Anda di halaman 1dari 3

LARUTAN IRIGASI SALURAN AKAR

Sifat larutan irigasi yang diinginkan:


1. Menghilangkan debris
2. Mengurangi friksi instrumen selama preparasi (lubrikan)
3. Menghilangkan dentin (lubrikan)
4. Melarutkan jaringan anorganik (dentin)
5. Penetrasi ke kanal perifer
6. Melarutkan bahan organik (dentin kolagen, jaringan pulpa, biofilm)
7. Membunuh bakteri dan jamur
8. Tidak mengiritasi atau merusak jaringan periapikal, tidak kaustik atau sitotoksik
9. Tidak melemahkan struktur gigi

LARUTAN IRIGASI
1. Sodium hipoklorit (NaOCl)
Kelebihan Kekurangan
- antibakteri spectrum luas - hanya menghilangkan bagian organik
- membunuh sebagian besar bakteri oral smear layer
dalam waktu cepat saat berkontak - rasa dan bau yang tidak enak
dengan NaOCl
- efektif melarutkan sisa pulpa dan
kolagen
- melarutkan jaringan organik vital dan
nekrotik

Sodium hipoklorit (NaOCl) adalah larutan irigasi yang paling sering digunakan. NaOCl
terurai dalam air menjadi Na+ dan ion hipoklorit OCl-, menghasilkan keseimbangan
dalam asam hipoklorus (HOCl). Asam hipoklorus memiliki aktivitas antibakteri dengan
mengganggu fungsi vital sel mikroba, menyebabkan kematian sel. NaOCl digunakan
dalam konsentrasi 0,5% dan 6%, agen antimikroba yang kuat, langsung membunuh
sebagian besar bakteri saat berkontak dengan larutan. NaOCl juga efektif melarutkan
sisa pulpa dan kolagen, sebagai komponen utama dentin. Hipoklorit adalah satu-
satunya larutan irigasi saluran akar yang dapat melarutkan jaringan organik vital dan
jaringan nekrotik. Meskipun hipoklorit sendiri tidak menghilangkan smear layer, namun
dapat memengaruhi bagian organik dari smear layer, sehingga memungkinkan
penghilangan seluruh smear layer jika dikombinasi dengan EDTA atau asam sitrat.
Kelemahan NaOCl antara lain: rasanya yang tidak enak, toksisitas, dan kemampuannya
yang hanya menghilangkan bagian organik smear layer.

Swastika A. – FKG UNPAD


2. Klorheksidin (CHX)

Kelebihan Kekurangan
- efek antibakteri yang kuat - tidak melarutkan jaringan
- mampu berikatan dengan jaringan keras - tidak menghilangkan biofilm dan debris
gigi organik lainnya
- tidak menyebabkan erosi dentin
- baik digunakan sebagai preparasi
kemomekanis terakhir untuk
memaksimalkan efek antibakteri

Klorheksidin memiliki efektivitas antibakteri yang tidak jauh berbeda dengan NaOCL.
Klorheksidin baik untuk digunakan sebagai irigasi terakhir karena sifatnya yang dapat
berikatan dengan jaringan dentin, sehingga memberi efek antibakteri yang lebih lama.

3. EDTA
Kelebihan Kekurangan
- melarutkan bahan anorganik - tidak berefek terhadap jaringan organik
- Penghilangan smear layer oleh EDTA - tidak memiliki antibakteri
meningkatkan efek antibakteri agen
disinfektan lain pada lapisan dentin yang
lebih dalam

EDTA efektif jika dikombinasikan dengan NaOCl.

INTERAKSI ANTAR LARUTAN IRIGASI

Larutan Irigasi Sifat


NaOCl + EDTA Kelebihan:
- NaOCl mengangkat jaringan organik, EDTA jaringan
anorganik

Kekurangan :
- EDTA menurunkan jumlah klorin pada NaOCl
sehingga menurunkan aktivitas NaOCl.
CHX + NaOCl Kekurangan : tidak dapat bercampur  warna coklat-
orange
CHX + EDTA Kekurangan : warna putih awan dan presipitasi

Swastika A. – FKG UNPAD


Enterococcus faecalis pada saluran akar

Enterococcus faecalis tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, gram positif kokus,
berbentuk ovoid dengan diameter 0,5 – 1 µm, biasanya tunggal, berpasangan atau
berbentuk rantai pendek. Ada tiga komponen utama yang menyusun dinding sel
Enterococcus faecalis : peptidoglikan, teichoic acid, dan polysaccharide. Dinding sel tersusun
atas 40% peptidoglikan, sementara sisanya terdiri dari polysaccharide dan teichoic acid.
Peptidoglikan berfungsi untuk menahan pecahnya sel yang disebabkan oleh tekanan
osmotik sitoplasmik yang tinggi.
Faktor-faktor yang menyebabkan Enterococcus faecalis mampu bertahan pada saluran akar,
antara lain:
- bertahan terhadap ketidaktersediaan nutrisi,
- berikatan dengan dentin,
- menginvasi tubulus dentin,
- mengubah respon host,
- menekan kerja limfosit,
- bersaing dengan bakteri lain,
- membentuk biofilm, dan
- resisten terhadap pemberian kalsium hidroksida.

Kalsium hidroksida tidak efektif dalam membunuh Enterococcus faecalis disebabkan oleh
faktor berikut:
a) Enterococcus faecalis mampu mempertahankan keseimbangan pH, yang merupakan
akibat dari penetrasi ion membran sel dan juga kapasitas bufer sitoplasma bakteri.
Enterococcus faecalis resisten terhadap kalsium hidroksida pada pH <11,1.
b) Enterococcus faecalis memiliki proton pump yang juga mempertahankan
keseimbangan pH. Mekanisme ini dilakukan melalui “pumping” proton ke dalam sel
sampai diperoleh pH internal yang lebih rendah. Fungsi pompa proton intraseluler
merupakan faktor utama dari resistensi Enterococcus faecalis terhadap pH.
c) Adanya kapasitas buffer dentin menyebabkan pH 11,5 tidak dapat dipertahankan di
dalam tubulus dentin, sehingga Enterococcus faecalis tetap hidup dalam tubulus
dentin. Selain itu, berbagai komponen dentin seperti matriks dentin, kolagen tipe I,
hidroksiapatit, dan serum bisa mengurangi efek antibakteri kalsium hidroksida.

Swastika A. – FKG UNPAD

Anda mungkin juga menyukai