Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

PENDAHULUAN

Manusia mengunakan gigi untuk aktivitas setiap hari, terutama untuk mengunyah
dan mengolah makanan menjadi potongan-potongan yang kecil supaya
memudahkan pencernaan. Fraktur gigi sering terjadi dalam kehidupan manusia
setiap hari dan disebabkan oleh beberapa faktor eksternal maupun internal, seperti
trauma dari kecelakaan, mengunyah benda asing yang terlalu keras. Fraktur gigi
biasa terjadi pada bagian mahkota atau akar gigi.1,2

Resin komposit adalah bahan restorasi yang banyak digunakan di kedokteran gigi
modern. Bahan tersebut digunakan untuk merestorasi karies, abrasi enamel dan
juga untuk estetika karena memiliki kesesuaian yang baik dengan gigi. Resin
komposit memiliki sifat mekanik salah satunya adalah kekerasan permukaan.
Kekerasan permukaan merupakan suatu alat ukur bahan restorasi yang digunakan
untuk mengetahui daya tahan terhadap keausan, karena dapat mempengaruhi
terhadap gesekan mekanik saat mengunyah makanan dan menyikat gigi. Faktor
yang mempengaruhi kekerasan permukaan resin komposit antara lain sifat fisik
dan sifat kimiawi.3

Universitas YARSI 1
BAB 2

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

No RM : 18.09.013

Nama : Valdi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 54 Tahun

Alamat : Jalan Cempaka putih

No. Telepon : 0813854427536

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal Kunjungan : 14 September 2018

Keluhan Utama

Gigi depan atas patah

Anamnesis

Pasien laki-laki berusia 54 tahun datang ke RSGM Universitas YARSI ingin


dilakukan pemeriksaan rongga mulutnya. Pasien mengeluhkan gigi depan atas
patah, pasien juga ingin dibersihkan karang giginya. Pasien tidak ingat sejak
kapan gigi tersebut patah. Pasien merasa gigi tersebut ngilu saat makan dan
minum dingin. Pasien ingin gigi tersebut ditambal. Pasien merokok 1 bungkus
sehari. Pasien tidak ada riwayat alergi, pasien memiliki riwayat penyakit sistemik,
pasien menyikat gigi 2 kali sehari.

Universitas YARSI 2
Pemeriksaan Keadaan Umum

Tingkat kesadaran : Compos Mentis


Tensi : 130/100 mmHg
Nadi : 72 kali/menit
Pernapasan : 21 kali/ menit
Suhu : 36oC
Penyakit umum yang sedang diderita : Tidak ada
Obat-obatan yang sedang dikonsumsi : Tidak ada
Riwayat alergi : Tidak ada

Pemeriksaan Keadaan Lokal


Ekstraoral
 Lokasi : Tidak Ada Kelainan
 Inspeksi : Tidak Ada Kelainan
 Palpasi : Tidak Ada Kelainan
 Perkusi : Tidak Ada Kelainan
Intraoral
 Lokasi : 11
 Inspeksi : Gigi patah pada 1/3 mahkota bagian insisal gigi 11
 Palpasi : Negatif
 Perkusi : Negatif

Diagnosa
Pulpitis reversibel

Diferential Diagnosis
Pulpitis irreversibel

Rencana Terapi
Penambalan dengan resin komposit Kelas 4

Universitas YARSI 3
ODONTOGRAM

Gigi Diagnosis Rencana Gigi Diagnosis Rencana


Perawatan Perawatan

CFR 1/3
ML car D3 Site 1 Rk kelas 3,
11 mahkota (Pulp RK kelas 4 21
Size 1 (Pulp rev) Desen konser
rev)

Rrx (Gangren
12 Sou 22 Ekstraksi
radix)

Rrx (Gangren
13 Sou 23 Ekstraksi
radix)

Rrx (Gangren Rrx (Gangren


14 Ekstraksi 24 Ekstraksi
radix) radix)

Rrx (Gangren
15 Mis 25 Ekstraksi
radix)

Rrx (Gangren
16 Mis 26 Ekstraksi
radix)

OM car D3 Site 2
17 Mis 27 Rk kelas 2
Size 1 (Pulp rev)

Rrx (Gangren
18 Mis 28 Ekstraksi
radix)

Gigi Diagnosis Rencana Gigi Diagnosis Rencana


Perawatan Perawatan

41 L car D3 Site 1 Desen 38 Mis


Size 1 (Pulp konser
rev)

Universitas YARSI 4
42 L car D3 Site 1 Desen 37 Mis
Size 1 (Pulp konser
rev)

43 Sou 36 Mis

44 Rrx (Gangren Ekstraksi 35 Mis


radix)

45 Rrx (Gangren Ekstraksi 34 L car D3 Site 1 Desen konser


radix) Size 1 (Pulp rev)

46 OM car D3 Site Amalgam 33 L car D3 Site 1 Desen konser


2 Size 1 (Pulp kelas 2 Size 1 (Pulp rev)
rev)

47 Mis 32 L car D3 Site 1 Desen konser


Size 1 (Pulp rev)

48 Mis 31 L car D3 Site 1 Desen konser


Size 1 (Pulp rev)

Universitas YARSI 5
FOTO KLINIS

Gambar 1. Foto klinis pasien

Universitas YARSI 6
Faktor resiko karies

a. Sikap
A : Mau merubah sikap
2 : Perlu diperbaiki
b. Saliva
Tanpa Stimulasi
Hidrasi : <30 Detik (Hijau)
Viskositas : Jernih, cair (Hijau)
pH : 6,8-7,8 (Hijau)
Dengan Stimulasi
Kecepatan aliran/5menit : >0,5 ml (Hijau)
Kapasitas buffer : 10-12 (Hijau)
pH : 6,8-7,8 (Hijau)
c. Plak
Aktivitas : Merah kebiruan (Kuning)
d. Fluor
Pasta gigi : Ya
Air minum : Tidak
Topikal : Tidak
e. Diet
Gula : > 2x/hr (Merah)
Asam : < 2x/hr (Hijau)
f. Faktor modifikasi
Obat peningkat aliran saliva : Tidak
Penyakit penyebab mulut kering : Tidak
Protesa / Alat orthodonti : Tidak
Karies aktif : Ya
Sikap : Ya

Universitas YARSI 7
g. Penilaian akhir faktor resiko karies
Saliva : Hijau
Plak : Kuning
Diet : Kuning
Fluor : Kuning
Faktor modifikasi : Kuning

Perawatan Non-Invasif

1. Pembersihan gigi dan mulut : Sikat gigi 2-3x sehari


2. Agen antibakteri :-
3. Diet mengurangi :Gula dan cemilan di antara
waktu makan utama
4. Saliva :Meningkatkan asupan air
5. Fluor :Pasta gigi
6. Penutupan pit dan fissure dengan GIC :-

Alat dan Bahan

Bahan :

- Cotton roll
- Cotton pallete
- Etsa (asam ortophosporat 37%)
- Bonding
- Resin komposit
- Articulating paper

Alat :

- Rubber dam
- Polishing striping
- Mylar matrix
- Light curing
- Highspeed

Universitas YARSI 8
- Mata bur diamond dan fissure
- Bur polishing

Tahapan Perawatan

1. Preparasi
Kavitas dipreparasi, semua jaringan karies dibuang dengan menggunakan
bur diamond. Setelah kavitas dipreparasi kemudian seluruh tepi luar
kavitas di bevel ±2 mm (450).

Gambar 2 . Sebelum preparasi

Gambar 3 . Setelah preparasi

Universitas YARSI 9
2. Cuci kavitas dan keringkan
3. Pengetsaan
Permukaan gigi dibersihkan dan dikeringkan, dilakukan aplikasi etsa asam
fosfat 30%-40% dimulai dari daerah email dilanjutkan ke dentin. Cuci
sampai etsa hilang.
4. Bonding
Aplikasi bonding ke seluruh kavitas lakukan dengan menggunakan
aplikator atau brush, tunggu 20 detik (memberi waktu penetrasi ke tubuli
dentin dan berikatan dengan serat kolagen sehingga membantu perlekatan
resin komposit dengan struktur gigi. Tipiskan dengan tiupan angin, sinari
10 detik.
5. Pemasangan matriks bila perlu
Pemasangan matriks seluloid untuk membentuk tepi gigi dan melindungi
gigi sebelahnya.
6. Pemilihan warna resin komposit
7. Filling
Lakukan penumpatan secara inkremental, sinari selama 20 detik.

Gambar 4. Gambaran sebelum dipolishing dengan bur

Universitas YARSI 10
8. Cek oklusi dan artikulasi
9. Finishing and polishing
Membuang massa resin komposit yang berlebihan, finishing dengan bur
polishing dalam keadaan basah serta menggunakan proksimal striping
untuk membuang massa resin komposit berlebih pada bagian proksimal.

Gambar 5. Pemolesan dengan bur rubber

10. Kontrol 1x24 jam

Universitas YARSI 11
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Fraktur gigi

3.1.1 Definisi Fraktur Gigi

Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dental atau patah gigi
merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau benturan.1

Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan (melibatkan chipping dari lapisan gigi
terluar yang disebut email dan dentin) sampai berat (melibatkan fraktur vertikal,
diagonal, atau horizontal akar). Email dan dentin adalah dua lapisan pelindung
terluar gigi. Email adalah permukaan terluar yang keras dan berwarna putih.
Dentin adalah lapisan kuning yang terletak tepat di bawah email. Email dan dentin
keduanya berfungsi melindungi jaringan gigi bagian dalam. Mahkota terlihat
sepertiga dari gigi, sedangkan sisanya dua pertiga yang ditutupi dengan gusi
disebut akar.1,2,4

3.1.2 Etiologi Fraktur Gigi


Menurut penelitian Peng pada tahun 2007, kebanyakan penyebab fraktur dental
adalah benturan atau trauma terhadap gigi yang menimbulkan disrupsi atau
kerusakan email, dentin, atau keduanya. Disamping itu, faktor lain yang
ditambahkan oleh American Dental Association (ADA) yaitu kebiasaan buruk,
kehilangan sebagian besar struktur gigi, paparan email gigi terhadap suhu ekstrim,
tambalan pada gigi, gigi pasca rawatan endodontik dan kesalahan dokter gigi.5,6,7
a. Trauma
Dalam satu penelitian yang dilaku oleh Schwartz, katakan selama
masa remaja, cedera olahraga merupakan kasus yang umum namun pada
usia dewasa, kasus seperti cedera olahraga, kecelakaan sepeda motor,
kecelakaan industri, dan kekerasan dalam rumah tangga merupakan

Universitas YARSI 12
penyebab potensial trauma. Olahraga yang melibatkan kontak fisik
merupakan penyebab umum fraktur dental, seperti sepakbola dan bola
basket. Olahraga tanpa kontak fisik seperti berkuda terdapat menyebabkan
fraktur dental. Benturan atau trauma, baik berupa pukulan langsung
terhadap gigi atau berupa pukulan tidak langsung terhadap mandibula, dapat
menyebabkan pecahnya tonjolan-tonjolan gigi, terutama gigi-gigi posterior.
Selain itu, tekanan oklusal yang berlebihan terutama terhadap tumpatan
yang luas dan tonjol-tonjolnya tak terdukung oleh dentin dapat pula
menyebabkan fraktur.
Keparahan fraktur bisa hanya sekedar retak saja, pecahnya prosesus,
atau sampai lepasnya gigi yang tidak bisa diselamatkan lagi. Trauma secara
langsung kebanyakan mengenai gigi anterior, dan karena arah pukulan
mengenai permukaan labial, garis retakannya menyebar ke belakang dan
biasanya menyebab fraktur horizontal atau miring. Pada fraktur yang lain,
tekanan hampir selalu mengenai permukaan oklusal, sehingga fraktur pada
umumnya vertikal.
b. Kebiasaan Buruk
Kebiasaan buruk yang sering menjejaskan kualitas gigi. Sebagai
contoh, banyak orang menggunakan gigi mereka sebagai alat pembuka botol
dan kemasan plastik atau mencabut label harga pada baju. Kebiasaan ini
dapat menyebabkan efek traumatis pada gigi, melemahkan tepi gigi bahkan
bisa menyebabkan maloklusi. Menggigit pensil atau pulpen juga merupakan
kebiasaan yang paling sering dilakukan oleh banyak orang. Sama halnya
dengan mengunyah es batu, menggigit benda keras bisa menyebabkan email
gigi mengalami penipisan dan fraktur. Apalagi, dilanjut dengan kebiasaan
mengunyah batu es terutama sehabis meminum minuman dingin. Bentuknya
yang keras dan temperatur dingin dari batu es, sebenarnya dapat mengikis
email dan menyebabkan fraktur gigi.
c. Kehilangan Sebagian Besar Struktur Gigi
Kehilangan bagian email dan dentin gigi umumnya disebabkan oleh
kondisi karies yang meluas. Gigi yang mengalami karies yang meluas akan

Universitas YARSI 13
mengurang kekuatan gigi untuk menahan daya untuk kegiatan harian
terutama mengunyah yang menyebabkan gigi lebih rentan fraktur. Karies
pada gigi yang meluas pada garis servikal menambah resiko fraktur berjadi.
d. Suhu Ekstrim
Orang yang mepaparkan email gigi kepada suhu ekstrim seperti
makan makanan panas kemudian minum air es. Perlakuan ini melemahkan
email gigi dan memudahkan terjadi fraktur gigi.
e. Tambalan
Salah satu kebiasaan yang terjadi fraktur adalah ketika gigi
mempunyai tambalan yang besar. Kekuatan gigi yang rendah disebabkan
oleh bahan tambalan gigi yang tidak sama kuat dibandingkan dengan email
atau dentin, dapat menimbulkan resiko gigi menjadi fraktur.
f. Gigi Pasca Rawatan Endodontik
Pelemahan struktur mekanik gigi terjadi waktu akses persiapan
rongga, sedangkan pembersihan dan pembentukan saluran akar
meningkatkan kemungkinan gigi fraktur.
Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar dan diisikan
dengan gutta perca atau pasak akan mempunyai resiko fraktur yang sangat
tinggi dibandingkan dengan gigi yang asli. Waktu gigi dipreparasi untuk
diisi akan menyebabkan struktur gigi menjadi lemah dan lebih mudah
fraktur. Penggunaan sekrup dan post adalah aspek lain dari fraktur akar gigi
karena efek tolak-menolak (wedging). Post runcing dan berulir lazimnya
menghasilkan kejadian fraktur akar tertinggi, diikuti dengan post meruncing
dan sejajar.

Universitas YARSI 14
3.1.3 Klasifikasi Fraktur Gigi
a. Klasifikasi Fraktur Menurut Ellis1,5,6
Klasifikasi Ellis (1961) terdiri dari enam kelompok dasar:
a) Fraktur email. Fraktur mahkota sederhana, tanpa mengenai dentin
atau hanya sedikit mengenai dentin.
b) Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa. Fraktur mahkota yang
mengenai cukup banyak dentin, tapi tanpa mengenai pulpa.
c) Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa. Fraktur mahkota yang
mengenai dentin dan menyebabkan pulpa terbuka.
d) Fraktur akar.
e) Luksasi gigi.
f) Intrusi gigi
b. Klasifikasi Menurut Ellis dan Davey1,5,6
Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi trauma pada gigi anterior
menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu:
a) Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan
jaringan email.
b) Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan
jaringan dentin tetapi belum melibatkan pulpa.
c) Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan
menyebabkan terbukanya pulpa.
d) Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non
vital dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
e) Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau
avulsi.
f) Kelas 6 : Fraktur akar dengan tanpa kehilangan struktur mahkota.
g) Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.
h) Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi yang
menyebabkan fraktur mahkota yang besar tetapi gigi tetap pada
tempatnya dan akar tidak mengalami perubahan.
i) Kelas 9: Kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi depan.

Universitas YARSI 15
Gambar 6. Klasifikasi fraktur menurut Ellis

c. Klasifikasi Menurut World Health Organization (WHO) dan Modifikasi


oleh Andreasen. 1,5,6
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) pada tahun
1978 memakai klasifikasi dengan nomor kode yang sesuai dengan
Klasifikasi Penyakit Internasional (International Classification of
Diseases), sebagai berikut:
a) 873.60: Fraktur email. Meliputi hanya email dan mencakup
gumpilnya email, fraktur tidak menyeluruh atau retak pada email.
b) 873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa
terbukanya pulpa. Fraktur sederhana yang mengenai email dan
dentin, pulpa tidak terbuka.
c) 873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa. Fraktur yang
rumit yang mengenai email dan dentin dengan disertai pulpa yang
terbuka.
d) 873.63: Fraktur akar. Fraktur akar yang hanya mengenai
sementum, dentin, dan pulpa. Juga disebut fraktur akar horizontal.

Universitas YARSI 16
e) 873.64: Fraktur mahkota-akar. Fraktur gigi yang mengenai email,
dentin, dan sementum akar. Bisa disertai atau tidak dengan
terbukanya pulpa.
f) 873.66: Luksasi. Pergeseran gigi, mencangkup konkusi
(concussion), subluksasi, luksasi lateral, luksasi ekstruksi, dan
luksasi intrusi.
g) 873.67: Intrusi atau ekstrusi.
h) 873.68: Avulsi. Pergeseran gigi secara menyeluruh dan keluar dari
soketnya.
i) 873.69: Injuri lain, seperti laserasi jaringan lunak.

3.1.4 Gambaran Klinis Fraktur Gigi

Menurut klasifikasi fraktur dari Ellis, fraktur terdiri dari empat kelompok
dasar: 1
1. Fraktur Email
Fraktur mahkota sederhana tanpa mengenai dentin.

Gambar 7. Fraktur Email

Universitas YARSI 17
2. Fraktur Dentin1
Tanpa Terbukanya Pulpa Fraktur mahkota yang megenai cukup
banyak dentin, tanpa megenai pulpa.

Gambar 8. Fraktur Dentin

3. Fraktur Mahkota dengan Terbukanya Pulpa1


Fraktur mahkota yang mengenai dentin dan menyebabkan pulpa
terbuka.

Gambar 9. Fraktur dentin pulpa terbuka

Universitas YARSI 18
4. Fraktur Akar1
Fraktur terbatas pada akar gigi yang melibatkan sementum, dentin,
dan pulpa

Gambar 10. Fraktur Akar

3.1.5 Gambaran Radiologi Fraktur Gigi

Foto rontgen penting sebelum membuat diagnosis pada pasien, dan dari
foto tersebut kita dapat melihat batas fraktur sampai mana. Dari foto
tersebut, lokasi yang mengalami fraktur akan muncul gambaran garis yang
radiolusen.1

a b c d

Gambar 11. Gambaran radiologi a. Fraktur email ; b. Fraktur dentin


tanpa terbukanya pulpa ; c. Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa ;
d. Fraktur akar

Universitas YARSI 19
3.1.6 Pencegahan Fraktur Gigi

Mencegah fraktur tampaknya sulit. Namun ada beberapa cara untuk


mengurangi kemungkinan gigi fraktur secara umum:8
a. Pemakaian Mouth Guard
Aspek utama fraktur gigi adalah disebabkan oleh trauma.
Mouth guard dapat melindungi mulut dan meminimalkan risiko
gigi fraktur. Ini biasanya meliputi gigi atas, dan akan membantu
melindungi dari cedera. Hal ini penting terutama jika berpartisipasi
dalam kegiatan olahraga. Keuntungan memakai mouth guard
adalah signifikan. Dengan memakainya, dapat membatasi risiko
terkait cedera mulut, termasuk cedera pada bibir, lidah, jaringan
lunak, dan gigi. Memakai mouth guard dapat melindungi terhadap
pecah atau fraktur gigi, akar atau kerusakan tulang, dan bahkan
mencegah gigi lepas atau tercabut.
Selain itu kalau seseorang mempunyai kebiasaan buruk
grinding gigi pada waktu malam, mouth guard dapat membantu.
Ini akan melindungi gigi dari aus atau rusak malam demi malam,
jadi resiko fraktur juga menurun.

Gambar 12. Mouth guard

b. Pemeriksaan Gigi
Pasien harus melakukan kunjungan ke dokter gigi sekali
atau dua kali setiap tahun untuk pemeriksaan gigi. Ini karena
kadang kadang ada struktur gigi yang sudah rapuh karena

Universitas YARSI 20
disebabkan oleh perawatan saluran akar ataupun bahan restorasi
yang lama mulai terpisah dari struktur gigi. Dengan pemeriksaan
dan dapat dideteksi lebih awal, kondisi fraktur gigi dapat dielakkan
dan segera dilakukan perawatan.
c. Diagnosis dan Perawatan yang Tepat
Dari peran seorang dokter gigi harus melakukan diagnosis
yang tepat baru dapat memberikan perawatan yang sesuai dan hasil
yang baik. Diagnosis dimulai dengan merekam demografi pasien
dan mengambil sejarah singkat peristiwa traumatik, kemudian
diikuti pemeriksaan intra oral dan ekstra oral. Gigi mungkin terasa
tidak nyaman waktu perkusi atau palpasi dan menunjukkan
perubahan warna mahkota sementara. Sebuah visualisasi
menyeluruh daerah subgingiva juga penting untuk mendeteksi
adanya garis fraktur.
Awalnya, sensibilitas dan tes vitalitas dapat memberikan
hasil negatif yang sementara atau permanen karena kerusakan
pulpa yang ditimbulkan oleh trauma. Secara rutin tindakan lanjut
diperlukan untuk memantau status pulpa terus menerus.
Penggunaan pulsa-oksimeter direkomendasikan untuk
mengevaluasi status pulpa dari gigi baru mengalami trauma. Alat
ini memiliki sensitivitas yang lebih baik dan spesifisitas dari tes
listrik dan termal dan memberikan pembacaan vitalitas positif yang
konstan pada waktu dalam kasus gigi baru mengalami trauma.
Setelah itu, dilakukan rongten foto pada gigi yang dicurigai atau
tidak dapat langsung dilihat secara visual dari tes lain. Pemeriksaan
radiografi sangat diperlukan untuk konfirmasi fraktur akar.

Universitas YARSI 21
Gambar 13. Pulp nerve test

Kemudian harus mempunyai rencana perawatan sebelum


melakukan pencabutan. Untuk eksodonsia, dipilih tang yang sesuai
dengan gigi yang akan diekstraksi, manipulasi dengan luksasi atau
rotasi sesuai jenis gigi. Kadang kadang, bein digunakan untuk
mengoyangkan gigi dan megeluarkan sisa akar gigi. Jika gigi
tersebut sukar dicabut, maka teknik bedah trans alveolar
diindikasikan untuk mengeluarkan gigi tersebut.

d. Diet
Makan makanan segar seperti apel, wortel mentah dan
seledri. Makanan ini membantu untuk membersihkan gigi atau
self-cleansing pada waktu dimakan dan mengunyah. Makanan ini
adalah sikat gigi alami. Dengan ini, karies akan dikurangi dan
kesehatan gigi masih dapat dipertahankan dan dengan demikian
resiko fraktur gigi menurun.13 Pilihan makanan terbaik untuk
kesehatan gigi termasuk keju, daging, kacang-kacangan, dan susu.
Makanan ini penting untuk melindungi email gigi dengan
menyediakan kalsium dan fosfor yang dibutuhkan untuk
remineralisasi gigi.

Universitas YARSI 22
3.1.7 Perawatan
a. Fraktur email2,4
Fraktur email hanya lapisan pertama gigi dan mudah dirawat dengan
restorasi estetik. Apabila tidak terdapat perpindahan tempat gigi
(displacement), hasil perawatan umumnya baik dan jarang terjadi
komplikasi.
b. Fraktur pada email dan dentin2,4
Apabila jaringan pulpa terbuka, bakteri dan produknya dapat masuk
kejaringan pulpa dan akhirnya menyebabkan peradangan pada jaringan
pulpa. perawatan yang dilakukan bertujuan untuk melindungi pulpa dari
gangguan luar dan merestorasi gigi agar dapat berfungsi dengan baik dan
estetik. Gigi terus dimonitor selama 2 bulan untuk mengetahui kondisi
pulpa. komplikasi jarang terjadi dan biasanya tidak diperlukan perawatan
saluran akar.
c. Fraktur pada akar2,4
Pada fraktur ini, seluruh jaringan di sekitar gigi telah terinfeksi. Perawatan
yang dilakukan adalah splinting selama lebih kurang 6 minggu dan
kemudian gigi dikembalikan ke tempat semula.

Gambar 14. Splint gigi

Splinting adalah prosedur dimana gigi ditopang dalam posisi tertentu


untuk jangka waktu tertentu. Hal ini dilakukan pada gigi yang terkena
trauma atau gigi yang jaringan pendukungnya terinfeksi penyakit,
sehingga gigi tidak terdukung dengan baik. Splinting dilakukan dengan

Universitas YARSI 23
cara mengikat sekelompok gigi bersama sehingga daya kunyah ditahan
oleh sekelompok gigi, tidak hanya oleh gigi yang terinfeksi
d. Fraktur pada gigi dengan melibatkan jaringan pulpa2,4
Jaringan pulpa terlihat sebagai jaringan berwarna kemerahan. Pada kasus
dimana luas jaringan pulpa yang terbuka tidak terlalu besar dan bersih,
gigi dapat langsung ditumpat. Pada kasus dimana jaringan pulpa yang
terbuka agak besar, perawatan pulpotomi sebagian merupakan salah satu
pilihan perawatan. Sebagian jaringan pulpa dibuang dan diletakkan obat-
obatan agar jaringan pulpa dapat sembuh. Pada kasus yang agak rumit,
perawatan saluran akar mungkin perlu dilakukan.

3.2 Resin Komposit

3.2.1 Definisi

Struktur gigi yang hilang perlu diperbaiki untuk mengembalikan bentuk


dan fungsi dari gigi tersebut. Bahan restorasi tradisional seperti logam pada
awalnya banyak digunakan untuk memperbaiki struktur gigi karena mempunyai
kontur yang bagus, tahan terhadap tekanan kunyah, dapat bertahan untuk waktu
yang cukup lama, dan harganya yang ekonomis sehingga masyarakat lebih
memilih bahan restorasi logam seperti amalgam. Kekurangan bahan restorasi
logam tidak memiliki sifat yang adhesif dengan struktur gigi, sehingga dibutuhkan
preparasi kavitas yang mekanis dengan retensi makro. Bahan tambal logam juga
tidak menghasilkan estetik yang baik, karena warnanya yang tidak serupa dengan
gigi. Beberapa tahun terakhir, penggunaan bahan restorasi logam beralih
menggunakan bahan restorasi non-logam. Resin komposit dan glass ionomer
cement merupakan bahan restorasi non-logam yang banyak digunakan saat ini
karena didasarkan pada sifat biokompatibilitas dan mempunyai nilai estetik yang
baik. Saat ini telah dikembangkan suatu bahan restorasi resin komposit yang
memiliki sifat fisik yang baik terutama dalam hasil pemolesan maupun kekuatan,
yaitu resin komposit.9

Universitas YARSI 24
Komposit merupakan salah satu bahan tumpatan yang dapat memenuhi
permintaan pasien mengenai estetika, karena dapat disesuaikan dengan warna gigi
dan juga memiliki sifat biokompabilitas yang tinggi. Resin komposit memiliki
kelemahan yaitu, penyusutan atau pengerutan yang terjadi pada saat polimerisasi.
Kelemahan ini yang sampai sekarang masih menjadi hambatan untuk
mendapatkan hasil tumpatan yang baik dan bertahan lama. Kelemahan lain yang
terdapat pada resin komposit yaitu perbedaan koefisien ekspansi termal antara
struktur gigi dan resin komposit. Perbedaan itu akan mempengaruhi kerapatan tepi
restorasi antara resin komposit dan dinding kavitas.10

3.2.2 Komposisi

Gambar 15. Komposisi resin komposit

Universitas YARSI 25
3.2.3 Klasifikasi

Ada empat tipe komposit resin berdasarkan ukuran, jumlah dan komposisi dari
inorganic filler, yaitu :12

Gambar 16. Tipe resin komposit

a. Macrofilled Composite Resins Macrofill/konvensional mempunyai ukuran


ratarata partikel sebesar 5 – 25 mikrometer dan kandungan filler sebesar
75 – 80 persen dari berat.
Keuntungan: Sifat fisik dan mekanis yang lebih baik dari resin akrilik.
Kekurangan: Permukaan akhir yang kasar, mudah berubah warna, sulit
dipolish
b. Microfilled Resins
Microfill mempunyai ukuran rata-rata partikel sebesar 0,04 – 0,1
mikrometer dan kandungan filler sebesar 35 – 50 persen dari berat.
Keuntungan: Mudah dipolish, estetik baik
Kekurangan: Kekuatan mekanis lemah, stabilitas warna lemah,
ketahanan kekuatan penggunaan lemah, modulus elastisitas rendah, tensile
strength rendah, mudah menyerap air, ekspansi suhu yang tinggi.
c. Hybrid Composite
Resins Komposit resin hybrid yang merupakan gabungan keunggulan dari
komposit macrofill/konvensional dan komposit microfill serta gabungan
dari grup polymer organic phase yang diperkuat dengan inorganic phase.
Ukuran partikel bervariasi, kurang dari 2 mikrometer dan mengandung

Universitas YARSI 26
0,04 mikrometer silica serta kandungan filler sebesar 75 – 80 persen dari
berat.
Keuntungan: Warna bervariasi, mudah dipolish dan tekstur yang baik,
ketahanan penggunaan dan abrasive yang baik, ekspansi suhu yang sama
koofesiennya dengan struktur gigi, tidak mudah menyerap air, penyusutan
yang rendah setelah polimerisasi, adaptasi ke struktur gigi yang baik.
Kekurangan: Tidak cocok untuk daerah yang menerima tekanan kunyah
besar, kecerahan warna dapat berkurang jika menyikat gigi dengan pasta
gigi yang abrasive, terkadang sulit dipolish disebabkan adanya filler yang
berukuran besar di antara partikel yang kecil.
d. Nanofiller Composite
Resin komposit jenis ini memiliki partikel filler yang sangat kecil (0,005-
0,01 μm). Ukuran partikel filler yang sangat kecil inilah yang
menyebabkan partikel mudah menggumpal. Oleh karena itu, pada resin
komposit ini dilakukan packaging yang optimal. Ukuran partikel filler
yang sangat kecil ini juga memudahkan proses pemolesan.

Keuntungan: Kandungan filler yang tinggi dapat meningkatkan sifat fisik


resin komposit tanpa meningkatkan viskositasnya, mudah dilakukan
pemolesan, tahan lama serta memiliki nilai estetis yang tinggi,
meningkatkan ketahanan terhadap keausan, mengurangi volumetric
shrinkage (1,5% - 1,7%) dibandingkan dengan resin komposit jenis lain.

Kerugian: penyerapan saliva tinggi yang dapat mempengaruhi stabilitas


warna dan daya tahan pakai resin komposit.

Universitas YARSI 27
3.2.4 Sifat-Sifat Resin Komposit

Gambar 17. Sifat resin komposit

Retensi mikromekanis :11

 Resin tag : antara bonding dengan mikroporus email (yang telah di etsa)
 Ikatan hibrida :antara bonding dengan serabut kolagen dan tubuli dentin
 Menurunkan efek shrinkagemenggunakan tehnik inkremental

3.2.5 Prinsip restorasi resin komposit

Preparasi gigi untuk restorasi komposit resin dapat dilkukan dengan 3 desain:12

 Conventional
 Bevelled conventional
 Modified

Indikasi restorasi komposit resin pada kelas I, II dan IV:12

 Ukuran lesi karies kecil sampai sedang pada gigi posterior


 Lesi karies insipient
 Pada gigi premolar dan molar pertama jika diutamakan estetik
 Jika dapat mengontrol kelembaban pada daerah kerja
 Pada pasien dengan indeks karies rendah
 Untuk pembuatan core (inti) pada restorasi mahkota

Universitas YARSI 28
Kontraindikasi restorasi komposit resin pada kelas I, II dan IV :12

 Sulit mengontrol kelembaban pada daerah kerja


 Lesi karies yang luas hingga mencapai permukaan akar gigi
 Gigi yang menerima tekanan kunyah besar
 Kontak yang berat pada gigi yang akan direstorasi
 Pada pasien dengan indeks karies tinggi
 Pada pasien dengan parafungsional seperti bruxism dan clenching

a. Preparasi Kelas I12


 Membentuk outline kavitas menggunakan round bur
 Ekskavasi karies dengan tetap menjaga lantai pulpa tidak terlalu
dalam
 Modifikasi preparasi kelas I dapat dilakukan hanya pada daerah
yang terdapat karies

Gambar 18. A. Preparasi kelas 1 Konvensional, B Preparasi kelas 1 Modifikasi

b. Preparasi Kelas II12


 Preparasi kelas II konvensional dengan membuat outline dovetail
dan gingival floor
 Preparasi kelas II modifikasi dapat berupa bentuk saucer atau box
mengikuti perluasan lesi karies

Universitas YARSI 29
Gambar 19. A. Preparasi kelas 2 Konvensional, B Preparasi kelas 2 bentuk
saucer, C Preparasi kelas 2 bentuk box

c. Preparasi Kelas III12


Indikasi untuk melakukan preparasi dari arah labial: 12
 Keterlibatan yang banyak dari email bagian labial gigi
 Pada kasus rotasi gigi dimana akses preparasi dari arah lingual sulit
dilakukan
 Pada kasus dimana gigi malaligned Retensi pada preparasi
konvensional kelas III diperoleh dari: Permukaan kasar dari preparasi
gigi, Dinding yang paralel atau konvergen dengan dinding luar kavitas,
Retensi tambahan berupa groove dan coves

Indikasi pembuatan bevel pada preparasi kelas III:12

 Untuk menghilangkan restorasi lama pada bagian mahkota


 Untuk restorasi pada kavitas yang luas

Universitas YARSI 30
Gambar 20. Preparasi kelas 3

d. Preparasi Kelas IV12


 Preparasi klas IV konvensional dilakukan dengan menambahkan
retensi berupa dovetail pada bagian palatal gigi.
 Perluasan preparasi kavitas disesuaikan dengan perluasan karies
tanpa terlalu banyak mengambil jaringan sehat gigi
 Bevel dilakukan pada cavosurface margin
 Pada kasus fraktur mahkota gigi yang kecil atau lesi karies yang
kecil, preparasi dilakukan hanya untuk menghilangkan lesi karies
atau struktur gigi yang rusak dan dilakukan bevel pada cavosurface
margin

Gambar 21. Preparasi kelas 4

Universitas YARSI 31
e. Preparasi Kelas V12
 Preparasi kelas V konvensional dilakukan jika terdapat lesi karies pada
permukaan gigi
 Penambahan retensi berupa groove dilakukan pada dinding servikal
atau gingival floor
 Bevel dilakukan pada permukaan email gigi

3.2.6 Pemilihan Warna Resin Komposit

Pemilihan warna dilakukan pada awal tindakan, sebelum gigi menjadi dehidrasi.
Akan sangat membantu untuk menempatkan warna komposit yang diinginkan
pada gigi dan melakukan light cure untuk menentukan warna yang terbaik.
Pemilihan warna dentin dan email menggunakan teknik composite button. Dentin
button ditempatkan pada bagian leher gigi dan enamel button ditempatkan sebagai
perpanjangan gigi (Gambar 5). Teknik ini sangat membantu dalam mencapai
kecocokan warna yang akurat dan menciptakan restorasi polikromatik.13,14

Gambar 22. Warna komposit saat mock up

Universitas YARSI 32
Newton Fahl Jr. sangat menganjurkan penggunaan pendekatan
polychromatic untuk menciptakan restorasi komposit bertingkat. Ini
adalah teknik klinis lanjutan yang menggunakan sejumlah warna komposit
yang berbeda untuk membangun substrat gigi yang hilang atau
terpengaruh. Dengan teknik ini, klinisi mampu mengendalikan warna dan
juga bentuk restorasi akhir, sehingga mencapai hasil yang sangat estetis
dan efektif. Untuk menguasai teknik stratifikasi ini, klinisi harus
berpengalaman dengan karakteristik material dan sifat optik dari gigi
alami dan bahan yang tersedia. 13,14

Teknik polychromatic disukai karena kenyataannya bahwa gigi


alami kita juga bersifat polikromatik, dengan ketebalan bervariasi dan
karena, kroma dan translusensi dentin dan enamel yang bervariasi di
berbagai bagian gigi. Untuk alasan ini, teknik ini menyarankan pemilihan
warna dentin tunggal dengan kroma lebih disukai satu warna yang lebih
tinggi dari gigi alami. Untuk mengganti enamel, kombinasi warna chroma
dan achromatic harus digunakan. Warna enamel chroma lebih disukai pada
ketiga gingiva dimana warna yang lebih saturated dan opacity yang lebih
tinggi dapat dirasakan saat berada di incisal ketiga, gradasi achromatic
dengan translusensi lebih tinggi digunakan sehingga mamelon yang
mendasari dapat terlihat. Color chart dapat membantu dalam pemilihan
berbagai warna komposit untuk melakukan restorasi (Gambar 7). Teknik
polychromatic meski agak sensitif dan memakan waktu, dapat
menghasilkan hasil yang baik dalam merestorasi gigi sehingga hasil
menjadi alami dan memuaskan estetik pasien. 13,14

Universitas YARSI 33
Gambar 23. Teknik polychromatic: Color chart untuk menentukan warna
komposit

Light Dentin (LD), soft composite microhybrid yang mudah


dibentuk dengan kuas, dipilih untuk warna dentin. LD memiliki
keburaman yang lebih tinggi dan nilai kroma yang lebih rendah, untuk
meniru gigi dewas muda. Light Enamel (LE) dipilih untuk warna email.
LE adalah komposit nanohybrid dengan campuran mengandung ultra-fine
glass fillers dan high-performance prepolymerized untuk hasil yang halus
dan mengkilap. Karena nuansa enamel Essentia sedikit kaku, mereka bisa
digunakan dengan brush dan carver. Perbedaan bahan yang terkandung
(mikro dan nanohybrida) membuat menjadi natural dan light scattering .
Komposisi ini memungkinkan penggunaan warna dentin dan email dengan
ketebalan yang sama yang ada pada dentin dan enamel pada gigi alami
(Gambar 8-10). Opailent Modifier (OM) warna email dipilih untuk
menciptakan translucency pada sepertiga insisal gigi. 13,14

Universitas YARSI 34
Gambar 24. Step restorasi komposit

Gambar 25. Color map yang memperlihatkan ketebalan setiap layernya

Gambar 26. Gigi alami

Universitas YARSI 35
3.2.7 Polimerisasi Resin Komposit

Ada 2 teknik polimerisasi komposit resin, yaitu :12

 Incremental technique / Layer by layer Technique / Step by Step


Technique
 Bulk technique / One Step technique Polimerisasi komposit resin bergerak
mendekati sumber cahaya, sehingga sudut antara sumber cahaya sebaiknya
tegak lurus (90 derajat) terhadap komposit dan jarak antara sumber cahaya
sebaiknya sedekat mungkin terhadap komposit.

Gambar 27. A. Teknik inkremental, B Teknik bulk

3.2.8 Teknik Restorasi Resin Komposit12

1. Preparasi

Kavitas dipreparasi, semua jaringan karies dibuang dengan menggunakan


bur diamond. Setelah kavitas dipreparasi kemudian seluruh tepi luar
kavitas di bevel ±2 mm (450).
2. Cuci kavitas dan keringkan
3. Pengetsaan
Permukaan gigi dibersihkan dan dikeringkan, dilakukan aplikasi etsa asam
fosfat 30%-40% dimulai dari daerah email dilanjutkan ke dentin. Cuci
sampai etsa hilang.

Universitas YARSI 36
4. Bonding
Aplikasi bonding ke seluruh kavitas lakukan dengan menggunakan
aplikator atau brush, tunggu 20 detik (memberi waktu penetrasi ke tubuli
dentin dan berikatan dengan serat kolagen sehingga membantu perlekatan
resin komposit dengan struktur gigi. Tipiskan dengan tiupan angin, sinari
10 detik.
5. Pemasangan matriks bila perlu
Pemasangan matriks seluloid untuk membentuk tepi gigi dan melindungi
gigi sebelahnya.
6. Pemilihan warna resin komposit
7. Filling
Lakukan penumpatan secara inkremental, sinari selama 20 detik.
8. Cek oklusi dan artikulasi
9. Finishing and polishing
Membuang massa resin komposit yang berlebihan, finishing dengan bur
polishing dalam keadaan basah serta menggunakan proksimal striping
untuk membuang massa resin komposit berlebih pada bagian proksimal.

Universitas YARSI 37
Gambar 28. Teknik restorasi komposit kelas 4

Universitas YARSI 38
BAB 4

KESIMPULAN

Fraktur dental atau patah gigi merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen
dari satu gigi lengkap yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan.
Fraktur gigi sering terjadi dalam kehidupan manusia setiap hari dan disebabkan
oleh beberapa faktor eksternal maupun internal. Dimana etiologi yang paling
sering pada frkatur gigi adalah trauma. Penyebab lain yang bisa terjadi adalah
kebiasaan buruk, suhu ekstrim, tambalan, gigi pasca rawatan endodontik, atau
kesalahan dokter gigi.
Perawatan restorasi merupakan perawatan yang bisa dipergunakan pada gigi yang
mengalami fraktur mahkota. Resin komposit merupakan salah satu bahan restorasi
yang dapat memenuhi permintaan pasien mengenai estetika, karena dapat
disesuaikan dengan warna gigi dan juga memiliki sifat biokompabilitas yang
tinggi.

Universitas YARSI 39

Anda mungkin juga menyukai