Anda di halaman 1dari 6

Glass Ionomer Cement

Kasus:

Pasien laki-laki usia 8 tahun datang ke RSGM diantar paman. Terdapat


keluhan gigi belakang bawah banyak kehitaman dan sering sakit saat makan.

Klinis : Didapatkan gigi 75 karies oklusal dengan kedalaman media. Gigi 74


karies proksimal mesial kedalaman superfisial. Gigi 85 karies mesiooklusal
dengan kedalaman media.

1. sebutkan pemeriksaan untuk diagnose

2. rencana perawatan

 Dilakukan eskavasi jaringan

 Setelah itu dilakukan pengukuran kedalaman karies dengan probe

 Dilakukan tes mobilitas gigi

 Dilakukan tes jaringan periodontal dengan perkusi dengan handle


instrument

 Dilakukan tes jaringan periapikal dengan des druk

 Dilakukan tes vitalitas dengan tes thermal dengan clhor-etyl pada cotton
pellet dan dilakukan pada gigi yang normal baru ke gigi bermasalah

Gigi 75:

 Diagnosa : Pulpitis reversible

 Rencana perawatan : Penumpatan GIC klas I dan dilakukan basis


dengan GIC tipe III terlebih dahulu

 Tahapan Kerja:

 Preparasi dengan round dan fissure bur

 Permukaan kavitas dihaluskan dengan fine finishing bur warna


kuning

 Dilakukan pengulasan dentine conditioner selama 15-20 detik,


kemudian dibilas dan dikeringkan dengan cotton pellet ato syringe.
 Aplikasikan basis dengan GIC tipe III dan tunggu sampai setting

 Aplikasikan bahan GIC tipe II dengan agate spatula dan tunggu


hingga GIC terjadi pengerasan 3-5 menit.

 rapikan tumpatan dan cek oklusi

 Ulasi dengan varnish, Vaseline atau cocoa butter.

 Setelah 24 jam dan setting dilakukan pulas dengan stone Arkansas


warna putih hingga halus dan tidak terdapat undercut.

Gigi 74 :

 Diagnosa : Pulpitis reversible

 Rencana Perawatan : Penumpatan GIC klas II

 Tahapan kerja :

 Preparasi dengan round dan fissure bur

 Permukaan kavitas dihaluskan dengan fine finishing bur warna kuning

 Dilakukan pengulasan dentine conditioner selama 15-20 detik, kemudian


dibilas dan dikeringkan dengan cotton pellet ato syringe.

 Aplikasikan matrix strip agar bahan dapat beradaptasi dengan baik pada
kavitas

 Aplikasikan bahan GIC tipe II dengan agate spatula dan tunggu hingga
GIC terjadi pengerasan 3-5 menit.

 rapikan tumpatan dan cek oklusi

 Ulasi dengan varnish, Vaseline atau cocoa butter.

 Setelah 24 jam dan setting dilakukan pulas dengan stone Arkansas warna
putih hingga halus dan tidak terdapat undercut.

Gigi 85 :

 Diagnosa : Pulpitis reversible

 Rencana Perawatan : Penumpatan GIC klas II dan dilakukan basis


dengan GIC tipe III terlebih dahulu

 Tahapan kerja :
 Preparasi dengan round dan fissure bur

 Permukaan kavitas dihaluskan dengan fine finishing bur warna


kuning

 Dilakukan pengulasan dentine conditioner selama 15-20 detik,


kemudian dibilas dan dikeringkan dengan cotton pellet ato syringe

 Aplikasikan matrix strip agar bahan dapat beradaptasi dengan baik


pada kavitas

 Aplikasikan basis dengan GIC tipe III dan tunggu sampai setting

 Aplikasikan bahan GIC tipe II dengan agate spatula dan tunggu


hingga GIC terjadi pengerasan 3-5 menit.

 rapikan tumpatan dan cek oklusi

 Ulasi dengan varnish, Vaseline atau cocoa butter.

 Setelah 24 jam dan setting dilakukan pulas dengan stone Arkansas


warna putih hingga halus dan tidak terdapat undercut.

Glass Ionomer Cement


Glass ionomer cement (semen ionomer kaca) merupakan salah satu bahan
restorasi yang banyak digunakan. Glass ionomer cement mempunyai beberapa
keunggulan, yaitu preparasinya dapat minimal, ikatan dengan jaringan gigi secara
kimia, melepas fluor dalam jangka panjang, estetis, biokompatibel, daya larut
rendah, translusen dan bersifat anti bakteri (Yelamanchili and Darvell, 2008).

Klasifikasi Glass Ionomer Cement


Glass ionomer cement (GIC) digunakan untuk restorasi estetika pada gigi
anterior, dan direkomendasikan untuk penggunaan pada restorasi gigi kavitas
kelas III dan V (Klasifikasi Black). Kekuatan tekan GIC terhadap dentin lebih
rendah daripada resin komposit, tetapi studi klinis telah menunjukkan retensi GIC
pada area servikal jauh lebih baik daripada komposit (Sakaguchi and Powers,
2012).
Berdasarkan generasi Fuji, GIC dibagi menjadi 9 tipe:
1. Tipe I ― Luting
Digunakan untuk merekatkan mahkota, jembatan, dan veneer. Secara
kimiawi berikatan dengan enamel, dentin, dan restorasi porselen (Craig,
2004).
2. Tipe II ― Restorasi
Digunakan untuk tumpatan estetika. Kebanyakan bersifat radiolusen
namun memiliki reaksi pengerasan yang panjang sehingga dapat
mengakibatkan kontaminasi cairan (water-in, water-out) selama 24 jarn
setelah pengaplikasian. Namun dengan seiring berkembang teknologi, tipe
ini diberi tambahan strontium untuk meningkatkan viskositas sehingga
memiliki kekuatan kompresif yang lebih baik, digunakan pada tumpatan
membutuhkan pengerasan yang cepat dan sifat-sifat yang tinggi, untuk
tambalan posterior atau komponen inti.
3. Tipe III ― Liner dan Basis
Digunakan sebagai liner pada teknik sandwich. Kemampuannya
dalam berikatan dengan dentin dan enamel serta melepas fluor dapat
meminimalisir terbentuknya karies sekunder dan merangsang pembentukan
dentin sekunder (Anusavice, 2004).
Pit dan fissure sealant didefinisikan sebagai plastik tipis yang
melapisi permukaan oklusal dari gigi posterior untuk membentuk sebuah
barier mekanik diantara struktur gigi dan lingkungan rongga mulut (Muthu
and Sivakumar, 2009).
4. Tipe IV ― Fissure Sealent
Digunakan untuk fissure sealant. Konsistensi yang cair
memungkinkan bahan mengalir ke pit dan fissure gigi posterior yang sempit
(Craig, 2004).
5. Tipe V ― Semen Ortodonti
GIC memiliki ikatan langsung ke jaringan gigi oleh interaksi ion
polyacrylate dan kristal hidroksiapatit, dengan demikian dapat menghindari
etsa asam sehingga dapat digunakan sebagai semen bracket ortodonti
(Craig, 2004).
6. Tipe VI ― Core Build Up
GIC jenis ini mengandung perak sehingga mampu meningkatkan sifat
fisik dan mekanisnya (Craig, 2004).
7. Tipe VII ― Fluoride Release
Kemampuan GIC konvensional dalam menghasilkan fluorida lima
kali lebih banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari resin
komposit dalam waktu 12 bulan (Craig, 2004).
8. Tipe VIII ― Atraumatic Restorative Treatment
ART adalah metode perawatan karies yang dikembangkan untuk
digunakan di negara-negara dimana tenaga dokter gigi dan fasilitas terbatas
namun kebutuhan untuk perawatan tinggi. Teknik ini menggunakan instrumen
terbatas untuk membuang jaringan karies. Ketika karies dibersihkan, rongga
yang tersisa direstorasi dengan menggunakan GIC (Craig, 2004).
9. Tipe IX ― Restorasi Gigi Sulung
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan
kunyah dan usia gigi. Kemampuan GIC untuk melepaskan fluor dan
membutuhkan preparasi yang minimal dapat dijadikan keuntungan dalam
merawat gigi pada anak-anak (Craig, 2004).
Menurut Rao (2008), sifat fisikal glass ionomer cement antara lain:

1) Kekuatan kompresif awal rendah (24 jam pertama) yaitu 150-200 Mpa
tetapi meningkat seiring waktu. Setelah 1 tahun, kekuatannya akan
mencapai 400 Mpa.
2) Kekuatan tensil (24 jam pertama) adalah 6.6 Mpa.
3) Kekerasannya sekitar 70 KHN.
4) Kelarutannya 1.7%.
a. Biokompatibilitas
Menurut Garg (2010), semen ionomer kaca dianggap bahan yang
biokompatibel karena alasan berikut:
1) Asam poliakrilik yang ada pada cairan adalah asam lemah.
2) Pisahan ion hidrogen pada glass ionomer cement terikat elektrostatis ke
rantai polimer.
3) Rantai polimer yang panjang terjalin satu sama lain, ini mencegah
penetrasi mereka ke tubulus dentin.
Respon inflamasi dari jaringan pulpa terhadap semen ionomer kaca
lebih dari semen ZOE tetapi lebih rendah dibandingkan semen zinc
phosphate (Rao, 2008).
b. Ketebalan film
Ketebalan film dari semen ionomer kaca mirip atau lebih rendah
dibandingkan semen seng fosfat dan cocok untuk sementasi (Garg, 2010).
c. Sensitivitas Air
Glass ionomer cement konvensional sangat sensitif pada kontaminasi
kelembaban selama tahap inisial pada reaksi setting dan pengeringan ketika
semen mulai mengeras. Kontaminasi kelembaban menunjukkan sifat yang
berpengaruh pada semen secara nyata (Garg, 2010).
d. Adhesi
Glass ionomer cement diketahui merupakan bahan kimia yang
melekat pada struktur gigi. Mekanisme ikatan glass ionomer cement ke
struktur gigi secara tepat belum diketahui. Menurut Wilson, adhesi dari
glass ionomer cement disebabkan oleh pemindahan ion kalsium dan fosfat
dari struktur gigi karena aksi ion karboksilat dari semen (Garg, 2010).
Mekanisme adhesi menurut yaitu chelation dari grup karboksil dari
polyacid dengan ion kalsium pada apatit dari enamel dan dentin membentuk
ikatan ionik yang kuat. Ikatan ionik ini kemudian diganti oleh ikatan
hidrogen yang meningkatkan kekuatan saat bahan mengeras. Kondisi
permukaan juga memperbaiki adhesi (Rao, 2008).
e. Pelepasan Fluoride
Telah diketahui pada banyak studi bahwa glass ionomer cement
mengandung fluoride pada konsentrasi sekitar 10% sampai 23%. Fluoride terletak
bebas dalam matriks dan terlepas dari bubuk pada waktu pencampuran. Ketika
bubuk dan cairan dari semen ionomer kaca dicampur, reaksi setting dimulai,
dimana ion fluoride dilepas dari bubuk bersama dengan ion kalsium, aluminium
dan sodium untuk membentuk matriks semen seperti ion-ion, senyawa garam dan
lain sebagainya yang kemudian membebaskan fluoride dari semen yang mengeras
(Garg, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Cohen S, Hargreaves KM. 2011. Cohen’s Pathways of the Pulp. 10th ed. St Louis:
Mosby.

Craig, RG dan Powers, JM. 2004. Restorative Dental Materials, 11th ed., St.
Louis: Mosby.p 424-443.

Garg Nisha, Amit. 2010. Operative Dentistry. JP Medical Ltd. Page: 400-401,
404-407.
Powers, JM., dan Sakaguchi, RL. 2006. Restorative Dental Materials, 12th ed. St.
Louis: Mosby.p 337-353.

Rao Arathi. 2008. Principles and Practice of Pedodontics. New Delhi, India:
Jaypee Brothers Publishers. Page: 203.

Van Noort R. 2003. Introduction to dental material. 2nd ed. CV Mosby


Company. London. p. 124–35.

Yelamanchili A, Darvell BW. 2008. Network Competition in a Resin Modified


Glass Ionomer Cement. Dent Mater. p.24:1065-9.

Anda mungkin juga menyukai