Anda di halaman 1dari 2

Model Stres Adaptasi Stuart

A. Pendahuluan Sehat sakit dan adaptasi maladapatasi merupakan konsep yang berbeda. Tiap konsep berada pada rentang yang terpisah. Jadi seseorang yang mengalami sakit baik fisik maupun psikiatri dapat beradaptasi terhadap keadaan sakitnya. Sebaliknya seseorang yang tidak didiagnosa sakit mungkin saja mempunyai respon koping yang maladaptif. Kedua rentang ini mencerminkan model praktik keperawatan dan medik yang saling melengkapi. Model praktik keperawatan merupakan kerangka bagi perawat dalam melakukan asuhannya. Model adalah suatu cara untuk mengorganisasi kumpulan pengetahuan yang kompleks. Model memiliki banyak tujuan. Model dapat membantu menjelaskan hubungan, memunculkan hipotesis, dan memberikan perspektif akan adanya ide yang abstrak. Selain itu, juga dapat menyediakan struktur untuk berpikir, mengobservasi dan menginterpretasi sesuatu yang dilihat. Model praktik keperawatan juga diartikan sebagai kerangka acuan di mana klien, lingkungan dan status kesehatannya, dan aktivitas perawat digambarkan. Model tersebut menjelaskan kenapa individu berespon terhadap stres dan membantu menyediakan pemahaman tentang proses dan tujuan yang diinginkan dari intervensi keperawatan. Perawat jiwa dapat meningkatkan kualitas asuhan mereka jika tindakan mereka didasarkan pada model praktik keperawatan yang inklusif, holistik, dan relevan dengan kebutuhan klien, keluarga, kelompok dan komunitas. Model praktik keperawatan jiwa yang dipakai saat ini secara luas di dunia adalah Model Stuart Stres Adaptasi (dikembangkan oleh Gail Stuart pada tahun 1980an), yang mengintegrasikan aspek biologi, psikologi, sosial kultural, lingkungan dan legal etik dari perawatan klien dalam suatu kesatuan kerangka praktik. B. Model Stres Adaptasi Stuart 1. Faktor Predisposisi : semua kejadian, hal, atau peristiwa (baik biologis, psikologis dan atau sosial budaya) yang terjadi di sepanjang hidup manusia yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa pada manusia tersebut. a. Faktor Biologis; contoh : riwayat lahir kembar monozygot, memiliki garis keturunan penderita gangguan jiwa, cacat badan, status nutrisi, paparan racun dll. b. Faktor Psikologis; contoh : tingkat intelegensia, tingkat moral, tipe kepribadian, pengalaman yang tidak menyenangkan, konsep diri dll. c. Faktor Sosial Budaya; contoh : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, agama dan keyakinan, dukungan sosial dll. 2. Stresor Presipitasi : merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan dan membutuhkan energi ekstra/sangat besar untuk mengatasinya. Karakteristik stresor presipitasi adalah sifat, asal, waktu dan jumlah. a. Sifat; sifat stresor presipitasi di sini menunjukkan jenisnya (biologis, psikologis dan atau sosial budaya). Contoh dari masing b. Asal; asal stresor presipitasi bisa berasal dari dalam individu (contoh : persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya; sakit fisik dll) dan atau dari luar individu (contoh : kurangnya dukungan sosial, pengalaman sosial yang tidak menyenangkan, dll). c. Waktu; waktu terjadinya stresor bisa terjadi dalam waktu dekat, waktu yang cukup lama, dan atau terjadi secara berulang. d. Jumlah; jumlah stresor bisa satu atau lebih dari satu.

3. Penilaian terhadap stresor : merupakan reaksi individu terhadap stresor presipitasi yang dihadapinya. Reaksi ini bisa berupa reaksi kognitif (contoh : berpikir ingin bunuh diri, berkurangnya motivasi, konsentrasi atau tingat kesadaran dll), afektif (contoh : merasa sedih, merasa marah, tidak berdaya dll), fisiologis (contoh : perubahan pada tanda-tanda vital dan status fisiologis lainnya), perilaku (contoh : menolak untuk melakukan aktivitas sehari-hari, berbicara sendiri, sering komat-kamit dll), dan sosial (contoh : mengamuk, memukul orang lain, menarik diri dari pergaulan dll). Penilaian terhadap stresor ini merupakan data fokus yang bisa digunakan oleh perawat untuk menegakkan diagnosa keperawatan. 4. Sumber Koping : semua hal yang bisa dijadikan alat untuk membantu individu mengatasi stresornya secara konstruktif atau sebaliknya dapat menjadikan individu menggunakan mekanisme pemecahan masalah yang salah. Terdiri dari : kemampuan personal (bakat, kepandaian dll), dukungan sosial (punya sahabat sedikit atau banyak dll), aset materi (kekayaan, punya asuransi atau tidak dll), dan keyakinan positif (kepercayaan terhadap diri sendiri dan Tuhan, lebih berfokus kepada pengobatan daripada pencegahan dll) 5. Mekanisme koping : tiap upaya yang dilakukan untuk penatalaksanaan stres termasuk upaya penyelesaian masalah langsung (task oriented) dan mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri (ego oriented). a. Contoh Task Oriented : 1) Meminta bantuan kepada orang lain 2) Mengungkapkan perasaan sesuai yang dirasakan saat ini 3) Mencari lebih banyak informasi yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi 4) Menyusun rencana untuk memecahkan masalah 5) Meluruskan persepsi terhadap masalah b. Contoh Ego Oriented : 1) Denial; menyangkal untuk melihat kenyataan yang tidak diinginkan dengan cara mengabaikan atau menolak kenyataan tersebut. 2) Proyeksi; menyalahkan orang lain atas ketidakmampuan dirinya atau atas kesalahan yang dia perbuat. 3) Represi; menekan ke alam bawah sadar dan sengaj melupakan pikiran, perasaan, dan pengalaman yang menyakitkan. 4) Regresi; kemunduran dalam hal tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam menghadapi stres. 5) Rasionalisasi; berusaha memberi alasan yang masuk akal terhadap perbuatan yang dilakukannya. 6) Pengalihan; memindahkan perasaan yang tidak menyenangkan dari seseorang atau obyek ke orang atau obyek lain yang biasanya lebih kurang berbahaya daripada obyek semula. 7) Reaction Formation; mengembangkan pola sikap atau perilaku tertentu yang disadari tetapi berlawanan dengan perasaan dan keinginannya. 8) Sublimasi; penyaluran rangsangan atau nafsu yang tidak tersalurkan ke dalam kegiatan lain. 6. Rentang respon koping : rentang respon manusia yang adaptif sampai maladaptif.

Anda mungkin juga menyukai