Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DERMATITIS DAN

SISTEMIK LUPUS ERITROMATOSUS

OLEH :
TRICIA ANDESKA PUTRI
183110276
2.C
Dermatitis

Peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai


respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor
endogen , menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (
eritema,edema,papul,vesikel,skuama,dan keluhan
gatal)
Klasifikasi
Dermatitis Kontak

Neurodermatitis

Dermatitis Seborrheic
Dermatitis Statis

Dermatitis atropik

Dermatitis Medikamentosa
Etiologi
Sejumlah kondisi
Dapat berasal dari kesehatan,alergi,fakto
luar (eksogen), r
misalnya bahan kimia genetik,fisik,stres,dan
(contoh : detergen, iritasi dapat menjadi
asam,basa, oli, penyebab
semen),fisik (sinar eksim.masing masing
dan eksim, biasanya
suhu),mikroorganism memiliki penyebab
e (contohnya : berbeda pula.
bakteri,jamur), dapat Seringkali, kulit yang
pula dari dalam pecah pecah dan
(endogen), misalnya meradang yang
dermatitis atopik. disebabkan eksim
menjadi infeksi.
Manifestasi Klinis

Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda


tanda radang akut terutama pruritus ( gatal),kenaikan
suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka(
terutama palpebra dan bibir),gangguan fungsi kulit dan
genetalia eksterna
PATOFISIOLOGI

Dermatitis adalah peradangan yang melibatkan perangsangan


berlebihan limfosit T dan sel mast.histamin dari sel mast
menyebabkan rasa gatal dan eritema.penggarukan
menyebabkan rusaknya kulit.sedangakan faktor lainnya
penyeabab timbulnya dermatitis adalah akibat terpajannya
iritan.sel langerhans mengolah dan menyajikan suatu alergen
ke sel T di dekatnya.sel T menanggapi dengan respon
hipersensitivitas terhadap alergen.respon tersebut berjalan
lambat yaitu memelikan waktu beberapa jam atau beberapa
hari untuk muncul.
KOMPLIKASI

Likenifikasi

Fisura

Skuama

Mata tertutup karena edema


PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Dengan dilakukan patch test atau uji tempel


dilakukan dengan cara ditempel dengan bahan
yang dicurigai pada bagian
intrascapular,kemudian ditutupi dengan bahan
impermiabel
Pengkajian
Keperawatan
Dermatitis

1. Identitas Pasien: Nama Pasien, Alamat, Pekerjaan Pasien, Umur,


Agama/Suku

2. Keluhan Utama: Nyeri, Gelisah, Gatal, Kerusakan intergitas kulit

3. Pemeriksaan Fisik: Tekanan Darah, Nadi, Pernafasan, Suhu, Skala Nyeri

4. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya.
Klien merasa nyeri, Terdapat Vesikel/ bula pada Kulit Klien, Gatal dan
Lesi
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
• Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
• Penyakit yang sama, Klien Pernah Mengalami Penyakit yang
sama sebelumnya
• Apakah klien pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya?
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
• Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit
seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
• Apakah terdapat keluarga klien yang mengalami penyakit
yang sama
• Apakah ada keluarga klien mengalami penyakit Kulit
d. Riwayat Psikososial :
• Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan.
Apakah sedang mengalami stress yang
berkepanjangan.Cara klien menyelesaikan stresor,
Perasaan klien saat ini, Respon klien terhdap
penyakitnyaTingkat kecemasaan klien.
e. Riwayat Pemakaian Obat :
• Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang
dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan
(alergi) terhadap sesuatu obat: Pemakaian obat
sebelumnya, Klien pernah alergi terhadap obat.
Diagnosa
Keperawatan

1. Ganguan integritas kulit b.d Vesikel/bula yang pecah

2. Resiko infeksi,b.d vesikel/bula yang pecah (garukan terus


menerus)

3. Gangguan konsep diri,b.d perubahan body image


Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Tindakan

• 1. Gangguan integritas • Tujuan : • Lakukan inspeksi lesi


kulit, b.d Vesikel/bula • Integritas kulit pasien setiap hari
yang pecah.) : kembali utuh • Pantau adanya tanda-
• DS : – • Kriteria hasil : tanda infeksi
• DO : Pada seluruh • Kulit utuh, eritema • Ubah posisi pasien tiap
tubuh terdapat kondisi dan skuama hilang 2-4 jam
bula/vesikel yang pecah • Krusta menghilang • Bantu mobilitas pasien
akibat garukan sesuai kebutuhan
• Daerah axilla dari
inguinal tidak • Pergunakan sarung
mengalami maserasi tangan jika merawat
lesi
• Jaga agar alat tenun
selau dalam keadaan
bersih dan kering
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Tindakan

• 2. Resiko infeksi,b.d • Tujuan : • Lakukan teknik aseptic dan


vesikel/bula yang pecah • Tidak terjadi infeksi antiseptic dalam melakukan
(garukan terus menerus) • Kriteria hasil : tindakan pada pasien
ditandai dengan : • Ukur tanda vital tiap 4-6 jam
• Hasil pengukuran tanda vital
• DS : – • Observasi adanya tanda-
• dalam batas normal.
• DO : Seluruh tubuh tanda infeksi
• – RR :16-20 x/menit
berwarna kemerahan • Batasi jumlah pengunjung
dengan skuama berwarna • – N : 70-82 x/menit
• Kolaborasi dengan ahli gizi
putih diatasnya dan • – T : 37,5 C
untuk pemberian diet TKTP
mengelupas • – TD : 120/85 mmHg
• Libatkan peran serta
• Tidak ditemukan tanda- keluarga dalam memberikan
tanda infeksi (kalor,dolor, bantuan pada klien
rubor, tumor, infusiolesa)
• Hasil pemeriksaan laborat
dalam batas normal
Leuksosit darah : 5000-
10.000/mm3
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Tindakan

• 3. Gangguan konsep • Tujuan : • Berikan support pada


diri,b.d perubahan body • Pasien tidak mengalami pasien untuk menerima
image gangguan konsep diri keadaannya
• Ditandai dengan : body image • Kaji persepsi pasien
• DS : Pasien menyatakan • Kriteria hasil : tentang gambaran dirinya
“mengapa saya kelihatan • Pasien tidak menarik diri • Jaga komunikasi yang baik
aneh seperti ini?” dari kontak social dengan pasien dan bantu
• DO : Pasien sering • Pasien mau berpartisipasi pasien untuk
menutupi tubuhnya dalam perawatan dirinya berkomunikasi dengan
dengan selimut dan orang lain
• Ekspresi wajah pasien
menyendiri tidak menunjukkan tanda • Catat adanya tingkah laku
berduka non-verbal atau tingkah
laku negative
• Libatkan keluarga untuk
meningkatkan konsep diri
pasien
SISTEMIK LUPUS ERITROMATOSUS
Lupus ini terjadi secara menyeluruh (sistemik)
pada tubuh penderita dan merupakan jenis
lupus yang paling sering terjadi. Dinamakan
lupus sistemik dikarenakan terjadi pada
berbagai organ, terutama sendi, ginjal, dan kulit.
Gejala utamanya adalah inflamasi kronis pada
organ-organ tersebut.
Pengkajian keperawatan

• Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik di fokuskan pada gejala
sekarang dan gejala yang pernah di alami. Seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku,
demam / panas, anoreksia efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
a. Kulit
Ruam eritematous, plak eritematouspada kulit kepala, muka atau leher.
b. Kardiovaskuler
Friction rup perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura, lesi eritematous papuler
dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari
tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan.
c. Sistem muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
d. Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri tas ruam yang berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal
hidung dan pipi.
e. Sistem pernapasan
Pleuritis atau efusipleura.
f. Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
eritomatous dan parpura di ujuna jari kaki, tangan, siku serta
permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan
berlanjut nekrosit.
g. Sistem renal
Edema dan hematuria.
h. Sistem syaraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea
atau manifestasi SPP lainnya.
Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Muskuloskeletal : Terjadi pembengkakan, keterbatasan gerak,
kemerahan dan nyeri tekan pada sendi.
b. Sistem Integumen : Ulserasi membran mukosa, ekimosis, ptekye,
purpura, infadenopati difus
c. Sistem Pencernaan : Nyeri tekan abdomen, hepatosplenomegali,
peristaltic usus meningkat, kelenjar parotis membesar
d. Sistem Pernafasan : Takipneu, perkusi suara redup, efusi pleura dan
ronchi.
e. Sistem Kardiovaskuler : Takikardi, aritmia
f. Sistem Persyarafan : Konvulsi, neuropati perifer, paraplegi, hemiplegi,
afasia, halusinasi, delusi, disorientasi
g. Sistem Penglihatan : Konjungtivitis, edema periorbital, uveitis,
perdarahan subkonjungtiva
Intervensi keperwatan

Intervensi keperawatan dan rasional tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Nyeri kronik berhubungan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan
Tujuan: Meringankan nyeri, dapat beristirahat dan mendapat pola tidur yang adekuat
Intervensi:
1. Tutup luka sesegera mungkin kecuali perawatan luka bakar metode pemajanan
pada udara terbuka.
2. Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat, penutup tubuh
hangat.
3. Kaji keluhan nyeri. Perhatikan lokasi/karakter dan intensitas (skala 0-10).
4. Lakukan penggantian balutan dan debridemen setelah pasien di beri obat
dan/atau pada hidroterapi
5. Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri.
6. Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contoh relaksasi progresif, napas
dalam, bimbingan imajinasi dan visualisasi.
B. Diagnosis
keperawatan

Diagnosa keperawatan bagi penderita LES adalah sebagai


berikut:
a. Nyeri kronik berhubungan dengan inflamasi atau
kerusakan jaringan.
b. Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
proses penyakit dan lesi
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan komplikasi
sekunder terhadap SLE
2. Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan proses penyakit dan lesi
Tujuan: Dapat menunjukkan perilaku/teknik untuk
meningkatkan penyembuhan dan mencegah komplikasi.
Intervensi:
1. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi dan
sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan
2. Pertahankan/intruksikan dalam hygien, misalnya,
membasuh dan kemudian mengeringkannya dengan
berhati-hati dan melakukan masase dengan
menggunakan lotion atau krim.
3. Gunting kuku secara teratur
4. Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut
yang steril atau barrier protektif, misalny, duoderm,
sesuai petunjuk.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
komplikasi sekunder terhadap LES
Tujuan: Peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Intervensi:
1. Evaluasi rutinitas harian pasien. Bantu
perencanaan jadwal setiap hari untuk aktivitas
yang meliputi periode istirahat sering
2. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang
diresepkan untuk anemia dan dan menyimpan
3. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu
melakukan rentang rentang gerak sendi aktif/pasif
4. Dorong penggunaan teknik menejemen stres,
contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan
imajinasi. Berikan aktivitas hiburan yang tepat
contoh menonton TV, radio, dan membaca.
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai

  • Statistik Univariat
    Statistik Univariat
    Dokumen9 halaman
    Statistik Univariat
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 4 Terapi Modalitas
    Kelompok 4 Terapi Modalitas
    Dokumen26 halaman
    Kelompok 4 Terapi Modalitas
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • PSIKOFARMAKA
    PSIKOFARMAKA
    Dokumen15 halaman
    PSIKOFARMAKA
    septri annisa azmi
    100% (1)
  • CTG
    CTG
    Dokumen37 halaman
    CTG
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • Debat
    Debat
    Dokumen3 halaman
    Debat
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • Anti Korupsi
    Anti Korupsi
    Dokumen38 halaman
    Anti Korupsi
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • Skenario Pbak
    Skenario Pbak
    Dokumen6 halaman
    Skenario Pbak
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat