Anda di halaman 1dari 7

Manifestasi Oral Penderita Diabetes Mellitus: Laporan Kasus

Rima Fitriani1, drg. Rinawati Satrio, M.Si2


1Mahasiswa Klinik, Jurusan Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
2Dosen Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Jurusan Kedokteran gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman,

Purwokerto

E-mail Korespondensi: fitriani_rima@ymail.com

Abstrak
Pendahuluan: Salah satu penyakit tidak menular yang memiliki prevalensi tinggi ialah diabetes mellitus. Pasien
diabetes mellitus mengeluhkan adanya masalah pada gigi dan gusi. Laporan kasus: Seorang ibu berusia 63 tahun datang
ke RSGM UNSOED dengan keluhan gigi yang goyang dan gigi terlihat semakin panjang. Pasien mengidap penyakit DM
tipe 2 serta rutin mengonsumsi metformin setiap hari. Pemeriksaan intraoral menunjukan bahwa pasien mengalami
periodontitis kronis. Pasien diedukasi mengenai keadaan giginnya dan instruksi untuk rutin membersihkan giginya.
Pembahasan: Advanced glycosylation end products (AGEs) diproduksi akibat hiperglikemia pada pasien DM. Studi
menunjukkan AGEs berikatan dengan reseptor spesifik (RAGE) pada berbagai sel seperti fibroblas, sel endhotelial, dan
makrofag, sehingga dapat menyebabkan produksi berlebih dari sitokin proinflamasi, disfungsi vaskular, dan hilangnya
keefektivitasan integritas jaringan dan fungsi barier.Kesimpulan: Perawatan gigi dan mulut penderita diabetes mellitus
memerlukan pertimbangan khusus yang tidak menganggu waktu pemberian insulin maupun makan obat rutin yang sudah
ditentukan
Kata Kunci: Diabetes, periodontitis

Pendahuluan sesuaian kerja insulin mengakibatkan glukosa dari


Salah satu masalah kesehatan secara pembuluh darah tidak mampu masuk ke jaringan.
global yang insidennya semakin meningkat adalah Keadaan ini menyebabkan besar glukosa berada
diabetes mellitus. Sebanyak 346 juta orang di dunia dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemi.
menderita diabetes, dan diperkirakan mencapai 380 Hiperglikemi kronik pada diabetes berhubungan
juta jiwa pada tahun 2025.1 Menurut International dengan kerusakan jaringan jangka panjang,
Diabetes Federation (IDF), diabetes melitus (DM) disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh
merupakan penyebab kematian yang menduduki seperti ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. 4
urutan ke-7 di dunia dengan prevalensi pengidap Selain itu, penderita diabetes juga mengeluhkan
diabetes melitus sebanyak 1,9% dari populasi yang gangguang pada rongga mulut seperti xerostomia,
ada. Dilansir dari data WHO, Indonesia menempati gingivitis, periodontitis, kelainan indera perasa,
urutan keempat dalam urutan negara-negara yang candidiasis oral, lamanya penyembuhan luka, serta
memiliki jumlah penderita diabetes terbanyak di burning mouth syndrome. Tujuan utama penulisan
dunia.2 Berdasarkan sebuah penelitian Vitria (2011) laporan kasus ini adalah untuk mengetahui
disebutkan bahwa jumlah penderita diabetes manifestasi oral pada penderita Diabetes mellitus.
mellitus di Indonesia pada tahun 2000 ada 8,4 juta
Laporan Kasus
orang.3
Diabetes mellitus merupakan penyakit Seorang pasien perempuan berusia 63 tahun
metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar datang ke RSGM UNSOED dengan keluhan gigi
gula darah yang terjadi karena gangguan sekresi goyang dan beberapa gigi yang terlihat panjang.
insulin, kerja insulin maupun keduanya. Ketidak Tidak ada keluhan sakit terkait keadaan tersebut
namun merasa terganggu pada saat makan. Pasian Tabel 1. Pemeriksaan Gula Darah
Tanggal Pemeriksaan Hasil Normal
mengaku memiliki riwayat diabetes tipe 2 dan
mg/dl mg/dl
hipertensi, oleh karena itu pasien rutin datang
posyandu lansia setiap bulannya dan rutin 15/12/18 Glukosa puasa 153 100-144

konsumsi obat metformin untuk penyakit diabetes 19/1/19 Glukosa puasa 181

mellitus dan amlodipine untuk penyakit 20/4/19 Glukosa puasa 183

hipertensinya. Obat tersebut dikonsumsi setiap hari. 18/5/19 Glukosa puasa 196
26/6/19 Glukosa puasa 221
Pemeriksaan umum menunjukan tekanan
darah 150/90 mmHg, berat badan 50 kg, dan tinggi Pada kunjungan ini pasien dieduksi bahwa
145 cm. Pemeriksaan ekstraoral menunjukan tidak resesi atau kondisi pada gigi yang terlihat lebih
ada kelainan. Pemeriksaan intraoral menunjukan panjang itu merupakan salah satu keadaan yang
adanya resesi gingiva pada gigi 14, 13 dengan berhubungan dengan riwayat diabetes mellitus.
luksasi o2, resesi gingiva gigi, 34, 31, 41, 42 dan Pasien juga diedukasi untuk rutin membersihkan
44. Oral hygiene pasien kurang kurang baik. gigi dan mulut serta rutin kontrol ke dokter gigi tiap
Pemeriksaan kadar gula darah di laboratorium 6 bulan sekali
RSGM dengan hasil 78 mg/DL. Diagnosis kerja
Pembahasan
pada kasus ini adalah periodontitis kronis,
Penatalaksaan kasus tersebut, pada kondisi gigi Pada laporan kasus ini, pasien memiliki

yang resesi dan luksasi dengan beberapa riwayat penyakit DM tipe 2. Diabetes melitus

pertimbangan pasien diinstruksikan untuk dicabut, merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

namun dengan kondisi gula darah terkontrol. dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Namun, pasien dengan beberapa pertimbangan karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

pasien menolak tindakan pencabutan. kedua-duanya. Menurut PERKENI (2011)


seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus
apabila mempunyai gejala klasik diabetes melitus
seperti poliuria, polidipsi dan polifagi disertai
dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan
gula darah puasa ≥126 mg/dl.5
Gambar 1. Kondisi Intraoral Klasifikasi diabetes mellitus sebagai
Satu minggu kemudian pasien datang ke berikut:
RSGM untuk kontrol. Pemerikaan intraoral tidak 1. Diabetes tipe 1
ada perubahan. Pasien menunjukan hasil Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja
pemeriksaan kadar gula selama beberapa bulan atau anak, dan terjadi karena kerusakan sel β
terakhir, seperti berikut: (beta). Kerusakan sel β pankreas diduga karena
proses autoimun, namun hal ini juga tidak
diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan
terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi lebih rentan untuk terjadinya ulserasi (luka), lubang gigi,
sedikit dibandingkan diabetes tipe 2.6 dan bisa menjadi ladang subur bagi bakteri untuk
2. Diabetes tipe 2 tumbuh dan berkembang. Pada penderita diabetes
Diabetes tipe 2 disebabkan karena kegagalan salah satu tandanya adalah Poliuria yaitu penderita
relative sel β dan resisten insulin. Resistensi banyak buang air kecil sehingga cairan didalam
insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk tubuh berkurang yang dapat mengakibatkan jumlah
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan saliva berkurang dan mulut terasa kering, sehingga
perifer dan menghambat produksi glukosa oleh disarankan pada penderita untuk mengkonsumsi
hati. DM tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa. buah yang asam sehingga dapat merangsang
Seringkali terdiagnosis setelah beberapa tahun kelenjar air liur untuk mengeluarkan air liur.8
setelah onset, setelah komplikasi muncul sehingga
tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita DM
di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan
akibat dari memburuknya faktor risiko seperti
kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas
fisik.7
Gambar 2. Kondisi akibat Xerostomia
3. Diabetes gestational
2. Gingivitis dan Periodontitis
Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah
Periodontitis adalah radang pada jaringan
diabetes yang didiagnosis selama kehamilan
pendukung gigi (gusi dan tulang). Selain merusak sel
dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar
darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah
glukosa darah di atas normal). Wanita dengan
menebalnya pembuluh darah sehingga
diabetes gestational memiliki peningkatan risiko
memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari
komplikasi selama kehamilan dan saat
tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan
melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2
kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi,
yang lebih tinggi di masa depan.6,7
Sedangkan periodontitis adalah penyakit yang
Beberapa penelitian sebelumnya
disebabkan oleh infeksi bakteri dan hal ini menjadi
menunjukan bahwa terdapat pengaruh pada
lebih berat dikarenakan infeksi bakteri pada
keadaan rongga mulut pasien diabetes mellitus,
penderita Diabetes lebih berat. Ada banyak faktor
seperti berikut:
yang menjadi pencetus atau yang memperberat
1. Xerostomia (Mulut Kering)
periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus
Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan
(karang gigi), dan faktor sistemik atau kondisi tubuh
penurunan aliran saliva (air liur), sehingga mulut
secara umum. Rusaknya jaringan Periodontal
terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di
membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang
mana alirannya dapat berfungsi sebagai pembilas
menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi
sisa-sisa makanan dan kotoran dari dalam mulut.
goyang. Angka kasus penyakit periodontal di
Jadi bila aliran saliva menurun maka akan
masyarakat cukup tinggi meski banyak yang tidak
menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman, lebih
menyadarinya, dan penyakit ini merupakan Biasanya, penderita diabetes juga dapat
penyebab utama hilangnya gigi pada orang dewasa. mengalami mati rasa pada bagian wajah.8
5. Oral thrush
Tanda-tanda periodontitis antara lain pasien
Penderita diabetes yang sering
mengeluh gusinya mudah berdarah, warna gusi
mengkonsumsi antibiotik untuk memerangi infeksi
menjadi mengkilat, tekstur kulit jeruknya (stippling)
sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut
hilang, kantong gusi menjadi dalam, dan ada
dan lidah. Apalagi penderita diabetes yang
kerusakan tulang di sekitar gigi, pasien mengeluh
merokok, risiko terjadinya infeksi jamur jauh lebih
giginya goyah sehingga mudah lepas,hal ini
besar. Oral thrush atau oral candida adalah infeksi
diakibatkan karena berkurangnya jumlah air
didalam mulut yang disebabkan oleh jamur,
liur,sehingga terjadi penumpukan sisa makanan
sejumlah kecil jamur candida didalam mulut. Pada
yang melekat pada permukaan gigi dan
penderita Diabetes Melites kronis dimana tubuh
mengakibatkan gusi menjadi infeksi dan mudah
rentan terhadap infeksi sehingga sering
berdarah.9
menggunakan antibiotik dapat mengganggu
keseimbangan kuman didalam mulut yang
mengakibatkan jamur candida berkembang tidak
terkontrol sehingga menyebabkant thrush. Oral
thrush ditandai dengan lapisan putih kekuningan
Gambar 3. Kondisi Peridontitis pasien DM
pada lidah, tonsil maupun kerongkongan.10

Gambar 4. Kondisi Gingivitis pasien DM tipe 2


3. Stomatitis Apthosa (Sariawan)
Meski sariawan biasa dialami oleh banyak
orang, namun penyakit ini bisa menyebabkan
Gambar 5. Kandidiasis pasien DM
komplikasi parah jika dialami oleh penderita
6. Dental Caries (Karies Gigi)
diabetes. Penderita Diabetes sangat rentan
Diabetes Mellitus merupakan faktor
terkena infeksi jamur dalam mulut dan lidah yang
predisposisi bagi kenaikan terjadinya dan jumlah
kemudian menimbulkan penyakit sejenis sariawan.
dari karies. Keadaan tersebut diperkirakan karena
Sariawan ini disebabkan oleh jamur yang
pada diabetes aliran cairan darah mengandung
berkembang seiring naiknya tingkat gula dalam
banyak glukosa yang berperan sebagai substrat
darah dan air liur penderita diabetes.8
kariogenik Karies gigi dapat terjadi karena
4. Rasa mulut terbakar
interaksi dari 4 faktor yaitu gigi, substrat, kuman
Penderita diabetes biasanya mengeluh tentang
dan waktu. Pada penderita Diabetes Melitus telah
terasa terbakar atau mati rasa pada mulutnya.
diketahui bahwa jumlah air liur berkurang
sehingga makanan melekat pada permukaan gigi,
dan bila yang melekat adalah makanan dari IL-6) dan TNF α. AGEs juga mempengaruhi sel
golongan karbohidrat bercampur dengan kuman endothelial menjadi hiperpermeabel dan
yang ada pada permukaan gigi dan tidak langsung hiperekspresif untuk adhesi molekul. Selain itu
dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman fibroblas menunjukkan penurunan produksi
didalam mulut menurun, sehingga dapat kolagen. Peningkatan produksi AGEs dan
mengakibatkan terjadinya lubang atau karies interaksinya dengan RAGE pada pasien DM dapat
gigi.11 menyebabkan produksi berlebih dari sitokin
Pada laporan kasus ini, pasien mengalami proinflamasi, disfungsi vaskular, dan hilangnya
periodontitis kronis. Periodontitis kronis merupakan keefektivitasan integritas jaringan dan fungsi barier.
inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan Namun, perawatan periodontal pada pasien DM
adanya migrasi epitel jungsional ke apikal dengan tetap dibutuhkan. Penelitian terdahulu menunjukkan
tanda klinis peningkatan kedalaman probing, bahwa perawatan periodontal pada pasien DM
kehilangan perlekatan, dan biasanya tidak ada rasa dapat sukses seperti perawatan periodontal pada
sakit. Pada pasien DM, kadar sitokin yang lebih orang yang tidak DM.12
tinggi akan memperparah kerusakan jaringan Diabetes mellitus bukan merupakan
periodontal. Selain itu, sistem imunitas yang rendah kontraindikasi untuk setiap tindakan perawatan
pada pasien DM mempermudah pasien untuk kedokteran gigi, misalnya tindakan operatif seperti
terkena infeksi sehingga diketahui bahwa DM dan pencabutan gigi, kuretase pada poket dan
periodontitis kronis memiliki hubungan timbal balik sebagainya. Hal ini tidak masalah bagi dokter gigi
dan saling berhubungan .5 Menurut Llambes, DM apabila penderita di bawah pengawasan dokter ahli
memperparah penyakit periodontal dan terdapat sehingga keadaanya terkontrol. Untuk setiap
hubungan signifikan diantara keduanya. Insidensi tindakan operatif ada beberapa faktor yang perlu
periodontitis kronis diketahui lebih tinggi pada diperhatikan yaitu faktor sebelum dan setelah
pasien DM dibandingkan dengan orang yang tidak tindakan operatif. Faktor sebelum operatif antara
DM. Kadar glikemik merupakan faktor risiko paling lain keadaan umum penderita, kadar gula darah
penting yang dapat memperparah periodontitis dan urin penderita, anastetikum yang akan
kronis pasien DM.12 digunakan serta tindakan asepsis. Tindakan yang
Patofisiologi dari periodontitis pada pasien perlu dilakukan setelah tindakan operatif adalah
DM ialah adanya advanced glycosylation end pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
products (AGEs) yang menjadikan pasien DM lebih infeksi, juga keadaan umum serta kadar gula darah
rentan terhadap infeksi. Studi menunjukkan bahwa dan urin.13
hiperglikemia kronis memproduksi AGEs yang Prinsip perawatan gigi dan mulut pada
dapat berikatan dengan reseptor spesifik (RAGE) penderita diabetes mellitus:
pada berbagai sel seperti fibroblas, sel endhotelial, 1. Waktu perawatan perlu dipertimbangkan
dan makrofag. Makrofag kemudian bertransformasi dengan matang untuk mencegah terjadinya
menjadi sel hiperaktif yang memproduksi sitokin gangguan pada pemberian insulin yang
pro-inflamatori seperti interleukin 1β dan 6 (IL-1 β, dilakukan secara rutin. Perawatan yang
dilakukan juga tidak boleh mengganggu waktu hal yang perlu diperhatikan pada perawatan
makan rutin yang sudah ditentukan. gigi pasien DM adalah:
2. Lakukan penanganan untuk setiap komplikasi a. Hal-hal tentang keadaan kesehatan
diabetik pada penderita diabetes melitus. pasien DM harus didiskusikan dengan
3. Tindakan operasi yang memerlukan anestesi dokter yang merawatnya.
umum sebaiknya hanya dilakukan di rumah b. Semua infeksi rongga mulut harus
sakit di bawah pengawasan ahlinya. dirawat dengan segera dengan antibiotik
Anastetikum yang digunakan untuk tindakan yang tepat.
operatif harus aman, tidak boleh meninggikan c. Kesehatan rongga mulut yang baik harus
kadar gula dalam darah. Pemakaian adrenalin dipertahankan, sehingga iritasi lokal akan
sebagai lokal anastesi masih dapat diterima hilang secara teratur, pembentukan
karena kadarnya tidak terlalu besar walaupun kalkulus berkurang dan sangat
adrenalin dapat meninggikan kadar gula diharapkan gingivitis dan penyakit
dalam darah. Procain sebagai anastesi lokal periodontal dapat dicegah.
sangat dianjurkan. d. Pasien dijadwalkan untuk perawatan di
4. Sebelum tindakan operatif sebaiknya pagi hari dan diinstruksikan untuk
penderita diberi suatu antibiotik untuk mengkonsumsi makan paginya seperti
mencegah infeksi (antibiotik profilaksis, juga biasa. Apabila perawatan melewati waktu
pemberian vitamin C dan B kompleks, dapat makan maka pasien harus diberi waktu
membantu memepercepat proses mengkonsumsi makanan/ minuman
penyembuhan serta mengurangi ringan seperti orange juice. Apabila
kemungkinan terjadinya infeksi setelah kesulitan mengunyah setelah perawatan,
perawatan. Kultur bakteri perlu dilakukan dianjurkan untuk mengkonsumsi
untuk kasus-kasus infeksi oral akut. Jika makanan lunak untuk menjaga
terjadi respon yang kurang baik dari pemasukan kalori. Pada setiap prosedur
pemberian antibiotik yang pertama, dokter gigi perawatan gigi diinstruksikan untuk tetap
dapat memebrikan lagi antibiotik yang lebih mengkonsumsi obat hipoglikemik sesuai
efektif berdasarkan uji kepekaan bakteri pada dosis yang diperuntukkan baginya. Pada
pasien. pasien dengan terapi insulin dapat
5. Tindakan perawatan gigi penderita tergantung dilakukan modifikasi dengan makan
pada pengetahuan dokter gigi tentang paginya. Pasien diinstruksikan
keadaan penyakit tersebut. Jika pasien telah mengkonsumsi makan paginya disertai
didiagnosis dan dikontrol dengan adekuat, insulin separuh dosis pagi dan separuh
maka tidak ada masalah sepanjang dokter lagi sesuadah perawatan. Minimalkan
gigi benar-benar mempertimbangkan hal-hal stres selama perawatan gigi apabila
yang dapat menghilangkan komplikasi. Hal- memungkinkan proses perawatan dibagi
menjadi beberapa kunjungan yang tidak 7. Subekti I., 2009, Buku Ajar Penyakit Dalam:
terlalu lama. Neuropati Diabetik, Jilid III, Edisi 4, Jakarta: FK
UI
e. Tindakan asepsis perlu diperhatikan
8. Little, J.W., Falace, D.A., Miller, C.S., Rhodus,
apabila kita.14 N.L. 2008. Dental Management of the Medically
Periodontitis kronis yang terjadi pada pasien Compromised Patient. Ed. Ke-7. Mosby-
Elsevier, St Louis. Hal. 212-214, 229-233.
DM dapat diatasi dengan perawatan periodontal
9. Kinane, 2001, Causation and pathogenesis of
berupa scaling dan root planing. Pembersihan plak periodontal disease, Publisher Medical, 28:(1)
mutlak dibutuhkan guna mencegah bertambah 10. Cawson. R. A, Odell. E. W. Cawson's., 2008,
Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine.
parahnya periodontitis kronis yang terjadi, 8th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone,
sehingga pengecekan rutin diperlukan8. Selain itu, Elsevier, 42, 46: (7)
11. Respati, Titi Nindya.Iwanda., 2006, Hubungan
pasien juga dapat diedukasi untuk rutin menyikat diabetes mellitus dengan karies gigi, UNDIP:
gigi dan menggunakan chlorhexidine 0,2% dua kali Semarang
12. Llambes, F., Arias-Herrera, S., Caffesse, R.,
sehari untuk mencegah timbulnya plak.15 2015, Relationship Between Diabetes and
Periodontal Infection, World J Diabetes, 6(7) :
Kesimpulan 927-935.
Pasien DM sering mengeluhkan 13. Walter B.Hall. 2003. Treatment of Gingival
Enlargement. In: William P. Lundergan. Critical
periodontitis, hal ini terkait karena AGEs Decisions in Periodontology. 4 th Ed. BC Decker
menginduksi produksi berlebih dari sitokin Inc:Hamilton London 58, 138- 40.
14. Lamey, P.J. dan Lewis, M.A.O., 2001, Oral
proinflamasi, disfungsi vaskular serta hilangnya Medicine in Practice. BDJ Publisher, London.
integritas jaringan. Perawatan gigi dan mulut pada 15. Waspadji S., 2009, Buku Ajar Penyakit Dalam:
penderita DM memerlukan perhatian atau Komplikasi Kronik Diabestes, Mekanisme
Terjadinya, Diagnosis dan Strategi Pengelolaan,
[ertimbangan khusus yang tidak menganggu waktu
Jilid III, Edisi 4, Jakarta: FK UI
pemberian insulin maupun waktu rutin yang sudah
ditentukan.

Refrensi
1. American Diabetes Association, 2017,
Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus, Danvers, p. 516-565.
2. Nandhita, K. P., Boaz, K., Srikant, N., Lewis, A.
J., Manaktala, N., 2014, Oral Epithelium in
Diabetics: A Cytomorphometric Correlation,
Dent. Hypo., 5(2):59–65.
3. Vitria., 2011, Evaluasi dan penatalaksanaan
pasien medically-compromised di tempat
praktek gigi, Dentofasial, 10: (1)
4. Fatimah, R. N., 2015, Diabetes Melitus Tipe 2,
J. Maj., 4(5):93-101.
5. PERKENI., 2011, Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia, perkeni: Jakarta
6. Depkes RI, 2005, Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Diabetes Mellitus, Jakarta, p. 7-26.

Anda mungkin juga menyukai