SKRIPSI
NUR AZIZAH
NIM : 160822002
SKRIPSI
Diajukanuntukmelengkapitugasakhirdanmemenuhisyaratmencapaigelar
SarjanaSains
NUR AZIZAH
NIM : 160822002
Disetujui di
Medan, Juli 2018
Diketahui/Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua Pembimbing
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
NUR AZIZAH
160822002
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
sarjana sains di FMIPA USU.
Dalam pelaksanaan penelitian hingga menyelesaikan skripsi ini, penulis
menyadari banyak mendapat bantuan, motivasi dan dukungan dari berbagai
pihak.Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Saharman Gea , Ph.D selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu membimbing serta memotivasi penulis dalam penelitian dan menyelesaikan
skripsi ini hingga selesai, Bapak Dr.Kerista Sebayang, M.S selaku Dekan FMIPA
USU, Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku ketua departemen Kimia FMIPA
USU, Dr. Sovia Lenny, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Kimia, Bapak Dr.
Firman Sebayang, MS selaku Koordinator Program Studi Ekstensi Kimia FMIPA
USU, Ibu Juliati Br Tarigan, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, Kepala
Laboratorium PT Batanghari Tebing Pratama Kota Tebingtinggi Ibu Yusnidar yang
telah memberikan izin dan meluangkan waktu untuk membantu terlaksananya
penelitian ini, dan Seluruh Dosen Departemen Kimia FMIPA USU yang telah
memberikan waktunya untuk memberi bimbingan selama penulis mengikuti kuliah di
Departemen Kimia USU.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan Untuk itu
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penelitian
dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Billahitaufik Walhidayah
Penulis
Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI i
PERNYATAAN ORISINALITAS ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
DAFTAR SINGKATAN xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Pembatasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Metodologi Penelitian 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karet Alam 5
2.1.1 Struktur Kimia Karet 6
2.1.2 Komposisi Lateks 7
2.1.3 Sifat Lateks 9
2.1.4 Jenis-jenis Karet Alam 10
2.1.5 Standart Indonesia Rubber (SIR) 10
2.1.6 Penggumpalan Lateks 11
2.2 Asam Formiat 13
LAMPIRAN 48
PENDAHULUAN
Sebagian besar bahan olahan karet dari total produksi nasional dihasilkan
oleh petani karet atau perkebunan rakyat. Dari keseluruhan areal perkebunan rakyat
tersebut, sebagian besar (91%) dikembangkan secara swadaya murni, dan sebagian
kecil lainnya yaitu sekitar 9% dibangun melalui bantuan proyek pemerintah
(Anonim, 2007).
Karet alam Indonesia umumnya masih diekspor dalam bentuk produk primer
berupa Standart Indonesian Rubber (SIR) (96,9%), Ribbed Smoked Sheet (RSS)
(2,6%), dan lateks pekat (0,5%). Jenis mutu SIR meliputi SIR 10, SIR 20. SIR 3L,
dan SIR 3CV. Produk SIR dihasilkan dari 133 pabrik pengolahan karet remah yang
tersebar di seluruh Indonesia (Gapkindo, 2013).
Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil
pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak
mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya (Hamm,
1977). Bahan baku yang digunakan antara lain berbagai macam jenis kayu, bongkol
kelapa sawit, tempurung kelapa, sekam, ampas atau serbuk gergaji kayu dan lain
sebagainya. Penggunaan asap cair terutama dikaitkan dengan sifat-sifat
fungsionalnya, antara lain sebagai antioksidan, antibakteri, dan anti jamur.
1.2. Permasalahan
1. Bagaimanakah formulasi optimum asap cair tempurung kelapa dan asam
formiat sebagai koagulan lateks terhadap mutu bahan olahan karet?
2. Bagaimanakah kualitas yang dihasilkan dari formulasi asap cair tempurung
kelapa dan asam formiat sebagai koagulan lateks terhadap mutu bahan olahan
karet berdasarkan SNI 1903 : 2011?
CH2 C CH CH2
H2C CH2
(Z)
C C
H3C H
Komposisi lateks dalam karet kering dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai
berikut :
Tabel 2.2 Komposisi lateks dalam karet kering
Komponen Komposisi dalam lateks kering (%)
Karet hidrokarbon 92 - 94
Protein 2,5 - 3,5
Karbohidrat -
Lipida 2,5 - 3,2
Persenyawaan organik 0,1 - 0,5
Air 0,3 – 1,0
Sumber : Omposunggu, 1987
Proses penggumpalan karet di dalam lateks juga dapat terjadi secara alamiah
akibat aktivitas mikroba. Karbohidrat dan protein lateks menjadi sumber energy bagi
pertumbuhan mikroba dan diubah menajadi asam-asam lemak eteris (asam formiat,
Keterangan :
V1 = Volume asam formiat pekat yang akan diencerkan (mL)
V2 = Volume yang diinginkan untuk setelah pengenceran (mL)
K1 = Konsentrasi awal
K2 = Konsentrasi akhir
Maka selanjutnya dipipet sebanyak 10,6 mL asam formiat 94% lalu
diencerkan dengan menambahkan aquades hingga 250 mL.
3.4.3 Aplikasi Formulasi Asap Cair Tempurung Kelapa dan Asam Formiat
Terhadap Lateks
Disediakan sebanyak 3000 mL lateks, kemudian masing-masing 100 mL
lateks dimasukkan kedalam 6 mangkok penggumpal, dimana formulasi ini
berdasarkan kadar konsentrasi pada penelitian Suwardin dan Purbaya (2015)
digunakan asam formiat konsentrasi 4% sebanyak 30 mL untuk setiap liter
lateks dan asap cair konsentrasi 10% sebanyak 100 mL untuk setiap liter
lateks. Adapun formulasi yang digunakan adalah :
Lateks Kebun
Disaring
Dihomogenkan
Lateks Murni
Lateks
Koagulum
Blanket
Plastisitas Viskositas
Plastisitas KKK Kadar Abu Kadar
Retensi Mooney
Awal (Po) Kotoran
Indeks
(PRI)
Catatan :
Perlakuan yang sama diulang dengan formula asap cair 10% dan asam formiat 4%
100% : 0% ; 80% : 20% ; 60% : 40% ; 40% : 60% ; 20% : 80% ; 0% : 100%.
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Pengaruh formulasi asap cair
tempurung kelapa dan asam formiat terhadap mutu bahan olah karet diperoleh data
waktu yang dibutuhkan lateks menggumpal untuk setiap perlakuan :
Tabel 4.5 Tabel Lama waktu penggumpalan lateks
Formulasi
Label Waktu yang dibutuhkan
Asap Cair : Asam Formiat
A 100% 0% 15 menit 40”
B 80% 20% 14 menit 26”
C 60% 40% 12 menit 15”
D 40% 60% 10 menit 11”
E 20% 80% 8 menit 1”
F 0% 100% 6 menit 46”
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Pengaruh formulasi asap cair
tempurung kelapa dan asam formiat terhadap mutu bahan olah karet diperoleh nilai
plastisitas awal (Po) dan Plastisitas Retensi indeks yang dipaparkan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Nilai Plastisitas awal dan plastisitas retensi indeks (PRI) karet dengan
penambahan formulasi asap cair tempurung kelapa dan asam formiat
sebagai bahan koagulan lateks
Formulasi Po Pa
Medium Medium Nilai
Label Asam
Asap Cair Po Pa PRI
: Formiat I II III I II III
A 100% 0% 47 45 48 20 18 19 45 19 42
B 80% 20% 39 43 44 18 20 22 43 20 47
C 60% 40% 41 41 41 17 17 16 41 17 41
D 40% 60% 40 39 38 14 13 14 39 14 36
E 20% 80% 41 42 41 15 18 18 41 18 44
F 0% 100% 45 45 50 37 38 37 45 37 82
Tabel 4.8 Nilai kadar kotoran dengan penambahan formulasi asap cair tempurung
kelapa dengan asam formiat sebagai bahan koagulan lateks
Formulasi Berat Berat Berat Berat
% Kadar
Label Asap Asam Contoh Kotoran + Sieve Kotoran
Kotoran
Cair : Formiat (g) Sieve (g) (g) (g)
A 100% 0% 10.0031 22.8487 22.8451 0.0036 0.04
B 80% 20% 10.0020 22.0223 22.0179 0.0044 0.04
C 60% 40% 10.0011 22.8572 22.8563 0.0009 0.01
D 40% 60% 10.0022 22.0348 22.0305 0.0043 0.04
E 20% 80% 10.0039 22.9505 22.9491 0.0014 0.01
F 0% 100% 10.0021 22.7716 22.7674 0.0042 0.04
Tabel 4.9 Nilai kadar abu dengan penambahan formulasi asap cair tempurung kelapa
dengan asam formiat sebagai bahan koagulan lateks
Formulasi Berat
Berat
Krus + Berat Berat Abu % Kadar
Label Asap Asam Contoh
: Contoh Krus (g) (g) Abu
Cair Formiat (g)
(g)
A 100% 0% 5.0016 28.2255 28.2112 0.0143 0.29
B 80% 20% 5.0011 25.1563 25.1412 0.0151 0.30
C 60% 40% 5.0017 28.2744 28.2626 0.0108 0.24
D 40% 60% 5.0008 23.9173 23.9048 0.1250 0.25
E 20% 80% 5.0030 25.3053 25.2945 0.1080 0.22
F 0% 100% 5.0021 24.0908 24.0812 0.0960 0.19
4.1.2.5 Hasil Pengujian Mutu Karet dalam Penetapan Kadar Karet Kering
(KKK)
Penentuan kadar karet kering untuk menunjukkan banyaknya kadar karet
kering yang terdapat didalam lateks yang digumpalkan dengan asam. Hasil penelitian
yang telah dilakukan terhadap pengaruh formulasi asap cair tempurung kelapa dan
asam formiat terhadap lateks diperoleh nilai kadar karet kering yang dipaparkan pada
tabel 4.10.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Aplikasi Asap cair dan Asam Formiat Terhadap Penggumpalan
Lateks
Asap cair tempurung kelapa yang digunakan dalam penelitian ini telah
mengalami proses pengendapan, penyaringan serta penyimpanan selama kurang
lebih 3 bulan. Asap cair memiliki penampakan fisik dengan warna kuning kecoklatan
yang jernih, dan berbau asap pekat. Aplikasi dari formulasi asap cair tempurung
kelapa dan asam formiat dalam proses penggumpalan lateks adalah untuk
mengetahui efektivitas serta dosis tepat dari formulasi ini agar dapat menghasilkan
bahan olah karet yang sesuai kelas mutu SIR.
Tahap awal penelitian ini adalah penggumpalan lateks kebun rakyat di desa
Simpang Empat, Kecamatan Sei. Rampah. Lateks yang telah disadap di kebun
kemudian digumpalkan dengan formulasi yang telah dirancang dan dihitung waktu
yang dibutuhkan untuk menggumpalkan masing-masing formula. Perlakuan yang
digunakan adalah 80%: 20 %, 60% : 40%, 40%: 60%, 20% : 80% asap cair
tempurung kelapa dan asam formiat, serta 100% asap cair dan 100% asam formiat
sebagai kontrol.
Pembuatan larutan koagulan dilakukan dengan cara mencampurkan kedua
bahan dengan sebelumnya dilakukan pengenceran, kedua bahan tersebut
Gambar 4.5 Gambar penampakan fisik koagulum perlakuan asap cair tempurung
kelapa : asam formiat A (100% : 0%) , B (80 % : 20%), C (60% : 40%), D (40% :
60%), E (20% : 80%) dan F (0% : 100%) sebelum penggilingan
A B C
D E F
Gambar 4.6 Gambar penampakan fisik blanket perlakuan asap cair tempurung
kelapa : asam formiat A (100% : 0%) , B (80 % : 20%), C (60% : 40%), D (40% :
60%), E (20% : 80%) dan F (0% : 100%) setelah maturasi (pemeraman)
Jika dilihat dari grafik di atas, nilai plastisitas awal yang tertinggi diperoleh
dari kombinasi 80% : 20% asap cair dan asam formiat sebesar 43. Secara
keseluruhan nilai plastisitas seluruh perlakuan ini telah memenuhi kriteria SNI 1903-
2011 dengan minimal nilai PRI adalah 30, namun masih relatif cukup rendah. Hal ini
disebabkan oleh konsentrasi dosis asap cair yang relatif encer sehingga sifat
antioksidannya kurang efektif.
PRI adalah ukuran dari besarnya sifat keliatan karet mentah sebelum dan
sesuadah pengusangan pada suhu 140oC selama 30 menit. Dengan mengetahui nilai
PRI dapat diperkirakan mudah atau tidaknya karet menjadi lengket selama masa
penyimpanan atau jika dipanaskan. Nilai PRI juga menunjukkan ketahanan karet
terhadap degradasi oksidasi. Bila PRI rendah menunjukkan karet mudah teroksidasi
begitu pula sebaliknya. Tinggi rendahnya PRI bergantung pada jenis bahan mentah
yang digunakan termasuk jenis klon tanaman serta cara pengolahannya. Hubungan
antara plastisitas retensi indeks dengan formulasi asap cair tempurung kelapa dan
asam formiat sebagai koagulan lateks diperlihatkan pada Gambar 4.8.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa formulasi asap cair tempurung kelapa
dengan asam formiat membuat nilai PRI menurun jika dibandingkan dengan asam
formiat 100%. Terlihat pada formulasi 40% : 60% asap cair tempurung kelapa dan
asam formiat menunjukkan nilai PRI minimum sebesar 36%, dimana nilai PRI ini
tidak memenuhi kriteria SNI 1903-2011 yaitu minimal nilai PRI sebesar 40%. Nilai
PRI tertinggi diperoleh dari formulasi 80% : 20% asap cair tempurung kelapa dan
asam formiat sebesar 47, bahkan nilai ini lebih besar dari asap cair 100%.
Perubahan nilai plastisitas (Po dan PRI) blanket karet alam yang terjadi
selama penggantungan disebabkan perubahan kondisi lingkungan. Hal ini sesuai
dengan penelitian Intapun dkk. (2009) yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan
(suhu, pH, dan oksigen dalam udara) selama penyimpanan mempengaruhi
sensibilitas karet alam terhadap oksidasi suhu tinggi. faktor tersebut juga terjadi
karena adanya perubahan keseimbangan antara senyawa antioksidan (protein, asam
amino, tocotrieniols, dan prooksidan asam lemak bebas tak jenuh dan ion logam
bebas) dalam karet .
Pada Gambar 4.10 menunjukkan grafik nilai kadar kotoran pada berbagai
perlakuan penggunaan formulasi asap cair tempurung kelapa dan asam formiat.
Kotoran yang ada dapat disebabkan oleh kebersihan bahan baku dan alat yang
digunakan, serta bagian mesin pengolahan. Pada umumnya kadar kotoran yang tinggi
banyak ditemukan pada blanket olahan petani karet. Kotoran tersebut dapat berupa
tatal kayu, batang atau ranting yang ikut bersama lateks. Maka dibutuhkan perhatian
yang baik pada sepanjang proses yang berlangsung dalam pengolahan karet, mulai
dari bahan baku hingga proses pengujian mutu.
Gambar 4.11 Grafik hubungan nilai kadar abu vs formulasi asap cair tempurung
kelapa dan asam formiat
Kadar abu ditentukan denan hasil pengabuan suatu sampel karet setelah
dipijarkan selama 2 jam pada suhu 550oC. Syarat uji kadar abu dimaksudkan untuk
menjamin agar karet mentah yang dijual tidak terlalu banyak mengandung bahan-
bahan kimia seperti natrium bisulfit, natrium karbonat, dan tawas yang biasa
digunakan dalam proses pengolahan (Walujono, 1970).
Kadar abu dipengaruhi oleh faktor-faktor kontaminasi bahan asing dan jenis
bahan pembeku yang digunakan. Kadar abu yang tinggi terjadi apabila ke dalam
lateks denan sengaja ditambahkan bahan asing seperti lumpur, pasir halus, untuk
memanipulasi penentuan kadar karet kering, atau jika koagulum kebun telah dikotori
oleh lumpur, endapan lateks, tanah liat dan pasir. Kotoran yang halus ini biasanya
lolos dari saringan 325 mesh sehingga tidak bisa diamati sebagai kadar kotoran tetapi
muncul sebagai kadar abu yang tinggi, kotoran halus berupa pasir atau tanah liat
merusak sifat vulkanisasi karetnya. Semua yang menjadi dasar spesifikasi teknis
dilakukan dengan pengujian laboratorium quality control (Kartowardoyo, 1980).
Gambar 4.12 Grafik hubungan nilai kadar karet kering vs formulasi asap cair
tempurung kelapa dan asam formiat
Berdasarkan grafik diatas diperoleh nilai kadar karet kering maksimum pada
formulasi 80% : 20% asap cair tempurung kelapa dan asam formiat. sebesar 41,26%
(b/b). Nilai ini bahkan melampaui nilai kadar karet kering yang terdapat pada kontrol
yaitu koagulan 100% asam formiat. Sedangkan nilai kadar karet kering minimum
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapatlah diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh maka
disarankan kepada peneliti selanjutnya agar menjadikan beberapa faktor lingkungan
seperti suhu, pH, dan oksigen sebagai variabel bebas untuk melihat keefektifan
penggumpalan dalam berbagai kondisi, serta melakukan pengujian lebih lanjut
terhadap karet yang telah dihasilkan.
Darmadji, P. 1996. Anti Bakteri Asap Cair dari Limbah Pertanian. Agritech
Hamm, R. 1977. Analysis of Smoke and Smoked Food, Pure Appl. Chem.49 : 1655 -
1666
Junaidi, U. 1996. Penyadapan Tanaman Karet dalam Sapta Usaha Bina Tani. Anwar
Chairil(ed). Balai Penelitian Sumbawa.
Kasim, dkk. 2015. Aplikasi Asap Cair pada Lateks. Jurnal PASTI. Volume IX : 28-
34
Pszezola. 1995. Tour Highlights Production And Uses Of Smoke Based Flavours.
Food Technology
Ruswanto, Darmadji, P dan Raharjo, S. 2000. Potensi Pencoklatan Asap Cair dari
Kayu Karet Hasil Reaksi dengan Beberapa Asam Amino. Seminar Nasional
Industri Pangan : Yogyakarta
Setiawan, Ir. D.H. 2005. Petunjuk Lengkap Buddi Daya Karet. Jakarta : Agromedia
Pustaka
Suparto, D. 2002. Pengetahuan tentang Lateks Hevea. Khusus Barang Jadi Lateks.
Bogor. Balai Penelitian Teknologi Karet.
Suwardin, Didin dan Purbaya, Mili. 2015. Jenis Bahan Penggumpal dan
Pengaruhnya Terhadap Parameter Mutu Karet Spesifikasi Teknis. Warta
Perkaretan. 34(2). 147-160
Tim Penulis PS. 2012. Panduan Lengkap Karet. Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya
Treloar, L.R.G. 1958. The physics of Rubber Elasticity. London : Clarendon Press
V1 x K1= V2 x K2
V 1 x 94% = 250 mL x 4%
V 1 = 10,6 mL
bahan olah
koagulum lapangan
satuan
1 Kadar kotoran (b/b), maks % 0,16 0,16
2 kadar abu (b/b), maks % 1,0 1,0
kadar zat menguap (b/b),
3 maks % 0,80 0,80
4 PRI, min % 40 40
5 Po, min % 30 -
6 Kadar Nitrogen (b/b), maks % 0,60 0,60
Viskositas Mooney ML
7 (1+4)100 C % - 66 - 75
Keterangan :
*) Apabila tidak termasuk dalam spesifikasi, rentang viskositas ditentukan
berdasarkan kesepakatan produsen dan konsumen