Anda di halaman 1dari 7

1.

Identitas Pasien

Nama : Yulminar

Umur : 65 tahun

Alamat : Kp. Jawa Rawasari No. 20 RT 009 RW 009 Jakarta Pusat

No. Telepon : 081513786057

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru

Tanggal Kunjungan : 21 Agustus 2017

2. Temuan Masalah Umum

a. Data Subjektif

Seorang wanita usia 65 tahun datang mengeluh giginya berlubang pada geraham kiri
bawah. Ia pernah mengalami sakit gigi, lalu di beri obat oleh puskesmas dan hilang. Saat
kunjungan gigi sudah tidak sakit namun terkadang sering hilang timbul nyerinya. Pasien
memiliki riwayat hipertensi, gula darah dan juga jantung. Pasien juga sering mengonsumsi
obat pengencer darah.
b. Data Objektif
Keadaan Umum : TAK
Kesadaran : Composmentis
Status Gizi : Baik
Tanda Vital : 129/80 mmHg

c. Pemeriksaan ekstraoral

 Pembesaran kelenjar : TAK


 Wajah : Simetri
 Kebiasaan buruk : Ada, mengunyah 1 sisi, di sisi kanan
 TMJ : TAK

d. Pemeriksaan intraoral

 Sisa makanan : Ada pada semua regio


 Plak : Ada pada semua regio
 Kalkulus : Ada pada regio bawah
 Gingiva : TAK
 Crowding : TAK
 Mukosa : TAK

3. Rencana perawatan
 PSA gigi 36

1) Gigi 36
a. Pemeriksaan
 Pemeriksaan Subjektif
Gigi 36 sering sakit, nyerinya hilang timbul.
 Pemeriksaan Objektif
Secara klinis terlihat adanya karies dalam mencapai pulpa. Tes vitalitas (-)
b. Diagnosis
 Diagnosis kerja : Nekrosis pulpa (D6, site 1, size 3)
Diagnosis pada gigi 36 adalah nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa adalah suatu
keadaan dimana terjadinya inflamasi kronis pada jaringan pulpa dan terjadinya
kegagalan jaringan pulpa daam melakukan pemulihan atau penyembuhan. Dari
gejala-gejala yang ditimbulkan yaitu; tidak terasa nyeri, tidak terasa ngilu saat tes
thermal. Berdasarkan klasifikasi ICDAS lesi karies termasuk dalam kategori D6
karena karies mencapai pulpa.
 Diagnosis banding : Karies dentin dalam (D5)
Perbedaan lesi karies D5 dan D6 dapat terlihat dari radiografis untuk mengetahui
sejauh mana perluasan karies/kavitas. Lesi karies D5 dan D6 biasanya
menimbulkan gejala sakit, namun pada lesi karies. D6 terdapat nyeri dan sakit
yang terus menerus walaupun tanpa rangsangan, dan pulpa sudah terkena.
c. Rencana perawatan : Perawatan Saluran Akar, Restorasi Komposit kelas II
Gigi 36 dapat dilakukan perawatan saluran akar untuk mencegah perluasan penyakit
ke jaringan periapeks dan juga direstorasi dengan resin komposit kelas II.

4. Perawatan Saluran Akar

Perawatan saluran akar merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan gigi dalam rongga
mulut serta mengembalikan keadaan gigi agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan
sekitarnya.
4.1 Tujuan perawatan saluran akar
Mempertahankan gigi agar tetap berfungsi

4.2 Tahap perawatan saluran akar

Perawatan saluran akar dibagi menjadi 3 fase, yaitu: preparasi atau pembersihan dan
pembentukan saluran akar, desinfeksi saluran akar serta obturasi atau pengisian saluran
akar.

Pada kasus ini tidak dilakukan preparasi akses karena sudah cukup lebar, pembersihan
dilakukan untuk menghaluskan dan menghilangkan debris serta jaringan nekrotik yang
menempel pada dinding saluran akar dengan menggunakan file.

Tahapan perawatannya:

1. Anamnesis pasien untuk mengetahui informasi rasa nyeri, durasi nyeri, lokasi,
riwayat penyakit.
2. Pemeriksaan objektif untuk mengobservasi adanya pembengkakan, pemeriksaan
karies, ada/tidaknya perubahan warna pada mahkota, ada/tidaknya fraktur, serta
dilakukan tes thermal
3. Pemeriksaan periodontium untuk melihat keadaan periodontal dengan bantuan
probe periodontal. Jika terdapat abses periodontium lokal, biasanya pulpa masih
vtal dan terdapat poket. Jika terdapat abses apikalis akut, disebabkan oleh pulpa
yang nekrosis.
4. Pemeriksaan radiograf untuk mengetahui keadaan saluran akar, bentuk dan ukuran
dari saluran akar.
5. Lakukan anastesi lokal
6. Pasang isolator/rubber dam
7. Menghitung panjang kerja
PMS x PGR
 Cara perbandingan yaitu : PGS = PMR

 Foto radiograf dengan alat (masukan k-file minimal ukuran 20 agar terlihat di
foto). Ukur panjang gigi pada radiograf, kurangi 2-3 mm sebagai toleransi
kesalahan foto.
 Masukkan k-file sedalam panjang kerja yang sudah dihitung tersebut dengan
gerakan watch winding, dan buatkan radiograf
8. Buang jaringan kariesnya, lebarkan orifis dengan gates glidden drill. Mulai dari
ukuran terbesar yang dapat masuk sedalam 2 mm, berlanjut hingga yang lebih kecil
sampai 2/3 panjang kerja
9. Tentukan inisial file (FA)
10. Olesi file awal dengan EDTA
11. Masukkan file awal dengan gerakan watch winding sampai sepanjang kerja
12. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2,5%
13. Preparasi apikal dengan menggunakan file awal sampai file apikal utama/master
apikal file (FAU/MAF) dengan gerakan reaming sampai ada tug back saat diperiksa
dengan kon gutta percha sesuai dengan ukuran MAFnya (biasanya 2 s/d 3 file dari
FA)
14. Preparasi step back dengan gerakan circumferential filling, yaitu
* 1 nomor lebih besar dari MAF sepanjang kerja dikurangi 2 mm
* rekapitulasi
* 2 nomor lebih besar dari MAF sepanjang kerja dikurangi 3 mm
* rekapitulasi
* 3 nomor lebih besar dari MAF sepanjang kerja dikurangi 4 mm
* rekapitulasi
(setiap file diolesi EDTA sebelum dilakukan preparasi)
15. Mencoba kon gutta percha (KGU) sesuai ukuran MAF/FAU, pastikan adanya tug
back dan KGU tepat sepanjang kerja.
16. Buat radiograf
17. Pemberian medikamen yaitu ngan melakukan irigasi dengan NaOCl 2,5%,
keringkan dengan paper point sampai benar-benar kering
18. Medikasi dengan Ca(OH)2 (cara menipulasinya: campurkan bubuk dengan aquadest
dengan gerakan melipat smpai konsistensi pasta). Aplikasikan dengan
menggunakan jarum lentulo dengan kode merah, beri karet penanda dan kurangi 1
mm agar tidak terkunci. Masukkan ke saluran akar tarik perlahan-lahan dan ulangi
sampai seluruh saluran akar terisi penuh.
19. Padatkan dengan tangkai guttapercha
20. Taruh cotton palate di dasar kamar pulpa
Kalau pakai ChKM, teteskan ke cotton palate, lalu jepit dengan cotton roll agar
tidak menetes ke jaringan periapeks
21. Tumpat kavitas dengan tmpatan sementara (cavit) sampai padat dan penuh, buang
kelebihnannya dengan cotton palate basah
22. 1 minggu setelah kunjungan pertama jika tidak ada keluhan, bongkar tumpatan
sementara sampai bersih, irigasi dengan NaOCl 2,5%
23. Bongkar medikamen, kemudia irigasi lagi dengan NaOCl 2,5%, keringkan dengan
paper point
24. Buat campuran endomethasone+Zoe sampai konsistensi krim
25. Oles KGU dengan endometasone, masukkan ke dalam saluran akar sambil
digeserkan ke seluruh dinding saluran akar
26. Olesi kembali KGU dengan endometasone, masukkan sepanjang kerja.
27. Tahan KGU dengan finger spreader 2 mm dari panjang kerja
28. Ambil guttap aksesoris (tambahan), oleskan endometasone, angkat spreader, segera
masukkan guttap aksesorisnya, ulangi sampai padat
29. Potong kon guttap dengan memanaskan semen stopper
30. Tekan-tekan guttap sampai padat dengan kurang lebih 1 mm dibawah orifis
31. Buat basis dengan GIC
32. Tumpat dengan kavit
33. 1 minggu setelahnya, jika tidak ada keluhan tumpat dengan RK

4.3 Bahan-bahan yang digunakan dalam perawatan saluran akar

a. Sodium Hypochlorite (NaOCl 2,5%)


NaOCl merupakan cairan untuk irigasi yang bersifat antimicrobial terdiri atas 5
persen Klorin, yang penting dalam pemecahan protein menjadi kelompok amino. pH
dari NaOCl yang sering digunakan adalah pH 12. Syringe yang diguanakn
berdiameter (32 gauge) atau paling tidak ukuran 25. Hati-hati dalam penggunaan
NaOCl, karena jika cairan mengenai jaringan periapikal, akan terasa nyeri,
perdarahan periapikal, dan pembengkakan.
b. Chelating Agent (EDTA)
Didefinisikan sebagai bahan kimia yang merupakan kombinasi dari metal pembentuk
chelat. Tujuan utama dari chelat ini adalah sebagai bahan lubrikasi. Fungsi EDTA
dengan membentuk kalsium chelate dengan ion kalsium dari dentin adalah
mempermudah manipulasi instrumen dalam melakukan perawatan saluran akar.
c. Calcium Hydroxide (CaOH)2
Fungsi dari (CaOH)2 adalah sebagai medikamen, sebagai “weeping canal” yaitu
awalnya saat awal datang terdapat radiolusen pada periapikal, terdapat eksudat, maka
pasien tidak dapat langsung dilakukan pengisian, maka itu perlu dilakukan
medikamen dengan (CaOH)2 untuk menghentikan eksudat sehingga gigi menjadi
asimtomatik.
d. Gutta-Percha
Digunakan sebagai material restorativ dan digunakan untuk bahan pengisian
endodontik. Gutta-Percha berasal dari tumbuhan Brazillian tree (Palaquium). Gutta-
Percha merupakan struktur molekular yang mirip dengan karet alami. Keuntungan
Gutta-Percha adalah adaptasi yang baik pada dinding saluran akar, mudah terlihat
saat di radiografi.
e. Bahan pengisi ZOE
f. Merupakan bahan yang digunakan sebagai dasar/pelapis dari bahan pengisian Gutta-
Percha. Keuntungannya sangat baik dalam lubrikasi, dapat tahan pada masa kerja
lebih dari 30 menit, jika perbandingan bubuk dan cairan 1:1.

Anda mungkin juga menyukai