Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FUNGSI DAN PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA

DISUSUN OLEH KELOMPOK:7

KEPERAWATAN 6 B

YUTRIA TELAUMBANUA(1914201096)

TIARA AMELIA(1914201089)

IZATI PUTRI DINANTI(1914201065)

DOSEN PEMBIMBING:NS.DIANA ARIANTI M.kep

KEPERAWATAN STIKES ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia –NYA
penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Fungsi dan peran perawat dalam
kesehatan jiwa.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.Oleh
karena itu,penulis mengharapkan saran dan kritik membangun yang ditujukan demi
kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu acuan dan petunjuk bagi pembaca
dan temen-teman semua.Dan semoga makalah ini dapat dijadikan untuk menambah
pengetahuan kita semua tentang keperawatan CMHN.

Padang, Maret 2022


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
Negara- negara maju, meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan
tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berperilaku yang
dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif (Hawari,
2009).

Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan jiwa menyeluruh, bukan


sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan
bahagia, sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis,
kesehatan jiwa diterjemahkan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang.
Perkembangan tersebut berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Febriani,
2008).

Himpitan hidup yang semakin berat di alami hampir oleh semua kalangan
masyarakat sehingga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan jiwa
(Intan,2010).

Pelayanan kesehatan jiwa yang komperehensif yaitu pelayanan yang difokuskan


pada pelayanan kesehatan jiwa primer,sekunder dan tersier. Dan pelayanan
kesehatan jiwa yang holistic yaitu pelayanan yang difokuskan pada aspek bio-
psiko-sosio-kultural dan spiritual dengan perawatan mandiri individu dan
keluarga.
Pelayanan kesehatan berperan penting untuk menjalankan konsep kesehatan
jiwa masyarakat. Yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan klien dalam memelihara kesehatan jiwanya.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


220/MENKES/SK/III/1992 tentang pedoman umum tim Pembina, Pengarah,
Pelaksana kesehatan jiwa Masyarakat. Kesehatan Jiwa Masyarakat (Community
Mental Health) merupakan suatu orientasi kesehatan jiwa yang dilaksanakan di
masyarakat. Kesehatan jiwa masyarakat ini dititik beratkan pada upaya promotif
dan preventif tanpa melakukan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Selama ini ada kesalahan dalam menerapkan pelayanan kesehatan jiwa, dimana
pelayanan kesehatan jiwa hanya berbasis di Rumah Sakit, sehingga orang yang
datan hanya yang mengalami gangguan jiwa berat, seetelah sembuh mereka
pulang dan akan datang lagi jika terserang lagi. WHO menyarankan agar
penanganan kesehatan jiwa lebih dtekankan atau berbasis pada Masyarakat
(Community Based), sehingga masyarakat diharapkan mampu menangani kasus
gangguan jiwa yang ringan, dan hanya yang berat ang dilayani oleh Rumah
Sakit Jiwa (Moersalin, 2009).
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Perawat Jiwa
Keperawatan jiwa merupakan merupakan sebagian dari penerapan ilmu tentang
perilaku manusia, psikososial, bio-psik dan teori-teori kepribadian, dimana
penggunaan diri perawat itu sendiri secara terapeutik sebagai alat atau instrumen yang
digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan (Erlinafsiah, 2010).
B.Fungsi Perawat Jiwa

Fungsi perawat jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan
asuhan keperawatan secara tidak langsung (Erlinafsiah, 2010). Fungsi tersebut dapat
dicapai melalui aktifitas perawat jiwa, yaitu:

1.Memberikan lingkungan terapeutik yaitu lingkungan yang ditata sedemikian rupa


sehingga dapat memberikan perasaan aman, nyaman baik fisik, mental,dan sosial
sehingga dapat membantu penyembuhan pasien.

2.Bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now” yaitu dalam membantu
mengatasi segera dan tidak ditunda sehingga tidak terjadi penumpukkan masalah.

3.Sebagai model peran yaitu perawat dalam memberikan bantuan kepada pasien
menggunakan diri sendiri sebagai alat melalui contoh perilaku yang ditampilkan oleh
perawat.

4.Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien merupakan hal yang sangat
penting.Dalam hal ini perawat perlu memasukkan pengkajian biologis secra
menyeluruh dalam evaluasi pasien jiwa untuk mengidentifikasi adanya penyakit fisik
sedini mungkin sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.

5.Memberikan pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien, kleuarga dan


komunitas yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, ciri-ciri sehat
jiwa, penyebab gangguan jiwa, ciri- ciri gangguan jiwa, fungsi dan tugas keluarga,
dan upaya perawatan pasien ganggua jiwa.

6.Sebagai perantara sosial yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak pasien,
keluarga dan masyarakat dalam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.

7.Kolaborasi dengan tim lain adalah perawat membantu pasien mengadakan


kolaborasi dengan petugas kesehatan lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan
masyarakat (perawat komunitas), pekerja sosial, psikolog, 8.Memimpin dan
membantu tenaga perawatan adalah pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan jiwa
didasarkan pada manajemen keperawatan kesehatan jiwa.

9.Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental. Hal ini


penting diketahui oleh perawat bahwa sumber-sumber yang ada dimasyarakat perlu
diidentifikasi untuk digunakan sebagai faktor pendukung dalam mengatasi masalah
kesehatan jiwa yang ada dimasyarakat.

C.Peran Perawat Kesehatan Jiwa


Peran perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi dan spesifik
(Dalami, 2010). Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan kolaborasi
diantaranya adalah yang pertama yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan, yaitu
perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada individu,
keluarga dan komunitas. Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan konsep
perilaku manusia, perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta
gangguan jiwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga
dan komunitas.Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif
melalui pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan
keperawatan serta evaluasi terhadap tindakan tersebut.

Peran perawat yang kedua yaitu sebagai pelaksana pendidikan keperawatan yaitu
perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu, keluarga dan komunitas
agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri, anggota keluarga dan anggota
masyarakat lain. Pada akhirnya diharapkan setiap anggota masyarakat bertanggung
jawab terhadap kesehatan jiwa.

Peran yang ketiga yaitu sebagai pengelola keperawatan adalah perawat harus
menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan
keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan perannya ini perawat diminta menerapkan
teori manajemen dan kepemimpinan, menggunakan berbagai strategi perubahan yang
diperlukan, berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus dan mengorganisasi
pelaksanaan berbagai terapi modalitas keperawatan.

Peran perawat yang kekempat yaitu sebagai pelaksana penelitian yaitu

perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa dan menggunakan


hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa.

Perawat jiwa memiliki peran dalam tingkat pelayanan kesehatan jiwa yaitu:Peran
dalam prevensi primer,Peran dalam prevensi sekunder,Peran dalam prevensi tersier:

1.Peran Dalam Prevensi Primer

 Memberikan penyuluhan tentang prinsip-prinsip sehat jiwa


 Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat kemiskinan, &
pendidikan
 Memberikanpendidikankesehatan
 Melakukan rujukan yang sesuai dengan sebelum gangguan jiwa terjadi
 Membantu klien di RSU untuk menghindari masalah psikiatri dimasa
mendatang
 Bersama-sama keluarga memberi dukungan pada anggota keluarga &
meningkatkan fungsi kelompok
 Aktif dalam kegiatan masyarakat & politik yang berkaitan dengan kesehatan
jiwa

2.Peran Dalam Prevensi Sekunder

 Melakukan skrining & pelayanan evaluasi kesehatan jiwa


 Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan
 Memberikan konsultasi
 Melaksanakan intervensi krisis
 Memberikan psikoterapi individu, keluarga, dan kelompok pada berbagai
tingkat usia
 Memberikan intervensi pada komunitas & organisasi yang telah teridentifikasi
masalah yang dialaminyananganan dirumah
 4. Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di RSU
 5. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
 Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan
 Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri

3.Peran Dalam Prevensi Tersier

 Melaksanakan latihan vokasional & rehabilitasi


 Mengorganisasi “after care” untuk klien yang telah pulang dari fasilitas
kesehatan jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas
 Memberikan pilihan “partial hospitalization” (perawatan rawat siang) pada
klien
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang efektif maka
keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya harus berkolaborasi satu
dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih
berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi memiliki kompetensi
profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kolaborasi yang efektif antara anggota
tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan keperawatan jiwa yang
berkualitas. 

Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah dalam


keperawatan jiwa. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi
ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim, struktur organisasi yg
konvensional, konflik peran dan tujuan, kompetisi interpersonal, status dan
kekuasaan, dan individu itu sendiri

Saran

Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi
yang kami uraikan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaborating for


Optimal Health, Second Editions. Apleton and Lange. Prenticehall. USA
Dalami E, 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat dalam Praktik Kepeawatan Jiwa.Jakarta: Trans
Info Media
Febriani, 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Universitas Sumatera Utara. Sumatera
Utara.
Hawari, 2009. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Universitas Sumatera Utara. Sumatera
Utara.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 220/MENKES/SK/III/1992

Anda mungkin juga menyukai