Anda di halaman 1dari 21

PEMICU 1 BLOK 24

Gusiku bengkak

OLEH :
Malikah Kautsar Ilmi
180600014

FASILISATOR:
Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KOTA MEDAN
2021

Pemicu 1
Nama pemicu : Gusiku bengkak
Penyusun : Armia Syahputra drg. Sp.Perio.
Sayuti Hasibuan, drg., Sp. PM.
Nevi Yanti, drg., M.Kes,Sp.KG(K)
Hari/Tanggal : Jumat/ 22 Oktober 2021
Pukul : 10.00 - 12.00 WIB

Seorang pasien perempuan berusia 55 tahun datang ke RSGM USU dengan keluhan
sakit pada mulutnya dan hamper seluruh gusi bengkak. Gusi yang bengkak sudah
berlangsung sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh keluhan mulut terasa kering, rasa
terbakar, air ludah terasa kental dan sulit menelan sejak 5 bulan yang lalu. Dari anamnesis
diketahui bahwa pasien sedang dalam perawatan penyakit hipertensi, dan rutin meminum
obat antihipertensi selama 2 tahun ini.

 Hasil pengukuran tekanan darah : 120/80 mmHg.


 Hasil pemeriksaan ekstra oral : tidak ditemukan kelainan.
 Hasil pemeriksaan intraoral :
1. Dijumpai pembesaran gingiva menyeluruh menutupi lebih 1/3 korona gigi,
dengan
konsistensi padat, hiperemi, terkadang mudah berdarah, berwarna merah, ada poket
supraboni, tidak terdapat kegoyangan gigi. Gigi anterior atas, kehilangan perlekatan
klinis 3-4 mm, kehilangan tulang <1/3 akar, tidak ada kehilangan gigi, rasio
kehilangan tulang/ usia 0,3%, skor OHIS 3,3.

2. Pada mukosa bukal kiri dijumpai ulkus, bentuk tidak beraturan, ditutupi
pseudo membran kekuningan, dan dikelilingi oleh striae putih.

3. Pada gigi 36,37,46,47 dijumpai pada bagian pit dan fissure oklusal karies
enamel dan bayangan hitam dentin di bawah karies tersebut. Tesvitalitas dengan
kloretil : ngilu yang tajam dan berangsur-angsur hilang setelah 2 detik.

 Hasil pemeriksaan saliva :

2
1. Saliva terlihat berbuih dan kental (Gambar 1a), kaca mulut terasa lengket
pada bagian mukosa bukal
2. Pada saatdilakukan pemeriksaan sialometri pasien kesulitan untuk
mengeluarkan ludahnya. Hasil pemeriksaan sialometri terlihat saliva yang berbuih
pada tabung (Gambar 1b,c). Laju alir saliva unstimulasi 0,5 selama 15 menit atau 0,03
ml/menit (Gambar 1d).

Learning issue :
1. Efek samping Obat antihipertensi
2. Gingival enlargement
3. Lesi ulseratif, merah dan putih
4. Penatalaksanaan gingival enlargement
5. Etiopatogenesis Karies
6. Prinsip Minimal Intervention Dentistry (MID)
7. Restorasi Direk

Pertanyaan :

Jawaban :
1. Jelaskan pemeriksaan apa saja untuk menegakkan diagnosis!
Jawaban :
Prosedur diagnosa kelainan jaringan lunak rongga mulut :
1. Anamnesis
Anamnesis adalah interview medis yang berdasar dengan teknik komunikasi, relasi
dokter gigi-pasien dan harus ada kontribusi dari pasien. Anamnesis bisa berupa lisan,

3
ditulis, maupun keduanya. Anamnesis yang dilakukan pada pasien tersebut adalah
autonamnesis.
1) Identitas pasien
Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, status perkawinan, dan
pekerjaan.
2) Riwayat penyakit sekarang
- Awal mula timbul nya gejala penyakit
- Kronologis
- Deskripsi dari gejala yang timbul
(penyebab (jika diketahui), kapan diketahui, lokasi, intensitas, kondisi yang
bisa mengurangi atau memperberat penyakit)
- Perkembangan penyakit
- Pengobatan yang telah dilakukan dan respon yang muncul
3) Riwayat penyakit oro-dental yang lalu
- Adakah riwayat penyakit mulut yang parah ?
- Kalau ada, kapan timbulnya penyakit tersebut ?
- Apa pengobatan yang diberikan dan bagaimana responnya ?
- Apakah ada riwayat operasi yang pernah dilakukan ?
- Apakah ada alergi yang muncul?
Data yang paling penting yang bisa dokter gigi dapatkan dari anamnesis ini
adalah sisa symptom dari penyakit lalu, keterkaitan dengan penyakit mulut dan
keterkaitan dengan perawatan.
4) Riwayat medis
I. Penyakit yang parah
- GGK (gagal ginjal kronis)
- Diabetes melitus
- Jantung, dll
II. Transfusi darah
- Anemia
- Leukemia
- Gangguan hemostasis
III. Obat-obatan
- Penyebab lesi di mulut
- Mempengaruhi flora mulut

4
- Mempengaruhi tindakan dental
- Interaksi obat
- Alergi obat
5) Riwayat keluarga
Pada riwayat keluarga, informasi yang penting untuk dikeathui adalah penyakit
genetik dan penyakit yang bisa disebabkan oleh kontaminasi.
6) Riwayat sosial
Pada riwayat sosial, informasi yang penting untuk diketahui adalah masalah
klinis,, penyakit dan perawatan optimal yang dilakukan pada penyakit yang
timbul di lingkungan sekitar.
2. Physical examination
Melibatkan kontribusi dari dokter gigi dan dokter gigi harus mengetahui perbedaan
kondisi normal dan abnormal suatu kondisi. Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi,
dan perkusi.
- Pemeriksaan penampilan pasien secara umum
(bentuk kepala dan wajah, pergerakan yang abnormal, warna kulit)
- Vital sign
(tekanan darah, nadi, suhu tubuh, respiration rate)
- Pemeriksaan fungsi saraf cranial
- Pemeriksaan ekstraoral
(pemeriksaan bentuk wajah, bibir, sirkum oral, lymph node, TMJ, mata,
tangan dan kulit sehingga dapat diketahui ada tidaknya pembengkakan,
asimetris, lesi, krepitasi, pembatasan gerak, warna dan bentuk)
- Pemeriksaan intraoral
(pemeriksaan pada mukosa bibir, mukosa bukal, palatum, lidah dasar mulut,
saliva, gigi dan gusi sehingga diketahui tipe dari lesi, lokasi, warna, tektur,
ukuran, jumlah, kedalaman dan durasi )
3. Pemeriksaan penunjang/laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk :
- Mengetahui Perluasan dari pemeriksaan fisik
- Mengetahui Lesi di RM => manifestasi penyakit sistemik
- Penyakit diragukan
- Meramalkan jalannya penyakit
- Memastikan diagnosa

5
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan :
- Cytology
- Biopsy
- Hematopatology
- Radiography
- Bacteriology
- Micology
- Virology
- Immunology
Pemeriksaan lab dilakukan untuk mengetahui :
- Interpretations
- Hubungan dengan penyakit mulut
- Hubungan dengan perawatan

Prosedur diagnosa periodonsium dan jaringan sekitarnya :


Pemeriksaan pada sesi I :
(1) Penilaian pasien secara umum
Hal- hal yang diamati :
- Status mental dan emosionil
- Temperamen
- Sikap
- Usia fisiologis
- Perubahan warna kulit pasien yg bisa m’gambarkan adanya penyakit, mis.
kekuning-kuningan, pucat, sianosis dsb
- Cara bernafas pasien (normal, sesak)
- Obesitas atau kegemukan
- Anggota gerak pasien mis. Kontrol gerakan atau adanya oedema.
1) Riwayat medis
Riwayat medis penting untuk dilakukan karena dapat membantu dalam hal :
1. Mendeteksi manifestasi oral penyakit sistemik tertentu
2. Mendeteksi penyakit/ kondisi sistemik tertentu yang mempengaruhi respon
periodonsium thd iritan lokal
3. Mendeteksi penyakit/ kondisi sistemik yang karena keberadaannya memerlukan
penanganan khusus & modifikasi perawatan

6
4. Mendeteksi penyakit yg bisa menular dan dapat membahayakan kesehatan
pemeriksa / pendampingnya
Riwayat medis harus mengungkapkan hal-hal berikut :
1. Apakah pasien sedang dlm perawatan dr. umum/ spesialis
2. Apakah pasien pernah dirawat inap di RS dan menjalani pembedahan.
3. Semua obat-obatan yg pernah digunakan baik resep dr. maupun dibeli atas inisiatif
sendiri.
4. Riwayat masalah medis (kardiovaskular, hematologi, endokrin)
5. Riwayat pekerjaan (okupasi)
6. Kecenderungan perdarahan abnormal
7. Riwayat alergi
8. Informasi ttg masa pubertas dan khusus bagi perempuan : menapouse, gangguan
menstruasi, histerktomi, kehamilan (pregnancy), keguguran
9. Riwayat medis keluarga
2) Riwayat dental
- Riwayat kunjungan ke dokter gigi sebelumnya
mencakup : frekuensi, kunjungan terakhir, frekuensi & saat terakhir menjalani
profilaksis oral/ penskeleran
- Penyikatan gigi
mencakup : frekuensi per hari, metoda, jenis sikat & pasta gigi & penggunaan cara
pembersih lainnya mis. obat kumur, stimulator interdental, benang gigi,dll
- perawatan ortodonti yang pernah dijalani
- nyeri sakit pada gigi dan gusi yang pernah dialami
- kecap/rasa bau di mulut atau pada sisi impaksi
- mobiliti
- kebiasaan
- riwayat masalah periodontal sebelumnya
3) pemeriksaan radiografis
Hal-hal yang berkaitan kelainan periodontal yg harus diamati pada analisis radiografis:
- Kontinuitas lamina dura pd krista septum interdental.
- Jumlah tulang yg hilang => terbatas pd septum interdental.
- Pola destruksi tulang: horizontal atau angular/vertikal
- Kepadatan tulang alveolar pendukung
- Lebar ruang ligamen periodontal pd mesial & distal akar gigi.
7
- Rasio mahkota-akar gigi.
- Deposit atau tumpatan yg mengemper pd permukaan proksimal gigi

Bila memungkinkan maka pada sesi I dapat dilakukan pula pemeriksaan :


(1) Pencetakan gigi geligi untuk pembuatan model
(2) Pengambilan fotografi (pemotretan kasusnya)
pemeriksaan ini Sangat bermanfaat untuk mengevaluasi kasus yg di hadapi.
Cetakan digunakan untuk :
- lebih mudah mengamati posisi tepi gingiva, posisi serta inklinasi gigi, kontak proksimal,
daerah food impaction
- Media visual utk diskusi kasus dgn pasien.
Fotografi dan cetakan bermanfaat sebagai pembanding keadaan pra dengan pasca perawatan.

Pada sesi II dilakukan pemeriksaan :


1. Pemeriksaan oral
- Oral higiena
- Halitosis
- Rongga mulut
Seluruh R. mulut : bibir, dasar mulut, lidah, palatum, orofarings, saliva
diperiksa dgn teliti.
- Pemeriksaan nodus limfe
2. Pemeriksaan gigi geligi
- Keausan gigi (wasting)
(erosi, abrasi, atrisi, dan abfraksi)
- Stein
- Hipersensitivitas
- hubungan kontak proksimal
- mobiliti gigi
- migrasi patologis
- sensitivitas terhadap perkusi
- gigi geligi dalam keadaan tertutup
 Bertujuan utk mengungkapkan gigi yg letaknya tidak teratur, gigi yg ekstrusi,
kontak proksimal yg tidak baik, daerah impaksi makanan yg semuanya
mempermudah penumpukan plak
8
 Overbite berlebihan menyebabkan gigi menekan gingiva rahang
antagonisnya sehingga ada impaksi makanan, saku, dan pembesaran gingiva
 Openbite menyebabkan pembersihan makanan (-)
 Crossbite menyebabkan trauma karena oklusi, dll
- Gigi individual
Diperiksa : karies gigi, tumpatan, restorasi cekat
Khusus tumpatan, restorasi cekat diperiksa keadaannya (baik/tdk baik), kontur
(adekuat/ tdk), tepi (mengemper/ mengiritasi/ tdk)
Bila ada impaksi makanan diperiksa adanya tonjol pendorong (plunger cusp)
- Gigi tiruan dan piranti ortodonti
3. Pemeriksaan periodonsium
4. Analisis fungsi

2. Jelaskan diagnosis penyakit tersebut!


Jawaban :
Diagnosis pada pasien tersebut adalah :
1. Xerostomia et causa obat hipertensi
Gambaran yang paling umum terhadap adanya gangguan pada kelenjar saliva adalah
xerostomia yang ditandai dengan keluhan mulut kering. Xerostomia atau yang biasa
disebut dengan sindroma mulut kering merupakan akibat dari penurunan atau tidak
adanya flow saliva sehingga menyebabkan mukosa menjadi kering. Tanda dan gejala
xerostomia dapat mempengaruhi mukosa pada kavitas rongga mulut. Bibir sering terasa
kering, pecah pecah dan mengalami atrofi. Mukosa bukal terasa pucat. Bagian dorsal
lidah terlihat halus, eritematous oleh karena hilangnya papilla atau dapat terlihat fissure.
Pada pasien ini bibir terlihat kering, mukosa bukal pucat serta lidah mengalami atrofi.
Amlodipine adalah obat hipertensi golongan calcium channel blocker. Obat ini
merupakan pilihan utama yang digunakan terutama untuk usia di atas 55 tahun. Terdapat
sejumlah laporan mengenai obat antihipertensi golongan calcium channel blocker dapat
menyebabkan xerostomia. Pada kelenjar saliva, obat ini menekan sekresi air dengan
menutup channel Ca2+sehingga pintu Cl- tidak dapat terbuka. Pintu Cl- yang tidak
terbuka menyebabkan Cl- dari intraseluler tidak dapat keluar melewati membran apikal
sel asinar dan air juga tidak dapat masuk menuju lumen asinar. Mekanisme tersebut

9
mempengaruhi whole saliva yang terdiri 99% air sehingga akhirnya menyebabkan
xerostomia

2. Drug-influenced gingival enlargement


Pembesaran gingiva karena efek samping obat menjadi salah satu keluhan di rongga
mulut pada pasien dengan kondisi tertentu. Kelainan ini menyebabkan perubahan bentuk
gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari normal. Terminologi untuk kondisi ini
adalah gingival enlargement atau gingival overgrowth.
Obat yang dapat menyebabkan pembesaran gingiva dibagi ke dalam tiga kelompok,
yaitu obat antikonvulsan, imunosupresan, dan calcium channel blocker (CCB).
CCB merupakan obat yang dikembangkan untuk perawatan kondisi kardiovaskuler
seperti hipertensi. CCB dapat dibedakan atas struktur kimianya menjadi empat
kelompok, yaitu dihydropyridines (nifedipine dan amlodipine), diphenylalkylamines
(verapamil), benzothiazipines (diltiazem), dan diphenylpiperazines (flunarizine).
Amlodipin, merupakan bagian dari dihydropyridine, pertama kali dilaporkan oleh
Seymour pada tahun 1994, yang menemukan bahwa pembesaran gingiva yang terjadi
karena efek samping penggunaan obat antihipertensi tersebut.
Pembesaran gingiva pada tahap awal ditandai dengan tonjolan sekitar papila dan
margin gingiva. Tonjolan tersebut dapat bertambah ukurannya sampai menutupi
mahkota. Pembengkakan dapat terjadi secara lokal ataupun general dengan progres yang
lambat serta tidak sakit. Kelompok CCB adalah obat yang paling umum digunakan pada
pasien hipertensi. Terdapat hubungan antara pembesaran gingiva sebagai akibat
konsumsi obat golongan tersebut. Prevalensi terjadinya gingival enlargement yang dipicu
CCB jenis amlodipin terjadi sekitar 1,7%-3,3%.
Mekanisme drug-induced gingival enlargement masih belum ditentukan secara pasti,
namun dapat dijelaskan melalui dua mekanisme berbeda yaitu akibat inflamasi dan
noninflamasi. Mekanisme gingival enlargement akibat noninflamasi disebabkan
peningkatan matriks jaringan ikat yang didominasi oleh serat kolagen. Sintesi kolagen
dikendalikan oleh Matrix Metalloproteinase (MMP) dan inhibitor MMP. Serat-serat
kolagen terdegradasi melalui jalur ekstraseluler dengan sekresi kolagenase dan
intraseluler melalui fagositosis fibroblas. Obat CCB mempengaruhi metabolisme kalsium
sehingga penyerapan asam folat menjadi berkurang. Mekanisme tersebut mempengaruhi
terjadinya proliferasi fibroblas. Gingival enlargement akibat inflamasi disebabkan oleh
efek toksis secara langsung dari bakteri pada plak dan konsentrasi obat pada Gingival
10
Crevicular Fluid (GCF). Proses inflamasi dapat mempengaruhi regulasi beberapa sitokin
seperti Interleukin-6 (IL-6). IL-6 mempengaruhi peningkattan sintesis kolagen melalui
fagositosis fibroblast. Hal tersebut dapat meningkatkan terjadinya proliferasi dan
produksi kolagen.

3. Periodontitis stage II grade B


Diketahui pada pemeriksaan intraoral Gigi anterior atas terdapat kehilangan perlekatan klinis
3-4 mm, kehilangan tulang <1/3 akar, tidak ada kehilangan gigi, rasio kehilangan tulang/ usia
0,3%, skor OHIS 3,3.

4. Oral lichenoid reaction (ORL)

11
ORL karena obat-obatan tertentu bukan merupakan kejadian yang jarang setelah
memulai penggunaan obat tertentu seperti antihipertensi. ORL tidak langsung muncul setelah
menggunakan obat, melainkan memerlukan waktu beberapa minggu setelah mengonsumsi
obat secara rutin. ORL dikenal sebagai penyakit yang sulit didiagnosis karena kemiripannya
dengan oral lichenplanus (OLP). Dapat disimpulkan bahwa OLR adalah suatu kondisi
penyakit dengan etiologi yang tidak dapat diidentifikasi dengan pasti. Adanya kemiripan OLP
dan OLR secara klinis dan histopatologis sangat menyulitkan diagnosis banding. Perlu
dilakukan diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaaan klinis yang baik dan pemeriksaan
penunjang alergi untuk menegakkan diagnosis akhir.

5. Klasifikasi karies gigi 36,37,46,47 menurut ICDAS adalah D4, yaitu Terlihat bayangan
dentin pada kavitas, tetapi karies belum mencapai dentin, baru sampai dentino enamel
junction.

3. Jelaskan etiopatogenesis penyakit tersebut?


Jawaban :
1) Etiopatogenesis Xerostomia et causa obat hipertensi
Xerostomi pada kasus tersebut disebabkan oleh pemakaian obat antihipertensi.
Terdapat sejumlah laporan mengenai obat antihipertensi golongan calcium channel
blocker dapat menyebabkan xerostomia. Pada kelenjar saliva, obat ini menekan sekresi
air dengan menutup channel Ca2+sehingga pintu Cl- tidak dapat terbuka. Pintu Cl- yang
tidak terbuka menyebabkan Cl- dari intraseluler tidak dapat keluar melewati membran
apikal sel asinar dan air juga tidak dapat masuk menuju lumen asinar. Mekanisme
tersebut mempengaruhi whole saliva yang terdiri 99% air sehingga akhirnya
menyebabkan xerostomia

2) Etiopatogenesis Drug-influenced gingival enlargement


Pembesaran gingiva yang terjadi pada kasus tersebutt disebabkan oleh Obat
antihipertensi. Calcium channel blocker (CCB) merupakan obat yang dikembangkan
untuk perawatan kondisi kardiovaskuler seperti hipertensi. Mekanisme drug-induced
gingival enlargement masih belum ditentukan secara pasti, namun dapat dijelaskan
melalui dua mekanisme berbeda yaitu akibat inflamasi dan noninflamasi. Mekanisme
gingival enlargement akibat noninflamasi disebabkan peningkatan matriks jaringan ikat
yang didominasi oleh serat kolagen. Sintesi kolagen dikendalikan oleh Matrix
Metalloproteinase (MMP) dan inhibitor MMP. Serat-serat kolagen terdegradasi melalui

12
jalur ekstraseluler dengan sekresi kolagenase dan intraseluler melalui fagositosis
fibroblas. Obat CCB mempengaruhi metabolisme kalsium sehingga penyerapan asam
folat menjadi berkurang. Mekanisme tersebut mempengaruhi terjadinya proliferasi
fibroblas. Gingival enlargement akibat inflamasi disebabkan oleh efek toksis secara
langsung dari bakteri pada plak dan konsentrasi obat pada Gingival Crevicular Fluid
(GCF). Proses inflamasi dapat mempengaruhi regulasi beberapa sitokin seperti
Interleukin-6 (IL-6). IL-6 mempengaruhi peningkattan sintesis kolagen melalui
fagositosis fibroblast. Hal tersebut dapat meningkatkan terjadinya proliferasi dan
produksi kolagen.

3) Periodontitis stage II grade B


Patogenesis pembesaran gingiva akibat pemakaian obat-obatan hingga kini masih
belum jelas, tetapi disebabkan oleh oleh beberapa macam faktor. Beberapa faktor risiko
termasuk dosis dan lama penggunaan, umur, dan jenis kelamin. Pada kasus OHIS pasien
buruk. Peradangan gingiva akibat plak dapat menjadi faktor perkambangan dan tanda
perubahan gingiva. faktor lingkungan lokal seperti kontrol plak yang dapat bertindak
sebagai faktor risiko yang berkontribusi memperburuk pembesaran gingiva yang ada dan
mempersulit melakukan perawatan untuk menjaga kebersihan rongga mulut. Interaksi
antara obat dan jaringan gingiva juga dapat diperburuk oleh inflamasi gingiva tersebut.

4) Oral lichenoid reaction (ORL)


Penggunaan obat hipertensi dalam waktu yang cukup lama ini diduga
sebagaipenyebab lesi striae berwarna putih pada mukosabukal, sehingga pasien
didiagnosis klinis dengan reaksi lichenoid karena penggunaan obat.m Secara patogenesis
ORL terjadi oleh karena diperantarai sel disregulasi imun. Ada data terbaru yang
menunjukkan bahwa OLP adalah penyakit autoimun dimediasi oleh sel T yang auto-
sitotoksik CD8+ sel T merangsang apoptosis cells. Pada ORL, ekspresi antigen
keratinosit mungkin disebabkan oleh obat sistemik (erupsi obat lichenoid), alergen
kontak dalam bahan restorasi gigi (reaksi hipersensitivitas kontak), trauma mekanis
(Koebner fenomena), infeksi bakteri atau virus atau agen tak dikenal. Sel-sel T CD8+
sitotoksik dapat memicu apoptosis keratinosit melalui aktivasi sel-sel oleh antigen yang
terkait dengan major histocompatibility complex (MHC) kelas I di basal keratinocytes.
Tampak adanya autoantibodi dan sel plasma. Jika ada efek langsung pada limfosit B, ini

13
juga terjadi dalam darah perifer dan getah bening regional nodes. Banyak obat yang
menyebabkan degranulasi sel mast. TNF-α dan sitokin lain menyebabkan perkembangan
lesi dan menetap. Proses ini menunjukkan eksaserbasi reaksi lichenoid dari OLP.
Hubungan antara OLP dan OLR karena penggunaan obat.

5) Etiopatogenesis karies gigi 36,37,46,47 ICDAS D4


Penyebab karies yang terjadi pada gigi 36,37,46,47 disebabkan oleh xerostomia.
Xerostomia (mulut kering) adalah komplain subjektif dari mulut kering yang bisa
disebabkan oleh penurunan produksi saliva. Dengan jumlah yang sedikit dan konsistensi
yang kental, saliva akan kehilangan fungsinya sebagai pembersih alami rongga mulut.
Kekeringan pada mulut menyebabkan fungsi pembersih saliva berkurang, sehingga
terjadi radang dari selaput lendir yang disertai keluhan mulut terasa seperti terbakar.
Selain itu, fungsi bakteriose dari saliva pada penderita xerostomia akan berkurang
sehingga menyebabkan timbulnya proses karies gigi.

4. Jelaskan perubahan yang terjadi pada gingiva dari kasus tersebut dan bandingkan
dengan keadaan yang normal!
Jawaban :
Perubahan yang terjadi pada gingiva pasien tersebut adalah hampir seluruh gusi bengkak.
Gusi yang bengkak sudah berlangsung sejak 3 bulan yang lalu. Dijumpai pembesaran gingiva
menyeluruh menutupi lebih 1/3 korona gigi, dengan konsistensi padat, hiperemi, terkadang
mudah berdarah, berwarna merah, ada poket supraboni dan tidak terdapat kegoyangan gigi.
Gambaran klinis gingiva sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis yang
terjadi pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit. Menurut (Herijulianti, 2009) gambaran
klinis gingiva normal terdiri dari:
1) Warna Gingiva
Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (coral pink) yang
diakibatkan oleh adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel
pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan
pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu yang
memiliki warna kulit gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat
sampai hitam. Warna pada alveolar mukosa lebih merah disebabkan oleh mukosa
alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.

14
2) Ukuran Gingiva
Ukuran gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai
darah. Perubahan ukuran gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai
pada penyakit periodontal.
3) Kontur Gingiva
Kontur dan ukuran gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh
bentuk dan susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kontak
proksimal dan dimensi embrasur (interdental) gingiva oral maupun vestibular.
Interdental papil menutupi bagian interdental gingiva sehingga tampak lancip.
4) Konsistensi Gingiva
Gingiva melekat erat ke struktur dibawahnya dan tidak mempunyai lapisan
submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal.
5) Tekstur Gingiva
Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik- bintik
ini biasanya disebut stippling. Stippling akan terlihat jelas apabila permukaan gingiva
dikeringkan.

5. Jelaskan prognosis kasus tersebut!


Jawab:
Untuk prognosis xerostomia dan pembesaran gingiva akibat amlodipine komunikasi yang
baik antara dokter gigi dengan dokter penyakit dalam pada pemberian perawatan yang
terintegrasi akan memberikan prognosis yang baik. Kooperatif pasien dengan mengikuti
instruksi-instrukisi dari dokter dalam perawatan juga akan memberikan prognosis yang baik.
Prognosis dari karies gigi umumnya baik apabila karies gigi ditangani dengan cepat.
Menggosok gigi rutin dengan pasta gigi berisi fluoride dan pemeriksaan rutin ke dokter gigi
dapat mencegah terjadinya karies gigi..
(Yadav K, Prakash S. Dental Caries : A Review. Asian J Biomed Pharm Sci.
2016;2(5):2–4.)

6. Jelaskan rencana perawatan kasus tersebut?


Jawab:
1. Xerostomia et causa obat hipertensi (amlodipine)
Pasien diresepkan obat kumur chlorine dioxide lemon mint yang digunakan
dengan instruksi pasien berkumur dengan takaran 5 ml selama 3 kali sehari serta

15
membasahi bibir dengan obat kumur tersebut. Pasien dianjurkan untuk mengunyah
permen karet mengandung xilitol yang bebas gula pada saat mulut terasa kering,
minum air putih kurang lebih 2 liter setiap hari, dan menjaga oral hygiene.
Pasien diberikan resep tambahan yaitu dry mouth gel yang diaplikasikan pada
saat pasien merasa rongga mulutnya terasa kering dengan cara dioleskan pada jari
kemudian diaplikasikan pada mukosa bukal kiri kanan dan mukosa labial atas bawah
pasien.
Pasien dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam yang merawat penyakit
hipertensinya untuk konsultasi mengenai xerostomia oleh karena efek penggunaan
amlodipine.

(Insisiva Dental Journal, Vol. 6 No. 2 November 2017. Tata Laksana Xerostomia Oleh
Karena Efek Penggunaan Amlodipine: Laporan Kasus oleh Nur Asmi Usman dan Iwan
Hernawan)

2. Drug-influenced gingival enlargement


 Pasien dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam yang merawat penyakit
hipertensinya untuk konsultasi mengenai efek penggunaan amlodipine dengan
pembesaran gingiva. Apabila memungkinkan, penggunaan obat amlodipine
yang selama ini dikonsumsi oleh pasien diganti dengan obat Catapres
(Clonidine HCL) 150 mg, Canderin (Candesartan cilexetil 16 mg) serta anjuran
berupa dibolehkannya dilakukan tindakan bedah dengan anestesi lokal nor
epinefrin jika tekanan darah pasien kurang dari 140/90 mmHg.
 Gingivektomi
Gingivektomi merupakan tindakan bedah melalui eksisi jaringan gingiva yang
mengalami pembesaran patologis, yang bertujuan untuk menghilangkan poket
dan keradangan gingiva sehingga didapatkan jaringan gingiva yang fisiologis,
fungsional dan estetik baik. Gingivektomi dapat dilakukan dengan
menggunakan pisau
bedah (scalpel), electrosurgery (kauter), laser maupun chemosurgery.
Gingivektomi konvensional dilakukan dengan menggunakan scalpel, metode
ini paling banyak digunakan.

16
Keuntungan dilakukan tindakan gingivektomi dengan scalpel antara lain
adalah tekniknya relatif sederhana, insisi dapat dilakukan secara presisi pada
marginal gingiva yang telah ditentukan, penyembuhan relatif baik dan cepat.
Namun demikian ada kekurangan teknik ini, antara lain adalah: adanya
kemungkinan perdarahan yang timbul selama tindakan bedah sehingga
mengganggu pandangan operator. Selain itu, adanya rasa sakit yang timbul
setelah tindakan bedah dan kemungkinan proses kesembuhan yang
memanjang juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan.
(Management of gingival enlargement with conventional gingivectomy
oleh Agung Krismariono pada The 3rd Periodontic Seminar (PERIOS 3)
hal. 3)

3. Karies gigi 36,37,46,47 ICDAS D4


 Penutupan Pit dan Fisura
Penutupan pit dan fisura dengan material glass ionomer semen sering
digunakan untuk remineralisasi karies gigi. Melalui penutupan karies gigi dengan
material ini, maka dapat mencegah pertumbuhan bakteri sisa makanan pada
bagian ceruk dan fisura gigi. Tindakan ini dianjurkan pada karies dini dengan
ceruk dan fisura gigi yang dalam, umumnya pada gigi bagian belakang.
( Sicca C, Bobbio E, Quartuccio N, Nicolò G, Cistaro A. Prevention of dental
caries : A review of effective treatments. 2016
Rahayu YC. Peran agen remineralisasi pada lesi karies. Stomatogantic.
2013;10(1):25–30.)

4. Oral lichenoid reaction (ORL)


Terapi yang diberikan adalah obat kumur topikal Benzydamin Hcl serta
menghindari makanan pedas dan berbumbu tajam seperti merica. Penggunaan obat
hipertensi dalam waktu yang cukup lama ini diduga sebagai penyebab lesi striae
berwarna putih pada mukosa bukal, sehingga pasien didiagnosis klinis dengan reaksi
lichenoid karena penggunaan obat.
Pasien dirujuk ke spesialis penyakit dalam untuk mengganti jenis obat
hipertensi dengan obat lainnya bila memungkinkan, kemudian obat kumur

17
benzydamin Hcl dihentikan. Pasien diberi obat kortikosteroid topical triamnicolone
acetonide 3x1 selama seminggu.
Instruksi menghindari makanan pedas dan berbumbu tajam dilanjutkan. Pasien
diminta kontrol setelah seminggu.
(Apriasari : Oral lichenoid reaction pada pasien pengonsumsi obat hipertensi
angiotensin receptor blocker Jurnal PDGI 61 (3) Hal. 88-91. 2012)
5. Periodontitis Stage II grade b
• Melakukan DHE kepada pasien berupa memberikan pasien edukasi tentang
kesehatan gigi dan mulut , mengajarkan cara menyikat gigi yang baik dan benar serta
waktu menyikat gigi , dan edukasi mengenai dampak yang ditimbulkan apabila tidak
mengikat gigi
• Melakukan scalling dan root planning untuk membersihkan plak dan kalkulus.

7. Jelaskan alasan pemilihan bahan restorasi pada kasus karies dan prosedur
perawatannya.
Jawab: Glass Ionomer Cement
GIC merupakan bahan sewarna gigi yang memiliki kompatibilitas jaringan,
radiopak, melepaskan fluoride dari waktu ke waktu, menghambat demineralisasi, dan
berkontribusi untuk remineralisasi dentin yang berdekatan. GIC adalah bahan
tumpatan yang terdiri atas powder fluoroamino silicat glass dan liquid polyacrylic
acid, polybasic carboxylic acid, dan air. Bahan ini bekerja dengan melepaskan fluor
dan menghambat pembentukan asam dengan cara berinteraksi dengan bakteri.
Untuk karies gigi pada permukaan enamel, semen glass ionomer dapat
digunakan untuk mencegah terbentuknya karies sekunder. Bahan ini juga dapat
digunakan pada karies dengan kavitasi. sifat-sifat yang dimiliki oleh GIC, yaitu a)
waktu kerja: 2 menit, b) waktu pengerasan: 4 menit, c) kekuatan kompresi: 202 Mpa,
d) diametral tensile strength: 16 Mpa, (e) shear bond strength email: 4,6 Mpa, (f)
shear bond strength dentin: 4,3 Mpa (Sosrosoedirdjo, 2004)

Preparasi kavitas GIC:


1. Lesi erosi/abrasi : hanya dibersihkan saja
2. Lesi karies : dilakukan instrumentasi konvensional (bur dan ekskavator) untuk
menghilangkan jaringan karies dan membuat retensi mekanis secukupnya saja.

18
3. Email yang tidak didukung dentin yang sehat dihilangkan.

Tahapan kerja penumpatan glass ionomer cement:


1. Preparasi kavitas
2. Permukaan kavitas dentin conditioner 20 detik
3. Bilas dgn air selama 30 detik, keringkan
4. Aplikasi GIC
5. Diratakan dengan tekanan jari tangan yg telah dioleskan cocoa butter/vaselin atau
burnisher

Menakar bubuk dan cairan Rasio bubuk dan cairan 1 sendok peres bubuk dgn 1 tetes
cairan. Untuk memperoreh penakaran yg akurat, ketuk ringan botol powder pada telapak
tangan, jangan dikocok atau dibalik. Pegang botol cairan secara vertikal dan tekan ringan
Segera tutup kembali botol setelah digunakan.

MANIPULASI BAHAN
1. Ambil bubuk & cairan GIC sesuai petunjuk takaran, letakkan di glass slab. Peletakan
powder dan liquid tidak boleh berjauhan.
2. Dengan spatula, bagi 2 powder menjadi 2 bagian yg sama.
3. Ambil ½ bagian pertama dr powder, campurkan dng liquid, aduk hingga homogen, lalu
ambil lagi bagian kedua dr powder dan aduk dengan campuran pertama hingga diperoleh
konsistensi seperti dempul plastis.

Prinsip preparasi minimal menekankan “pencegahan untuk perluasan” (prevention for


extension)
Minimum Intervention Dentistry (MID)
Merupakan pendekatan baru penanganan karies gigi yang diawali dengan proses
identifikasi dan perawatan pencegahan dan selanjutnya upaya restorasi yang seminimal
mungkin dan “patient friendly” sebagai pilihan untuk memperbaiki kerusakan ireversibel
yang disebabkan oleh karies
Lima Prinsip Minimal Intervention dalam penanganan karies, menurut The World
Dental Federation (FDI) :
1. Mengurangi bakteri kariogenik.
2. Edukasi kepada pasien

19
3. Remineralisasi
4. Minimum surgical intervention
5. Memperbaiki restorasi yang rusak

Preparasi minimal
 Hanya degraded enamel dan infected dentin yang dibuang, sedangkan affected dentin
ditinggalkan.
 Bentuk kavitas dibuat sesuai denganbentuk karies

Keuntungan Minimal Intervension:


 biaya lebih murah
 trauma yang kecil pada pasien
 merupakan pendekatan biologik, bukan mekanis.

8. Jelaskan level risiko karies dan tindakan pencegahan untuk masing-masing kasus
penyakit pada pasien tersebut?
Jawab: Tindakan pencegahan pada pasien tersebut adalah :
1. Xerostomia et causa obat hipertensi
Sering minum air putih atau cairan bebas gula, mengunyah permen karet bebas gula,
dan menggunakan produk saliva buatan dapat membantu menjaga mulut tetap lembap.

2. Periodontitis stage II grade B


Secara umum tindakan pencegahan dibeda-
kan atas 3 (tiga) fase yaitu:
 Pencegahan primer (prepatogenesis)
Fase pencegahan timbulnya lesi inisial atau penyakit pada jaringan yang sehat.
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang
dilakukan ialah:
o Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
o Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu
 Pencegahan sekunder (patogenesis)

20
Fase pencegahan untuk mengintersepsi penyakit begitu penyakit telah terjadi,
dengan tujuan untuk mencegah timbulnya cacat atau membatasi cacat. Pencegahan sekunder
dilakukan pada masa individu mulai sakit. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early
diagnosis and prompt treatment), tujuan utama dari tindakan ini ialah 1) mencegah
penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan 2) untuk mengobati
dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya
komplikasi dan cacat. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang
terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga
mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.
 Pencegahan tersier
Fase pencegahan yang bertujuan untuk memperbaiki cacat yang ditimbulkan
oleh penyakit. Pencegahan pada tahap ini berupa rehabilitasi, pada proses ini
diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang
menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.

3. Karies gigi 36,37,46,47 ICDAS D4


Fissure sealant adalah bahan yang diaplikasikan pada fisura dan cekungan-cekungan
dari permukaan gigi untuk membuat pertahanan tipis yang melindungi permukaan yang di
sealant dari kerusakan. Bahan ini terutama dipakai didaerah oklusal gigi untuk menambal
fisura oklusal, sehingga daerah tersembunyi yang memungkinkan timbulnya karies dapat
dihilangkan.
Fissure sealant bertujuan untuk mencegahkaries pada daerah pit dan fisura yang
merupakan daerah cekungan yang terlindungsehingga mendukung terjadinya proses karies.
Dimana pada daerah tersebut saliva dan alat pembersih mekanis sulit menjangkaunya
sehingga terjadi penumpukan sisa makanan. Dengan diberikannya bahan penutup pit dan
fisura pada awal erupsi gigi, diharapkan dapat mencegah bakteri sisa makanan berada dalam
pit dan fisura. Selain untuk melindungi pit dan fisura dari sisa makanan, dibutuhkan bahan
fissure sealant yang memiliki daya antibakteri terhadap S. mutans.

(Zettira, et al., Perlekatan Streptococcus mutans pada Aplikasi Fissure Sealant


Berbahan Resin Dibandingkan dengan Ionomer Kaca Fuji VII.e-Jurnal Pustaka
Kesehatan, vol. 5 (no. 3), September, 2017)

21

Anda mungkin juga menyukai