Kasus:
2. rencana perawatan
Dilakukan tes vitalitas dengan tes thermal dengan clhor-etyl pada cotton
pellet dan dilakukan pada gigi yang normal baru ke gigi bermasalah
Gigi 75:
Tahapan Kerja:
Gigi 74 :
Tahapan kerja :
Aplikasikan matrix strip agar bahan dapat beradaptasi dengan baik pada
kavitas
Aplikasikan bahan GIC tipe II dengan agate spatula dan tunggu hingga
GIC terjadi pengerasan 3-5 menit.
Setelah 24 jam dan setting dilakukan pulas dengan stone Arkansas warna
putih hingga halus dan tidak terdapat undercut.
Gigi 85 :
Tahapan kerja :
Preparasi dengan round dan fissure bur
Aplikasikan basis dengan GIC tipe III dan tunggu sampai setting
1) Kekuatan kompresif awal rendah (24 jam pertama) yaitu 150-200 Mpa
tetapi meningkat seiring waktu. Setelah 1 tahun, kekuatannya akan
mencapai 400 Mpa.
2) Kekuatan tensil (24 jam pertama) adalah 6.6 Mpa.
3) Kekerasannya sekitar 70 KHN.
4) Kelarutannya 1.7%.
a. Biokompatibilitas
Menurut Garg (2010), semen ionomer kaca dianggap bahan yang
biokompatibel karena alasan berikut:
1) Asam poliakrilik yang ada pada cairan adalah asam lemah.
2) Pisahan ion hidrogen pada glass ionomer cement terikat elektrostatis ke
rantai polimer.
3) Rantai polimer yang panjang terjalin satu sama lain, ini mencegah
penetrasi mereka ke tubulus dentin.
Respon inflamasi dari jaringan pulpa terhadap semen ionomer kaca
lebih dari semen ZOE tetapi lebih rendah dibandingkan semen zinc
phosphate (Rao, 2008).
b. Ketebalan film
Ketebalan film dari semen ionomer kaca mirip atau lebih rendah
dibandingkan semen seng fosfat dan cocok untuk sementasi (Garg, 2010).
c. Sensitivitas Air
Glass ionomer cement konvensional sangat sensitif pada kontaminasi
kelembaban selama tahap inisial pada reaksi setting dan pengeringan ketika
semen mulai mengeras. Kontaminasi kelembaban menunjukkan sifat yang
berpengaruh pada semen secara nyata (Garg, 2010).
d. Adhesi
Glass ionomer cement diketahui merupakan bahan kimia yang
melekat pada struktur gigi. Mekanisme ikatan glass ionomer cement ke
struktur gigi secara tepat belum diketahui. Menurut Wilson, adhesi dari
glass ionomer cement disebabkan oleh pemindahan ion kalsium dan fosfat
dari struktur gigi karena aksi ion karboksilat dari semen (Garg, 2010).
Mekanisme adhesi menurut yaitu chelation dari grup karboksil dari
polyacid dengan ion kalsium pada apatit dari enamel dan dentin membentuk
ikatan ionik yang kuat. Ikatan ionik ini kemudian diganti oleh ikatan
hidrogen yang meningkatkan kekuatan saat bahan mengeras. Kondisi
permukaan juga memperbaiki adhesi (Rao, 2008).
e. Pelepasan Fluoride
Telah diketahui pada banyak studi bahwa glass ionomer cement
mengandung fluoride pada konsentrasi sekitar 10% sampai 23%. Fluoride terletak
bebas dalam matriks dan terlepas dari bubuk pada waktu pencampuran. Ketika
bubuk dan cairan dari semen ionomer kaca dicampur, reaksi setting dimulai,
dimana ion fluoride dilepas dari bubuk bersama dengan ion kalsium, aluminium
dan sodium untuk membentuk matriks semen seperti ion-ion, senyawa garam dan
lain sebagainya yang kemudian membebaskan fluoride dari semen yang mengeras
(Garg, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Cohen S, Hargreaves KM. 2011. Cohen’s Pathways of the Pulp. 10th ed. St Louis:
Mosby.
Craig, RG dan Powers, JM. 2004. Restorative Dental Materials, 11th ed., St.
Louis: Mosby.p 424-443.
Garg Nisha, Amit. 2010. Operative Dentistry. JP Medical Ltd. Page: 400-401,
404-407.
Powers, JM., dan Sakaguchi, RL. 2006. Restorative Dental Materials, 12th ed. St.
Louis: Mosby.p 337-353.
Rao Arathi. 2008. Principles and Practice of Pedodontics. New Delhi, India:
Jaypee Brothers Publishers. Page: 203.