Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TERAPI MODALITAS DALAM ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu : Aan Somana S.Kep., M.Pd., M.N.S

Disusun Oleh:
Asep Irpan Agustiawan E.0105.21.005
Dian Berlian E.0105.21.027
Dwi Sri Wulandari E.0105.21.029
Eghbal Hamidy Elfikri E.0105.21.030
Elis Saripah E.0105.21.031
Fadilah Nuraisah E.0105.21.033
Fajar Fathurrohman E.0105.21.035
Fitri Mulyani E.0105.21.037
Livi Sri Juniarti E.0105.21.047
Mega Diana E.0105.21.048
Tharisya Novi E.0105.21.012

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BUDI LUHUR CIMAHI

i
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Cimahi, Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.3.1 Tujuan Umum 2
1.3.2 Tujuan Khusus 2
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
2.1 Citra Tubuh 3
2.1.1 Pengertian Terapi Modalita 4
2.1.2 Tujuan Terapi Modalitas 4
2.1.3 Peran Perawat Dalam Terapi Modalitas 4
2.1.4 Jenis-Jenis Terapi Modalitas 5
BAB 3 Penutup
2.2.1 Kesimpulan 7
2.2.2 Saran 8
2.2.3 Daftar Pustaka 9

iii
BAB I
PENNDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Jhonson (1997), kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat
emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal
yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif
dan kestabilan emosional. Kesehatan jiwa juga dapat diartikan sebagai
keadaan sejahtera yang dikaitkan dengan kebahagiaan, kegembiraan, asan,
pencapaian, optimisme, dan harapan. Sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mendefeniskan kesehatan itu sendiri sebagai sehat fisik, mental dan
sosial bukan sematamata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Jadi
Seseorang dapat dianggap sehat jiwa jika mereka mampu bersikap positif
terhadap diri sendiri, memiliki kestabilan emosi, memiliki konsep diri yang
positif dan memiliki rasa bahagia dan puas (Dalam Videbeck, 2008).
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi
kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi.
Penyebab gangguan jiwa yang banyak diderita terjadi karena frustasi, napza
(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan,
organik dan ekonomi. Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi
yaitu karena frustasi. Di Indonesia sendiri berdasarkan (Rikesda tahun 2007)
bahwa prevelansi gangguan jiwa berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat
sampai lima penduduk dari 1000 penduduk Indonesia menderita gangguan
jiwa berat. Angka gangguan jiwa di Indonesia telah mencapai 10% dari
populasi penduduknya.
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda
terhadap apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan jiwa itu
terjadi. Perbedaan pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model
konseptual kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda dengan
pandangan model social, model perilaku, model eksistensial, model medical,
berbeda pula dengan model stress – adaptasi. Masing-masing model memiliki
pendekatan unik dalam terapi gangguan jiwa. Berbagai pendekatan

4
penanganan klien gangguan jiwa inilah yang dimaksud dengan terapi
modalitas yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan
perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.
Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa.
Terapi ini diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang
maladaptif menjadi perilaku yang adaptif ( Prabowo, 2014). Terapi Modalitas
adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi
yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Ada
beberapa terapi yang dapat dilakukan oleh perawat pada pasien dengan
masalah kejiwaan yaitu, terapi aktivitas kelompok dan terapi keluarga.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok sebagai target
asuhan. Terapi Aktivitas Kelompok dilakukan untuk meningkatkan
kematangan emosional dan psikologis pada pasien yang mengidap gangguan
jiwa pada waktu yang lama. Didalam kelompok terjadi dinamika dimana
setiap anggota kelompok saling bertukar informasi dan berdiskusi tentang
pengalaman serta membuat kesepakatan untuk mengatasi masalah anggota
kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok memberikan hasil yang lebih besar
terhadap perubahan perilaku pasien, meningkatkan perilaku adaptif serta
mengurangi perilaku maladaptif. Bahkan Terapi Aktivitas Kelompok
memberikan modalitas terapeutik yang lebih besar dari pada hubungan
terapeutik antara dua orang yaitu perawat dan klien (Direja, 2011).
Sedangkan terapi keluarga merupakan suatu psikoterapi modalitas
dengan fokus pada penanganan keluarga sebagai unit sehingga dalam
pelaksanaannya terapis membantu keluarga dalam mengidentifikasi dan
memperbaiki keadaan yang maladaptif, kontrol diri pada anggota yang kurang
serta pola hubunganyang tidak konstruktif. Terapi keluarga lebih
menggunakan pendekatan terupeutik untuk melihat masalah individu dalam
konteks lingkungan khususnya keluarga dan proses interpersonal (Prabowo,
2014).

5
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari terapi modalitas?
2. Bagaimana tujuana dari terapi modalitas?
3. Apa saja Peran perawat dalam terapi modalitas?
4. Apa saja jenis-jenis terapi modalitas?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari terapi modalitas
2. Untuk mengetahui tujuan dari terapi modalitas
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi modalitas
4. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi modalitas dalam keperawatan jiwa

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian terapi modalitas


Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa.
Terapi ini diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang
maladaptif menjadi perilaku yang adaptif ( Prabowo,2014).
Terapi modalitas keperawatan jiwa merupakan bentuk terapi non-
farmakologis yang dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap
klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengann lingkungan masyarakat
sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap berhubungan
dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada ketika menjalani
terapi (Nasir dan Muhits, 2011).
2.2 Tujuan terapi modalitas
Tujuan dilaksanakannya terapi modalitas dalam keperawatan jiwa adalah:
1. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku pasien
2. Mengurangi gejala gangguan jiwa
3. Memperlambat kemunduran
4. Membantu adaptasi terhadap situasi sekarang
5. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
6. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
7. Meningkatkan aktivitas
8. Meningkatkan kemandirian (Prabowo,2014).
2.3 Peran perawat dalam terapi modalitas
Secara umum penan perawat dalam pelaksanaan terapi modalitas
bertindak sebagai leader,fasilitator,evaluator,dan motivator ( Nasir dan
Muhits, 2011). Tindakan tersebut meliputi:
1. Mendidik dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga, misalnya
perawat menjelaskan mengapa komunikasi itu penting ,apa visi seluruh
keluarga,kesamaan harapan apa yang dimiliki semua anggota keluarga.
2. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien
untuk mencapai tujuan dan usaha untuuk berubah. Perawat menyakinkan

7
bahwa anggota keluarga klien mampu memecahkan masalah yang
dihadapi anggota keluarganya.
3. Mengkoodinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan. Perawat
menunjukkan institusi kesehatan mana yang harusbekerja sama dengan
keluarga dan siapa yang bisa diajak konsultasi
4. Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder dan tersier melalui
penyuluhan, perawatan dirumah, pendidikan dan sebagainnya. Bila ada
anggota keluarga yang kurang memahami perilaku sehat didiskusikan
atau bila ada keluarga yang membutuhkan perawatan.
2.4 Jenis-jenis terapi modalitas
1. Terapi keluarga
a. Pengertian
Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat
masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan
menitik beratkan pada proses interpersonal.Tetapi keluarga merupakan
intervensi spesifik dengan tujuan membina komunikasi secara terbuka dan
interaksi keluarga secara sehat (Nasir dan Muhits, 2011).
Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk psikoterapi
kelompok yang berdasarkan pada kenyataan bahwa manusia adalah
mahluk sosial dan bukan suatu mahluk yang terisolir.
b. Kerangka teoritis Terapi keluarga
1. Model struktural (Minuchin)
Model ini dikembangkan oleh Minuchin, konsepnya adalh keluarga
adalah suatu sistem sosiokultural terbuka sebagai sarana dalam
memenuhi kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berkurang apabila
kebutuhan individu dan anggota lainnya dijumpai maladaptive dan
tidak bisa saling menyesuaikan. Fokus terapinya adalah perubahan
adaptasi dari maladaptif menjadi adaptif untuk memudahkan
perkembangan keluarga. Usaha terapi meliputi hubungan keluarga,
evaluasi struktur dasar keluarga, kemampuan dan upaya seluruh
anggota keluarga untuk saling menerima perbedaan dan saling
memahami karakter.

8
2. Model terapi Bowenian
Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu
sistem yang terdiri  dari berbagai subsistem, seperti pernikahan,
orang tua-anak & saudara kandung (sibling) dimana setiap subsistem
tersebut dibagi kedalam subsistem individu dan jika terjadi gangguan
pada salah satu subsistemnya maka akan menyebabkan perubahan
pada bagian lainnya bahkan bisa sampai ke suprasistem keluarga
tersebut yaitu masyarakat.
c. Tujuan :
1) Menurunkan konflik kecemasan keluarga.
2) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-
masing anggota keluarga.
3) Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis.
4) Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
5) Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari
luar anggota keluarga
6) Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat
perkembangan anggota keluarga
d. Manfaat terapi keluarga :
1) Klien
1. Mempercepat proses penyembuhan
2. Memperbaiki hubungan interpersonal.
3. Menurunkan angka kekambuhan
2) Keluarga
1. Memperbaiki fungsi & struktur keluarga
2. Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien
sehingga lebih dapat . menerima, toleran & menghargai klien
sebagai manusia
3. Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu
klien dalam proses rehabilitasi
e. Peran Perawat Dalam Terapi Keluarga

9
Untuk peran perawat sendiri dalam terapi keluarga adalah melakukan
asuhan keperawatan yang relevan dimana untuk perawat yang tidak
memiliki sertifikasi dalam melaksanakan terapi adalah memberikan psiko
edukasi pada keluarga sedangkan bagi yang memiliki sertifikasi adalah
memberikan terapi sesuai dengan kondisi pasien. Sementara itu, menurut
Newman intervensi yang dilakuakn perawat mencakup intervensi primer
dan tersier yaitu :
1) Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota
keluarga.
2) Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung
klien untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah
3) Mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan
4) `Memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi,dll
.
f. Peran Keluarga Dalam Terapi keluarga
1. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat
bahaya terhadap diri klien dan aktivitasnya.
2. Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka.
3. Membantu anggota bagaimana memandang orang lain.
4. Tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah dipahami
klien.
5. Membangun self esteem.
6. Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi.
7. Menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis.
8. Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab

2. Terapi Lingkungan
a. Pengertian
Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien
melalui manipulasi dan modifikasi unsur-unsur yang ada pada
lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu

10
serta mendukung proses penyembuhan. ( Farida Kusumawati & Yudi
Hartono, 2011)
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata
lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku
maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua
lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah
memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan
memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
b. Konsep Terapi Lingkungan
Lingkungan telah didefinisikan dengan berbagai pandangan,
lingkungan merujuk pada keadaan fisik, psikologis, dan social diluar
batas system, atau masyarakat dimana system itu berada (Murray Z.,
1985).
Menurut ICN, pada tahun 2020 nanti diseluruh dunia akan
terjadi pergeseran penyakit. Perubahan sosial ekonomi yang sangat
cepat dan situasi sosial politik Indonesia yang tidak menentu
menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan,
dan kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan
gangguan mental dalam kehidupan manusia, pada saat ini terjadi
peningkatan sekitar 20%.
Menurut Bloom, 60% faktor yang menentukan status kesehatan
seseorang adalah kondisi lingkungannya. Upaya terapi harus bersifat
komprehensif, holistik, dan multidisipliner.
c. Tujuan
Menurut Farida Kusumawati & Yudi Hartono :
1. Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri.
2. Mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain
3. Membantu belajar mempercayai orang lain.
4. Mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.

Menurut Stuart dan Sundeen :

11
1. Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang
mengalami gangguan mental, dengan cara membantu individu
dalam mengembangkan harga diri
2. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain
3. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain
4. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat.
5. Mencapai perubahan yang positif.
d. Karakteristik Terapi Lingkungan
Lingkungan harus bersifat terapeutik yaitu: mendorong terjadi proses
penyembuhan, lingkungan tersebut harus memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkannya.
2. Pasien merasa senang /nyaman.dan tidak merawsa takut dengan
lingkungannya.
3. Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuhi.
4. Lingkungan rumah sakit/bangsal yang bersih.
5. Lingkungan menciptakan rasa aman dari terjadinya luka akibat
impuls-impuls pasien.
6. Personal dari lingkungan rumah sakit/bangsal menghargai pasien
sebagai individu yang memiliki hak, kebutuhan dan pendapat serta
menerima perilaku pasien sebagai respon adanya stress.
7. Lingkungan yang dapat mengurangi pembatasan-pembatasan atau
larangan dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menentukan pilihannya dan membentuk perilaku yang baru.

Menurut Florence Nightingale terapi lingkungan harus memilki


karakteristik:
1. Memudahkan perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu
dan kelompok selama 24 jam.
2. Adanya proses pertukaran informasi.
3. Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan.

12
4. Pasien merasa senang, nyaman, aman, dan tidak meraswa takut
baik dari ancaman psikologis maupun ancaman fisik.
5. Penekanan pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan focus
komunikasi terapeutik.
6. Staf membagi tanggung jawab bersama pasien.
7. Personal dari lingkungan manghargai klien sebagai individu yang
memiliki hak, kebutuhan, dan tanggung jawab.
8. Kebutuhan fisik klien mudah terpenuhi.
e. Aspek-Aspek Lingkungan Fisik
A. Lingkungan Fisik Tetap
Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal
maupun internal. Bagian eksternal meliputi struktur luar rumah sakit,
yaitu lokasi dan letak gedung sesuai dengan program pelayanan
kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat. Berada di
tengah-tengah pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta
tidak diberi pagar tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat
membantu memelihara hubungan terapeutik pasien dengan
masyarakat. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap
mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi.
Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai
keadaan rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar
mandi tertutup, WC, dan ryang makan. Masing-masing ruangan
tersebut diberi nama dengan tujuan untuk memberikan stimulasi pada
pasien khususnya yang mengalami ganggua
Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal
terapi aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal
kegiatan khusus misalnya rapat ruangan.
B. Lingkungan Fisik Semi Tetap
Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi
lemari, kursi, meja, peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dsb.
Semua perlengkapan diatur sedemikian rupa sehingga

13
memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan yang
lainnya serta menjaga privasi pasien.
C. Lingkungan Fisik Tidak Tetap
Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal
individu serta sangat dipengaruhi oleh social budaya.
D. Lingkungan Psikososial
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang
memungkinkan pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat
mengambil keputusan serta toleransi terhadap tekanan eksternal.

Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam


berinteraksi dengan pasien antara lain :
- Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk
mempertahankan, mengubah tingkah laku pasien.
- Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari
tingkah laku partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien
dalam kegiatan belajar.
- Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien
sebagai anggota kelompok dan pasien dapat mengikuti atau
mengisi kegiatan.
- Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien.
Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya
kalender harian dan adanya papan nama dan tanda pengenal bagi
petugas kesehatan.
f. Jenis-jenis Kegiatan Terapi Lingkungan
1. Terapi rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang,
dengan tujuan pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif
dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan hubungan
sosial. Contohnya: berenang, main kartu, dan karambol.
2. Terapi kreasi seni

14
Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja
sama denagn orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus
sesuai dengan bakat dan minat, serta memberikan kesempatan pada
klien untuk menyalurkan/ mengekspresikan perasaannya.
Contohnya: menari dan menyanyi.
3. Terapi dengan menggambar dan melukis
Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan
tentang apa yang terjadi dengan dirinya. Dengan menggambar akan
menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran pada kegiatan
4. literatur atau biblio therapi
Terapi dengan membaca seperti novel, majalah dan buku-
buku lain. Dimana pasien diharapkan untuk mendiskusikan
pendapatnya setelah membaca. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan
perasaan/pikiran dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma
yang ada.
5. Pet therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang
tidak mampu mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang
dan pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri, dan
menggunakan objek binatang untuk bermain.
6. Plant therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk
memelihara segala sesuatu/mahluk hidup, dan membantu hubungan
yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya dengan
memelihara tumbuhan, mulai dari menanam dan memelihara, serta
menggunakannya saat tanaman dipetik.
g. Macam-macam Terapi Lingkungan
1) Model Terapi Moral
Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta biasanya
dilakukan dengan pendekatan agama/moral yang menekankan tentang
dosa dan kelemahan individu.

15
Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada
lingkungan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai
keagamaan dan moralitas di tempat asalnya, karena model ini berjalan
bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang diajarkan oleh agama.
Maka tidak mengherankan apabila model terapi moral inilah
yang menjadi landasan utama pembenaran kekuatan hukum untuk
berperang melawan penyalahgunaan narkoba.
2) Model Terapi Sosial
Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas,
dimana adiksi terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena
penyimpangan sosial (social disorder). Tujuan dari model terapi ini
adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut ke arah
perilaku sosial yang lebih layak.
Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu
narkoba hampir selalu terlibat dalam tindakan a-sosial termasuk
tindakan kriminal. Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya
kepada perilaku adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan, bukan
pada obat-obatan yang disalahgunakan. Prakreknya dapat dilakukan
melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi berkelompok (encounter
group).
Tujuannya tidak lain adalah melatih pertanggung-jawaban
sosial setiap individu, sehingga kesalahan yang diperbuat satu orang
menjadi tanggung-jawab bersama-sama. Inilah yang menjadi keunikan
dari model terapi sosial.
3) Model Terapi Psikologis
Model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk
yang menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari
emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik,
sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan
atau melepaskan beban psikologis itu.
Model terapi ini mementingkan penyembuhan emosional
dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya

16
dapat dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai masalah
lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi model psikologis ini
biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik dalam
pusat rehabilitasi maupun dalam terapi pribadi.
4) Model Terapi Budaya
Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah
hasil sosialiasi seumur hidup dalam lingkungan sosial atau
kebudayaan tertentu. Dalam hal ini, keluarga seperti juga
lingkungan dapat dikategorikan sebagai “lingkungan sosial dan
kebudayaan tertentu”.
Dasar pemikirannya adalah, bahwa praktek penyalahgunaan
narkoba oleh anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari
semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang
bersangkutan. Sehingga model ini banyak menekankan pada proses
terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para pecandu narkoba
tersebut
3. Terapi Biologis
Terapi biologis adalah tambahan yang relative baru bagi keluarga
perawatan kanker yang juga meliputi operasi, kemoterapi, dan terapi
radiasi. Terapi biologis menggunakan system kekebalan tubuh, baik
secara langsung atau tidak langsung untuk melawan kanker atau
mengurangi efek samping.
Sistem kekebalan yang kompleks sel-sel jaringan dan organ-organ
yang bekerja sama untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan oleh
“asing” penyerbu. Jaringan ini merupakan salah satu pertahanan utama
tubuh terhadap infeksi dan penyakit. Kerja system kekebalan tubuh
terhadap penyakit selalu dalam berbagai cara.
Contoh terapi modalitas dalam keperawatan jiwa dengan
menggunakan terapi biologis, dimana terapi ini dilakukan untuk
mendalami bagaimana penyakit jiwa dapat terjadi, apakah dari factor
biokimiawi atau factor lainnya. Jenis terapi dapat dibedakan menjadi

17
beberapa jenis seperti melalui obat-obatan, melalui intervensi dan juga
electro terapi.
Terapi biologis (kadang-kadang disebut immunotherapy, biotherapy,
atau terapi pengubah respon biologis) adalah tambahan yang relatif baru
bagi kekarga perawatan kanker yang juga meliputi operasi, kemoterapi,
dan terapi radiasi. Terapi biologis mengenakan sistem kekebalan tubuh,
baik secara langsung atau tidak langsung untuk melawan kanker atau
mengurangi efek samping yang mungkin disebabkan oleh beberapa
pengobatan kanker.Sistem kekebalan yang kompleks sel-sel jaringan
dan organ-organ yang bekrja sama untuk mempertahankan tubuh
terhadap serangan oleh "asing" "non-self" penyerbu. Jaringan ini
merupakan salah satu pertahanan utama tubuh terhadap infeksi dan
penyakit. Kerja sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit, termasuk
kanker, dalam berbagai cara. Sebagai contoh, sistem kekebalan
mungkin mengenali perbedaan antara sele-sel sehat dan sel-sel kanker
dalam tubuh dan bekerja untuk menghilangkan sel-sel kanker. Namun,
sistem kekebalan tidak selalu mengenali sel- sel kanker sebagai "asing".
Selain itu, kanker dapat berkembang ketika sistem kekebalan tubuh
nusak atau tidak berfungsi dengan baik. Terapi biologis dirancang
untuk memperbaiki, merangsang, atau meningkatkan sistem kekebalan
tanggapan Sel-sel sistem kekebalan antara lain:
Limfosit adalah jenis sel darah putih yang ditemukan dalam darah dan
banyak bagian lain dari tubuh. Termasuk jenis limfosit sel B, sel T, dan
Natural Killer sel Sel B (B limfosit) tumbuh menjadi sel plasma yang
mengeluarkan protein yang disebut antibodi (imunoglobulin).

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terapi aktivatas kelompok dan terapi keluarga merupaka. terapi
modalitas yang melihat masalah dalam konteks lingkungan dan keluarga.
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi yang kegiatannya
diikuti oleh beberapa pasien yang mempunyai masalah yang sama atau sejenis
dan dipandu oleh satu atau lebih terapis pada saat yang sama dengan cara
berdiskusi satu sama lain sedangkan Terapi keluarga adalah pendekatan

19
terapeutik yang melihat masalah individu dalam konteks lingkungan
khususnya keluarga dan menitikberatkan pada proses interpersonal.
3.2 Saran
Bagi petugas kesehatan, dalam pemberian asuhan keperawatan untuk
pasien dengan gangguan kejiwaan salah satu cara paling efektif yaitu
diberikan terapi keluarga maupun terapi aktivitas kelompok karena terapi
tersebut. Namun sebelum dilakukan terapi tersebut perawat perlu mempelajari
konsep dan teori terapi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman Surya. (2011). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika

Nasir, Abdul Dan Abdul Muhith. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa:


Pengantar Dan Teori. Jakarta: Salemba Medika

Prabowo, Eko.(2014). Konsep Dan Apliikasi : Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika

20
Purawaningsih, W & Karlina, I. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa ,
Yogyakarta: Nuha Medika

Susana, S.A, & Hendarsih, S. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan


Jiwa, Jakarta: EGC

Videbeck.S.L.(2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep.Iyus. (2008) . Keperawatan Jiwa. Bandung : Pt Rafika Aditama

21

Anda mungkin juga menyukai