i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Sendok cetak individual dengan sebuah window di area flabby
ridge …………..…..................................……………….….…. 12
Gambar 3.3 a. Sebuah shim wax diadaptasikan diatas gigi pada bagian bawah
dari flask. Bagian atas dari flask mengandung shim wax kemudian
Gambar 3.4 c. Penggabungan dua bagia gigitruan dengan resin akrilik self cured . 24
iii
Gambar 3.4 d. Gigitiruan mengambang diatas air untuk memastikan penutupan
Sempurna……………………………………...……………... 24
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
semua gigi alami beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang
telah kehilangan semua gigi geliginya, maka dapat menghambat fungsi pengunyahan,
fungsi fonetik, fungsi estetik dan dapat mempengaruhi keadaan psikis. Kunci
Pemberian terapi gigitiruan lengkap pada pasien dengan residual ridge yang
atrofi merupakan tantangan bagi dokter gigi. Gigitiruan lengkap yang dibuat dengan
cara konvensional terbukti dapat memuaskan sebagian besar pasien, namun untuk
pasien dengan ridge alveolar rahang atas yang rata atau defek rahang atas yang besar,
gigi tiruan konvensional yang dibuat menjadi lebih besar dan berat dan sehingga
Resorpsi yang ekstrim dari area dukungan gigitiruan rahang atas dan rahang
bawah menghasilkan tampakan pipi yang cekung, gigitiruan yang tidak stabil dan
tidak retentif yang dihubungkan dengan rasa nyeri dan tidak nyaman.4 Resorpsi
biasanya terjadi lebih cepat pada rahang bawah dibandingkan rahang atas, tetapi tidak
jarang terjadi kasus resorpsi rahang atas yang berat dengan penurunan area dukungan
1
gigitiruan dan sering menjadi tantangan klinis selama pembuatan gigitiruan lengkap
ridge yang tersisa lebih sempit, lebih terbatas, penurunan jaringan pendukung dan
jarak interridge yang lebih besar. Hal ini dapat mengakibatkan gigitiruan rahang atas
dan ridge augmentation namun kebanyakan pasien yang datang dengan masalah
tersebut adalah pasien geriatri dengan penyakit sistemik, keterbatasan ekonomi, dan
tidak menginginkan durasi perawatan yang lama serta tidak menginginkan prosedur
bedah. Oleh karena itu, cara terbaik untuk merehabilitasi pasien yaitu dengan cara
pembuatan sebuah obturator pada pemulihan defek maksilofasial yang besar. Hal ini
juga telah membuktikan bahwa berat gigitiruan rahang atas dapat dikurangi dengan
membuat hollow maxillary complete denture pada kasus ridge yang atrofi yang dapat
meningkatkan stabilitas dan retensi, dan mengurangi resorpsi lebih lanjut dari
rahang.2,5
2
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menyajikan sebuah penanganan kasus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
setelah kehilangan gigi alami. Atrofi tulang alveolar merupakan gangguan yang
hilang. Hal ini dapat diatasi dengan gigitiruan lepasan, gigitiruan cekat, atau
disebabkan oleh proses ekstraksi, penyakit periodontal, trauma gigi hingga avulsi,
kehilangan gigi. Laju resorpsi tulang alveolar rahang atas dan rahang bawah setelah
ektsraksi gigi atau kehilangan gigi berbeda. Secara klinis resorpsi ridge anterior
rahang bawah empat kali lebih cepat dibandingkan anterior rahang atas.8
Rata - rata penurunan ukuran dari ridge maksimal terjadi pada tiga bulan
hidup pada tingkat lebih lambat, yang mengakibatkan hilangnya jumlah struktur
4
rahang dan akhirnya mengakibatkan kecatatan atau deformitas ridge. Deformitas
ridge edentulous merupakan masalah utama dalam restorasi estetik region anterior.8
1. Faktor anatomi
Laju resorpsi tulang alveolar tergantung dengan besar untuk jenis struktur
tulang termasuk ukuran, bentuk, korteks, dan kepadatan ridge, ketebalan dan
karakter penutup mukosa, hubungan ridge jumlah dan kedalaman dari soket.
2. Faktor Metabolik
relatif dari sel-sel pembentuk tulang dan dengan demikian mempengaruhi laju
3. Faktor Fungsional
Faktor fungsional termasuk frekuensi, intensitas, durasi dan arah tekanan yang
tekanan.
4. Faktor Makanan
5
berkurang. Kekurangan vitamin C menyebabkan dekalsifikasi tulang &dan
5. Faktor Prostetik
baik dan mendistribusikan beban yang lebih luas selebar mungkin. Pemilihan
bahan dan desain gigitiruan yang tepat dapat mengurangi beban bagi area
dukungan gigitiruan sehingga dapat mencegah resorpsi yang parah dari tulang
alveolar.
kerusakan ridge dalam arah bukolingual dengan tinggi ridge yang normal (kerusakan
dalam dimensi horizontal), kelas II berupa kerusakan ridge dari arah apikokoronal
dengan lebar yang normal ( kerusakan dalam dimensi vertikal), dan kelas III berupa
6
(a) (b) (c)
1. Atrophic ridges
merupakan tantangan klinis yang dihadapi oleh para dokter gigi di seluruh
ditemukan pada ridge rahang bawah daripada rahang atas. Hal ini
atas.
2. Flabby Ridges
7
mulai dari 2 sampai 4 mm. Di daerah lain dimana atrofi dari prosesus
menjadi longgar dan lembek. Ketebalan mukosa tersebut lebih dari 4 mm.
Hal ini dapat dilihat di salah satu lengkung rahang tapi umumnya terkait
dengan bagian frontal dari ridge dan tuberositas maksilla yang melayang.
Flabby ridge atau jaringan bergerak sering terlihat di ridge anterior rahang
atas saat daerah edentulous rahang atas diioklusikan dengan gigi alami di
daerah anterior rahang bawah. Kelly pada tahun 1972 melaporkan bahwa
Hal ini menyebabkan hilangnya tulang dari anterior rahang atas dengan
residual di daerah edentulous. Mukosa terjepit antara basis gigi tiruan dan
tulang yang menyebabkan rasa sakit di atas ridge. Struktur tulang yang
8
mendasari ridge residual mungkin menjadi penyebab sakit kronis di
terbentuk karena resorpsi cepat pada sisi labial dan lingual dari ridge
tipis, tajam tapi halus. Jenis ridge ini menimbulkan sakit karena tekan dan
jenis ridge ini hanya dilihat di rahang bawah. Menurut Meyer terdapat
4. Abused Ridges
9
2.2 GIGITIRUAN LENGKAP
Gigi tiruan lengkap adalah gigi tiruan lepasan yang menggantikan semua atau
seluruh gigi alami dan struktur pendukungnya yang telah hilang pada rahang atas dan
rahang bawah.12
1. Faktor fisis
b) Postdam area atau posterior palatal seal (khusus pada rahang atas)
10
3. Luasnya permukaan basis gigitiruan yang menempel pada mukosa (fitting
surface)
4. Residual ridge oleh karena tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai
pegangan.
lengkap, terlepas dari keunggulan keterampilan dokter gigi, teknik dan masalah
pasien, tentu saja modifikasi tertentu dibuat untuk memenuhi permintaan pasien.
Gigitiruan tersebut dapat disebut sebagai gigitiruan lengkap khusus atau non
konvensional.3,13
Salah satu kesulitan umum yang menantang bagi dokter gigi adalah jaringan
fibrous yang bergerak pada ridge rahang atas. Jaringan itu disebut sebagai flabby atau
jaringan lunak hiperplastik. Masalah yang terkait dengan flabby ridge yaitu retensi/
stabilitas dari gigitiruan lengkap rahang atas dan kurangnya ruang interoklusal
11
posterior. Flabby ridge harus dibebaskan ketika dilakukan pencetakan karena dapat
menyebabkan rasa nyeri ketika gigitiruan dipakai dan akan cenderung membuat
gigitiruan terangkat ketika gigi tidak dalam kontak oklusi. Watson menjelaskan
bahwa teknik mencetak window dibuat menggunakan sendok cetak individual dengan
sebuah lubang atau window diatas jaringan flabby (biasanya pada anterior).
Gambar 2.2 Sendok cetak individual dengan sebuah window di area flabby ridge
Sumber : Rai N, Shankar S, Jagadeesh, Rani S. Unconventional complete dentures. JDOB. 2012; 3(1):
p.36-40.
disebabkan karena scleroderma, fibrosis submukosa oral, reseksi bedah wajah, dan
neoplasma oral, serta ganguan TMJ. Sejak pasien memiliki keterbatasan pembukaan
mulut, metode konvensional menjadi sulit dan menantang. Oleh karena itu
cetak, teknik pencetakan sectional disarankan. Sendok cetak tersebut dibagi menjadi
12
dua bagian. Cetakan akhir dibuat dengan bahan cetak non-eugenol karena eugenol
13
3. Gigitiruan lengkap dukungan liquid
menangani kasus tersebut. Salah satu dari teknik tersebut adalah dengan membuat
tersedia.
Prinsip desainnya adalah gigitiruan ini menjadi fleksibel dan terus beradaptasi
dengan mukosa. Liquid yang biasa digunakan adalah gliserin. Adaptasi yang baik
dukungan, retensi, dan stabilitas., distribusi tekanan mastikasi yang optimal sehingga
pasien.
14
4. Gigitiruan Basis Logam
memiliki sifat mekanik, biologi, dan estetik yang baik. Tetapi dalam penggunaannya
memiliki kekurangan karena tekanan parafungsi/ fungsional yang berlebih pada kasus
bruksism atau gigitiruan lengkap dengan gigi alami pada rahang bawah. Gigitiruan
Basis logam yang tipis memiliki beberapa keuntungan, selain rigid dan
resisten terhadap fraktur, juga memiliki kekuatan yang baik, adaptasi yang baik
dimensi dalam jangka waktu yang lama karena absorpsi cairan, dan tidak ada
gangguan fonetik.
15
5. Gigitiruan Hollow
Pembuatan gigi tiruan secara konvensional pada pasien dengan resorpsi ridge
atau defek maksillofasial yang besar dapat menyebabkan gigitiruan tersebut menjadi
lebih besar dan lebih berat sehingga berdampak pada retensi dan stabilitas protesa
yang buruk. Reduksi dari ketinggian residual ridge meningkatkan jarak interrahang
yang meningkatkan jumlah bahan basis selama pembuatan dan basis tersebut
memiliki retensi yang kurang. Tujuan untuk mengurangi berat dapat dilakukan
dengan merencanakan pembuatan ruang hollow pada basis gigitiruan. Bahan yang
dapat digunakan termasuk spacer solid tiga dimensi seperti dental stone, selofan,
asbes, silicon putty atau modeling clay selama proses laboratorium (tabel 1).
Holt et.al (1981) memproses sebuah shim dari resin akrilik di atas residual
ridge dan menggunakan sebuah spacer yang kemudian akan dihilangkan dan dua
teknik double flask untuk pembuatan obturator dengan menambahkan resin akrilik
heat polymerized diatas cor definitif dan processing ketebalan minimal resin akrilik
di sekitar gigi menggunakan cara yang berbeda. Kedua bagian dari resin tersebut
sebuah metode modifikasi untuk pembuatan gigitiruan lengkap hollow rahang atas
dengan menggunakan putty silikon yang nantinya akan dihilangkan setelah prosedur
processing.
16
Indikasi hollow maxillary denture:
situasi tersebut karena dengan adanya hollow dapat mengurangi berat gigitiruan
sehingga mengurangi beban pada residual ridge dan membuat pasien merasa nyaman.
17
Tabel 2.1 Ringkasan berbagai metode dalam literature4
Penulis Teknik (tipe spacer yang Kekurangan
digunakan)
Chalian and Barnett Resin akrilik Menambah bobot
(1972) autopolimerisasi gigitiruan dan ketebalan
bagian berongga
Tanaka et al. (1977) Polyurethane foam Penggunaan asbes
menimbulkan risiko
berbahaya bagi kesehatan
Worley and Kniejski Asbes
(1983)
Matalon and Fuente
(1976) Gula
Parel and Fuente (1978)
Schneider (1978 Es
Elliot (1983)
Modelling clay
Da Breo (1990)
Andrew Rothenbergerand Dental plaster
& Winsley (1998)
Blair dan Hunter (1998) Plaster dan campuran
Holt (1981) pumice
Jhanji (1991)
Silikon Putty
Sullivan et.al (2004)
Mahdy (1969) Penambahan prosedur
Fattore et.al (2004) laboratorium. Penambahan
Benington (1989) Teknik Double-flask siklus curing dapat
menyebabkan protesa
bengkok
Da Breo (1990) Teknik menggunakan Kekuatan dan daya tahan
Polyzois (1992) visible light polymerized protesa ini masih
resin dipertanyakan
6. Gigitiruan Immediate
untuk penempatan segera setelah ekstraksi dari gigi alami. Keuntungan dari gigitiruan
immediate adalah mencegah rasa malu tampil di depan umum tanpa gigitiruan.
18
Gigitiruan immediate juga dapat meminimalkan perubahan pada penampilan pasien
yang terjadi setelah ekstaksi gigi alami. Komplikasi post ekstraksi dikurangi dengan
bleeding, melindungi luka dari trauma, mencegah masuknya makanan dan cairan ke
dalam luka, melindungi bekuan darah dan mempercepat penyembuhan serta dapat
prosedur laboratorium dan klinis yang kompleks, dan variasi tulang dan jaringan
lunak dapat mempengaruhi retensi, kebutuhan akan rebasing, dan try in pada daerah
7. Gigitiruan Fleksibel
Bahan basis gigitiruan fleksibel adalah dari nilon berbasis resin termoplastik.
konvensional dengan basis akrilik yang rigid. Basis gigitiruan fleksibel yang bebas
logam dan bersifat translusen yang mampu meniru penampilan seperti gusi yang
alami sehingga sangat sulit dideteksi dalam rongga mulut. Beberapa produk
Bahan gigitiruan fleksibel sangat kuat dan dapat dibuat sangat tipis sehingga
membuat pasien merasa nyaman dan memiliki estetik yang baik. Gigitiruan fleksibel
juga dapat mengurangi keluhan post insersi seperti trauma akibat gigitiruan (ulserasi).
19
Gigitiruan fleksibel telah terbukti menjadi pilihan perawatan yang baik untuk kasus
gigi untuk memberikan mereka dua set gigitiruan bukan satu. Mereka tidak dapat
menghadapi rasa malu tanpa gigitiruan, meskipun untuk waktu yang singkat atau
pada kasus fraktur gigitiruan. Estetik dari gigitiruan sebelumnya dapat didupliksi
20
BAB III
CONTOH KASUS
Prosthodontisc and Crown & Bridge dengan keluhan utama kesulitan mengunyah
makanan dan gigitiruan rahang atasnya berat. Riwayat pasien mengungkapkan bahwa
pasien edentulous sejak dua tahun terakhir dan dia telah mengenakan gigi palsu
selama satu setengah tahun. Riwayat medis mengungkapkan bahwa tidak ada
rahang atas dan rahang bawah (Gambar 3.1 a,b). Jarak interarch lebih dari normal.
Gigi tiruan pasien sebelumnya berat dan lebih panjang. Setelah menganalisa setiap
opsi yang tersedia, diputuskan untuk membuat hollow maxillary complete denture.
Pasien juga menyetujui modalitas perawatan seperti itu ringan, murah dan merupakan
prosedur non-bedah.
a. b.
. .
Gambar 3.1 a. Gambaran intraoral dari ridge rahang atas b. Gambaran intraoral dari
ridge rahang bawah
Sumber : Kaur H, Arora A, Arora P, Kumar N. Hollow maxillary complete denture- a treatment option
for atrophied ridges: a case report. IJCDC. 2016; 6(1): p.702-4.
21
Prosedur :
1. Cetakan pendahuluan dan akhir dari ridge rahang atas dan rahang bawah dibuat.
2. Sebuah record base dibuat dari cor definitif rahang atas dengan mengikuti
4. Dua flask gigi terpisah dengan bagian atas yang dapat ditukar digunakan untuk
5. Setelah dicoba, gigitiruan rahang atas dimasukkan dalam flask pertama dan
6. Acrylic stop dibuat pada recorded base yang akan membantu dalam penempatan
7. Sebuah shim wax yang mengandung dua lapisan base plate wax kemudian
diaplikasikan di atas area gigi tiruan dari flask untuk memastikan bahwa tutup
dari flask mengandung cor definitif dan record base ditutup sepenuhnya dengan
8. Pada penutupan flask, acrylic stop pada basis gigitiruan permanen membentuk
depresi dalam shim wax, wax tersebut menipis dari daerah di antara depresi.
9. Flask mengandung gigi tiruan dengan shim wax di tempat itu kemudian ditutup
10. Dewaxing, packing, dan processing dilakukan seperti biasa (gambar 3.3 b).
11. Hal ini menghasilkan dua bagian, basis gigitiruan dan setengah mengandung
22
12. Kelebihan resin akrilik di antara acrylic stop yang akan membatasi ruang hollow
dikurangi.
15. Gigi tiruan itu diinsersikan ke dalam mulut pasien dan pasien sangat puas dengan
a. b.
.
Gambar 3.2 a. Prosedur laboratorium – setelah dewaxing b. Acrylic stop dibuat
diatas basis gigitiruan permanen
Sumber : Kaur H, Arora A, Arora P, Kumar N. Hollow maxillary complete denture- a treatment
option for atrophied ridges: a case report. IJCDC. 2016; 6(1): p.702-4.
23
a. b.
. .
Gambar 3.3 a. Sebuah shim wax diadaptasikan diatas gigi pada bagian bawah dari
flask. Bagian atas dari flask mengandung shim wax kemudian ditutup dan diflask
menggunakan tutup dari flask kedua b. shim wax dilelehkan dan processing
dilakukan
Sumber : Kaur H, Arora A, Arora P, Kumar N. Hollow maxillary complete denture- a treatment option
for atrophied ridges: a case report. IJCDC. 2016; 6(1): p.702-4.
a. b.
. .
c. d.
.
Gambar 3.4 a. Komponen gigitiruan. b. Aproksimasi dua bagian gigitiruan
c. Penggabungan dua bagia gigitruan dengan resin akrilik self cured d. Gigitiruan
mengambang diatas air untuk memastikan penutupan sempurna
24
Sumber : Kaur H, Arora A, Arora P, Kumar N. Hollow maxillary complete denture- a treatment option
for atrophied ridges: a case report. IJCDC. 2016; 6(1): p.702-4.
a. b.
. .
Gambar 3.5 a. Pasien sebelum menggunakan gigitiruan b. Pasien setelah
menggunakan gigi tiruan
Sumber : Kaur H, Arora A, Arora P, Kumar N. Hollow maxillary complete denture- a treatment option
for atrophied ridges: a case report. IJCDC. 2016; 6(1): p.702-4.
25
BAB IV
PEMBAHASAN
setelah kehilangan gigi alami. Atrofi tulang alveolar merupakan gangguan yang
menyebabkan beberapa masalah fisik pada pasien edentulous. Resorpsi residual ridge
umumnya terjadi setelah ekstraksi gigi. Derajat kehilangan tulang dan resorpsi
dianggap sebagai sebuah penyakit mulut yang kompleks dengan karakteristik yang
bagi dokter gigi. Resorpsi yang parah ridge pada maksilla ditambah dengan adanya
gaya gravitasi akan menyebabkan peningkatan jarak interridge rahang atas dan bawah
dan kemampuan area pendukung gigitiruan berkurang yang pada akhirnya akan
pilihan rehabilitasi dapat menggunakan implan dengan dukungan over denture dan
ridge augmentation tetapi kebanyakan pasien yang datang dengan masalah tersebut
adalah pasien geriatri dengan penyakit sistemik, keterbatasan ekonomi, dan tidak
bedah.6
26
Menurut Saurabh dkk14 mengatakan bahwa jika gigi tiruan konvensional
dibuat pada kasus dengan ridge alveolar rahang atas yang rata, dapat menyebabkan
peningkatan berat dari gigi tiruan yang kemudian dapat berdampak terhadap
peningkatan resorpsi tulang alveolar rahang atas dengan cepat. Selain modifikasi
modifikasi tipe gigitiruan juga dapat diterima lebih baik oleh pasien. Hollow
maxillary complete denture adalah metode terbaik dalam rehabilitasi pasien dengan
resorpsi ridge yang parah dengan ruang interrahang yang berlebih. Rongga pada
gigitiruan tidak hanya mengurangi berat dari gigitiruan tetapi juga mengurangi
pengungkitan. Hal ini akhirnya menghasilkan peningkatan retensi dan stabilitas dan
hal itu juga mungkin untuk menjaga residual ridge alveolar yang ada.6
termasuk dental stone, plastik dibungkus asbestos, silikon putty, atau modeling clay
telah digunakan selama proses laboratorium dengan menghilangkan bahan dasar gigi
Holt et.al memproses sebuah shim dari resin akrilik di atas residual ridge dan
menggunakan sebuah spacer yang kemudian akan dihilangkan dan dua bagian
direkatkan dengan resin akrilik autopolimerisasi. Holt memproses shim dari resin
akrilik diatas ridge residual dan menggunakan spacer (Insta-mold; Nobilium, Albany,
NY). Resin itu diindeks dan setengah gigi tiruan diproses terhadap spacer dan shim.
spacer itu kemudian dihilangkan dan 2 bagian direkatkan dengan resin akrilik
27
utama dari teknik tersebut adalah hubungan antara dua bagian sebelumnya yang
dipolimerisasi dari gigi tiruan terdapat di perbatasan gigi tiruan. Hubungan yang
gigitiruan sehingga meningkatkan risiko kebocoran. Kerugian lain adalah sulit untuk
Fattore et.al menggunakan sebuah variasi dari teknik flask double untuk
pembuatan obturator dengan menambahkan resin akrilik heat polymerized diatas cor
definitif dan processing ketebalan minimal resin akrilik di sekitar gigi menggunakan
cara yang berbeda. Kedua bagian dari resin tersebut dilekatkan menggunakan resin
pembuatan gigitiruan lengkap hollow rahang atas dengan menggunakan putty silikon
yang nantinya akan dihilangkan setelah prosedur processing. Sebuah matriks yang
jelas dari basis gigitiruan dibuat. Basis protesa kemudian dibentuk dengan cara
konvensional sampai wax hilang. Sebuah shim resin akrilik heat polymerized dengan
yang jelas. Prosedur processing dilakukan. Silikon itu kemudian dihilangkan dari
akhir distal dari gigi tiruan dan pembukaannya dengan seal resin autopolimerisasi.
Meskipun teknik ini berguna dalam estimasi ketebalan spacer, tapi pembuangan putty
ditemukan menjadi sulit terutama dari bagian anterior gigitiruan. Selain itu,
pembukaan yang terbuat dari akhiran distal harus cukup besar untuk mengambil putty
yang keras.6,14
28
Teknik yang dijelaskan dalam contoh laporan kasus ini adalah sebuah
modifikasi dari teknik yang dijelaskan Holt. Teknik ini memiliki beberapa
keuntungan diantara teknik yang lain. Teknik ini sederhana, ekonomis, menghemat
rongga. Teknik ini memberikan kesempatan untuk kontrol dari ketebalan resin
akrilik yang membentuk bagian hollow. Juga, penyatuan bagian dengan resin
menggunakan resin akrilik heat cure. Meskipun demikian, teknik ini memiliki
keterbatasan. Hubungan antara dua bagian dari gigitiruan yang disatukan dengan
bahwa dengan mengurangi berat gigi tiruan pada maksila, baik dengan membuat
hollow maxillary complete denture atau dengan mengubah bidang oklusi sampai
batas tertentu, sisa ridge alveolar dapat terjaga. Keuntungan tambahan dari hollow
maxillary denture adalah peningkatan dalam retensi dan stabilitas dapat dicapai.
Keuntungan lainnya adalah penurunan berat yang berlebihan dari resin akrilik,
sehingga gigi tiruan lebih ringan, dan penurunan tekanan pada sisa alveolar sehingga
teknik yang dilakukan oleh Fattore dkk dan Holt. Dalam teknik “lost-salt”, kristal
29
garam yang panas akan meleleh selama prosedur curing dan adanya pembilasan
menyeluruh setelah curing menyebabkan tidak ada kristal garam yang tersisa di
teknik yang rumit dalam menghilangkan materi spacer dari gigi tiruan. Teknik lost-
salt juga merupakan teknik yang sederhana untuk digunakan dan menggunakan bahan
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Rehabilitasi pasien dengan ridge yang atrofi merupakan tantangan bagi dokter
overdenture dan ridge augmentation tetapi kebanyakan pasien yang datang dengan
ekonomi, dan tidak menginginkan durasi perawatan yang lama serta tidak
complete denture dapat menjadi pilihan perawatan pada kasus ridge yang atrofi
karena dapat meningkatkan stabilitas dan retensi, penurunan tekanan pada sisa
alveolar, dan mengurangi resorpsi lebih lanjut dari tulang alveolar sehingga membuat
5.2 Saran
kenyamanan pasien.
31
DAFTAR PUSTAKA
2. Kaira LS, Negi KS, Parihaar S, Bisht R. Light weight hollow denture- a case
series. NUJHS. 2013; 3(2): p.95-9.
10. Gupta A. Residual ridge resorption: a review. IJDS. 2010; 2(2): p. 7-11.
11. Rios HF, et al. Clinical periodontology and implant dentistry. Inggris: Wiley
Blackwel; 2015. p. 1904.
12. Abu B. Kedokteran gigi klinis. Yogjakarta: Quantum Sinergis Media; 2012.
p.184-5.
32
14. Chaturvedi S, Verma Ak, Ali M, Vadhvani P. Hollow maxillary denture: a
simplified approach. People’s J of Scie Research. 2002:5(2): p.47-50.
16. Negi and Kaira LS. Hollow maxillary denture-a new ray of hope for resorbed
ridges. DHR-IJMS. 2014;5(1): p.72-8
17. Himanshi A, Sunit KJ, Raghuwar DS, Pooran C, Pradeep K. Lost salt
technique for severely resorbed alveolar ridges: an innovative approach.
Contemporary Clinical Denst. 2012:3(3):p.352-5.
33