id=yvO_AwAAQBAJ&pg=PA12&lpg=PA12&dq=diagno
sis+endodontik+aae+adalah&source=bl&ots=Pe7bDTsDAd&sig=ACfU3U2ecOcNmhxZ22
VgFhpMO2_ayUjdfg&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj-
_8mg_I_nAhXYbn0KHfv6A6IQ6AEwCXoECAoQAQ#v=onepage&q=diagnosis%20endodon
tik%20aae%20adalah&f=false
STEP 1
1. Restorasi Rigid
- Restorasi yang terbuat dari material rigid yang dibuat di laboratorium dan
disemenkan pada gigi yang telah di preparasi.
- Material rigid terbuat dari logam, porselen, komposit, dan komposit fused
to metal.
- Restorasi rigid di preparasi tanpa undercut, harganya relative lebih mahal,
serta memerlukan kunjungan berkala.
2. Inlay
- Jenis restorasi rigid yang besar kavitasnya telah mengenai sebagian cusp.
- Restorasi rigid pada kavitas diantara tonjol gigi atau disebut juga restorasi
intrakorona.
3. Onlay
- Jenis restorasi rigid yang besar kavitasnya telah mengenai satu atau lebih
tonjol gigi.
- Jenis restorasi ini dilakukan untuk mengembalikan morfologi dan
anatomi gigi.
- Tujuan dilakukannya restorasi onlay untuk menahan beban kunyah.
4. Klas II MO
- Kavitas yang mengenai permukaan proksimal gigi posterior.
- Preparasi dilakukan pada mesio-oklusal gigi posterior
STEP 2
1. Apa yang menyebabkan gigi karies sekunder?
2. Mengapa dokter gigi menyarankan untuk dilakukan restorasi rigid?
3. Jenis restorasi rigid apakah yang digunakan pada skenario?
4. Bahan restorasi rigid apakah yang digunakan pada skenario?
5. Bagaimana tahapan yang dilakukan dokter gigi untuk membuat restorasi rigid
sesuai pada skenario?
6. Apa perbedaan dari teknik preparasi rigid dan plastis?
STEP 3
1. Yang menyebabkan terjadinya karies sekunder :
- Preparasi kavitas yang kurang benar.
- Kebersihan rongga mulut yang buruk.
- Tumpatan yang overhanging mengakibatkan permukaan kasar dan
retentive untuk menumpuk plak.
- Adanya celah dinding kavitas dan dinding tumpatan karena microleakage
(besar celah lebih dari 400 mikrometer)
- Kelembaban yang menghambat polimerisasi sehingga terjadi penyusutan
yang mempengaruhi besar celah dan kolonisasi bakteri.
- Bevel tipis pada tepi tumpatan sehingga tumpatan pecah.
- Tempat tumpatan atau karies pada proksimal dikarenakan kemampuan
membersihkan daerah tersebut kurang.
2. Dokter gigi memilih rigid karena :
- Telah mengalami karies sekunder sehingga diindikasikan rigid karena gigi
mendapatkan beban kunyah dan oklusi yang besar.
- Telah melibatkan cusp sehingga tidak resisten (pecah) untuk restorasi
plastis.
- Sifat dari restorasi rigid yang meminimalkan pengerutan karena proses
(polimerisasi) pembuatannya dilakukan di laboratorium.
3. Jenis restorasi rigid yang digunakan :
- Sisa jaringan sebagian cusp bukal dan lingual (intrakoronal restoration)
diindikasikan untuk dilakukan restorasi inlay.
- Terdapat karies sekunder pada sebagian cusp bukal dan cusp lingual dan
gigi akan dipreparasi untuk menghilangkan karies sekunder sehingga sisa
jaringan yang terlibat lebih luas dan diindikasikan untuk dilakukan
restorasi onlay.
- Gigi telah kehilangan ½ cusp dan untuk mengembalikan morfologi dan
anatomi gigi perlu dilakukan restorasi onlay.
- Karies sekunder telah melibatkan 2 cusp sehingga gigi diinddikasikan
dilakukan restorasi onlay.
- Pertimbangan usia dan jenis kelamin pasien, diindikasikan untuk
dilakukan restorasi onlay.
- Jadi dapat disimpulkan jenis perawatan yang dapat diberikan kepada
pasien pada skenario adalah restorasi onlay.
4. Bahan yang digunakan untuk restorasi onlay adalah logam dengan
pertimbangan :
- Gigi 46 membutuhkan beban kunyah yang besar sehingga kekuatan bahan
harus kuat menahan beban tersebut.
- Gigi posterior tidak memerlukan estetik yang baik.
Selain itu dapat juga diberikan bahan porselen fused to metal dengan
pertimbangan :
- Porselen fused to metal merupakan kombinasi bahan porselen dan logam.
- Beban kunyah yang besar dibutuhkan kekuatan yang kuat dari logam.
- Estetik pada pasien dapat diberikan dengan memilih bahan porselen.
- Tetapi bahan ini lebih mahal jika dibandingkan dengan logam.
5. Tahapan :
Kunjungan I
- Membongkar restorasi lama.
- Membersihkan karies sekunder.
- Menutup undercut dengan glass ionomer atau zinc fosfat.
- Melakukan pencetakan regio gigi yang terlibat (antagonis).
- Membuat model malam.
- Menumpat sementara dengan fletcher.
- Pasien diintruksikan untuk kembali pada kunjungan kedua.
Pembuatan restorasi onlay.
Kunjungan II :
- Tambalan sementara dibongkar.
- Melakukan trial meliputi : adaptasi logam, melihat kontak proksimal,
melakukan cek oklusi, dan pemulasan.
- Insersi onlay dan penyemenan.
- Intruksi OH dan memberikan pengarahan jika restorasi lepas maka pasien
bisa menyimpannya dan ketika kontrol restorasi tersebut dibawa.
- Kontrol untuk mengecek iritasi jaringan, oklusi, lepas atau tidak serta
melihat perubahan warna (buram) restorasi.
STEP 4
STEP 5
a. Inlay/Onlay Logam
Komposisi dari inlay atau onlay yang terbuat dari logam terdiri atas
beberapa macam, seperti Au (Gold) 83%, Ag (Silver) 10%, Cu (Tembaga) 6%
dan Pd (Paladium) 0,5%.
Kelebihan
- Resistensi kuat dan lebih balik dibandingkan dengan komposit.
- Biokompatibilitas terhadap jaringan baik.
- Dapat memperkuat jaringan gigi yang tersisa. Gigi yang karies
cenderung menyisakan jaringan gigi yang lemah, dengan adanya
restorasi dari logam dapat memperkuat jaringan gigi tersebut.
- Karena proses pembuatannya dilakukan secara ekstraoral (teknik
indirect), polishing lebih mudah.
- Dapat membentuk kontur gigi yang lebih baik.
- Lebih murah dibandingkan dengan restorasi rigid dari porselen.
Kekurangan
- Membutuhkan kunjungan berkala.
- Apabila rusak, lebih sulit diperbaiki.
- Lebih mahal dibandingkan restorasi direct.
- Teknik yang digunakan lebih rumit.
- Secara estetik buruk, karena tidak sewarna dengan gigi asli.
c. Inlay/Onlay Porselen
Komposisi Porselen
Komposisi porselen terdiri dari kaolin, feldspar, silika, flux, dan
logam pewarna.
- Kaolin
Kaolin untuk mempertahankan kepadatan dan kekuatan porselen
agar dapat dibentuk sebelum dibakar.Makin banyak kaolin maka
makin gelap porselen karena kaolin bersifat memberi warna gelap pada
porselen, sehingga akan mempengaruhi estetik dari porselen.
- Feldspar
Feldspar memberikan warna transparan pada porselen dan
berfungsi sebagai flux untuk mengikat kaolin dengan silika.
- Silika
Silika digunakan dalam porselen berguna sebagai penambah
kekuatan.Bahan ini melengkapi bahan dasar dan mempengaruhi warna
pada porselen serta sebagai bahan utama dalam porselen.
- Flux
Flux dicampurkan pada porselen dalam pembuatannya pada
temperatur yang rendah.Flux yang dicampurkan pada porselen terdiri
dari sodium karbonat, kalsium karbonat, natrium karbonat, dan
boraks.Flux berfungsi untuk memperendah temperatur penyatuan.
- Bahan Pewarna
Bahan ini ditambahkan agar memberi warna pada porselen supaya
sesuai dengan warna gigi. Bahan pewarna dalam porselen adalah :
o Titanium untuk memberikan warna kuning dan dapat digunakan
untuk membuat bahan menjadi lebih opak.
o Kobalt untuk memberi warna kebiru-biruan.
o Besi untuk memberi warna kecoklat-coklatan.
o Timah dan emas untuk memberi warna merah jambu.
o Emas metalik untuk memberi warna bayangan merah kecoklatan.
o Platina untuk memberi warna keabu-abuan.
Sifat-sifat Porselen
- Ekspansi termal
Porselen memiliki ekspansi termal yang mendekati ekspansi termal
dari substansi gigi, yaitu sekitar 6,4 – 7,8 x 10-6 mm/mmoC.
- Estetis
Pewarna porselen terdiri dari sediaan bubuk metal.Pewarnaan yang
terjadi pada porselen tergantung pada oksida logam yang
digunakan.Penambahan zat warna yang tepat akan menghasilkan
warna translusen yang menyerupai warna gigi. Porselen yang telah
dipoles memiliki permukaan yang halus, sehingga plak dan debris
tidak mudah menempel.
- Kekuatan
Porselen memiliki comprsessive strength yang tinggi dibanding
dengan tensil strength atau transverse strength.Porselen membentuk
restorasi yang tahan lama dan tidak korosi atau larut.
- Kekerasan
Memiliki kekerasan yang sangat bagus dan merupakan salah satu
material yang mempunyai kekerasan terbaik dilihat dari knoop
Hardness Number yaitu 460 kg/mm2 dibandingkan alloy emas 22K.
- Biokompatible
Porselen dapat beradaptasi dengan baik terhadap perubahan
temperatur mulut dan tidak larut dalam saliva dan tidak mengiritasi
jaringan mulut.Pada bahan ini tidak ditemukan efek toksiknya dan
tidak menimbulkan reaksi alergi bagi si pemakai.
Kelebihan
- Memiliki estetik yang baik karena warnanya dapat disesuaikan dengan
warna gigi asli pasien.
- Resistensi terhadap pemakaian karena porselen miliki kekuatan yang
bagus, sehingga cukup lama dapat bertahan di rongga mulut.
- Biokompatibilitas dan respon jaringannya baik.
- Mempunyai kemampuan untuk menguatkan struktur gigi yang tersisa.
- Dapat mengembalikan anatomis gigi
- Sifat fisis yang adekuat untuk rekonstruksi oklusi.
- Polimerisasi shrinkage tidak ditemukan.
Kekurangan
- Biayanya mahal
- Waktu kunjungan lama
- Memerlukan keterampilan yang tinggi
- Dapat menyebabkan keausan gigi antagonis dan restorasi komposit
antagonis.
- Kesulitan untuk polishing intraoral.
- Potensial perbaikan yang rendah.
SECARA UMUM
A. INLAY
Indikasi dan kontraindikasi inlay secara umum antara lain sebagai berikut :
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Baik untuk kavitas yang kecil/ Oral hygiene pasien buruk.
karies proksimal lebar Pasien dengan insidensi karies
Bila diperlukan untuk restorasi yang tinggi.
klamer dari suatu gigi tiruan
(pegangan), misalnya: inlay bukal
atau disto/mesial inlay yang perlu
untuk dibuatkan “ Rest Seat”,
untuk gigi tiruan.
Kavitas dengan bentuk preparasi >
1,5 jarak central fossa ke puncak
cusp
Mengembalikan estetik pada
restorasi gigi posterior yang
mengalami kerusakan akibat
adanya karies sekunder
Restorasi meliputi kavitas pada
oklusal
Alternatif restorasi rigid yang
gagal.
B. ONLAY
Indikasi dan kontraindikasi onlay secara umum antara lain sebagai berikut :
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Pengganti restorasi amalgam yang Oral hygiene pasien buruk.
rusak. Pasien dengan insidensi karies yang
Kalau restorasi dibutuhkan sebagai tinggi.
penghubung tonjol bukal dan Mahkota klinis gigi pendek, pada
lingual. gigi vital.
Restorasi karies interproksimal Karies yang sangat luas melibatkan
gigi posterior. bukal, palatal, lingual, dan oklusal.
Restorasi gigi posterior yang
menerima tekanan oklusal yang
kuat.
Complete crown
Gigi yang rusak parah karena
karies yang melebar hingga
melibatkan cusp.
Didesain untuk memperkuat
jaringan yang tersisa.
Memperbaiki fungsi oklusi.
Kemungkinan bisa terjadi fraktur
cusp apabila tidak di restorasi rigid
onlay.
Kunjungan Pertama
a) Akses Ke Karies
Tahap pertama preparsi adalah memperoleh akses ke dentin karies.
b) Menentukan Luas Karies
Jika akses telah diperoleh, kavitas bisa dilebarkan kearah bukopalatal
sampai dicapai pertautan email-dentin yang sehat. Hal ini menentukan
lebar boks arah bukopalatal.
c) Desain Preparasi Kavitas
Desain preparasi kavitas harus memastikan retensi seperti dinding
vertikal kavitas utama yang hampir sejajar dan sedut divergensi dinding
bukal dan lingual pada bagian proksimal masing-masing adalah 50-100.
Jika sudut kurang 50, struktur gigi yang masih ada berada pada keadaan
yang terlalu banyak tekanan selama prosedur sementasi dan jika sudut
lebih dari 100, retensinya bermasalah.
d) Keyway
Keyway dibuat dengan kemiringan minimal sekitar 100 memakai bus
fisur kuncup dan dijaga agar sumbu bur sejajar dengan sumbu gigi. Lebar
keyway diantara tonjol merupakan daerah yang paling sempit dan melebar
kearah yang berlawanan dengan letak karies aproksimalnya dan dengan
mengikuti kontur fisurnya. Setelah membuat keyway, kavitas dikeringkan
untuk memeriksa ada tidaknya sisa karies dibagian ini dan bahwa
kavitasnya sedikit membuka dengan sumbu yang benar. Jika kemiringan
dinding tidak tepat, maka ketidaktepatan itu harus diperbaiki.
e) Boks Aproksimal
Kini perhatian dapat dialihkan kembali ke lesi aproksimalnya.
Dibagian ini kavitas harus di dalamkan memakai bur bulat kecepatan
rendah dan dengan cara yang sama dengan jalan membuang dentin karies
pada daerah pertautan email-dentin. Ketika dentin karies pada pertautan
email-dentin telah dibuang, dinding email dapat dipecahkan dengan pahat
pemotong tepi gingiva. Preparasi dibuat miring sebesar 10 derajat dengan
bur fisur runcing. Gigi tetangga dilindungi dengan lempeng matriks untuk
melindunginya dari kemungkinan terkena bur. Menjaga agar sumbu bur
sejajar dengan waktu pembuatan keyway merupakan hal yang sangat
penting sehingga bagian boks dan keywaynya mempunyai kemiringan
yang sama. Pelebaran ke arah gingiva hanya dilakukan seperlunya saja
sekedar membebaskan pertautan email-dentin dari karies, demikian juga
halnya dalam arah bukolingual. Setiap email yang tak terdukung dentin
sehat, hendaknya dibuang dengan bur fisur kecepatan tinggi.
f) Pembuangan Karies Dalam
Karies mungkin masih tertinggal di dinding aksial. Jika dinding karies
telah terbuang, periksalah kemungkinan masih adanya daerah undercut.
Undercut padadaerah pertautan email-dentin seharusnya telah
dibersihkan. Jika masih terdapat undercut pada dinding aksial, maka
undercut tersebut biasanya terletak seluruhnya pada dentin dan ditutup
dengan semen pelapik pada tahap preparasi berikutnya sehingga preparasi
mempunyai kemiringan yang dikehendaki.
g) Bevel
Garis sudut aksiopulpa hendaknya dibevel, dengan menggunkan bur
fisur. Hal ini untuk memungkinka diperolehnya ketebalan yang cukup bagi
pola malam yang kelak akan dibuat di daerah yang dinilai kritis. Bevel
hendaknya diletakkan di tepi email agar tepi tipis hasil tuangan dapat
dipaskan seandainya kerapatan hasil tuangan dengan gigi tidak baik.
Hendaknya bevel tidak diluaskan lebih ke dalam lagi karena retensi
restorasi akan berkurang. Tepi luar bevel harus halus dan kontinyu untuk
memudahkan penyelesaian restorasi dan supaya tepi tumpatannya
beradapatsi baik dengan gigi. Bevel biasanya tidak dibuat didinding
aproksimal karena akan menciptakan undercut, mengingat sebagian besar
tepi kavitas terletak di bawah bagian gigi yang paling cembung. Akan
tetapi dinding gingiva dapat dan harus dibevel. Bevel gingiva sangat
penting karena akan menigkatkan kecekatan tuangan yang biasanya
merupakan hal yang paling kritis.
h) Pola Malam
Pola malam dibuat secara:
- Direct : pembuatan restorasi rigid secara langsung dalam satu kali
kunjungan.
- Indirect : pembuatan restorasi rigid yang dilakukan di laboratorium
dan berkali-kali kunjungan
i) Gigi direstorasi dengan tumpatan rigid sementara
Kunjungan Kedua
1. Tumpatan rigid sementara dibongkar
2. Setelah preparasi selesai, aplikasikan lapisan tipis lubricant larut air atau
separating medium (cairan agar atau gliserin) pada gigi. Kemudian
tempatkan matriks band, wedge atau cincin penahan untuk menghasilkan
kontak proksimal yang baik.
3. Lalu tumpat dengan porselen. Sesuaikan anatomi oklusal dengan
menggunkan bur untuk menghasilkan pit dan fisur, inklinasi tonjol dan
batas margin yang baik dan sistemis.
4. Trial Inlay/ Onlay porselen pada pasien
5. Jika kedudukannya baik, restorasi rigid yang sudah ditrial disemenkan
pada gigi tersebut.
6. Kelebihan semen dari tepi-tepi yang dapat dijangkau dibersihkan dengan
eskavator sementara benang gigi digunakan untuk membuang kelebihan di
aproksimal. Tepi-tepi restorasi harus dilapisi dua lapisan pernis copalite
untuk mengurangi pelarutan semen selama jam-jam pertama pengerasan.
Setelah itu, permukaan oklusal harus dipoles dengan pasta pumis yang
diletakkan pada bur sikat, diikuti oleh whiting yang diletakkan pada
berbagai sikat.
Cara Penggunaan :
a. Diantara berbagai ukuran mahkota sementara , pilihlah satu yang
paling mendekati ukuran gigi yang dipreparasi. Ukuran harus pas jika
terlalu besar maka akan menekan jaringan gingiva dan mengganggu
kenyamanan lidah dan pipi
b. Setelah didapatkan ukuran dan bentuk yang sesuai, pada bagian
gingival dipotong untuk mendapatkan bentuk yang sesuai. Kontur
gingiva dibentuk sedemikian rupa dan disesuaikan dengan kontur
bukal dan lingual dengan menggunakan tang kontur bila perlu.
Baum, Lloyd dkk, 1994, Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta : EGC
Baum, Lloyd dkk. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: EGC
Baum L. dkk. (1985). Textbook of Operative Dentistry, Philadelphia: W. B.
Saunders.
Kidd, E.A.M. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6.
Jakarta: Widya Medika.
Chaerani, Siti Chadijah.2004.Restorasi Intrakoronal Porselen pada Gigi
Posterior.Medan : FKG USU.
Edwinna A, et al. 2003. Pickard’s Manual of Operative Dentistry 8th edition.
Oxford University Press Inc: New York.
Garg, Nisha. 2013. Textbook of Operative Dentistry 2nd edition. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publisher.
Kidd, E.A.M. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6.
Jakarta: Widya Medika.
Sturdevant, CM. (2006) The Art and Science of Operative Dentistry, ed.5. St
Louis Mosby.
Swift EJ, Studervant JR, Vitter AV. 2002. Class I and II indirect tooth colored
restorations. In : Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ, eds. Studervant’s
Art and Science of Operative Dentistry, 2nd ed. St. Louis : Mosby
Company.
Tarigan, Rasinta. 1993. Tambalan Inlay : Edisi 2. Jakarta : EGC.