Anda di halaman 1dari 31

https://books.google.co.id/books?

id=yvO_AwAAQBAJ&pg=PA12&lpg=PA12&dq=diagno
sis+endodontik+aae+adalah&source=bl&ots=Pe7bDTsDAd&sig=ACfU3U2ecOcNmhxZ22
VgFhpMO2_ayUjdfg&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj-
_8mg_I_nAhXYbn0KHfv6A6IQ6AEwCXoECAoQAQ#v=onepage&q=diagnosis%20endodon
tik%20aae%20adalah&f=false

Skenario Restorasi Inlay/Onlay


Seorang pasien laki-laki usia 30 tahun datang ke klinik RSGM UNEJ ingin
merawatkan kembali gigi belakang kanan bawah yang pernah ditambal komposit
klas II MO 3 tahun yang lalu. Pasien mengeluh ada gigi yang gupil sehingga tidak
nyaman untuk dipakai makan. Bila berkumur-kumur terasa ngilu tetapi tidak
pernah merasakan sakit spontan (hilang timbul). Pada pemeriksaan tampak gigi 46
terdapat karies sekunder antara tepi tumpatan dengan tepi gigi pada sisi proksimal
bagian bukal dan bagian lingual. Dokter gigi melakukan pembongkaran bahan
tumpatannya sehingga tampak karies sekunder pada sisi proksimal yang
menghadap bukal dan lingual serta melibatkan sebagian cusp bukal dan cusp
lingualnya. Gigi masih vital, pada pemeriksaan perkusi dan tekanan tidak
memberikan reaksi sakit. Dokter gigi menyarankan kepada pasien untuk
dibuatkan restorasi rigid sehingga dapat merasakan rasa nyaman untuk dipakai
mengunyah makanan.

STEP 1
1. Restorasi Rigid
- Restorasi yang terbuat dari material rigid yang dibuat di laboratorium dan
disemenkan pada gigi yang telah di preparasi.
- Material rigid terbuat dari logam, porselen, komposit, dan komposit fused
to metal.
- Restorasi rigid di preparasi tanpa undercut, harganya relative lebih mahal,
serta memerlukan kunjungan berkala.
2. Inlay
- Jenis restorasi rigid yang besar kavitasnya telah mengenai sebagian cusp.
- Restorasi rigid pada kavitas diantara tonjol gigi atau disebut juga restorasi
intrakorona.
3. Onlay
- Jenis restorasi rigid yang besar kavitasnya telah mengenai satu atau lebih
tonjol gigi.
- Jenis restorasi ini dilakukan untuk mengembalikan morfologi dan
anatomi gigi.
- Tujuan dilakukannya restorasi onlay untuk menahan beban kunyah.
4. Klas II MO
- Kavitas yang mengenai permukaan proksimal gigi posterior.
- Preparasi dilakukan pada mesio-oklusal gigi posterior

STEP 2
1. Apa yang menyebabkan gigi karies sekunder?
2. Mengapa dokter gigi menyarankan untuk dilakukan restorasi rigid?
3. Jenis restorasi rigid apakah yang digunakan pada skenario?
4. Bahan restorasi rigid apakah yang digunakan pada skenario?
5. Bagaimana tahapan yang dilakukan dokter gigi untuk membuat restorasi rigid
sesuai pada skenario?
6. Apa perbedaan dari teknik preparasi rigid dan plastis?

STEP 3
1. Yang menyebabkan terjadinya karies sekunder :
- Preparasi kavitas yang kurang benar.
- Kebersihan rongga mulut yang buruk.
- Tumpatan yang overhanging mengakibatkan permukaan kasar dan
retentive untuk menumpuk plak.
- Adanya celah dinding kavitas dan dinding tumpatan karena microleakage
(besar celah lebih dari 400 mikrometer)
- Kelembaban yang menghambat polimerisasi sehingga terjadi penyusutan
yang mempengaruhi besar celah dan kolonisasi bakteri.
- Bevel tipis pada tepi tumpatan sehingga tumpatan pecah.
- Tempat tumpatan atau karies pada proksimal dikarenakan kemampuan
membersihkan daerah tersebut kurang.
2. Dokter gigi memilih rigid karena :
- Telah mengalami karies sekunder sehingga diindikasikan rigid karena gigi
mendapatkan beban kunyah dan oklusi yang besar.
- Telah melibatkan cusp sehingga tidak resisten (pecah) untuk restorasi
plastis.
- Sifat dari restorasi rigid yang meminimalkan pengerutan karena proses
(polimerisasi) pembuatannya dilakukan di laboratorium.
3. Jenis restorasi rigid yang digunakan :
- Sisa jaringan sebagian cusp bukal dan lingual (intrakoronal restoration)
diindikasikan untuk dilakukan restorasi inlay.
- Terdapat karies sekunder pada sebagian cusp bukal dan cusp lingual dan
gigi akan dipreparasi untuk menghilangkan karies sekunder sehingga sisa
jaringan yang terlibat lebih luas dan diindikasikan untuk dilakukan
restorasi onlay.
- Gigi telah kehilangan ½ cusp dan untuk mengembalikan morfologi dan
anatomi gigi perlu dilakukan restorasi onlay.
- Karies sekunder telah melibatkan 2 cusp sehingga gigi diinddikasikan
dilakukan restorasi onlay.
- Pertimbangan usia dan jenis kelamin pasien, diindikasikan untuk
dilakukan restorasi onlay.
- Jadi dapat disimpulkan jenis perawatan yang dapat diberikan kepada
pasien pada skenario adalah restorasi onlay.
4. Bahan yang digunakan untuk restorasi onlay adalah logam dengan
pertimbangan :
- Gigi 46 membutuhkan beban kunyah yang besar sehingga kekuatan bahan
harus kuat menahan beban tersebut.
- Gigi posterior tidak memerlukan estetik yang baik.
Selain itu dapat juga diberikan bahan porselen fused to metal dengan
pertimbangan :
- Porselen fused to metal merupakan kombinasi bahan porselen dan logam.
- Beban kunyah yang besar dibutuhkan kekuatan yang kuat dari logam.
- Estetik pada pasien dapat diberikan dengan memilih bahan porselen.
- Tetapi bahan ini lebih mahal jika dibandingkan dengan logam.
5. Tahapan :
Kunjungan I
- Membongkar restorasi lama.
- Membersihkan karies sekunder.
- Menutup undercut dengan glass ionomer atau zinc fosfat.
- Melakukan pencetakan regio gigi yang terlibat (antagonis).
- Membuat model malam.
- Menumpat sementara dengan fletcher.
- Pasien diintruksikan untuk kembali pada kunjungan kedua.
Pembuatan restorasi onlay.
Kunjungan II :
- Tambalan sementara dibongkar.
- Melakukan trial meliputi : adaptasi logam, melihat kontak proksimal,
melakukan cek oklusi, dan pemulasan.
- Insersi onlay dan penyemenan.
- Intruksi OH dan memberikan pengarahan jika restorasi lepas maka pasien
bisa menyimpannya dan ketika kontrol restorasi tersebut dibawa.
- Kontrol untuk mengecek iritasi jaringan, oklusi, lepas atau tidak serta
melihat perubahan warna (buram) restorasi.
STEP 4

STEP 5

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :


1. Pengertian restorasi rigid inlay/onlay.
2. Macam-macam restorasi rigid inlay/onlay
3. Indikasi dan kontraindikasi restorasi rigid inlay/onlay
4. Tahapan pembuatan inlay/onlay.
STEP 7

LO 1. Pengertian Restorasi Rigid Inlay dan Onlay


Restorasi merupakan perawatan untuk mengembalikan struktur anatomi
dan fungsi pada gigi, yang disebabkan karies, fraktur, atrisi, abrasi dan erosi.
Restorasi dapat dibagi atas dua bagian yaitu plastis dan rigid. Restorasi rigid
merupakan restorasi yang dibuat dengan tekhnik indirect menggunakan model
cetakan gigi yang telah dipreparasi kemudian disemenkan pada gigi. Umumnya
restorasi ini membutuhkan kunjungan berulang dan penempatan tumpatan
sementara sehingga lebih mahal untuk pasien.
Inlay adalah tumpatan rigid yang ditumpatkan di kavitas diantara tonjol
gigi/ cusp, sedangkan onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi
satu atau lebih tonjol gigi/ cusp. gigi yang dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi
yang karies dan sudah berlubang besar atau gigi dengan tambalan yang kondisinya
sudah buruk dan harus diganti, bila ditambal secara direct dengan amalgam
ataupun resin komposit dikhawatirkan tambalan tersebut tidak akan bertahan lama
karena patah atau lepas.

LO 2. Macam-Macam Restorasi Rigid Inlay/Onlay

a. Inlay/Onlay Logam
Komposisi dari inlay atau onlay yang terbuat dari logam terdiri atas
beberapa macam, seperti Au (Gold) 83%, Ag (Silver) 10%, Cu (Tembaga) 6%
dan Pd (Paladium) 0,5%.
 Kelebihan
- Resistensi kuat dan lebih balik dibandingkan dengan komposit.
- Biokompatibilitas terhadap jaringan baik.
- Dapat memperkuat jaringan gigi yang tersisa. Gigi yang karies
cenderung menyisakan jaringan gigi yang lemah, dengan adanya
restorasi dari logam dapat memperkuat jaringan gigi tersebut.
- Karena proses pembuatannya dilakukan secara ekstraoral (teknik
indirect), polishing lebih mudah.
- Dapat membentuk kontur gigi yang lebih baik.
- Lebih murah dibandingkan dengan restorasi rigid dari porselen.
 Kekurangan
- Membutuhkan kunjungan berkala.
- Apabila rusak, lebih sulit diperbaiki.
- Lebih mahal dibandingkan restorasi direct.
- Teknik yang digunakan lebih rumit.
- Secara estetik buruk, karena tidak sewarna dengan gigi asli.

b. Inlay/Onlay Resin Komposit


Perbedaan resin komposit yang digunakan sebagai restorasi plastis dan
inlay/onlay adalah cara manipulasinya dan sifat-sifatnya. Resin komposit
sebagai inlay dan onlay dimanipulasi secara langsung dan tidak langsung di
rongga mulut (direct and indirect technique). Teknik indirect ini
menyebabkan resin komposit dapat dipolimerisasi dua kali. Polimerisasi
pertama dilakukan dengan menggunakan sinar tampak (visible light) dengan
panjang gelombang 470 nm. Polimerisasi kedua dilakukan dengan
menggunakan bantuan alat spesifik yang bentuknya seperti oven, yang telah
dimodifikasi dengan tambahan alat pemancar sinar, pengatur suhu, serta
tekanan. Suhu yang digunakan adalah 250 F selama 7 menit.
Adanya polimerisasi kedua ini menyempurnakan polimerisasi pada
monomer-monomer yang awalnya belum terpolimerisasi seluruhnya. Hal ini
menurunkan resiko polymerization shrinkage sehingga mengurangi terjadinya
microleakage atau kebocoran mikro di daerah tepi. Sifat fisik resin komposit
seperti kekuatan tahan tekan (compressive strength) dan ketahanan aus (wear
resistance) akan semakin meningkat dengan menurunnya kebocoran mikro ini.
Selain itu, sifat estetisnya tetap baik, dan tidak berbeda dengan resin komposit
sebagai restorasi plastis.
 Kelebihan
- Estetik sewarna dengan gigi asli.
- Preparasi tidak terlalu rumit.
- Lebih ekonomis dibandingkan dengan restorasi indirek lain.
 Kekurangan
- Kurang tahan lama dan mudah aus dibandingkan restorasi rigid
berbahan logam ataupun porselen.
- Jika menggunakan teknik indirek memerlukan kunjungan tambahan.
- Lebih mahal dibandingkan restorasi plastis komposit, karena
memerlukan instrument khusus maupun proses laboratorium.

c. Inlay/Onlay Porselen
 Komposisi Porselen
Komposisi porselen terdiri dari kaolin, feldspar, silika, flux, dan
logam pewarna.
- Kaolin
Kaolin untuk mempertahankan kepadatan dan kekuatan porselen
agar dapat dibentuk sebelum dibakar.Makin banyak kaolin maka
makin gelap porselen karena kaolin bersifat memberi warna gelap pada
porselen, sehingga akan mempengaruhi estetik dari porselen.
- Feldspar
Feldspar memberikan warna transparan pada porselen dan
berfungsi sebagai flux untuk mengikat kaolin dengan silika.
- Silika
Silika digunakan dalam porselen berguna sebagai penambah
kekuatan.Bahan ini melengkapi bahan dasar dan mempengaruhi warna
pada porselen serta sebagai bahan utama dalam porselen.
- Flux
Flux dicampurkan pada porselen dalam pembuatannya pada
temperatur yang rendah.Flux yang dicampurkan pada porselen terdiri
dari sodium karbonat, kalsium karbonat, natrium karbonat, dan
boraks.Flux berfungsi untuk memperendah temperatur penyatuan.
- Bahan Pewarna
Bahan ini ditambahkan agar memberi warna pada porselen supaya
sesuai dengan warna gigi. Bahan pewarna dalam porselen adalah :
o Titanium untuk memberikan warna kuning dan dapat digunakan
untuk membuat bahan menjadi lebih opak.
o Kobalt untuk memberi warna kebiru-biruan.
o Besi untuk memberi warna kecoklat-coklatan.
o Timah dan emas untuk memberi warna merah jambu.
o Emas metalik untuk memberi warna bayangan merah kecoklatan.
o Platina untuk memberi warna keabu-abuan.
 Sifat-sifat Porselen
- Ekspansi termal
Porselen memiliki ekspansi termal yang mendekati ekspansi termal
dari substansi gigi, yaitu sekitar 6,4 – 7,8 x 10-6 mm/mmoC.
- Estetis
Pewarna porselen terdiri dari sediaan bubuk metal.Pewarnaan yang
terjadi pada porselen tergantung pada oksida logam yang
digunakan.Penambahan zat warna yang tepat akan menghasilkan
warna translusen yang menyerupai warna gigi. Porselen yang telah
dipoles memiliki permukaan yang halus, sehingga plak dan debris
tidak mudah menempel.
- Kekuatan
Porselen memiliki comprsessive strength yang tinggi dibanding
dengan tensil strength atau transverse strength.Porselen membentuk
restorasi yang tahan lama dan tidak korosi atau larut.
- Kekerasan
Memiliki kekerasan yang sangat bagus dan merupakan salah satu
material yang mempunyai kekerasan terbaik dilihat dari knoop
Hardness Number yaitu 460 kg/mm2 dibandingkan alloy emas 22K.
- Biokompatible
Porselen dapat beradaptasi dengan baik terhadap perubahan
temperatur mulut dan tidak larut dalam saliva dan tidak mengiritasi
jaringan mulut.Pada bahan ini tidak ditemukan efek toksiknya dan
tidak menimbulkan reaksi alergi bagi si pemakai.
 Kelebihan
- Memiliki estetik yang baik karena warnanya dapat disesuaikan dengan
warna gigi asli pasien.
- Resistensi terhadap pemakaian karena porselen miliki kekuatan yang
bagus, sehingga cukup lama dapat bertahan di rongga mulut.
- Biokompatibilitas dan respon jaringannya baik.
- Mempunyai kemampuan untuk menguatkan struktur gigi yang tersisa.
- Dapat mengembalikan anatomis gigi
- Sifat fisis yang adekuat untuk rekonstruksi oklusi.
- Polimerisasi shrinkage tidak ditemukan.
 Kekurangan
- Biayanya mahal
- Waktu kunjungan lama
- Memerlukan keterampilan yang tinggi
- Dapat menyebabkan keausan gigi antagonis dan restorasi komposit
antagonis.
- Kesulitan untuk polishing intraoral.
- Potensial perbaikan yang rendah.

d. Inlay/Onlay Porselen Fused to Metal


Restorasi PFM adalah tipe porselen gigi yang paling umum digunakan.
Berdasarkan perbedaan temperatur ada tiga tipe porselen gigi yaitu; regular
felspathic porcelain (temperatur tinggi 1200-1400°C), aluminous porcelain
(temperatur sedang 1050-1200°C), dan metal bonding porcelain (temperatur
rendah 800-1050 °C). PFM merupakan metal bonding porcelain. PFM terdiri
atas beberapa lapisan yang difusikan secara kimia pada dasar kerangka metal.
Substruktur metal mendukung keramik dan membuat keramik bertahan lama
terhadap beban dari kekuatan mulut.
Prinsip Umum Restorasi Metal Keramik
Restorasi metal keramik harus memenuhi syarat–syarat, antara lain,
adalah sebagai berikut :
 Metal dan keramik mempunyai ikatan yang kuat.
 Metal dan keramik mempunyai thermal expansi yang sesuai.
 Keramik yang dipakai relatif mempunyai low fusing.
 Metal harus tahan terhadap deformasi pada saat keramik mencapai
temperatur fusing. Pada saat fusing, keramik harus dapat bersatu dengan
logam dan berikatan tanpa merubah bentuk logam. Pada saat mendingin,
baik logam maupun keramik akan mengalami kontraksi yang akan
menimbulkan retak atau bahkan terlepasnya keramik dari logam.
 Bahan–bahan yang dipakai harus bersifat biokompatibel terhadap jaringan.
Pada prinsipnya, sifat–sifat restorasi metal keramik ditentukan oleh
keadaan interfacenya. Bila didapati ikatan yang rapat antara metal dengan
keramik maka akan terjadi penurunan energi bebas yang dapat memisahkan
kedua komponen atau sebaliknya.
(gambar: mahkota porselen fuse to metal)

(gambar: onlay menggunakan porselen fuse to metal)


Perlekatan Logam pada Porselen
Dua jenis ikatan utama:
a. Chemical bonding
b. Mechanical interlocking
Kegagalan pada Restorasi Kramik Metal
a. Mayoritas kasus yang terjadi oleh karena
- Kegagalan biologis: fraktur gigi, periodontal disease, karies sekunder
- Fraktur prothesisi dan kegagalan estetik, 20% dari kasusu retretment
b. Fraktur pada protesis (crown) terletak pada adhesif kramik coping.
Porcelain inlay
 Kelebihan
- Warna dapat disesuaikan dengan warna gigi.
- Permukaan licin seperti kaca.
- Daya kondensasinya rendah dan toleransi jaringan lunak baik.
 Kekurangan
- Ketahanan terhadap benturan rendah.
- Kurang dapat beradaptasi dengan dinding kavitas.
- Dalam proses pembuatannya membutuhkan tungku khusus.

LO 3. Indikasi dan Kontraindikasi Restorasi Rigid Inlay/Onlay

SECARA UMUM
A. INLAY
Indikasi dan kontraindikasi inlay secara umum antara lain sebagai berikut :
INDIKASI KONTRAINDIKASI
 Baik untuk kavitas yang kecil/  Oral hygiene pasien buruk.
karies proksimal lebar  Pasien dengan insidensi karies
 Bila diperlukan untuk restorasi yang tinggi.
klamer dari suatu gigi tiruan
(pegangan), misalnya: inlay bukal
atau disto/mesial inlay yang perlu
untuk dibuatkan “ Rest Seat”,
untuk gigi tiruan.
 Kavitas dengan bentuk preparasi >
1,5 jarak central fossa ke puncak
cusp
 Mengembalikan estetik pada
restorasi gigi posterior yang
mengalami kerusakan akibat
adanya karies sekunder
 Restorasi meliputi kavitas pada
oklusal
 Alternatif restorasi rigid yang
gagal.

B. ONLAY
Indikasi dan kontraindikasi onlay secara umum antara lain sebagai berikut :
INDIKASI KONTRAINDIKASI
 Pengganti restorasi amalgam yang  Oral hygiene pasien buruk.
rusak.  Pasien dengan insidensi karies yang
 Kalau restorasi dibutuhkan sebagai tinggi.
penghubung tonjol bukal dan  Mahkota klinis gigi pendek, pada
lingual. gigi vital.
 Restorasi karies interproksimal  Karies yang sangat luas melibatkan
gigi posterior. bukal, palatal, lingual, dan oklusal.
 Restorasi gigi posterior yang
menerima tekanan oklusal yang
kuat.
 Complete crown
 Gigi yang rusak parah karena
karies yang melebar hingga
melibatkan cusp.
 Didesain untuk memperkuat
jaringan yang tersisa.
 Memperbaiki fungsi oklusi.
 Kemungkinan bisa terjadi fraktur
cusp apabila tidak di restorasi rigid
onlay.

INLAY / ONLAY LOGAM


Indikasi dan kontraindikasi inlay / onlay logam antara lain sebagai berikut
:
INDIKASI KONTRAINDIKASI
 Untuk karies yang besar dan  Oral hygiene pasien buruk.
dalam, terutama yang meluas  Pasien alergi logam.
sampai ke proksimal.  Pasien dengan insidensi karies yang
 Sebagai penyangga bridge. tinggi.
 Gigi yang mengalami abrasi yang
luas atau pada karies yang lebar
meskipun masih dangkal.
 Gigi yang menerima beban
kunyah yang besar.
 Keadaan ekonomi pasien hanya
mampu dilakukan restorasi rigid
dengan bahan logam, karena
logam merupakan restorasi yang
paling ekonomis dibandingkan
porselen dan komposit.
 Pasien menginginkan untuk
direstorasi inlay / onlay logam.
 Ketika gigi antagonisnya telah
direstorasi porselen.
 Ketika gigi antagonis atau gigi
yang berdekatan dari gigi yang
akan direstorasi sudah direstorasi
dengan bahan alloy logam, gigi
yang direstorasi diindikasikan
untuk menggunakan restorasi
logam yang sama, karena hal
tersebut dianggap mampu
menghindari aktifitas elektrik dan
korosi yang kadang-kadang terjadi
atara alloy logam yang berbeda
(efek galvanis) (contoh: alloy
logam dan alloy emas).

INLAY / ONLAY PORSELEN


Indikasi dan kontraindikasi inlay / onlay porselen antara lain sebagai
berikut :
INDIKASI KONTRAINDIKASI
 Diindikasikan pada kavitas kelas  Oral hygiene pasien buruk.
IV Black.  Pasien dengan insidensi karies yang
 Kasus dimana faktor estetik lebih tinggi.
diperhatikan.  Pada pasien yang mempunyai
 Daerah yang mengalami erosi yang kebiasaan bruxism.
disebabkan oleh cara menyikat gigi
yang salah.
 Kavitas yang besar di permukaan
proksimal gigi anterior.
INLAY / ONLAY PORCELAIN FUSE TO METAL (PFM)
Indikasi dan kontraindikasi inlay / onlay porcelain fuse to metal antara lain
sebagai berikut :
INDIKASI KONTRAINDIKASI
 Restorasi pada gigi posterior yang  Oral hygiene pasien buruk.
membutuhkan kekuatan dan  Pasien dengan insidensi karies yang
estetik. tinggi.
 Restorasi kavitas klas II yang  Alergi logam.
dalam dan meluas sampai CEJ.  Pada pasien yang mempunyai
 Keadaan sosial ekonomi pasien kebiasaan bruxism.
memungkinkan.

INLAY / ONLAY RESIN KOMPOSIT


Indikasi dan kontraindikasi inlay / onlay resin komposit antara lain sebagai
berikut :
INDIKASI KONTRAINDIKASI
 Diindikasikan pada gigi vital  Oral hygiene pasien buruk.
maupun non vital yang lebih  Pasien dengan insidensi karies yang
mementingkan faktor estetik. tinggi.
 Pasien menginginkan untuk  Pada pasien yang mempunyai
dilakukan restorasi rigid resin kebiasaan bruxism.
komposit.  Apabila gigi antagonisnya telah
 Pada pasien kelas menengah. dilakukan restorasi porselen.
 Pada gigi yang tidak memiliki Karena akan mengakibatkan abrasi
beban kunyah yang besar. pada restorasi kompositnya.

LO 4. Tahapan Pembuatan Restorasi Rigid Inlay/Onlay


Ada Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan preparasi
inlay/onlay adalah sebagai berikut:
 Apabila terdapat penyakit periodontal harus dihilangkan terlebih dahulu
 Melakukan foto rontgen untuk mengetahui apakah terdapat kelainan atau tidak
 OH harus baik
Dalam laporan ini akan dibahas 3 prinsip preparasi untuk beberapa bahan
yang digunakan dalam restorasi inlay/onlay, yakni :
A. Inlay/Onlay logam
B. Inlay/Onlay Porselen
C. Inlay/Onlay Porcelain Fused To Metal

A. Tahapan Preparasi pada Inlay/ Onlay Logam


1. Teknik Preparasi
Teknik preparsi dari inlay/onlay hampir sama dengan prinsip preparasi
pada umumnya. Namun, terkadang inlay/onlay digunakan apabila terjadi
karies sekunder yang sudah melibatkan cusp. Tahapan preparasi sebagai
berikut:
a) Membuka akses dengan membongkar restorasi yang lama dengan
round bur
b) Menghlangkan jaringan karies sekunder dengan roundbur ataupun
ekskavator
Preparasi ini tetap memperhatikan prinsip dari preparasi pada
umumnya, yaitu resistensi, retensi, convinience dan extension for
prevention. Ditambah syarat-syarat khusus dari preparasi untuk restorasi
rigid dari logam antara lain:
a. Outline form kavitas sempit dan bersudut tajam
b. Line angle tajam pada alas kavitas
c. Dinding kavitas tegak atau divergen 3° - 5° ke oklusal
d. Tidak ada undercut
e. Short bevel 45° pada cavosurface line angle, agar inlay/onlay dapat
diburnish sehingga mendapatkan adaptasi yang baik
f. Reverse bevel pada gingivoaxial line angle.
2. Memeriksa kerentanan cusp
Tahap ini merupakan aspek yang penting dan harus diperhatikan
karena bagian oklusal gigi akan mendapatkan tekanan pengunyahan maka
harus dilihat dan diperhatikan bagaimana kerentanan dari cusp tersebut.
Dengan tahap ini kita juga bisa memilih bahan yang tepat untuk restorasi
inlay/ onlay yang akan digunakan.
3. Memeriksa undercut
Pada restorasi rigid (inlay atau onlay), undercut bukan merupakan
bentuk retensi. Retensi dari restorasi rigid didapat dari adanya bevel pada
cavosurface. Sehingga setiap undercut ditutup dengan menggunakan liner.
4. Memberi liner kavitas.
Dasar kavitas diberi liner dan seringkali liner tersebut adalah kalsium
hidroksida. Semen ini digunakan juga untuk menutup undercut sehingga
diharapkan dasar cavitas akan rata dan licin. Semen ionomer kaca juga
seringkali digunakan, bahan ini bekerja optimal karena memeiliki sifat
adesif dengan dentine dan mudah diadaptasikan dalam kavitas.
5. Pencetakan
Pencetakan bisa secara menyeluruh ataupun hanya sebagian, namun
tetap kedua regio dilakukan pencetakan untuk mengetahui kontak dengan
gigi antagonisnya. Bahan yang sering digunakan adalah elastomer karena
lebih praktis dibanding bahan lain.
6. Restorasi sementara

B. Tahapan Preparasi pada Inlay/Onlay Porselen


Inlay atau onlay porselen mempunyai permukaan dalam (pit dan
fissure) yang dietsa atau sekurang-kurangnya dikasarkan. Inlay disemenkan
dengan semen komposit terhadap email yang sudah dietsa atau ke basis semen
ionomer kaca yang dietsa. Karies dan restorasi yang lama harus dibuang tetapi
basis ionomer kaca dibuat cukup tebal. Bahan porselen ini berfungsi untuk
memberikan lapisan permukaan oklusal yang tahan terhadap keuasan.
Prinsip desain dari kavitasnya yaitu harus masih ada cukup email atau
permukaan ionomer kaca untuk dietsa dan tepinya tidak dibevel. Teknik
pencetakannya sama untuk logam tuang indirek. Inlay dikembalikan dari
laboratorium dengan permukaan dalam yang telah dietsa menggunakan asam
hidrofluorik atau hanya dibiarkan kasar setelah dilepas dari die refraktori
dengan cara sandblasting. Resin kemudian diaplikasikan menurut petunjuk
pabrik. Pada pemakaian beberapa semen perekat reaksi pengerasan bisa
dipercepat dengan penyinaran dan reaksi pengerasan akan berlanjut secara
kimia. Kelebihan semen akan lebih mudah dibersihkan pada saat semen belum
mengeras sempurna. Jika semen sudah mengeras, isolator karet dilepas dan
oklusi dicek dengan kertas artikulasi serta diasah dengan bur intan kecil.
Permukaan yang diasah bisa dipoles dengan disk pemoles komposit atau
dengan roret dan poin yang khusus dibuat untuk memoles porselen.

Kunjungan Pertama
a) Akses Ke Karies
Tahap pertama preparsi adalah memperoleh akses ke dentin karies.
b) Menentukan Luas Karies
Jika akses telah diperoleh, kavitas bisa dilebarkan kearah bukopalatal
sampai dicapai pertautan email-dentin yang sehat. Hal ini menentukan
lebar boks arah bukopalatal.
c) Desain Preparasi Kavitas
Desain preparasi kavitas harus memastikan retensi seperti dinding
vertikal kavitas utama yang hampir sejajar dan sedut divergensi dinding
bukal dan lingual pada bagian proksimal masing-masing adalah 50-100.
Jika sudut kurang 50, struktur gigi yang masih ada berada pada keadaan
yang terlalu banyak tekanan selama prosedur sementasi dan jika sudut
lebih dari 100, retensinya bermasalah.
d) Keyway
Keyway dibuat dengan kemiringan minimal sekitar 100 memakai bus
fisur kuncup dan dijaga agar sumbu bur sejajar dengan sumbu gigi. Lebar
keyway diantara tonjol merupakan daerah yang paling sempit dan melebar
kearah yang berlawanan dengan letak karies aproksimalnya dan dengan
mengikuti kontur fisurnya. Setelah membuat keyway, kavitas dikeringkan
untuk memeriksa ada tidaknya sisa karies dibagian ini dan bahwa
kavitasnya sedikit membuka dengan sumbu yang benar. Jika kemiringan
dinding tidak tepat, maka ketidaktepatan itu harus diperbaiki.
e) Boks Aproksimal
Kini perhatian dapat dialihkan kembali ke lesi aproksimalnya.
Dibagian ini kavitas harus di dalamkan memakai bur bulat kecepatan
rendah dan dengan cara yang sama dengan jalan membuang dentin karies
pada daerah pertautan email-dentin. Ketika dentin karies pada pertautan
email-dentin telah dibuang, dinding email dapat dipecahkan dengan pahat
pemotong tepi gingiva. Preparasi dibuat miring sebesar 10 derajat dengan
bur fisur runcing. Gigi tetangga dilindungi dengan lempeng matriks untuk
melindunginya dari kemungkinan terkena bur. Menjaga agar sumbu bur
sejajar dengan waktu pembuatan keyway merupakan hal yang sangat
penting sehingga bagian boks dan keywaynya mempunyai kemiringan
yang sama. Pelebaran ke arah gingiva hanya dilakukan seperlunya saja
sekedar membebaskan pertautan email-dentin dari karies, demikian juga
halnya dalam arah bukolingual. Setiap email yang tak terdukung dentin
sehat, hendaknya dibuang dengan bur fisur kecepatan tinggi.
f) Pembuangan Karies Dalam
Karies mungkin masih tertinggal di dinding aksial. Jika dinding karies
telah terbuang, periksalah kemungkinan masih adanya daerah undercut.
Undercut padadaerah pertautan email-dentin seharusnya telah
dibersihkan. Jika masih terdapat undercut pada dinding aksial, maka
undercut tersebut biasanya terletak seluruhnya pada dentin dan ditutup
dengan semen pelapik pada tahap preparasi berikutnya sehingga preparasi
mempunyai kemiringan yang dikehendaki.
g) Bevel
Garis sudut aksiopulpa hendaknya dibevel, dengan menggunkan bur
fisur. Hal ini untuk memungkinka diperolehnya ketebalan yang cukup bagi
pola malam yang kelak akan dibuat di daerah yang dinilai kritis. Bevel
hendaknya diletakkan di tepi email agar tepi tipis hasil tuangan dapat
dipaskan seandainya kerapatan hasil tuangan dengan gigi tidak baik.
Hendaknya bevel tidak diluaskan lebih ke dalam lagi karena retensi
restorasi akan berkurang. Tepi luar bevel harus halus dan kontinyu untuk
memudahkan penyelesaian restorasi dan supaya tepi tumpatannya
beradapatsi baik dengan gigi. Bevel biasanya tidak dibuat didinding
aproksimal karena akan menciptakan undercut, mengingat sebagian besar
tepi kavitas terletak di bawah bagian gigi yang paling cembung. Akan
tetapi dinding gingiva dapat dan harus dibevel. Bevel gingiva sangat
penting karena akan menigkatkan kecekatan tuangan yang biasanya
merupakan hal yang paling kritis.
h) Pola Malam
Pola malam dibuat secara:
- Direct : pembuatan restorasi rigid secara langsung dalam satu kali
kunjungan.
- Indirect : pembuatan restorasi rigid yang dilakukan di laboratorium
dan berkali-kali kunjungan
i) Gigi direstorasi dengan tumpatan rigid sementara

Kunjungan Kedua
1. Tumpatan rigid sementara dibongkar
2. Setelah preparasi selesai, aplikasikan lapisan tipis lubricant larut air atau
separating medium (cairan agar atau gliserin) pada gigi. Kemudian
tempatkan matriks band, wedge atau cincin penahan untuk menghasilkan
kontak proksimal yang baik.
3. Lalu tumpat dengan porselen. Sesuaikan anatomi oklusal dengan
menggunkan bur untuk menghasilkan pit dan fisur, inklinasi tonjol dan
batas margin yang baik dan sistemis.
4. Trial Inlay/ Onlay porselen pada pasien
5. Jika kedudukannya baik, restorasi rigid yang sudah ditrial disemenkan
pada gigi tersebut.
6. Kelebihan semen dari tepi-tepi yang dapat dijangkau dibersihkan dengan
eskavator sementara benang gigi digunakan untuk membuang kelebihan di
aproksimal. Tepi-tepi restorasi harus dilapisi dua lapisan pernis copalite
untuk mengurangi pelarutan semen selama jam-jam pertama pengerasan.
Setelah itu, permukaan oklusal harus dipoles dengan pasta pumis yang
diletakkan pada bur sikat, diikuti oleh whiting yang diletakkan pada
berbagai sikat.

C. Tahapan Preparasi Pada Inlay/Onlay Porcelain Fused To Metal ( PFM )


Restorasi PFM adalah tipe porselen gigi yang paling umum digunakan.
Berdasarkan perbedaan temperatur ada tiga tipe porselen gigi yaitu; Regular
Felspathic Porcelain (temperatur tinggi 1200-1400 °c), aluminous porcelain
(temperatur sedang 1050-1200 °c), dan Metal Bonding Porcelain (temperatur
rendah 800-1050 °c). PFM merupakan Metal Bonding Porcelain. PFM terdiri
atas beberapa lapisan yang difusikan secara kimia pada dasar kerangka metal.
Substruktur metal mendukung keramik dan membuat keramik bertahan lama
terhadap beban dari kekuatan mulut.
A. Prinsip umum restorasi metal keramik
Restorasi metal keramik harus memenuhi syarat–syarat, antara lain,
adalah sebagai berikut :
a. Metal dan keramik mempunyai ikatan yang kuat.
b. Metal dan keramik mempunyai thermal expansi yang sesuai.
c. keramik yang dipakai relatif mempunyai low fusing.
d. Metal harus tahan terhadap deformasi pada saat keramik mencapai
temperatur fusing. Pada saat fusing, keramik harus dapat bersatu
dengan logam dan berikatan tanpa merubah bentuk logam. Pada saat
mendingin, baik logam maupun keramik akan mengalami kontraksi
yang akan menimbulkan retak atau bahkan terlepasnya keramik dari
logam.
e. Bahan–bahan yang dipakai harus bersifat biokompatibel terhadap
jaringan.

Pada prinsipnya, sifat–sifat restorasi metal keramik ditentukan oleh


keadaan interfacenya. Bila didapati ikatan yang rapat antara metal dengan
keramik maka akan terjadi penurunan energi bebas yang dapat
memisahkan kedua komponen atau sebaliknya.
B. Teknik preparasi
Secara umum bentuk preparasi gigi untuk restorasi tidak langsung
harus mempunyai ketinggian maksimum dan keruncingan yang minimum
untuk memperoleh retensi dan resistensi yang optimal. Untuk mencapai
hal ini dan untuk membuat ketebalan yang adekuat dari material restorasi
tanpa kontur yang berlebihan, maka permukaan dari preparasi sebaiknya
meniru restorasi yang diharapkan, baik oklusal maupun aksial. Adapun
ciri-ciri preparasi restorasi tidak langsung, antara lain, adalah sebagai
berikut :
1. Preparasi pembebasan undercut yang mana semua margin dan sudut
dalam dapat terlihat.
2. Penempatan single path dibuat selebar mungkin, hal ini dibuat dengan
cara mempersiapkan dinding yang berlawanan dibuat sejajar untuk
memberikan retensi maksimal. Posisi gigi yang berdekatan harus
dipertimbangkan terhadap kemungkinan terjadinya tepi yang
menggantung pada gigi yang dipreparasi.
3. Bentuk resisten perlu disediakan pada restorasi untuk mendistribusikan
tekanan yang berasal dari oklusal.
4. dinding yang berlawanan dalam preparasi 1/2 gingival harus dibuat
mendekati paralel. 1/3 sampai 1/2 oklusal biasanya lebih runcing
karena adanya pengurangan dua dataran di sebelah labial yang
dibutuhkan untuk menyediakan ruangan yang cukup untuk material
restorasi di dalam kontur gigi yang asli.
5. Mahkota klinis yang pendek memiliki peningkatan resiko kegagalan
karena jalan masuk yang pendek. Panjangnya preparasi dapat
ditingkatkan dengan memanjangkan mahkota, dan bentuk resisten
dapat ditingkatkan dengan pengurangan groove, celah atau box, dan
dengan cara mengubah permukaan lereng menjadi komponen vertikal
dan horizontal.
6. Pengurangan oklusal harus mengikuti outline tonjol untuk
memaksimalkan retensi dan meminimalkan pengurangan gigi. Untuk
mahkota porcelain fused to metal dan untuk mahkota emas, jaraknya
masing-masing 2 mm dan 1 mm.
7. Posisi dan tipe margin yang telah selesai ditentukan oleh kontur
gingiva, keaslian material restorasi, ada atau tidaknya core margin, dan
pemilihan bahan luthing agent. Bila memungkinkan, margin tersebut
sebaiknya berada di supragingiva mengikuti kontur gingival yang asli.
Akhiran tepi gigi idealnya paling tidak 1 mm melewati core margin
untuk mengistirahatkan jaringan gigi yang masih sehat.
8. Bentukan line angle harus di perhatikan karena pada dasar kavitas
adalah metal yang nantinya pada bagian luar akan di selimuti
porcelain, maka bentukannya berbeda antara internal dan eksternal.
Pada internal line angle harus tajam dan eksternal line angle harus
membulat.
C. Desain restorasi
Untuk mendapatkan kekuatan dan persyaratan warna yang optimal,
maka ketebalan logam ditambah porselen pada bagian fasial tidak kurang
dari 1,2-1,5 mm. Ketebalan minimal metal di bawah porselen yaitu 0.3
mm. Jika metal terlalu tipis, maka metal akan melentur di bawah tekanan
dan dapat menyebabkan retaknya porselen. Tetapi ketebalan metal
tergantung pada jenis metal yang digunakan. Ketebalan lapisan opak yaitu
0,1-0,2 mm. Ketebalan minimum dentin dan enamel porselen yaitu 0,8
mm. Ketebalan bagian insisal porselen yaitu 2 mm gunanya untuk
memberi sifat translusen pada restorasi.

RESTORASI SEMENTARA PASCA PREPARASI


Restorasi sementara ini penting karena selain sebagai penutup kavitas
sebelum restorasi onlay/inlay siap disemenkan juga melindungi kavitas dari
gangguan termal, khususnya dari dingin dan tetap mampu untuk mengunyah
makanan seperti biasanya. Jika preparasi tidak begitu sukar dan tidak
melibatkan sebagian besar permukaan oklusal, preparasi dapat ditumpat
dengan tumpatan sementara menggunakan semen seng oxide eugenol.
Restorasi akan bertahan selama beberapa hari, dan pasien terasa nyaman.
Selain itu terdapat juga situasi yang membutuhkan restorasi sementara
yang tidak sederhana seperti hal diatas, karena kavitas preparasi sering
melibatan seluruh permukaan oklusal. Jadi tambalan sementara harus lebih
canggih.
Restorasi sementara ada 2 jenis ;
1. Restorasi sementara buatan pabrik
Restorasi sementara buatan pabrik adalah salah satu jalan keluar.
Mahkota sementara ini bisa terbuat dari aluminium atau resin yang juga
terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk baik untuk gigi anterior atau gigi
posterior. Tetapi mahkota ini lebih mudah digunakan untuk gigi-gigi
posterior. Mahkota alumunium juga lebih mudah dadaptasikan pada
bagian tepid an oklusal dibandingkan dengan resin sementara, meskipun
resin memiliki factor estetis yang baik.
Gambar 1. Contoh gambar restorasi sementara buatan pabrik

Cara Penggunaan :
a. Diantara berbagai ukuran mahkota sementara , pilihlah satu yang
paling mendekati ukuran gigi yang dipreparasi. Ukuran harus pas jika
terlalu besar maka akan menekan jaringan gingiva dan mengganggu
kenyamanan lidah dan pipi
b. Setelah didapatkan ukuran dan bentuk yang sesuai, pada bagian
gingival dipotong untuk mendapatkan bentuk yang sesuai. Kontur
gingiva dibentuk sedemikian rupa dan disesuaikan dengan kontur
bukal dan lingual dengan menggunakan tang kontur bila perlu.

Gambar 2. Kontur gingiva dengan menggunakan tang kontur bila perlu.


c. Kemudian pasang coba mahkota sementara pada gigi yang dipreparasi.
Untuk menentukan apakah sudah sempurna ditempatkan, pasien
sebaiknya diminta mengoklusikan gigi-giginya dan tidak boleh ada
ganjalan akibat pemasangan pada mahkota.
d. Kemudian sebelum dilakukan penyemenan mahkota sementara, perlu
juga mengamati ujung gingival dari restorasi sementara dan
menghindari tertekannya jaringan gingiva, dan harus terus
menyesuaikan panjang gingiva agar tidak berkontak dengan jaringan.
Kemudian pastikan juga mahkota sementara harus benar-benar halus,
dan licin tidak ada ujung-ujung yang kasar.

Gambar 3. Contoh gambar akhiran restorasi sementara yang menunjukkan


permukaan yang halus dan licin

2. Restorasi Sementara Buatan Sendiri


Metode lain yang banyak dgunakan untuk restorasi semntara ini adalah
dengan membuatnya sendiri dengan resin swa-polimerisasi. Tipe restorasi
sementara ini mempunyai keunggulan yaitu menghasilkan estetik yang
baik. Mahkota ini dapat dibuat meniu anatomi mulut pasien.
Cara Penggunaan :
a. Langkah pertama adalah mencetak daerah gigi yang membutuhkan
restorasi sementara. Perlu diingat cetakan dilakukan sebelum
melakukan preparasi. Jika restorasi sementara melibatkan satu gigi
saja, sendok cetak sebagian sudah cukup memadai. Jika melibatkan
lebih dari satu gigi, harus dibuatkan cetakan seluruh rahang untuk
kestabilan ketika dipasangkan kembali ke tempatnya.
b. Setelah cetakan selesai, dilakukan pemanipulasian resin yang
digunakan untuk restorasi sementara.
c. Mula-mula campur adonan resin dalam dappen dish sampai terbentuk
bahan dengan tekstur seperti krem . Kemudian campuran dipindahkan
ke sendok cetak sebagian.

Gambar 4. Cetakan rahang sebagian


d. Cetakan kemudian dikembalikan dengan baik ke posis yang normal.
Gigi yang dipreparasi sebaiknya diolesi cairan atau paling tidak agak
basah, untuk mempermudah pelepasan restorasi sementara sewaktu
restorasi mengeras.

Gambar 4. Cetakan diisi dengan resin dan kemudian dikembalikan dengan


baik ke posis yang normal.
e. Atur waktu setting dari bahan, jika restorasi dilepas terlalu cepat,
resin tidak mencetak dengan akurat dank arena itu pencetakan harus
diulang dan jika restorasi dilepas terlalu lama maka restorasi akan
susah dilepas dari daerah preparasi.
f. Kemudian penting juga untuk mencoba memasang kembali restorasi
sementara pada gigi untuk memastikan apakah restorasi sementara
dapat dilepaskan dengan mudah
g. Jika bahan telah setting dan telah beradaptasi dengan baik pada
daerah restorasi dilakukan penyemenan.
DAFTAR PUSTAKA

Baum, Lloyd dkk, 1994, Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta : EGC
Baum, Lloyd dkk. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: EGC
Baum L. dkk. (1985). Textbook of Operative Dentistry, Philadelphia: W. B.
Saunders.
Kidd, E.A.M. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6.
Jakarta: Widya Medika.
Chaerani, Siti Chadijah.2004.Restorasi Intrakoronal Porselen pada Gigi
Posterior.Medan : FKG USU.
Edwinna A, et al. 2003. Pickard’s Manual of Operative Dentistry 8th edition.
Oxford University Press Inc: New York.
Garg, Nisha. 2013. Textbook of Operative Dentistry 2nd edition. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publisher.
Kidd, E.A.M. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6.
Jakarta: Widya Medika.
Sturdevant, CM. (2006) The Art and Science of Operative Dentistry, ed.5. St
Louis Mosby.
Swift EJ, Studervant JR, Vitter AV. 2002. Class I and II indirect tooth colored
restorations. In : Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ, eds. Studervant’s
Art and Science of Operative Dentistry, 2nd ed. St. Louis : Mosby
Company.
Tarigan, Rasinta. 1993. Tambalan Inlay : Edisi 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai