Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita semua memiliki gaya berperilaku dan cara tertentu dalam berhubungan dengan
orang lain. Beberapa dari kita adalah tipe teratur, yang lain ceroboh. Beberapa dari kita lebih
memilih mengerjakan tugas sendiri, yang lain lebih sosial. Beberapa dari kita tipe pengikut ,
yang lain pemimpin. Beberapa dari kita terlihat kebal terhadap penolakan dari orang lain,
sementara yang lain menghindari insiatif sosial karena takut dikecewakan. Saat pola perilaku
menjadi begitu tidak fleksibel atau maladaptif sehingga dapat menyebabkan distress personal
yang signifikan atau mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan, maka pola perilaku tersebut
dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian.
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku yang
membuat individu memiliki karakteristik tertentu untuk menghadapi kehidupan sehari-hari.
Kepribadian individu relatif stabil dan kemungkinan orang lain untuk memprediksi pola pikir
atau tindakan yang akan diambilnya.
Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya
menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang
lama. Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta menganggu fungsi kehidupannya sehari-
hari.
Kepribadian adalah suatu gaya perilaku yang menetap dan secara khas dapat dikenali
pada setiap individu. Gangguan kepribadian merupakan suatu ciri kepribadian yang menetap,
kronis, dapat terjadi pada hampir semua keadaan, menyimpang secara jelas dari norma-norma
budaya, dan maladaptive serta menyebabkan fungsi kehidupan yang buruk.
Gangguan-gangguan kepribadian atau watak pada hakikatnya harus dibedakan dari
gangguan-gangguan mental lain karena gangguan ini disebabkan oleh kekurangan pada
struktur kepribadian dan bukan pada fungsinya. Pada umumnya, cacat struktural itu adalah
pola tingkah laku tidak mampu menyesuaikan diri yang berlangsung lama dan cirinya ialah
memperlihatkan gangguan tingkah laku itu sendiri dan bukan pengalaman kecemasan
subjektif atau perkembangan simtom-simtom mental atau emosional seperti yang terdapat
pada gangguan-gangguan lain.

1
Terdapat banyak jenis gangguan kepribadian yang dapat menyerang mental
seseorang. Gangguan kepribadian dibedakan dalam tiga tipe yaitu tipe A, B dan C. Dalam
makalah ini penulis ingin membahas mengenai salah satu gangguan kepribadian pada tipe A
yaitu gangguan kepribadian paranoid. Paranoid adalah penyakit mental di mana seseorang
meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu gangguan kepribadian paranoid
2. Mengetahui penyebab terjadinya paranoid
3. Membahas contoh kasus mengenai paranoid
4. Mengetahui cara treatmen gangguan kepribadian paranoid

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Paranoid
Sunaryo (2004), mengatakan bahwa paranoid adalah bentuk gangguan kepribadian
dengan sifat curiga yang berlebihan. Kemudian Wade dan Travis (2008), menjelaskan bahwa
paranoid adalah gangguan yang ditandai dengan timbulnya rasa curiga dan rasa tidak percaya
yang berlebihan, serta perasaan irasional mendapat ancaman dari orang lain.
Selanjutnya Sipayung (2010), mendefinisikan paranoid sebagai penyakit mental dimana
seseorang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya atau sebagai gangguan
mental yang ditandai dengan kecurigaan yang tidak rasional atau logis.
Menurut Halgin dan Whitbourne (2011), mengatakan bahwa orang dengan gangguan
kepribadian paranoid (paranoid personality disorder) begitu curiga terhadap orang lain dan
selalu berjaga-jaga terhadap kemungkinan bahaya atau kejahatan.
Berdasarkan uraian diatas paranoid dapat diartikan sebagai gangguan kepribadian dimana
individu selalu merasa curiga, tidak aman dan tidak dapat percaya dengan orain lain yang
berlebihan.
Individu yang didiagnosis dalam gangguan kepribadian ini akan dipenuhi keraguan yang
tidak beralasan terhadap kesetiaan orang lain dan akan selalu mencurigainya. Gangguan
kepribadian ini paling banyak terjadi pada laki-laki dan sebagian besar dialami bersamaan
dengan gangguan kepribadian Schizotypal, borderline dan menghindar (Berntein, 1993;
Morey, 1988). Prevalensinya berkisar 2 persen (Torgersen, Kringlen, & Cramer, 2001).
Beberapa penelitian mengenai sejarah keluarga menunjukkan bahwa paranoid
personality disorder sedikit lebih umum dalam keluarga dengan orang-orang yang mengalami
skizofrenia dibandingkan dengan keluarga dengan orang-orang yang sehat.Dalam
Wiramihardja (2010) ahli teori psikoanalisa berpendapat bahwa paranoid personality disorder
adalah hasil dari kebutuhan orang-orang yang menolak perasaan yang sebenarnya dan
memproyeksikan perasaan tersebut kedalam diri orang lain (Freud, 1958; Shapiro, 1965).

3
B. Karakteristik Paranoid
Halgin dan Whitbourne (2011), mengungkapkan beberapa karakteristik gangguan
kepribadian paranoid:
1. Kecurigaan yang tidak beralasan bahwa orang lain memanfaatkan, mencelakai, atau
membohongi mereka
2. Tenggelam dalam keraguan yang tidak beralasan tentang kesetiaan atau loyalitas orang lain
3. Keengganan untuk menceritakan rahasianya pada orang lain karena takut bahwa informasi
tersebut akan digunakan untuk melawan mereka
4. Kecenderungan untuk membaca hal yang tersembunyi atau hal yang mengancam dari
penilaian atau peristiwa yang tidak berbahaya
5. Kecenderungan untuk memendam dendam
6. Persepsi mengenai serangan pribadi yang tidak muncul pada orang lain dan kecenderungan
bereaksi dengan alasan serangan yang besar
7. Kecurigaan terus-menerus yang tidak beralasan tentang kesetiaan suami/istri atau partner
seksual

C. Apakah Penyebab Gangguan Kepribadian Paranoid?


Beberapa berpendapat bahwa faktor penyebab gangguan kepribadian paranoid berasal
dari faktor genetis, yaitu transmisigenetikparsial yang dapat menghubungkan pada gangguan
skizofrenia, namun hasil pemeriksaan dari masalah ini tidak konsisten.Transmisigenetik
mungkin terjadi melalui heritabilitas tingkat tinggi antagonisme (keramahan rendah) dan
neurotisisme (marah-permusuhan) yang merupakan salah satu ciri utama dalam gangguan
kepribadian paranoid. Selain itu juga terdapat faktor penyebab psikososial yang diduga
berperan dalam terjadinya gangguan kepribadian paranoid, diantaranya adalah kelalaian
orang tua atau pelecehan dan orang dewasa yang memperlihatkan kekerasan,meskipun setiap
hubungan antara pengalaman buruk diawal kehidupan seseorang dan gangguan kepribadian
paranoid ketika dewasa mungkin memainkan peran untuk gangguan lain juga.

4
D. Bagaimana Pandangan Teori-teori Psikologi Terhadap Gangguan Kepribadian
Paranoid?
Gangguan kepribadian paranoid pertama kali dijelaskan oleh Adolf Meyer pada awal
abad kedua puluh. Formulasi awal dari gangguan ini datang dari perspektif psikoanalisis,yang
menekankan mekanisme pertahanan reaksi formasi dan proyeksi.Beberapa peneliti memiliki
hipotesis bahwa gangguan kepribadian paranoid terletak dalam spektrum skizofrenia dan
merupakan produk dari kecenderungan genetik umum. Sebuah model perilaku telah
diusulkan di mana kecurigaan dan ketidakpercayaan yang dipelajari, yang mengarah
kepenarikan sosial, pengujian lain, dan kecurigaan.
Dalam perspektif psikoanalisis, Freud menjelaskan perkembangan
gangguan kepribadian paranoid atas dasar mekanisme pertahanan,proyeksi dan reaksi
formasi. MenurutFreud setiap manusia memiliki dorongan homoseksual yang tidak dapat
diterima yangditolak oleh pikiran sadar, dorongan ini kemudian memunculkan kebencian dan
permusuhan yang juga tidak dapat diterima oleh pikiran sadar. Ini adalah emosi kebalikan
dari kebencian dan permusuhan yang diproyeksikan pada motivasi orang lain.
Freud mendasarkan pandangan ini pada teori gangguan kepribadian paranoid atas
dasar analisis otobiografi Daniel Schreber yang berprofesi sebagai seorang hakim, yang
mengembangkan skizofrenia paranoid pada usia 42 sampai ia meninggal pada usia 69.
Freud menafsirkan delusi Schreber sebagai manifestasi dari paranoid yang disebabkan oleh
homoseksualitas yang ditolak atau disangkal. Freud menggunakan tulisan Schreber untuk
merumuskan teori paranoid.Landasan paranoid ini adalah represi homoseksualitas yang
mengambil bentuk lain sehingga Schreber tidak akan mengenali keinginan sendiri.Freud
percaya Schreber mentransfer cintanya untuk ayah dan saudaranya menjadi untuk Flechsig
dan Tuhan.Freud menafsirkan keinginan Schreber untuk menjadi seorang wanita sebagai
pembenaran untuk kehilangan maskulinitasnya dan menyebut ini sebagai "Father-Complex",
Freud melihat fiksasi homoseksual seperti Schreber sebagai hasil dari konflik oedipal yang
belum terselesaikan. Ancaman pengebirian oleh ayah Schreber yang menyebabkan dia
meninggalkan kasih sayang ibunya, tetapi pada saat yang sama mengidentifikasi
ibunya. Teori gangguan kepribadian paranoid Freud, meskipun diterima secara luas juga
banyak dikritik karena data yang terbatas dan kurangnya landasan empiris untuk mendukung
teorinya.

5
E. Pengobatan Seperti Apakah Yang Harus Dilakukan Bagi Individu Dengan
Gangguan Kepribadian Paranoid?
Orang dengan gangguan kepribadian paranoid jarang mencari
pengobatan, kemungkinan besar karena kecurigaan mereka terhadap orang lain, termasuk
psikiater dan terapis. Individu dengan gangguan kepribadian paranoid sangat takut
membiarkan orang lain untuk melihat kerentanan mereka dan kelemahan lain. Langkah
pertama yang penting adalah mendapatkan kepercayaan dari klien. Selain mendiagnosis dan
mengelola keluhan utama klien, terapis harus berhati-hati untuk mendukung dan
mendengarkan dengan sabart uduhan dan keluhan mereka sementara bersikap terbuka, jujur
dan hormat.
Menurut Cameron, gangguan kepribadian paranoid dianggap yang paling sedikit
untuk disetujui untuk pengobatan. Alasan utamanya adalah karena kurangnya wawasan pada
individu gangguan kepribadian paranoid, motivasi yang buruk dan tidak dapat membentuk
hubungan yang penuh kepercayaan dengan psikoterapis, sehingga pengobatan untuk mereka
menjadi sulit untuk dilakukan. Individu dengan gangguan kepribadian paranoid menjadi
terlibat dalam pengobatan biasanya atas desakan dari beberapa orang lain atau pasangan,
anak, orang tua, pengadilan atau sosial lainnya. Terapis juga dapat menemukan orang-orang
gangguan kepribadian paranoid dalam pengobatan untuk masalah lain.
Individu dengan gangguan kepribadian paranoid bahkan dalam terapi memiliki pengekangan,
enggan dan curiga terhadap terapi.Menurut Cameron, faktor-faktor berikut ini penting untuk
psikoterapi bagi individu dengan gangguan kepribadian paranoid :
1. Pengurangan kecemasan
2. Seorang terapis terpisah tapi tertarik
3. Tidak adanya argumentasi tentang kebodohan keyakinan
4. Presentasi dari sudut pandang yang berbeda tentang realitas
5. Perkembangan hubungan saling percaya
Ketika hubungan telah ditetapkan, penjelasan alternatif untuk kesalahan persepsi klien
dapat disarankan.Terapi kelompok harus dihindari karena klien dengan gangguan kepribadian
paranoid cenderung salah menafsirkan pernyataan dan situasi yang timbul dalam proses
terapi. Obat penenang mungkin diresepkan untuk mengurangi kecemasan tetapi orang dengan
gangguan kepribadian paranoid mungkin menolaknya karena kecurigaan bahwa obat tersebut
adalah racun. Anti psikotik dapat membantu mengurangi kecurigaan mereka, meskipun obat
ini belum diteliti secara khusus untuk kondisi ini. Psikoterapi yang membutuhkan
6
kepercayaan dengan klien tersebut menjadi sulit, oleh karena itu, menjadi penting bahwa
terapis harus tidak mengancam, permisif, benar dan jujur.
Seseorang dengan gangguan kepribadian paranoid yang sangat terganggu, dan
berbahaya atau agak tidak teratur, kemungkinan akan dirawat di rumah sakit. Beberapa
dokter telah memberikan ECT (Electro Convulsif Therapy) kepada individu gangguan
kepribadian paranoid, mungkin dari gagasan bahwa paranoid akan melupakan isi dari delusi
mereka. Electro Convulsif Therapy adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran
listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini
adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang
ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang grandmall. Pengobatan ini telah
menunjukkan sedikit keberhasilan, hal ini tidaklah mengherankan, karena individu dengan
gangguan kepribadian paranoid sangat takut kerentanan dan/atau hilangnya kontrol diri
mereka akan meningkat, yang kemungkinan adalah efek ECT. Juga, tidak ada banyak bukti
bahwa ECT memiliki nilai terapeutik, kecuali mungkin untuk depresi akut. Psikoterapi
jangka panjang menjadi sulit, karena sifat dari kebanyakan pendekatan pengobatan adalah
hal-hal yang paling ditakuti oleh orang dengan gangguan kepribadian paranoid.

F. Bagaimana Pencegahan Yang Dapat Dilakukan Bagi Individu Dengan Gangguan


Kepribadian Paranoid?
1.Pencegahan Primer
Usaha pencegahan pada gangguan kepribadian paranoid sebenarnya jarang. Tetapi peneliti
telah memfokuskan pada dua faktor resiko utama yang perlu menjadi fokus pada
pencegahan gangguan kepribadian paranoid, yang pertama adalah penganiayaan anak.
Usaha pencegahan penganiayaan anak dapat membantu mempengaruhi perkembangan
gangguan kepribadian paranoid. Keberhasilan pencegahan penganiayaan anak sering
melibatkan seringnya kunjungan ke rumah, mengurangi stress ibu, meningkatkan dukungan
sosial, dukungan keluarga dan pelatihan bagi orang tua.

2.Pencegahan Sekunder
Faktor resiko utama lain yang perlu menjadi fokus pencegahan adalah kurangnya
kemampuan interpersonal. Kebanyakan orang dengan gangguan kepribadian paranoid
mengalami kesulitan interpersonal dalam konteks hubungan keluarga, pertemanan, dan
situasi kerja. Usaha untuk meningkatkan kemampuan sosial seseorang dengan gangguan

7
kepribadian paranoid dapat membantu mencegah masalah gaya interpersonal yang menjadi
karakteristik gangguan kepribadian paranoid.

3.Pencegahan Tersier
Beberapa dokter telah memberikan ECT (Electro Convulsif Therapy) kepada individu
gangguan kepribadian paranoid, mungkin dari gagasan bahwa paranoid akan melupakan isi
dari delusi mereka.Electro Convulsif Therapy adalah suatu tindakan terapi dengan
menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun
klonik. Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik
melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang
grandmall. Selain itu juga Cognitive Therapy dapat diberikan kepada individu dengan
gangguan kepribadian paranoid, dimana terapi ini
difokuskan pada keterampilan belajar untuk mengatasi stress dan kecemasan dengan lebih
efektif dan ketakutan pada pemeriksaan.

Salah satu contoh kasus individu dengan gangguan kepribadian paranoid dapat
ditemukan pada kisah seorang pekerja konstruksi berusia 40 tahun yang percaya bahwa rekan
kerjanya tidak menyukai dia dan ketakutan bahwa seseorang mungkin kelepasan untuk
menyebabkan dia cedera pada pekerjaan. Kekhawatiran ini menyusul perselisihan baru pada
antrian saat makan siang ketika pasien merasa bahwa rekan kerjanya sedang menyelinap ke
depan dan mengeluh kepadanya. Dia mulai memperhatikan "musuh" barunya tertawa dengan
pria lain dan sering bertanya-tanya apakah ia adalah bahan ejekan mereka.
Pasien menawarkan informasi spontan kecil, duduk tegang di kursi, dengan mata
lebar, dan hati-hati melacak semua gerakan di dalam ruangan. Dia membaca yang tersirat dari
pertanyaan pewawancara, merasa dikritik, dan membayangkan bahwa pewawancara berpihak
pada rekan kerjanya.
Dia adalah seorang penyendiri sebagai anak laki-laki dan merasa bahwa anak-anak
lain akan membentuk geng dan bersikap jahat kepadanya. Dia buruk di sekolah, tapi
menyalahkan gurunya, dia mengklaim bahwa gurunya lebih suka anak perempuan atau anak
laki-laki yang "banci". Dia putus sekolah dan sejak itu menjadi pekerja keras dan efektif,
tetapi ia merasa ia tidak pernah mendapatkan istirahat. Dia mengawali dengan buruk dengan
bos dan rekan kerjanya, tidak mampu menghargai candaan, dan melakukan yang terbaik
dalam situasi di mana ia bisa bekerja dan makan siang saja. Dia telah beralih pekerjaan
berkali-kali karena dia merasa dia sedang dianiaya.
8
Pasien jauh dan menuntut dari keluarganya. Anak-anaknya memanggilnya "Tuan" dan
tahu bahwa itu itu bijaksana untuk "Dilihat tetapi tidak mendengar" ketika dia ada
disekitar..... (Diadaptasi dari Spitzer al., 1981, hal. 37)

G. Terapi Bagi Individu Dengan Gangguan Kepribadian Paranoid


Untuk menyembuhkan gangguan paranoid dilakukan terapi pada pasien itu sendiri yang
bisa mengikutsertakan keluarganya. Terapi-terapi tersebut yaitu:
1. Terapi keluarga
Keluarga pasien bisa diikutsertakan dalam terapi. Tujuannya agar keuarga dapat
mendampingi pasien dalam menjalani terapi. Dengan demikian, terapi dapat dilakukan lebih
efektif dan pasien lebih cepat sembuh.
2. Psikoterapi individu
Tujuan dari terapi ini adalah membantu orang dengan gangguan paranoid untuk mengenali
diri sendiri dan penyebab gangguan paranoidnya. Diharapkan, pasien dapat mengendalikan
dan memperbaiki pikiran-pikiran yang tidak semestinya.
3. Terapi kognitif-perilaku
Selain diberi terapi untuk mengenali diri sendiri, pasien juga diberi terapi untuk belajar
mengubah pola pikiran dan perilaku. Jadi, perilaku yang membuatnya terus-menerus merasa
cemas, takut, dan curiga, berangsur-angsur akan hilang.

H. Diagnosis Banding Gangguan Kepribadian Paranoid


 Gangguan delusional → pada paranoid tidak ditemukan waham yang
terpaku
 Skizofrenia paranoid → pada paranoid tidak ditemukan halusinasi dan
pikiran formal
 Gangguan kepribadian borderline → pada paranoid, mereka jarang mampu
terlibat secara berlebihan dan rusuh
dalam persahabatan dengan orang
lain
 Gangguan kepribadian Anti Social→ pada paranoid tidak ditemukan
karakter Anti Social sepanjang
riwayat perilaku Anti Social yang
muncul

9
 Gangguan kepribadian Schizoid → mereka menarik diri dan menjauhkan
diri dari orang lain tapi tidak memiliki
gagasan paranoid

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa paranoid adalah gangguan
kepribadian dimana individu merasa dirinya tidak aman dan ia tidak dapat percaya dengan
orang lain. Individu yang memiliki gangguan kepribadian paranoid cenderung memiliki
indikasi seperti selalu cemas, merasa tidak aman, tidak ingin menceritakan rahasianya kepada
orang lain, mencurigai orang lain dan melakukan hal lain yang dapat merugikan diri individu
tersebut sendiri. Penderita paranoid dapat disembuhkan dengan beberapa treatment psikologis
seperti dapat dengan terapi yang ditemani oleh keluarga pasien agar pasien merasa diberi
dukungan untuk cepat sembuh, terdapat juga psikoterapi individu dimana pasien harus
memiliki pikiran yang positif dan dapat mengendalikan pikiran yang semestinya tidak
dipikirkan, dan terakhir pasien juga bisa dengan terapi kognitif-perilaku dimana pasien harus
mengubah pola pikirnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://adhitiraras.blogspot.co.id/2016/06/tugas-makalah-kesehatan-mental-paranoid.html
https://www.kompasiana.com/vinadwiputri/gangguan-kepribadian-paranoid_552b336ffl7e61627-
e61627ed623b4

12
D. Contoh Kasus
Anita adalah orang yang menciptakan program komputer yang selalu khawatir bahwa
orang lain akan memanfaatkan pengetahuannya. Ia melihatnya sebagai “rahasia besar”,
program pengaturan data yang baru yang ditulisnya. Bahkan ia takut bahwa ketika ia
meninggalkan kantor di malam hari seseorang akan menyelinap masuk ke meja kerjanya dan
mencuri catatannya. Ketidakpercayaannya terhadap orang lain merembet pada semua
hubungan interpersonal. Kecurigaannya bahwa ia ditipu meskipun mencemari transaksi rutin
di bank dan toko-toko. Anita sering berpikir bahwa dirinya merupakan orang yang rasional
dan dapat membuat keputusan yang objektif, ia menganggap ketidakmampuannya untuk
mempercayai orang lain sebagai reaksi yang wajar terhadap dunia yang penuh dengan
pendaki-pendaki tangga badan hukum yang tidak jujur dan oportunis ini (dalam Halgin dan
Whitbourne, 2011).

A. Analisis
Dari contoh kasus yang diberikan dapat dilihat Anita mengalami gangguan paranoid yang
menunjukkan adanya indikasi yaitu bagaimana ia memiliki kecurigaan yang berlebihan
terhadap orang lain dan tidak percaya dengan orang lain bahkan ia berfikir bahwa akan ada
orang yang menyelinap masuk ke ruang kerjanya untuk mencuri catatan yang telah ia buat.
Dari perilaku tersebut seorang penderita paranoid dapat selalu merasa cemas dan bahkan
dapat sampai bersikap kasar dan marah terhadap orang lain. Seperti yang dikatakan oleh
Halgin dan Whitbourne (2011), salah satu ciri karakteristik pada penderita gangguan
kepribadian paranoid ialah memiliki kecurigaan yang tidak beralasan bahwa orang lain akan
memanfaatkan, mencelakai atau membohongi mereka.

13
Halgin, Richard P., Whitbourne, Susan K. (2011). Psikologi Abnormal: Perspektif Klinis pada
Ganguan Psikologis, Edisi 6 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisus
Sipayung, A. (2010). Hati-hati Mengatakan Anak Anda Tidak Sakit Jiwa. Jakarta: Gramedia
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Tomb, David D. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Wade, C., Travis, C. (2008). Psikologi: edisi ke-9 Jilid 1. Jakarta: Erlangga

14

Anda mungkin juga menyukai