Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN JIWA

“ANSIETAS”

Kelompok 1

Afifah Nadia Balqis 183110241

Anne Silvana 183110242

Annisa Rahmatillah 183110243

Aulia Ihsan 183110244

Ayu Syuraya Asfia 183110245

Bernica Ifada 183110246

David Kurdinawan 183110247

2.C

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Heppi Sasmita, S.Kep, M.Kep, Sp.Jiwa

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT Atas segala taufik, hidayah
serta inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Jiwa ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti.
Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada junjungan kita
Nabi MuhammadSAW.
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
menjadi gambaran bagi  pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang
berkaitan dengan Keperawatan Jiwa.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui
hambatan dan juga kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari
banyak pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa
melampaui batas waktu yang telah di tentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi lebih sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis
hanya  dapat berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak
serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.

Padang, 11 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDHULUAN

1.1 Latar
belakang .......................................................................................................4

1.2 Rumusan
Masalah .................................................................................................5

1.3
Tujuan ....................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ansietas ...............................................................................6

2.2 Penyebab
Ansietas .................................................................................8

2.3 Proses terjadinya


Ansietas ......................................................................10

2.4 Tingkatan
Ansietas ................................................................................10

2.5 Gejala dari


Ansietas ..............................................................................11

2.6 Dampak dari


Ansietas ...........................................................................12

2.7 Instrumen untuk mendeteksi


Ansietas .....................................................14

2.8 Tindakan keperawatan untuk pasien


Ansietas ...........................................14

BAB IV KESIMPULAN

3
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009.

Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian (Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious, 2009).

1.2  Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari resiko bunuh diri?


b. Apa etiologi dari resiko bunuh diri?
c. Apa tanda dan gejala dari resiko bunuh diri?
d. Apa jenis – jenis dari bunuh diri?
e. Bagaimana pengkajian pada pasien dengan resiko bunuh diri?
f. Apa masalah keperawatan pada pasien resiko bunuh diri?

4
g. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien resiko bunuh diri?
h. Apa diagnosa keperawatan pada pasien resiko bunuh diri?
i. Bagaimana intervensi pada pasien resiko bunuh diri?

1.3  Tujuan

a. Untuk Mengatahui pengertian resiko bunuh diri


b. Untuk Mengetahui penyebab resiko bunuh diri
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari resiko bunuh diri
d. Untuk mengetahui jenis – jenis dari bunuh diri
e. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan resiko bunuh diri
f. Untuk mengetahui masalah keperawatan pada pasien resiko bunuh diri
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien resiko bunuh diri
h. Untuk mengetahui intervensi pada pasien resiko bunuh diri

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009).

Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya
untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman
verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri.
(Clinton, 1995, hal. 262).

5
Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan
sengaja (DSH = deliberate self-harm), istilah yang terakhir ini, menjadi topik
besar dalam psikiatri. Di dunia, lebih dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari.
Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, sekarang peracunan diri sendiri
bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada
pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak.

Bunuh diri cenderung terjadi pada usia diatas 45 tahun, pria, tidak pandang
kelas sosial disertai depresi besar dan telah direncanakan. Percobaan bunuh diri
cenderung dilakukan oleh wanita muda dari kelas sosial bawah, jarang disertai
dengan depresi besar dan bersifat impulsif.

2.2 Etiologi

2.1 Faktor Predisposisi

Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-


diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :

2.1.1      Diagnosis Psikiatrik

Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

2.1.2.      Sifat Kepribadian

Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.

2.1.3.      Lingkungan Psikososial

Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman


kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,

6
penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social
sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.

2.1.4.      Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

2.1.5.      Faktor Biokimia

Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan
zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotinin, adrenalin, dan
dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang
otak Electro Encephalo Graph (EEG).

2.2.      Faktor Presipitasi

Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi
individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

2.2.1 Perilaku Koping

Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih
untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan
banyak faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan
bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku
bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan
keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam
kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka
bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang
melakukan tindakan bunuh diri.

7
2.2.2 Mekanisme Koping

Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang


berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.

Respon adaptif Respon maladaptif

Peningkatan diri Beresiko Destruktif diri Pencederaan diri Bunuh diri


destruktif tidak langsung

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh


diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar
dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping
dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.

Rentang Respons, YoseP, Iyus (2009)

1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau


pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan
diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang
berbeda mengenai  loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.

2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko


mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang
seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat
bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah
melakukan pekerjaan secara optimal.

3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang


kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya

8
yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau
bekerja seenaknya dan tidak optimal.

4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau


pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai


dengan nyawanya hilang.

Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria,
Nita, 2009) dibagi menjadi tiga kategori yang sebagai berikut.

1.         Upaya bunuh diri (scucide attempt) yaitu sengaja kegiatan itu sampai


tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan
terlewatkan atau diabaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh
diri dan tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut
tidak diketahui tepat pada waktunya.

2.         Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan


untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.

3.          Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara


langsung verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh
diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan  secara verbal bahwa dia tidak akan
ada di sekitar kita lagi atau juga mengungkapkan secara nonverbal berupa
pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang
sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh
diri.

2.3 Respon Protektif-diri dan Perilaku Bunuh Diri

9
Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah kepada kematian. Aktivitas ini dapat diklasifikasikan sebagai langsung
atau tidak langsung. Perilaku destruktif-diri langsung mencakup setiap bentuk
aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini
sebagai hasil yang diinginkan. Lama perilaku berjangka pendek, (Stuart,2006, hal
226).

Perilaku destruktif-diri tak langsung meliputi perilaku berikut :

1. Merokok
2. Mengebut
3. Berjudi
4. Tindakan kriminal
5. Penyalahgunaan zat
6. Perilaku yang menyimpang secara sosial
7. Prilaku yang menimbulkan stress.
8. Ketidakpatuhan pada tindakan medis

Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai respon


paling adaptif, sementara perilaku destruktif-diri, pencederaan diri, dan bunuh
diri merupakan respon maladaptif.

RENTANG RESPON PROTEKTIF-DIRI

Respon Adaptif Respon Maladapatif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencederaan Bunuh Diri


Diri Peningkatan Destruktif-diri Diri
Berisiko tak langsung

Gambar . 1 Rentang Respon Protektif-diri

10
2.4 Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009) :

1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.

2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.

3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

4. Impulsif.

5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).

6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.

7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis


mematikan).

8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan


mengasingkan diri).

9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alcohol).

10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).

11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami


kegagalan dalam karier).

12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.

13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).

14. Pekerjaan.

15. Konflik interpersonal.

16. Latar belakang keluarga.

17. Orientasi seksual.

18. Sumber-sumber personal.

11
19. Sumber-sumber social.

20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

2.5 Jenis – jenis Bunuh Diri

Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

2.51. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)

Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh


kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-
olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat
menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan
percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.

2.5.2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)

Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh
diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok
tersebut sangat mengharapkannya.

2.5.3. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)

Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan
masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan
yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau
kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan
atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien
untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien
melakukan bunuh diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu
diperhatikan, yaitu :

12
1. Isyarat bunuh diri

Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”

Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,
namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak
berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.

2. Ancaman bunuh diri.

Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana
bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.

Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan
ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.

3. Percobaan bunuh diri.

Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat tinggi.

13
2.6 Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan (Resiko mencederai diri sendiri)

Rsiko Bunuh Diri

Gangguan interaksi sosial (Menarik Diri)

Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

RESIKO BUNUH DIRI

3.1Pengkajian
1. Riwayat masa lalu :

1. Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri


2. Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
3. Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
4. Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
5. Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline,
paranoid, antisosial
6. Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka

2. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru


dialami.
3. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.

4. Riwayat pengobatan.

5. Riwayat pendidikan dan pekerjaan.

6. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari


individu dengan gangguan mood.

7. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri : 

1. Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit.

2. Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang


teratur dan cara- cara melaksanakan rencana tersebut.

15
3. Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah,
keparahan gangguan mood

4. Sistem pendukung yang ada.

5. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik
psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat
penyalahgunaan zat.

6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar


keluarga klien, atau keluarga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi
pengobatan gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan dan tindakan
perawatan diri.

8. Symptom
8.1:
1. Ide bunuh diri

2. Ancaman bunuh diri

3. Percobaan bunuh diri

4. Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja

8.2 Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan


anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko
bunuh diri.
Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh
diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi
diantaranya :

1. Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan

2. Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau


perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan
rencananya.

16
3. Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk
merencanakan dan mengagas akan suicide
4. Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu
diakses oleh klien

Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang riwayat
kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri :

I. Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik


II. Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien
III. Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan
mendorong komunikasi terbuka
IV. Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata yang
dimengerti klien
V. Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya
VI. Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
VII. Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
VIII. Peroleh riwayat penyakit fisik klien

Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien yang memiliki resiko apabila


menunjukkan perilaku sebagai berikut :

1. Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri 


2. Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh
diri.
3. Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.
4. Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.
5. Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
6. Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol
7. Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
8. Menunjukkan impulsivitas dan agressif
9. Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau
kehilangan yang bertubi-tubi dan secara bersamaan

17
10. Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri
misal pistol, obat, racun
11. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan
pengobatan
12. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial

Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri, perawat perlu


memahami petunjuk dalam melakukan wawancara dengan pasien dan keluarga
untuk mendapatkan data yang akurat. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan wawancara adalah :

1. Tentukan tujuan secara jelas : Dalam melakukan wawancara, perawat


tidak melakukan diskusi secara acak, namun demikian perawat perlu
melakukannya wawancara yang fokus pada investigasi depresi dan pikiran
yang berhubungan dengan bunuh diri.
2. Perhatikan signal / tanda yang tidak disampaikan namun mampu
diobservasi dari komunikasi non verbal. Hal ini perawat tetap
memperhatikan indikasi terhadap kecemasan dan distress yang berat serta
topic dan ekspresi dari diri klien yang di hindari atau diabaikan.
3. Kenali diri sendiri. Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien,
karena hal ini akan mempengaruhi penilaian profesional
4. Jangan terlalu tergesa – gesa dalam melakukan wawancara. Hal ini perlu
membangun hubungan terapeutik yang saling percaya antara perawat dank
lien.
5. Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu individu
mempengaruhi emosional klien
6. Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian pribadi akan
membuat kabur penilaian profesional. 

3.2 Masalah keperawatan :


3.2.1 Risiko bunuh diri

18
3.2.2 Keputus asaan 
3.2.3 Ketidak berdayaan 
3.2.4 Gangguan konsep diri : HDR
3.2.5 Gangguan konsep diri : Gangguan citra tubuh.
3.2.6 Kecemasaan.
3.2.7 Berduka disfungsional
3.2.8 Koping individu tak efektif.
3.2.9 Penatalaksanaan regimen therapeutik in efektif
3.2.10 Koping keluarga tak efektif : Ketidakmampuan.

3.3Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan
masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini (here and now). Perawat juga meniali
diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal
sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman
bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.

3.3 Diagnosa Keperawatan :


3.4.1 Perilaku Kekerasan (Resiko mencederai diri sendiri)
3.4.2 Resiko Bunuh Diri
3.4.3 Gangguan Interaksi Sosial (Menarik diri)
3.4.4 Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

Ada 5 gejala yang timbul setiap hari selama 2 minggu yaitu : 


- Mood depresi, kehilangan minat & kesenangan.
- Berat badan turun, insomnia, hipersomnia, gangguan psokomotur, 
kelelahan, merasa tidak berharga atau bersalah, tidak mampu 
berpikir, sering ingin mati.

Perencanaan.
Tujuan : 

19
1. Mencegah menyakiti diri sendiri.
2. Meningkat harga diri klien
3. Menggali masalah dalam diri klien.
4. Mengajarkan koping yang sehat.

3.5 Intervensi
 Perawat harus menyadari responsnya terhadap suicide supaya bersikap
obyektif.

I. Proteksi (mencegah menyakiti diri)


Mengatakan kepada klien bahwa tim kesehatan akan mencegah klien untuk
mencoba bunuh diri.

1. Verbal 
2. Nonverbal : Menghilangkan benda – benda berbahaya seperti : Ikat pinggang,
benda tajam.
3. Observasi Perilaku (Mencegah klien melukai dirinya)
4. Perhatikan verbal & nonverbal klien.
5. Ditempatkan ditempat aman, bukan diisolasi dan semua tindakan dijelaskan
6. Pengawasan selama 24 jam (Menemani pasien terus-menerus sampai Dia dapat
dipindahkan ketempat yang aman)
7. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
8. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
9. Intervensi krisis klien tetap waspada.

10. Kadang – kadang klien merasa baik, dan berhenti tapi karena kambuh lagi 

Pada klien yang anoreksia, awasi klien pada saat makan, agar banyak yang
dimakan.

20
2. Meningkatkan harga diri
- Setiap kegiatan / prilaku positif segera dipuji.
- Menghilangkan rasa bersalah & menyalahkan 
- Sediakan waktu untuk klien sehingga klien merasa dirinya penting
- Bantu untuk mengekspresikan perasaan positif/negatif, beri reinforcement
- Identifikasi sumber kepuasan dan rencana aktivitas yang cepat berhasil
- Dorong klien menuliskan hasil yang telah dicapai

3. Menguatkan koping yang sehat.


Membuat klien bertanggung jawab terhadap perilakunya
a. Modifikasi Prilaku 
dibutuhkan dengan prilaku yg responsif.

Misal : Pada anoreksia


- Boleh dikunjungi keluarga bila berat badan naik ½ Kg.
- Bila tidak mau makan, pasang NGT.

4. Eksplorasi perasaan.
Tujuan membuat klien memahami proses penyakitnya/ masalahnya.
- Mengeksplorisasi faktor predisposisi & pencetus.
- Mengikuti terapi kelompok.
- Mengarah pada masalahnya.
Misal : Klien marah, belajar marah konstruktif.

5. Mengatur batasan dan kontrol


- Membuat daftar perilaku yang mesti diubah / dikontrol.
- Dibuat berstruktur dan batasan yang jelas 
Misal : Dalam 2 hari ini tidak ada usaha meerusak diri.

6. Mengarahkan dukungan sosial.


Karena Klien tidak punya sumberdaya internal dan eksternal, maka : 
- Melibatkan keluarga & teman.

21
- Mengajarkan tentang pola – pola suicide & cara mengatasinya.
- Keluarga mencurahkan perasaan dan membuat rencana masa depan.
- Kalau perlu terapi keluarga.
- Buat pusat penanganan krisis.

7. Pendidikan mental 
- Pendidikan gizi bagi A. Nervosa dan bulimia.
- Pentingnya patuh pada prigram pengobatan.
- Penyakit kronis yand diderita.

Perawatan selama di rumah sakit


Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri

1. Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri


a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat 
b. Tindakan : Melindungi pasien 

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka
saudara dapat melakukan tindakan berikut:

1. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat


yang aman
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang)
3. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat
4. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri

SP 1 Pasien: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri


a. Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang 

22
mengancam atau mencoba bunuh diri
b. Tindakan:

1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan


pernah meninggalkan pasien sendirian
2. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi
barang-barang berbahaya disekitar pasien
3. Mendiskusikan dengan keluarga perlunya melibatkan pasien agar
tidak sering melamun sendiri
4. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat
secara teratur

SP 1 Keluarga: Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien


yang mencoba bunuh diri.

Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosa harga diri rendah diri


1. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri
a. Tujuan: 
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
b.Tindakan keperawatan

1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan


meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara: 
a. Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
b. Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif. 
c. Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d. Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien 

23
e. Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b. Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
c. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik

SP 2 Pasien: Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri

SP 3 Pasien: Berikut ini percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam


menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh diri

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat bunuh diri


a. Tujuan : keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.
b. Tindakan keperawatan: 

1. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri


2. Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang penah
muncul pada pasien.
3. Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada
pasien berisiko bunuh diri. 
4. Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
a. Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
b. Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
1. Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat
yang mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di
kamarnya atau jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah
2. Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk
bunuh diri, seperti: tali, bahan bakar minyak / bensin, api, pisau

24
atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk
atau racun serangga.
3. Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan
apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah
melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan
tanda dan gejala untuk bunuh diri.
5. Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.
6. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien
melakukan percobaan bunuh diri, antara lain :
1. Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat
untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut
2. Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas
mendapatkan bantuan medis 
7. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi
pasien
8. Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan
9. Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara
teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya. 
10. Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai
prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya,
benar cara penggunakannya, benar waktu penggunaannya

SP 2 Keluarga: Percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara merawat 


anggota keluarga berisiko bunuh diri. (isyarat bunuh diri)

SP 3 Keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri/isyarat


bunuh diri

SP 4 Keluarga : Membuat perencanaan Pulang bersama keluarga dengan pasien


risiko bunuh diri

3.6Evaluasi
- Perhatikan hari – demi hari.

25
- Libatkan klien dalam mengevaluasi prilakunya.

1. Apakah ancaman Bunuh diri sudah menghilang ?


2. Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan sehari-hari ?
3. Apakah sumber koping sudah dipakai semua ?
4. Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan positif ?
5. Apakah sudah memakai koping positif ?
6. Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri ?
7. Apakah klien sudah mendapat keyakinan untuk pertumbuhan diri ?

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi orang
yang penuh stress dan berkembang dalam beberapa rentang.
Banyak penyebab/alasan seseorang melakukan bunuh diri
diantaranyakegagalan beradaptasi,perasaan marah dan terisolasi, dan lainnya
Bunuh diri biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman bunuh diri serta
percobaan bunuh diri. Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah
orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat
untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut

DAFTAR PUSTAKA

27
Eko Prabowo. 2014. Konsep dan Aplikasi Keperawatan Jiwa. Jakarta: Nuha
Medika

SUMBER: Sutejo. 2019. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Penerbit Baru

28

Anda mungkin juga menyukai

  • Statistik Univariat
    Statistik Univariat
    Dokumen9 halaman
    Statistik Univariat
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • PSIKOFARMAKA
    PSIKOFARMAKA
    Dokumen15 halaman
    PSIKOFARMAKA
    septri annisa azmi
    100% (1)
  • Kelompok 4 Terapi Modalitas
    Kelompok 4 Terapi Modalitas
    Dokumen26 halaman
    Kelompok 4 Terapi Modalitas
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • CTG
    CTG
    Dokumen37 halaman
    CTG
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • Debat
    Debat
    Dokumen3 halaman
    Debat
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • Anti Korupsi
    Anti Korupsi
    Dokumen38 halaman
    Anti Korupsi
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat
  • Skenario Pbak
    Skenario Pbak
    Dokumen6 halaman
    Skenario Pbak
    septri annisa azmi
    Belum ada peringkat