KARYA ILMIAH
142401226
DEPARTEMEN KIMIA
MEDAN
2017
KARYA ILMIAH
DEPARTEMEN KIMIA
MEDAN
2017
Departemen : Kimia
Disetujui di
Medan, Juni 2017
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas Kasih Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang diberi judul
―PENENTUAN NILAI DOBI ( Deteration Of Bleachability Index ) DALAM CPO
DENGAN PELARUT N-HEKSAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI‖ yang
dilaksanakan berdasarkan pengamatan dan perlakuan selama melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan di PT. PALMCOCO LABORATORIES.
Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada program studi Diploma-III Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisa karya ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, motivasi,
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua penulis ayahanda tercinta Pindo Kaban dan Ibunda tersayang Pdt.
Tanaria br Sembiring, serta kakanda Friska Mei Sehati Ginting, Bryanda
Putra Kaban, dan Piladelpia br Kaban yang telah memberikan kasih sayang,
doa serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Ibu Sabarmin Perangin-angin, S.Si, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Karya
Ilmiah.
3. Dr. Cut Fatimah Zuhra, S.Si, M.Si, selaku ketua Departemen Kimia FMIPA
USU.
4. Bapak Dr. Minto Supeno, MS, selaku ketua Jurusan D-III Kimia.
5. Seluruh Dosen dan Pegawai Program Studi D-III Kimia FMIPA USU.
6. Bapak Zul Alkaf, BSc dan pegawai PT. Palmcoco Laboratories.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih memiliki
kekurangan dalam materi dan cara penyajian dengan kata lain masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita
semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ABSTRAK
DOBI adalah parameter rasio perbandingan absorbansi pada range visible dan
absorbansi pada range UV yang diperlukan untuk menentukan kualitas CPO. Kualitas
CPO yang baik merupakan kebutuhan awal untuk menghasilkan produk akhir yang
berkualitas tinggi. Harga DOBI yang tinggi adalah hal yang sangat penting untuk
membantu pemrosesan yang digunakan dalam pemurnian. Dari hasil penelitian
diperoleh nilai DOBI dalam CPO dengan menggunakan pelarut n-heksan asal Dumai
2,329, CPO asal belawan 2,329, dan CPO asal Beringin Palangkaraya 2,330.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut nilai DOBI dalam CPO yang diperoleh masih
memenuhi Standar Mutu kualitas DOBI yang baik sesuai PORIM ( Palm Oil Risert
Institute Of Malaysia ).
ABSTRACT
DOBI is parameter the ratio of absorbance in the range of visible and UV absorbance in
the range need to determine the quality of the CPO. Good quality CPO is the initial
requirement to produce a high quality end product. DOBI high value is a vety important
thing to help processing used in refining. The result were obtained in the CPO value
DOBI using n-heksan from Dumai 2,329, CPO from Belawan 2,329, and CPO from
Beringin Palangkaraya 2,330. Based on these observations DOBI value in CPO
obtained still meets the quality standard DOBI good fit PORIM ( Palm Oil Risert
Institute Of Malaysia ).
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 3
Daftar Pustaka
Lampiran
masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit.
Minyak sawit disamping digunakan sebagai bahan mentah industri pangan, dapat pula
komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena komoditas ini
punya prospek yang cerah sebagai sumber devisa. Disamping itu, minyak sawit
merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia,
sehingga secara terus menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit.
Komoditas ini pun mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan
tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000
mm/tahun dan kisaran suhu 22-32˚C. Saat ini 5,5 juta Ha lahan perkebunan kelapa
sawit di Indonesia telah memproduksi minyak sawit mentah (CPO) dengan kapasitas
minimal 16 juta per tahun dan merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia
Minyak kelapa sawit diperoleh dengan cara mengekstraksi minyak yang berasal
dari mesokap buah kelapa sawit. Dimana minyak kelapa sawti yang belum dimurnikan
daging buah kelapa sawit kaya akan oleat dan palmitat yang terikat dalam bentuk ester
dan gliserol sebagai trigliserida. Minyak kelapa sawit digunakan baik sebagai minyak
yang dapat dikonsumsi maupun bahan industri kimia. (Tim Penulis, 1998)
Mutu minyak sawit ditentukan oleh beberapa parameter sehingga perlu dianalisa
kadarnya. Dimana perlu diketahui apakah kandungan parameter minyak tersebut telah
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Minyak sawit yang berkualitas baik sangat
itu DOBI merupakan salah satu faktor penentu mutu minyak sawit, maka dalam hal ini,
Spektrofotometri”
1.2 Permasalahan
berbeda
2. Apakah nilai DOBI telah sesuai dengan Standar Mutu yang ditentukan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai DOBI dalam CPO (Crude Palm Oil) dari 3 daerah
yang berbeda
perkebunan besar di Indonesia. Sejak tahun 1977 – 1978 pemerintah Indonesia bertekad
sistem PIRBUN ( Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan ) Perusahaan besar sebagai ―inti‖
terus berkembang dan tidak hanya merupakan monopoli perkebunan besar negara atau
perkebunan besar swasta. Perkebunan kelapa sawit yang semula hanya di Sumatera
Utara dan daerah Istimewa Aceh saat ini sudah berkembang di beberapa propinsi,
antara lain: Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Irian Jaya, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Utara, dan Jawa. Peemintaan minyak kelapa sawit di samping
digunakan sebagai bahan mentah industri pangan juga di gunakan sebagai bahan
mentah industri nonpangan. Jika dilihat dari biaya produksinya, komoditas kelapa sawit
telah mencapai 1,6 juta hektar dan jumlah produksi minyak sawit Indonesia pada tahun
telah mencapai 55,3% atau meningkat 27% per tahun. Saat ini minyak goreng
merupakan penyerap utama konsumsi minyak dalam negri yaitu mencapai 70% dari
jumlah yang dipasarkan dalam negri. Industri lain yang menggunakan minyak kelapa
sawit ini adalah industri margarine, sabun, dan industri kimia lainnya (Risza, 1994)
Indonesia dan Malaysia adalah dua negara penghasil minyak sawit terbesar di
dunia. Dapat diperkirakan dua negara tersebut dapat terus mengalami peningkatan produksi
Di Thailand, laju produksi minyak sawit semakin cepat dalam beberapa tahun
terakhir ini. Namun, industri minyak sawit di Thailand masih kalah saing terhadap
Buah Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari daging
buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai minyak kelapa
sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO). Sedangkan minyak yang kedua adalah yang
berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit
Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) mengandung sekitar 500-700 ppm β-
caroten dan merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar. Oleh karena itu
CPO berwarna merah jingga. Disamping itu jumlahnya juga cukup tinggi. Minyak sawit
ini diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit melalui ekstraksi dan mengandung
sedikit air serta serat halus yang berwarna kuning sampai merah dan berbentuk semi
solid pada suhu ruang. Adanya serat halus dan air pada sawit kasar tersebut
Kualitas minyak sawit terutama pada crude palm oil (CPO), dapat dijadikan
sebagai indikator baik buruknya produk. Beberapa parameter kualitas CPO yang dapat
ditentukan antara lain kadar asam lemak bebas, DOBI (Deterioration of Bleachability
Kualitas minyak dapat tercapai jika proses pengolahan dilakukan dengan benar.
Dalam proses produksi CPO, proses sterilisasi menjadi proses yang krusial karena
proses ini dilakukan pertama kali. Jika pada proses ini terjadi kesalahan, maka pada
Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti
(kernel). Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar atau kulit
buah yang disebut pericarp, lapisan sebelah dalam disebut mesocarp atau pulp dan
lapisan paling dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit terdiri terdiri dari lapisan kulit
biji (testa), endosperm dan embrio. Mesocarp mengandung kadar minyak rata-rata
sebanyak 56%, inti (kernel) mengandung minyak sebesar 44% dan endocarp tidak
mengandung minyak. Komposisi asam lemak dalam minyak kelapa sawit umumnya
laurat 0,2%, miristat 1,1%, palmitat 44,0%, stearat 4,5%, oleat 10,1%, lainnya 0,9%.
Beberapa komposisi dalam minyak kelapa sawit adalah hidrokarbon alifatik, ALB 3-
Sifat fisika – kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan, titik
cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan, slipping point, shot
melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik
Beberapa sifat fisik – kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.1: Sifat Fisika – Kimia Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Sawit
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses
pemucatan, karena asam-asam lemak dan trigliserida tidak berwarna. Warna orange
atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak.
Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya
asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas
Titik cair minyak sawit berada dalama nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa
sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang
menentukan kualitas minyak sawit. DOBI didapat pada rasio perbandingan absorbansi
pada range visibel dan absorbansi pada range UV. DOBI adalah index derajat
kepucatan minyak dengan penurunan daya pemucatan akibat rusaknya karotenoid yang
mengalami oksidasi dalam buah. Rusaknya karotenoid disebabkan oleh suhu tinggi
yang berasal dari proses oksidasi yang terjadi sejak panen (Pahan, 2008).
Hal ini membuat nilai DOBI menjadi rendah. Rendahnya nilai DOBI dapat
menyulitkan minyak untuk dimurnikan (Siew, 2000). Maka dari itu, sejumlah industri
minyak sawit menghindari rendahnya nilai DOBI pada produk minyak terutama pada
Tabel 2.2: SNI (Standar Nasional Indonesia) Tentang Hubungan DOBI dengan
Kualitas
DOBI KUALITAS
< 1,68 Buruk
1,78 – 2,30 Kurang Baik
2,30 – 2,92 Cukup Baik
2,93 – 3,23 Baik
Memasukkan DOBI dalam analisa memberikan sebuah indikasi baik bagi proses
pengolahan CPO dari estate ke akhir pengolahan ( mill ) sampai ke refineri ( kilang
nm dengan 269 nm. Metode ini pertama kali dilakukan oleh Dr. P.A.T. Swoboda dari
( PORIM ) Palm Oil Research Institute of Malaysia (Sekarang menjadi Malaysian Palm
Oil Board). Metodenya adalah melarutkan palm oil ke dalam hexane dan kemudian
Tabel 2.3: PORIM ( Palm Oil Riset Institude Of Malaysia ) Tentang Hubungan
DOBI Kualitas
< 1,68 Minyak Sawit Endapan atau
equivalennya
1,76 – 2,30 Kurang
2,36 – 2,92 Cukup
2,99 – 3,24 Baik
> 3,24 Terbaik
Salah satu penyebab rendahnya angka DOBI adalah adanya perbedaan persyaratan
mutu antara SNI CPO dengan persyaratan mutu yang dituntut oleh konsumen.
1. Tingginya persentase buah berwarna hitam ( kurang matang ) dan terlalu matang
2. Tertundanya proses pengolahan, terutama pada saat musim hujan dan efeknya
di kebun
6. Pemanasan CPO lebih ( > 55 oC ) di storage tank dengan waktu yang panjang
Sebab – sebab lain yang berhubungan dengan kasus diatas adalah tertundanya proses
pengolahan ( buah restan ), Tingginya temperatur crude oil pada Station Klarifikasi.
1 Tandan buah warna hitam sebelah kiri mempunyai minyak dengan DOBI yang
sangat rendah.
2 Tandan buah ditengah mempunyai minyak dengan DOBI yang sangat tinggi.
3 Minyak yang diambil dari buah hitam mempunyai DOBI < 1,5, sedangkan
tandan buah dengan kematangan yang tinggi mempunyai DOBI > 3,5.
Menurut Siew (2000), semakin tinggi nilai DOBI pada CPO, maka harga jual CPO di
pasaran domestik dan internasional dapat diterima dengan nilai yang tinggi juga. Maka
Di Malaysia oleh Keck Seng Berhad dan PT. SMART Tbk di Tanah Bumbu,
kelapa sawit dalam satu lokasi. Integrasi diharapkan dapat meminimalkan transportasi
buah sawit ke pabrik yang menghemat biaya dan energi. Tetapi lebih penting lagi
Tindakan yang harus diambil untuk mendapatkan High-DOBI CPO secara konsisten
adalah :
2. Kondensat rebusan dan buruknya oksidasi sludge oil tidak diijinkan kontak
dengan CPO, sebab mempunyai kandungan besi dan tembaga yang sangat
tinggi. Pro oksidan ini merupakan masalah yang sangat merusak kualitas dan
3. Kondisi performa rebusan harus prima (tekanan steam pada tiap peak tercapai,
steam spreader berfungsi dll). Hal ini sangat berpengaruh pada proses
selanjutnya.
2.4 Spektrofotometer
Tidak diragukan inilah metode yang paling tepat untuk menetapkan antara lain
konsetrasi zat-zat dalam larutan, tetapi instrumen ini mau tak mau akan lebih mahal.
ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya
tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan electron pada kulit terluar
ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk
molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan (Dacriyanus, 2004)
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm) dan sinar
jauh (100-190 nm) tidak dipakai, sebab pada daerah radiasi tersebut diabsorpsi oleh
memberikan rentang pengukuran panjang gelombang 190-1100 nm. Hal ini perlu
diperhatikan lebih seksama sebab diatas panjang gelombang 780 nm merupakan daerah
radiasi infra merah. Oleh sebab itu pengukuran diatas panjang gelombang 780 nm harus
dipakai detektor dengan kualitas sensitif terhadap radiasi infra merah. (Mulja, 1995)
gugus fungsi yang menyerap atau mengabsorbansi radiasi ultraviolet dan tampak.
seperti :
sekitar 255nm.
3. Gugus karboni seperti pada gugus karbonil aldehida dan keton dapat
NO2, -X yaitu gugus yang mempunyai elektron nonbonding. Gugus ini akan
5. Gugus aromatik, adalah yang mempunyai transisi elektron seperti nitrat (313
nm), karbonat (217 nm), nitrit (360 dan 280 nm), dan tritiokarbonat (500
nm).
dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang dimana absorpsi
itu terjadi bergantung pada berapa kuat elektron itu terikat dalam molekul itu. Elektron
dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat, dan diperlukan radiasi
berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek untuk eksitasinya. Misalnya, alkana,
meningkatkan energi potensial elektron pada tingkat keadaan eksitasi. Apabila pada
molekul yang sederhana tadi hanya transisi elektronik pada satu macam gugus, maka
larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa
1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada
Pada umumnya pelarut yang sering digunakan dalam analisis Spektrofotometri UV-
Vis adalah air, etanol, n-heksan, sikloheksan dan isopropanol. Namun demikian perlu
diperhatikan absorpsi pelarut yang dipakai di daerah UV-Vis. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam masalah pemilihan pelarut adalah polaritas pelarut yang dipakai,
karena akan sangat berpengaruh terhadap pergeseran spektrum molekul yang dianalisis.
panjang gelombang maksimum yang pasti (tetap) dapat dipakai untuk identifikasi
molekul yang bersifat karateristik sebagai data sekunder. Dengan demikian spektrum
UV-Vis dapat dipakai untuk tujuan analisis kualitatif (data sekunder) dan kuantitatif.
Keduanya dikenal sebagai absorban (A) tanpa satuan dan transmitan dengan satuan
persen (%T).
identitas radiasi semula yang datang (I˳), maka sebagian radiasi tersebut
I˳ = It + Iᵣ + Ia
Harga Ir (±4%) dengan demikian dapat diabaikan karena pengerjaan dengan metode
I˳ = Ia + It
( Mulja, 1995)
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1. Alat-alat
5. Oven Memmert
7. Spatula
3.1.2. Bahan-bahan
4. n-heksan
Sampel yang diperlukan untuk analisa DOBI adalah sampel CPO. Sebelum dilakukan
analisa, maka sampel CPO dipersiapkan terlebih dahulu yaitu dengan cara memanaskan
sampel (CPO) di dalam oven pada suhu 60˚C selama 15 menit agar sampel homogen
dan mudah dalam melakukan penimbangan dan memperoleh hasil yang maksimum.
3.2.2. Penentuan Panjang Gelombang (λ) maksimum DOBI pada range UV dan
3. Diambil nilai absorbansi yang terkecil sebagai larutan blanko dan nilai
3. Diambil nilai absorbansi yang terkecil sebagai larutan blanko dan nilai
6. Dimasukkan dalam kuvet dan diukur absorbansinya pada 446 nm dan 269 nm
3. Diambil nilai absorbansi yang terkecil sebagai larutan blanko dan nilai
6. Dimasukkan dalam kuvet dan diukur absorbansinya pada 446 nm dan 269 nm
Hasil analisis yang dilakukan di PT. Palmcoco Laboratories untuk penentuan DOBI
Tabel 4.1 : Data Analisis DOBI Pada Sampel CPO Dengan Pelarut n-heksan
4.2. Perhitungan
DOBI = 2,40
0,604
DOBI = ———
0,255
DOBI = 2,36
Pelarut n-heksan
0,615
DOBI = ———
0,264
DOBI = 2,32
DOBI adalah suatu cara penentuan kualitas minyak yang berdasarkan rasio
perbandingan absorbansi pada range visible dan absorbansi pada range UV. Maka untuk
yang dapat diukur oleh spektrofotometri haruslah dalam bentuk larutan oleh sebab itu
CPO dipanaskan terlebih dahulu, memiliki gugus kromofor, dan memiliki ikatan
gelombang maksimum pada range visible 446 adalah 0,639 nm dan pada range UV 269
adalah 0,266 nm. Untuk mendapatkan nilai DOBI yang tinggi pastikan sampel yang
dianalisa dalam keadaan segar, tingkat kematangan buah optimum, pemanasan CPO
tidak terlalu lama dan suhu tidak terlalu tinggi untuk menghindari oksidasi. Hasil pada
tabel menunjukkan angka DOBI pada sampel CPO asal Dumai, CPO asal Belawan, dan
CPO asal Beringin Palangkaraya masih memenuhi angka standar kualitas menurut
PORIM. Perbedaan angka DOBI disebabkan oleh minyak yang diolah tidak segar dan
pada proses pemanasan yang terlalu lama mengakibatkan CPO teroksidasi sehingga
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil analisa yang dilakukan pada sampel CPO, diperoleh nilai DOBI dari
daerah yang berbeda yaitu CPO asal Dumai (2,402), CPO asal Belawan (2,369),
2. DOBI yang berasal dari daerah Dumai, Belawan, dan Beringin Palangkaraya
memenuhi standar mutu CPO Internasional menurut PORIM yaitu diatas <2,31
5.2 Saran
Basset, J., R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia
Chavalparit, O. 2006. Clean Technology for the Crude Palm Oil Industry in
Day, RA., A. L., Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
Eskin NAM. 1979. Plant Pigments, Flavors, and Texture The Chemistry and
Langga
Naibaho, P.M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian
Kelapa Sawit
KANISIUS
Rohani MZ. 2006. Centre of Lipids Engineering and Apllied Research. Malaysia:
Siew, W.L. 2000. Analysis Of Palm and Palm Kernel Oils. Kuala Lumpur :
Tim Penulis PS. 1998. Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Aspek
Watson, D.G,. 2005. Analisis Farmasi. Edisi Kedua. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Grafik
0.1
0