Anda di halaman 1dari 5

DIABETES MELITUS

A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan
kenaikan gula darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan produksi
insulin, aktivitas insulin atau keduanya. Peningkatan kadar gula darah
yang berlangsung lama pada diabetes berhubungan dengan komplikasi
jangka panjang, gangguan fungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh
(mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa diabetes
merupakan suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari
berbagai faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin.
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang
dikarakteristikkan dengan hiperglikemi yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes
Association (ADA). 2015; Soegondo, et al; 2013). Definisi lain
menguraikan, diabetes melitus adalah sindrom yang disebabkan oleh
ketidak-seimbangan antara tuntutan dan suplai insulin. Sindrom ini
ditandai oleh adanya hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Abnormalitas metabolik ini
mengarah pada perkembangan bentuk spesifik dari komplikasi ginjal,
okular, neurologik, dan kardiovaskular (Rumahorbo, H., 2012).
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif yang
dilatarbelakangi oleh resistensi insulin (Suyono, et al. 2013).
Beberapa definisi yang diuraikan oleh para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa, DM merupakan penyakit metabolik kronis yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah sebagai akibat dari
defisiensi insulin baik absolut maupun relatif yang menyebabkan
gangguan terhadap metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dan
menimbulkan berbagai keluhan hingga terjadinya komplikasi.
B. Etiologi
Etiologi dari DM yaitu: keturunan, lingkungan (infeksi, diet, toksin,
dan stres), perubahan pola hidup pada orang dengan kerentanan genetik.
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association
(ADA, 2019),dibagi dalam 4 jenis yaitu:
1. Diabetes melitus tipe 1 (DMTI)
World Health Organization (2016) menjelaskan diabetes tipe I
atau yang sebelumnya dikenal sebagai Diabetes melitus tergantung
insulin adalah defisiensi produksi insulin didalam tubuh. Individu
dengan diabetes tipe 1 membutuhkan setiap hari pemberian insulin
pengganti untuk mengatur jumlah glukosa dalam darah. Diabetes
tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak dan terjadi karena
kerusakan sel beta. Penyebab dari diabetes melitus tipe 1 ini
menurut Purwanto tahun 2016 yaitu:
a. Faktor genetik/ herediter: faktor ini meyebabkan munculya
diabetes melitus melalui hasil reaksi autoimun terhadap
protein sel pulau pankreas atau kerentanan sel-sel beta
terhadap penghancuran virus atau mempermudah.
perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi
mengarah pada penghancuran sel-sel beta. Pada saat
diagnosis DM tipe 1 ditegakkan lebih dari 80% sel beta
telah dihancurkan.
b. Faktor infensi virus: berupa infeksi virus coxakie dan
gondogen yang merupakan pemicu yang menentukan
proses autoimun pada individu yang peka secara genetik
2. Diabetes melitus tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes
Mellitus/NIDDM Pada penderita DM tipe ini terjadi
hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa glukosa masuk
ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin
(reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih
tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin.
Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin
pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga
sel beta pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya
glukosa. Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan karena itu
gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi insulin yang terjadi
perlahan-lahan akan mengakibatkan sensitivitas reseptor akan
glukosa berkurang. DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi
komplikasi (Purwanto, 2016).
3. Diabetes melitus gestasional komplikasi perinatal. Penderita DM
gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang
menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. DM
tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa
didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada
trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan
meningkatnya.
4. Diabetes melitus tipe lain, diabetes tipe ini disebabkan karena
penyebab lain, yaitu salah satunya diabetes monogenik atau
diabetes neonatus dan Maturity onset diabatesof young (MODY)
yang merupakan kelainan pada sel beta pankreas karena adanya
defek genetik. Kemudian, penyakit pankreas seperti pancreatitis
dan Kanker pankreas. Diabetes yang diinduksi obat atau bahan
kimia seperti penggunaan glukokortikoid, pengobatan HIV/AIDS
dan transplantasi organ (American Diabetes Association, 2022).
C. Patofisiologi
Semua tipe diabetes melitus, sebab utamanya adalah hiperglikemi atau
tingginya gula darah dalam bentuk yang disebabkan sekresi insulin, kerja
dari insulin atau keduanya (Ignativicius & Workman, 2006).
Menurut ADA (2012) Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 (tiga)
jalan, yaitu:
1. Rusak nya sel ẞ pankreas. Rusaknya sel beta ini dapat disebabkan
oleh genetik, imonulogis, atau dari lingkungan seperti virus.
Karakteristik ini biasanya terdapat pada diabetes melitus tipe 1.
2. Penurunan reseptor glukosa pada kalenjer pankreas.
3. Kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.

Diabetes melitus mengalami defisiensi insulin menyebabkan glukagon


meningkat sehingga terjadi pemecahan gula baru (glukoneogenesis) yang
menyebabkan metabolisme lemak meningkat kemudian terjadinya proses
pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton di dalam
plasma akan menyebabkan ketonuria (keton dalam urin) dan kadar natrium
menurun serta PH serum menurun yang menyebabkan asidosis.
Defisiensi insulin ini menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel
menjadi menurun sehingga kadar glukosa darah dalam plasma tinggi
(hiperglikemia). Jika hiperglekemianya parah dan melebihi ambang ginjal
maka timbul glukosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan dieuresis
osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa
haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi. Glikosuria ini menyebabkan
keseimbangan keseimbangan kalori negatif sehingga menimbulkan lapar
(polifagi). Penggunaan glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi
metabolisme energi menjadi menurun sehingga tubuh menjadi lemah
(Price, 2000).
D.
DAFTAR PUSTAKA

Imelda, F., Santosa, H., & Tarigan, M. (2022). Pengelolaan Asuhan Keperawatan
Di Komunitas Dengan Kasus Diabetes Melitus, Kolestrol Dan Asam Urat.
Bandung: Media Sains Indonesia.

Nadrati, B., & Supriatna, L. D. (2021). Buerger Allen Exercise dan Ankle
Brachial Indeks (ABI) Pada Penyandang Diabetes Melitus. Penerbit NEM.

Rahmi, E., & Pahriyani, A. (2021). Modul Pembelajaran Patofisiologi dan


Patologi Klinik. Bandung: Media Sains Indonesia.

Riamah. (2022). Perilaku Kesehatan Pasien Diabetes Melitus. Penerbit NEM.

Setiawan, M. (2021). Sistem Endokrin & Diabetes Melitus. Malang: UMMPress.

Anda mungkin juga menyukai