Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Ulcer adalah suatu defek pada jaringan epitel berupa lesi cekung berbatas jelas yang
telah kehilangan lapisan epidermis.1 Traumatic ulcer adalah lesi pada mulut yang biasa
terjadi, merupakan penyebab dari sebagian besar ulcer, dan lokasi yang paling umum terjadi
pada bibir, pipi, dan lidah. Traumatic ulcer dapat disebabkan oleh gigi yang patah atau tajam,
tambalan yang kurang baik, iritasi gigi tiruan, iritasi kawat orthodontik, dan adanya
kemungkinan luka yang diakibatkan oleh diri sendiri (tergigit ketika makan,kebiasaan
menggigit bibir). Ulcer ini dapat terjadi pada berbagai tingkatan usia dan jenis kelamin.2,3

Teori fokal infeksi menyebutkan bahwa infeksi di rongga mulut bertanggung jawab
terhadap terjadinya dan berkembangnya penyakit sistemik seperti kelainan kardiovaskuler.
Ada beberapa penelitian mengatakan bahwa ada hubungan antara penyakit mulut dengan
penyakit jantung, bakteri yang berasal dari mulut pada saat masuk ke pembuluh darah akan
menempel dan menjadi timbunan lemak pada pembuluh darah arteri jantung sehingga
mengakibatkan pembekuan. Pada kondisi kesehatan mulut yang normal, hanya sejumlah
bakteri yang masuk kedalam aliran darah dan tidak membahayakan. Namun pada individu
yang mempunyai oral higiene buruk, maka jumlah bakteri pada permukaan giginya
meningkat 2-10 kali, sehingga peluang terjadinya bakteremia menjadi lebih besar.4

Penyakit jantung koroner terjadi ketika pembuluh arteri yang memasok darah ke
jantung mengeras dan menyempit akibat penumpukan kolesterol dan zat lainnya atau lebih
dikenal dengan plak. Ketika plak semakin menumpuk dan menyumbat aliran darah, jantung
tidak mendapatkan pasokan darah, oksigen dan nutrisi penting lainnya yang dibutuhkan
jantung untuk berfungsi secara normal.4,5

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Ulcer adalah suatu defek pada jaringan epitel berupa lesi cekung berbatas jelas yang
telah kehilangan lapisan epidermis.1 Ulcer adalah suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan
mukosa yang memperlihatkan disintegrasi dan nekrosis jaringan yang sedikit demi sedikit.
Ulcer meluas melewati lapisan basal dari epitel dan ke dalam dermisnya, penyembuhannya
diikuti dengan pembentukan jaringan parut.3 Menurut Mosby's Dental Dictionary (2008),
traumatic ulcer adalah ulserasi yang disebabkan karena trauma. Traumatic ulcer adalah lesi
pada mulut yang biasa terjadi, merupakan penyebab dari sebagian besar ulcer, dan lokasi
yang paling umum terjadi pada bibir, pipi, dan lidah.

(Langlais, 2000)

Etiologi
Traumatic ulcer dapat disebabkan oleh gigi yang patah atau tajam, tambalan yang
kurang baik, iritasi gigi tiruan, iritasi kawat orthodontik, dan adanya kemungkinan luka yang
diakibatkan oleh diri sendiri (tergigit ketika makan, kebiasaan menggigit bibir). Ulcer ini
dapat terjadi pada berbagai tingkatan usia dan jenis kelamin.2,3 Menurut Houston (2009),
traumatic ulcer disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:

- Trauma mekanis : sering ditemukan di mukosa bukal, mukosa labial bibir atas dan bawah,
dan batas lateral lidah. Mucobucofold, gingiva, dan mukosa palatal juga dapat terlibat.
Contoh trauma mekanis: trauma karena sikat gigi, gigi yang patah atau tajam, tambalan yang
kurang sempurna, iritasi gigi tiruan, iritasi kawat orthodontik, kemungkinan luka yang
diakibatkan oleh diri sendiri seperti tergigit ketika makan, kebiasaan buruk seperti mengigit
bibir.
- Trauma kimia : trauma kimia dapat merusak berbagai daerah pada membran mukosa. Contoh
trauma kimia: aspirin, hydrogen peroksida, silver nitrat, dan fenol.

2
- Suhu yang panas : lesi biasanya terjadi pada posterior mukosa bukal dan palatum. Contoh:
makanan atau minuman yang terlalu panas

Gambaran Klinis
Traumatic ulcer ini secara klinis bermacam-macam, tapi biasanya merupakan single
ulcer yang berkaitan erat dengan faktor penyebab. Traumatic ulcer memiliki dasar yang
kekuning-kuningan dan tepi berwarna merah, tidak ada indurasi. Traumatic ulcer biasanya
lunak ketika di palpasi dan dapat sembuh tanpa jaringan parut antara 6-10 hari secara spontan
atau setelah menghilangkan faktor penyebab. Iritasi kronis dapat menyebabkan hyperplasia
dan hyperkeratosis.6

(Langlais, 2000)

Patofisiologi
Pada awal lesi terdapat infiltrasi limfosit yang diikuti oleh kerusakan epitel dan
infiltrasi neutrofil ke dalam jaringan. Sel mononuclear juga mengelilingi pembuluh darah
(perivaskular), tetapi vasculitis tidak terlihat. Namun, secara keseluruhan terlihat tidak
spesifik.7
Perjalanan traumatic ulcer dimulai dari masa prodromal selama 1-2 hari, berupa
panas dan nyeri setempat. Kemudian mukosa berubah menjadi makula berwarna merah,
yang dalam waktu singkat bagian tengahnya berubah menjadi jaringan nekrotik dengan
epitel yang hilang sehingga terjadi lekukan dangkal. Ulcer akan ditutupi oleh eksudat fibrin
kekuningan yang dapat bertahan selama 10-14 hari. Bila dasar ulkus berubah warna menjadi
merah muda tanpa eksudat fibrin, menandakan lesi sedang memasuki tahap penyembuhan.
Pada gambaran mikroskopik, daerah permukaan ulserasi ditutupi oleh membran
fibrinopurulent yang terdiri dari sel inflammatory akut dengan fibrin. Epitel squamosa
bertingkat dari permukaan yang berdekatan dapat hyperplastik dan menunjukkan daerah
atypia squamous reaktif. Dasar ulcer terdiri dari proliferasi jaringan granulasi dengan daerah
edema dan infiltrasi sel inflamatory akut dan kronis.8

3
Histopatologis
Mukosa rongga mulut dibentuk oleh epitel gepeng berlapis yang memiliki lapisan
keratin. Lapisan keratin adalah lapisan permukaan yang mengalami perubahan, yaitu lapisan
yang tidak jelas batas selnya. Lapisan keratin ini terdiri dari :

a) Stratum basale/germinativum
Merupakan selapis sel berbentuk silindris pendek yang terletak paling bawah dari epitel
gepeng berlapis keratin, dan dalam sitoplasma terdapat butir-butir pigmen melanin.

b) Stratum spinosum
Terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk polihedral, sel nya seolah-olah berduri (spina) yang
dikarenakan adanya desmosom yang berfungsi sebagai tempat perlekatan dua sel yang
berdekatan

c) Stratum granulosum
Terdiri dari dua hingga empat lapis sel berbentuk belah ketupat, dan dalam selnya terdapat
keratohialin. Pada lapisan ini mulai terjadi perubahan fungsi.

d) Stratum lucidum
Lapisan ini sebenarnya terdiri dari sel-sel tidak berinti yang mati, oleh karena itu terkadang
gambaran lapisan ini tidak jelas sehingga hanya tampak sebagai garis jernih yang homogen

e) Stratum korneum
Merupakan lapisan teratas epidermis

f) Stratum disjungtivum
Pada lapisan ini bagian-bagian epidermis sudah ada yang terlepas.

Lapisan Epidermal

4
Diagnosa
Lesi ulcer dalam rongga mulut dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab dan
memiliki tanda klinis yang sama. Diagnosa ditegakan dengan anamnesa mengenai gejala dan
tanda klinis lesi, rekurensi dan predileksi yang dihubungkan dengan sumber pencetus. Gejala
klinis seperti trauma dapat sembuh dalam beberapa hari. Apabila lesi ini tidak sembuh dalam
waktu 10-14 hari maka dilakukan biopsi untuk menegakan diagnosa apakah ini merupakan
suatu keganasan atau bukan.

Diagnosa Banding
a) Stomatitis Apthous Rekuren
Stomatitis apthous rekuren adalah penyakit yang menyebabkan timbulnya ulcer kecil di
dalam mulut, biasa terdapat pada mukosa bukal, mukosa labial atau di lidah. Stomatitis
aphtous ini disebut juga "cancer sores". Faktor yang menjadi pemicu stomatitis apthous
rekuren adalah trauma, genetik, gangguan endokrin, menstruasi, defisiensi nutrisi, stress,
alergi makanan dan AIDS. Meskipun etiologinya tidak diketahui, studi mencurigai adanya
proses respon cell mediated imun yang melibatkan aktivitas sitolitik diperantarai sel sebagai
respon terhadap HLA atau antigen asing.6

Stomatitis apthous rekuren dibagi dalam 3 jenis menurut ukurannya, yaitu ulcer minor,
mayor dan herpetiform. Ulcer minor adalah bentuk yang paling umum, dan secara klinis
memiliki gambaran kecil, nyeri, ulcer bulat dengan diameter 3-6 mm ditutupi dengan
membran kuning keputihan dan dikelilingi halo merah tipis. Lesi dapat single atau multiple
(2-6 buah), dan dapat sembuh tanpa scar/luka parut dalam 7-12 hari. Bentuk ulcer mayor
dikarakteristikan sebagai ulcer dalam dengan nyeri, 1-2 cm dalam diameter, berlangsung
selama 3-6 minggu dan dapat menyebabkan scar. Jumlah lesi bervariasi dari 1-5 buah.
Bentuk ulcer herpetiform dikarakteristikan sebagai ulcer kecil dan dangkal, nyeri,
diameternya 1-2 mm, dengan kecenderungan untuk bersatu menjadi ulcer irregular yang
lebih besar, berlangsung selama 1-2 minggu, dan sembuh tanpa scar. Perawatan stomatitis
apthous rekuren dengan menggunakan topical steroids atau chlorhexidine 0,2% mouthwash.6

Minor aphtous ulcer Mayor aphtous ulcer

5
Multiple herpetiform ulcer

(Laskaris, 2006)

b) Squamous Cell Carcinoma


Squamous cell carcinoma seringkali tampak sebagai suatu ulcer. Dalam tahap dini
biasanya tampak lesi berwarna putih, lesi berwarna merah, atau keduanya; kecil, tidak sakit,
dan adanya indurasi atau ulserasi. Tapi, sifat menetap dari penyakitnya mengakibatkan
proliferasi neoplastik yang segera mempengaruhi pasokan darah, mengakibatkan
telangiektasia permukaan dan akhirnya membentuk ulcer. Ulcer yang lebih lanjut cenderung
menjadi besar, berbentuk kawah dan bagian tengahnya tertutup oleh selaput nekrotik yang
kuning kelabu, tepinya keras, berindurasi. Squamous cell carcinoma dapat terjadi di setiap
bagian dalam mulut. Daerah yang paling umum dapat terjadi squamous cell carcinoma
adalah tepi lateral dan ventral lidah, bibir, dasar mulut, gingiva, mukosa alveolar, mukosa
bukal, dan palatum.
Gambaran yang berkaitan dengan squamous cell carcinoma adalah sakit, kebas,
leukoplakia, eritroplakia, pengerasan, dan limfadenopati. Limfadenopati metastatik ditandai
oleh kelenjar limfe yang seperti karet, tidak sakit, cekat di dasarnya dan menempel. Jika lesi
menetap tidak sembuh dalam 14 hari, biopsi harus dilakukan. Penyebab squamous cell
carcinoma adalah multifaktorial. Faktor predisposisinya adalah peroko006B, alkohol,
radiasi matahari, oral hygiene yang buruk, defisiensi zat besi, liver cirrhosis, infeksi
Candida, virus oncogenik, dan tumor suppressor gen. Terapi squamous cell carcinoma
adalah eksisi bedah, radioterapi, kemoterapi.3,6

Squamous cell carcinoma pada tepi lateral lidah6

6
c) Syphilis
Syphilis adalah penyakit seksual menular yang relatif umum. Etiologi syphilis adalah
Treponema pallidum. Gambaran klinis syphilis bisa dapatan (umum) atau congenital
(jarang). Syphilis dapatan diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan tersier.
Karakteristik lesi pada tahap primer adalah chancre yang tampak pada daerah inokulasi
biasanya terjadi 3 minggu setelah infeksi. Oral chancre terjadi pada 5-10% kasus dan secara
klinis merupakan ulcer yang tidak nyeri dengan permukaan yang halus, tepi yang meninggi,
dan indurasi pada dasar. Lymphadenopathy regional terjadi konstan/terus menerus. Chancre
secara khas menetap selama 2-4 minggu dan sembuh dengan spontan, yang dapat
menyebabkan pasien merasa perawatan tidaklah dibutuhkan.

Mulai 6-8 minggu setelah munculnya chancre, dan bertahan selama 2-10 minggu maka
akan berkembang tahap sekunder. Lesi oral yang timbul adalah mucous patches (umum),
macular syphilis, dan condylomata lata (jarang). Gejala dan tanda (malaise, demam tingkat
rendah, pusing kepala, lakrimasi, sakit tenggorokan, kehilangan berat badan, myalgia dan
multiple arthralgia, generalized lymphadenopathy), dan juga manifestasi kutaneus (macular
syphilids, papular syphilids, condylomata lata, keterlibatan kuku, rambut yang mudah patah,
atypical rash, dll) adalah penemuan yang konstan. Sifilis tersier dimulai setelah periode 4-7
tahun. Sifilis tersier terjadi pada seseorang yang telah terinfeksi beberapa tahun sesudah
sifilis sekunder yang tidak diobati. Lesi oral tyang timbul adalah gumma, atrophic/luteic
glossitis, dan interstitial glossitis. Lesi oral yang paling umum pada congenital syphilis
adalah lengkung palatum yang tinggi, mandibula yang pendek, rhagades, Hutchinsons teeth,
dan Moons atau mulberry molar. Perawatan syphilis adalah dengan penicillin yang
merupakan antibiotic of choice. Erythromycin atau cephalosporins adalah alternatif yang
baik.3,6

Solitary chancre pada ventral lidah6 Dua chancre pada lidah6

7
Terapi Traumatic Ulser
Terapi trumatic ulser berupa terapi kausatif dengan menghilangkan faktor etiologi
atau penyebab (trauma).6 Terapi simptomatik pasien dengan traumatic ulcer yaitu dengan
pemberian obat kumur antiseptik seperti khlorhexidin dengan analgesic dan bisa dengan
topikal anatesi. Terapi paliatif pada pasien ini dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik.
Terapi suportif dapat berupa dengan mengkonsumsi makanan lunak. Jika lesi benar-benar
trauma, maka ulser akan sembuh dalam waktu 7-10 hari. Pendapat lain mengatakan bahwa
setelah pengaruh traumatik hilang, ulser akan sembuh dalam waktu 2 minggu, jika tidak
maka penyebab lain harus dicurigai dan dilakukan biopsi. Setiap ulser yang menetap
melebihi waktu ini, maka harus dibiopsi untuk menentukan apakah ulser tersebut merupakan
karsinoma .

8
Secara umum, pasien dengan keluhan traumatic ulcer dapat diterapi dengan:
Jenis Terapi
Antiseptik Topikal Clorhexidine gluconate 0,2%
Penggunaan :
- Kumur selama 1 menit sebanyak 10 ml
Waktu :
- 2x sehari selama masih ada lesi sampai 2 hari
setelah lesi sembuh

Povidon iodine 1%
Penggunaan :
- Kumur selama 30 detik sebanyak 10 ml
Waktu :
- 3 4 x sehari
Analgesik Topikal Benzydamine hydrochloride
Penggunaan :
- Kumur selama 1 menit sebanyak 15 ml
Waktu :
- 2 3 sehari (tidak boleh lebih dari 7 hari)
Kortikosteroid Triamcinolone acetonide 0,1%
Topikal Penggunaan :
- Keringkan permukaan ulser dengan cotton
bud, kemudian oles atau tekan (jangan
digosok) sejumlah kecil pasta menggunakan
cotton bud pada daerah ulser hingga pasta
menempel, rata dan licin.
Waktu :
- 2 3 sehari setelah makan dan sebelum tidur
Antibiotik Topikal Chlortetracycline
Penggunaan :
- Larutkan 1 kapsul dalam 10 ml air, kumur
selama 3 5 menit
Waktu :
- 4x sehari (tidak untuk terapi jangka panjang)

Tabel 1. Pilihan Terapi Traumatic Ulcer9

9
BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Mintrad
No.RM : 291432
Tgl.Lahir : 05-04-1943 (74 tahun)
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Cimande, Bogor
Telepon HP : 081385602xxx
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Abri
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Gol.darah : AB

RUJUKAN
- Dari : Jantung, RSPAD
- Diagnosa rujukan : Atherosclerotic Cardiovascular

ANAMNESA
Seorang pasien laki-laki berusia 74 tahun datang ke RSPAD GATOT SUBROTO
bagian penyakit mulut dengan keluhan adanya sariawan dengan rasa perih pada lidah bagian
kiri depan sejak 3 hari yang lalu. Rasa perih tersebut yang dirasakan hilang timbul. Selain
itu pasien juga memiliki sariawan pada bagian bawah lidahnya. Pasien menderita penyakit
jantung koroner sejak 10 tahun yang lalu, dan telah dilakukan operasi pemasangan ring pada
tahun 2007. Saat ini pasien masih rutin mengonsumsi obat-obatan yang diberi dari dokter
jantung. Pasien sebelumnya mengalami radang tenggorokan dan flu sebelum merasa
sariawan dan berobat ke Puskesmas Cimande namun saat ini pasien masih merasa perih pada
lidahnya. Pasien menyikat gigi 2x sehari saat pagi dan sore hari.

10
PEMERIKSAAN FISIK
- Kesadaran : compos mentis
- BB : 58 kg
- TB : 165 cm
- TD : 176/92 mmHg
- Nadi : 103x/menit
- Pernapasan : 20x/menit
- Suhu : 360C

RIWAYAT KESEHATAN
- Riwayat penyakit lalu : Ya, Penyakit jantung koroner
Pernah dirawat : Ya, diagnosa jantung, di RSPAD
Pernah dioperasi : Ya, pemasangan ring
- Riwayat penyakit keluarga : Ya, Jantung
- Ketergantungan terhadap : Tidak
- Riwayat pekerjaan (apakah berhubungan dengan zat berbahaya) : Tidak
- Riwayat alergi : Ya, obat farsorbid

RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


- Status psikologi : cemas
- Status sosial
Hubungan pasien dengan anggota keluarga : baik
Kerabat terdekat yang dapat dihubungi
Nama : Ny. Mariati Hubungan : Istri Telepon : 081385602059
- Status ekonomi:
Lainnya, Sebutkan: BPJS

KEBUTUHAN KOMUNIKASI DAN EDUKASI


- Terdapat hambatan dalam pembelajaran : tidak
- Membutuhkan penerjemah : tidak
- Ketersediaan menerima informasi : ya
- Kebutuhan edukasi : tidak

RESIKO CEDERA / JATUH


- Perhatikan cara berjalan pasien saat akan duduk di kursi. Apakah pasien tampak tidak
seimbang (sempoyongan)? Tidak
- Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja atau benda lain sebagai penopang saat
akan duduk? Tidak

11
STATUS FUNGSIONAL
- Aktivitas dan mobilisasi: mandiri

SKALA NYERI
- Nyeri: ya, nyeri kronis
lokasi: lidah depan frekuensi: jarang durasi: tidak terukur

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN PRIORITAS


- Masalah keperawatan: sariawan
- Tujuan terukur : menghilangkan fokal infeksi

STATUS LOKAL:
a. EXTRA ORAL : Tidak ada kelainan
b. INTRA ORAL : Kalkulus positif (+++) dan stain
c. PEMERIKSAAN PENUNJANG : Panoramik

12
Odontogram

Elemen Diagnosis Elemen Diagnosis


18 Sou 21 61 Sou
17 Sou 22 62 Sou
16 Karies 23 63 Sou
15 55 Karies, Abrasi 24 64 Abrasi
14 54 Sisa akar 25 65 Sou
13 53 Missing 26 Sou
12 52 Sou 27 Sisa akar
11 51 Sou 28 Sou

Elemen Diagnosis Elemen Diagnosis


41 81 Sou 38 Sou
42 82 Sou 37 Sisa akar
43 83 Sou 36 Karies akar
44 84 Sisa akar 35 75 Karies akar
45 85 Sou 34 74 Abrasi
46 Fraktur akar 33 73 Sou
47 Sou 32 72 Sou
48 Sou 31 71 Sou

13
Rontgen Panoramik

14
Kasus Pasien

Lesi ulser terdapat di dorsal lidah bagian kiri depan berbentuk memanjang dengan ukuran 4
x 1 mm dan ventral lidah berbentuk bulat 2 x 1 mm, warna sekitar lesi kemerahan dengan
bercak putih di tengah lesi tersebut, tepian lesi berbatas jelas.

15
DIAGNOSIS KERJA:

Ulkus traumatikus pada dorsal dan ventral lidah et causa iritasi tepi gigi-gigi yang tajam.

RENCANA PENGOBATAN:

Pro eksodontia: 14,27,35,36,37,44,46


Pro perio: scaling dan root planing
Pro konservasi: restorasi 15,16,24,34
Pro prostodonti: gigi tiruan pada gigi yg hilang

ANJURAN:

- Saat ini pasien diberikan obat kumur minosep 2x1 diusap pada lesi dengan kassa steril,
vitamin B kompleks 1x1, dan
- pro pencabutan pada sisa akar gigi yang menjadi penyebab lesi tersebut
- pro focus konsul jantung persiapan pencabutan dan pembersihan karang gigi

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Ulcer pada mukosa rongga mulut apapun penyebabnya menghasilkan defek yang
terlokalisasi pada permukaan yang dilapisi epitelium. Defek tersebut berupa ulser atau erosi,
ulser merupakan lesi yang banyak terjadi di dalam rongga mulut. Ulser dapat disebabkan
oleh trauma mekanis (seperti tergigit, ill fitting denture), trauma termal (seperti
mengkonsumsi makanan atau minuman panas), trauma kimia (agen tertentu yang bersifat
iritan), dan stress.
Traumatic ulcer secara klinis bermacam-macam, tapi biasanya merupakan single
ulcer yang dekat dengan faktor penyebab. Traumatic ulcer memiliki permukaan berwarna
putih kekuningan dan dikelilingi daerah yang eritem yang tipis, dimana daerah ini lebih
terang dibandingkan jaringan sekitarnya. Traumatic ulcer biasanya lunak ketika di palpasi
dan dapat sembuh tanpa jaringan parut antara 6-10 hari secara spontan atau setelah
menghilangkan faktor penyebab. Iritasi kronis dapat menyebabkan hyperplasia dan
hyperkeratosis (Laskaris, 2006).

Salah satu diagnosis banding yang paling menyerupai lesi ini adalah stomatitis
aphtous rekuren. Insidensi penyakit ini sekitar 25% dari populasi. Stomatitis aphtous rekuren
ini berbeda dengan traumatic ulcer dilihat dari etiologinya. Etiologi stomatitis aphtous
rekuren masih belum jelas, tetapi bukti terakhir menyebutkan bahwa respon imun seluler
menjadi peran utama dalam patogenesisnya. Beberapa faktor predisposisi stomatitis aphtous
rekuren adalah genetik, trauma, alergi, gangguan endokrin, emosional stress, defisiensi
nutrisi, menstruasi, dan AIDS (Laskaris, 2006).

Penatalaksanaan traumatic ulcer dengan menghilangkan penyebab dan menggunakan


obat kumur antiseptik (contohnya 0,2% Chlorhexidin) atau simple covering agent seperti
Orabase (Triamcinolone Acetonide) selama fase penyembuhan dari ulserasi. Semua
traumatic ulcer harus diperiksa. Jika lesi tetap ada selama lebih dari 10-14 hari setelah
menghilangkan faktor etiologi, pasien sebaiknya dirujuk untuk meminta pendapat spesialist
dan kemungkinan biopsi untuk memastikan adanya keganasan rongga mulut atau squamous
cell carcinoma.9

17
BAB V
KESIMPULAN

Ulcer rongga mulut sebagian besar disebabkan oleh trauma. Penyebab traumatic ulcer yang
paling sering terjadi yaitu akibat mekanis. Tergigitnya mukosa oral secara tidak sengaja oleh
gigi menjadi penyebab yang sering terjadi. Kemampuan yang baik dari anamnesa dan
pemeriksaan yang benar akan membantu saat menetukan etiopatologi dan diagnosis awal
ulkus untuk dilakukannya rencana perawatan .Dapat disimpulkan bahwa perawatan utama
ulkus traumatik di rongga mulut adalah dengan menghilangkan faktor etiologi. Jika ulkus
masih ada setelah 2 minggu dari faktor etiologi yang telah dihilangkan, maka diduga sebagai
keganasan yang dibutuhkan pemeriksaan biopsi untuk mendapatkan diagnosis akhir.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Greenberg, M.S; M. Glick. 2003. Burkets Oral Medicine Diagnosis and Treatment. 10th ed.
Hamilton.BC Decker Inc.
2. Gandolfo. 2006. Oral Medicine. Churchill Livingstone: Elsevier.
3. Langlais and Miller. 2000. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Jakarta:
Hipokrates.
4. Lewis MAO, Lamey PJ, 1998, Tinjauan klinis penyakit mulut, Widya Medika, Jakarta.
5. Eversole LR, 2002, Clinical outline of oral pathology: diagnosis and treatment. 3rd ed, BC
Decker Inc, Hamilton Ontario.
6. Laskaris, G. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease 2ndedition. Newyork : Thieme.
7. Cawson, R.A. 2002. Oral Pathology and Oral Medicine. Seventh edition. UK: Elsevier
8. Houston, G. 2009. Traumatic Ulcers. Available online at http://emedicine.medscape.com/
(diakses tanggal 1 Agustus 2012).
9. Longman and Field. 2003. Tyldesleys Oral Medicine. Fifth edition. New York: Oxford.

19

Anda mungkin juga menyukai