Anda di halaman 1dari 14

Bab II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi obat kumur (gargarisma/gargle) menurut FI III adalah sediaan berupa larutan,
umumnya pekat yang harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk
digunakan pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan. Menurut Backer (1990), obat
kumur adalah larutan yang biasanya mengandung bahan penyegar nafas, astrigen, demulsen, atau
surfaktan atau antibakteri untuk menyegarkan dan pembersihan saluran pernapasan yang
pemakainnya dengan berkumur. Menurut Saragin dan Gershon (1972), secara garis besar, obat
kumur dalam penggunaanya dibedakan menjadi 3 yaitu:
1.

Sebagai kosmetik, hanya membersihkan, menyegarkan, atau menghilangkan bau mulut.

2.

Sebagai terapeutik, untuk perawatan penyakit pada mukosa atau ginggiva, pencegahan
karies gigi atau pengobatan infeksi saluran pernafasan.

3.

Sebagai kosmetik dan terapeutik

Berdasarkan komposisinya, Saragin dan Gershon (1972) menggolongkan obat kumur dalam
berbagai jenis, yaitu;
1.

Obat kumur untuk kosmetik; terdiri atas air (dan boasanya alcohol), flavor, dan zat
pewarna. Biasanya mengandung surfaktan dengan tujuan meningkatkan kelarutan

2.

minyak atsiri
Obat kumur yang mempunyai tujuan utama untuk menghilangkan atau bakteri yang
biasanya terdapat dalam jumlah besar dalam saluran nafas. Komponen antiseptic dari

3.

obat kumur ini memegang peranan utama untuk mencapai tujuan tersebut.
Obat kumur yang bersifat sebagai astringent, dengan maksud member efek langsung
pada mukosa mulut, juga mengurangi flokulasi dan presipitasi protein ludah sehingga
dapat dihilangkan secara mekanis

4.

Obat kumur yang pekat yang penggunaannya perlu diencerkan terlebih dahulu.

5.

Obat kumur untuk terapeutik, diformulasikan untuk meringankan infeksi, mencegah


karies gigi dan untuk meringankan kondisi patologis pada mulut, gigi atau tenggorokan.

POVIDONE IODINE (BETADINE GARGLE)

Tahun 1955, povidone iodine mulai diperdagangkaan setelah banyak diminati sebagai
desinfektan. Merupakan antiseptik eksternal dengan spektrum mikrobisidal untuk pencegahan
atau perawatan pada infeksi topikal yang berhubungan dengan operasi, luka sayat, lecet,
mengurangi iritasi mukosa ringan.
STRUKTUR POVIDONE IODINE
Unsur Iodium merupakan suatu germisid efektif. Mekanismenya tidak diketahui dengan jelas.
Larutan iodium 1:20.000 membunuh bakteri dalam 1 menit dan spora dalam 15 menit. Iodium
yang digabungkan dengan polivinil pirolidon menghasilkan suatu kompleks iodofor. Povidone
iodine terdiri dari polyvinylpyrrolidone (povidone, PVP) dan elemen iodine sekitar 1% iodine.

PVP-I adalah suatu bahan yang dapat larut dalam air dingin, ethyl alcohol, isopropyl alcohol,
polyethylene glycol, dan glycerol. Lebih stabil bila dibandingkan dengan larutan iodine tincture
atau larutan lugol
FUNGSI POVIDONE IODINE
Povidone iodine merupakan iodine kompleks yang berfungsi sebagai antiseptik, mampu
membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa, dan spora bakteri. Selain
sebagai obat kumur (mouthwash) yang digunakan setelah gosok gigi, povidone iodine gargle
digunakan untuk mengatasi infeksi-infeksi mulut dan tenggorok, seperti gingivitis (inflamasi di
gusi) dan tukak mulut (sariawan).

INDIKASI

Adanya abses akibat infeksi, sariawan, bau mulut, nafas tak segar, infeksi yang disertai

dengan rasa nyeri seperti pada faringitis.


Mengobati infeksi jamur pada mulut, tonsilitis, stomatitis (radang rongga mulut),

gingivitis (radang gusi), peradangan pada mulut dan faring.


Untuk pasien bakterisida, virusida, protozoasida, sporisida, yeastisida, pada kebersihan
mulut sebelum, selama dan setelah operasi gigi dan mulut.

KONTRA INDIKASI

Tidak direkomendasikan untuk anak-anak. Tidak digunakan untuk orang-orang yang


alergi terhadap yodium, tidak digunakan untuk ibu hamil dan juga menyusui.

EFEK SAMPING

Iritasi iodosyncratic mucosal dan reaksi hipersensitif. Absorpsi berlebihan dapat


menyebabkan efek samping sistemik seperti metabolik asidosis, gangguan fungsi renal
dan hypernatremia, memberikan pewarnaan yang tidak baik pada gigi geligi maupun gigi

tiruan atau restorasi lainnya.


Gangguan indra perasa, terbentuknya tar-tar didalam gigi, iritasi pada mulut dan lidah,
erosi mukosa, retensi sodium, kelenjar membesar pada kedua sisi wajah atau leher, serta
ulkus atau luka dimulut.

CARA KERJA & CARA PAKAI POVIDONE IODINE


Aktifitas antimikroba povidone iodine dikarenakan kemampuan oksidasi kuat dari iodine bebas
terhadap asam amino, nukleotida dan ikatan ganda, dan juga lemak bebas tidak jenuh. Hal ini
menyebabkan povidone iodine mampu merusak protein dan DNA mikroba. Kemampuan
povidone iodine dalam hal infalamasi adalah menghambat interleukin-1 beta (IL-1) dan
interleukin -8 (IL-8).

Cara pakai :

1. Larutkan atau encerkan dengan volume yang sama dengan air, kumur atau bilas hingga
10 ml selama 30 detik tanpa ditelan,
2. Ulangi sampai 4 kali sehari, sampai 14 hari berturut-turut, atau seperti yang dianjurkan
dokter.

Chlorhexidine
Chlorhexidine adalah suatu antiseptik yang termasuk golongan bisbiguanide yang umumnya
digunakan dalam bentuk glukonatnya. Chlorhexidine banyak digunakan para ahli kesehatan gigi
baik sebagai pembersih maupun pengobatan penyakit gigi. Chlorhexidine efektif melawan
berbagai macam mikroorganisme, misalnya bakteri Gram positif dan Gram negative. Salah satu
mekanisme yang dapat menjelaskan efektivitas kerja chlorhexidine adalah adanya ikatan atau
interaksi antara muatan positif chlorhexidine dengan muatan negatif partikel fosfat dinding
bakteri, yang memungkinkan penetrasi molekul chlorhexidine ke dalam tubuh bakteri dan
menimbulkan efek toksik.
Chlorhexidine memiliki sifat bakterisid dan bakteriostatik, baik untuk bakteri Gram positif
maupun Gram negatif, meskipun kurang begitu efektif untuk beberapa kuman Gram negatif.
Chlorhexidine juga memperlihatkan aktivitas terhadap sarung virus, meskipun data mengenai hal
ini masih terbatas. Mekanisme kerja chlorhexidine adalah dengan merusak membran sel, bukan
karena inaktivasi ATP-ase seperti yang diperkirakan sebelumnya. Salah satu efek samping
chlorhexidine adalah dapat meningkatkan bau mulut.

Konsentrasi chlorhexidine
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa chlorhexidine dengan konsentrasi 0,1%- 0,2% efektif
terhadap gingivitis. Penelitian menunjukkan bahwa berkumur dengan chlorhexidine 0,2% dua
kali sehari sebanyak 10 ml dapat menurunkan skor plak sebesar 85% dan skor perdarahan
sebesar 77% pada hari ke-7 (Prijantojo dan Lelyati 1992 cit. Rosmelita 2003), sedangkan
penelitian Alberto dkk, (1991) menemukan bahwa chlorhexidine 0,12% efektif menekan jumlah
bakteri aerob dan an-aerob fakultatif dalam mulut sampai 97%.
Klorhexidin glukonat yang dipakai sebagai dental gel, obat kumur, bahan pembersih gigi tiruan.
Sebagai dental gel dipakai konsentrasi 1% sedangkan sebagai obat kumur dipakai konsentrasi
0,2%. Klorhexidin merupakan derivat bis-biquanite yang efektif dan mempunyai spektrum luas,
bekerja cepat dan toksisitasnya rendah.9 Bahan ini digunakan dalam bentuk yang bervariasi,
misalnya klorhexidin asetat atau glukonat yang merupakan antiseptik yang bersifat bakterisidal
atau bakteriostatik terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Selain itu klorhexidin juga
menghambat virus dan aktif melawan jamur, tetapi tidak aktif melawan spora bakteri pada suhu
kamar. Kelebihan utama chlorhexidine dibandingkan dengan obat kumur kebanyakan lainnya
adalah perlekatannya dengan substansi (jaringan rongga mulut). Ikatannya baik dengan jaringan
lunak maupun keras pada mulut menyebabkan efek chlorhexidine bertahan dalam jangka waktu
yang lama setelah digunakan. Jumlah bakteri dalam saliva secara perlahan berkurang mencapai
antara 10-20% dibandingkan jumlah awal sebelum pemakaian dan tetap bertahan selama 7
hingga 12 jam.
Peranan Chlorhexidine
1. Peranan chlorhexidine dalam menghambat plak
Penelitian Loe dan Schiott dalam Prijantojo (1996) pada golongan Arthus, menyatakan bahwa
chlorhexidine dapat menghambat pertumbuhan plak dan mencegah gingivitis. Pembentukan plak
dapat dicegah dengan berkumur larutan chlorhexidine gluconate 0,12%, namun pengaruh
chlorhexidine terhadap plak subgingiva berkurang jika dibandingkan pengaruh chlorhexidine
terhadap plak supragingiva.
Mekanisme penghambatan pembentukan plak oleh chlorhexidine adalah sebagai berikut :

a. Mengikat kelompok asam anionik dari glikoprotein saliva sehingga pembentukan pelikel
akuid terhambat. Hal ini menghambat kolonisasi bakteri plak.
b. Mengikat plasma polisakarida yang menyelubungi bakteri atau langsung berikatan
dengan dinding sel bakteri. Ikatan dengan lapisan polisakarida yang menyelubungi
bakteri akan menghambat absorbsi bakteri ke permukaan gigi atau pelikel akuid.
Sebaliknya ikatan clorhexidine langsung dengan sel bakteri menyebabkan perubahan
struktur permukaannya yang pada akhirnya menyebabkan pecahnya membran sitoplasma
bakteri.
c. Mengendapkan faktor aglutinasi asam dalam saliva dan menggantikan kalsium yang
berperan merekatkan bakteri membentuk massa plak.
2. Peranan chlorhexidine dalam menghambat Streptococcus mutans
Chlorhexidine telah terbukti dapat mengikat bakteri, hal ini dimungkinkan karena adanya
interaksi antara muatan positif dari molekul chlorhexidine dan dinding sel yang bermuatan
negatif. Interaksi ini akan meningkatkan permeabilitas dinding sel bakteri yang menyebabkan
membran sel ruptur, terjadinya kebocoran sitoplasma, penetrasi ke dalam sitoplasma, dan pada
akhirnya menyebabkan kematian pada mikroorganisme.
Keuntungan dan kerugian penggunaan Chlorhexidine
Kelebihan utama chlorhexidine dibandingkan dengan obat kumur lainnya adalah perlekatannya
dengan substansi (jaringan rongga mulut). Ikatan yang baik dengan jaringan lunak maupun keras
pada mulut menyebabkan efek chlorhexidine bertahan dalam jangka waktu yang lama setelah
digunakan. Jumlah bakteri dalam saliva secara perlahan berkurang mencapai antara 10-20%
dibandingkan jumlah awal sebelum pemakaian dan tetap bertahan selama 7 hingga 12 jam.
Produk berbahan dasar chlorhexidine biasanya digunakan untuk melawan dan mencegah
penyakit pada gingiva, misalnya gingivitis. Chlorhexidine ternyata tidak terbukti mengurangi
kalkulus subginggival dan pada beberapa penelitian justru meningkatkan deposit. Jika
dikombinasikan dengan xylitol, akan terjadi efek sinergis antara keduanya, sehingga efektivitas
anti plak chlorhexidine meningkat.
Pada pH fisiologis chlorhexidine mengikat bakteri di permukaan rongga mulut, dapat bersifat
bakteriostatik atau bakterisid tergantung konsentrasinya. Chlorhexidine memiliki sifat
bakteriostatik pada konsentrasi antara 432 ug/ ml. Konsentrasi yang lebih tinggi akan
menyebabkan efek bakterisid, karena terjadinya presipitasi protein sitoplasma. Efek bakterisid

kurang penting dibandingkan dengan efek bakteriostatik. Hambatan pertumbuhan plak oleh
chlorhexidine dihubungkan dengan sifat chlorhexidine untuk membentuk ikatan dengan
komponen pada permukaan gigi.
Indikasi
Menurut Singh dan Surender (2007) indikasi penggunaan chlorexidine, adalah :
a. Gingivitis
b. Lesi intra oral
c. Denture stomatitis
d. Acute aphtous ulcer.
e. Periodontitis
f. Menghambat pembentukan plak
g. Mencegah karies
h. Mencegah terjadinya osteitis alveolar pasca pencabutan molar ketiga yang impaksi
Kontraindikasi
a. penggunaan chlorhexidine
chlorhexidine.

adalah

pasien

memiliki

hipersensitifitas

terhadap

Efek Samping
Salah satu efek samping dari penggunaan chlorhexidine adalah dapat meningkatkan bau mulut.
Chlorhexidine dinonaktifkan oleh komponen anionik, termasuk surfaktan anionik yang biasa
digunakan pada pasta gigi dan obat kumur. Karena alasan inilah obat kumur chlorhexidine
sebaiknya digunakan minimal 30 menit setelah penggunaan produk mulut yang lain. Untuk
mendapatkan efek terbaik, makanan, minuman, dan rokok harus dihindari minimal satu jam
setelah penggunaan obat kumur (Denton, 2001). Efek negatif yang paling banyak dikeluhkan
oleh pasien pengguna chlorhexidine adalah munculnya noda pada gigi, mulut dan mukosa pipi
setelah 2 minggu pemakaian. Selain itu, berkumur dengan menggunakan chlorhexidine juga
dapat menimbulkan iritasi pada mukosa mulut, sensasi terbakar, dan perubahan persepsi rasa

Efek samping yang juga dapat ditimbulkan oleh penggunaan chlorhexidine dalam jangka waktu
yang lama, diantaranya adalah :
a. Taste alteration
b. Staining / pewarnaan pada gigi, lidah dan restorasi
c. Iritasi mukosa
d. Deskuamasi mukosa
e. Contact dermatitis
f. Photosensitivity
g. Transient parotitis
Cara pemakaian dan penggunaan
Chlorhexidine dinetralisasi oleh pasta gigi, terutama yang mengandung sodium lauryl sulfate dan
sodium monofluorophosphat. Meskipun data masih terbatas, untuk memaksimalkan efektivitas
chlorhexidine disarankan memberi jarak 30 menit sampai dua jam antara waktu menyikat gigi
dan berkumur
Menurut Greenstein, dkk (1986) bentuk bahan antiplak yang dikembangkan saat ini adalah
bervariasi. Untuk tujuan kontrol plak supragingival, bahan antiplak yang digunakan bisa
berbentuk cairan atau pasta. Sedangkan untuk tujuan kontrol plak subgingival, bentuk bahan
antiplak yang digunakan pada umumnya adalah berupa cairan atau jel. Cara pemakaian
chlorhexidine bervariasi tergantung bentuk sediaannya terdapat beberapa cara penggunaan
chlorexidine, diantaranya :
1. Chlorexhidine yang dikemas dalam bentuk obat kumur.
Obat kumur dapat dibedakan atas :
a. Obat kumur biasa
Merupakan obat kumur yang biasa digunakan setelah menyikat gigi pada kesempatan lain yang
tidak bersamaan dengan watu penyikatan gigi.

b. Obat kumur pra-penyikatan


Merupakan obat kumur yang penggunaannya sesaat sebelum 15
menyikat gigi (prebrushing rinse). Dasar pemikiran bagi penggunaan obat kumur pra-penyikatan
adalah untuk melonggarkan perlekatan plak sehingga lebih mudah tersingkirkan pada waktu
penyikatan gigi. Mengenai manfaat obat kumur pra-penyikatan, tampak masih kontroversial
namun demikian ada kesan bahwa hasil penelitian mengenai efektivitas obat kumur prapenyikatan adalah lebih disebabkan perbedaan aktivitas bahan deterjen yang digunakan dalam
melonggarkan perlekatan plak. (Gambar 2.2)

2. Disemprotkan
Bahan yang digunakan dikemas dalam bentuk bahan semprot (spray). Bahan antiplak berupa
semprotan ini dikembangkan dengan pertimbangan agar bahan anti plak lebih mudah mencapai
semua daerah di rongga mulut, terutama bagi mereka yang karena keadaan fisiknya tidak dapat
berkumur dengan baik. (Gambar 2.3)

3. Diirigasikan ke daerah subgingival.


Untuk mengirigasikan bahan anti plak berupa cairan ke darerah subgingival dipergunakan alat
irigasi mulai alat yang sederhana, berupa alat suntik biasa yang jarumnya dibengkokkan dan
ujungnya ditumpulkan, baik atau layak untuk irigasi khususnya yang diproduksi oleh pabrik.
Irigasi subgingival tidak saja dilakukan oleh dokter gigi di klinik tetapi juga bisa dilakukan
pasien sehari-hari di rumah. Dasar pemikiran bagi irigasi subgingival adalah bahwa cara
berkumur atau semprotan tidak efektif mencapai subgingival. Pada kasus periodontitis justru
mikroorganisme subgingival yang harus disingkirkan dalam rangka mengontrol inflamasi yang
terjadi masih terus dilakukan penelitian, namun ada kesan sementara bahwa irigasi subgingival
ini akan sangat bermanfaat bagi perawatan periodontal. (Gambar 2.4)

Zinc Chloride dan alcohol


Zinc chloride dan alcohol adalah salah satu contoh zat Astringent yang ada dalam obat
kumur. Zat astringent (zat penciut) adalah zat yang menyebabkan pembuluh darah lokal
berkontraksi dengan demikian dapat mengurangi bengkak pada jaringan dan juga dapat
menyebabkan prespitasi dan pengendapan protein dinding sel bakteri. Bahan ini juga dapat
memberikan rasa yang menyenangkan bagi pengguna, contoh: alkohol, seng klorida, seng asetat,
aluminium, dan asam-asam organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat.
Alcohol
Alkohol merupakan bagian komposisi obat kumur yang berfungsi sebagai astringents (zat
penciut) dengan tujuan untuk memicu kontraksi pembuluh darah yang dapat mengurangi
bengkak pada jaringan.Pada umumnya obat kumur mengandung 5-25 % alkohol. Alkohol sendiri
dimasukkan ke dalam obat kumur untuk beberapa pertimbangan. Menurut Quirynen dkk (2005)
Alkohol dimasukkan dalam obat kumur dengan pertimbangan sifat-sifat alkohol tersebut,
diantaranya adalah alkohol sendiri merupakan antiseptik dan dapat menstabilkan ramuan-ramuan
aktif dalam obat kumur. Alkohol juga dapat memperpanjang masa simpan dari obat kumur dan
mencegah pencemaran dari mikroorganisme, serta melarutkan bahan-bahan pemberi rasa.
Efek samping alkohol sebagai komposisi dalam obat kumur
Alkohol dalam obat kumur dapat menyebabkan mulut kering, mengurangi produksi air liur yang
akan memperparah bau mulut dan menyebabkan seseorang menjadi lebih beresiko terkena
kerusakan gigi (Ramfjord, 2002).Telah diketahui bahwa ada hubungan antara konsumsi alkohol,
merokok, dan kejadian kanker orofaring. Oleh sebab itu, peningkatan frekuensi penggunaan obat
kumur yang mengandung alkohol diduga juga meningkatkan resiko terjadinya kanker. Menurut
Witt dkk, dengan adanya alkohol sebagai kandungan dari obat kumur, akan membatasi
penggunaan obat kumur tersebut untuk golongan-golongan tertentu, antara lain anak-anak, ibu
hamil/menyusui, pasien dengan serostomia, dan golongan-golongan yang menganut keyakinan
religius tertentu.2 Eldridge dkk (1998) menyatakan bahwa orang-orang dengan mukositis,
pasien-pasien yang mengalami irradiasi kepala dan leher dan gangguan sistem imunitas tidak
disarankan menggunakan obat kumur yang mengandung alkohol. Pada Januari 2009, Dental
Journal of Australia mempublikasikan suatu laporan yang menyatakan bahwa obat kumur yang
mengandung alkohol menjadi salah satu faktor resiko terjadinya kanker mulut. Namun
pernyataan ini dibantah oleh Yinka Ebo of Canccer Research, UK yang menyatakan bahwa

belum ada cukup fakta untuk menyimpulkan bahwa obat kumur yang mengandung alkohol
meningkatkan resiko terjadinya kanker mulut. Penelitian lain menyatakan bahwa resiko terkena
kanker meningkat 5 kali lebih besar pada pengguna obat kumur yang tidak mengkonsumsi
alkohol dan tidak merokok, serta lebih besar pada mereka yang merokok dan mengkonsumsi
alkohol (Farah et al., 2009). Penelitian yang sama juga menunjukkan efek buruk obat kumur
beralkohol yaitu terjadinya erosi gigi dan resiko keracunan pada anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA :

Niedner R. Cytotoxicity and sensitization of povidone iodine and other frequently used
anti infective agents. Dermatology (Serial on Internet) 1997 (cited 2010 Dec 27); 195
(2) : 8992.

Reimer K, Schreier H, Erdos G, Konig B, Fleischer W. Molecular effects of a


microbicidal substance on relevant microorganisms:electron microscopic and
biochemical studies on povidone iodine. Zentralbl Hyg Umweltmed (Serial on Internet)
1998(cited 2010 Dec 10); 200 (5-6): 423-34

Noronha C, Almeida A. Local burn treatment-topical antimicrobial agents. Annals of


burns and fire disasters (Serial on Internet) 2000(cited 2010 Dec 15);

San FC, Chien HL, Shu WC. Povidone iodine application induces corneal cell death
through fixation. British Journal of Ophtalmology (Serial on Internet) 2011(cited 2011
Feb 14); 95: 277-83.

http://www.situsobat.com/2014/01/betadine-obat-kumur-100-ml.html

http://unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/SKRIPSI12.pdf

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-1-10.pdf

http://eprints.uns.ac.id/10157/1/136690908201005241.pdf

1.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25049/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=2DDA51C995D90F72481BF1B614AADCA2?sequence=4

10 2. https://www.scribd.com/doc/119455118/obat-kumur
11 3. http://eprints.uns.ac.id/10157/1/136690908201005241.pdf

Nama kelompok

Dwi marena putri kumona (2012-11-171)


Marsha frieda (2012- 11-172)
Nadilla izzati. W (2012-11-173)
Diva choirunissa (2012-11-174
Rifqi adi kelvianto (2012-11-176)
Adelina rahmadini (2012- 11-177)
Dita mustika devi (2012-11-178)
Nurul harnisa (2012-11-179)
Vikana rauf (2012-11-180)
Elke vanissa feirinda (2012-11-181)

Anda mungkin juga menyukai