Tindakan penerangan ini sangat diperlukan agar hasil perawatan dapat dicapai
seopti-mum mungkin
1
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
c. Riwayat kasus
1. Riwayat gigi-geligi
a) Periode gigi desidui Þ urutan erupsi, gigis, trauma, kunjungan ke
dokter gigi
b). Periode gigi bercampur Þ pergantian gigi
c), Periode gigi permanen
2. Riwayat penyakit Þ penyakit yang pernah diderita, yang berkaitan
dengan peretumbuhan dan perkembangan rahang dan gigi
2
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
d. Riwayat keluarga
Þ perlu dicari informasi keadaan gigi kedua orang tua dan saudara-
saudaranya
Þ ada atau tidak persamaan gigi pasien dgn orangtua dan saudaranya
Þ adakah diantara saudaranya yang pernah dirawat ortodontik, dan alat apa
yang digunakan
Pemeriksaan Klinis
A. Pemeriksaan Umum :
a. Jasmani : tinggi dan berat badan
b. Mental
c. Status gizi Þ Hitung Indeks Masa Tubuh
IMT = BB ( kg) X 100
TB²(m)
B. Pemeriksaan Lokal
3
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
Ekstra Oral :
Kesimpulan :
4
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
3. Profil muka
Pemeriksaan profil muka dimaksudkan untuk mengetahui apakah
maloklusi pasien berpengaruh terhadap. penampilan wajah pasien.
Amati titik – titik : Glabela ( Gl ), Bibir atas ( Ulc ), Bi-bir bawah ( Llc ),
Pogonion ( Pog ).
Jika garis Gl – Ulc dan Llc – Pog membentuk
sudut lancip Þ Profil muka cembung
garis lurus Þ Profil muka lurus
sudut tumpul Þ Profil muka cekung
5
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
Otot-otot pengunyahan
Tonus : normal / hypotonus / hypertonus
Fungsi : normal / paralise
Keadaan : simetris / asimetris
Pemeriksaan tonus otot bibir (m. orbicularis oris) tujuannya sama dengan
pemeriksaan otot masseter. Pemeriksaan dilakukan dengan cara meletakkan
kaca mulut pada bibir bawah dengan menahan kemudian pasien diinstruksikan
menelan ludah. Rasakan kekencangan otot bibir bawah.Dengan cara yang
sama lakukan pada bibir atas. Dengan kaca mulut bibir atas sedikit diangkat,
instruksikan menelan, rasakan kekencangannya
Intra Oral
6
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
Apakah ukuran lidah pasien menjadi etiologi malo-klusi ?. Periksa ada atau tidak
adanya krenasi pada tepi lidah.
Keadaan kesehatan : Apakah ada kelainan, peradangan atau lesi pada lidah yang
akan menghambat perawatan ortodontik yang akan dilakukan ?
Pemeriksaan gigi-gigi
Apel gigi
V IV III II I I II III IV V
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
V IV III II I I II III IV V
7
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
Pemeriksaan Laboratoris:
A. Analisis foto muka dan profil
Tampak depan : - Bentuk muka
- Simetris / asimetris
Tampak samping : Profil muka
8
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
Þ bentuk boksing
Þ kode gigi (nomenclatur)
• Membuat skema model gigi geligi dari oklusal
9
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
Perhitungan – perhitungan :
10
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
Jika diperoleh :
SNA < 80° : Maxillary retrognatism/ retracted
SNA > 81° : Maxillary prognatism/ protracted
SNB < 78° : Mandibulary retrognatism
SNB > 79° : Mandibulary prognatism
11
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
Klasifikasi Skeletal :
Klas I : Sudut SNA, SNB, ANB normal
Klas II : kemungkinan yang dijumpai
a. SNA = Normal, SNB < Normal
ANB > Normal
b. SNA > Normal, SNB = Normal
ANB > Normal
c. SNA > Normal, SNB < Normal
ANB > Normal
Klas III : kemungkinan yang dijumpai
a. SNA = Normal, SNB > Normal
ANB < Normal
b. SNA < Normal, SNB = Normal
ANB < Normal
c. SNA < Normal, SNB > Normal
ANB < Normal
a. Blanche test
b. Percobaan untuk deep over bite
c. Tes untuk mouth brething (bernafas lewat mulut)
a). Cotton Butterfly test
b). Refleks ala nasi/ kontrol alar musculator
c). Mouth mirror test
12
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
Deep over bite dapat terjadi oleh sebab dental, skeletal maupun kombimasi
dentoskeletal
1. Sebab-sebab dental :
a. Suprakusi gigi anterior
b. Infraklusi gigi posterior
c. Kombinasi a. dan b.
d. Inklinasi gigi-gigi posterior ke lingual
2. Sebab-sebab skeletal
a. Ramus mandibula pendek
b. Sudut Gonion tajam
c. Ptbh prosesus alveolaris berlebihan
d. Kombinasi a + b + c
13
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
14
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
15
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
Menurut Salzmann :
a. Berat badan kurang
b. Mulut terbuka
c. Bibir bawah terletak antara insisivi RA dan RB
d. Lengkung gigi RA sempit
e. Palatum tinggi, kadang-kadang berbentuk ‘V’
f. Hidung tampak kotor, bibir atas mengelupas
g. Sering menderita pilek berulang-ulang
16
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
3. Bagian tengah dibasahi air, tempelkan pada filtrum diatas bibir atas
4. Masing-masing sayap tepat di depan lubang hidung
5. Perhatikan, adakah getaran kapas akibat udara pernafasan pasien
Jika kapas bergetar Þ nasal breather
Jika tidak bergetar Þ mouth breather
Udara pernafasan mengandung uap air yang ikut keluar pada waktu
ekspirasi, yang dapat terdeteksi jika menggunakan kaca mulut di depan
lubang hidung.
Cara melakukan tes :
Letakkan kaca mulut di depan lubang hidung pasien, amati adakah uap air
yang keluar yang mengembun pada kaca mulut.
Jika ada embun Þ nasal breather
Jika tak ada embun Þ mouth breather
17
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
18
Prosedur Pemeriksaan Klinis Drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort.
19