Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Halusinasi adalah persepsi atau tangapan dari panca indra tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (stuard & Laraia, 2005) halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi.
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.
Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang
palingsering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak
sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau
yangdialamatkan pada pasien itu.Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara
dengansuara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam
mendengar ataubicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau
bibirnyabergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari
setiaptubuh atau diluar tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan
misalnyabersifat tiduran, ancaman dan lain-lain
Halusinasi secara umum dapat ditemukanpada pasien gangguan jiwa seperti:
Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan
alcohol dan substansi lingkungan
Menurut WHO pada tahun 2013 memperkirakan 450 juta orang seluruh dunia
mengalami gangguan jiwa saat ini dan dua puluh lima persen penduduk diperkirakan
akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu halusinasi ?
2. Apa saja jenis halusinasi?
3. Apa saja faktor predisposisi dan presipitasi hlusinasi ?
4. Bagaimana proses terjadinya halusinasi ?
5. Bagaimana rentang respon halusinasi ?
6. Apa saja tanda dan gejala halusinasi?
7. Bagimana dampak yang akan terjadi jika halusinasi tidak ditindak lanjuti ?
8. Bagaimana penatalaksanaan halusinasi ?

1
C. Tujuan
Tujuan umum :
Untuk melengkapi tugas terstruktur keperawatan jiwa pada semester 4 mengenai
halusinasi
Tujuan khusus :
1 Mengetahui apa itu halusinasi
2 Mengetahui apa saja jenis halusinasi
3 Mengetahui apa saja faktor predisposisi dan presipitasi hlusinasi
4 Mengetahui bagaimana proses terjadinya halusinasi
5 Mengetahui bagaimana rentang respon halusinasi
6 Mengetahui apa saja tanda dan gejala halusinasi
7 Mengetahui bagaimana dampak yang akan terjadi jika halusinasi tidak ditindak
lanjuti
8 Mengetahui bagaimana penatalaksanaan halusinasi

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi atau tangapan dari panca indra tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (stuard & Laraia, 2005) halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi.
Halusinasi terbagi menjadi 5 jenis yaitu halusinasi pendengaran, penglihatan,
penghidu, pengecapan dan perabaan. Dari lima jenis halusinasi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling
banyak di temukan yaitu terjadi pada 70% pasien selanjutnya 20% halusinasi
penglihatan dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan, dan perabaan.
Pasien halusinasi merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Perilaku
yang teramati pada klien yang sedang mengalami halusinasi pendengaran adalah
pasien merasa mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus suara, sedangkan pada
halusinasi penglihatan pasien mengatakan melihat bayangan orang atau sesuatu yang
menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut. Pada halusinasi penghidu pasien
mengatakan membaui bau bauan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi
serupa. Mengecap sesuatu padahal tidak sedang makan apapun merupakan perilaku
yang tampak pada pasien yang mengalami halusinasi pengecapan dan merasakan
sensasi rabaan padahal tidak ada apapun dalam permukaan kulit merupakan perilaku
yang tampak pada pasien yang sedang mengalami halusinasi perabaan.
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indra.
Halusinasi merupakan suatu gelaja gangguan jiwa yang seseorang mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
perabaan dan penciuman. Seseorang merasakan stimulus yeng sebetulnya tidak ada
Dapat disimpulkan bahwa, halusinasi merupakan gangguan sensori persepsi
pada panca indra yang terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan jiwa
sehingga tidak mampu membedakan stimulus dari sumber internal atau eksternal.

B. Proses Terjadinya Halusinasi


a) Faktor Predisposisi

3
1 Faktor biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit
atau trauma kepala, dan riwayat penggunaa NAPZA.
2 Faktor Psikologis
Pada pasien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya
kegagalan yang berulang, korban kekerasan, kurangnya kasih sayang,
atau overprotektif
3 Sosio Budaya dan Lingkungan
Pasien dengan halusinasi didapatkan sosial ekonomi rendah, riwayat
penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak, tingkat
pendidikan rendah, dan kegagalan dalam hubungan sosial (percerain,
hidup sendiri) serta tidak bekerja
b) Faktor presipitasi
Stressor presipitasi pada pasien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak seesuai
dengan pasien serta konflik antar masyarakat

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut :
a. data subyektif:
pasien mengatakan :
1. mendengar suara-suara atau kegaduhan
2. mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3. mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4. melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu, atau
monster.
5. mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang kadang bau itu
menyenangkan
6. Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses.
7. merasa takut atau senang dengan halusinasinya

4
b. data objektif
1. bicara atau tertawa sendiri
2. marah-marah tanpa sebab
3. mengarahkan telinga ke arah tertentu
4. menutup telingan
5. menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7. mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8. menutup hidung
9. sering meludah
10. muntah
11. menggaruk garuk permukaan kulit

Menurut Stuart (2013) tanda dan gejala yang muncul pada penderita halusinasi
pendengaran dan penglihatan adalah:

1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai


2. Sulit berkonsentrasi pada tugas
3. Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang
4. Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan atau menakutkan
5. Gerakan mata cepat
6. Respon verbal lambat atau diam
7. Terlihat bicara sendiri
8. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba – tiba berlari ke ruangan lain
9. Disorientasi (waktu, tempat, orang)

D. Gangguan Persepsi
Dispersepsi adalah kesalahan atau gangguan dalam persepsi.Menurut Maramis
(2005),penyebab dan jenis gangguan persepsi adalah sebagai berikut :
1. Penyebab
Gangguan otak karena kerusakan otak ; keracunan;obat halusinogenik;dan
gangguan jiwa,seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi psikologis
yang dapat menimbulkan halusinasi dan pengaruh lingkungan sosio budaya.sosio

5
budaya yang berbeda menimbulkan persepsi berbeda atau orang yang berasal dari
sosio budaya berbeda.
2. Jenis gangguan persepsi
Terdapat 7 macam gangguan persepsi yaitu: halusinasi, ilusi, depersonalisasi,
derealisasi, gangguan semato sensorik pada reaksi konversi, gangguan psikologik,
dan agnosia
a. Halusinasi/maya
Halusinasi adalah pencerapan atau persepsi tanpa adanya rangsang apapun
pada panca indera seseorang,yang terjadi pada keadaan sadar atau bangun
dasarnya mungkin organik,fungsional,psikotik,ataupun histerik.Secara singkat
halusinasi adalah pencerapan atau pengamatan palsu
Jenis-jenis halusinasi antara lain :
1) Halusinasi penglihatan atau halusinasi objek
Sesuatu yang dilihat seolah-olah berbentuk orang,binatang,barang.Sesuatu
yang dilihat seolah-olah tidak berbentuk : sinar,kilatan atau pola
cahaya,dan yang dilihat seolah-olah berwarna atau tidak berwarna.
2) Halusinasi Auditif/Halusinasi Akustik yaitu Halusinasi yang seolah-olah
mendengar suara manusia,suara hewan,suara barang,suara mesin,suara
musik,dan suara kejadian alami.
3) Halusinasi Alfaktorik/Halusinasi Penciuman yaitu halusinasi yang seolah-
olah suatu bau tertentu
4) Halusinasi Gustatorik/Halusinasi pengecap yaitu halusinasi yang seolah-
olah mengecap suatu zat atau rasa tentang sesuatu yang dimakan.
5) Halusinasi Taktil/Halusinasi Peraba yaitu halusinasi yang seolah-olah
merasa diraba-raba,disentuh,dicolek-colek,ditiup,dirambati ulat dan
disinari.
6) Halusinasi Kinestetik/Halusinasi gerak yaitu halusinasi yang seolah-olah
merasa badannya bergerak disebuah ruang tertentu dan merasa anggota
badannya bergerak dengan sendirinya
7) Halusinasi Visceral yaitu halusinasi organ tubuh bagian dalam yang
seolah-olah ada perasaan tertentu yang timbul di tubuh bagian dalam
(misalnya lambung seperti ditusuk-tusuk jarum)
8) Halusinasi Hipnagogik yaitu persepsi sensoris bekerja yang salah yang
terdapat pada orang normal, terjadi sebelum tidur.

6
9) Halusinasi Hipnopompik yaitu persepsi sensorik bekerja yang salah, pada
orang normal, terjadi teapt sebelum bangun tidur.
10) Halusinasi Histerik yaitu halusinasi yang timbul pada neurosis sisterik
karena konflik emosional

Isi halusinasi adalah tema halusinasi dan interpretasi pasien tentang


halusinansinya, seperti mengancam, menyalahkan, kegamaan, menghina,
kebesaran, seksual, membesarkan hati, membujuk, atau hal hal yang baik.

Hal hal yang dapat menimbulkan halusinasi adalah skizofrenia, psikosis


fungsional, sindrom otak organik (SOO), epilepsi, neurosis, histeris,
intoksikasi atropine atau kecubung, dan zat halusinogen

b. Ilusi
Ilusi adalah interpretasi yang salah atau menyimpang tentang penyerapan atau
persepsi yang sebenarnya sungguh-sungguh terjadi karena adanya rangsangan
pada panca indra. Sevara singkat, ilusi adala persepsi atau pengamatan yang
menyimpang. Contoh: bayangan daun pisang dilihatnya seperti seotang
penjahat atau hantu. Bunyi angin terdengar seperti ada seseorang yang
memanggil namanya. Suara binatang di semak-semak terdengar seperti ada
tangisan bayi.
c. Depersonalisasi
Merupakan perasaan yang aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa
pribadinya sudah tidak seperti biasa lagi, tidak menurut kenyataan atau kondisi
patologis yang seseorang merasa bahwa dirinya atau tubuhnya sebagai tidak
nyata. Contoh: perasaan bahwa dirinya seperti sudah diluar badannya. Perasan
bahwa kaki kanannya bukan kepunyaannya lagi.
d. Derelisasi
Merupakan perasaan aneh tentang lingkungan disekitar dan tidak menurut
kenyataan sebenarnya, misalnya : segala sesuatu dirasakan seperti di dalam
mimpi.
e. Gangguan sematosensori pada reaksi konversi
Secara harfiah, soma artinya tubuh dan sensoris artinya mekanisme neurologis
yang terlibat dalam proses pengindraan dan perasaan. Jadi, sematosensori
adalah suatu keadaan mengenai tubuh yang secara simbolis menggambarkan

7
adanya suatu konflik emosional. Contoh: anestesia yaitu kehilangan sebagian
atau keseluruhan kepekaan indra peraba pada kulit. Parestesia adalah
perubahan pada indr peraba, seperti ditusuk-tusuk jarum, dibadannya ada
semut berjalan, kulitnya terasa panas, atau kulinta terasa tebal.
f. Gangguan psikofisiologik
Merupakan gangguan pada tubuh yayng di sarafi oleh susunan saraf yang
berhubungan dalam kehidupan (nervus vegetatif) dan disebabkan oleh
gangguan emosi. Contoh: gangguan yang terjadi pada kulit, radang pada kulit
(dermatitis);biduran(urtikaria), gatal-gatal(proritis), dan banyak cairan yang
masuk (hiperhidrosis), otot atau tulang: otot tegang sampai kaku(tension
headache); otot tegang dan kaku di punggung (lowback pain)
g. Agnosia
Merupakan ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi, baik
sebagian maupun total sebagai akibat kerusakan otak.

E. Etiologi
Menurut Rawlins & Heacock, (1988) etiologi halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi, yaitu :
1. Dimensi fisik
Halusinasi dapat meliputi kelima indra, tapi yang paling sering ditemukan
adalah halusinasi pendengar, halusinasi dapat ditimbulkan dari beberapa
kondisi seperti kelelahan yang luar biasa. Pengguna obat-obatan demam tinggi
hingga terjadi Delirium Intoksikasi, alkohol, dan kesulitan-kesulitan untuk
tidur dan dalam jangka waktu yang lama.
2. Dimensi emosional
Terjadinya halusinasi karena ada perasaan cemas yang berlebihan yang tidak
dapat diatasi. Isi halusinasi : perintah memaksa dan menakutkan -> tidak dapat
dikontrol dan menentang. Sehingga menyebabkan klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi intelektual
Penunjukan penurunan fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha ego
sendiri melawawan impuls yang menekan -> menimbulkan kewaspadaan
mengontrol perilaku dan mengambil seluruh perhatian klien.
4 Dimensi sosial

8
Halusinasi dapat disebabkan oleh hubungan interpersonal yang tidak
memuaskan sehingga koping yang digunakan untuk menurunkan kecemasan
akibat hilangnya kontrol terhadap diri, harga diri, maupun interaksi sosial
dalam dunia nyata sehingga klien cendrung menyendiri dan hanya bertuju
pada diri sendiri.
5 Dimensi spiritual
Klien yang mengalami halusinasi yang merupakan makhluk sosial, mengalami
ketidak harmonisan berinteraksi. Penurunan kemampuan untuk menghadapi
stres dan kecemasan serta menurunnya kualitas untuk menilai keadaan
sekitarnya. Akibat saat halusinasi menguasai dirinya, klien akan kehilangan
kontrol terhadap kehidupannya.

Menurut stuart dan sunddenn (1998) terjadi halusinasi dapat disebabkan karena :

a. Teori psikoanalisa
Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar
yang mengancam, ditekan muncul akan sabar
b. Teori biokimia
Halusinasi terjadi karena respon metabolisme terhadap stres yang
mengakibatkan dan melepaskan zam halusinogenik neurokimia seperti
bufotamin dan dimetylransferase.

Menurut Mc. Forlano & Thomas mengemukakan beberapa teori yaitu :

1. Teori psikofisiologi
Terjadi akibat ada fungsi kognitik yang menurun karena terganggunya
fungsi luhur otak, oleh karena kelelahan, keracunan dan penyakit.
2. Teori psikodinamik
Terjadi karena ada isi alam sadar dan akan tidak sadar yang masuk
dalam alam taksabar merupakan sesuatu atau respon terhadap konflik
psikologi dan kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga halusinasi
adalah gambaran atau proyeksi dari rangsangan keinginan dan
kebutuhan yang dialami oleh klien.
3. Teori interpersonal
Teori ini menyatakan sesorang yang mengalami kecemasan berat
dalam situasi yang penuh dengan stres akan berusaha untuk

9
menurunkan kecemasan dengan menggunakan koping yang biasa
digunakan.

F. Jenis Halusinasi
Tabel berikut ini memuat jenis halusinasi, data objektif dan subjektif yang bisa
didapatkan berdasarkan pemeriksaan dan anamnesis.
Jenis Halusinasi Data Obyektif Data Subyektif
Halusinasi dengar atau Bicara atau tertawa sendiri, Mendengar suara-suara
suara marah-marah tanpa atau kegaduhan,
sebagian, menyedengkan mendengar suara yang
telingan kearah tertentu, mejak bercakap-cakap,
menutup telinga. mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
Halusinasi penglihatan Menunjuk-nunjuk kearah Melihat bayangan, bentuk
tertentu, ketakutan pada geometris, bentuk kartun,
sesuatu yang tidak jelas melihat hantu atau monster
Halusinasi penghidu Menghidu seperti sedang Membau-baui bau-bauan
membau-baui bau-bauan sperti bau darah, urin,feses,
tertentu, menutup hidung. kadang-kadang bau itu
menyenangkan
Halusinasi pengecapan Sering meludah, muntah Merasakan rasa seperti
darah, urin atau feses
Halusinasi perabaan Menggaruk-garuk Mengatakan ada serangga
permukaan kulit dipermukaan kulit, merasa
seperti tersengat listrik.

Menurut Yusuf (2015) jenis halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu:

1) Halusinasi pendengaran (audiktif, akustik) Paling sering di jumpai dapat beruba


bunyi mendenging atau bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering
mendengar sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut di
tunjukan oleh penderita sehingga penderita tidak jarang bertengkar dan berdebat

10
dengan suara-suara tersebut. Suara tersebut dapat di rasakan dari jauh atau dekat,
bahkan mungkin datang dari tiap tubuh nya sendiri. Suara bisa menyenangkan,
menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki
atau bahkan menakutkan dan kadang-kadang mendesak atau memerintah untuk
berbuat sesuatu seperti membunuh atau merusak.
2) Halusinasi penglihatan (Visual, optik) Lebih sering terjadi pada keadaan delirium
(penyakit organic). Biasanya muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan atau tidak
menyenangkan.
3) Halusinasi penciuman (olfaktorik) Halusinasi ini biasanya mencium sesuatu bau
tertentu dan merasakan tidak enak, melambungkan rasa bersalah pada penderita.
Bau ditambah dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita
sebagai suatu kombinasi moral.
4) Halusinasi pengecapan (gustatorik) Walaupun jarang terjadi biasanya bersamaan
dengan halusinasi penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi
gustorik lebih jarang timbang halusinasi gustatorik.
5) Halusinasi raba (taktil) Merasa diraba, disentuh, ditiup atau merasa ada sesuatu
yang bergerak di bawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dan
skizofrenia.

Jenis – jenis halusinasi menurut Rusdi (2013) ada 2 yaitu:

1) Halusinasi non patologis Halusinasi yang terjadi pada seseorang yang bukan
penderita gangguan jiwa, hanya pada seseorang yang mengalami stres yang
berlebih atau kelelahan.
2) Halusinasi patologisHalusinasi ini ada 5 macam yaitu:
a. Halusinasi pendengaranKlien mendengar suara dan bunyi tidak berhubungan
dengan stimulasi nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
b. Halusinasi penglihatanKlien melihat gambaran yang jelas atau samar tanpa
stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihat.
c. Halusinasi penciumanKlien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu
tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak mencium.
d. Halusinasi pengecapan Klien merasakan makan sesuatau yang tidak nyata.
Biasa merasakan makanan yang tidak enak.

11
e. Halusinasi perabaanKlien merasakan sesuatu pada kulit tanpa stimulus yang
nyata.

G. Tahapan halusinasi
Menurut Kusumawati dan Hartono (2010), tahapan halusinasi terdiri dari 4 fase yaitu:
1) Fase I (Comforting)Comforting disebut juga fase menyenangkan, pada
tahapan ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik dari fase ini
klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, perasaan rasa bersalah,
kesepian yang memuncak, dan tidak dapat di selesaikan. pada fase ini klien
berperilaku tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang
asik dengan hausinasinya dan suka menyendiri.
2) Fase II (Conndeming) Pengalaman sensori menjijihkan dan menakutkan
termasuk dalam psikotik ringan. karakteristik klien pada fase ini menjadi
pengalaman sensori menjijihkan dan menakutkan, kecemasan meningkat,
melamun dan berfikir sendiri menjadi dominan, mulai merasakan ada bisikan
yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tau dan klien ingin
mengontrolnya. Perilaku klien pada fase ini biasanya meningkatkan tanda
tanda system syaraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah, klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan
realita.
3) Fase III (Controling) Controlling disebut juga ansietas berat, yaitu pengalaman
sensori menjadi berkuasa. Karakteristik klien meliputi bisikan, suara,
bayangan, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien.
Tanda-tanda fisik berupa berkeringat, tremor, dan tidak mampu memenuhi
perintah.
4) Fase IV (Conquering) Conquering disebut juga fase panik yaitu klien lebur
dengan halusinasinya termasuk dalam psikorik berat. Karakteristik yang
muncul pada klien meliputi halusinasi berubah menjadi mengancam,
memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang
control dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan
lingkungan.

H. Rentang Respon Halusinasi


12
Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, sehingga halusinasi merupakan
gangguan dari respon neurobiologi. Oleh karenanya, secara keseluruhan, rentang
respon halusinasi mengikuti kaidah rentang respon neurobiologi.
Rentang respon neurobiologi yang paling adaktif adalah adanya pikiran logis,
perspektif akurat emosi yang konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok, dan
terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Sementara itu, respon maladaptif
meliputi adanya waham, halusinasi, kesukaran proses emosi, perilaku tidak
terorganisasi, dan isolasi sosial : menarik diri.

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis pikiran kadang gangguan proses


Persepsi akurat menyimpang pikiran : waham
Emosi konsisten Ilusi halusinasi
dengan emosi tidak stabil ketidakmampuan
pengalaman prilaku aneh untuk mengalami
Perilaku sesuai menarik diri Emosi
Hubungan Ketidakteratuan
Sosisal isolasi sosial

I. Penatalaksanaan Pada Pasien Halusinasi


1. Menciptakan Lingkungan yang Terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan , dan ketakutan pasien akibat
halusinasi. Sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual dan
usahakan agar terjadi kontak mata. Kalau bisa pasien disentuh atau dipegang. Pasien
jangan diisolasi baik secara fisik maupun emosional.
Setiap perawat yang masuk ke kamar pasien atau mendekati pasien, bicaralah
dengan pasien. Begitu juga jika hendak meninggalkannya pasien diberitahu. Pasien
diberitahu tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana
yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan
realitas. Misalnya jam dinding, gambar, atau hiasan dinding, majalah atau permainan.

2. Melaksanakan Program Terapi Dokter

13
Seringkali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi
instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul ditelannya serta
reaksi obat yang diberikan.

3. Menggali Permasalahan Klien dan Membantu Mengatasi Masalah yang Ada


Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu
mengatasi masalah yang ada . Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan
keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.

4. Memberi Aktivitas pada Pasien


. Pasien diajak mengaktifkan diri melakukan gerakan fisik, misalnya berolahraga,
bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien
ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien diajak
menyusun jadwal kegiatan yang sesuai.

5. Melibatkan Keluarga dan Petugas Lain dalam Proses Keperawatan


Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data pasien
agar terjadinya kesesuaian pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan.
Misalnya dari percakapan dengan pasien dapat diketahui bila sedang sendirian ia
sering mendengar laki – laki yang sedang mengejek. Tapi bila ada orang lain yang ada
didekatnya, suara – suara itu tidak terdengar dengan jelas. Perawata menyarankan
agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas
yang ada. Percakapan ini hendaknya diberitahukan kepada keluarga pasien dan
petugas kesehatan lainnya agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang
diberikan tidak bertentangan.
Penatalaksanaan Medis
Obat – obat antipsikotik konvensional (seperti klorpromazin, flufenazin,
haloperidol, loksapin, perfenazin, trifluoperazin dan tioridazim) terbukti mampu
mengurangi gejala skizofrenia dan secara signifikan menurunkan risiko simtomatik
dan dirawat inap ulang. Namun efek samping neurologis yang serius menyebabkan
obat ini sulit ditoleransi oleh banyak pasien dengan skizofrenia (Stuart, 2013). Berikut
adalah golongan obat berdasarkan fungsinya:

14
1) Anti psikotikJenis: clorpromazin (CPZ), Haloperidol (HLP). Mekanisme kerja :
menahan kerja reseptor dopamine dan otak sebagai penenang, menurunkan
aktivitas motorik, mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi: delusi,
halusinasi, ilusi dan gangguan proses berpikir. Efek samping :
1. Gejala ekstrapiraidal, kekakuan atau spasme otot, berjalan menyeret kaki,
postur condong kedepan, banyak keluar air liur, wajah seperti topeng, disfagia,
akatisia (kegelisahan motorik), sakit kepala, kejang
2. Takikardi, aritmia, hipertensi, hipotensi, pandangan kabur, glaucoma
3. Gastrointestinal : mulut kering, anoreksia, mual, muntah, konstipasi, diare,
berat badan berkurang
4. Sering berkemih, retensi urine, impotensi, amenorea
5. Anemia, leukopenia, dermatitis
Kontraindikasi : gangguan kejang, glaukoma, klien lansia, hamil dan menyusui.
2) Anti ansietas
Jenis: atarax, diazepam (chlordiazepoxide)
Mekanisme kerja : meredamkan ansietas atau ketengangan yang berhubungan
dengan stimulus tertentu
Efek samping
f.Pelambatan mental, mengantuk, vertigo, binggung, tremor, letih, depresi, sakit
kepala, ansietas, insomnia, kejang, delirium, kaki lemas, ataksia, bicara tidak
jelas.
g. Hipotensi, takikardi, perbuahan EKG, pandangan kabur.
h. Anoreksia, mual mulut kering, muntah, diare, konstipasi, kemerahan dermatitis,
gatal – gatal.
Kontaindikasi : penyakit hati, klien lansia, penyakit ginjal, glaucoma, kehamilan,
menyusui, penyakit
3) Anti depresan
Jenis: asendin, anafranil, norpramin, sinequan, tofranil, pamelor, vivactil,
surmontil.
Mekanisme kerja : mengurangi gejala depresi, sebagai penenang
Efek samping:
a. Tremor, gerakan tersentak – sentak, ataksia, kejang, pusing, ansietas, lemas,
insomnia.

15
b. Takikardi, aritmia, palpitasi, hipotensi, hipertensi.
c. Pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, mual, muntah, diare, ikterus.
4) Anti manik
Jenis obat : lithobid, klonopin lamictal
Mekanisme kerja : menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensifitas
reseptor dopamine.
Efek samping: sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan memori, suara tidak jelas,
otot lemas hilang koordinasi, letargi, stupor. Kontaindikasi : hipersensitif,
penyakit kardiovaskular, gangguan kejang, dehidrasi, penyakit ginjal, hamil atau
menyusui
5) Anti Parkinson
Jenis obat : levodova, tryhexipenidil (THP)
Mekanisme kerja : meningkatkan reseptor dopamine, untuk mengatasi gejala
parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik, menurunkan ansietas,
iritabilitas
Efeksamping: sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa. Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu
yang berada dalam rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi
paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indra ( pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien dengan
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus
itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena
sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang
dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus yang
diterima.

17
Daftar Pustaka

18

Anda mungkin juga menyukai

  • Statistik Univariat
    Statistik Univariat
    Dokumen9 halaman
    Statistik Univariat
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • PSIKOFARMAKA
    PSIKOFARMAKA
    Dokumen15 halaman
    PSIKOFARMAKA
    septri annisa azmi
    100% (1)
  • Kelompok 4 Terapi Modalitas
    Kelompok 4 Terapi Modalitas
    Dokumen26 halaman
    Kelompok 4 Terapi Modalitas
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • CTG
    CTG
    Dokumen37 halaman
    CTG
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • Debat
    Debat
    Dokumen3 halaman
    Debat
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • Anti Korupsi
    Anti Korupsi
    Dokumen38 halaman
    Anti Korupsi
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • Skenario Pbak
    Skenario Pbak
    Dokumen6 halaman
    Skenario Pbak
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat