Anda di halaman 1dari 8

Dental Health Education

Pemeriksaan subjektif
Pemeriksaan subjektif berkaitan dengan :
1. Identitas pasien / data demografis
a. Nama (nama lengkap dan nama panggilan).
b. Tempat dan tanggal lahir
c. Alamat tinggal
d. Golongan darah
e. Status pernikahan
f. Pekerjaan
g. Pendidikan
h. Kewarganegaraan
i. Nomor telepon/handphone yang bisa dihubungi
2. Keluhan utama
Berkaitan dengan apa yang dikehkan oleh pasien dan alasan pasien datang
ke dokter gigi. Keluhan utama dari pasien akan berpengaruh terhadap
pertimbangan dokter gigi dalam menentukan prioritas perawatan (Abu, 2002).
3. Present Illness (PI)
Mengidentifikasi keluhan utama, misalnya mencari tahu kapan rasa
sakit/rasa tidak nyaman itu pertama kali muncul, apakah kehuhan itu bersifat
intermittent (berselang) atau terus-menerus ,jika intermittent seberapa sering,
adakah faktor pemicunya dan sebagainnya (Abu, 2002).
4. Riwayat medik
Riwayat umum perlu ditanyakan karena hal itu akan berkaitan dengan
diagnosis, treathmen, dan prognosis. Bebrapa hal yang penting ditanyakan
adalah :
a. Gejala umum, seperti demam, penurunan berat badan serta gejala
umum yang lainnya.
b. Gejala yang kaitannya dengan sistem dalam tubuh, seperti batuk
dengan siistem respirasi, lesi oral dengan kelainan gastrointestinal dan
lesi kulit, kecemasan, depresi dengan kelainan kejiwaan.
c. Perawatan bedah dan radioterapi yang pernah dilakukan
d. Alergi makanan dan obat
e. Penyakit yang pernah diderita sebelumnya
f. Riwayat inap
g. Anastesi
h. Problem medis spesifik
5. Riwayat dental (dental history/DH)
Selain riwayat medik, riwayat dental juga perlu ditanyakan karena akan
mempengaruhi seseorang dokter gigi dalam menentukan rencana dan
manajemen perawatan yang akan dilakukan. Beberapa riwayat dental yang
dapat ditanyakan yaitu:
a. Pasien ruti kedokter gigi atau tidak
b. Sikap pasien kepada dokter gigi saat dilakukan perawatan
c. Problem gigi yang terakhir yangrelevan
d. Perawatan restorasi
e. pencabutan gigi terakhir
6. Riwayat keluarga
Berkaitan dengan problem herediter yang berkaitan dengan kondisi
keluarga, seperti kasus amelogenesis imperfekta, hemofili, angiodema
herediter, recurrent aphtous stomatitis (RAS) dan diabetes (Abu, 2002).
7. Riwayat sosial (sosial history/SH)
Riwayat sosial yang dapat diungkapkan antara lain:
a. Apakah pasien masih memiliki keluarga
b. Keadaan sosio ekonomi pasien
c. Pasien bepergian keluar negeri (berkaitan dengan beberapa penyakit
infeksi misalnya, penyakit didaerah tropis atau wabah di negara
tertentu)
d. Informasi tentang diet makan pasien (Abu, 2002).

Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan objektif yang dilakukan secara umum ada dua macam, yaitu
pemeriksaan ekstra oral dan intra oral (Abu, 2002).
1. Pemeriksaan Ekstraoral
Pemeriksaan ekstraoral ini bertujuan untuk melihat penampakan secara
umum dari pasien, misalnya pembengkakan dimuka dan leher, pola skeletal,
kompotensi bibir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara palpasi limfonodi, otot-
otot ,mastikasi dan pemeriksaan TMJ (Temporo Mandibular Joint) (Abu,
2002).
2. Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan yang dilakukan didalam rongga mulut.
a. Bibir
b. Mukosa labial
c. Mukosa bukal
d. Dasar mulut dan bagian ventral lidah
e. Bagian dorsal lidah
f. Palatum (palatum keras dan lunak)
g. Gingiva
h. Gigi geligi

Pemeriksaan objektif pada gigi:


1. Inspeksi : Memeriksa dengan mengamati objek baik warna,ukuran,
bentuk sub anatomis, keutuhan, ciri-ciri permukaan jaringan,karies
,abrasi dan resesi.
2. Sondasi : Dengan menggunakan sonde atau eksplorer. Untuk
mengetahui kedalam kavitas, dan reaksi pasien, baik rasa sakit yang
menetap atau sebentar dan adanya rasa ngilu.
3. Perkusi : Dilakukan dengan cara mengetukkan jari atau instrumen
kearah jaringan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
adanya peradangan pada jaringan periodontal atau tidak.
4. Palpasi : Dilakukan dengan cara menekankan jaringan kearah
tulang atau jaringan sekitarnya. Untuk mengetahui adanya
peradangan pada jaringan periosteal tulang rahang, adanya
pembengkakan dengan fluktuasi atau tanpa fluktuasi.
5. Tes mobilitas : Gigi dimobilisasi untuk memeriksa ada tidaknya
luksasi.
6. Tes suhu : Tes dilakukan dengan iritan dingin atau panas, untuk
mengetahui vtalitas gigi.
7. Tes elektrik : Pemakaian alat pulp testes untuk mengetahui vitalitas
gigi.
8. Transiluminasi : Menggunakan iluminator dari arah palatal atau
lingual. Untuk mengetahui adanya karies dilingual palatal,
membedakan gigi nekrosis dan gigi vital, serta membantu
mendeteksi fraktur yang tidak terlihat (Abu, 2002).

1. Penyakit Jantung

Berhubungan langsung dengan pencabutan gigi, penambalan akar gigi dan


prosedur sederhana seperti pembersihan karang gigi sebagai resiko terjadinya
endocarditis bakterialis. Ada 4 macam penyakit jantung :

 Congenital Hearth Disease

 Rheumatic Hearth Disease

 Arteriosclerosis Hearth Disease

 Hipertensi

2. Alergi

Kegagalan kekebalan tubuh dimana tubuh seseorang menjadi hipersensitif


dalam reaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik.

Tipe hipersensitifitas:

 Tipe 1 : reaksi hipersensitifitas tipe cepat (Anafilaktid)

Ig yang berperan Ig E

 Tipe II : reaksi sitotoksik


Ig yang berperan Ig G dan Ig M

 Tipe III : reaksi imun kompleks

Ig yang berperan semua

 Tipe IV : reaksi lambat (delayed reaction)

Diperantarai sel T dan makrofag

3. Diabetes Mellitus

Penyakit metabolism dimana tubuh tidak mampu mengatur kadar gula


dalam darah, terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.

 DM tipe I (insulin dependent diabetes mellitus – IDDM)

Terjadi kerusakan organ, destruksi sel B (pada pasien anak bisa terjadi) –
autoimun idiopatik

 DM tipe II (non insulin dependent diabetes mellitus – NIDDM)

Terjadi kerusakan reseptor insulin. Tidak tergantung insulin, hanya


resisten insulin.

4. Epilepsi

Kejang akibat pelepasan muatan neuron serebrum yang abnormal.

Tanda klinis pada rongga mulut :

 Gingiva enlargement oleh karena obat penithoin

 Gingiva hiperplasi oleh karena obat Dilantin

 Kerusakan pada gigi-giginya.

Perawatan pada pasien tidak boleh lama karena pasien akan mudah lelah, penyakit
akan mudah kambuh ketika keadaan lelah.
Macam-macam Oral habit Pada Anak
1. Kebiasaan mengisap ibu jari (Thumb or finger sucking)

Thumb/finger sucking adalah sebuah kebiasaan dimana anak


menempatkan jari atau ibu jarinya di belakang gigi, kontak dengan bagian atas
mulut, mengisap dengan bibir, dan gigi tertutup rapat. Aktivitas mengisap jari dan
ibu jari sangat berkaitan dengan otot-otot sekitar rongga mulut. Efek yang paling
sering terjadi adalah adanya ibu jari di antara gigi-gigi yang sedang bererupsi akan
membuat timbulnya gigitan terbuka anterior, yang biasanya asimetris, lebih nyata
pada sisi yang digunakan untuk mengisap ibu jari. Jika lidah juga protrusi, gigitan
terbuka cenderung lebih besar, sehingga gigi-gigi anterior rahang atas protrusif.
Di samping itu palatum bagian depan menjadi tinggi, sehingga bentuk lengkung
rahang menjadi segitiga tidak oval dan susunan gigi depan menjadi lebih maju
dari sebagaimana seharusnya, area untuk tumbuh giginya menjadi lebih sempit.
Akibatnya, gigi menjadi tumbuh bertumpuk-tumpuk. Perkembangan rahang ke
arah lateral terganggu, seringkali juga terlihat gigitan terbalik disebabkan oleh
menyempitnya tekanan udara intraoral, yang barangkali terkombinasi dengan
aktivitas otot-otot bukal. Penyempitan ringan dari lengkung gigi ini bisa
menyebabkan rahang bawah menempati jalur penutupan translokasi, dengan
disertai perkembangan gigitan terbalik pada salah satu sisi yang pada akhirnya
membutuhkan perawatan ortodonti untuk mengembalikan gigi mereka ke posisi
yang seharusnya.

Penanganan Thumb/Finger Sucking

 Perawatan psikologis
 Ibu jari atau jari diolesi bahan yang tidak enak (pahit) dan tidak berbahaya,
 Ibu jari diberi satu atau dua plester anti air.
 Penggunaan thumb guard atau finger guard.
 Sarung tangan.
 Penggunaan thumb crib (fixed palatal crib) pada bagian palatum.
2. Mengisap Bibir/Menggigit Bibir (Lip Sucking/Lip Biting)
Kebiasaan mengisap atau menggigit bibir bawah akan mengakibatkan
hipertonicity otot-otot mentalis. Kebiasaan buruk dapat menjadi faktor utama atau
merupakan faktor yang kedua. Kebiasaan mengisap bibir yang menjadi faktor
utama akan terdapat overjet yang besar dengan gigi anterior rahang atas condong
ke labial dan gigi anterior rahang bawah condong ke lingual diikuti perbedaan
skeletal yang ringan.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan
mengisap bibir atau menggigit bibir pada anak-anak antara lain :
a) Myotherapi (latihan bibir)
 Memanjangkan bibir atas menutupi incisivus rahang atas dan
menumpangkan bibir bawah dengan tekanan di atas bibir atas
 Memainkan alat tiup
b) Orang tua harus berperan aktif mencari tahu tentang sebab-sebab yang
membuat anak stress.
3. Bernapas melalui mulut (Mouth breathing)
Kebiasaan bernafas melalui mulut dapat menyebabkan udara yang masuk
kemulut menjadikan vasokonstriksi (pengecilan pembuluh darah) dari pembuluh
kapiler di oral mukosa sehingga memudahkan terkenanya infeksi dan dapat
menyebabkan gingivitis (peradangan gusi). Selain itu juga menyebabkan bau
mulut pada orang yang bernafas melalui mulut karena adanya plak yang melekat
pada gigi dan lidah. Akibat lain yang ditimbulkan yaitu rahang atas sempit, gigi
belakang atas miring ke arah dalam, gigi depan atas tonggos (protrusif) dan terjadi
gigitan depan terbuka (openbite).
4. Bruksisme (Bruxism)
Bruksisme atau yang paling sering dikenal dengan istilah kerot (tooth
grinding) adalah mengatupkan rahang atas dan rahang bawah yang disertai dengan
grinding (mengunyahkan) gigi-gigi atas dengan gigi-gigi bawah. Bruksisme
adalah kebiasaan bawah sadar (sering tidak disadari) walaupun ada juga yang
melakukannya ketika tidak tidur. Bruxism dapat menyebabkan aus permukaan
gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah, baik itu gigi susu maupun gigi
permanen. Lapisan email yang melindungi permukaan atas gigi hilang, sehingga
dapat timbul rasa ngilu pada gigi-gigi tersebut. Bila kebiasaan ini berlanjut terus
dan berlangsung dalam waktu lama, dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
periodontal, terjadi pada pasien dengan bentuk tonjol yang curam, luka pada
periodonsium, pulpitis, kadang-kadang disertai peningkatan derajat mobilitas gigi
yang terlibat, maloklusi, patahnya gigi akibat tekanan yang berlebihan, dan
kelainan pada sendi temporomandibular joint.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan
bruxism pada anak-anak adalah :
a) Penggunaan Night-guard
b) Bila penyebab utama dari bruxism adalah stress. Cobalah untuk mencari tahu
apa yang mungkin membuat anak stress dan membantu mereka
menghadapinya.

Daftar Pustaka
Abu Bakar. 2002. Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2. Yogyakarta: Percetakan KITA
Junior

Megananda H.P, Eliza H, Neneng N. “Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan


Keras dan Jaringan Pendukung Gigi”. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta 2009.

Dunia Anak. “Menghentikan Kebiasaan Buruk Anak”. Available from:


http://duniaanak.rawins.com. Accessed: 2011 Juni 20th.

Donald J.F, Mark L.W, James F. “Pediatric Dental Medicine”. Lea & Febiger:
Philadelphia 1980.

Anda mungkin juga menyukai