Jufryanto Puluhulawa
Abstract
I-Doser Application in smartphone had caused public anxiety and seized greater attention.
The purpose of this research is to analyze whether the I-Doser Application application could
be put into new narcotic category, to understand and to analyze the impact of law vacuum in
I-Doser Application arrangement if understood from law certainty perspective, and to analyze
law reformulation policy against I-Doser Application as digital narcotic through Indonesia’s
ius constituendum. This is a normative research using statute, conceptual and comparative
approaches. Result of this research indicated that I-Doser Application was viewed as the base
concept of narcotic thus considered as new narcotic category. The implication of law vacuum,
I-Doser Application had embedded its hegemony deeper that could ruin national well-being in
the future unless a concrete law measure was taken, so that the necessary law reformulation
policy against I-Doser Application as digital narcotic within Indonesia’s ius constituendum.
Key words: reformulation, arrangement, I-Doser application, narcotic, digital
Abstrak
Aplikasi I-Doser yang terdapat pada smartphone menimbulkan keresahan dan menyita
perhatian publik. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisa aplikasi I-Doser apakah dapat
dikategorikan sebagai narkotika baru, memahami dan menganalisa dampak dari kekosongan
hukum pengaturan tentang I-Doser dalam perspektif kepastian hukum dan menganalisa
kebijakan reformulasi hukum terhadap aplikasi I-Doser sebagai narkotika digital dalam
ius constituendum di Indonesia. Penulisan menggunakan jenis penelitian hukum normatif
dengan pendekatan undang-undang, konseptual dan komparatif. Hasil pembahasan, aplikasi
I-Doser merujuk pada konsep dasar narkotika, dapat dikategorisasikan sebagai narkotika
baru. Dampak dari kekosongan hukum, aplikasi I-Doser semakin menancapkan hegemoninya
untuk merusak generasi bangsa kedepannya tanpa bisa diberikan sebuah langkah hukum yang
kongkrit, sehingga diperlukan kebijakan reformulasi aturan hukum terhadap aplikasi I-Doser
sebagai narkotika digital dalam ius constituendum di indonesia.
Kata kunci: reformulasi, pengaturan, aplikasi I-Doser, narkotika, digital
yang berdampak negatif bagi para pengguna dengan frekuensi dari rangsangan.
smartphone. Salah satu dari sekian banyaknya Stimulus biasanya baik visual
(penglihatan) atau pendengaran
aplikasi yang saat ini menyita perhatian (ketukan nada). Oleh orang-orang
khalayak umum dan ramai diperbincangkan di industri, juga sering disebut
saat ini adalah I-Doser. rangsangan otak, audiovisual
entrainment (AVE) atau rangsangan
I-Doser menggunakan gelombang suara audiovisual (AVS), rangsangan
khusus, dimana gelombang suara tersebut pendengaran atau stimulasi fotik).2
digunakan untuk menstimulasi, merangsang, Tujuan awal dari I-Doser yang
mempengaruhi atau mensinkronisasi otak menggunakan Binaural Beats adalah hanya
penggunanya. Teknologi ini kemudian dikenal untuk keperluan medis berupa terapi bagi
secara universal dengan sebutan brainwave para penderita penyakit tertentu dimana
entrainment dimana dalam mekanisme menurut Asosiasi Parapsikoterapi Indonesia
kerjanya menggunakan gelombang suara yang menyatakan bahwa3
disebut binaural beats. Hal ini sebagaimana
“I-Doser dipergunakan untuk
diutarakan oleh Tina L. Huang yakni 1
membantu pasien dalam
“The term brainwave entrainment mempercepat proses penyembuhan,
refers to the use of rhythmic stimuli mengatasi masalah psikologis dan
with the intention of producing a fobia, membantu mengatasi masalah
frequency-following response of rasa percaya diri dan mentalitas,
brainwaves to match the frequency meningkatkan kecerdasan dan
of the stimuli. The stimulus is usually kemampuan otak anda, membantu
either visual (flashing lights) or mengatasi stress, perawatan dan
auditory (pulsating tones). By those kecantikan tubuh serta mengurangi
in the industry, it is also commonly rasa sakit yang ada dalam tubuh
called “brain entrainment,” melalui relaksasi.”
“audiovisual entrainment (AVE),”
Hadirnya I-Doser dalam bentuk
“audiovisual stimulation (AVS),”
“auditory entrainment,” or “photic aplikasi di smartphone menjadikannya
stimulation.” bebas untuk dikonsumsi publik dan rentan
dkk menjelaskan4 “Listening to the binaural Bahkan pada kasus tertentu, seperti
beat tapes resulted in a significant reduction dimuat dalam Jurnal Riau,8 “pengguna
in the anxiety score reported daily in patients’ I-Doser disebut-sebut akan mengalami
diaries” (Mendengarkan kaset binaural beat ketergantungan dan merasakan efek fly seperti
mengakibatkan penurunan yang signifikan saat mengonsumsi narkotika. Diberitakan
dalam rataan kecemasan yang dilaporkan ICMI9 di Oklahoma, Amerika Serikat, banyak
harian di buku harian pasien).5 Selaras dengan anak-anak yang kecanduan I-Doser, salah
hal tersebut, James D. Lane dan Stefan J. satunya para murid sekolah Mustang High
Kasian dkk, menyatakan6 School.”10
“The observations in the present Permasalahan kemudian timbul ketika
study have interesting implications. I-Doser dianggap bukan sebagai sebuah
If binaural beat auditory stimulation
can influence behavior and mood, narkotika khususnya dikategorikan sebagai
then such stimulation may have narkotika digital dalam hal ini, dikarenakan
useful applications for the self- pengaturan mengenai pengertian narkotika itu
control of arousal, attention, and
performance.” sendiri dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika.11 Narkotika
(Pengamatan dalam penelitian ini
digital yang disebut dengan I-Doser ini
memiliki implikasi yang menarik.
Jika stimulasi mendengarkan jelas jika dilihat dari aspek yuridis dengan
binaural beat dapat mempengaruhi berpatokan pada bunyi dari Pasal 1 Undang-
perilaku dan suasana hati, maka
Undang Nomor No. 35 Tahun 2009 Tentang
stimulasi tersebut dapat digunakan
dalam aplikasi yang berguna untuk Narkotika bukan merupakan sebuah zat atau
pengendalian diri dari gairah, obat apalagi berasal dari tanaman.
perhatian, dan kinerja).7
4 Le Scouarnec RP dkk, “Use of binaural beat tapes for treatment of anxiety: a pilot study of tape preference and
outcomes”, AlternTher Health Med. Volume 7, No. 1, (Januari 2001): 58-63. http://crawl.prod.proquest.com.
s3.amazonaws.com/fpcache/beecd31634767586ab344700c70e533b.pdf., diakses 14 Desember 2015.
5 Koersif Penulis.
6 James D. Lane dan Stefan J. Kasian dkk, Binaural Auditory Beats Affect Vigilance: Performance and Mood,
(Virginia: The Center for the Study of Complementary and Alternative Therapies, 1997), p. 7.
7 Koersif Penulis.
8 Jurnal Riau, “BNN Tak Bisa Larang Netizen Unduh I-Doser”, http://www.jurnalriau.com/read, diakses 10
November 2015.
9 Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia, “BNN Masih Dalami Perihal I-Doser”, http://www.icmi.or.id/,
diakses 28 Oktober 2015.
10 Ibid.
11 Narkotika adalah “zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-
golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini.”
Jufryanto Puluhulawa, Reformulasi Pengaturan Aplikasi I-Doser sebagai ... 371
12 Safyra Primadhyta, “Kominfo Blokir Sementara Situs Narkoba Digital I-Doser”, http://www.cnnindonesia.
com/teknologi/, diakses 10 Agustus 2016.
13 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di hadapan hukum.
14 Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang
dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
15 Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
372 ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 3, Desember 2016, Halaman 368-385
16 Ikin A. Ghani, “Pengertian Narkotika Menurut Ahli”, http://documents.tips/, diakses 22 April 2016.
17 I Nyoman Nurjaya, “Penanggulangan Kejahatan Narkotika: Eksekusi Hak Perspektif Sosiologi Hukum”,
ejournal.umm.ac.id, diakses 22 April 2016.
Jufryanto Puluhulawa, Reformulasi Pengaturan Aplikasi I-Doser sebagai ... 373
sebagai narkotika baru karena intisari dari kepentingan didalamnya, dimana para pihak
kategori narkotika sebenarnya terletak pada terkait ini akan terus mengembangkan
efek samping yang ditimbulkannya bukan modus operandi terbaru bahkan menciptakan
pada bentuk atau jenisnya. Pemikiran ini narkotika baru agar tetap bisa meraup
dilandaskan bahwa dalam berbagai literatur keuntungan dari bisnis haram ini. Semua hal
mengenai narkotika yang penulis telusuri, baru terkait narkotika ini pada intinya adalah
penulis mendapatkan satu pemahaman, menciptakan efek negatif yang sama. Apapun
para ahli memiliki berbagai penafsiran akan bentuknya, bagaimanapun jenisnya dan seperti
Terdapat berbagai definisi mengenai tetaplah berujung pada tiga hal yang menurut
Howard Abadinsky yakni18 ”depressants,
narkotika tetapi dari kesemuanya ada satu
stimultant, dan hallucinogens”.
kesepahaman pandangan terkait dampak
Narkotika pada dasarnya dikonsumsi
yang ditimbul dari penggunaan narkotika
dengan berbagai cara. Ada yang ditelan
yakni mengurangi bahkan menghilangkan
jika bentuknya adalah berupa obat-obatan,
sensitifitas atau kepekaan dari panca indra,
disuntik dengan menggunakan jarum suntik
mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakit,
jika bentuknya berupa cairan dan dihirup jika
menciptakan perasaan tenang bahkan dapat
bentuknya serbuk. Kesemua cara tersebut pada
mendorong rasa kantuk yang menyebabkan
intinya adalah untuk mempengaruhi kinerja
tertidur dan pada tingkat yang cukup parah
dari otak dengan perantara aliran darah. Hal
atau dengan kata lain adanya penggunaan yang
ini jelas sama halnya dengan I-Doser yang
berlebihan terhadap narkotika yang dikenal
melalui gelombang suara, hanya saja proses
dengan istilah overdosis, akan menyebabkan masuknya melalui sistem pendengaran bukan
pingsan, kejang, koma atau tidak sadarkan sistem pembuluh darah tetapi pada akhirnya
diri bahkan dapat menyebabkan kematian jika juga akan mempengaruhi kinerja dari otak
digunakan secara berlebihan. penggunanya. Disini terlihat bahwasannya
Berangkat dari hal inilah kemudian I-Doser memiliki keterkaitan erat dengan
penulis memiliki pandangan bahwa narkotika narkotika yang selama ini kita kenal.
dari waktu ke waktu akan terus mengalami Meriam Webster19 juga mengungkapkan
transformasi baik itu jenis, bentuk maupun secara jelas mengenai konsep dari narkotika
modelnya, sebagai bagian dari perkembangan itu sendiri yang tidak hanya terbatas pada
ilmu pengetahuan, kecanggihan teknologi sesuatu yang berbentuk obat-obatan atau zat,
serta pola pikir dari para pihak yang memiliki tetapi lebih luas lagi juga melingkupi sesuatu
18 Howard Abadinsky, Drug Use and Abuse, A Comprehensive Introduction, 8th Edition, (United States of
America: Wadsworth Cengage Learning, 2014), pp. 39-124.
19 Meriam-Websters, “Full Definition Of Narcotic”, http://www.merriam-webster.com/dictionary/narcotic,
diakses 29 Maret 2016.
374 ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 3, Desember 2016, Halaman 368-385
20 Harifin A, Tumpa, Komentar dan Pembahasan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), hlm. 5.
21 Advent Jose, “Pengguna Smartphone di Indonesia Capai 55 Juta”, http://techno.okezone.com/read/2015,
diakses 1 April 2016.
Jufryanto Puluhulawa, Reformulasi Pengaturan Aplikasi I-Doser sebagai ... 375
mencapai 37,1 persen,” sedangkan riset dari penggunaan smartphone tersebut dapat dilihat
Lembaga riset digital marketing Emarketer,22 dari Diagram 1.
diperkirakan pada 2018 jumlah pengguna Maka jika dikaitkan dengan paradigma
aktif smartphone di Indonesia lebih dari penggunaan aplikasi I-Doser saat ini, perlu
100 juta orang. Penetrasi pertumbuhan adanya sebuah pandangan futuristik terhadap
Sumber: https://id.techinasia.com/jumlah-pengguna-smartphone-di-indonesia-2018
22 Kementerian Komunikasi dan Informatika, “Indonesia Raksasa Teknologi Digital Asia”, https://kominfo.go.id/
index.php/content/detail, diakses 2 April 2016.
23 Steven Millward, “Indonesia diproyeksi lampaui 100 juta pengguna smartphone di 2018, keempat di dunia”,
https://id.techinasia.com/jumlah-pengguna-smartphone-di-indonesia-2018, diakses 3 April 2016.
376 ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 3, Desember 2016, Halaman 368-385
yang ada dalam masyarakat. Masyarakat sehingga pada akhirnya masyarakat menjadi
tumbuh dan berkembang dengan begitu lebih muda mengalami stress, frustasi dan
pesatnya, saking pesatnya hingga memberikan mengalami ketegangan jiwa.
suatu pandangan bahwa hukum, dalam hal ini Masyarakat yang tidak sehat secara mental
aturan perundang-undangan, selalu tertinggal seperti ini kemudian akan mencari sebuah
jauh dibelakang padahal hadirnya hukum dalam pelarian untuk dijadikan wadah pelampiasan
kehidupan masyarakat sangat diperlukan guna dari tekanan hidup yang dialaminya.
mengkondisikan suasana yang harmonis dan Disinilah kemudian aplikasi I-Doser masuk
terorganisir dalam kehidupan berbangsa dan dan memainkan peranannya. Penggunaan
bernegara bagi masyarakatnya. narkotika, psikotropika dan zat adiktif jelas
Kendala dari penegakan dan penerapan sangat berisiko tinggi. Maka kemudian orang
hukum itu sendiri juga menyasar pada akan cenderung mencari alternatif yang lebih
permasalahan narkoba atau napza. Tentunya mudah diakses dan tidak beresiko.
Pemerintah Indonesia bekerja dengan sangat I-Doser hadir sebagai jawabannya dari
keras dan melakukan pembenahan untuk permasalahan masyarakat modern saat ini.
melindungi Indonesia dari bahaya narkoba Mudah digunakan karena cukup bermodalkan
atau napza. Ditengah upaya keras Pemerintah sebuah perangkat smartphone beserta headset
Indonesia tersebut, ancaman bahaya narkotika dengan kualitas baik, yang di masa ini
terbaru muncul, dan lebih menariknya lagi hampir semua orang pasti memilikinya maka
karena narkotika ini berwujud bukan dalam permasalahan mental yang dihadapi segera
bentuk atau jenis baru yang masih pada teratasi. Melalui binaural beats yang ada
umumnya berbentuk obat-obatan tetapi didalam I-Doser berimplikasi pada hilangnya
bersumber dari smartphone dalam balutan stress, jiwa menjadi lebih tenang, tubuh lebih
aplikasi yang bernama I-Doser yang berwujud rileks, rasa cemas menurun dan hidup lebih
suara dengan menggunakan frekuensi tertentu bergairah.
yang dikenal dengan sebutan binaural beats Hidup yang serba instan, fleksibel
dalam pola kerjanya. dan selalu dikejar waktu seperti saat ini
Derasnya kemajuan teknologi informasi jelas memperparah efek kecanduan dari
dan komunikasi serta proses globalisasi penggunaan dari I-Doser yang menggunakan
menuntun pada transfer nilai-nilai yang Binaural Beats dalam menunjang kinerjanya
berujung pada perubahan cara pandang dan ini karena penggunaannya tidak diawasi
gaya hidup yang lebih berorientasi pada oleh tenaga medis yang terlatih dibidangnya
modernitas, individualitas, konsumtif dan sehingga penggunaannya menjadi
hedonisme. Akibatnya adalah kehidupan membahayakan diri pengguna sendiri. Saat ini
penuh dengan tantangan dan kompetisi kecenderungannya adalah I-Doser dijadikan
Jufryanto Puluhulawa, Reformulasi Pengaturan Aplikasi I-Doser sebagai ... 377
obat yang tidak terpenuhi dikarenakan I-Doser Kekosongan aturan hukum berimplikasi
bukanlah zat atau obat. pada tidak adanya kepastian hukum didalam
Disisi lainnya, tidak ada undang-undang masyarakat sehingga menyebabkan tatanan
diluar Undang-undang Nomor 35 Tahun hidup masyarakat berjalan diluar jalur yang
2009 tentang Narkotika yang secara eksplisit seharusnya. Sebabnya jelas yakni tidak
mengatur tentang I-Doser itu sendiri untuk adanya panduan yang dijadikan landasan
kemudian dapat dijadikan landasan hukum, berpikir, bertindak dan berperilaku bagi
padahal Indonesia menganut asas legalitas masyarakatnya.
dimana pengaturan mengenai asas legalitas Fenomena boomingnya penggunaan
ini sendiri diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab I-Doser di Indonesia merupakan implikasi
Undang-undang Hukum Pidana dan Pasal 1 dari kekosongan aturan hukum tersebut.
Rancangan Undang-Undang Kitab Undang- Wajarlah jika I-Doser menjadi primadona
undang Hukum Pidana yang menyatakan di Indonesia karena ketiadaan aturan hukum
bahwa “tiada seorangpun dapat dipidana membuat I-Doser berada diatas angin. Tidak
atau dikenakan tindakan kecuali perbuatan terjangkau oleh aturan hukum sehingga para
yang dilakukan telah ditetapkan sebagai penggunanya merasakan sebuah kebebasan
tindak pidana dalam peraturan perundang- dan ketenangan dalam menggunakannya.
undangan yang berlaku pada saat perbuatan Masyarakat yang menggunakan bisa
itu dilakukan.” menikmati setiap harmoni dari nada yang
Dampaknya adalah aplikasi I-Doser dihasilkan dari aplikasi tersebut tanpa dihantui
terus merajalela dan semakin menancapkan rasa takut akan sanksi hukum yang menjeratnya
hegemoninya untuk merusak generasi nanti, selayaknya penggunaan narkotika dan
bangsa kedepannya tanpa bisa diberikan psikotropika serta zat adiktif pada umumnya
sebuah langkah hukum yang kongkrit guna selama ini. Pada akhirnya, ketika tidak ada
mengatasi kerusakan yang ditimbulkan pada payung hukum yang menaungi, ketertiban dan
masa ini dan masa yang akan datang serta ketentraman masyarakat menjadi taruhannya.
guna memberi jawaban atas keresahan yang Kegaduhan dan keresahan akan muncul dan
dialami masyarakat selama ini. konflik pada akhirnya akan pecah. Pengguna
Cepat atau lambat, invasi teknologi akan I-Doser akan semakin merajalela dengan efek
memberikan warna baru dan dampak yang negatif yang selalu mengikutinya, sedangkan
besar dalam berbagai aspek kehidupan pada disisi lainnya bagi mereka yang tidak
umumnya dan narkotika pada khususnya. menggunakan aplikasi ini, tentu kondisi ini
Kekosongan aturan hukum tentunya tidak akan menciptakan ketidaknyamanan.
baik bagi kelangsungan dan eksistensi dari Disisi lain, hukum itu sendiri berfungsi
sebuah negara hukum seperti Indonesia ini. untuk memberikan jaminan bagi seseorang
Jufryanto Puluhulawa, Reformulasi Pengaturan Aplikasi I-Doser sebagai ... 379
agar kepentingannya diperhatikan oleh setiap mempertanyakan kebenaran hakiki dari apa
orang lain. Jika kepentingan itu terganggu, yang dilakukan oleh mereka tersebut. Ketika
maka hukum harus melindunginya dari I-Doser dipandang sebagai sebuah aplikasi
setiap adanya pelanggaran hukum. Lawrence musik pada umumnya dan penggunaannya
Friedman menyatakan bahwasannya hukum dipandang sebagai sesuatu yang normal maka
adalah30 “kontrol sosial dari pemerintah (law tinggal menunggu waktu, Negara Indonesia
is governmental social control), sebagai aturan akan semakin terjerumus dalam bayangan
dan proses sosial yang mencoba mendorong gelap narkotika pada umumnya dan narkotika
perilaku, baik yang berguna atau mencegah digital pada khususnya serta merejarelanya
perilaku yang buruk.” Ketika hukum masyarakat yang tidak sehat secara mental.
tidak dapat memberikan perlindungannya
C. Kebijakan Reformulasi Aturan
maka yang terjadi adalah kekacauan dan
Hukum terhadap Aplikasi I-Doser
kesemrawutan. Semua orang akan merasa
sebagai Narkotika Digital dalam
digdaya untuk melakukan kehendaknya
Ius Constituendum di Indonesia
tanpa mempedulikan hak-hak atau kepenting-
kepentingan orang lain yang ada disekitarnya. Generasi bangsa ini berhak untuk
Dampaknya, negara akan berada diambang mendapatkan jaminan atas kesejahteraan
kemerosotan moral yang menuju pada hidupnya dan kewajiban pemerintahlah
kehancuran suatu bangsa. untuk mencerdaskan generasi bangsa ini
Lebih parahnya lagi, jika tidak dilakukan melalui perlindungan, pemajuan, penegakan
perubahan, akan terjadi transformasi. dan pemenuhan hak asasi manusia warga
Narkotika digital akan dianggap sebagai negaranya. Kesemua jaminan atas warga
bagian dari sebuah gaya hidup dan masyarakat negara tersebut telah dijabarkan dengan jelas
akan mengamininya sebagai sesuatu yang dalam Alinea keempat bagian pembukaan
normal dan bukanlah bagian dari sesuatu yang Undang-Undang Dasar Negara Republik
menyimpang. Pergeseran nilai menjadi tidak Indonesia31 dan juga dalam Pasal 28I ayat
terelakkan jadinya. Hal ini dikarenakan manusia (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik
memiliki kecenderungan untuk mengikuti Indonesia.32
apa yang diikuti dan diperbuat oleh sebagian Kekosongan aturan hukum jelas tidak
besar masyarakat dalam lingkungannya tanpa sehaluan dengan amanah Undang-Undang
30 Lawrence Friedman, American Law, (London: W.W. Norton & Company, 1984), p. 3.
31 Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
32 Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara,
terutama pemerintah.
380 ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 3, Desember 2016, Halaman 368-385
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. khususnya dalam Undang-undang Nomor 35
Akibat dari kekosongan hukum ini sendiri Tahun 2009 tentang Narkotika. Langkah ini
yakni kekacauan hukum (rechtsverwarring) perlu dilakukan dengan pertimbangan bahwa
yang menimbulkan kebingungan dalam teknologi semakin berkembang dengan cepat,
masyarakat akan hukum mana yang harus masyarakat terus mengalami dinamika dalam
dipatuhi dan dilaksaksanakan serta hukum kehidupannya yang tentunya mempengaruhi
mana yang dapat dijadikan sebagai pedoman pola pikir, pola interaksi dan kebutuhan
dalam tatanan bermasyarakat, berbangsa dan hidup masyarakatnya itu sendiri sehingga
bernegara. Dampaknya arah kehidupan negara perlu kiranya untuk segera melakukan
dan warga negaranya menjadi tidak menentu. langkah antisipatif berupa reformulasi aturan
Tentunya kondisi ini mengharuskan adanya hukum yang mengatur isu yang belum ada
respon cepat dalam menanggulanginya agar pengaturannya tersebut, guna menciptakan
dampak yang ditimbulkan tidak semakin kepastian hukum, yang pada akhirnya dapat
meluas dan merusak. mengembalikan ketentraman dan ketertiban
I Dewa Gede Palguna menyatakan, masyarakat yang sebelumnya terusik.
hal lainnya yang dijadikan pertimbangan I-Doser yang digadang-gadang sebagai
untuk memberikan reaksi cepat dalam narkotika digital ini jelas telah menimbulkan
menanggulangi kekosongan hukum ini adalah kegaduhan sosial ditengah masyarakat
untuk menjamin eksistensi Negara Republik sehingga kemudian sebagai bentuk dari usaha
Indonesia itu sendiri sebagai sebuah negara perlindungan masyarakat dan juga usaha
hukum, dimana salah satu ciri negara hukum untuk mensejahterakan masyarakat maka
adalah33 “adanya legalitas dalam arti hukum, timbullah pemikiran untuk mengkriminalisasi
yakni bahwa baik pemerintah atau negara aplikasi I-Doser sebagai narkotika digital ini.
maupun warga negara dalam bertindak harus Pertimbangan kriminalisasi terhadap
berdasar atas dan melalui hukum.” suatu perbuatan dapat merujuk pada hasil
Sejalan dengan hal tersebut maka langkah Simposium Pembaruan Hukum Nasional
konkret guna mengatasi kekosongan hukum di Semarang pada bulan Agustus 1980,
ini adalah berupa mereformulasikan sebuah dimana dalam simposium tersebut dalam
kebijakan yang mengatur secara lebih kesimpulannya telah ditetapkan kriteria
eksplisit mengenai narkotika digital dalam kriminalisasi yakni:34
bentuk peraturan perundang-undangan 1. “Apakah perbuatan itu tidak disukai
33 I Dewa Gede Palguna, Pengaduan Konstitusional (Constitutional Complaint), Upaya Hukum Terhadap
Pelanggaran Hak-Hak Konstitusional Warga Negara, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 533.
34 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Perkembangan Penyusunan KUHP Baru,
Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2014), hlm. 32.
Jufryanto Puluhulawa, Reformulasi Pengaturan Aplikasi I-Doser sebagai ... 381
atau dibenci oleh masyarakat karena umumnya seperti timbulnya kerugian baik
merugikan, atau dapat merugikan, materiil maupun immateriil yang nominalnya
mendatangkan korban atau dapat sangatlah besar jika diakumulasikan dan
mendatangkan korban.” jatuhnya korban tentu tidak dapat dihindarkan
2. “Apakah biaya mengkriminalisasi lagi, dimana korban yang berjatuhan akan
seimbang dengan hasil yang akan dicapai, semakin banyak dari waktu ke waktu, jika
artinya cost pembuatan undang-undang, terus dibiarkan tanpa adanya penanganan atau
pengurusan dan penegakan hukum serta kebijakan nyata dalam menanggulanginya.
beban yang dipikul oleh korban selaku Maka jelas akan lebih menguntungkan dari
pelaku dan pelaku kejahatan itu sendiri segi pembiayaan untuk mencegah kerugian
harus seimbang dengan situasi tertib tersebut daripada menanggulangi dan
hukum yang akan dicapai.” kemudian memperbaiki kerusakan yang telah
3. “Apakah makin menambah beban aparat ditimbulkannya.
penegak hukum yang tidak seimbang Pada akhirnya, yang terpenting dari semua
atau nyata-nyata tidak dapat diemban pertimbangan untuk mengkriminalisasi
oleh kemampuan yang dimilikinya.” aplikasi I-Doser adalah semua dampak negatif
4. “Apakah perbuatan-perbuatan itu yang diciptakan oleh sebuah software pada
menghambat atau menghalangi cita- perangkat elektronik tersebut, yang merasuk
cita bangsa Indonesia, yaitu terciptanya kedalam semua elemen masyarakat untuk
masyarakat adil dan makmur, sehingga kemudian menciptakan sebuah kerusakan baik
merupakan bahaya bagi keseluruhan itu kerusakan moral, mental bahkan kerusakan
masyarakat.” yang menimbulkan ketidakseimbangan
I-Doser melalui teknologi yang telah finansial yang berujung pada proses
termuktahirkan ini, menjadi sesuatu yang menghalangi pewujudan tujuan nasional
berbahaya karena tidak ada pengawasan dalam tatanan berbangsa dan bernegara yakni
ketat akan penggunaannya serta akses bebas menciptakan masyarakat yang adil, makmur
terhadapnya yang dimiliki semua orang dan sejahtera.
tanpa adanya mekanisme kontrol, sehingga Indonesia telah memiliki dan menentukan
jelas dari maraknya penggunaan I-Doser tujuan bernegaranya sebagaimana dituangkan
ini, menimbulkan ketidaksukaan dalam diri dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
masyarakat terhadap aplikasi ini. Disisi Negara Republik Indonesia 1945 dimana
lainnya juga, jika terus-menurus dibiarkan dinyatakan tujuannya agar masyarakat
maka akan menimbulkan kerugian bagi Indonesia jauh lebih cerdas, lebih makmur dan
masyarakat luas selayaknyanya kerugian yang sejahtera dari sisi perekonomiannya, dapat
ditimbulkan oleh narkotika konvesional pada hidup aman dan tentram serta mendapatkan
382 ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 3, Desember 2016, Halaman 368-385
perlakuan yang adil, yang kesemuanya pengertian narkotika yakni segala sesuatu
itu berujung pada sebuah kebahagiaan. baik berupa peralatan baik itu perangkat keras
Oleh karenanya, perlu untuk memikirkan maupun perangkat lunak atau produk hasil
bagaimana menciptakan masyarakat sesuai pengembangan teknologi atau bahan-bahan
dengan apa yang dicitakan oleh negara, jauh baik itu terdiri dari suatu zat atau senyawa
sebelum munculnya berbagai persoalan sosial- baru maupun merupakan turunan atau
ekonomi-politik dan revolusi teknologi. pengembangan dari zat yang termasuk dalam
Politik hukum jelas memainkan golongan-golongan narkotika yang memiliki
peranannya dalam kondisi ini. Sunaryati efek sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1 ayat
Hartono mengatakan, 35
hukum sebagai alat, (1) dan/atau ditujukan untuk memperkenalkan
sehingga secara praktis politik hukum juga narkotika pada tubuh manusia.”
merupakan alat atau sarana dan langkah Reformulasi aturan hukum juga dapat
yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menyasar pada beberapa unsur-unsur yang
menciptakan sistem hukum nasional guna
memiliki kaitan dengan aplikasi I-Doser yang
mencapai cita-cita bangsa dan tujuan negara.
kemudian dapat dikriminalisasi. Bertitik-
Penulis kemudian mempunyai pandangan
tolak dari I-Doser sebagai objek utamanya,
mengenai pengaturan hukum di masa yang
maka terdapat beberapa unsur terkait dalam
akan datang terkait narkotika pada umumnya
pandangan penulis yakni antara lain adalah
dan narkotika digital pada khususnya
unsur menciptakan, memperjualbelikan,
bahwasannya perlu adanya pembaharuan
menyebarluaskan, menggunakan dengan
hukum pidana melalui sebuah kebijakan
tujuan untuk diri sendiri atau orang lain dan
reformulasi aturan hukum dengan jalur
menghasut orang lain untuk menggunakannya.
mengkriminalisasi aplikasi I-Doser sebagai
Teknologi terus berkembang dan
narkotika digital. Reformulasi tersebut
terbaharukan, ilmu pengetahuan semakin
dalam pandangan penulis dititikberatkan
maju, kehidupan masyarakat semakin
pada Pasal 1 ayat (1) Undang-undang
dinamis dan kompleks sehingga perlu sebuah
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
langkah kedepan yang lebih maju, progresif
dimana melalui pembaharuan hukum pidana,
dan visioner dalam pembangunan hukum
maka reformulasinya dilakukan melalui
penambahan satu ayat baru dalam pasal ini melalui pengaturan perundang-undangan
dari narkotika sebagaimana yang telah diatur yang terkandung dalam pembukaan Undang-
tersebut, dimana dalam pemikiran penulis Undang Dasar Negara Republik Indonesia
jika dirumuskan berbunyi “Termasuk juga serta yang terjawantahkan dalam Pancasila,
dapat terwujud dan terlaksana dengan baik.
35 C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung: Alumni, 1991),
hlm. 1.
Jufryanto Puluhulawa, Reformulasi Pengaturan Aplikasi I-Doser sebagai ... 383
DAFTAR PUSTAKA