“ANSIETAS”
Kelompok 1
2.C
DOSEN PEMBIMBING:
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT Atas segala taufik, hidayah
serta inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Jiwa ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti.
Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada junjungan kita
Nabi MuhammadSAW.
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang
berkaitan dengan Keperawatan Jiwa.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui
hambatan dan juga kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari
banyak pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa
melampaui batas waktu yang telah di tentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi lebih sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis
hanya dapat berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak
serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDHULUAN
1.1 Latar
belakang .......................................................................................................4
1.2 Rumusan
Masalah .................................................................................................5
1.3
Tujuan ....................................................................................................................5
2.2 Penyebab
Ansietas .................................................................................8
2.4 Tingkatan
Ansietas ................................................................................10
BAB IV KESIMPULAN
3
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009.
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian (Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
4
g. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien resiko bunuh diri?
h. Apa diagnosa keperawatan pada pasien resiko bunuh diri?
i. Bagaimana intervensi pada pasien resiko bunuh diri?
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009).
Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya
untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman
verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri.
(Clinton, 1995, hal. 262).
5
Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan
sengaja (DSH = deliberate self-harm), istilah yang terakhir ini, menjadi topik
besar dalam psikiatri. Di dunia, lebih dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari.
Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, sekarang peracunan diri sendiri
bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada
pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak.
Bunuh diri cenderung terjadi pada usia diatas 45 tahun, pria, tidak pandang
kelas sosial disertai depresi besar dan telah direncanakan. Percobaan bunuh diri
cenderung dilakukan oleh wanita muda dari kelas sosial bawah, jarang disertai
dengan depresi besar dan bersifat impulsif.
2.2 Etiologi
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
6
penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social
sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan
zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotinin, adrenalin, dan
dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang
otak Electro Encephalo Graph (EEG).
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi
individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih
untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan
banyak faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan
bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku
bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan
keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam
kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka
bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang
melakukan tindakan bunuh diri.
7
2.2.2 Mekanisme Koping
8
yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau
bekerja seenaknya dan tidak optimal.
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria,
Nita, 2009) dibagi menjadi tiga kategori yang sebagai berikut.
9
Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah kepada kematian. Aktivitas ini dapat diklasifikasikan sebagai langsung
atau tidak langsung. Perilaku destruktif-diri langsung mencakup setiap bentuk
aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini
sebagai hasil yang diinginkan. Lama perilaku berjangka pendek, (Stuart,2006, hal
226).
1. Merokok
2. Mengebut
3. Berjudi
4. Tindakan kriminal
5. Penyalahgunaan zat
6. Perilaku yang menyimpang secara sosial
7. Prilaku yang menimbulkan stress.
8. Ketidakpatuhan pada tindakan medis
10
2.4 Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009) :
4. Impulsif.
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
14. Pekerjaan.
11
19. Sumber-sumber social.
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh
diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok
tersebut sangat mengharapkannya.
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan
masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan
yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau
kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan
atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien
untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien
melakukan bunuh diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu
diperhatikan, yaitu :
12
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,
namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak
berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana
bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan
ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat tinggi.
13
2.6 Pohon Masalah
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
3.1Pengkajian
1. Riwayat masa lalu :
4. Riwayat pengobatan.
7. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :
1. Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit.
15
3. Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah,
keparahan gangguan mood
5. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik
psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat
penyalahgunaan zat.
8. Symptom
8.1:
1. Ide bunuh diri
16
3. Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk
merencanakan dan mengagas akan suicide
4. Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu
diakses oleh klien
Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang riwayat
kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri :
17
10. Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri
misal pistol, obat, racun
11. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan
pengobatan
12. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial
18
3.2.2 Keputus asaan
3.2.3 Ketidak berdayaan
3.2.4 Gangguan konsep diri : HDR
3.2.5 Gangguan konsep diri : Gangguan citra tubuh.
3.2.6 Kecemasaan.
3.2.7 Berduka disfungsional
3.2.8 Koping individu tak efektif.
3.2.9 Penatalaksanaan regimen therapeutik in efektif
3.2.10 Koping keluarga tak efektif : Ketidakmampuan.
3.3Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan
masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini (here and now). Perawat juga meniali
diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal
sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman
bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.
Perencanaan.
Tujuan :
19
1. Mencegah menyakiti diri sendiri.
2. Meningkat harga diri klien
3. Menggali masalah dalam diri klien.
4. Mengajarkan koping yang sehat.
3.5 Intervensi
Perawat harus menyadari responsnya terhadap suicide supaya bersikap
obyektif.
1. Verbal
2. Nonverbal : Menghilangkan benda – benda berbahaya seperti : Ikat pinggang,
benda tajam.
3. Observasi Perilaku (Mencegah klien melukai dirinya)
4. Perhatikan verbal & nonverbal klien.
5. Ditempatkan ditempat aman, bukan diisolasi dan semua tindakan dijelaskan
6. Pengawasan selama 24 jam (Menemani pasien terus-menerus sampai Dia dapat
dipindahkan ketempat yang aman)
7. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
8. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
9. Intervensi krisis klien tetap waspada.
10. Kadang – kadang klien merasa baik, dan berhenti tapi karena kambuh lagi
Pada klien yang anoreksia, awasi klien pada saat makan, agar banyak yang
dimakan.
20
2. Meningkatkan harga diri
- Setiap kegiatan / prilaku positif segera dipuji.
- Menghilangkan rasa bersalah & menyalahkan
- Sediakan waktu untuk klien sehingga klien merasa dirinya penting
- Bantu untuk mengekspresikan perasaan positif/negatif, beri reinforcement
- Identifikasi sumber kepuasan dan rencana aktivitas yang cepat berhasil
- Dorong klien menuliskan hasil yang telah dicapai
4. Eksplorasi perasaan.
Tujuan membuat klien memahami proses penyakitnya/ masalahnya.
- Mengeksplorisasi faktor predisposisi & pencetus.
- Mengikuti terapi kelompok.
- Mengarah pada masalahnya.
Misal : Klien marah, belajar marah konstruktif.
21
- Mengajarkan tentang pola – pola suicide & cara mengatasinya.
- Keluarga mencurahkan perasaan dan membuat rencana masa depan.
- Kalau perlu terapi keluarga.
- Buat pusat penanganan krisis.
7. Pendidikan mental
- Pendidikan gizi bagi A. Nervosa dan bulimia.
- Pentingnya patuh pada prigram pengobatan.
- Penyakit kronis yand diderita.
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka
saudara dapat melakukan tindakan berikut:
22
mengancam atau mencoba bunuh diri
b. Tindakan:
23
e. Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b. Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
c. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik
24
atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk
atau racun serangga.
3. Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan
apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah
melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan
tanda dan gejala untuk bunuh diri.
5. Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.
6. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien
melakukan percobaan bunuh diri, antara lain :
1. Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat
untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut
2. Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas
mendapatkan bantuan medis
7. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi
pasien
8. Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan
9. Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara
teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
10. Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai
prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya,
benar cara penggunakannya, benar waktu penggunaannya
3.6Evaluasi
- Perhatikan hari – demi hari.
25
- Libatkan klien dalam mengevaluasi prilakunya.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi orang
yang penuh stress dan berkembang dalam beberapa rentang.
Banyak penyebab/alasan seseorang melakukan bunuh diri
diantaranyakegagalan beradaptasi,perasaan marah dan terisolasi, dan lainnya
Bunuh diri biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman bunuh diri serta
percobaan bunuh diri. Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah
orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat
untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut
DAFTAR PUSTAKA
27
Eko Prabowo. 2014. Konsep dan Aplikasi Keperawatan Jiwa. Jakarta: Nuha
Medika
28