Anda di halaman 1dari 29

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

SKILL LAB ENDODONTIK

Oleh :

TIM PENYUSUN
BAGIAN KONSERVASI GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

2021/2022
1. PENDAHULUAN

MATAKULIAH : SKILL LAB ENDODONTIK


KODE MATAKULIAH :KGE7109
BOBOT SKS :1 SKS
SEMESTER : VIII (DELAPAN)

1.1. GAMBARAN UMUM PRAKTIKUM / SKILL LAB

Skill Lab Endodontik merupakan praktikum skill lab yang dilaksanakan


bagi mahasiswa tingkat 4 dengan bobot 1 SKS. Mahasiswa melakukan
pekerjaan sesuai requirement yang telah ditentukan pada phantom dengan gigi
asli sesuai ketentuan. Seluruh requirement Skill Lab Endodontik diselesaikan
dalam 14 pertemuan dengan waktu 160 menit tiap pertemuan, termasuk dengan
pre-test dan post-test.

1.2. AREA KOMPETENSI

Area kompetensi atau domain dari Standard Kompetensi Dokter Gigi yang
akan dicapai pada praktikum/skill lab ini adalah:
Domain IV: Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognati
Melakukan tindakan pemulihan fungsi sistem stomatognatik melalui
penatalaksanaan klinik.
a. Kompetensi Utama
Melakukan perawatan konservasi gigi sulung dan gigi permanen yang
sederhana
b. Kompetensi Penunjang
- Menentukan indikasi perawatan konservasi gigi sulung dan gigi
permanen.
- Mengisolasi gigi geligi dari saliva dan bakteri.
- Melakukan preparasi gigi sulung dan gigi permanen sesuai indikasi
perawatan.
- Merestorasi gigi sulung dan gigi permanen dengan bahan-bahan
restorasi yang sesuai indikasi.
- Melakukan perawatan endodontik pada gigi sulung dan gigi permanen
vital dan non vital.
- Memilih jenis restorasi pasca perawatan endodontik sesuai indikasi.
- Melakukan restorasi pasca perawatan endodontik.

1.3. PRASYARAT
1. Telah menempuh Blok XVI dengannilai minimal D
2. Telah menempuh Skill Lab Restorasi dengan nilai minimal C
3. Telah lulus Skill Lab Radiologi dengan nilai minimal D

1.4. TUJUAN SKILL LAB


a. Tujuan Umum Skill Lab
Mahasiswa mampu memahami, menentukan diagnosis, merencanakan
perawatan serta melakukan perawatan saluran akar gigi permanen dan gigi
sulung pada phantom. Mahasiswa juga mampu melakukan persiapan
perawatan mahkota pasak sebagai restorasi paska perawatan saluran akar
gigi anterior.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pembuatan cavity entrance pada gigi permanen dan
gigi sulung posterior
2. Mampu melakukan DWP dengan fotorontgen periapikal
3. Mampu melakukan preparasi saluran akar gigi permanen anterior dan
posterior dan gigi sulung posterior
4. Mampu melakukan obturasi/pengisian saluran akar gigi permanen anterior
dan posterior serta gigi sulung posterior
5. Mampu melakukan penguran ganguttap dalam saluran akar
6. Mampu melakukan persiapan pembuatan mahkota pasak
7. Mampu melakukan preparasi memperlebar saluran akar
8. Mampu melakukan cetak pasak

1.5. REQUIREMENT
NO ELEMEN MACAM PEKERJAAN

1. I/C RA Preparasi teknik konvensional


Pengisian teknik Single Cone

2. P1 RA Preparasi teknik step back


Pengisian teknik kondensasi lateral
3. M1/M2 Preparasi teknik crown down pressureless menggunakan
RA file Protaper for hand use
Pengisian teknik Single Cone
4. M sulung/ Perawatan saluran akar gigi sulung
M1 RB (Preparasi cavity entrance dan mencari orifice pengisian
teknik lentulo spiral)

5. I/C RA Pembuatan pasak

Catatan :
Tiap tahapan kerja ditunjukkan instruktur untuk dinilai sesuai dengan yang
tercantum dalam buku nilai skill lab. Bila ada yang kurang mengerti, mahasiswa
dapat langsung bertanya pada instruktur .

1.6. PEMETAAN PRAKTIKUM/ SKILL LAB


Praktikum endodontik dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan dengan durasi
setiap pertemuan 170 menit.

1.7. ALAT DAN BAHAN


- Kaca mulutdatar yang baik no 3 dan 4 2 buah
- Sonde lurus yang mempunyai ujung tajam 2 buah
- Pinset yang mempunyai ujung (beak) berkerat 1 buah
- Ekskavator kecil (double ended) 1 buah
- Alat pengaduk semen (spatula) 1 buah
- Plastik filling instrument 1 buah
- Glass – slab 1 buah
- C plus file no 10 3 buah
- File tipe K no 15 sampai no 120 1 set
- Protaper for hand use ukuran 25mm 1 set
- Jarum ekstirpasi (handle pendek) 1 set
- Jarum lentulo 1 set
- Root canal plugger (medium) 1 buah
- Finger spreader 1 set
- Petridish bersekat yang dapatdisterilkan 2 buah
- Paper point dan cotton pellet steril 1 kotak
- Dappen glass 1 buah
- Contra – angle handpiece (High speed) 1 buah
- Contra – angle handpiece (Low speed) 1 buah
- Endo acces bur 1 buah
- Round bur no 2 dan 4 1 buah
- Fissure bur no 2 dan 4 2 buah
- Fissure long shank (round end) 1 buah
- Fissure long shank (flat end) 1 buah
- Fine finishing bur round end 1 buah
- endo block 1 buah
- Spiritus burner 1 buah
- Tempat cotton rolls 1 buah
- disposable syringe 3 ml 5 buah
- Botol bertutup untuk menyimpan alat irigasi 1 buah
- Kain putih ukuran 30 x 30 cm (untuk alas
Pekerjaan pada model kerja) 1 buah
- Gunting kecil 1 buah
- Penggaris pendek (20 cm) 1 buah
- Bowl 1 buah
- GGD 1 set
- Reamer no 15 – 120 1 buah

Daftar elemen gigi:


1. 1 (satu) gigi insisive/kaninus permanen RA
2. 1 (satu) gigi premolar satu permanen RA (yang mempunyai 2 saluran
akar)
3. 1 (satu) gigi molar satu / molar dua permanen RA
4. 1 (satu) gigi molar satu permanen RB

1.8. SISTEM PENILAIAN


Penilaian Skill Lab meliputi :

1) Kognitif : 25% , dengan komponen (Pretest 5%, Posttest 5%, Diskusi


15%)
2) Psikomotor : 60%
3) Afektif : 15%
1.9. TATA TERTIB PRAKTIKUM

1). Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti semua praktikumdan skill lab,


mempelajari hal-hal yang bersangkutan sebelum praktikum, dan
membuat persiapan yang diperlukan untuk praktikum dan skill lab yang
sudah ditentukan.
2). Mahasiswa harus hadir di ruang praktikum atau skill lab pada waktu yang
ditentukan, dan menggunakan jas praktikum /skill lab dan kartu identitias
yang dilengkapi pas foto selama mengikuti praktikum /skill lab tersebut.
Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit, tidak
diperbolehkan mengikuti praktikum.
3). Kehadiran pada kegiatan skill lab adalah 90%, ketidak hadiran
diperbolehkan hanya 2 kali pertemuan dengan alasan yang dapat
diterima sbb :
a. Sakit dibuktikan dengan surat keterangan dokter
b. Kematian orang tua, kakek / nenekkandung, saudarakandung,
suami, istri atau anak kandung dibuktikan dengan surat keterangan
kematian.
c. Tugas yang diberikanolehpimpinanInstitut/Fakultas.
4). Apabila kehadiran tidak sampai 90% mahasiswa dinyatakan tidak lulus.
5). Mahasiswa yang tidak masuk karena alasan yang tidak dapat diterima,
tidak mendapat ganti hari skill lab.
6). Mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti ujian akhir skill lab/ post test
jika jumlah requirement yang dikerjakan tidak selesai.
7). Buku nilai harus dilengkapi pasfoto paling lambat 1 minggu setelah
pertemuan pertama skill lab .
8). Selama mengikuti skill lab :
a. Masing- masing mahasiswa bertanggung jawab atas keamanan alat –
alat skill lab yang digunakan dan pekerjaannya sendiri.
b. Mahasiswa harus selalu menjaga kebersihan lab, dengan membawa
lap putih atau alas meja kerja.
c. Apabila alat tidak lengkap, jas skill lab kotor maka mahasiswa yang
bersangkutan harus pulang mengambil alat dan ganti baju.
d. Semua pekerjaan skill lab harus dikerjakan sendiri; apabila diketahui
dikerjakan / dibantu orang lain maka pekerjaan harus diulang atau
tidak mendapat nilai tahap pekerjaan tersebut.
9). Mahasiswa tidak diperkenankan :
a. Memakai pakaian yang tidak pantas / tidak resmi seperti kaos oblong,
pakain ketat, pakaian mini, sandal, selop. Bila kedapatan
menggunakan salah satu tersebut, mahasiswa harus segera ganti
atau tidak diperkenankan mengikuti skill lab.
b. Berteriak atau gaduh diruang skill lab.
c. Berpindah – pindah ke tempat duduk mahasiswa lainnya.
d. Meninggalkan ruang skill lab tanpa seijin instruktur / dosen jaga,
apabila tidak izin dianggap tidak hadir dan pekerjaan hari itu dianggap
hangus.
10). Permintaan tanda tangan dan nilai harus saat itu juga. Apabila
mahasiswa terlambat meminta nilai sampai berakhirnya sesi skill lab,
maka pekerjaan tersebut akan hangus kecuali karena rekomendasi
dosen yang bersangkutan.
11). Mahasiswa tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan tahap berikutnya
apabila tahap sebelumnya belum mendapat ACC dari dosen jaga
dengan dibuktikan adanya paraf dari dosen jaga tersebut.
12). Apabila mahasiswa melakukan kesalahan preparasi sehingga
menyebabkan elemen perforasi atau preparasi terlalu lebar sehingga
tidak diindikasikan lagi untuk requirement tersebut, maka mahasiswa
diharuskan mengganti elemen dan mengulang tahapan tersebut dari
awal.
13). Setiap selesai skill lab, phanthom dan buku nilai harus dikumpulkan
kembali :
a. Jika membawa pulang phanthom, mahasiswa dinyatakan nilai E
b. Jika membawa buku nilai pulang, pekerjaan satu tahap terakhir
hangus.
14). Sampah apapun bentuknya, tidak boleh dibuang ke dalam bak cuci
melainkan harus dibuang di tempat sampah.
15). Selesai praktikum, tempat kerja harus ditinggalkan dalam keadaan
bersih dan rapi.
16). Mahasiswa yang berhalangan melakukan praktikum atau skill lab, wajib
memberitahu kepada PJMK skill lab/ bagian/laboratorium yang
bersangkutan.
17). Mahasiswa dilarang keras melakukan kecurangan dalam bentuk apapun
apabila terjadi nilai mahasiswa E dan tidak lulus , seperti :
1) Memalsu tanda tangan (tidak diperbolehkan mengikuti skill lab lagi)
2) Memanipulasi tahap tertentu dari skill lab
3) Mengganti elemen tanpa sepengetahuan dosen
18). Mengambil atau meminjam pekerjaan temannya untuk di ACC kan
(sanksi: nilai E, baik mahasiswa yang bersangkutan atau yang
meminjamkan).
2. TEORI PENDUKUNG

A. RUANG LINGKUP ENDODONSIA


Endodonsia adalah suatu ilmu yang merupakan bagian dari ilmu kedokteran
gigi yang mempelajari tentang diagnosa, etiologi, pencegahan dan perawatan
penyakit serta kelainan yang mengenai jaringan pulpa akar dan periapikal.
Tujuan perawatan endodonsia adalah untuk mengembalikan keadaan gigi
yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya dapat
berfungsi seperti semula tanpa tanda-tanda patologis.
Perawatan endodonsia modern meliputi :
1. Perlindungan pulpa yang sehat dari penyakit atau kerusakan kimiawi
dan mekanik
2. Pulp capping (direct dan indirect)
3. Parsial pulpectomy (pulpotomi)
4. Mumifikasi (devitalisasi) sekarang sudah ditinggal
5. Total pulpectomy (vital pulp ekstirpation)
6. Perawatan saluran akar
(Nomor 1-6 termasuk endodontik konvensional)
7. Endodontik bedah

B. INDIKASI PERAWATAN ENDODONSIA

1. Gigi dengan kelainan yang telah mengenai jaringan pulpa dan periapikal

2. Sebagai pencegahan untuk menghindari infeksi jaringan periapikal

3. Untuk rencana pembuatan mahkota pasak

4. Sebagai penyangga / abutment gigi tiruan

5. Kesehatan umum baik

6. Oral hygiene baik

7. Masih didukung jaringan penyaring yang baik

8. Pasien bersedia

9. Operator mampu
C. KONTRA INDIKASI PERAWATAN ENDODONSIA

1. Gigi yang tidak dapat direstorasi lagi

2. Tidak didukung jaringan penyangga yang cukup

3. Gigi yang tidak strategis, tidak mempunyai nilai estetik dan


fungsional. Misalnya ; gigi yang lokasinya jauh diluar lengkung

4. Fraktur vertikal

5. Resorpsi gigi yang luas, baik internal maupun eksternal

6. Gigi dengan saluran akar yang tidak dapat dipreparasi, akar terlalu
bengkok, saluran akar banyak dan berbelit-belit.

7. Jarak interoklusi terlalu pendek sehingga akan menyulitkan dalm


instrumentasi

8. Kesehatan umum buruk

9. Oral hyigiene buruk

10. Pasien tak bersedia

11. Operator tak mampu

D. PERAWATAN SALURAN AKAR

Perawatan saluran akar dapat didefinisikan sebagai perawatan


dengan cara mengeluarkan seluruh jaringan pulpa gigi yang telah
terinfeksi dari ruang pulpa dan saluran akar, diikuti pembersihan,
pembentukan saluran akar, sterilisasi dan kemudian diisi dengan bahan
pengisi saluran akar agar tidak terjadi kelainan lebih lanjut atau infeksi
ulang. Tujuan dari perawatan saluran akar adalah untuk mempertahankan
gigi selama mungkin di dalam rahang.

Pokok perawatan saluran akar adalah :


1. Preparasi saluran akar
2. Srerilisasi saluran akar
3. Pengisian saluran akar (obturasi)
E. TAHAP-TAHAP PERAWATAN SALURAN AKAR (KHUSUS DI PRE
KLINIK)
1. OUTLINE FORM CAVITY ENTRANCE/ACCES OPENING
 Outline form cavity entrance adalah proyeksi ruang pulpa ke
permukaaan gigi dibagian singulum atau oklusal. Tujuannya adalah
untuk menghindari terbuangnya jaringan gigi yang berlebihan pada
waktu preparasi cavity centrace
 Outline form cavity entrance digambarkan pada bagian palatal /
lingual gigi anterior atau bagian oklusal gigi posterior, disesuaikan
dengan lebar dan bentuk ruang pulpa serta saluran akar yang akan
dituju waktu pembukaan akses dalam kavitas gigi.

Gambar 2.1 Outline form. Berbagai macam gambaran akses dan bentuk
saluran akar gigi letak saluran akar

2. PREPARASI CAVITY ENTRANCE

 Preparasi cavity entrance dapat dimulai setelah outline cavity entrance


disetujui oleh instruktur dengan memperhatikan outline cavity entrance
(lihat gambar).
 Cavity entrance yang dibuat harus tegak dan bersih dari atap pulpa
sehingga didapat lapang pandang yang baik menuju ruang pulpa dan
orifice. Orifice adalah lubang akses ke dalam saluran akar yang
terletak pada dasar ruang pulpa, yang perlu diperhatikan letak dan
jumlahnya.
 Preparasi menggunakan endo acces bur atau round diamond bur
mulai dari fossa (cekungan) oklusal sampai mengenai dentin dan
menembus ruang pulpa, kemudian dilanjutkan dengan fissure diamond
bur diarahkan sesuai outline form. Preparasi dilakukan hingga atap
pulpa hilang/bersih dan alat endodontik dapat secara leluasa keluar
masuk ke arah apikal (stright line acces)

Gambar 2.2: preparasi cavity entrance

 Kesalahan-kesalahan yang mungkin dapat terjadi pada waktu preparasi


cavity entrance, antara lain:
o Preparasi salah arah menyebabkan terjadinya step atau perforasi
ke lateral
o Preparasi terlalu dalam dapat menyebabkan perforasi menembus
bifurkasi
o Jika preparasi cavity entrance terlalu lebar maka dinding cavitas
menjadi tipis dan mudah pecah jika ditumpat

3. EKSPLORASI
 Dilakukan untuk mencari orifice yang merupakan jalan amsuk ke
saluran akar dengan menggunakan jarum miller.

4. EKSTIRPASI
 Ekstirpasi dilakukan dengan menggunakan jarum ekstirpasi
(barbed broach).
 Jarum ekstirpasi dimasukkan ke dalam 2/3 saluran akar dan
diputar 180° dan kemudian ditarik ke luar.
 Pada pulpa vital sebaiknya jaringan gigi keluar secara utuh.
 Pada gigi yang sudah non vital, sisa-sisa jaringan pulpa biasanya
sudah hancur atau berupa serpihan-serpihan maka pembuangan
sisa jaringan pulpa dilakukan dengan melakukan irigasi berulang-
ulang.
5. PENGUKURAN PANJANG KERJA
 Panjang kerja adalah panjang dari alat preparasi yang masuk ke
dalam saluran akar pada waktu melakukan preparasi saluran akar.
Panjang kerja alat preparasi diukur 0,5 – 1 mm lebih pendek dari
panjang gigi sebenarnya, hal ini untuk menghindari rusaknya apical
constriction (penyempitan saluran akar di apical) atau masuknya
preparasi ke jaringan periapikal.
 Cara penentuan panjang kerja: masukkan file no 15 yang diberi
tanda dengan rubber stopper.
 Stopper dipaskan setinggi insisal dan dilakukan pengukuran.
 Untuk pengukuran panjang gigi dilakukan perhitungan dengan
rumus :
PGS = PGF X PAS
PAF
Keterangan :
PGS = Panjang gigi sesungguhnya
PGF = Panjang gigi pada foto
PAS = Panjang alat sesungguhnya

Misalnya panjang gigi yang diukur sebelum ditanam pada


model kerja 21 mm, maka panjang kerjanya = 20 mm.

6. PREPARASI SALURAN AKAR


Preparasi saluran akar dilakukan setelah preparasi cavity entrance dan
pencarian orifice selesai dan didapatkan panjang kerja.
Teknik preparasi saluran akar yang dilakukan yaitu :
o Teknik konvensional
o Teknik step-back
o Teknik crown down pressureles dengan Protaper for hand
use

1). TEKNIK KONVENSIONAL

 Preparasi saluran akar dilakukan sesuai dengan panjang kerja yang


telah dihitung sebelumnya.
 Alat yang digunakan untuk preparasi secara konvensional adalah
jarum K-file dengan gerakan ¾ putaran searah jarum jam kemudian
ditarik keluar saluran akar. Jangan lupa mengatur stopper terlebih
dahulu pada setiap jarum sesuai panjang kerja. File dimasukkan
kedalam saluran akar sebatas stopper yang diletakkan setinggi
puncak tertinggi bidang insial atau cusp tertinggi.
 File digunakan secara berurutan mulai dari nomer terkecil (No.15),
diganti secara berurutan sampai dengan didapatkan dinding saluran
akar yang bersih dan halus.
 Selama preparasi dan setiap pengeluaran jarum preparasi dari
saluran akar perlu dilakukan irigasi dengan cairan irigasi untuk
membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang
terasah.
 Bila terjadi penyumbatan dalam saluran akar sehingga panjang kerja
belum tercapai maka perlu diulangi preparasinya menggunakan
jarum dengan nomer yang lebih kecil kembali. Dapat pula digunakan
obat-obatan untuk mengatasi penyumbatan saluran akar.
 Tahapan preparasi dianggap selesai jika jaringan dentin telah bersih
dan halus (dapat dilihat dari keluarnya serbuk putih dentin), saluran
akar sudah cukup lebar untuk dilakukan obturasi, preparasi sudah
sesuai dengan panjang kerja.
 Setelah preparasi saluran akar selesai, kemudian dikeringkan
dengan peper point yang telah disterilkan (khusus pada penderita).

 K-file biasanya dikemas dalam kotak yang bernomer. Tiap kotak


berisi 6 buah jarum dengan tanda berwarna pada pangkalnya:
o kotak I , bernomer 15 20 25 30 35 40
o kotak II, bernomer 45 50 55 60 70 80
o kotak III, bernomer 90 100 110 120 130 140
o Urutan warna biasanya : putih, kuning, merah, biru, hijau,
hitam. Hal ini juga tergantung merk yang digunakan.

● Mencoba guttap point


o Pada preparasi saluran akar secara konvensional untuk mencoba
guttap point dilakukan pemilihan guttap point yang nomernya
(diameter) sesuai dengan file terakhir yang digunakan pada
preparasi saluran akar tersebut.
o Guttap point yang dipilih diberi tanda dengan pensil tinta sesuai
dengan panjang kerja.
o Guttap point tersebut dengan menggunakan pinset berkerat
dimasukkan ke dalam saluran akar sebatas tanda yang telah dibuat
tadi.
o Dilakukan pengecekan apakah guttap point tersebut telah sesuai
panjang dan diameter dengan mencoba menariknya keluar dengan
menggunakan pinset apakah sudah menunjukkan initial fit di
daerah apikal yang baik (bila sudah dianggap baik initial fitnya).

2). TEKNIK STEP BACK


● Preparasi saluran akar dilakukan dengan menggunakan teknik step-
back menggunakan K-file yang diberi stopper sepanjang panjang kerja
● Preparasi dimulai dari file ukuran terkecil sampai nomer 25 sesuai
panjang kerja. Preparasi s.d. No. 25 ini dilakukan sesuai panjang kerja
disebut master apikal file (MAF).
● Preparasi dilanjutkan dengan file nomer 30 dengan panjang kerja
diukur 1 mm lebih pendek dari MAF.
● Preparasi dilanjutkan lagi dengan file nomer 35 dengan panjang kerja
dikurangi 2 mm dari MAF.
● File berikutnya digunakan nomer 40 dengan panjang dikurangi 3 mm
dari MAF.
● Untuk preparasi berikutnya mulai dengan file nomer 45 sampai 60
ataupun 80, maka panjang kerjanya tetap yaitu 3 mm lebih pendek dari
MAF. Pengurangan panjang kerja pada teknik step back dilakukan
sebanyak 3 kali.
 Setiap pergantian jarum file perlu dilakukan pengontrolan
panjang kerja semula dengan menggunakan MAF. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyumbatan saluran
akar oleh karena serbuk dentin yang terasah.

 Setiap pergantian jarum preparasi perlu dilakukan irigasi


saluran akar.
Gambar 2.3: Preparasi Saluran Akar dengan Teknik Step-back

● Mencoba guttap point


o Guttap point yang dicobakan adalah guttap point dengan
nomer sesuai MAF.

o Guttap diberi tanda sepanjang panjang kerja kemudian


dimasukkan ke dalam saluran sesuai panjang kerja.

o Di cek apakah initial fit nya sudah baik ( daerah 1/3 pikal
harus fit).

3). TEKNIK CROWN DOWN PRESSURE LESS DENGAN PROTAPER


FOR HAND USE

Protaper for hand use terdiri dari 2 jenis yaitu :

1. Shaping files: File ini berfungsi untuk membentuk saluran akar,


terdiri dari 3 jenis file yaitu:

● Sharper X atau SX (orange) dengan panjang 19 mm. File SX


ini digunakan untuk menghilangkan dentin dan shaping
orifice.
● Shaping file No.1 (S1-ungu) untuk preparasi bagian koronal
(coronal-third) saluran akar, dan No.2 (S-putih) untuk
preparasi bagian tengah (middle-third) saluran akar. File S1
dan file S2 memiliki panjang 21mm atau 25 mm.

2.Finishing file: terdiri dari 3 jenis file yaitu: finishing file F1, F2 dan
F3 yang berfungsi untuk preparasi apical-third saluran akar. File
F1, F2 dan F3 adalah finishing file yang ada dalam satu paket, di
luar paket ada finishing file F4 dan F5.
Gambar 2.4 Jarum Protaper

Teknik preparasi dengan menggunakan Protaper for hand use:

1. Gunakan K-File no 10, 15 ke dalam saluran akar untuk


persiapan preparasi daerah 2/3 koronal sesuai panjang kerja
sementara (PKS). PKS adalah 2/3 panjang saluran akar. Selama
preparasi gunakan lubricant (Glyde atau sodium hypochlorite
(NaOCl) dan lakukan irigasi pada setiap pergantian file.

Gambar 2.5 Preparasi 2/3 koronal


™ 2. Selanjutkan dilakukan pembentukan (shaping) daerah 2/3
koronal dengan menggunakan file S1 (ungu) sesuai PKS.
Dilakukan irigasi, rekapitulasi dengan K-file No.10 dan di irigasi
kembali. Apabila terasa ada hambatan atau jalan masuk orifice
belum lancar, dapat meggunakan file Sx (orange).

Gambar 2.6 Shaping 2/3 koronal


™ 3. Setelah tahapan pre-enlargement diatas, dilakukan preparasi
dengan file no.10 dengan menggunakan lubricant (Glyde atau
NaOCl) sesuai panjang kerja, dan dilanjutkan dengan
menggunakan K-file No.15. Tindakan ini adalah untuk persiapan
preparasi daerah 1/3 apikal.

Gambar 2.7 Preparasi 1/3 apikal


™ 4. Lanjutkan shaping daerah 1/3 dengan menggunakan file S1
(ungu) dan S2 (putih) sesuai panjang kerja. Lakukan irigasi,
rekapitulasi dan re-irigasi setiap pergantian file Protaper.

Gambar 2.8 Shaping 1/3 apikal

™ 5. Selanjutnya dilakukan finishing daerah 2/3 koronal dan 1/3


apikal dengan mengggunakan finishing file F1 (kuning) sesuai
panjang kerja, sebelumnya saluran akar diisi dengan bahan
irigasi. Lakukan irigasi, rekapitulasi dan re-irigasi.
Gambar 2.9 Finishing 2/3 koronal dan 1/3 apikal
™ 6. Dilakukan pemeriksaan ukuran diameter apikal dengan
menggunakan file No.20, jika file terasa pas sesuai dengan
panjang kerja, maka bisa dilakukan obturasi. Jika masih longgar,
preparasi dilanjutkan dengan file F2 (merah) dan dilakukan re-
chek dengan K-file No. 25. Apabila masih longgar dilanjutkan
preparasi dengan file F3 (biru) dan di re-check kembali dengan
K-file No. 30. Setiap pergantian file dilakukan irigasi.

7. PENGISIAN/ OBTURASI SALURAN AKAR

Pengisian saluran akar merupakan tahap akhir dari perawatan saluran


akar yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh hasil preparasi saluran
akar sebelumnya. Tujuan pengisian saluran akar adalah untuk mengisi
ruang pulpa yang kosong akibat jaringan pulpa yang telah dibuang, serta
untuk mencegah terjadinya infeksi ulang akibat masuknya cairan
periapikal. Untuk semua hal tersebut maka pengisian saluran akar harus
benar-benar menunjukkan seal didaerah apikal yang baik. Adapun bahan
yang digunakan untuk pengisian saluran akar ada berbagai macam jenis,
biasanya yang sering digunakan adalah guttap point.

a) OBTURASI TEKNIK SINGLE CONE


● Teknik pengisian saluran akar untuk preparasi saluran akar secara
konvensional adalah single cone technigue. Teknik single cone,
yang dilakukan pada gigi dengan saluran akar lurus dan diameter
bulat sehingga dapat digunakan satu guttap point untuk setiap
saluran akar.
o Tahap kerja pengisian saluran akar yang pertama dilakukan
pencampuran pasta saluran akar sesuai petunjuk pabrik atau
dengan mencampur sendiri berupa bubuk zink okside dan
cairan obat sterilisasi saluran akar yaitu ChKM sehingga berupa
pasta.
o Kemudian ulasi guttap point yang telah disiapkan dengan pasta
tersebut, serta sisa pasta dimasukkan ke dalam saluran akar
dengan menggunakan jarum lentulo.
o Ingat bahwa guttap point dimasukkan kedalam saluran akar
sebatas panjang kerja yang telah diberi tanda.
o Guttap point dipotong 1-2 mm dibawah dasar ruang pulpa
(sebatas orifice) dengan eksevator yang ujungnya telah
dipanaskan diatas api bunsen bruder sampai membara. Dalam
hal ini pilih diameter ekskavator yang dapat dengan mudah
masuk dalam kavitas ruang pulpa.
o Terakhir dasar kavitas ditutup dengan basis semen. Tetapi hal
ini tidak mutlak dilakukan pada setiap kasus, tergantung indikasi
restorasi mahkota selanjutnya. Pada penderita umumnya untuk
kontrol evaluasi hasil peawatan dapat dilakukan penumpatan
dengan bahan tumpatan sementara setelah pemberian basis
semen tadi.
o Oleh karena pada elemen ini akan dilakukan pemotongan
mahkotanya (dekaputasi) sebagai replika preparasi restorasi
mahkota pasak maka dilakukan penyemenan seluruh kavitas.
Gambar 2.10 obturasi dengan single cone

b). OBTURASI TEKNIK KONDENSASI LATERAL


● Tahapan pengisian saluran akar secara kondensasi lateral dilakukan
pertama tama dengan mengulasi dinding saluran akar dengan pasta
saluran akar menggunakan jarum lentulo.
● Guttap point utama (guttap point dengan nomer sesuai MAF)
dimasukkan ke dalam saluran akar sampai menunjukkan initial fit yang
baik didaerah apikal.
● Spreader dimasukkan disela dinding saluran akar dan guttap point, di
tekan ke arah lateral untuk memberikan tempat bagi guttap point
tambahan.
● Selanjutnya guttap point tambahan dimasukkan dan ditekan lagi
kearah lateral dengan menggunakan spreader tadi sampai saluran
akar penuh dan padat. Terakhir dilakukan pemotongan guttap point 1
mm dibawah orifice, serta ditutup dengan semen seng oksida fosfat.

Gambar 2.11 Obturasi dengan kondensasi lateral


F. PEMBUATAN RESTORASI PASAK GIGI ANTERIOR

Retensi mahkota pasak terletak pada pasak dalam saluran akar, oleh
karena itu perlu diperhatikan bahwa diameter pasak diharapkan 1/3 luas
panampang akar dengan panjang 2/3 panjang akar atau minimal sepanjang
mahkota klinis gigi. Pasak sebaiknya berbentuk lonjong sehingga tidak mudah
berputar.

1) Preparasi Saluran Akar untuk Pasak (Post)


 Dilakukan pengambilan guta perca menggunakan gates glidden drill
sebanyak 2/3 bagian.
 Kemudian saluran akar dilebarkan seluas 1/3 penampang akar dan
dihaluskan menggunakan K-file.
 Untuk retensi, panjang pasak adalah 2/3 panjang saluran akar atau
minimal sama dengan tinggi mahkota klinis gigi. Pada daerah apeks
harus masih meyisakan guta perca kurang lebih sepanjang 4 mm.
 Perlu diperhatikan bahwa saluran akar harus cukup lebarnya, halus dan
lurus, sehingga memudahkan arah pasang pasak.

2) Dekaputasi Mahkota
 Dibuat dua lubang menggunakan round diamond bur pada
permukaan labial setinggi interdental papil kemudian lubang tersebut
ditembus sampai kearah palatal menggunakan fissure diamond bur
sambil digerakkan kearah mesial dan distal sehingga seluruh
mahkota patah.
 Selanjutnya dilakukan pembuatan atap akar menggunakan fissure
diamond bur dengan sudut kemiringan arah labio palatal > 90*
(membentuk sudut tumpul). Keliling servikal dibentuk tepat setinggi
ginggiva.

Gambar 2.12 Perbandingan panjang gigi dan panjang pasak


3) Pembuatan dudukan (seat)
 Dibuat dudukan (seat) menggunakan fissure bur berujung datar dari
tepi atap akar masuk ke dalam saluran akar 2 mm. Tujuan
pembuatan dudukan agar pasak tidak mudah diputar, sehingga
dapat berfungsi sebagai retensi tambahan. Pada penderita
perlukaan ini tidak mutlak dibuat tergantung bentuk kavitas akibat
karies apakah masih memungkinkan untuk dilakukan pembuatan
dudukan ini.

Gambar 2.13 pembuatan dudukan (seat) setelah dekaputasi mahkota untuk


pembuatan pasak pada gigi berakar tunggal

4) Cetak Percobaan
 Setelah preparasi saluran akar selesai, dilakukan cetak percobaan
menggunakan malam tuang untuk mengetahui apakah hasil
preparasi saluran akar sudah sesuai (panjang, diameter, kehalusan,
kelurusan dan bentuk atap).
 Untuk melakukan cetak percobaan ini perlu disiapkan paper clips
yang diberi guratan sebagai retensi perlekatan malam tuang.
 Bersihkan saluran akar dari segala macam sisa debris kemudian
lunakkan malam tuang yang telah dipilin sebelumnya untuk
dimasukkan ke dalam saluran akar.
 Pegang kawat dari paper clips tadi dengan pinset berkerat lalu
panaskan diatas api bunsen burner sampai membara kemudian
masukkan ke dalam saluran akar yang telah berisi malam pilinan tadi
serta ditunggu sampai dingin kembali.
 Tarik kawat perlahan-lahan keluar dari saluran akar sehingga
didapatkan hasil cetakan/replika pasak serta keadaan saluran akar.
PULPEKTOMI

Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari seluruh


akar dan korona gigi. Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa
yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversible atau untuk gigi
dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Meskipun perawatan ini memakan
waktu yang lama dan lebih sukar dari pada pulp capping atau pulpotomi namun
lebih disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi dengan baik.
Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan
baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula

Indikasi dan Kontraindikasi:


A. Indikasi:

1. Gigi dengan infeksi yang melewati ruang kamar pulpa, baik pada gigi
vital, nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital.
2. Saluran akar dapat dimasuki instrument.
3. jaringan periapeks dalam gambaran radiografis kurang dari sepertiga
apikal.
4. pendarahan berlebihan pada pemotongan pulpa (pulpotomi) tidak
berhasil
5. Sakit spontan tanpa stimulasi
6. Keterlibatan tulang interradikular tanpa kehilangan tulang penyangga
7. Tanda-tanda/gejala terus menerus setelah perawatan
pulpotomi.
8. Pembengkakan bagian bukal

B. Kontra Indikasi:

1. Keterlibatan periapikal atau mobilitas ekstensif


2. Resorbsi akar ekstensif atau > 1/2 akar
3. Resorbsi internal meluas menyebabkan perforasi bifurkasi
4. Kesehatan buruk dan harapan hidup pendek
5. Ancaman keterlibatan gigi tetap yang sedang berkembang karena infeksi
6. Tingkah laku pasien yang tidak dapat dikendalikan dan di rumah sakit
tidak mungkin dilakukan
Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Sulung
1) Pulpektomi Vital
Pulpektomi vital sering dilakukan pada gigi anterior dengan karies
yang sudah meluas kearah pulpa, atau gigi yang mengalami
fraktur.Langkah- langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan :
a. Pembuatan foto Rontgen.Untuk mengetahui panjang dan jumlah
saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.
b. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat
perawatan.
c. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari
kontaminasi bakteri dan saliva.
d. Jaringan karies dibuang dengan bur fissure steril. Atap kamar pulpa
dibuang dengan menggunakan bur bulat steril kemudian diperluas
dengan bur fissure steril.
e. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan
menggunakan ekskavatar atau bur bulat kecepatan rendah.
f. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan
pulpadikendalikan dengan menekankan cotton pellet steril yang telah
dibasahi larutan saline atau akuades selama 3 sampai dengan
5 menit.
g. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang
telahterlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton
pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan
menggunakan jarumekstirpasi
h. Lakukan DWP
i. Preparasi saluran akar sesuai panjang kerja
j. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk
menghilangkan kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan
menggunakan paper point steril
k. Sterilisasi menggunakan obat sterilisasi ( CHKM, cresophen ) minimal
2x
l. Saluran akar diisi dengan pasta ZnOE mulai dari apeks hingga batas
koronal dengan menggunakan jarum lentulo, tumpat sementara
m. Lakukan foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian
n. Basis menggunakan ZnPO4
o. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen
Gambar 2.14 Langkah melakukan pulpektomi

2) Pulpektomi Devital

Pulpektomi devital sering dilakukan pada gigi posterior yang


telah mengalami pulpitis atau dapat juga pada gigi anterior pada pasien
yang tidak
tahan terhadap anestesi. Pemilihan kasus untuk perawatan secara
pulpektomi devital ini harus benar-benar dipertimbangkan dengan
melihat indikasi dan kontaindikasinya. Perawatan ini sekarang sudah
jarang dilakukan pada gigi tetap, biasanya langsung dilakukan
perawatan pulpektomi vital walaupun pada gigi posterior. Pulpektomi
devital masih sering dilakukan hanya pada gigi sulung, dengan
mempergunakan bahan devitalisasi TKF, caustinerf pedodontics.
Tahapan
a. devitalisasi ( pada gigi vital ) menggunakan bahan devital dan
tumpat sementara
b. 2 hari kemudian di lakukan control
c. jika tidak ada keluhan sakit,ambil jaringan koronal + ekstirpasi
saluran akar.
d. DWF panjang kerja
e. Preparasi saluran akar dengan menggunkan file no. 15 – 45 sesuai
panjang kerja
f. Irigasi setiap pergantian file lalu keringkan dengan paper point
g. Sterilisasi menggunakan obat sterilisasi (CHKM, cresophen)
minimal 2x
h. Pengisian menggunakan pasta ZnOE, tumpat sementara
i. Foto pengisian

3) Pulpektomi Nonvital (Endo Intrakanal)

Perawatan saluran akar ini sering dilakukan pada gigi anterior


yang mempunyai saluran akar satu, walaupun kini telah banyak
dilakukan pada gigi posterior dengan saluan akar lebih dari satu.
Gigi yang dirawat secara pulpektomi nonvital adalah gigi dengan
gangrene pulpa atau nekrosis.
Indikasi:
1. Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan
prostetik (untuk pilar restorasi jembatan).
2. Gigi tidak goyang dan periodontal normal.Foto rontgen
menunjukkan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apical, tidak
ada granuloma pada gigi sulung.
3. Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia
untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.Keadaan
ekonomi pasien memungkinkan.

Kontra indikasi:
1. Gigi tidak dapat direstorasi lagi.
2. Resorpsi akar lebih dari sepertiga apical.
3. Kondisi pasien buruk, mengidap penyakit kronis, seperti
Diabetes Melitus, TBC, dan lain-lainTerdapat belokan ujung dengan
granuloma (kista) yang sukar dibersihkan ataui sukar dilakukan
tindak bedah endodonti
Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital :

1. Buang semua jaringan karies dengan ekskavator

2. Lakukan ektirpasi saluran akar

3. Lakukan DWP

4. Preparasi saluran akar dengan menggunkan file no. 15 – 45


sesuai panjang kerja

5. Lakukan irigasi setiap pergantian file dan keringkkan


menggunakan paper point

6. Sterilisasi menggunakan obat sterilisasi ( CHKM, cresophen )


minimal 2x

7. Pengisian menggunakan pasta ZnOE, tumpat sementara

8. Foto pengisian
DAFTAR PUSTAKA

1. Walton, R. E., dan Torabinejad, M., 1998, Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi,
EGC, Jakarta
2. Cohen, S., dan Burns, R.C., 2001, Pathways of the Pulp, 8th ed, Elsevier Health
Sciences Mosby, ST. Louis
3. Baum, Phillips, dan Lund, 1994, Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta
4. Pickard, H. M., Kidd, E.A.M., dan Smith, B.G.N., 2002, Manual Konservasi
Restorasi Menurut Pickard (terj), Widya Medika, Jakarta
5. Robenson, T. M., Heymann, H. O., Swift, E. J., 2002, Sturdevant’s Art and
Science of Operatif Dentistry, Mosby Elsevier.
6. Fejerskov.O.2008., Dental Caries: The Disease and Its Clinical Management
Book. Ed 2. Blackwell Munksgaard
7. Journal of Operative Dentistry

29

Anda mungkin juga menyukai