PERIODONTAL MEDIKAMEN
KELOMPOK 5 :
Dwi Marena Putri
(201211171)
Alifia Afina
(201211178)
Marsha Frieda
(201211172)
Dita Mustika
(201211179)
Nadilla Izzati
(201211173)
Nurul Harnisa
(201211180)
Diva Choirunnisa
(201211174)
Vikana Rauf
(201211181)
Rifqi Adi
(201211175)
Elke Vanissa F
(201211182)
KELAS C
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF DR MOESTOPO
JAKARTA
2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rongga mulut mengandung berbagai macam komunitas bakteri yang berlimpah
dan kompleks. Berbagai macam mikroflora ini secara normal menghuni bagian-bagian
atau permukaan yang berbeda dari rongga mulut. Bakteri terakumulasi baik pada jaringan
lunak maupun keras dalam suatu bentuk lapisan yang sering disebut sebagai plak (Roger,
2008).
Plak adalah suatu lapisan tipis yang lengket, lunak, dan tidak berwarna. Plak
terdiri dari kumpulan bakteri yang terdapat pada permukaan gigi dan gusi. Jika tidak
dihilangkan secara teratur dengan menjaga pola kebersihan mulut, plak dapat dengan
mudah menyebabkan terjadinya lubang pada gigi (karies) serta masalah-masalah
periodontal lainnya, seperti gingivitis dan periodontitis kronis.
Menjaga kebersihan gigi dengan mengurangi akumulasi plak dan karang gigi
dapat mencegah terjadinya gigi berlubang, gingivitis, dan penyakit gusi lainnya. Penyakit
gusi yang berat menyebabkan setidaknya 30% kejadian lepasnya gigi pada orang dewasa
Cara yang paling dikenal untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut selama ini
adalah dengan menggosok gigi. Namun untuk beberapa kasus, terutama kasus penyakit
gigi dan gusi, penggunaan obat kumur sangat diperlukan. Menggosok gigi saja kurang
efektif untuk mengurangi akumulasi plak penyebab gangguan pada gigi dan gusi.
Berkumur dengan obat kumur dapat menghilangkan bakteri di sela-sela gigi yang tidak
terjangkau oleh sikat gigi. Mekanisme kerja obat kumur adalah membersihkan rongga
mulut secara mekanik dan kimiawi.
Sifat antibakteri obat kumur terutama ditentukan oleh bahan aktif yang
terkandung di dalamnya. Bahan-bahan aktif dalam obat kumur memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka pada
makalah ini akan dibahas mengenai obat kumur sebagai periodontal medikamen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Obat Kumur
Obat kumur (gargarisma/gargle) menurut FI III adalah sediaan berupa larutan,
umumnya pekat yang harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan,
dimaksudkan untuk digunakan pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.
Menurut Backer (1990), obat kumur adalah larutan yang biasanya mengandung bahan
penyegar nafas, astrigen, demulsen, atau surfaktan atau antibakteri untuk
menyegarkan dan pembersihan saluran pernapasan yang pemakainnya dengan
berkumur.
2.2 Fungsi Obat Kumur
2.2.1
Berdasarkan penggunaanya
Menurut Saragin dan Gershon (1972), secara garis besar, obat kumur dalam
penggunaanya dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Sebagai kosmetik, hanya membersihkan, menyegarkan, atau menghilangkan
bau mulut.
2. Sebagai terapeutik, untuk perawatan penyakit pada mukosa atau ginggiva,
pencegahan karies gigi atau pengobatan infeksi saluran pernafasan
3. Sebagai kosmetik dan terapeutik
2.2.2
Berdasarkan komposisinya
Berdasarkan komposisinya, Saragin dan Gershon (1972) menggolongkan obat
kumur dalam berbagai jenis, yaitu;
1. Obat kumur untuk kosmetik; terdiri atas air (dan boasanya alcohol), flavor,
dan
zat
pewarna.
Biasanya
mengandung
surfaktan
dengan
tujuan
antiseptic dari obat kumur ini memegang peranan utama untuk mencapai
tujuan tersebut.
3. Obat kumur yang bersifat sebagai astringent, dengan maksud member efek
langsung pada mukosa mulut, juga mengurangi flokulasi dan presipitasi
protein ludah sehingga dapat dihilangkan secara mekanis
4. Obat kumur yang pekat yang penggunaannya perlu diencerkan terlebih
dahulu.
5. Obat kumur untuk terapeutik, diformulasikan untuk meringankan infeksi,
mencegah karies gigi dan untuk meringankan kondisi patologis pada mulut,
gigi atau tenggorokan.
2.3 Jenis Jenis Obat Kumur
PVP-I
adalah
suatu
dalam
dingin,
alcohol,
ethyl
bahan
air
isopropyl alcohol, polyethylene glycol, dan glycerol. Lebih stabil bila dibandingkan dengan
larutan iodine tincture atau larutan lugol
Fungsi Povidone Iodine
Povidone iodine merupakan iodine kompleks yang berfungsi sebagai antiseptik, mampu
membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa, dan spora bakteri. Selain
sebagai obat kumur (mouthwash) yang digunakan setelah gosok gigi, povidone iodine gargle
digunakan untuk mengatasi infeksi-infeksi mulut dan tenggorok, seperti gingivitis (inflamasi di
gusi) dan tukak mulut (sariawan).
Indikasi
Adanya abses akibat infeksi, sariawan, bau mulut, nafas tak segar, infeksi yang disertai
Kontra Indikasi
Tidak direkomendasikan untuk anak-anak. Tidak digunakan untuk orang-orang yang alergi
terhadap yodium, tidak digunakan untuk ibu hamil dan juga menyusui.
Efek Samping
Iritasi iodosyncratic mucosal dan reaksi hipersensitif. Absorpsi berlebihan dapat
menyebabkan efek samping sistemik seperti metabolik asidosis, gangguan fungsi renal
dan hypernatremia, memberikan pewarnaan yang tidak baik pada gigi geligi maupun gigi
povidone iodine dalam hal infalamasi adalah menghambat interleukin-1 beta (IL-1) dan
interleukin -8 (IL-8).
Cara Pakai :
a. Larutkan atau encerkan dengan volume yang sama dengan air, kumur atau bilas hingga
10 ml selama 30 detik tanpa ditelan,
b. Ulangi sampai 4 kali sehari, sampai 14 hari berturut-turut, atau seperti yang dianjurkan
dokter.
Betadine
Septadine
2. CHLORHEXIDINE
Chlorhexidine adalah suatu antiseptik yang termasuk golongan
bisbiguanide yang umumnya digunakan dalam bentuk glukonatnya.
Chlorhexidine banyak digunakan para ahli kesehatan gigi baik sebagai pembersih
dengan
efek
bakteriostatik.
Hambatan
pertumbuhan
plak
oleh
Indikasi
Menurut Singh dan Surender (2007) indikasi penggunaan chlorexidine, adalah :
a. Gingivitis
b. Lesi intra oral
c. Denture stomatitis
adalah
pasien
memiliki
hipersensitifitas
terhadap
Efek Samping
Salah satu efek samping dari penggunaan chlorhexidine adalah dapat meningkatkan bau
mulut. Chlorhexidine dinonaktifkan oleh komponen anionik, termasuk surfaktan anionik
yang biasa digunakan pada pasta gigi dan obat kumur. Karena alasan inilah obat kumur
chlorhexidine sebaiknya digunakan minimal 30 menit setelah penggunaan produk mulut
yang lain. Untuk mendapatkan efek terbaik, makanan, minuman, dan rokok harus
dihindari minimal satu jam setelah penggunaan obat kumur (Denton, 2001). Efek negatif
yang paling banyak dikeluhkan oleh pasien pengguna chlorhexidine adalah munculnya
noda pada gigi, mulut dan mukosa pipi setelah 2 minggu pemakaian. Selain itu, berkumur
dengan menggunakan chlorhexidine juga dapat menimbulkan iritasi pada mukosa mulut,
sensasi terbakar, dan perubahan persepsi rasa
Efek samping yang juga dapat ditimbulkan oleh penggunaan chlorhexidine dalam jangka waktu
yang lama, diantaranya adalah :
a. Taste alteration
b. Staining / pewarnaan pada gigi, lidah dan restorasi
c. Iritasi mukosa
d. Deskuamasi mukosa
e. Contact dermatitis
f. Photosensitivity
g. Transient parotitis
Cara Pemakaian dan Penggunaan
Chlorhexidine dinetralisasi oleh pasta gigi, terutama yang mengandung sodium lauryl sulfate dan
sodium monofluorophosphat. Meskipun data masih terbatas, untuk memaksimalkan efektivitas
chlorhexidine disarankan memberi jarak 30 menit sampai dua jam antara waktu menyikat gigi
dan berkumur
Menurut Greenstein, dkk (1986) bentuk bahan antiplak yang dikembangkan saat ini adalah
bervariasi. Untuk tujuan kontrol plak supragingival, bahan antiplak yang digunakan bisa
berbentuk cairan atau pasta. Sedangkan untuk tujuan kontrol plak subgingival, bentuk bahan
antiplak yang digunakan pada umumnya adalah berupa cairan atau jel. Cara pemakaian
chlorhexidine bervariasi tergantung bentuk sediaannya terdapat beberapa cara penggunaan
chlorexidine, diantaranya :
1. Chlorexhidine yang dikemas dalam bentuk obat kumur.
Obat kumur dapat dibedakan atas :
a. Obat kumur biasa
Merupakan obat kumur yang biasa digunakan setelah menyikat gigi pada kesempatan
lain yang tidak bersamaan dengan watu penyikatan gigi.
b. Obat kumur pra-penyikatan
Merupakan obat kumur yang penggunaannya sesaat sebelum menyikat gigi
(prebrushing rinse). Dasar pemikiran bagi penggunaan obat kumur pra-penyikatan
adalah untuk melonggarkan perlekatan plak sehingga lebih mudah tersingkirkan pada
waktu penyikatan gigi. Mengenai manfaat obat kumur pra-penyikatan, tampak masih
kontroversial namun demikian ada kesan bahwa hasil penelitian mengenai efektivitas
obat kumur pra-penyikatan adalah lebih disebabkan perbedaan aktivitas bahan
deterjen yang digunakan dalam melonggarkan perlekatan plak. (Gambar 2.2)
2. Disemprotkan
Bahan yang digunakan dikemas dalam bentuk bahan semprot (spray). Bahan antiplak berupa
semprotan ini dikembangkan dengan pertimbangan agar bahan anti plak lebih mudah mencapai
semua daerah di rongga mulut, terutama bagi mereka yang karena keadaan fisiknya tidak dapat
berkumur dengan baik. (Gambar 2.3)
penggunaan obat kumur tersebut untuk golongan-golongan tertentu, antara lain anak-anak, ibu
hamil/menyusui, pasien dengan serostomia, dan golongan-golongan yang menganut keyakinan
religius tertentu.2 Eldridge dkk (1998) menyatakan bahwa orang-orang dengan mukositis,
pasien-pasien yang mengalami irradiasi kepala dan leher dan gangguan sistem imunitas tidak
disarankan menggunakan obat kumur yang mengandung alkohol. Pada Januari 2009, Dental
Journal of Australia mempublikasikan suatu laporan yang menyatakan bahwa obat kumur yang
mengandung alkohol menjadi salah satu faktor resiko terjadinya kanker mulut. Namun
pernyataan ini dibantah oleh Yinka Ebo of Canccer Research, UK yang menyatakan bahwa
belum ada cukup fakta untuk menyimpulkan bahwa obat kumur yang mengandung alkohol
meningkatkan resiko terjadinya kanker mulut. Penelitian lain menyatakan bahwa resiko terkena
kanker meningkat 5 kali lebih besar pada pengguna obat kumur yang tidak mengkonsumsi
alkohol dan tidak merokok, serta lebih besar pada mereka yang merokok dan mengkonsumsi
alkohol (Farah et al., 2009). Penelitian yang sama juga menunjukkan efek buruk obat kumur
beralkohol yaitu terjadinya erosi gigi dan resiko keracunan pada anak-anak.
4. HIDROGEN PEROKSIDA
Nama Generik : Hidrogen peroksida, Nama Kimia : Hidrogen peroksida
Sifat Fisikokimia
Larutan Hidrogen peroksida (30%). Larutan jernih, tidak berwarna mengandung 29-32%
b/b H2O2. Bersifat asam terhadap kertas lakmus. Terurai perlahan-lahan dan dipengaruhi
oleh cahaya. Terurai jika kontak dengan bahan organik yang dapat teroksidasi dan dengan
logam tertentu serta jika dibiarkan menjadi basa. Dapat mengandung bahan penstabil atau
pengawet yang sesuai.
Kelas Terapi
Telinga, Hidung, Tenggorokan, & Obat kumur
disimpan pada suhu dibawah 15 derajat. Terlindung dari cahaya. Disimpan dalam botol
dengan sumbat kaca, kedap udara, terlindung dari cahaya. Untuk diencerkan sampai 3%
Kontra Indikasi
Sebagai obat kumur, tidak dianjurkan pada pasien yang kritis. 2. Luka lebar dan dalam.
Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi: Pembuluh darah : Berbahaya jika hidrogen
peroksida disuntikkan atau dimasukkan ke dalam rongga tubuh tertutup dimana oksigen
yang dilepaskan tidak bisa keluar dengan bebas. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya
embolisme oksigen dan emfisema lokal Saluran cerna: Cuci kolon dengan larutan ini
dapat menimbulkan embolisme gas, ruptur kolon, proctitis, ulseratif kolitis dan gangren
usus halus (intestin) Dermatologis: Larutan kuat hidrogen peroksida menimbulkan iritasi
terbakar pada kulit dan membran mukosa dengan eschar putih, tetapi rasa sakit hilang
dalam waktu kira-kira 1 jam. Mulut : Pemakaian hidrogen peroksida sebagai pencuci
mulut terus menerus dapat menyebabkan hipertrofi reversibel dari papillae lidah.
Bentuk Sediaan
Cairan konsentrat : 30%, botol 1000 mL. Untuk diencerkan menjadi larutan 3%.
Peringatan
Larutan 35% (food grade) tidak boleh digunakan untuk obat.Jangan pernah
menggunakan larutan berpotensi kuat tanpa diencerkan sesuai anjuran untuk tujuan
pengobat. Larutan pekat (20-30%) mengiritasi kulit dengan kuat atau membran mukosa
dan harus ditangani dengan hati-hati. 2. Jika sampai tertelan dapat mengakibatkan iritasi
dan tukak pada lambung.
Obat kumur kadang mengandung zat antiseptik misalnya hidrogen peroksida. Pemakaian
hidrogen peroksida dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya black hairy
tongue yaitu papila lidah memanjang dan membentuk lapisan coklat. Cairan kumur yang
mengandung zat pengoksidasi (oxydizing agent) seperti hidrogen peroksida, berguna dalam
pengobatan gingivitis ulseratif akut (infeksi Vincent) karena organisme yang terlibat bersifat
anaerobik. Zat ini juga bekerja membersihkan karena terjadi busa ketika bersentuhan dengan sisa
makanan dalam mulut. Natrium perborat serupa efeknya dengan hidrogen peroksida.
Sebagai Salah Satu Bahan Oksigenisasi
Salah satu bahan oksigenasi yang paling banyak digunakan adalah larutan hidrogen
peroksida (perhidrol/H2O2) 3%. Pada saat ini di Indonesia belum ada dipasarkan obat
kumur dari bahan oksigenasi yang dipatenkan. Hidrogen peroksida (H202) merupakan
antiseptik karena dapat melepaskan oksigen sebagai zat aktif. Sebagai obat kumur
biasanya dipakai konsentrasi 3%. Pemakaian hidrogen peroksida sebagai obat kumur
dapat mencegah/menghambat pertumbuhan bakteri plak. Hambatan ini dimungkinkan
karena oksigen yang dilepaskan oleh hidrogen peroksida akan mengoksidasi protein
kuman sehingga enzim kuman sebagai penyebab gingivitis menjadi tidak aktif. Hampir 50%
mikroorganisme
anaerob
terdapat
pada
ginggivitis
dan
sangat
sensitif
terhadap
oksigen.
Penggunaan larutan hidrogen peroksida 3% sebagai obat kumur 3 kali sehari selama 2
minggu dapat menurunkan pembentukan plak sebanyak 50% dan menurunkan indeks
radang gingiva sebanyak 22%. Pemakaian hidrogen peroksida 1% selama 5 hari juga
dapat mengurangi terjadinya radang gingiva dan menghambat pembentukan plak.
Penggunaan larutan hidrogen peroksida 3% sebagai obat kumur selama 4 hari
menunjukkan penurunan indeks plak sebanyak 34% dan mengurangi terjadinya radang
gingiva. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hidrogen peroksida sangat
membantu kontrol plak secara mekanis
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Niedner R. Cytotoxicity and sensitization of povidone iodine and other frequently used
anti infective agents. Dermatology (Serial on Internet) 1997 (cited 2010 Dec 27); 195
(2) : 8992.
2. Reimer K, Schreier H, Erdos G, Konig B, Fleischer W. Molecular effects of a
microbicidal substance on relevant microorganisms:electron microscopic and
biochemical studies on povidone iodine. Zentralbl Hyg Umweltmed (Serial on Internet)
1998(cited 2010 Dec 10); 200 (5-6): 423-34
3. Noronha C, Almeida A. Local burn treatment-topical antimicrobial agents. Annals of
burns and fire disasters (Serial on Internet) 2000(cited 2010 Dec 15);
4. San FC, Chien HL, Shu WC. Povidone iodine application induces corneal cell death
through fixation. British Journal of Ophtalmology (Serial on Internet) 2011(cited 2011
Feb 14); 95: 277-83.
5. http://www.situsobat.com/2014/01/betadine-obat-kumur-100-ml.html
6. http://unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/SKRIPSI12.pdf
7. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-1-10.pdf
8. http://eprints.uns.ac.id/10157/1/136690908201005241.pdf
9. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25049/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=2DDA51C995D90F72481BF1B614AADCA2?sequence=4
10. https://www.scribd.com/doc/119455118/obat-kumur
11. http://eprints.uns.ac.id/10157/1/136690908201005241.pdf
12. Martindale : The Complete Drug Reference 35th edition 2.AHFS 2008, elect.version 3. eMIMS Australia, 2003 2006/2007 p.91 4. BNF 54th edition, elect.version. 5. DOEN
2008, hal.39, 68. ( dikutip dari http://www.informasiobat.com/hidrogen%20peroksida )
13. https://perigigiberbagi.wordpress.com/2012/05/27/obat-kumur-seberapa-besar-efeksampingnya/
14. http://www.scribd.com/doc/74884189
15. http://pionas.pom.go.id/book/ioni-bab-12-telinga-hidung-dan-tenggorok-123-obat-yangbekerja-pada-tenggorok/1234-cairan-kumur