur konduksi syaraf
Fungsi Mg dalam mengatur konduksi syaraf berkaitan dengan fungsinya
sebagai penghambat Ca2+. Karena Ca2+ dibutuhkan untuk mengkonduksi impuls saraf,
maka Mg berfungsi untuk mengembalikan aksi potensial kembali ke resting state
(istirahat).
Mg mengatur aktivasi enzim
Banyak enzim yang membutuhkan magnesium untuk memulai proses aktivasi
enzim.
II.2.3.2 Homeostasis Magnesium
Absorbsi magnesium dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya:
1) Fungsi ginjal
Kerusakan ginjal menyebabkan ekskresi Mg menurun sehingga meningkatkan
resiko hipermagnesemia
2) Hormon aldosteron
Aldosteron meningkatkan ekskresi Mg melalui urin sehingga menurunkan kadar
Mg dalam plasma
3) PTH
PTH meningkatkan pelepasan Mg dari tulang sehingga meningkatkan kadar Mg
dalam darah
II.2.3.3 Defisiensi Magnesium (hipomagnesemia)
Hipomagnesemia dapat mengurangi sekresi PTH sehingga berakibat
hipokalsemia. Hipomagnesemia juga menyebabkan hipereksitabilitas otot dan saraf,
sehingga menimbulkan spasme atau kejang otot. Di sistem saraf pusat, kekurangan
magnesium menyebabkan depresi dan disorientasi. Gejala akut yang mungkin muncul
termasuk mual dan muntah dan apabila hipomagnesemia terjadi secara kronik,
biasanya seseorang akan rentan mengalami penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
osteoporosis dan diabetes mellitus.
II.2.3.4 Kelebihan Mg (Hipermagnesemia)
Hipermagnesemia sangat jarang terjadi dan biasanya hanya ditemukan pada
pasien gagal ginjal. Adapun gejala yang mungkin tampak termasuk lemah otot ,
gangguan konduksi syaraf, depresi sistem syaraf dan gangguan metabolisme.

Pertanyaan:
Jelaskan mengapa penyakit kardiovaskular dan hipertensi dapat terjadi pada orang yang
mengalami hipomagnesemia kronik
II.3 Penutup
Mineral memilik berbagai fungsi fisiologis. Kalsium, fosfat dan magnesium
adalah tiga makromineral yang fungsi fisiologisnya saling terkait. Ketiganya
merupakan mineral penyusun tulang, berperan dalam kontraksi otot, dan konduksi
saraf. Bahkan, homesostasis atau regulasi konsentrasi ketiga mineral itu saling terkait
dan bergantung pada pelepasan hormon, diantaranya hormon paratiroid dan
kalsitonin.

II. 4 Tes Formatif


Pilihlah jawaban yang benar dari pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apabila kadar kalsium dalam darah sangat berkurang (hypocalcaemia), maka
tubuh akan menstimulasi pelepasan hormon:
a. Calcitonin c. Calcitriol e.
Glukagon
b. Estrogen d. Parathyroid hormone (PTH)

2. Sebagai antagonis kalsium, magnesium dapat memberikan efek kardiovaskular


termasuk:
a. vasodilatasi, memperlambat denyut jantung, dan tekanan darah menurun
b. vasodilatasi, mempercepat denyut jantung, dan tekanan darah meningkat
c. vasokonstriksi, mempercepat jantung dan tekanan darah meningkat
d. vasodilatasi, mempercepat denyut jantung dan tekanan darah menurun
e. vasokonstriksi, memperlambat jantung, dan tekanan darah menurun

II.5 Daftar Pustaka


1. Koolman, J and Roehm, K-H (2005) Color Atlas of Biochemistry, Second ed.,
Georg Thieme Verlag, Germany
2. Blaine J., et al (2014) Renal Control of Calcium, Phosphate, and Magnesium
Homeostasis. Clin J Am Soc Nephrol.
3. Marieb, EN (2014) Human Anatomy and Physiology, Fifth Edition, Pearson
Education, San Fransisco

Anda mungkin juga menyukai