Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

* Peran Perawat Jiwa Dan Pelayanan Dan Kolaborasi


Interdisiplin Dalam Kesehatan & Keperawatan Jiwa*

OLEH :

ABRI IRMAWAN P2021 01 020


ADI SAPUTRA P2021 01 038
WIRDA FARADILA P2021 01 145
DEVI ERMI WANDA P2021 01 045
HANIZAH.H P2021 01 010
AULIA AZAHRA P2021 01 015

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2023

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-

negara maju meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan

ketidakmampuan individu dalam berperilaku yang dapat menghambat pembangunan

karena mereka tidak produktif.

Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan jiwa menyeluruh, bukan sekedar

terbatas dari gangguan jiwa tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia sehat, serta

mampu menangani tantangan hidup titik secara medis kesehatan jiwa diterjemahkan

sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik intelektual dan emosional

yang optimal dari seseorang. Perkembangan tersebut berjalan selaras dengan keadaan

orang lain.

Himpitan hidup yang semakin berat dialami hampir oleh semua kalangan

masyarakat sehingga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan jiwa. Pelayanan

kesehatan jiwa yang komprehensif yaitu pelayanan yang difokuskan pada pelayanan

kesehatan jiwa yang primer sekunder dan tersier. Dan pelayanan kesehatan jiwa yang

holistik yaitu pelayanan yang yang difokuskan pada aspek bio psiko sosial kultural dan

spiritual dengan perawatan mandiri individu dan keluarga.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perawat jiwa?
2. Bagaimana peran perawat jiwa?
3. Apa dan bagaimana dengan kolaborasi interdisiplin pada kesehatan dan
keperawatan jiwa?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari perawat jiwa
2. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat jiwa
3. Untuk mengetahui bagaimana kolanorasi interdisiplin pada kesehatan dan
keperawatan jiwa

1.4 Manfaat
Agar pembaca dapat memahami tentang keperawatan kesehatan jiwa melalui dari
pengertian peran perawat jiwa itu sendiri dan bagaimana kolaborasi interdisiplin pada
keperawatan jiwa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kesehatan Jiwa


Keperawatan jiwa merupakan sebagian dari penerapan ilmu tentang perilaku
manusia di, psikososial, bio dan teori-teori kepribadian, di mana penggunaan diri
perawat itu sendiri secara terapeutik sebagai alat atau instrumen yang digunakan
dalam pemberian asuhan keperawatan (Erlinnafsiah,2010).

2.2 Peran Perawat Jiwa


Perawat jiwa memiliki peran dalam tingkat pelayanan kesehatan jiwa yaitu:
1. Peran perawat prevensi primer
 Memberikan penyuluhan tentang prinsip
 Prinsip sehat jiwa
 Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan tingkat kemiskinan dan
pendidikan.
 Memberikan tempat memberikan pendidikan kesehatan
 Melakukan rujukan yang sesuai dengan sebelum gangguan jiwa terjadi
 Membantu klien di RSU untuk menghindari masalah psikiatri di masa
mendatang
 Bersama-sama keluarga memberi dukungan pada anggota
keluarga dan meningkatkan fungsi kelompok.
 Aktif dalam kegiatan masyarakat dan politik yang berkaitan dengan
kesehatan jiwa.

2. Peran dalam prevensi sekunder


 melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa
 melakukan kunjungan rumah atau pelayanan
 memberikan konsultasi
 memberikan psikoterapi individu kelompok, keluarga, pada berbagai tingkat
usia
 memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di RSU

3
 menciptakan lingkungan yang terapeutik
 melakukan supervisi klien yang dapat kan pengobatan
 memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri.
 memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yang telah
teridentifikasi masalah yang dialami

Peran perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi dan spesifikasi
spek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan kolaborasi diantaranya adalah:

1. Peran Pelaksana Pelayanan


Yaitu perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada
individu, keluarga, dan komunitas. dalam menjelaskan perannya perawat menggunakan
konsep perilaku manusia perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta
gangguan jiwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan
komunitas.
Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui
pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan
perencanaan dan
tindakan keperawatan dan melaksanakan tindakan serta evaluasi terhadap tindakan
tersebut.

2. Peran Perawat Pelaksana Pendidikan


Perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu keluarga dan
komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri, anggota keluarga dan
anggota masyarakat lain pada akhirnya diharapkan setiap anggota masyarakat bertanggung
jawab terhadap kesehatan jiwa.
3. Peran perawat sebagai pengelola keperawatan
Perawat harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab
dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan perannya ini perawat
diminta menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan menggunakan berbagai strategi
perubahan yang diperlakukan berperan serta dalam aktivitas pengelolaan kasus dan
mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas keperawatan.

3
4. Peran perawat sebagai pelaksana penelitian
Perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa dengan
menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan
mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa.

2.3 Fungsi Perawat


Fungsi perawat jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan
asuhan keperawatan secara tidak langsung. Fungsi tersebut dapat dicapai melalui aktivitas
perawat jiwa, yaitu:
1. Memberikan lingkungan terapeutik yaitu lingkungan yang ditata sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan perasaan aman nyaman baik fisik mental dan sosial
sehingga dapat membantu penyembuhan pasien B
2. Pekerja untuk mengatasi masalah klien ‘'here and now'' yaitu dalam membantu
mengatasi segera dan tidak ditunda sehingga tidak terjadi penumpukan masalah
3. Sebagai model peran yaitu perawat dalam memberikan bantuan kepada pasien
menggunakan diri sendiri sebagai alat melalui contoh perilaku yang ditampilkan
oleh perawat.
4. memperhatikan aspek fisikdari masalah kesehatan klien merupakan hal yang sangat
penting titik dalam hal ini perawat perlu memasukkan pengkajian biologi secara
menyeluruh dalam evaluasi pasien jiwa untuk mengidentifikasi adanya penyakit
fisik sedini mungkin sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.
5. memberikan pendidikan kesehatan yang ditunjukkan kepada pasien, keluarga dan
komunitas yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, ciri-ciri
sehat jiwa penyebab gangguan jiwa, ciri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan tugas
keluarga, dan upaya perawatan pasien gangguan jiwa.
6. sebagai bagai perantara sosial yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak
pasien, keluarga dan masyarakat dalam memfasilitasi pemecah masalah pasien.
7. kolaborasi dengan tim lain adalah perawat membantu pasien mengadakan kolaborasi
dengan petugas kesehatan lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat
perawat komunitas pekerja sosial, psikologi dll.
8. Memimpin dan membantu tenaga perawatan adalah pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan jiwa didasarkan pada manajemen keperawatan kesehatan jiwa.
9. menggunakan sumber dari masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental.

3
2.4 Pengertian Pelayanan Dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa
Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh sekelompok tim kesehatan profesional meliputi perawat,
dokter, tim kesehatan lainnya maupun pasien dan keluarga pasien sakit jiwa. Yang
mempunyai hubungan yang jelas, dengan tujuan menentukan diagnosa, tindakan tindakan
medis dorongan moral dan kepedulian khususnya kepada pasien Sakit jiwa. Pelayanan
akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dan memberikan
pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien Sakit jiwa.
Anggota tim kesehatan meliputi: pasien, perawat, dokter fisioterapi, pekerja sosial
ahli gizi manajer dan apoteker titik oleh karena itu tim kolaborasi interdisiplin hendaknya
memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab yang saling menghargai antara satu
sama anggota tim. Secara integral, pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi
pasien dalam mengambil keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi
efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien
sebagai pusat anggota tim. Karena dalam hal ini pasien Sakit jiwa tidak dapat berpikir
dengan nalar dan pikiran yang rasional, maka keluarga pasien lah yang dapat dijadikan
pusat dari anggota tim.
Disana anggota tim dapat berkolaborasi dalam menentukan tindakan-tindakan yang
telah ditentukan titik apabila pasien Sakit jiwa tidak memiliki keluarga terdekat, maka
disinilah peran perawat dibutuhkan sebagai pusat anggota tim. Karena perawat lah yang
paling sering berkomunikasi dan kontak langsung dengan pasien Sakit jiwa. Perawat
berada di samping pasien dan banyak kesempatan untuk memberikan pelayanan yang baik
dengan tim yang baik.
Perawat adalah anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari
praktik profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien
dan pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah
penyakit itik pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian
obat dan pembedahan titik mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya
sebagaimana membuat referral pemberian pengobatan.

3
2.5 Elemen Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif
Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak
dalam mencapai tujuan titik elemen penting untuk mencapai kolaborasi interdisiplin yang
efektif meliputi kerjasama, asertivitas tanggung jawab, komunikasi kewenangan dan
koordinasi seperti skema dibawah ini.

1. Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa
beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan
2. Ketegasan penting ketika individu dalam mendukung pendapat mereka dengan
keyakinan titik tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar
dan konsensus untuk dicapai.
3. Tanggung jawab artinya mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil
konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya
4. Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi
informasi penting mengenai perawatan pasien sakit jiwa dan isu yang relevan untuk
membuat keputusan klinis.
5. Pemberian pertolongan artinya masing-masing anggota dapat memberikan tindakan
pertolongan namun tetap mengacu pada aturan aturan yang telah disepakati titik
6. Kewenangan mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
7. Koordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien sakit
jiwa mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam
penyelesaian permasalahan.
8. Tujuan umum artinya setiap argumen atau tindakan yang dilakukan memiliki tujuan
untuk kesehatan pasien sakit jiwa.

Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika:


 Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama
 Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya.
 Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
 Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung dalam
tim.

3
2.6 Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, kontribusi praktisi profesional,
kolegalitas komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas
menekankan pada saling menghargai, dan peningkatan profesional untuk masalah-masalah
dalam tim daripada menyalahkan seseorang atau menghindari tanggung jawab.
1. Beberapa tujuan kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa
antaralain: memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional untuk pasien sakit jiwa.
2. Produktivitas maksimal serta efektivitas dan efisiensi sumberdaya.
3. Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja dan loyalitas.
4. Meningkatnya kohesivitas antar profesional.
5. Menjelaskan peran dalam berinteraksi antar profesional.
6. Menumbuhkan komunikasi, menghargai argumen dan memahami orang lain.

2.7 Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin Dalam


Keperawatan Jiwa
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah titik ada
beberapa hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi:
1. ketidak sesuaian pendidikan dan latihan anggota tim
2. struktur organisasi yang konvensional
3. konflik peran dan tujuan
4. kompetisi interpersonal
5. status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri.

3
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
untuk mencapai pelayanan keperawatan pasien sakit jiwa yang efektif maka
keluarga,perawat dokter dan tim kesehatan lainnya harus berkolaborasi satu sama lain.
Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-
masing profesi memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika
digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan titik
kolaborasi efektif antara anggota tim kesehatan terselenggaranya pelayanan keperawatan
jiwa yang berkualitas. ada banyak hambatan antara anggota dan interdisiplin, meliputi
ketidak sesuaian pendidikan dan latihan anggota tim, struktur organisasi yang
konvensional, konflik peran dan tujuan, kompetensi interpersonal, status dan kekuasaan,
dan individu itu sendiri.

3.2 Saran
Demikianlah isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang
kami uraikan.oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca untuk memperbaiki makalah selanjutnya.

3
DAFTAR PUSTAKA

Dalami E, 2010.Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media2.


Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat dalam Praktik Kepeawatan Jiwa. Jakarta:
Trans InfoMedia

Anda mungkin juga menyukai