Oleh :
Caesar Asrul Rizki Priambodo
NIM. 10619024
Fasilitator
Sawitri Dwi Indah Pertami, drg., M.Si.
Setiap kelainan ektraoral yang nampak yang dicatat selama pencatatan riwayat
dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-besar dan berat, corak kulit, mata,
bibir, simetri wajah, dan kelenjar limfe.
2) Pemeriksaan Intra-oral
Gejala objektif ditentukan oleh pengujian dan observasi yang dilakukan oleh
seorang klinisi. Pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut :
Tes Perkusi
Pemeriksaan Penunjang
Dalam biokimia klinis, urin diuji dan laporan diberikan pada sampel urin.
Prosedur ini disebut dengan analisis urin atau urinalisis. Urinalisis berfungsi untuk
mendeteksi substansi pada urin yang berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
disfungi ginjal. Proteinuria merupakan indeks penting dari penyakit ginjal. Dalam urin
normal, konstrentasi protein sangat rendah, yang tidak dapat dideteksi dengan tes
biasa. Protein ini disekresikan oleh sel epitel tubulus. Proteinuria biasanya dinilai
dengan uji panas dan asam asetat. Nilai normal proteinuria adalah <150mg/24 jam.
c) CTScan
Hasil CT scan memperlihatkan atrofi ginjal secraa bilateral. Atrofi ginjal adalah
salah satu penyakit ginjal yang terjadi karena penyusutan ginjal akibat hilangnya
nefron. Atrofi ginjal dapat disebabkan oleh penyakit seperti pielonefritis akut atau
kronis dan obstruksi saluran kemih, dan lain-lain.
(Mahjour dkk, 2017)
(Arora, 2015)
(Naryati, 2021)
Penyebab kerusakan ginjal pada PGK adalah multifaktorial dan kerusakannya bersifat
ireversibel. Penyebab PGK pada pasien hemodialisis baru di Indonesia adalah
glomerulopati primer 14%, nefropati diabetika 27%, nefropati lupus/SLE 1%, penyakit
ginjal hipertensi 34%, ginjal polikistik 1%, nefropati asam urat 2%, nefropati obstruksi
8%, pielonefritis kronik/PNC 6%, lain-lain 6%, dan tidak diketahui sebesar 1%. Penyebab
terbanyak adalah penyakit ginjal hipertensi dengan persentase 34 %.
(Aisara, dkk, 2018)
Stomatitis uremik adalah komplikasi uremia yang jarang terjadi karena munculnya
dialisis ginjal yang mungkin terjadi sebagai akibat dari gagal ginjal lanjut dengan adanya
peningkatan kadar BUN yang nyata sekitar 150-300 mg/dl.1 Secara klinis
direpresentasikan sebagai plak putih yang didistribusikan terutama pada mukosa bukal,
dasar mulut dan permukaan dorsal atau ventral lidah. Pasien biasanya mengeluh nyeri,
dysgeusia rasa tidak enak dan sensasi terbakar dengan lesi, dan klinisi dapat mendeteksi
bau amonia atau urin pada napas pasien.
(Liao, 2017)
Adapun manifetasi oral yang dapat terjadi pada pasien gagal ginjal kronik antara lain:
Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan
ekosistem di dalam rongga mulut. Kadar kalsium dan fosfat dalam saliva sangat
penting untuk remineralisasi email dan berperan penting pada pembentukan
karang gigi dan plak bakteri. Peningkatan laju aliran saliva dapat mempengaruhi
ion-ion dalam saliva. Kenaikan sekresi saliva akan meningkatkan pH karena
terjadi peningkatan ion bikarbonat sehingga kemampuan mempertahankan pH
saliva juga akan meningkat. Ion kalsium dan fosfat juga meningkat sehingga
akanterjadi keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi. Ureum pada
saliva digunakan oleh mikroorganisme pada rongga mulut dan menghasilkan
pembentukan amonia. Ammonia tersebut akan menetralkan hasil akhir
metabolisme asam dari bakteri, sehingga pHmenjadi lebih tinggi.
(Slomianny BL, 2000)
Penderita PGK memiliki sekresi saliva yang lebih rendah karena perubahan
fungsi kelenjar dan pengaruh konsumsi makanan kariogenik.1,18Kelenjar ludah
pasien yang menjalani hemodialisis biasanya terganggu oleh perubahan
metabolism yang terjadi karena penyakit ginjal maupun
pengobatannya.2,18Gangguan fungsi saliva pada pasien hemodialisa terkait
dengan atrofi glandular dan fibrosis kelenjar saliva minor.1,2Hasil ini didukung
oleh korelasi positif antara laju aliran air liur yang merangsang laju aliran sekresi
parotis.
(Martin C et al, 2008)
2) Disgeusia
Pada pasien PGK, fungsi pengecapan terhadap rasa manis dan asam lebih
berpengaruh dibandingkan rasa asin dan pahit. Tingginya kadar ureum, dimetil
dan trimetil amin dalam saliva dan rendahnya kadar zinc diduga terkait dengan
penurunan persepsi rasa pada penderita gagal ginjal terutama yang menjalani
hemodialisa.
(Becherucci F et al, 2016)
Tingkat urea yang meningkat pada saliva adalah komplikasi dari penyakit
gagal ginjal, hal ini akan menghilangkan pengaruh dari pembentukan asam pada
asupan makanan kariogenik.Mengkonsumsi makanan yang mempunyai
potensi kariogenik akan mengakibatkan penurunan pH saliva yang selanjutnya
menyebabkan penurunan aliran saliva.
3) Xerostomia
Pasien PGK cenderung memiliki asupan makanan yang tidak sesuai seperti
konsumsi terlalu sedikit protein dan terlalu banyak kalori dan lemak. Jumlah gigi
sangat penting untuk fungsi pengunyahan. Peningkatan periodontitis dan karies
gigi yang pasien PGK menyebabkan kehilangan gigi, yang dapat mengakibatkan
kesulitan mengunyah, hal ini bila terus berlanjut dapat membuat anak menderita
malnutrisi akibat asupan makanan kurang. Kalkulus/karang gigi yaitu suatu
endapan keras hasil mineralisasi/kalsifikasi yang melekat disekeliling mahkota
dan akar gigi. Pasien yang menjalani terapi dialisis, terjadi peningkatan urea
dalam saliva yang memicu pembentukan kalkulus gigi. Dalam lingkungan mulut
yang sehat, kadar kalsium dan fosfat dalam saliva jenuh tanpa pengendapan. Jika
keseimbangan kadar ini terganggu, maka kalkulus gigi akan terbentuk pada pH
saliva yang tinggi. PGK ditandai dengan gangguan metabolisme kalsium-fosfat
dan peningkatan beban kalsium sebagai akibat dari pemberian pengikat fosfat
berbasis kalsium. Pasien memiliki tingkat pH mukosa mulut tinggi akibat jumlah
urea meningkat pada sekresi kelenjar saliva.
Oleh bakteri menyebabkan pelepasan ammonia dan peningkatan pH
menyebabkan kondisi alkalinisasi. Kondisi alkalinisasi dapat memfasilitasi
terjadinya demineralisasi email yang memicu timbulnya karang gigi sehingga
berkontribusi untuk peningkatan pembentukan kalkulus. Peningkatan pH saliva,
urea, fosfat dan penurunan kadar magnesium pada saliva menyebabkan
pengendapan kalsium fosfat dan kalsium oksalat yang memicu pembentukan
kalkulus gigi. Penurunan laju aliran saliva disebabkan oleh kombinasi
keterlibatan langsung uremia pada kelenjar saliva serta dehidrasi yang terkait
pembatasan asupan cairan. Aliran saliva berkurang, urea saliva akan membentuk
ammonia yang akan membuat pH saliva naik sehingga menganggu keseimbangan
serum fosfat dan kalsium yang pada akhirnya menyebabkan pengendapan garam
kalsium fosfat sehingga memicu timbulnya kalkulus gigi.
(Dencheva M et al, 2010)
Pasien uremik memiliki bau mulut seperti amonia yang juga terjadi pada
sepertiga orang yang menjalani terapi hemodialysis pada kasus gagal ginjal kronis.
Pasien juga mengalami sensasi rasa logam di mulut (uremik fetor). Uremik
fetorterjadi sebagai akibat dari tingginya kadar ureum yang dipecah menjadi
amonia mengakibatkan kadarnya meningkat dalam saliva sehingga menimbulkan
halitosis. Penyebab lain yang mungkin meningkatnya konsentrasi fosfat dan
protein, serta perubahan pH saliva. Pada beberapa pasien mengeluh mengalami
sensasi lidah seperti membesar.
(Levey AS et al. 2005)
7) Coated Tongue
Coated tongue adalah lapisan berwarna putih, kuning, atau kecoklatan di atas
permukaan lidah. Coated tongue disebabkan adanya akumulasi dari bakteri,
sejumlah besar deskuamasi sel epitel yang dilepaskan dari mukosa, leukosit dari
poket periodontal, metabolisme darah dan berbagai jenis nutrisi. Gambaran klinis
coated tongue yaitu adanya lapisan tebal berwarna putih atau kuning di atas
permukaan lidah. Lesi tersebut terjadi karena adanya akumulasi debris makanan
dan bakteri. Lesi ini dapat hilang dengan cara di hapus tanpa meninggalkan daerah
eritem. Untuk beberapa alasan orang yang sudah lanjut usia lebih sering
mengalami coated tongue dari pada orang yang lebih muda, ini dikarenakan dari
pola makan, ketidakmampuan seseorang secara fisik dalam menjaga kebersihan
mulut, penurunan aliran kelenjar saliva akan menyebabkan terjadinya penimbunan
debris makanan pada gigi. Coated tongue akan menyebabkan terjadinya
penumpukan bakteri, bau mulut dan berkurangnya sensasi rasa pada lidah.
(Dencheva M et al, 2010)
8) Kandidiasis
Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh candida albicans yang
berhubungan dengan penyakit sistemik pada PGK. Terjadinya kandidiasis pada
rongga mulut di awali dengan adanya kemampuan candida untuk melekat pada
mukosa mulut. Perlekatan jamur pada mukosa mulut mengakibatkan proliferasi,
kolonisasi tanpa atau dengan gejala infeksi. Hal ini yang menyebabkan awal
terjadinya infeksi kandida. Infeksi kandida kemungkinan terjadi terus menerus,
terutama pada pasien yang mengalami imunosupresan, atau reaksi plak dan bakteri
pada mukosa oral. Secara klinis infeksi candida dibagi atas candidiasis akut dan
kronik. Kandidiasis pseudomembran akut terjadi dengan plak berwarna putih
tebal, dan dapat hilang dengan cara dihapus tetapi meninggalkan permukaan
merah, kasar, atau berdarah dan merupakan infeksi kandida yang paling sering
ditemukan pada penderita gagal ginjal kronis.
(Sunil Aet al, 2013)
9) Stomatitis Uremia
(Laskaris G, 2012)
Secara umum perlu adanya kerjasama dengan spesialis ginjal sebelum dilakukan
pemberian terapi pada pasien stomatitis uremik baik lokal atau sistematik. Lesi pada
rongga mulut harus dilakukan perawatan setelah dilakukan hemodialisis" Terapi lokal
yang diberikan pada pasien uremik stomatitis adalah kontol oral hygene, pemberian obat
kumur
Hidrogen Peroksida 10% (1:1 dengan air) 3-4 kali sehari selama 1-2 minggu,
pemberian antijamur topikal seperti mikonazol oral gel 3-4 kali sehari atau nistatin oral
suspensi 3-4 kali sehari bila tampak adanya kandidiasis, dan penggunaan air liur buatan
pada pasien xerostomia.l6,18 Pasien dengan uremic stomatitis merespon perawatan yang
dilakukan pada gagal ginjal kronis dan akan kronis sembuh spontan setelah 2-3 minggu
pasca terapi. Stomatitis uremik merespons pengobatan gagal ginjal yang
dimilikinya.Selain itu, langkah-langkah lokal yang bertujuan untuk meningkatkan
kebersihan mulut juga dapat digunakan.
Perawatan pada Pasien Pada laporan kasus ini pasien diberi terapi berupa
Chlorhexidine digluconate 0,12% (membersihkan rongga mulut minimal 3x sehari), NaCl
0,9% (kompres bibir minimal 3x sehari) dan terapi nonfarmakologis berupa OHI KIE
(membersihkan gigi dan mulut dengan sikat gigi bristle lembut minimal 3x sehari).
Pasien yang menderita penyakit stomatitis uremia memerlukan perawatan gigi yang
khusus, bukan hanya karena adanya hubungan antara sistemik dan rongga mulut tetapi
karena efek samping dan karasteristik dari perawatan yang diterima harus diperhatikan
agar tidak menambah beban dan rasa sakit pada penderita. Perawatan secara klinis yang
teratur sangat penting untuk identifikasi dini dari komplikasi rongga mulut dari penyakit
stomatitis uremia. Perawatan yang diindikasikan adalah perawatan periodontal yang
teratur, dan non- bedah. Selain itu, meskipun memiliti tingkat kebutuhan untuk perawatan
gigi yang tinggi, kehadiran pasien ketempat perawatan gigi tidak lebih baik dibandingkan
mereka yang tanpa penyakit ginjal
(Sudarshan, 2012).
DAFTAR PUSTAKA