Anda di halaman 1dari 8

I.

Gangguan Kepribadian Kelompok A


A. Gangguan Kepribadian Paranoid
Individu yang memiliki kepribadian paranoid dalam DSM – IV ditandai dengan
ketidakpercayaan terhadap oranglain dan menganggap oranglain memiliki motif
tersembunyi dan ditafsirkan sebagai orang yang jahat. Orang yang mengalami gangguan
kepribadian paranoid memiliki gejala seperti, cenderung menyalahkan orang lain tanpa
dasar, ragu akan kepercayaan terhadap orang lain, memiliki sifat pendendam, dan masih
banyak lagi. Untuk mengobati 6 kepribadian paranoid seseorang dapat menggunakan
terapi (CBT) Chognitive Behavioral Therapy.
Contoh Kasus :
Seorang pensiunan pengusaha berusia 85 tahun diwawancarai seorang pekerja sosial
untul menetukan kebutuhan perawatan kesehatan bagi dirinya dan istrinya yang sakit dan
lemah. Pria ini tidak memiliki sejarah penanganan gangguan mental. la terlihat sehat dan
waspada secara mental. la dan istrinya telah menikah selama 60 tahun, dan tampak bahwa
istrinya merupakan satu-satunya orang yang benar-benar ia percaya. Dia selalu curiga
pada orang lain. Ia tidak akan mengungkapkan informasi pribadi pada siapapun kecuali
pada istrinya, yakin bahwa orang lain akan mengambil keuntungan darinya. Ia menolak
tawaran bantuan dari kenalannya karena ia curiga dengan mereka. Saat menerima telepon
ia akan menolak menyebutkan namanya sampai ia tahu maksud si penelepon. la selalu
melibatkan dirinya dalam "pekerjaan yang berguna untuk mengisi waktunya, bahkan
selama 20tahun masa pensiunnya. la meluangkan waktu yang cukup banyak untuk
memonitor investasinya dan pernah bertengkar dengan pialangnya saat terjadi kesalahan
dalam rekening bulanannya, yang membuatnya curiga bahwa pialangnya tersebut
berusaha menutupi transaksi yang curang. (Diadaptasi dari Spitzer dkk, 1994, hal. 211-
213).
B. Gangguan Kepribadian Skizoid
Individu yang mengalami skizoid dalam DSM – IV memiliki kecenderung tidak
menginginkan adanya interaksi sosial dan hubungan intim serta memiliki sifat acuh
terhadap suatu hubungan, mereka lebih nyaman menghabiskan waktu sendiri. Seorang
individu dengan gangguan skizoid lebih suka menghabiskan waktu sendiri dibandingkan
dengan oranglain, mereka sering tampak terisolasi secara sosial dan lebih memilih untuk
menjadi penyendiri. Gangguan ini dapat diobati dengan cara intervensi atau mengubah
prilaku penderita dengan cara diberikan kegiatan untuk bersosialisasi, menghindari
pengisolasian, memberikan peran dalam kelompok, dan meningkatkan fungsi didalam
masyarakat.
Contoh kasus :
John seorang pensiunan berusia 50 tahun, mencari penanganan selama beberapa
minggu setelah anjingnya tertabrak dan mati. John merasa sedih dan lelah, la menjadi
sulit berkonssentrasi dan sulit tidur. la tinggal sendiri dan lebih senang sendirian,
membatasi kontak dengan orang lain dan hanya mengatakan "halo" dan "apa kabar?"
sambil terus berlalu. la merasa percakapan sosial hanya membuang- buang waktu dan
merasa canggung bila ada orang lain yang mencoba membina persahabatan dengannya.
Meski ia hobi membaca surat kabar dan tetap mengikuti perkembangan dari peristiwa
terkini, ia tidak memiliki minat yang nyata terhadap manusia. la bekerja sebagai penjaga
keamanan dan digambarkan rekan kerjanya sebagai "penyendiri" dan "ikan yang dingin".
Satu-satunya hubungan yang ia miliki adalah dengan anjingnya, kerena ia merasa dapat
berbagi perasaan yang lebih sensitif dan lebih hangat daripada ia berbagi dengan orang
lain. Saat natal ia akan bertukar kado dengan anjingnya, membeli hadiah untuk anjingnya
dan membungkus sebotol scoth untuk dirinya sendiri sebagai hadiah dari binatang
tersebut. Satu- satunya peristiwa yang membuatnya sedih adalah saat ia kehilangan
anjingnya. Sebaliknya, kehilangan orang tua nya tidak mampu membangkitkan suatu
respon emosional. la merasa dirinya berbeda dari orang lain dan bingung dengan adanya
emosionalitas yang ia lihat pada orang lain.
C. Gangguan Kepribadian Skizotipal
Skizotipal adalah gangguan kepribadian dimana individu dengan kecenderungan
memiliki pola fikir yang khas sehingga dapat merusak komunikasi dan interaksi yang
tengah berlangsung. Skizotipal dalam DSM – IV dapat digolongkan menjadi 4 kriteria
yaitu; kategori pertama, memiliki sifat paranoid dan cenderung mencurigai orang lain,
kategori ke dua adalah referensi ide, dimana mereka menganggap kejadian yang ada
disekitar berkaitan langsung dengannya, kategori ketiga adalah magical think and odd
beliefs, dimana individu mempercayai suatu keyakinan terhadap sihir dan hal yang aneh,
kategori ke empat yaitu orang yang memiliki halusinasi. Dalam DSM – IV skizotipal
memiliki beberapa tanda seperti; tidak dapat menikmati hubungan dekat, selalu berselisih
pendapat, hanya memiliki sedikit ketertarikan dengan pengalaman seksual, tidak
memiliki teman dekat, dan tidak mempedulikan kritikan dan pujian dari orang lain.
Contoh kasus :
Jonathan, meklanik mobil berusia 27 tahun. Memiliki sedikit teman dan lebih
memilih membaca novel fiksi ilmiah daripada bersosialisasi dengan orang lain. Ia jarang
bergabung dan bercakap-cakap dengan orang lain. Suatu saat, ia tampak seperti hanyut
dalam pikirannya sendiri, dan rekan kerjanya harus bersiul untuk mendapatkan
perhatiannya saat ia sedang mengerjakan sebuah mobil ia sering menunjukkan ekspresi
ganjil diwajahnya. Mungkin ciri perilaku yang paling tidak umum adalah ia melaporkan
pengalaman yang dating sewaktu-waktu dan perasaan bahwa almarhum ibunya berdiri di
dekatnya. Ilusi ini menenangkan baginya, dan ia menantikan terjadi peristiwa itu. la
menyadari hal itu tidak nyata. Ia tidak pernah mencoba menyentuh roh tersebut,
mengetahui bahwa roh itu akan menghilang begitu ia mendekat.
II. Gangguan Kepribadian Kelompok B
A. Gangguan Kepribadian Antisosial
Individu dengan kecenderungan antisosial dan psikopati merupakan individu yang
tidak memperhatikan hak orang lain. Dalam DSM – IV dijelaskan ada beberapa
karakteristik gangguan kepribadian antisosial seperti terus menerus melanggar hukum,
agresi, sering berbohong, tidak peduli pada keselamatan orang lain dan diri sendiri,
kurang memiliki rasa penyesalan atas tindakannya, dan masih banyak lagi.
Contoh kasus :
Jeffrey Dahmer Lionel, lahir pada tanggal 21 Mei 1960. Ia merupakan pembunuh
berantai yang membunuh laki-laki. Pembunuhan tersebut dia lakukan melibatkan
pemerkosaan, mutilasi, necrophilia atau berhubungan seks dengan mayat, dan juga
kanibalsme. Sekitar setengah dari tahanan yang dapat didiagnosis dengan gangguan
kepribadian antisosial (Robins dkk, 1991). Sebaliknya, kurang dari setengah orang
dengan gangguan kepribadian antisosial yang melanggar hukum (Robins dkk, 1991).
B. Gangguan Kepribadian Ambang (Bordeline)
Individu dengan gangguan kepribadian ambang (Borderline Personality Disorder)
memiliki kecenderungan tidak stabil dalam berhubungan dan juga mood. Dalam DSM –
IV kepribadian ambang memiliki beberapa tanda seperti; memiliki hubungan yang tidak
stabil, gangguan identitas, mood yang mudah berubah – ubah, karena itu individu
dengan kepribadian ambang memiliki kecenderungan mudah depresi.
Contoh kasus :
Seorang artis papan atas dunia berinisial Lindsay Lohan. Seorang teman dekat
Lindsay Lohan mengatakan Lindsay Lohan pernah mengalami krisis emosional di NYC:
Lohan tiba-tiba berteriak bahwa dia hanya ingin mengakhiri semua permasalahan yang
ada pada dirinya dan pernah mencoba untuk bunuh diri. Lohan mengambil pisau dan
mulai mengiris pergelangan tangannya, namun berhasil di hentikan. Lohan berlari ke
kamar mandi dengan sebotol obat sakit kepala (Advil). Sambil menangis ia mengatakan
untuk meninggalkan dirinya dan mengatakan bahwa dirinya ingin mati. Lohan mengunci
diri di kamar mandi dan mengancam untuk menelan seluruh isi botol Advil tersebut.
Suatu malam Lohan bertengkar dengan sahabatnya di dalam mobil, Lohan kemudian
mengebut dan kehilangan kendali sehingga mengalami kecelakaan. (Arieanna, 2007).
Memang benar, seperti yang dinyatakan dalam pernyataan publik Lohan, bahwa
ketergantungan alkohol dan obat-obatan terlarang adalah penyakit. Perilaku semacam itu
mungkin mencerminkan seperti gangguan kepribadian ambang atau gangguan
kepribadian antisosial. Mereka yang memiliki gangguan kepribadian ambang
menginginkan perhatian, memiliki hubungan interpersonal yang intens dan tidak stabil
dan berulang kali dapat berteriak meminta pertolongan, untuk memanipulasi perhatian
dan perasaan orang lain (Ablow, 2010).
C. Gangguan Kepribadian Histronik
Gangguan kepribadian historik merupakan kepribadian dimana seorang individu
menjadi terlalu dramatis dan mencari perhatian, dalam DSM – IV juga dipaparkan
individu dengan kecenderungan historik akan memiliki sifat yang emosional. Gangguan
kepribadian histronik memiliki beberapa karakteristik seperti tidak nyaman ketika dia
tidak menjadi pusat perhatian, memiliki sifat provokatif dalam berhubungan seksual,
emosi yang mudah berubah, menggunakan fisik untuk menarik perhatian, dan lainnya.
Contoh kasus :
Salah satu contoh kasus mengenai gangguan kepribadian histrionik yang sedang
ramai adalah kasus aktris Amber Heard. Dalam persidangan kasus KDRT antara Heard
dengan Johnny Depp, seorang psikolog yang disewa tim hukum Depp, Shannon Curry,
mengatakan bahwa Heard menderita gangguan kepribadian ambang (borderline
personality disorder) dan gangguan kepribadian histrionik (histrionic personality
disorder). Namun, disini kita akan memfokuskan pada gangguan kepribadian
histrioniknya saja. Orang dengan penderita HPD ini, seperti yang telah disebutkan
diatas, akan menghalalkan segala cara untuk menarik perhatian karena mereka memiliki
kebutuhan ekstrim akan perhatian. Dalam hubungan mereka dengan orang lain, mereka
mungkin berusaha untuk mengontrol pasangan dengan memanipulasi emosional dan
menampilkan ketergantungan pada tingkat yang lain. Pada kasus yang berbuntut panjang
ini, seperti yang dikatakan Curry, Heard cenderung menjadi reaktif, dramatis, tidak
menentu, dan tidak dapat diprediksi sebagai akibat dari kombinasi HPD dan BPD. 
D. Gangguan Kepribadian Narsistik
Gangguan kepribadian narsistik adalah pola kebesaran, kebutuhan akan kekaguman,
dan kurangnya empati. Orang dengan gangguan ini memiliki rasa bangga atau keyakinan
yang berlebih terhadap diri mereka sendiri dan adanya kebutuhan yang ekstrem akan
pemujaan. Individu dengan gangguan kepribadian narsistik percaya bahwa mereka
superior, spesial, atau unik dan mengharapkan orang lain untuk mengenali mereka
seperti itu. Mereka juga sering disibukkan dengan fantasi kesuksesan tak terbatas,
kekuatan, kecemerlangan, keindahan, atau cinta yang ideal. Gangguan ini hampir sama
dengan gangguan kepribadian histrionik namun orang dengan kepribadian narsistik lebih
membanggakan diri sendiri dan kurang dramatisir dibanding dengan kepribadian
histrionik.
Contoh kasus :
Contoh kasus gangguan kepribadian narsistik adalah Gary Ridgway yang
membunuh lebih dari 70 wanita karena dia merasa berhak untuk berhubungan seks
dengan mereka dengan cara apapun yang dia inginkan sebelum menunjukkan kurangnya
empati untuk membuang mayat mereka di sekitar Seattle berkali-kali sampai akhirnya
tertangkap.
III. Gangguan Kepribadian Kelompok C
A. Gangguan Kepribadian Menghindar (Avoidant)
Gangguan kepribadian menghindar dalam DSM - IV diartikan sebagai individu yang
memiliki kecenderungan dimana individu takut akan suatu kritikan, penolakan dari
orang lain sehingga lebih memilih untuk tidak memiliki hubungan, 8 kecuali ketika
merasa benar – benar yakin. Individu dengan kecenderungan menghindar akan
menghindari pekerjaan yang mengharuskan kontak interpersonal.
Contoh kasus :
Lala, seorang pustakawan 35 tahun, relatif hidup terisolasi dan tidak punya sahabat.
Sejak kecil, ia sangat pemalu dan telah menarik diri dari hubungan dekat dengan orang
lain untuk menjaga dari perasaan terluka atau dikritik. Dua tahun sebelum dia masuk
terapi, ia punya waktu tertentu untuk pergi ke pesta dengan kenalan yang ia temui
diperpustakaan. Saat mereka tiba di pesta, Lala merasa sangat tidak nyaman karena dia
tidak pernah memakai pakaian pesta. Dia terburu-buru pergi dan menolak untuk
melihatnya kenalan lagi.
Pada sesi pengobatan awal, dia duduk diam cukup lama, ia terlalu sulit untuk berbicara
tentang dirinya sendiri. Setelah beberapa sesi, dia tumbuh untuk mempercayai
terapisnya. Dia terkait insiden ditahun awal dimana ia telah "hancur" oleh perilaku
alkoholis ayahnya yang menjengkelkan di depan umum. Meskipun ia telah mencoba
untuk menjaga tentang masalah keluarganya dari teman-teman sekolahnya, namun sudah
tidak mungkin maka dia membatasi persahabatannya, untuk melindungi diri dari
kemungkinan malu atau kritikan. Ketika Lala pertama kali memulai terapi, ia
menghindari diri untuk bertemu orang yang bisa dipastikan bahwa mereka "seperti dia.
B. Gangguan Kepribadian Obsesif
Orang dengan gangguan kepribadian obsesif cenderung perfeksionis, dan cenderung
fokus pada detil, sehingga dapat menghambat proses kerja dan terhambatnya suatu
proyek. Dalam DSM – IV orang yang memiliki gangguan kepribadian obsesif memiliki
ciri seperti sibuk dengan detil, menunjukan perfeksionisme, berlebihan ketika
mengerjakan suatu pelerjaan, tidak adpat mengabaikan obyek yang mengganggu, dan
lainnya. Dalam menilai seseorang tidak boleh mencakup prilaku yang mencerminkan
kebiasaan, yang secara budaya tidak menjadi masalah ditempat budaya tersebut, dan
masyarakat tersebut tidak diidentifikasi sebagai orang yang mengalami kepribadian
obsesif tersebut.
Contoh kasus :
VIVAnews – Lauren Walsh, wanita berusia 21 tahun selalu menghabiskan banyak
waktu untuk mencuci tangan berjam-jam. Jika dihitung-hitung, ia bisa menghabiskan 10
jam sehari di kamar mandi, seperti dikutip dari DailyMirror. Lauren juga selalu merasa
takut karena dia berpikir setiap inchi tubuhnya dihinggapi bakteri, sehingga dia harus
mandi lagi dalam waktu lama untuk membersihkannya. Lauren terus menerus mencuci
tangan. Tidak hanya di rumah, bahkan juga di sekolah. Penderitaan Lauren membuat dia
sulit bersosialisasi dengan teman-teman sekolah.
Kamar tidurnya penuh dengan catatan karena Lauren merasa terdorong untuk terus
menulis. “Aku punya catatan untuk diingat kembali ketika saya berumur 12 tahun.
“Keluar dari tempat tidur memakan waktu 20 menit setiap pagi karena saya harus
berbalik sampai saya berada di sudut kanan. Jika tidak merasa benar, saya ulangi sampai
hal itu benar.” Setelah itu, dia akan memastikan tempat tidur selalu dalam keadaan
sempurna tanpa ada kain yang kusut. Dia harus mencuci sarung bantal setiap hari dan
seprai setidaknya tiga kali seminggu.
“Di kamar mandi aku menggunakan sabun yang berbeda dan lotion untuk bagian
tubuh yang berbeda, dimulai di bagian atas dan bekerja dengan cara ke bawah.
Dibutuhkan waktu dua jam setiap kali mandi,” kata Lauren. Untuk menggunakan toilet,
dia harus menyekanya dulu kemudian duduk dengan cara yang benar. Lalu, dia akan
selalu merobek lembar pertama kertas toilet karena takut telah tersentuh orang lain.
Kemudian dia akan merobek tisu sebanyak 12 lembar untuk selanjutnya dilipat dengan
cara tertentu sebelum dipakai. Untuk sekadar bangun dari toilet pun, dia masih harus
memutar sampai benar-benar merasa nyaman.
“Saya harus berjalan lurus sempurna dan setiap langkah harus merasa benar di kaki.
Jika tidak, saya harus mulai dari awal lagi. Jadi, saya akan berada di sana selama
berjam-jam.”
C. Gangguan Kepribadian Dependen
Gangguan kepribadian dependen dalam DSM – IV adalah kepribadian dimana orang
yang mengalami gangguan tersebut akan sulit menentukan suatu pilihan dan cenderung
mengandalkan orang lain secara berlebihan untuk menentukan suatu pilihan. Tanda dari
gangguan kepribadian dependen dapat terlihat sejak awal kedewasaan (Idham, 2017).
Seorang yang mengalami kepribadian dependen cenderung bergantung kepada orang
lain karena hal tersebut sudah menjadi hal yang biasa dan menjadi suatu kebiasaan
(behaviours), untuk mengandalkan orang lain sehingga persepsi pada diri sendiri
menjadi tidak bekerja. Karena ketakukannya akan kehilangan suatu dukungan orang
yang mengalami kepribadian dependen akan kesulitan untuk mengutarakan pendapatnya
tanpa orang lain, selain itu penderita akan kesulitan untuk memilai suatu pekerjaan 9
secara mandiri dan cenderung berfikir bahwa penderita tetap memerlukan bantuan orang
lain untuk memulai suatu tugas, penderita akan menunggu orang lain unutk memulai
suatu pekerjaan karena pola fikir yang beranggapan orang lain lebih baik dibandingkan
dengan dirinya seperti yang tertulis dalam DSM - IV. Gangguan kepribadian dependen
memiliki beberapa tanda seperti; sulit membuat suatu keputusan dalam aktifitas sehari –
hari, membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab dalam memutuskan
suatu keputusan, takut memberikan pendapat karena hal tersebut dapat membuat
oranglain tidak senang, merasa dirinya sebagai individu yang lemah sehingga
membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab tersebut. Seseorang yang
memiliki kepribadian dependen akan mudah dipengaruhi oleh orang lain sehingga
cenderung mudah dimanfaatkan, karena individu dengan kepribadian dependen memiliki
ketakutan berlebihan akan ditinggalkan oleh orang yang dia sayang karena perbedaan
pendapat, maka mereka akan memilih diam dan menuruti keinginan dari pasangannya,
hal ini juga dapat menimbulkan pertentangan antara keinginan dan kebutuhan individu
tersebut. Kepribadian dependen dapat berawal dari beberapa hal seperti; pola asuh
orangtua, lingkungan, kondisi psikologis, dan ekonomi (Idham, 2017). Hal pertama yang
mempengaruhi kepribadian adalah orangtua, karena anak akan meniru prilaku
orangtuanya (Ahmadi dan Sholeh, 2005). Oleh sebab itu pola asuh yang diberikan
orangtua kepada anaknya merupakan kunci dari pembentukan kepribadian anak ketika
dewasa.
Contoh kasus :
Matthew (berusia 34 tahun) pria lajang yang tinggal bersama ibunya dan bekerja
sebagai akuntan. Dia telah mendapatkan treatment karena merasa kesedihannya yang
teramat dalam setelah hubungannya berakhir dengan kekasihnya. Ibunya tidak
menyetujui rencana pernihakannya, dengan berpura-pura memberikan alasan bahwa
wanita tersebut memiliki keyakinan yang berbeda. Matthew merasa terjebak dan merasa
dipaksa untuk memilih antara ibu dan kekasinya, dan sejak “blood is thicker than water”
(keluarga lebih penting daripada orang lain), dia memutuskan untuk tidak menentang
keinginan ibunya. Meskipun demikian, dia sangat marah kepada dirinya sendiri dan
kepada ibunya, dan percaya bahwa ibunya tidak akan pernah mengijinkannya menikah
dan sangat posesif kepada dirinya. Ibunya “wore the pants in the family” (sangat kuat
dalam keluarganya) dan sangat berkuasa untuk medapatkan apa yang ia inginkan.
Matthew mengkhawatirkan ibunya dan mengganggap dirinya adalah seorang yang
lemah, namun juga mengagumi ibunya dan menghargai keputusan ibunya. – “maybe
Carol wasn’t right for me after all” . Matthew membalikkan rasa kekesalannya dan sikap
“a mother knows best” (seorang ibu tahu apa yang terbaik). Dia merasa bahwa
keputusannya sangat menyedihkan.
Posisi Matthew di kantornya berada di tingkat dibawah apa yang diharapkan dari
bakat dan tingkat pendidikannya. Beberapa kali Matthew menolak suatu posisi atau
pekerjaan untuk meghindari tanggung jawab dan tuntutan pengambilan keputusan.

DAFTAR PUSTAKA
Budiarti, M., Krisnani, H., & Deraputri, G. N. (n.d.). Gangguan Kepribadian Antisosial Pada
Narapidana. Social Work Jurnal, 7, 1 - 79.
Lusiana, V. (2015, Juni 24). Gangguan Kepribadian Dependen. Diambil kembali dari
Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/vinalusiana/5528bd806ea834fe248b4586/gangguan-
kepribadian-dependen
Mardatila, A. (2022, Oktober 19). Contoh Kasus Gangguan Kepribadian Narsistik Beserta
Penjelasannya. Diambil kembali dari Merdeka.com:
https://www.merdeka.com/sumut/contoh-kasus-gangguan-kepribadian-narsistik-beserta-
penjelasannya-kln.html
Nurhadi. (Eds). (2022). Aktris Amber Heard Didiagnosis Histrionik, Begini Penjelasan dan
Gejalanya.  Diambil pada 10 Juni 2022 dari https://gaya.tempo.co/read/1587338/aktris-
amber-heard-didiagnosis-histrionik-begini-penjelasan-dan-gejalanya
Sari, A. R. (2022). Aktris Amber Heard Didiagnosis Histrionik, Begini Penjelasan dan
Gejalanya. Diambil pada 10 Juni 2022 dari https://gaya.tempo.co/read/1587338/aktris-
amber-heard-didiagnosis-histrionik-begini-penjelasan-dan-gejalanya/full&view=ok 

Kaplan & Sadok. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara medlineplus dan
mayoclinic

Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., & Greene, Beverly. 2005. Psikologi Abnormal jilid 1.
Jakarata : Erlangga

Henrikus Dwi P. 2018. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kecenderungan


Kepribadian Ambang. Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
938e47c2a192a0307da3ea4a440721df.pdf

Pati, W. C. (2022). Pengantar Psikologi Abnormal. Pekalongan: Nasya Expanding Management.

Anda mungkin juga menyukai