A. Skenario
Alya (25tahun) dating ke RSGMP Unsoed dengan keluhan gigi belakang bawah berlubang
dan ingin ditambal dengan tambalan sewarna gigi. Gigi tersebut terasa ngilu saat minum minman
yang dingin. Rasa ngilu hilang, segera setelah minuman tertelan. Pda pemerikasaan terlihat karies
yang cukup luas pada permukaan oklusal, kedalaman hingga mencapai dentin pada gigi 36/46.
Dinding bukal, lingual, mesial, dan distal utuh. Perabaan pada area mukosa gingiva gigi 36/46
tidak ditemukan adanya lesi inflamasi. Perkusi tidak terasa sakit. Pasien merasakan ngilu saat
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan Clor Ethyl. Pasien ingin giginya direstorasi dengan
baik.
5) Tet Anastesi
Tes anastesi berguna untuk menetukan gigi yang sakit ketika pasien tidak dapat
melokalisir rasa sakit tersebut pada gigi yang tepat, pasien hanya menyatakan
sakitnya didaerah sekitar atau bagian tertentu. Dilakukan dengan anastesi blok pada
salah satu sisi rahang, apabila rasa sakit hilang berarti menandakan bahwa giinya
sakit berada pada sisi yang teranastesi, apabila tidak hilang berarti gigi yang sakit
berada pada sisi yang tidak ternastesi
Lutz dan Phillips (1983) mengklasifikasikan resin komposit berdasarkan ukuran partikel
filler, yaitu:
a. Resin komposit konvensional
Resin komposit konvensional umumnya terdiri dari 75-80% dari berat bahan
pengisi anorganiknya. Ukuran rata-rata partikel resin komposit konvensional ini sekitar 8
m . karena partikel ini pengisinya relative besar dank eras sekali, resin komposit
konvensional memperlihatkan tekstur permukaan yang kasar, sehingga sesuai denga gigi
posterior, namun menyebabkan restorasi lebih mudah mengalami perubahan warna
akibat adanya ekstrinsik stain.
b. Resin komposit makrofil
Resin komposit makrofil mempunyai ukuran filler 1-10 m. Resin komposit tipe ini
mempunyai daya tahan yang baik terhadap fraktur. Kejelekan klinis yang utama dari resin
komposit makrofil adalah terjadinya permukaan yang kasar setelah dipolish dan adanya
tendensi berubah warna karena kerentanan permukaan yang teksturnya kasar terhadap
warna-warna makanan/minuman. Bahan ini diindikasikan untuk restorasi kavitas klas IV
dan klas II.
c. Resin komposit mikrofil
Resin komposit mikrofil mempunyai ukuran filler 0,04 m. Resin komposit tipe ini
mempunyai daya tahan yang rendah terhadap fraktur, dapat dipolish dengan baik dan
warnanya stabil. Bahan ini diindikasikan untuk restorasi pada gigi-gigi anterior, terutama
restorasi tanpa beban.
d. Resin komposit hybrid
Resin komposit hybrid merupakan gabungan makrofil dan mikrofil sehingga
mempunyai ukuran filler yang beraneka ragam. Resin komposit ini mempunyai
karakteristik gabungan dari resin komposit makrofil dan mikrofil. Resin komposit tipe ini
mempunyai kehalusan permukan dan kekuatan yang baik. Bahan ini diindikasikan baik
untuk restorasi gigi anterior, termasuk restorasi klas IV, maupun restorasi gigi posterior.
Resin komposit juga diklasifikasikan berdasarkan persentase muatan filler nya, yaitu:
a. Resin komposit packable
Pada akhir tahun 1996 diperkenalkan resin komposit packable. Resin komposit
packable dikenal juga sebagai resin komposit condensable. Resin komposit packable
mempunyai muatan filler berkisar antara 66-70% volume.
b. Resin komposit flowable
Resin komposit flowable pertama kali diperkenalkan pada pertengahan tahun
1990. Dan pada akhir tahun 1996, resin komposit flowable digunakan sebagai bahan
restorasi alternatif untuk restorasi klas V. Resin komposit flowable mempunyai muatan
filler berkisar antara 42-53% volume.
Keuntungan pemakaian resin komposit
a. Mempunyai estetik yang baik
b. Mempunyai konduktivitas termal yang rendah
c. Tidak menimbulkan reaksi galvanism
d. System bondingnya mempertinggi kekuatan gigi terhadap fraktur
e. Melindungi struktur gigi yang tersisa
f. Radiopaque
g. Sebagai bahan alternatif pengganti amalgam
a. Shrinkage polimerisasi
b. Sering terbenti microleakge yang akhirnya menjadi karies skunder
c. Sensitivitas pasca penambalan
d. Memerlukan keterampilan sensitivitas yang tinggi
e. Ketahanan dalam pemakaian
f. Menyerap air
g. Marginal leakage
Penggunaan GIC dalam klinik dibedakan berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sifatnya GIC
dibedakan menjadi 4 tipe. Tipe-tipe GIC berdasarkan sifatnya adalah :
a. Tipe I : Luting cement
1) Ukuran partikel bubuk halus ( 15m)
2) Untuk melekatkan inlay,onlay, crown, bridge
3) Perbandingan bubuk :cairan 1,5:1
4) Bersifat radiopak
b. Tipe II.1 : Aesthetic Filling Materials
1) Sebagai tumpatan gigi anterior (Kelas III,V)
2) Perbandingan bubuk dan cairan 3:1
3) Bersifat radiopaque
4) Adequate aesthetic & translucency
5) Eliminating microleakage
6) Fluoride reservoir
7) Physical properties
c. Tipe II.2 : Restorative Reinforced Filling Materials
1) Sebagai tumpatan untuk gigi posterior (Kelas I), inti pasak
2) Use : physical properties, aesthetic not important
3) Perbandingan bubuk dan cairan 3:1 atau lebih besar
4) Bersifat radiopaque
d. Tipe III : Lining
1) Untuk Liner, perbandingan bubuk dan cairan 1,5:1
2) Untuk Basis, perbandingan bubuk dan cairan 3:1
3) Berguna untuk meningkatkan adesi terhadap resin komposit (sandwich technique)
4) Bersifat radiopak
5) Lining Prevent thermal change irritating the pulp
6) Base dentin subtitute
Menurut McCabe (2008), kelebihan dan kekurangan dari Glass Ionomer Cemen
antara lain yaitu:
Keuntungan GIC:
a. Biokompetible pada jaringan pulpa
b. Tidak iritatif
c. Melepas flour yang dapat menghilangkan sensitivitas
d. Mencegah karies sekunder
e. Koefisien ekspansi termal sama dengan gigi
Kekurangan GIC:
a. Kurang estetik
b. Sulit dipolish
c. Resistensi terhadap fraktur, keausan
d. Kompresif strength
e. Larut dalam asam dan air
f. Sensitif terhadap air pada waktu pengerasan
Menurut Powers (2008) indikasi dan kontraindikasi dari Glass Ionomer Cemen antara
lain yaitu:
Indikasi:
a. Restorasi gigi desidui
b. Restorasi kelas III dan V
c. Karies yang mencapai pulpa dan abrasi servikal
Kontraindikasi:
a. Pengganti Almagam
Compresive strength amalgam > GIC Tidak cukup kuat menahan beban mastikasi
yang seharusnya diterima amalgam
b. Restorasi kelas IV dan kelas VI
Compresive strength GIC tidak kuat menahan beban yang terjadi pada daerah cusp atau
incisal pecah / rusak
c. Bruxism
Ikatan kimia GIC tidak mampu menahan gesekan mekanis mudah lepas
d. Tidak dapat digunakan untuk karies kelas IV dan kelas I gigi permanen
e. Restorasi tumpatan dengan penekanan oklusi bersifat merusak
Bahan dasar untuk bonding adalah Bis-GMA, Bahan bonding diaplikasikan setelah
dilakukan etsa. Berdasarkan tahun pembuatan, bahan adhesif dibagi mulai dari generasi I
sampai pada generasi VII.
a. Generasi I dan II mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an dan 1970-an yang tanpa
melakukan pengetsaan pada enamel, bahan bonding yang dipakai berikatan dengan
smear layer yang ada. Ikatan bahan adhesif yang dihasilkan sangat lemah (2 MPa-
6MPa) dan smear layer yang ada dapat menyebabkan celah yang dapat terlihat
dengan pewarnaan pada tepi restorasi.
b. Generasi III mulai diperkenalkan pada tahun 1980-an, mulai diperkenalkan
pengetsaan pada dentin dan mulai dipakai bahan primer yang dibuat untuk dapat
mempenetrasi ke dalam tubulus dentin dengan demikian diharapkan kekuatan
ikatan bahan adhesif tersebut menjadi lebih baik. Generasi III ini dapat
meningkatkan ikatan terhadap dentin 12MPa15MPa dan dapat menurunkan
kemungkinan terjadinya kegagalan batas tepi bahan adhesif dan dentin (marginal
failure). Tetapi seiring waktu tetap terjadi juga kegagalan tersebut.
c. Generasi IV mulai diperkenalkan awal tahun 1990-an. Mulai dipakai bahan yang
dapat mempenetrasi baik itu tubulus dentin yang terbuka dengan pengetsaan
maupun yang telah mengalami dekalsifikasi dan juga berikatan dengan substrat
dentin, membentuk lapisan hybrid. Kekuatan ikatan bahan adhesif ini rendah
sampai dengan sedang sampai dengan 20 MPa dan secara signifikan dapat
menurunkan kemungkinan terjadinya celah marginal yang lebih baik daripada sistem
adhesif sebelumnya. Sistem ini memerlukan teknik pemakaian yang sensitif dan
memerlukan keahlian untuk dapat mengontrol pengetsaan pada enamel dan dentin.
Cara pemakaiannya cukup rumit dengan beberapa botol sediaan bahan dan
beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan.
d. Generasi V mulai berkembang pada tahun 1990-an. Pada generasi ini bahan primer
dan bonding telah dikombinasikan dalam satu kemasan. Pada generasi ini juga
mulai diperkenalkan pemakaian bahan adhesif sekali pakai. Generasi VI mulai
berkembang pada akhir tahun 1990-an awal tahun 2000, pada generasi ini mulai
dikenal pemakaian self etching yang merupakan suatu terobosan baru pada sistem
adhesif.
e. Pada generasi VI ini tahap pengetsaan tidak lagi memerlukan pembilasan karena
pada generasi ini telah dipakai acidic primer, yaiu bahan etsa dan primer yang
sebagai generasi all in one adhesif, dikatakan demikian karena pada generasi VII
ini bahan etsa, primer dan bonding telah dikombinasikan dalam satu kemasan saja,
sehingga waktu pemakaian bahan adhesif generasi VII ini menjadi lebih singkat.
3. Aplikasi Resin Komposit
Tahap ini resin komposit diaplikasikan selapis demi selapis ke dalam kavitas dengan
ketebalan sekitar 2 mm. Sebelum aplikasi bahan restorasi operator mempersiapkan komposit
yang akan dipakai dengan melakukan pemilihan warna resin komposit sesuai dengan gigi
tetangganya atau gigi lainnya, menggunakan matriks servikal untuk klass II dan klass V,
seluloid strip untuk kelas III atau crown form pada klass IV untuk mendapatkan adaptasi yang
baik. Resin komposit biasanya dikemas dalam bentuk 2 pasta yaitu basis dan katalis,
kemudian basis dan katalis dalam jumlah yang sama ditempatkan pada kertas pad.
Kemudian dicampurkan dengan menggunakan spatula agate. Waktu polimerisasi dari
komposit singkat sehingga pengaplikasian kedalam kavitas harus cepat, maka adonan
dicampur sampai homogen dan ditempatkan dalam waktu 30 detik. Kemudian plastic filling
instrument digunakan untuk membawa komposit kedalam cavitas.
4. Komposit Diaktifkan dengan Sinar
Komposit diaktifkan dengan sinar, Ujung sumber sinar ditempatkan cukup dekat
tetapi jangan sampai menyentuh permukaan restorasi yang diaktifkan, biasanya waktu
penyinaran yang dibutuhkan sekitar 40 detik. Penyinaran dilakukan dengan 3 arah yaitu labial
atau bukal, lingual atau palatal dan arah dari oklusal . Kemudian selanjutnya letakkan
komposit selapis lagi dan aktifkan sinar lagi hingga restorasi sudah menutup cavitas.
1. Preparasi
a. Isolasi daerah kerja untuk menghindari dari saliva, darah, lidah yang menganggu
penglihatan dengan menggunakan saliva ejector, cotton roll.
b. Desian preparasi atau outline form dengan memperhatikan bentuk resistensi, retensi,
konvenien, dan extention for prevention.
Disesuaikan dengan kasus pada pasien mengalami karies media pada oklusal.
c. Preparasi awal membentuk butt joint (90o) mengikuti outline form sedalam 2 mm,
d. Membentuk undercut berupa lekukan pada dentin sebagai retensi menggunakan bur
round yang dapat dicek dengan menggunakan sonde.
e. Menegakan dinding dengan menggunakan bur inverted atau bur silinder.
2. Dentin Liner atau Basis
Aplikasi komposit diperlukan penambahan basis karena sifat dari resin yang iritan terhadap
pulpa sehingga butuh protector. Basis yang dapat digunakan yaitu kalsium hidroksida, GIC,
dan zink fosfat. Basis yang digunakan pada kasus ini adalah GIC karena dapat dipakai untuk
basis apabila diperlukan kekuatan yang lebih besar dan untuk menahan retensi. Kemudian
dikeringkan namun tidak terlalu kering tidak terlalu basah.
3. Aplikasi Etsa Asam
Aplikasi dengan cara mengulaskan bahan etsa asam fosfat 35-50% dalam bentuk gel atau
cairan pada gulungan cotton pellet yang dijepit pinset. Aplikasi etsa pada permukaan enamel
selama 15-20 detik dan dentin selama 10-15 detik untuk membuka enamel rod dan
membentuk microundercut agar berikatan dengan resin bonding agent dan perekatan
dengan struktur gigi. Kemudian dikeringkan namun tidak terlalu kering tidak terlalu basah.
4. Aplikasi Bonding System
Bahan dasar bonding adalah Bis-GMA yang encer, bahan ini diaplikasikan pada enamel atau
dentin. Bonding resin ini berguna untuk penetrasi ke tubuli dentin, penetrasi ke intertubuli
dentin membentuk hybrid layer reinforced dentin , dan merekatkan perikatan dengan resin
komposit.
5. Aplilasi Resin Komposit
a. Pemilihan warna resin komposit sesuai dengan gigi tetanggnya terlebih dahulu
b. Aplikasi self cure composite berupa pasta base dan katalis diaduk diatas paper pad
menggunakan spatula plastic selama 30 detik. Aplikasi kedalam kavitas hanya 1 kali
working time 1 menit. Apabila menggunakan visible light cured composite aplikasi lapis
demi lapis, sampai ketebalan maksimal 2 mm.
c. Beri sinar 40 detik
d. Ulangi langkah diatas sampai seluruh kavitas terisi komposit.
6. Finishing
Cek oklusi dengan menggunakan articulating paper, apabila terlihat ada warna merah / biru,
maka harus dikurangi dengan fine finishing bur.
7. Polishing
Polishing dilakukan untuk memperhalus permukaan restorasi resin komposit, menggunakan
rubber polishing point. Polisihing pada permukaan restorsi resin komposit yang kasar.
Daftar Pustaka
Craig, R.G., Powers, J.M., dan Sakaguchi, R.L., 2006, Resin Compounds Restorative Materials, in
Craigs Restorative Dental Material, Edisi 12, Mosby, St. Louis, h. 190-193.
Phillips, K.J. A., 2003, Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, Ed. 10. Jakarta : EGC.
Powers J.M., Sakaguchi ,R.L., 2003, CRAIGSS Restorative Dental Materials. 12th ed. Missouri : Evolve
Sumawinata, N., 2002, Senarai Istilah Kedokteran Gigi Inggris Indonesia , EGC : Jakarta