Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengaruh Penyakit Sistemik Diabetes Melitus pada Penyakit Periodontal


Diabetes adalah kondisi dimana terjadinya gangguan metabolisme yang
komplek sehingga menimbulkan hiperglikemia kronis. Ada tiga hal yang
menyebabkan gula tidak bisa bertransportasi dari alirann darah ke jaringan, yaitu
dengan berkurangnya produksi insulin, terganggunya aksi insulin, dan gabungan dari
keduanya. Gula yang tidak bisa diserap oleh jaringan kemudian menumpuk di dalam
darah sehingga terjadi kadar gula darah yang tingi dan berakhir pada ekskresi gula di
urin. Selain itu pada pasien juga terjadi gangguan metabolisme protein dan lipid.
Diabetes tak terkontrol atau yang juga disebut hiperglikemia kronis diikuti
dengan banyak sekali komplikasi, seperti penyakit mikrovaskular (retinopathy,
nephrophaty, atau neuropathy), penyakit makrovaskular (kondisi kardiovaskular dan
cerebrovaskular), kerentanan terkena infeksi penyakit lain, dan proses penyembuhan
luka yang buruk.
Ada dua tipe utama diabetes, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Diabetes melitus tipe 1,
atau yang juga dikenal dengan insulin-dependent diabetes mellitus, disebabkan oleh
destruksi autoimun yang dimediasi oleh sel pada sel beta yang memproduksi insuin di
islet (pulau kecil) di Langerhans pankreas sehingga menghasilkan defisiensi insulin.
Diabetes tipe ini bersifat tidak stabil dan sulit untuk dikontrol. Pasien yang menderita
biasanya harus disuntikkan insulin untuk mengontrol penyakit. Gejala diabetes klasik
seperti polyphagia, polydipsia, polyuria, serta rentan terhadap infeksi akan dialami
oleh pasien.
Diabetes melitus tipe 2, yang mana disebut juga dengan non-insulin-dependent
diabetes mellitus, disebabkan oleh resistensi periferal pada aksi insulin, gangguan
sekresi insulin, dan peningkatan produksi glukosa di hati. Sel beta yang memproduksi
insulin di pankreas tidak dirusak oleh reaksi autoimun yang dimediasi sel. Karena
resisten terhadap insulin, maka mengurangi pengurangan produksi pankreas akibat
meningkatnya permintaan. Diabetes tipe ini terjadi pada pasien obesitas, dan bisa
dikontrol dengan diet yang baik dan agen hipoglemik oral.

Manifestasi oral

Tidak semua pasien diabetes memiliki manifestasi oral. Chelosis, kekeringan


mukosal dan cracking, rasa terbakar, berkurangnya aliran saliva, dan perubahan flora
rongga mulut yang didominasi oleh candida albicans, hemolytic streptococci, dan
staphylococci, akan ditemukan pada pasien dengan diabetes tidak terkontrol.
Literatur mengatakan bahwa penyakit periodontal pada pasien dengan diabetes
tidak mengikuti suatu pola tertentu. Inflamasi gingiva yang parah, poket periodontal
yang dalam, kehilangan tulang yang terjadi dengan cepat (rapid), dan abses
periodontal umum terjadi pada pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol dan oral
hygiene yang buruk. Anak dengan diabetes tipe 1 cenderung memiliki kerusakan
disekitar molar pertama dan insisivus, namun kerusakan ini akan meluas seiring
bertambahnya usia. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa rasio kerusakan
periodontal pada pasien. Pasien yang memiliki riwayat diabetes lebih dari 10 tahun
memiliki kehilangan tumpuan periodontal yang lebih parah dibandingkan dengan
pasien yang menderita diabetes kurang dari 10 tahun, hal ini mungkin berhubungan
dengan berkurangnya integritas jaringan, yang mana terus memburuk seiring
berjalannya waktu.
Walaupun penelitian belum menemukan hubungan antara kondisi diabetik dan
kondisi periodontal, namun kebanyakan penelitian menunjukkan prevalensi penyakit
periodontal yang lebih tinggi dan lebih parah pada individu dengan diabetes
dibandingkan dengan individu tanpa diabetes walaupun dengan faktor lokal yang
sama. Temuan klinis termasuk didalamnya kehilangan perlekatan yang luas,
peningkatan bleeding on probing, dan peningkatan mobilitas gigi.
Penelitian menduga bahwa diabetes yang tidak terkontrol berhubungan dengan
kerentanan dan keparahan infeksi, tanpa terkecuali periodontitis. Kerentanan ini juga
semakin diperparah apalagi jika pasien memiliki kebiasaan buruk merokok.
Sebagaimana penyakit sistemik lain yang berhubungan dengan periodontitis, diabetes
melitus tidak menyebabkan periodontitis atau gingivitis, melainkan membuat
perubahan respon jaringan periodontal terhadap faktor lokal yang mana mempercepat
kehilangan tulang dan menunda penyembuhan pasca-bedah. Abses periodontal sering
menjadi ciri klinis penting pada penyakit periodontal pada pasien diabetes.

Bakteri Pathogen

Meningkatnya tingkat glukosa pada cairan gingiva dan aliran darah dapat
mengganggu lingkungan mikroflora, sehingga mendorong perubahan kualitatif pada
bakteri yang dapat memperparah penyakit periodontal (diteliti pada pasien dengan
diabetes yang tidak terkontrol dengan baik).
Pasien diabetes tipe 1 yang juga mengalami periodontitis dilaporkan memiliki flora
subgingiva yang didominasi Capnocytophaga, vibrio anaerobik, dan spesies
Actinomyces. Bakteri yang umum terdeteksi pada pasien tanpa diabetes seperti P.
gingivalis, Prevotella intermedia, dan Aggregatibacter actinomycetemcomitans hanya
terdapat sedikit pada pasien diabetes. Walaupun terjadinya perubahan flora pada
rongga mulut pasien dengan diabetes, namun peran masing-masing bakteri pathogen
tersebut belum diketahui secara pasti.
Fungsi Polymorhnuclear Leukocyte
Meningkatnya kerentanan pasien diabetes terhadap infeksi telah
dihipotesiskan karena akibat dari menurunnya PMN atau Polymorphonuclear
leukocyte sehingga mengganggu kemotaksis dan fagositosis defektif. Pada pasien
dengan diabtets tak terkontrol, fungsi PMN, monosit, dan makrofag terganggu,
sehingga pertahanan pertama oleh PMN terhadap patogen periodontal berkurang dan
memudahkan terjadinya proliferasi bakteri. Tidak ada perubahan immunoglobulin A,
G, atau M pada pasien dengan penyakit diabetes.
Metabolisme Kolagen yang Berubah
Hiperglikemia kronis mengganggu struktur dan fungsi kolagen sehingga
secara langsung memberikan dampak pada integritas jaringan periodontal.
Hiperglikemia kronis memberikan efek buruk pada sintesis, maturasi, dan
pemeliharaan kolagen dan matriks ekstraselular. Banyak protein dan molekul matriks
yang melewati glikosilasi nonenzimatik pada kondisi hiperglikemik, sehingga
menyebabkan penumpukan produk akhir glisasi atau AGE (accumulated glycation
end-products). Pembentukan AGE juga terjadi pada kadar glukosa normal, namun
pada kondisi hiperglikemik terjadi pembentukan yang berlebih. Akibatnya, banyak
molekul yang terdampak, seperti termasuk protein, lipid, dan karbohidrat. Kolagen
dan AGE memiliki hubungan yang bertolak belakang, yang mana membuat kolagen
sulit larut dan kecil kemungkinannya kolagen diganti atau diperbaiki secara normal.
B. Pengaruh Kebiasaan Merokok dalam Terjadinya Penyakit Periodontal

Anda mungkin juga menyukai