Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“Terapi Modalitas Dalam Keperawatan Jiwa”

Oleh :

Kelompok 4

2.C

Rafel Dwi Pangga (183110267)

Rahmezzia Rajni Putri (183110267)

Ratih Nofriani (183110269 )

Revita Sari (183110270)

Risma Tri Anisa (183110271)

Septri Annisa Azmi (183110272)

Shafira Izzati (183110273)

Dosen pembimbing :

Renidayati,S,Kp,M.Kep.Sp.Jiwa

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini

kamisusun sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Jiwa“. Terima kasih kami

sampaikan kepada ibu Renidayati,S,Kp,M.Kep.Sp.Jiwa selaku dosen mata kuliah

Keperawatan Jiwa yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya

terselesaikan tugas makalah ini.

Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas

mata kuliah Keperawatan Jiwa dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri

kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya

makalah ini. Dengan kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan

membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah

pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Padang, 10 Februari 2020

2
Kelompok 5

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………… i

Daftar Isi………………………………………………………………..….... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………...……………………... 1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………....……………. 3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian terapi modalitas ............................................................... 4


2.2 Tujuan terapi modalitas .................................................................... 4
2.3 Peran perawat dalam terapi modalitas ............................................... 4
2.4 Jenis-jenis terapi modalitas ................................................................ 5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………………........... 14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………............ 15

3
BAB I

PENNDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Jhonson (1997), kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat
emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang
memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan
kestabilan emosional. Kesehatan jiwa juga dapat diartikan sebagai keadaan
sejahtera yang dikaitkan dengan kebahagiaan, kegembiraan, asan, pencapaian,
optimisme, dan harapan. Sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendefeniskan kesehatan itu sendiri sebagai sehat fisik, mental dan sosial bukan
sematamata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Jadi Seseorang dapat
dianggap sehat jiwa jika mereka mampu bersikap positif terhadap diri sendiri,
memiliki kestabilan emosi, memiliki konsep diri yang positif dan memiliki rasa
bahagia dan puas (Dalam Videbeck, 2008).
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal,
suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Penyebab
gangguan jiwa yang banyak diderita terjadi karena frustasi, napza (narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan, organik dan
ekonomi. Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi yaitu karena
frustasi. Di Indonesia sendiri berdasarkan (Rikesda tahun 2007) bahwa prevelansi
gangguan jiwa berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk
dari 1000 penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Angka gangguan
jiwa di Indonesia telah mencapai 10% dari populasi penduduknya.
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda
terhadap apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan jiwa itu

4
terjadi. Perbedaan pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual
kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda dengan pandangan model
social, model perilaku, model eksistensial, model medical, berbeda pula dengan
model stress – adaptasi. Masing-masing model memiliki pendekatan unik dalam
terapi gangguan jiwa. Berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa
inilah yang dimaksud dengan terapi modalitas yang bertujuan mengubah perilaku
klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang
adaptif.
Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi
ini diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang
maladaptif menjadi perilaku yang adaptif ( Prabowo, 2014). Terapi Modalitas
adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang
dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Ada beberapa terapi
yang dapat dilakukan oleh perawat pada pasien dengan masalah kejiwaan yaitu,
terapi aktivitas kelompok dan terapi keluarga.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok sebagai target asuhan. Terapi
Aktivitas Kelompok dilakukan untuk meningkatkan kematangan emosional dan
psikologis pada pasien yang mengidap gangguan jiwa pada waktu yang lama.
Didalam kelompok terjadi dinamika dimana setiap anggota kelompok saling
bertukar informasi dan berdiskusi tentang pengalaman serta membuat
kesepakatan untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Terapi Aktivitas
Kelompok memberikan hasil yang lebih besar terhadap perubahan perilaku
pasien, meningkatkan perilaku adaptif serta mengurangi perilaku maladaptif.
Bahkan Terapi Aktivitas Kelompok memberikan modalitas terapeutik yang lebih
besar dari pada hubungan terapeutik antara dua orang yaitu perawat dan klien
(Direja, 2011).
Sedangkan terapi keluarga merupakan suatu psikoterapi modalitas dengan
fokus pada penanganan keluarga sebagai unit sehingga dalam pelaksanaannya

5
terapis membantu keluarga dalam mengidentifikasi dan memperbaiki keadaan
yang maladaptif, kontrol diri pada anggota yang kurang serta pola hubunganyang
tidak konstruktif. Terapi keluarga lebih menggunakan pendekatan terupeutik
untuk melihat masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga
dan proses interpersonal (Prabowo, 2014).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari terapi modalitas?
2. Bagaimana tujuana dari terapi modalitas?
3. Apa saja Peran perawat dalam terapi modalitas?
4. Apa saja jenis-jenis terapi modalitas?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari terapi modalitas
2. Untuk mengetahui tujuan dari terapi modalitas
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi modalitas
4. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi modalitas dalam keperawatan jiwa

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian terapi modalitas


Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi
ini diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang
maladaptif menjadi perilaku yang adaptif ( Prabowo,2014).
Terapi modalitas keperawatan jiwa merupakan bentuk terapi non-
farmakologis yang dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap
klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengann lingkungan masyarakat
sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap berhubungan dengan
keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada ketika menjalani terapi (Nasir
dan Muhits, 2011).
2.2 Tujuan terapi modalitas
Tujun dilaksanakannya terapi modalitas dalam keperawatan jiwa adalah:
1. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku pasien
2. Mengurangi gejala gangguan jiwa
3. Memperlambat kemunduran
4. Membantu adaptasi terhadap situasi sekarang
5. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
6. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
7. Meningkatkan aktivitas
8. Meningkatkan kemandirian (Prabowo,2014).
2.3 Peran perawat dalam terapi modalitas
Secara umum penan perawat dalam pelaksanaan terapi modalitas bertindak
sebagai leader,fasilitator,evaluator,dan motivator ( Nasir dan Muhits, 2011).
Tindakan tersebut meliputi:

7
1. Mendidik dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga, misalnya
perawat menjelaskan mengapa komunikasi itu penting ,apa visi seluruh
keluarga,kesamaan harapan apa yang dimiliki semua anggota keluarga
2. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien
untuk mencapai tujuan dan usaha untuuk berubah. Perawat menyakinkan
bahwa anggota keluarga klien mampu memecahkan masalah yang dihadapi
anggota keluarganya.
3. Mengkoodinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan. Perawat
menunjukkan institusi kesehatan mana yang harusbekerja sama dengan
keluarga dan siapa yang bisa diajak konsultasi
4. Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder dan tersier melalui penyuluhan,
perawatan dirumah, pendidikan dan sebagainnya. Bila ada anggota keluarga
yang kurang memahami perilaku sehat didiskusikan atau bila ada keluarga
yang membutuhkan perawatan.
2.4 Jenis-jenis terapi modalitas
1. Terapi Aktivitas Kelompok
a. Pengertian
terapi kelompok adalah terapi psikologis yang dialakukan secra kelompok
untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal
(Yosep,2008).
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi yang
kegiatannya diikuti oleh beberapa pasien yang mempunyai masalah yang
sama atau sejenis dan dipandu oleh satu atau lebih terapis pada saat yang
sama dengan cara berdiskusi satu sama lain. (Susana,2011)
menurut Depkes RI terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu upaya
untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada waktu
yang sama untukm memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota
(Prabowo,2014).
b. Kerangka teoritis Terapi Aktivitas Kelompok
1) Model lokal konflik

8
Model Terapi Aktivitas Kelompok ini pimpinan kelompok harus
memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk
mengekspresikan perasaan dan mendiskusikan perasaaan untuk
penyelesaian masalah atau konflik.
2) Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan
komunikasi teraupetik. Dengan model ini leader memfasilitasi
komunikasi efektif yang bertujuan untuk membantu meningkatkan
keterampilan intepersonal dan sosial anggota kelompok.
3) Model interpersonal
Pada model ini terapis bekerja sama dengan individu dan kelompok.
Anggota kelompok dapat belajar dari interaksi antar anggota dan
terapis. Melalui kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial
yang efektif dipelajari.
4) Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah
terjadi sebelumnya. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang
pernah dialami. (Direja,2011)
c. Jenis/macam Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok terdiri dari empat jenis purwaningsih (2010).
1) Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi/kognitif
Merupakan terapi yang bertujuan untuk membantu pasien menstimulasi
persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif.
2) Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
Merupakan terapi aktivitas yang digunakan untuk menstimulasi pada
sensasi pasien, kemudian diobservasi reaksi sensori pasien berupa
ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka dan

9
ucapan. Terapi aktivitas ini untuk menstimulasi sensori pasien yang
mengalami kemunduran fungsi sensoris.
3) Terapi aktivitas kelompok orientasi realita
Merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mengorientasikan pasien
terhadap situasi nyata. Biasanya dilakukan pada kelompok yang
mengalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat.
Pasien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar pasien yaitu
diri sendiri, orang lain yang dekat dengan pasien, lingkungan yang
pernah mempunyai hubungan dengan pasien dan waktu saat ini maupun
yang lalu.
4) Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Merupakan terapi yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pasien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam
lingkungan sosial. Pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan
individu yang ada disekitar pasien.

d. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok


Tujuan terapi aktivitas kelompok menurut purwaningsih (2010).
1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi/kognitif
a) Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kemampuan intelektual
d) Mengungkapkan perasaannya
e) Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
a) Meningkatkan kemampuan sensori
b) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kesegaran jasmani

10
d) Mengekspresikan perasaan
3. Terapi aktivitas kelompok orientasi realita
a) Pasien mampua mengidentifikasi stimulus internal dan eksternal
b) Pasien dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan
c) Pembicaraan pasien sesuai realita
4. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
a) Pasien mampu meningkatkan hubungan interpersonal
b) Pasien dapat memberi tanggapan terhadap orang lain
c) Pasien dapat mengungkapkan idenya dan saling bertukar persepsi
dengan orang lain
d) Pasien menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
e. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Purwaningsih (2010) Terapi Aktivitas Kelompok mempunyai
beberapa manfaat:
1. Umum
- meningkatkankemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan baik dengan atau dari orang lain
- melakukan sosialisasi
- membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif
2. Khusus
- Meningkatkan identitas diri
- Menyalurkan emosi secara konstruktif
- Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial
3. Rehabilitasi
- Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
- Meningkatkan kemampuan sosial
- Meningkatkan kemampuan empati
- Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah
f. Tahapan dalamTerapi Aktivitas Kelompok

11
Fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok menurut purwaningsih (2010)
adalah sebagai berikut:
1) Pre kelompok
Pada fase ini dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang
menjadi leader, anggota, tempat dan waktu kegiatan kelompok
dilaksanakan serta proposal lengkap dengan media apa saja yang
digunakan beserta dana yang dibutuhkan.
2) Fase awal
Pada fase awal ini ada tiga tahapan yang tejadi yaitu:
a) Orientasi yaitu anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-
masing, leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
b) Konflik merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota
mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana
peran anggota, tugas anggotanya dan saling ketergantungan yang
akan tejadi.
c) Kebersamaan yaitu anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi
masalah dan anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3) Fase kerja
Pada fase ini kelompok sudah menjadi sebuah tim, pada fase ini akan
terjadi:
a) Fase yang menyenangkan bagi leader dan anggotannya
b) Perasaan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan saling
percaya yang telah terbina
c) Semua anggota bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati
d) Tanggung jawab setiap anggota sama, kecemasan menurun,
kelompok lebih stabil dan realistis
e) Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan
tugas kelompok dalam menyelesaikan tugasnya.

12
f) Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif
4) Fase terminasi
Ada 2 jenis teminasi, yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara.
Anggota kelompok mungkin akan mengalami terminasi premature,
sukses atau tidak sukses. Terminasi dapat menyebabkan
kecemasa,regresi atau kecewa. Untuk hal itu terapis perlu mengevaluasi
kegiatan dan menujukkan sikap betapa bermaknnya kegiatan tersebut,
menganjurkan anggota untuk memberi umpan balik pada tiap anggota.
Akhir terapi aktivitas kelompok harus dievaluasi, bisa melalui pre atau
post test.
g. Peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok
Peran perawat dalam memberikan terapi aktivitas kelompok menurut
purwaningsih (2010) sebagai berikut:
1) Tugas sebagai leader dan co leader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi
dalam kelompok,membantu kelomopok untuk menyadari
dinamisnyakelomok, menjadi motivator, membantu kelompok
menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta memimpin dan
mengarahkan jalannya terapi aktivitas kelompok.
2) Tugas sebagai fasilitator
Perawat sebagai fasilitator adalah perawat harus ikut serta dalam
kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan
memberikan stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti
jalannya kegiatan terapi aktivitas kelompok.
3) Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer adalah mengamati serta mencatat respon pasien,
mengamati jalannya proses terapi aktivitas kelompok dan menangani
anggota kelompok yang drop out.
2. Terapi keluarga
a. Pengertian

13
Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu
dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada
proses interpersonal.Tetapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan
tujuan membina komunikasi secara terbuka dan interaksi keluarga secara
sehat (Nasir dan Muhits, 2011).
Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk psikoterapi kelompok yang
berdasarkan pada kenyataan bahwa manusia adalah mahluk sosial dan bukan
suatu mahluk yang terisolir.
b. Kerangka teoritis Terapi keluarga
1. Model struktural (Minuchin)
Model ini dikembangkan oleh Minuchin, konsepnya adalh keluarga
adalah suatu sistem sosiokultural terbuka sebagai sarana dalam
memenuhi kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berkurang apabila
kebutuhan individu dan anggota lainnya dijumpai maladaptive dan tidak
bisa saling menyesuaikan. Fokus terapinya adalah perubahan adaptasi
dari maladaptif menjadi adaptif untuk memudahkan perkembangan
keluarga. Usaha terapi meliputi hubungan keluarga, evaluasi struktur
dasar keluarga, kemampuan dan upaya seluruh anggota keluarga untuk
saling menerima perbedaan dan saling memahami karakter.
2. Model terapi Bowenian
Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem
yang terdiri dari berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tua-anak
& saudara kandung (sibling) dimana setiap subsistem tersebut dibagi
kedalam subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada salah satu
subsistemnya maka akan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya
bahkan bisa sampai ke suprasistem keluarga tersebut yaitu masyarakat.
c. Tujuan :
1) Menurunkan konflik kecemasan keluarga.
2) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing
anggota keluarga.

14
3) Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis.
4) Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
5) Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar
anggota keluarga
6) Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat
perkembangan anggota keluarga
d. Manfaat terapi keluarga :
1) Klien
1. Mempercepat proses penyembuhan
2. Memperbaiki hubungan interpersonal.
3. Menurunkan angka kekambuhan
2) Keluarga
1. Memperbaiki fungsi & struktur keluarga
2. Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien sehingga
lebih dapat . menerima, toleran & menghargai klien sebagai
manusia
3. Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu klien
dalam proses rehabilitasi
e. Peran Perawat Dalam Terapi Keluarga
Untuk peran perawat sendiri dalam terapi keluarga adalah melakukan asuhan
keperawatan yang relevan dimana untuk perawat yang tidak memiliki
sertifikasi dalam melaksanakan terapi adalah memberikan psiko edukasi pada
keluarga sedangkan bagi yang memiliki sertifikasi adalah memberikan terapi
sesuai dengan kondisi pasien. Sementara itu, menurut Newman intervensi
yang dilakuakn perawat mencakup intervensi primer dan tersier yaitu :
1) Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota
keluarga.
2) Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien
untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah
3) Mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan

15
4) Memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi,dll
f. Peran Keluarga Dalam Terapi keluarga
1. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya
terhadap diri klien dan aktivitasnya.
2. Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka.
3. Membantu anggota bagaimana memandang orang lain.
4. Tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah dipahami klien.
5. Membangun self esteem.
6. Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi.
7. Menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis.
8. Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab

3.Terapi Kognitif

1. Pengertian Terapi Kognitif

Terapi kognitif adalah terapi yang didasarkan pada alasan teoritis dasar
dimana efek dan perilaku individual adalah sangat ditentukan oleh cara dimana ia
menyusun dunia, penyusunan dunia seseorang didasarkan pada kognisi (ide
verbal atau gambaran yang ada bagi alam sadar) yang didasarkan pada asumsi
(skema yang dikembangkan dari pengalaman sebelumnya) (pencipta: Aaron
Beck). Synopsis Psikiatri: 434

Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang


mempengaruhi perasaan dan perilaku klien.

Terapi ini sangat efektif untuk mengatasi gangguan panik


(Dr.Andri,SpKJ). Proses yang diterapkan adalah membantu mempertimbangkan
stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan
keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku terjadi
akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk itu

16
salah satu memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir dan
keyakinan tersebut. Fokus asuhan adalah membantu klien untuk reevaluasi ide,
nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan
menyusun perubahan kognitif.

2. Tujuan terapi kognitif meliputi:

1. Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir tak


rasional yang sering mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola berfikir
rasional berdasarkan fakta dan informasi yang actual.

2. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam menanggapi


setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.

3. Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan


terlebih dahulu mengubah pola berfikir.

Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk


mensubstitusi pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi
percakapan diri negatif.

3. Pendekatan Proses Teknik Terapi Kognitif


a. Mendapatkan pikiran otomatis

Pikiran otomatis adalah kognisi yang menghalangi antara peristiwa


eksternal dan reaksi emosional orang terhadap peristiwa. Suatu contoh dari
pikiran otomatis adalah keyakinan bahwa “setiap orang akan menertawakan
saya jika mereka mengetahui betapa buruknya permainan” –suatu pikiran
yang timbul pada seseorang yang diminta untuk bermain bowling dan
berespon secara negatif. Contoh lain adalah “ia tidak menyukai saya” jika
seseorang berjalan dihadapan orang tersebut tanpa menyapanya.

b. Menguji pikiran otomatis

17
Dengan berperan sebagai guru, ahli terapi membantu klien menguji
keabsahan pikiran otomatis. Tujuannya adalah untuk mendorong klien
menolak pikiran otomatis yang tidak akurat atau berlebih setelah pemeriksaan
yang cermat. Kebanyakan klien sering menyalahkan dirinya sendiri untuk hal
- hal yang buruk yang mungkin memang ada diluar kendali mereka. Ahli
terapi bersama sama dengan klien meninjau situasi keseluruhan dan
menciptakan penjelasan alternatif untuk menghubungkan kembali penyebab
masalah yang terjadi.

c. Mengidentifikasi asumsi maladaptif

Pola pikir klien akan tampak seiring dengan teridentifikasinya pola


pikiran otomatis. Pola mewakili aturan atau anggapan umum yang maladaptif
yang mendukung kehidupan klien. Contoh dari aturan tersebut adalah
“Supaya gembira saya harus sempurna”, dan “jika setiap orang tidak
menyukai saya, maka saya tidak dicintai”.

d. Menguji keabsahan asumsi negatif

Mirip dengan pengujian keabsahan pikiran otomatis, tes yang cukup


efektif yaitu dengan cara meminta klien untuk mempertahankan
keabsahannya. Sebagai contoh : jika klien menyatakan bahwa ia harus selalu
membangun kemampuannya, ahli terapis dapat bertanya “mengapa hal
tersebut sangat penting bagi anda?”

4. Terapi individual

Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan


hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan
yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku
klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan
terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui

18
hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan di awal hubungan.

5. Terapi lingkungan (milleu therapy)

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik.
Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku
dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

6. Terapi perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul
akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan
disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam
terapi jenis ini adalah:

1) Role model
2) Kondisioning operan
3) Desensitisasi sistematis
4) Pengendalian diri
5) Terapi aversi atau releks kondisi

7. Terapi bermain

Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan
dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi
verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status
emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk
mengatasi masalah anak tersebut.

8 Terapi biologis atau terapi somatic

19
Merupakan jenis terapi yang memfokuskan penyembuhan klien dengan
menggunakan bantuan obat-obatan yang berfungsi sebagai anti depressan.

9. Terapi Biologis
a. Pengertian Terapi Biologis

Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model


medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan
model konsep yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah
gangguan pada jiwa semata, tidak mempertimbangkan adanya kelaianan
patofisiologis. Tekanan model medical adalah pengkajian spesifik dan
pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal dipercaya
sebagai akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.

Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: intervensi


nutrisi, pemberian obat (medikasi psikofarmaka), Electro Convulsive Therapy
(ECT), terapi cahaya, plasebo, bedah psyco serta accupuntur dan accupresur.
Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan
kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.

2. Jenis Terapi Somatic:

1. Intervensi Nutrisi : Pada umumnya terapis menganjurkan klien untuk


mengkonsumsi makanan yang mengandung penilethylamine dan buah-
buahan yang kaya akan antioksidan. Karena zat-zat tersebut dapat
membantu mengurangi stress.
2. Pemberian Obat
3. Terapi Cahaya
4. Bedah Psiko
5. Plasebo
6. Accupuntur dan Accupresur

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

21
Terapi aktivatas kelompok dan terapi keluarga merupaka terapi modalitas yang
melihat masalah dalam konteks lingkungan dan keluarga. Terapi aktivitas
kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi yang kegiatannya diikuti oleh beberapa
pasien yang mempunyai masalah yang sama atau sejenis dan dipandu oleh satu
atau lebih terapis pada saat yang sama dengan cara berdiskusi satu sama lain
sedangkan Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah
individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitikberatkan pada
proses interpersonal.
3.2 Saran
Bagi petugas kesehatan, dalam pemberian asuhan keperawatan untuk pasien
dengan gangguan kejiwaan salah satu cara paling efektif yaitu diberikan terapi
keluarga maupun terapi aktivitas kelompok karena terapi tersebut. Namun
sebelum dilakukan terapi tersebut perawat perlu mempelajari konsep dan teori
terapi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman Surya. (2011). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika

22
Nasir, Abdul Dan Abdul Muhith. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa:
Pengantar Dan Teori. Jakarta: Salemba Medika

Prabowo, Eko.(2014). Konsep Dan Apliikasi : Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika

Purawaningsih, W & Karlina, I. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa , Yogyakarta:


Nuha Medika

Susana, S.A, & Hendarsih, S. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan


Jiwa, Jakarta: EGC

Videbeck.S.L.(2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep.Iyus. (2008) . Keperawatan Jiwa. Bandung : Pt Rafika Aditama

23
Notulen Kelompok 4

Moderator : Weri Widiyanto

Pemateri : Shafira Izzati

Anggota :

Rafel Dwi Pangga

Rahmezzia Rajni Putri

Ratih Nofriani

Revita Sari

Risma Tri Anisa

Septri Annisa Azmi

Shafira Izzati

Pertanyaan :

Annisa Rahmatillah : Bagaimana cara menerapkan model local/konflik dalam


Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) ?

“Cara menerapkan model local/konflik dalam Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


adalah dimana di dalam model ini pimpinan kelompok harus memfasilitasi dan
memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan perasaan dan
mendiskusikan perasaan untuk penyelesaian masalah atau konflik.”

(Dijawab oleh : Revita Sari).

Liwa Unnasari : Apakah yang dimaksud dengan model psikodrama ?

24
“Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan
peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya. Anggota
memainkan peran sesuai dengan yang pernah dialami. (Direja,2011)”

(Dijawab oleh: Risma tri Anisa)

Fitri Aulia : Bagaimana cara keluarga membangun self esteem dalam terapi
keluarga?

Self esteem sendiri adalah bagaimana seorang menghargai dirinya sendiri


,mengetahui baik buruk dirinya sendiri. Yang dilakukan keluarga dalam membagun
sel esteem adalah dengan membatu memberi support atau motivasi terhadap pasien
agat menumbuhkan kepercayaan dirinya sendiri . Memberikan penghargaan seperti
pujian terhadap perilaku baik yang dilakukan oleh klien.

(Dijawab septri Annisa Azmi)

Bernica Ifada : Bagaimana cara menanggulangi kegagalan terapi modalitas ?

Mendidik dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga, misalnya perawat


menjelaskan mengapa komunikasi itu penting ,apa visi seluruh
keluarga,kesamaan harapan apa yang dimiliki semua anggota keluarga

Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk
mencapai tujuan dan usaha untuuk berubah. Perawat menyakinkan bahwa anggota
keluarga klien mampu memecahkan masalah yang dihadapi anggota keluarganya.

Mengkoodinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan. Perawat


menunjukkan institusi kesehatan mana yang harusbekerja sama dengan keluarga
dan siapa yang bisa diajak konsultasi

Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder dan tersier melalui penyuluhan,


perawatan dirumah, pendidikan dan sebagainnya. Bila ada anggota keluarga yang
kurang memahami perilaku sehat didiskusikan atau bila ada keluarga yang
membutuhkan perawatan.

(Dijawab Oleh : Ratih Nofriani)

25
Yuliza Novita : Apa yang menjadi indikasi pada terapi modalitas ?

“Yang menjadi indikasi dari terapi modalitas adalah pasien gangguan jiwa, tetapi
pasien gangguan jiwa yang sudah tenang, karna jika pasien gangguan jiwa seperti
(Perilaku kekerasan, isolasi sosial, resiko bunuh diri, halusinasi, dll) tidak bisa
menjalani terapi modalitas. (Dijawab oleh : Ratih Nofriani)”

Febiyoza Wulandari : Apa perbedaan dan penerapan pada model structural dan
boelien?

Model struktural (Minuchin) : Model ini dikembangkan oleh Minuchin, konsepnya


adalh keluarga adalah suatu sistem sosiokultural terbuka sebagai sarana dalam
memenuhi kebutuhan adaptasi.Fungsi keluarga berkurang apabila kebutuhan
individu dan anggota lainnya dijumpai maladaptive dan tidak bisa saling
menyesuaikan.Fokus terapinya adalah perubahan adaptasi dari maladaptif
menjadi adaptif untuk memudahkan perkembangan keluarga.Usaha terapi
meliputi hubungan keluarga, evaluasi struktur dasar keluarga, kemampuan dan
upaya seluruh anggota keluarga untuk saling menerima perbedaan dan saling
memahami karakter.

Model terapi Bowenian : Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah


suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tua-
anak & saudara kandung (sibling) dimana setiap subsistem tersebut dibagi
kedalam subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada salah satu
subsistemnya maka akan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya bahkan
bisa sampai ke suprasistem keluarga tersebut yaitu masyarakat.

(Dijawab oleh : Ratih Nofriani)

26

Anda mungkin juga menyukai