Anda di halaman 1dari 77

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Teknik Kimia Skripsi Sarjana

2017

Pembuatan Karbon Aktif Dari Cangkang


Buah Karet (Hevea Brasilliensis)
dengan Aktivator H3PO4 dan
Aplikasinya Sebagai Penjerap Cr(VI)

Zulfadhli, Muhammad

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1994
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI CANGKANG
BUAH KARET (Hevea brasilliensis) DENGAN
AKTIVATOR H3PO4 DAN APLIKASINYA
SEBAGAI PENJERAP Cr(VI)

SKRIPSI

Oleh
MUHAMMAD ZULFADHLI
120405002

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JANUARI 2017

Universitas Sumatera Utara


PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI CANGKANG
BUAH KARET (Hevea brasilliensis) DENGAN
AKTIVATOR H3PO4 DAN APLIKASINYA
SEBAGAI PENJERAP Cr(VI)

SKRIPSI

Oleh
MUHAMMAD ZULFADHLI
120405002

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN


PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JANUARI 2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DEDIKASI

Penulis mendedikasikan skripsi ini kepada :


1. Kedua orang tua penulis tercinta, Ahmad Sayuthi dan Melpa Khairiyah
yang telah banyak mendukung penulis sampai saat ini.

iv
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Muhammad Zulfadhli


NIM : 110405002
Tempat, tanggal lahir : Medan, 23 Juli 1994
Nama orang tua : Ahmad Sayuthi dan Melpa
Khairiyah
Alamat orang tua : Jl. B. Katamso gg.
Kenangan No. 41 Medan

Asal Sekolah:
 SD N 060898 tahun 2000-2006
 SMP Swasta Yapena’45 Medan tahun 2006 – 2009
 SMA N 13 Medan tahun 2009 – 2012
Pengalaman Kerja dan Organisasi:
1. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Islam periode 2016 sebagai
Ketua Departemen Dana dan Usaha.
2. Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) FT USU
periode 2015/2016 sebagai Ketua Departemen Sosial dan Rohani
3. KAMMI TEKNIK periode 2016 sebagai Anggota Departemen
Kaderisasi
Artikel yang dipublikasikan:
1. Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Buah Karet (Hevea
brassiliensis) dengan Aktivator H3PO4 dan aplikasinya sebagai
penjerap Cr(VI) - Jurnal Teknik Kimia USU.

v
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Karbon aktif dari bahan lignoselulosa bersifat terbarukan, melimpah, dan tidak
mahal. Karbon aktif dari cangkang buah karet yang diaktivasi secara kimia
mempunyai kemampuan untuk menjerap logam berat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji pengaruh konsentrasi aktivator asam fosfat terhadap
karakteristik karbon aktif cangkang buah karet, kemampuannya dalam menjerap
Cr(VI) dan isotermal adsorpsi karbon aktif cangkang buah karet. Bahan – bahan
yang digunakan antara lain cangkang buah karet, aquades, dan larutan Cr(VI).
Penelitian dilakukan dengan mengimpregnasi cangkang buah karet yang sudah
halus dengan asam fosfat pada konsentrasi 20%, 40%, dan 60% selama 1 jam
kemudian dilakukan karbonisasi di furnace pada suhu 500oC selama 1 jam.
Karbon aktif cangkang buah karet yang didapat diaplikasikan untuk menjerap
Cr(VI). Analisis karakteristik luas permukaan karbon aktif cangkang buah karet
menggunakan metode BET dan konsentrasi sisa Cr(VI) diukur menggunakan
AAS (atomic adsorption spechtrophotometer). Hasil penelitian didapatkan
bahwasanya karakteristik karbon aktif cangkang buah karet berupa kadar air,
kadar abu, kadar zat menguap telah memenuhi Standard Nasional Indonesia
(SNI) kecuali kadar abu karbon aktif hasil aktivasi 20%. Luas permukaan karbon
aktif cangkang buah karet telah memenuhi standar adsorben komersial.
Penjerapan Cr(VI) tidak mengikuti model penjerapan Isoterm Freundlich dan
Langmuir. Penjerapan Cr(VI) terbesar pada karbon aktif hasil aktivasi 40%
dengan persentase penjerapan 96,67%

Kata kunci: Cangkang buah karet, Karbon aktif, Konsentrasi asam fosfat,
Karakteristik karbon aktif, Penjerapan Cr(VI), Isotermal adsorpsi.

vi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Activated carbon from lignocellulosic materials are renewable, abundant, and


inexpesive. Rubber shell activated carbon that activated chemicaly can adsorp
heavy metal. The purpose of this research is to study the effect of phosphoric acid
concentration toward characteristic of rubber shell activated carbon, its ability to
adsorp Cr(VI), and its adsoption isotherm. The materials used in this research are
rubber shell, aquadest, and Cr(VI) solution. In this research, milled rubber shell
was impregnated in phosphoric acid at 20%, 40% and 60% for 1 hour and then
sample was carbonizated in furnace at 500oC for 1 hour. After that, activated
carbon was applied to adsorp Cr(VI). The surface area of rubber shell activated
carbon was characteristiced by BET method. Furthermore, the residual
concentration of Cr(VI) was measured with Atomic Adsortion Spectrophotometer.
The result showed that characteristic of rubber shell activated carbon such as
moisture content, ash content, volatile matter met National Standard of Indonesia
(SNI) except for ash content of activated carbon that was activated by 20%
phosphoric acid. Surface area of activated carbon has met the standard of
commercial adsorbent. The Cr(VI) adsorption behavior in this study did not
follow Freundlich and Langmuir Isoterm. The maximum adsorption was obtained
by rubber shell activated carbon activated by 40% phosphoric acid with
adsorption percentage of 96,67%.

Keywords: Rubber shell, Activated carbon, Phosporic acid consentration, Cr(VI)


adsorption, Adsorption isoterm

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
PENGESAHAN ii
PRAKATA iii
DEDIKASI iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
DAFTAR SINGKATAN xv
DAFTAR SIMBOL xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH 1
1.3 TUJUAN PENELITIAN 3
1.4 MANFAAT PENELITIAN 4
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 ADSORPSI 6
2.2 KARBON AKTIF 6
2.3 AKTIVASI KIMIA 8
2.4 PIROLISIS 12
2.5 ISOTERMAL ADSORPSI 13
2.6 KARET (Hevea brasilliensis) 14
2.7 CANGKANG BUAH KARET 15
2.8 PENCEMARAN LINGKUNGAN 16

viii
Universitas Sumatera Utara
2.9 ANALISIS EKONOMI 17
2.10 PEMILIHAN PROSES PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI
POHON KARET 20
BAB III METODE PENELITIAN 22
3.1 LOKASI DAN WAKTU PEELITIAN 22
3.2 BAHAN DAN PERALATAN 22
3.2.1 Bahan Penelitian 22
3.2.2 Peralatan Penelitian 22
3.3 PROSEDUR PENELITIAN 23
3.3.1 Prosedur Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Buah
Karet 23
3.3.2 PROSEDUR ANALISIS 23
3.3.2.1 Analisis Kadar Air 23
3.3.2.2 Analisis Kadar Abu 24
3.3.2.3 Analisis Kadar Zat Menguap 24
3.3.2.4 Karakterisasi Karbon Aktif dari Cangkang Buah
Karet 25
3.3.2.5 Analisis pada Banyaknya Logam Krom yang Dijerap
dengan Atomic Adsorption Spectrofotometry (AAS) 25
3.4 FLOWCHART PENELITIAN 26
3.4.1 Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Buah Karet 26
3.4.2 Analisis Kadar Air 27
3.4.3 Analisis Kadar Abu 28
3.4.4 Analisis Kadar Zat Menguap 29
3.4.5 Flowchart Penentuan Banyaknya Cr(VI) yang Terjerap
dalam Karbon Aktif 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 31
4.1 PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI CANGKANG BUAH
KARET 31
4.2 KARAKTERISASI KARBON AKTIF 31
4.2.1 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Yield Karbon
Aktif 31

ix
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Kadar Air Karbon
Aktif 32
4.2.3 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Kadar Abu
Karbon Aktif 33
4.2.4 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Kadar Zat
Menguap 34
4.2.5 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Luas Permukaan
Karbon Aktif dengan Metode BET 35
4.3 PENENTUAN JUMLAH Cr(VI) YANG TERJERAP DALAM
KARBON AKTIF 36
4.4 PENENTUAN ADSORPSI ISOTERM LOGAM Cr(VI) YANG
TERJERAP OLEH KARBON AKTIF 37
4.4.1 Isoterm Langmuir 37
4.4.2 Isoterm Freundlich 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 42
5.1 KESIMPULAN 42
5.2 SARAN 42
DAFTAR PUSTAKA 44

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Skema dari Proses Pembuatan Karbon Aktif 9
Gambar 2.2 Cangkang Buah Karet 15
Gambar 2.3 Skema Pengelompokan Bahan yang Terkandung
dalam Air Buangan Secara Umum 16
Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang
Buah Karet 26
Gambar 3.2 Flowchart Analisis Kadar Air 27
Gambar 3.3 Flowchart Analisis Kadar Abu 28
Gambar 3.4 Flowchart Analisis Kadar Zat menguap 29
Gambar 3.5 Flowchart Penentuan Jumlah Cr(VI) yang Terjerap
dalam Karbon Aktif 30
Gambar 4.1 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Yield
Karbon Aktif 31
Gambar 4.2 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Kadar Air
Karbon Aktif 32
Gambar 4.3 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Kadar Abu
Karbon Aktif 33
Gambar 4.4 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Kadar Zat
yang Menguap 34
Gambar 4.5 Luas Permukaan dan Volume Pori Karbon Aktif 35
Gambar 4.6 Pengaruh Jumlah Karbon Aktif dan Konsentrasi
Aktivator Terhadap Jumlah Cr(VI) yang Terjerap 36
Gambar 4.7 Data Hasil Adsorpsi Isoterm Langmuir Karbon Aktif
terhadap Cr(VI) Diaktivasi dengan (a) asam fosfat
20%, (b) 40% dan (c) 60% 38
Gambar 4.8 Data Hasil Adsorpsi Isoterm Freunlich Karbon Aktif
terhadap Cr(VI) Diaktivasi dengan (a) asam fosfat
20%, (b) 40% dan (c) 60% 40
Gambar C.1 Foto Cangkang Buah Karet 100 mesh 57

xi
Universitas Sumatera Utara
Gambar C.2 Foto Impregnasi Cangkang Buah Karet dengan
Aktivator H3PO4 57
Gambar C.3 Foto Karbon Aktif 58
Gambar C.4 Foto Penjerapan Logam Cr(VI) dengan Karbon Aktif
Cangkang Buah Karet 58

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Pembuatan Karbon Aktif dari Tanaman Karet 2
Tabel 1.2 Pembuatan Karbon Aktif dan Aplikasinya Menjerap
Logam Cr(VI) 3
Tabel 2.1 Standar Karbon Aktif (SNI) 06–3730-1995 7
Tabel 2.2 Aplikasi Karbon Aktif dalam Penjerapan Logam Berat 10
Tabel 2.3 Aplikasi Karbon Aktif dalam Penjerapan Fenol 11
Tabel 2.4 Aplikasi Karbon Aktif dalam Penjerapan Zat Warna 11
Tabel 2.5 Persentase Produk dari Berbagai Jenis Pirolisis 12
Tabel 2.6 Jenis Pirolisis Berdasarkan Pemanasan 13
Tabel 2.7 Komposisi Kimia Cangkang Buah Karet 15
Tabel 2.8 Penelitian Mengenai Daya Adsorpsi Pembuatan
Adsorben dari Pohon Karet 20
Tabel 4.1 Data Percobaan Isoterm Langmuir Karbon Aktif dari
Cangkang Buah Karet 39
Tabel 4.2 Data Percobaan Isoterm Freundlich Karbon Aktif dari
Cangkang Buah Karet 41
Tabel A.1 Data Yield Karbon Aktif 51
Tabel A.2 Data Kadar Air Karbon Aktif 51
Tabel A.3 Data Kadar Abu Karbon Aktif 51
Tabel A.4 Data Kadar Zat Menguap Karbon Aktif 52
Tabel A.5 Data Hasil Analisis BET 52
Tabel A.6 Data Hasil Penjerapan Cr(VI) 52
Tabel A.7 Nilai Isoterm Langmuir dan Freundlich Penjerapan
Cr(VI) 53

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
LAMPIRAN A DATA HASIL PERCOBAAN 51
A.1 YIELD KARBON AKTIF 51
A.2 KADAR AIR KARBON AKTIF 51
A.3 KADAR ABU KARBON AKTIF 51
A.4 KADAR ZAT MENGUAP KARBON AKTIF 52
A.5 DATA HASIL PERCOBAAN BET 52
A.6 DATA HASIL PENENTUAN JUMLAH LOGAM Cr(VI) YANG
TERJERAP KARBON AKTIF 52
A.7 NILAI ISOTERM LANGMUIR DAN FREUNLICH
PENJERAPAN Cr(VI) 53
LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN 54
B.1 PERHITUNGAN YIELD KARBON AKTIF 54
B.2 PERHITUNGAN KADAR AIR KARBON AKTIF 54
B.3 PERHITUNGAN KADAR ABU KARBON AKTIF 55
B.4 PERHITUNGAN KADAR ZAT MENGUAP KARBON AKTIF 55
B.5 PERHITUNGAN JUMLAH LOGAM Cr(VI) YANG TERJERAP
KARBON AKTIF 56
B.6 PERHITUNGAN KONSENTRASI KESETIMBANGAN 56
LAMPIRAN C FOTO PERCOBAAN 57
C.1 FOTO CANGKANG BUAH KARET 100 MESH 57
C.2 FOTO IMPREGNASI CANGKANG BUAH KARET DENGAN
AKTIVATOR H3PO4 57
C.3 FOTO KARBON AKTIF 58
C.4 FOTO PENJERAPAN LOGAM Cr(VI) DENGAN KARBON
AKTIF CANGKANG BUAH KARET 58

xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN

AAS Atomic Adsortion Spectrophotometer


ASTM American Standard Testing Material
BET Braunanear, Emmelt dan Teller
SNI Standar Nasional Indonesia

xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SIMBOL

Simbol Keteranagan Dimensi


q Massa zat yang terjerap per gram mg/g
K Konstanta kesetimbangan adsorpsi L/mg
C Konsentrasi zat yang dijerap mg/L
qo Daya adsorpsi maksimum mg/g
Co Konsentrasi awal zat mg/L
m Massa g
S Volume larutan ml

xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Adsorben utama yang digunakan dalam industri adalah karbon aktif. Karbon
aktif dapat dihasilkan dari setiap padatan berkarbon sintetik atau alami. Karbon
aktif dapat dibuat dari sejumlah besar sumber seperti batok kelapa, gambut, abu
hitam, arang, lignit, batubara, dan kokas minyak bumi [1].
Kebutuhan Indonesia akan karbon aktif untuk bidang industri masih relatif
tinggi disebabkan semakin meluasnya pemakaian karbon aktif pada sektor
industri. Permintaan karbon aktif akan terus meningkat sebesar 9% per tahun
sampai dengan 2014 dan konsumsi karbon aktif dunia tahun 2014 diperkirakan
1,7 juta ton per tahun [2].
Karbon aktif dari bahan lignoselulosa, khususnya karbon aktif yang
diproduksi dari limbah pertanian bersifat terbarukan, melimpah, tersedia, dan
tidak mahal. Karbon aktif telah menarik perhatian lebih, dalam beberapa waktu
terakhir karena luas permukaan dan diameter pori yang besar berguna dalam
aplikasi bidang lingkungan hidup [3]. Saat ini, hutan dan limbah pertanian
dianggap adsorben yang menjanjikan untuk aplikasinya dalam adsorpsi. Selain
itu, limbah pertanian adalah bahan yang lebih murah dan tersedia [4].
Karet merupakan komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi
dalam upaya peningkatan devisa Indonesia [5]. Perkebunan karet Indonesia
terluas di dunia. Pada tahun 2012, luasnya mencapai 3,4 juta Ha, atau 15% dari
luas total perkebunan di Indonesia seluas 22,76 juta Ha. Indonesia dengan
produksi sebesar 3,04 juta ton merupakan negara produsen karet alam terbesar ke-
2 di dunia. Dengan produksi tersebut, ekspornya mencapai sebesar 2,4 juta ton
[6].
Cangkang buah karet adalah bahan yang selama ini dikenal sebagai bahan
yang kurang bermanfaat. Cangkang buah karet dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan arang aktif, namun ada juga sebagian orang menggunakannya
sebagai bahan untuk pembuatan berbagai kerajinan tangan [7]. Beberapa

1
Universitas Sumatera Utara
penelitian yang telah dilakukan dalam pembuatan karbon aktif dari tanaman karet
dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Pembuatan Karbon Aktif dari Tanaman Karet

Ukuran & Kondisi


Nama, Tahun Kajian Aktivasi Hasil
Dosis Operasi
Semi-karbonisasi
pada 200 oC 15
menit diikuti aktivasi
pada 500 oC 45
Production of rasio
menit dengan rasio
Srinivaskannan activated perbandingan Temperatur
H3PO4 impregnasi 1,5
dan Abu Bakar, carbon from 1; 1,5 dan 2 aktivasi 400 oC
60 % menghasilkan
2003 [8] rubber wood dan 500 oC
produk dengan
sawdust
bilangan iodin 1096,
luas permukaan of
1496 m2/g dengan
yield 35%
Preparation
and
Characterizat
Waktu aktivasi
ion of Tempertaur 500 oC
Rasio 30 – 210 menit
Borhan dan Activated dan waktu aktivasi
KOH impregnasi Temperatur
Kamil, 2012 [9] Carbon from 180 menit adalah
1:1 aktivasi 500 oC
Rubber-seed yang terbaik
dan 600 oC
Shell by
Chemical
Activstion
Pembuatan
Karbon Aktif
100 mesh dan 300oC, 400oC, Kualitas karbon aktif
Dari
Vinsiah, dkk., H3PO4 rasio 500 oC, dan terbaik dicapai oleh
Cangkang
2015 [10] 7% perbandingan 600 oC selama karbon aktif dengan
Kulit Buah
1:4 ±1 jam. suhu furnace 600 oC
Karet (Hevea
brasilliensis)

Logam dan senyawanya sangat diperlukan untuk pengembangan industri,


pertanian dan teknologi bangsa manapun. Dalam pandangan ini, penggunaan
karbon aktif untuk adsorpsi logam berat telah ditekankan karena dianggap
menjadi adsorben praktis yang efektif untuk menghilangkan logam berat [11].
Di Indonesia banyak sekali berdiri industri dengan berbagai bidang
produksi. Proses pelapisan logam krom merupakan salah satu proses perlakuan
akhir yang dilakukan oleh industri tersebut. Limbah industri pelapisan logam

2
Universitas Sumatera Utara
khususnya pelapisan krom menghasilkan limbah dengan konsentrasi rata-rata
sekitar 75.900 mg/L dalam bentuk CrO42- [12]. Adsorpsi menggunakan karbon
aktif telah menjadi pilihan populer di negara-negara maju untuk menghilangkan
Cr(VI) dan ion logam lainnya. Penggunaan karbon aktif untuk menghilangkan
Cr(VI) dari air diusulkan karena area permukaan yang lebih besar, sehingga
mengarah ke pencarian adsorben murah [13]. Adapun penelitian yang dilakukan
mengenai karbon aktif yang diaplikasikan untuk menjerap logam krom dilihat
pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Pembuatan Karbon Aktif dan Aplikasinya Menjerap Logam Cr(VI)

Ukuran Kondisi
Nama, Tahun Kajian Aktivasi Hasil
& Dosis Operasi
Waktu
Chromium(VI) Adsorpsi Cr (VI)
impregnasi
adsorption from efektif pada
Karthikeyan, Sawdust : 24 jam
aqueous solution by rentang pH yang
et al., 2005 H3PO4 H3PO4 (1 Temperatur
Hevea Brasilinesis rendah dan
[13] : 2 berat) karbonisasi
sawdust activated temperatur yang
673 K selama
carbon tinggi.
1 jam
Waktu Sejauh proses
Chromium removal impregnasi adsorpsi terjadi
from water by 24 jam sangat tergantung
Gupta, et al., 6%
activated carbon - Temperatur pada pH larutan
2012 [14] H2O2
developed from karbonisasi Cr3+, menjadi
waste rubber tires 500 oC lebih besar pada
selama 6 jam kisaran pH 4-6

Dari fakta-fakta tersebut di atas, karbon aktif dari cangkang buah karet
mungkin mempunyai potensi untuk dijadikan karbon aktif dengan menggunakan
aktivasi kimia yang diaplikasikan untuk menjerap ion logam berat terutama logam
krom.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Sejauh mana limbah cangkang buah karet dapat dimanfaatkan sebagai karbon
aktif.
2. Seberapa efektif pemanfaatan cangkang buah karet sebagai karbon aktif dalam
menjerap logam krom.

3
Universitas Sumatera Utara
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui karakteristik dari karbon aktif yang dibuat dari cangkang
buah karet.
2. Untuk mengetahui kemampuan karbon aktif dalam menjerap Cr(VI).
3. Untuk mengetahui isotermal adsorpsi dari karbon aktif yang dibuat dari
cangkang buah karet.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Adapun manfaat yang didapat dalam penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi mengenai pemanfaatan cangkang buah karet sebagai
alternatif dalam penjerapan logam krom.
2. Meningkatkan nilai ekonomis limbah cangkang buah karet yang selama ini
tidak termanfaatkan.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN


Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Teknik Kimia,
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Proses utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbonisasi dan aktivasi.
Penelitian ini memiliki ruang lingkup dan batasan sebagai berikut:
Variabel yang digunakan adalah:
 Pembuatan Adsorben Cangkang Buah Karet:
a. Variabel tetap :
1. Ukuran karbon aktif = 100 mesh
2. Suhu pemanasan oven dan karbonisasi = 110 oC [10] dan 500 oC [8];
[9]
3. Waktu pemanasan oven dan karbonisasi = 2 jam dan 1 jam [13]
4. Rasio cangkang buah karet : H3PO4 (berat) = 1 : 2 [13]
5. Waktu impregnasi = 1 jam [52]
b. Variabel berubah:
Konsentrasi Aktivator = 20, 40, 60 %
 Penjerapan Logam:

4
Universitas Sumatera Utara
a. Variabel tetap:
1. Konsentrasi larutan krom yang digunakan 150 ppm.
2. Waktu penjerapan = 3 jam [52]
b. Variabel berubah:
1. Jumlah adsorben 1, 2, 3, dan 4 gram / 100 ml larutan Cr(VI).
Parameter yang dianalisis adalah :
a. Analisis pada karbon aktif :
1. Yield
2. Kadar air.
3. Kadar abu.
4. Kadar zat menguap.
5. Karakteristik luas permukaan karbon aktif dengan metode BET.
b. Analisis konsentrasi larutan Cr(VI) dengan Atomic Adsorption
Spektrofotometer (AAS).

5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ADSORPSI
Adsorpsi adalah proses dimana zat (adsorbat) dalam fase gas atau cair,
terakumulasi pada permukaan padatan. Hal ini didasarkan pada kemampuan
bahan berpori dengan permukaan besar untuk mempertahankan senyawa dengan
selektif pada permukaan padatan (adsorben). Ada dua jenis adsorpsi yaitu adsorpsi
fisika dan kimia [1].
1. Adsorpsi fisika
Dalam adsorpsi fisika kotoran ditahan pada permukaan karbon oleh gaya
lemah van der Waals sementara (dalam adsorpsi fisika luas permukaan
diakses dan kehadiran sisi aktif pada permukaan tidak penting) [15].
Adsorpsi fisika merupakan peristiwa yang reversibel sehingga jika kondisi
operasinya diubah maka akan membentuk kesetimbangan yang baru [16].
2. Adsorpsi kimia
Adsorpsi kimia yaitu adsorpsi yag terjadi karena ikatan kimia antara
molekul-molekul adsorbat dengan adsorben. Ikatan yang terbentuk
merupakan ikatan yang kuat sehingga lapisan yang terbentuk merupakan
lapisan monolayer. Pada adsorpsi kimia yang terpenting ialah spesifikasi
dan kepastian pembentukan monolayer sehingga pendekatan yang
digunakan ialah dengan menentukan kondisi reaksi. Hal tersebut dapat
mengatur hanya adsorpsi kimia saja yang terjadi dan hanya membentuk
monolayer. Adsorpsi kimia bersifat tidak reversibel dan umumnya terjadi
pada suhu tinggi di atas suhu kritis adsorbat. Oleh karena itu, untuk
melakukan proses desorpsi dibutuhkan energi yang lebih tinggi untuk
memutuskan ikatan yang terjadi antara adsorben dan adsorbat [16].

2.2 KARBON AKTIF


Karbon aktif merupakan salah satu adsorben yang digunakan dalam proses
penjerapan. Ada beberapa jenis adsorben yang biasa digunakan dalam proses
penjerapan seperti [17]:

6
Universitas Sumatera Utara
1. Oxygen-containing compounds, adsorben ini biasanya bersifat hidrofil dan
bersifat polar.
Contoh: silika gel dan zeolit
2. Carbon-based compounds, adsorben ini biasanya bersifat hidrofob dan
nonpolar.
Contoh: karbon aktif dan grafit
3. Polymer-based compounds, adsorben ini terdiri dari matriks polimer berpori
yang mengandung gugus fungsi polar atau nonpolar.
Carbon-based compounds atau karbon aktif memegang peranan yang
penting baik sebagai bahan baku maupun sebagai bahan pembantu pada proses
industri dalam meningkatkan kualitas atau mutu produk yang dihasilkan, seperti
pada industri pengolahan air minum, industri gula, industri obat-obatan dan masih
banyak lagi penggunaan karbon aktif. Munculnya banyak industri di dalam dan di
luar negeri membuat tingkat persaingan dalam memproduksi karbon aktif juga
semakin tinggi. Kompetisi pasar ini telah didukung dengan dikeluarkannya
Standard Industri Indonesia (SII) yang mencakup persyaratan-persyaratan
minimum yang harus dipenuhi untuk menjaga kualitas produk karbon aktif [18].
Adapun standar karbon aktif menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Standar Karbon Aktif (SNI) 06–3730-1995 [10]
Jenis Persyaratan Parameter Parameter
Kadar Air Mak. 15 %
Kadar Abu Mak. 10 %
Kadar Zat Menguap Mak. 25 %
Kadar Karbon Terikat Min. 65 %
Daya Serap Terhadap Yodium Min. 750 mg/g
Daya Serap Terhadap Benzena Min. 25 %

Karbon aktif merupakan karbon amorf dari pelat-pelat datar yang disusun
oleh atom-atom C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi heksagonal datar
dengan satu atom C pada setiap sudutnya [19]. Struktur kimianya memungkinkan
untuk menjerap bahan organik dan senyawa nonpolar lainnya dari aliran gas atau
cairan. Karena sifat ini, karbon aktif telah digunakan selama beberapa dekade
untuk pemurnian gas, pemisahan campuran gas, terutama pemulihan pelarut,
penghilangan logam berat, penghilangan warna dari larutan dan pemurnian air.

7
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan adsorben karbon aktif lebih besar daripada adsoerben lain dalam
pemecahan masalah lingkungan yang berkaitan dengan pemurnian air dan
penurunan polusi udara [20].
Karbon aktif dapat mengadsorbsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu
atau sifat adsorbsinya selektif, tergantung besarnya volume pori-pori dan luas
permukaan karbon aktif tersebut [18]. Volume pori-pori karbon aktif biasanya
lebih besar dari 0,2 cm3/g dan bahkan terkadang melebihi 1 cm3/g, sedangkan luas
permukaan berkisar antara 300 – 3500 m2/g sehingga mempunyai sifat sebagai
adsorben [19].
Mikropori berperan sebagai jalur transportasi, dimana molekul-molekul
yang dijerap berpindah menuju mesopori yang akhirnya memasuki mikropori.
Mikropori biasamya merupakan proporsi terbesar dari permukaan internal karbon
aktif dan paling berkontribusi untuk volume pori total. Sehingga volume pori dan
distribusi ukuran pori menentukan kapasitas adsorpsi.

2.3 AKTIVASI KIMIA


Dua langkah (karbonisasi dan aktivasi) dilakukan secara bersamaan dalam
satu langkah. Bahan baku diresapi dengan bahan kimia tertentu seperti asam
fosfat, asam sulfat, kalium hidroksida atau seng klorida dalam suasana inert.
Aktivasi kimia biasanya dilakukan jika bahan baku kayu atau gambut [1].
Selama karbonisasi sebagian non-karbon unsur dihilangkan dalam bentuk
gas oleh dekomposisi pirolitik dari sumber bahan. Struktur berpori terutama
dikembangkan selama aktivasi dengan cara mereaksikan agen aktivasi dengan
karbon [21].
Faktor penting dalam aktivasi kimia adalah derajat (koefisien) dari
peresapan. Koefisien ini adalah rasio berat agen aktivasi anhidrat terhadap bahan
kering. Pengaruh tingkat peresapan pada porositas produk yang dihasilkan jelas
dari fakta bahwa volume garam dalam bahan karbonisasi sama dengan volume
pori-pori yang dibebaskan oleh ekstraksi. Untuk tingkat peresapan kecil,
peningkatan kecil dalam jumlah peresapan, menyebabkan peningkatan volume
pori-pori yang lebih kecil. Ketika tingkat peresapan lebih lanjut dinaikkan, jumlah
diameter pori-pori lebih besar meningkat dan volume pori-pori yang kecil

8
Universitas Sumatera Utara
menurun [15]. Ukuran pori karbon diatur oleh rasio impregnasi; semakin besar
rasio impregnasi semakin besar diameter pori. Karakteristik dari karbon aktif yang
diperoleh bervariasi dengan rasio impregnasi, suhu aktivasi dan komposisi gas
yang digunakan untuk pemanasan [22].
Dalam beberapa tahun terakhir, aktivasi kimia dengan H3PO4 telah muncul
sebagai pesaing teknologi. Skema aktivasi ini menunjukkan banyak aspek yang
menguntungkan seperti proses perlakuan pemanasan satu langkah, dilakukan pada
suhu yang lebih rendah (673-773 oK), membatasi peningkatan produksi gas dan
meningkatkan hasil karbon (35-50 %), dan sebagian asam yang tidak bereaksi
selanjutnya dinetralkan dalam tahap pencucian produk. Dengan demikian proses
ini mendapatkan jumlah karbon yang tinggi, karbon yang menjerap dengan baik
dan mengkonsumsi lebih sedikit energi dan bahan [23] serta keuntungan yang lain
perkembangan yang baik dari struktur berpori [1].
Karbon aktif yang diaktivasi dengan asam fosfat menunjukkan kapasitas
tukar kation yang luar biasa, yang telah terbukti sangat efektif untuk
menghilangkan ion logam berat konsentrasi rendah dari fase cair, dan kapasitas
kimia dan termal ini stabil. Oleh karena itu, karbon aktif diaktivasi asam fosfat
telah banyak digunakan untuk menghilangkan ion logam berat dari fase cair [24].
Proses pembuatan karbon aktif dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Carbonization Physical activation


Char Activated carbon
600 to 800 oC Gasification
CO2, Steam
(800-1000 oC)

Raw material

Chemical activation
Impregnation/Carbonization/Washing
Activated carbon
H3PO4, ZnCl2, etc,
(500-800 oC)
Gambar 2.1 Skema dari Proses Pembuatan Karbon Aktif [1]
Unsur-unsur mineral dari persenyawaan kimia yang ditambahkan tersebut
akan meresap ke dalam arang dan membuka permukaan yang semula tertutup oleh

9
Universitas Sumatera Utara
komponen kimia sehingga volume dan diameter pori bertambah besar. Masing-
masing jenis aktivator akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap
luas permukaan maupun volume pori-pori karbon aktif yang dihasilkan [25].
Pada penelitian yang dilakukan oleh Liliana Giraldo-Gutie´rrez dan Juan
Carlos Moreno-Piraja´n (2008) [27] yaitu penjerapan logam Pb (II) dan Cr (VI)
dengan aktivasi kimia dan fisika didapat bahwa karbon aktif yang diaktivasi
secara kimia mempunyai kapasitas adsorpsi lebih tinggi untuk penjerapan Pb (II)
dan Cr (VI) daripada aktivasi secara fisika.
Penelitian pembuatan karbon aktif dari bahan lignoselulosa dengan aktivasi
kimia dan fisika yang diaplikasikan mejerap ion logam berat dapat ditunjukkan
pada Tabel 2.2, sedangkan penjerapan fenol dapat dilihat pada Tabel 2.3, dan
penjerapan zat warna pada Tabel 2.4.
Tabel 2.2 Aplikasi Karbon Aktif Dalam Penjerapan Logam Berat
Temperatur Kapasitas
Nama
Prekursor Adsorbat Aktivasi Karbonisasi adsorpsi
(Tahun)
(oC) (mg/g)
Tajar et al
Nut shell Kadmium H3PO4 500 90 – 120
(2009) [28]
Dastgheib &
Air,
Rockstraw Pecan shell Tembaga 300 -500 33 – 40
H3PO4
(2001) [29]
HCl,
Pinus
Álvarez et al H3PO4,
sylvestris Kromium 450 - 650 0,5 - 1,83
(2007) [30] NaOH,
sawdust
H2SO4
Giraldo &
Moreno- African palm HNO3,
Timbal 900 4,7 - 15,2
Piraján pit steam
(2008) [31]
Giraldo &
Moreno- Cane sugar HNO3,
Timbal 900 6,4 - 13,7
Piraján bagasse steam
(2008) [31]
El-handawy
Maize talks Timbal KOH 700 88 – 347
(2009)
Hernández- H3PO4,
Montoya et al Pecan nut Timbal Larutan 800 75,4
(2011) [32] Kalsium

10
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Aplikasi Karbon Aktif Dalam Penjerapan Fenol
Temperatur Kapasitas
Nama
Prekursor Adsorbat Aktivasi Karbonisasi adsorpsi
(Tahun)
(oC) (mg/g)
Mourao et al CO2,
Almond shell Fenol 800 76 - 139
(2011) [33] HNO3
Bello-Huitle
Castille
et al (2010) Fenol H3PO4 500 53,2
nutshell
[34]
Nabais CO2,
Rapeseed Fenol 700 45 - 80
(2009) [33] HNO3
Bello-Huitle
Pecan
et al (2010) Fenol H3PO4 500 158,7
nutsheel
[34]
Nabais CO2,
Kenaf Fenol 700 45 - 80
(2009) [33] HNO3
Mourao et al CO2,
Vine shoot Fenol 800 73
(2011) [33] HNO3
Mourao et al p- CO2,
Almond shell 800 154 - 224
(2011) [33] nitrofenol HNO3
Mourao et al p- CO2,
Vine shoot 800 126 - 238
(2011) [33] nitrofenol HNO3

Tabel 2.4 Aplikasi Karbon Aktif Dalam Penjerapan Zat Warna


Temperatur Kapasitas
Nama
Prekursor Adsorbat Aktivasi Karbonisasi adsorpsi
(Tahun)
(oC) (mg/g)
Loofa H3PO4,
El-Ashtoukhy Direct
egyptiaca HNO3, 500 63,3 - 73,5
(2009) [35] blue 106
plant ZnCl2
Bello-Huitle
Castille Methylen
et al (2010) H3PO4 500 169,5
nutshell e blue
[34]
Bello-Huitle
Pecan Methylen
et al (2010) H3PO4 500 400
nutsheel e blue
[34]
Hernández- H3PO4,
Acid Blue
Montoya et al Pecan nut Larutan 800 48
25
(2011) [32] kalsium

11
Universitas Sumatera Utara
Dari ketiga tabel di atas karbon aktif yang dibuat dari bahan lignoselulosa
dapat menjerap ion logam berat, fenol dan zat warna dengan aktivasi kimia
ataupun fisika. Penjerapan logam dengan aktivasi secara kimia mempunyai
kapasistas penjerapan lebih besar daripada aktivasi secara fisika. Pada penjerapan
ion logam berat, penjerapan maksimal sebesar 300 mg/g, sedangkan penjerapan
fenol sebesar 200 mg/g dan untuk penjerapan zat warna sebesar 400 mg/g.

2.4 PIROLISIS
Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan
tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, dimana material mentah akan
mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Tujuannya adalah
melepaskan zat terbang yang terkandung pada biomassa. Secara umum kandungan
zat terbang dalam biomassa cukup tinggi [36]. Pirolisis biomassa dilakukan pada
rentang suhu yang relatif rendah 300 sampai 650 oC [37].
(C6H10O5)n 6nC + 5nH2O
Bahan-bahan yang dapat dikonversi secara pirolisa adalah bahan yang
mempunyai kandungan selulosa tinggi. Ada tiga tahap dalam proses karbonisasi.
Pertama adalah hilangnya air pada 300 - 470 K. Tahap kedua adalah pirolisis
primer, berlangsung di kisaran suhu 470 - 770 K dan ditandai dengan
terbentuknya banyak gas dan tar karena penghilangan bahan volatil dan tar
menyebabkan penurunan yang luar biasa dari berat bahan dan juga untuk
membentuk struktur dasar dari char. Langkah ketiga adalah memperkuat struktur
char dalam kisaran suhu dari 770 sampai 1120 K, dengan penurunan berat bahan
yang sangat kecil [38].
Pirolisis dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan produk utama
yang dihasilkan dan dibedakan berdasarkan persentase produk yang dihasilkan
[37]. Adapun pesentase produk yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Persentase Produk dari Berbagai Jenis Pirolisis [37]
Yield produk (%)
Jenis Pirolisis
Cairan Arang Gas
Fast Pyrolysis 75 12 13
Karbonisasi 30 35 35
Gasifikasi 30 35 35

12
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tingkat pemanasan, pirolisis dapat diklasifikasikan menjadi tiga
seperti pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Jenis Pirolisis Berdasarkan Pemanasan [26]
Laju Yield Produk (%)
Ukuran
Proses Waktu Kenaikan
Partikel Suhu (K)
Pirolisis (s) Suhu Minyak Arang Gas
(mm)
(K/s)
Slow
450-550 0,1-1 5-50 550-950 30 35 35
(Lambat)
Fast
0,5-1 10-200 <1 850-1250 50 20 30
(Cepat)
Flash
< 0,5 > 1000 < 0,2 1050-1300 75 12 13
(Kilat)

2.5 ISOTERMAL ADSORPSI


Isotermal adsorpsi menggambarkan konsentrasi yang bergantung pada
kesetimbangan distribusi ion-ion logam antara larutan dan fase padat suhu tetap.
Untuk mendapatkan data kesetimbangan, konsentrasi awal dibuat bervariasi
sedangkan massa adsorben dalam tiap sampel adalah tetap. Untuk menguji
hubungan data antara adsorben dan konsentrasi larutan pada kesetimbangan
digunakan model isotermal adsorpsi [39].
Beberapa model isotermal adsorpsi:
1. Model Isotermal Freundlich
Isotermal Freundlich ini digunakan pada energi permukann yang heterogen
dengan konsentrasi yang berbeda-beda [39]. Model Isotermal Freundlich
merupakan persamaan empirik, yang dinyatakan dengan persamaan:
(2.1)
log q = log kf + 1/n log C (2.2)
dengan kF dan n merupakan konstanta Freundlich kF dan n merupakan fungsi suhu
dengan persamaan:
(2.3)

(2.4)

dengan , , dan kf0 adalah konstanta.

13
Universitas Sumatera Utara
2. Model Isotermal Langmuir
Model Isoterm Langmuir menggunakan pendekatan kinetika, yaitu
kesetimbangan terjadi apabila kecepatan adsorpsi sama dengan kecepatan
desorpsi. Asumsi yang digunakan pada persamaan Langmuir [40] adalah :
a. Adsorpsi terjadi secara kimia.
b. Adsorben merupakan sistem dengan tingkat energi homogen sehingga afinitas
molekul terjerap sama untuk tiap lokasi.
c. Adsorbat yang terjerap membentuk lapisan tunggal (monolayer).
d. Tidak ada interaksi antar molekul yang terjerap.
e. Molekul yang terjerap pada permukaan adsorben tidak berpindah- pindah.
Bentuk linear persamaan isotermal Langmuir ditunjukkan pada persamaan
(2.5)

Ce adalah konsentrasi kesetimbangan (mg/L). qe adalah jumlah zat yang


diadsorpsi per gram adsorben (mg/g). Q0 adalah kapasitas adsorpsi dan b adalah
intensitas adsorpsi [39].

2.6 KARET (Hevea brasilliensis)


Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis
yang berasal dari Negara Brazil. Struktur botani tanaman karet ialah tersusun
sebagai berikut; Divisi: Spermatophyta, Subdivus: Angiospermae, Kelas:
Dicotyledonae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea,
Spesies: Hevea Brasiliensis [41].
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang
bernilai ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat disadap getah. Kayu tanaman karet,
bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan
bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain [42].
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi
dalam upaya peningkatan devisa Indonesia [5]. Pada tahun 2012, luasnya
mencapai 3,4 juta Ha, atau 15 % dari luas total perkebunan di Indonesia seluas
22,76 juta ha. Indonesia dengan produksi sebesar 3,04 juta ton merupakan negara
produsen karet alam terbesar ke-2 di dunia. Dengan produksi tersebut, ekspornya
mencapai sebesar 2,4 juta ton [6].

14
Universitas Sumatera Utara
2.7 CANGKANG BUAH KARET
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Industri dan
Kimia Departemen Perindustrian mengenai pemanfaatan pohon karet, diketahui
bahwa cangkang buah karet belum termanfaatkan secara optimal bahkan
kadangkala menjadi suatu limbah yang tidak memiliki nilai jual. Padahal bahan
tersebut memiliki potensi untuk diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat dan
bernilai jual, misalnya karbon aktif [10].
Cangkang buah karet adalah bahan yang selama ini dikenal sebagai bahan
yang kurang bermanfaat. Cangkang buah karet dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan arang aktif, namun ada juga sebagian orang menggunakannya
sebagai bahan pembuat berbagai kerajinan tangan [7].
Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka beberapa hasil
samping pertanian seperti cangkang buah karet dapat diolah menjadi produk yang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi yang sangat potensial untuk diolah menjadi
karbon aktif. Gambar 2.2 menunjukkan bentuk dari cangkang buah karet.

Gambar 2.2 Cangkang Buah Karet

Cangkang buah karet dijadikan karbon aktif dikarenakan mempunyai


komposisi lignoselulosa yang cukup tinggi. Tingginya komposisi lignoselulosa
dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Komposisi Kimia Cangkang Buah Karet [10]
Komponen Penyusun Persentase (%)
Selulosa 48,64
Lignin 33,54
Pentosan 16,81
Kadar Abu 1,25
Kadar Silika 0,52

15
Universitas Sumatera Utara
2.8 PENCEMARAN LINGKUNGAN
Indonesia pada saat ini memiliki masalah mengenai pencemaran lingkungan
terutama pencemaran lingkungan perairan antara lain oleh air limbah, baik limbah
industri, pertanian maupun limbah rumah tangga. Dari semua sumber pencemar
lingkungan, pencemaran yang diakibatkan oleh limbah rumah tangga menempati
urutan pertama (40%) diikuti kemudian oleh limbah industri (30%) dan sisanya
limbah rumah sakit, pertanian, peternakan, atau limbah lainnya [43].
Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk
hidup, zat, energi, atau komponen yang ada, harus ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup. Jadi, jika pencemar dalam suatu lingkungan melewati batas
baku mutu yang ditetapkan, maka lingkungan tersebut dikatakan telah mengalami
pencemaran. Undang-Undang No. 23 tahun 1997 menjelaskan bahwa pencemaran
lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya [44].
Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi yang
sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi secara garis besar
air limbah terdiri dari air dan padatan, dimana padatan terdiri dari zat organik
yang berupa karbohidrat, lemak, dan protein serta zat anorganik yang berupa
garam-garam, logam-logam dan butiran seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3.
Air limbah

Air (99 %) Padatan (0,1 %)

Organik Anorganik
Karbohidrat 25% Garam
Lemak 10% Logam
Protein 65% Butiran
Gambar 2.3 Skema Pengelompokan Bahan Yang Terkandung Dalam Air
Buangan Secara Umum [45]

16
Universitas Sumatera Utara
Kromium dianggap sebagai polutan berbahaya di seluruh dunia karena
merupakan mutagen dan karsinogen potensial. Polutan ini dihasilkan oleh
beberapa industri termasuk metalurgi, penyamakan kulit, dan elektroplating.
Secara khusus, pencemaran air yang disebabkan oleh kromium merupakan
masalah lingkungan yang penting di negara-negara berkembang lainnya. Sampai
saat ini, bahan lignoselulosa yang berbeda telah digunakan untuk persiapan
karbon aktif untuk menghilangkan krom [46].
Kromium memiliki daya racun yang tinggi, ciri-ciri kromium diantaranya
mempunyai spesifikasi graviti yang sangat besar (lebih dari 4), mempunyai nomor
atom 22-34, dan mempunyai respon biokimia spesifik pada organisme hidup [47].
Krom sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit, di luar tubuh dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata,
dan di dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan [48].
Ada berbagai metode untuk menghilangkan kromium dari perairan limbah.
Metode yang filtrasi, presipitasi kimia, pertukaran ion dan adsorpsi [14]. Salah
satu metode penurunan kadar logam adalah dengan metode adsorbsi dengan
adsorben. Adsorben dapat digunakan untuk mengadsorsi limbah senyawa organik
dan anorganik [49]. Karbon nanotube multiwall juga dapat digunakan untuk untuk
penghilangan polutan pada pengolahan air. Mengenai teknologi adsorpsi, salah
satu kelemahan utama adalah biaya produksi yang tinggi dari adsorben [14].
Penggunaan karbon aktif untuk mengarah ke pencarian adsorben murah dalam
beberapa tahun terakhir [6]. Residu pertanian dan kehutanan, dianggap sebagai
bahan baku yang cocok untuk produksi adsorben murah [50].

2.9 ANALISA EKONOMI


Cangkang buah karet merupakan limbah yang masih belum termanfaatkan.
Cangkang buah karet juga memiliki nilai ekonomis yang rendah. Salah satu solusi
untuk menangani cangkang buah karet yang terus meningkat adalah mengubahnya
menjadi suatu produk yang lebih berharga dengan proses yang efektif dan efisien.
Salah satu produk dengan nilai tambah yang dapat dibuat dari cangkang buah
karet adalah karbon aktif. Karbon aktif banyak digunakan untuk penjerapan ion

17
Universitas Sumatera Utara
logam berat. Produksi karbon aktif dari cangkang buah karet dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Memperkecil cangkang buah karet dengan ukuran 100 mesh.
2. Aktivasi cangkang buah karet dengan asam fosfat (H3PO4) 40% dengan
rasio perbandingan 1 : 2 (b:b) selama 1 jam.
3. Dilakukan karbonisasi di furnace dengan suhu 500 oC selama 1 jam.
4. Didinginkan karbon aktif pada desikator.
5. Dicuci dan dikeringkan karbon aktif.
Berikut merupakan rincian biaya pembuatan karbon aktif dari cangkang
buah karet dengan aktivasi menggunakan asam fosfat (H3PO4) dengan rasio 1 : 2
yang telah dilakukan selama penelitian dengan basis bahan baku cangkang buah
karet 1 ton.
Cangkang buah karet yang sudah dihaluskan sebanyak 1000 kg diaktivasi
dengan H3PO4 40% dan perbandingan (b:b) 1:2, maka H3PO4 yang dibutuhkan
adalah sebanyak 2000 liter. Aktivator yang digunakan adalah H3PO4 industrial
grade dengan kemurnian 85%. Maka dibutuhkan H3PO4 sebanyak:
M1 = M H3PO4 85% (H3PO4 yang dijual oleh industri)
M2 =

M2 =

= 14,8316 M

M2 = M H3PO4 40%

M2 =

M2 =

= 6,9795 M

M1 V1 = M2 V2
14,8316 V1 = 6,9795 (2000)
V1 = 941,1662 liter
Jadi, ditambahkan aquades sebanyak 1058,8338 liter

18
Universitas Sumatera Utara
Dari perhitungan di atas maka pembuatan karbon aktif dari cangkang buah
karet sebanyak 1000 kg dibutuhkan H3PO4 85% sebanyak 941,1662 liter yang
diencerkankan hingga 2000 liter. Asam fosfat (H3PO4) 85%, densitas 1,413 kg/L
dijual di pasaran dengan harga Rp 9.900.000,00/ton atau Rp 16.929,00/liter.
Aquades dijual dengan harga Rp 1.000/liter. Adapun rincian biaya bahan baku
yang dibutuhkan untuk pembuatan 1000 kg karbon aktif dari cangkang buah karet
adalah:
Cangkang buah karet = Rp 0,00
Asam fosfat = 941,1662 liter = Rp 15.933.003,00
Aquades = 1058,8338 liter = Rp 1.058.834,00
Biaya lain-lain (aktivasi, pengeringan, analisa) = Rp 500.000,00
Total = Rp 17.491.837,00
Dengan rincian biaya yang telah dilakukan di atas, maka karbon aktif dari
cangkang buah karet dapat dijual dengan harga Rp 17.491.837,00/ton.

19
Universitas Sumatera Utara
2.10 PEMILIHAN PROSES PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KARET
Tabel 2.8 Penelitian Mengenai Daya Adsorpsi Pembuatan Adsorben dari Karet

Nama, Tahun Kajian Aktivasi Ukuran & Dosis Kondisi Operasi Hasil
Semi-karbonisasi
pada 200 oC 15 menit
diikuti aktivasi pada
rasio 500 oC 45 menit
Srinivaskannan Production of activated perbandingan 1; dengan rasio
Temperatur aktivasi
dan Abu Bakar, carbon from rubber wood H3PO4 60 % 1,5 dan 2 impregnasi 1,5
400 oC dan 500 oC
2003 [8] sawdust menghasilkan produk
dengan bilangan iodin
1096, luas permukaan
of 1496 m2/g dengan
yield 35%
Waktu impregnasi 24 Adsorpsi Cr (VI)
Chromium(VI) adsorption
jam efektif pada rentang
Karthikeyan, et al., from aqueous solution by Sawdust : H3PO4
H3PO4 Temperatur pH yang rendah dan
2005 [13] Hevea Brasilinesis sawdust (1 : 2 berat)
karbonisasi 673 K temperatur yang
activated carbon
selama 1 jam tinggi.
Adsorption studies of basic
dye on activated carbon
Hameed dan Daud,
derived from agricultural - −6 + 40 mesh - -
2007 [51]
waste: Hevea brasiliensis
seed coat

20
Universitas Sumatera Utara
Sejauh proses
Waktu impregnasi 24
Chromium removal from adsorpsi terjadi sangat
jam
Gupta, et al., 2012 water by activated carbon tergantung pada pH
6 % H2O2 - Temperatur
[14] developed from waste larutan Cr3+, menjadi
karbonisasi 500 oC
rubber tires lebih besar pada
selama 6 jam
kisaran pH 4-6
Preparation and
Waktu aktivasi 30 – Tempertaur 500 oC
Characterization of
Borhan dan Kamil, Rasio impregnasi 210 menit dan waktu aktivasi
Activated Carbon from KOH
2012 [9] 1:1 Temperatur aktivasi 180 menit adalah
Rubber-seed Shell by
500 oC dan 600 oC yang terbaik
Chemical Activstion

300 oC, 400 oC, 500 Kualitas karbon aktif


Pembuatan Karbon Aktif 100 mesh dan o
Vinsiah, dkk., C, dan terbaik dicapai oleh
Dari Cangkang Kulit Buah H3PO4 7% rasio o
2015 [10] 600 C selama ±1 karbon aktif dengan
Karet (Hevea brasilliensis) perbandingan 1:4
jam. suhu furnace 600 oC

21
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian, Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan dan Balai Riset Penelitian,
Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang 6 bulan.

3.2 Bahan Dan Peralatan


3.2.1 Bahan Penelitian
Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain:
1. Cangkang Buah Karet (Hevea brasilliensis)
2. Aquadest (H2O)
3. Asam Posfat (H3PO4)
4. Kalium dikromat (K2Cr2O7)

3.2.2 Peralatan Penelitian


Pada penelitian ini peralatan yang digunakan antara lain:
1. BET
2. Atomic Adsorption Spektrofotometer (AAS)
3. Oven
4. Furnace
5. Palu
6. Ayakan 100 mesh
7. Desikator
8. Magnetic Stirrer
9. Kertas Saring Whatman 42
10. Beaker Glass
11. Gelas Ukur
12. Timbangan Digital
13. Batang Pengaduk
14. Corong Gelas

22
Universitas Sumatera Utara
15. Pipet Tetes
16. Erlenmeyer
17. Penjepit Tabung
18. Spatula

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Prosedur Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Buah Karet
Prosedur pembuatan karbon aktif dari cangkang buah karet [10]
1. Cangkang buah karet dipukul dengan palu untuk memperkecil ukurannya.
2. Dicuci dengan air keran beberapa kali hingga bersih kemudian dikeringkan
pada suhu 110 oC di oven.
3. Cangkang buah karet dihaluskan dengan blender serta diayak dengan ayakan
100 mesh.
4. Direndam dengan asam fosfat dengan rasio 1 : 2 berat selama 1 jam.
5. Sampel dikarbonisasi pada suhu 500 oC selama 1 jam.
6. Dicuci karbon aktif dengan air dan dikeringkan.

3.3.2 Prosedur Analisis


3.3.2.1 Analisis Kadar Air
Prosedur penentuan kadar air karbon aktif menggunakan metode ASTM
2867-99.
1. Wadah kosong ditimbang.
2. Wadah dengan karbon aktif ditimbang (A).
3. Wadah dengan karbon aktif dimasukkan ke dalam oven pada 105 oC selama 3
jam.
4. Karbon aktif dibiarkan dingin sampai temperatur ruang dalam desikator.
5. Sampel dengan wadah ditimbang
6. Prosedur 3-5 sampai berat konstan (B) dan kadar air dihitung menurut
persamaan di bawah ini.
Kadar air, % = (A-B)/B x 100

23
Universitas Sumatera Utara
3.3.2.2 Analisis Kadar Abu
Untuk Analisis kadar abu karbon aktif menggunakan metode ASTM D 2866
– 94.
1. Wadah kosong ditimbang (B).
2. Wadah dengan karbon aktif ditimbang (C).
3. Wadah dengan karbon aktif dimasukkan ke dalam furnace kira-kira pada 600
o
C selama 3 jam.
4. Sampel dibiarkan dingin sampai temperatur ruang dalam sebuah desikator.
5. Sampel dengan wadah ditimbang (D) dan kadar abu dihitung menurut
persamaan di bawah ini.
Kadar abu, % = 100*(D - B)/(C - B)

3.3.2.3 Analisis Kadar Zat Menguap


Untuk Analisis kadar abu karbon aktif menggunakan metode ASTM D 2866
– 94.
1. Cawan kosong beserta tutupnya telebih dahulu dipijarkan di dalam furnace
selama 30 menit dan didinginkan di dalam desikator.
2. Kemudian ditimbang dengan teliti sebanyak 1 gram sampel ke dalam cawan
kosong tersebut.
3. Cawan dimasukkan ke dalam furnace pada suhu 950 oC selama 7 menit.
4. Kadar zat menguap pada suhu 950 oC dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
Kadar zat menguap, %

Dimana:
wo = Berat sampel awal (gram)
w1 = Berat sampel setelah pemanasan (gram)

24
Universitas Sumatera Utara
3.3.2.4 Karakterisasi Karbon Aktif dari Cangkang Buah Karet
Prosedur karakterisasi adsorben cangkang buah karet dilakukan dengan
prosedur yaitu :
Karbon aktif yang sudah dihasilkan kemudian diukur luas permukaannya
dengan menggunakan peralatan BET untuk mengetahui luas permukaan karbon aktif.

3.3.2.5 Analisis pada Banyaknya Logam Krom yang Dijerap dengan Atomic
Adsorption Spektrofotometer (AAS)
Prosedur penentuan jumlah Cr(VI) yang terjerap dalam karbon aktif
diadopsi dari Gottipati [52]
Percobaan adsorpsi untuk adsorpsi Cr(VI) dari karbon aktif dilakukan
menggunakan larutan logam. Larutan logam 150 mg/L Cr(VI) disiapkan dengan
melarutkan 282,9 mg kalium dikromat dalam 1,0 L aquades. Setiap run dimasukkan
1 gram ke dalam 100 ml larutan Cr(VI). Karbon aktif dengan berat tertentu
dimasukkan ke dalam erlemeyer yang berisi campuran Cr(VI) 150 ppm, kemudian
diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 3 jam. Konsentrasi kromium
heksavalen dalam larutan ditentukan dengan atomic adsorption spektrofotometer
(AAS).

25
Universitas Sumatera Utara
3.4 Flowchart Penelitian
3.4.1 Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Buah Karet

Mulai

Cangkang buah karet diperkecil ukurannya

Dicuci dengan air keran kemudian dikeringkan pada suhu 110 oC


di oven

Dihaluskan dengan blender serta diayak dengan ayakan 100


mesh

Diaktivasi dengan larutan asam fosfat dalam rasio 1 : 2 berat


dan direndam selama 1 jam

Dikarbonisasi sampel pada suhu 500 oC selama 1 jam

Dicuci dengan air dan dikeringkan

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Buah Karet

26
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Analisis Kadar Air

Mulai

Ditimbang wadah kosong

Ditimbang wadah dan 1 gram karbon aktif

Dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam

Dimasukkan ke dalam desikator hingga dingin

Ditimbang hingga berat karbon aktif konstan

Apakah ada variasi Ya


karbon aktif yang
lain?

Tidak

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Analisis Kadar Air

27
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Analisis Kadar Abu

Mulai

Ditimbang wadah kosong

Ditimbang wadah dan 1 gram karbon aktif

Dipanaskan di dalam furnace pada suhu 600 oC selama 3 jam

Dimasukkan ke dalam desikator hingga dingin

Ditimbang berat cawan dan abu

Apakah ada variasi Ya


karbon aktif yang
lain?

Tidak

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Analisis Kadar Abu

28
Universitas Sumatera Utara
3.4.4 Analisis Kadar Zat Menguap

Mulai

Ditimbang wadah kosong

Ditimbang wadah dan 1 gram sampel ke dalam cawan kosong

Dipanaskan di dalam furnace pada suhu 950 oC selama 7 menit

Dimasukkan ke dalam desikator hingga dingin

Ditimbang hingga berat karbon aktif konstan

Apakah ada variasi Ya


karbon aktif yang
lain?

Tidak

Selesai

Gambar 3.4 Flowchart Analisis Kadar Zat Menguap

29
Universitas Sumatera Utara
3.4.5 Flowchart Penentuan Banyaknya Cr(VI) yang Terjerap dalam Karbon
Aktif

Mulai

Karbon aktif dengan berat yang ditentukan


dimasukkan ke dalam larutan Cr(VI) 150 ppm
100 ml

Campuran diaduk dengan magnetic stirrer pada suhu


kamar

Campuran disaring dengan kertas saring kemudian


disimpan selama 3 jam

Filtrat diukur dengan atomic adsorption spektrofotometer (AAS)

Dihitung banyak Cr(VI) yang terjerap dalam karbon aktif

Ya
Apakah ada variasi
yang lain?

Tidak

Selesai

Gambar 3.5 Flowchart Penentuan Jumlah Cr(VI) yang Terjerap dalam Karbon Aktif

30
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET


Pada penelitian ini, karbon aktif dibuat dari bahan baku cangkang buah karet
yang diimpregnasi dengan aktivator asam fosfat (H3PO4) dengan rasio karbon
aktif : asam fosfat (b:b) sebesar 1:2 dan variasi konsentrasi H3PO4 sebesar 20%,
40%, dan 60% pada suhu ruangan. Selanjutnya cangkang buah karet dikarbonisasi
pada suhu 500 oC selama 1 jam.

4.2 KARAKTERISASI KARBON AKTIF


4.2.1 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Yield Karbon Aktif
Pada penelitian ini dapat dilihat konsentrasi aktivator asam fosfat
berpengaruh terhadap yield yang dihasilkan. Hal tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
48,0
47,5
47,0
46,5
46,0
45,5
45,0

Gambar 4.1 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Yield Karbon Aktif

Pada Gambar 4.1 dapat dilihat yield yang dihasilkan cenderung meningkat
seiring dengan semakin tingginya konsentrasi aktivator yang digunakan untuk
mengimpregnasi cangkang buah karet dengan rasio bahan : asam fosfat sebesar 1 :
2 (b:b).
Berdasarkan Gambar 4.1 yield karbon aktif yang didapat berkisar antara
45,53% sampai 47,50%. Yield tertinggi dimiliki karbon aktif yang dihasilkan dari
aktivasi cangkang buah karet asam fosfat 60% yaitu sebesar 47,50% dan yield

31
Universitas Sumatera Utara
terendah dimiliki hasil impregnasi cangkang buah karet asam fosfat 20% yaitu
sebesar 45,53%.
Penambahan konsentrasi aktivator H3PO4 dapat memperlambat laju reaksi
pada proses oksidasi sehingga selain berfungsi sebagai aktivator, H3PO4 juga
berfungsi sebagai pelindung arang dari suhu yang tinggi [53]. Hal tersebut
menunjukkan bahwasanya semakin pekat konsentrasi asam fosfat yang digunakan
semakin besar yield karbon aktif yang dihasilkan. Penelitian yang dilakukan oleh
Darmawan [54] dan Pari [55] yield karbon aktif meningkat dengan bertambahnya
konsentrasi aktivator.

4.2.2 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Kadar Air Karbon Aktif

0,6

0,5

0,4

0,3

Gambar 4.2 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Kadar Air Karbon Aktif

Pada Gambar 4.2 menunjukkan kadar air karbon aktif cenderung meningkat
seiring dengan semakin tingginya konsentrasi aktivator. Kadar air karbon aktif
pada penelitian ini berkisar antara 0,321% - 0,514%. Kadar air dari semua sampel
karbon aktif telah memenuhi standar SNI. Kadar air tertinggi dimiliki oleh karbon
aktif yang dihasilkan dari aktivasi cangkang buah karet dengan asam fosfat 60%
yaitu sebesar 0,514%. Sedangkan kadar air terendah dimiliki oleh sampel karbon
aktif hasil impregnasi cangkang buah karet dengan asam fosfat 20% yaitu sebesar
0,341%.
Pada dasarnya semakin pekat aktivator yang digunakan semakin besar luas
permukaan karbon aktif. Besarnya luas permukaan karbon aktif meningkatkan
sifat higroskopis karbon aktif [54]. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya

32
Universitas Sumatera Utara
penyerapan air dari udara oleh karbon aktif sehingga memperbesar kadar air
karbon aktif tersebut.

4.2.3 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Kadar Abu Karbon Aktif

Gambar 4.3 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Kadar Abu Karbon Aktif

Dari Gambar 4.3 penambahan konsentrasi aktivator yang digunakan


menurunkan kadar abu karbon aktif. Sampel karbon aktif yang memenuhi standar
SNI yaitu kurang dari 10% adalah karbon aktif hasil aktivasi cangkang buah karet
dengan asam fosfat 60% yaitu sebesar 9,903%. Karbon aktif ini juga merupakan
karbon aktif dengan kadar abu terendah. Karbon aktif hasil impregnasi cangkang
buah karet dengan asam fosfat 20% merupakan karbon aktif dengan kadar abu
tertinggi yaitu sebesar 12,034%.
Tingginya kadar abu yang dihasilkan dapat mengurangi daya adsorpsi arang
aktif, karena pori arang aktif terisi oleh mineral-mineral logam seperti
magnesium, kalsium, dan kalium [56]. Penurunan kadar abu karbon aktif
dikarenakan bereaksinya aktivator dengan zat pengotor berupa mineral-mineral
yang terdapat pada bahan baku membentuk senyawa lain. Hal ini menyebabkan
mineral-mineral yang terdapat pada karbon aktif berkurang.

33
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Kadar Zat Menguap

3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0

Gambar 4.4 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Kadar Zat yang Menguap

Gambar 4.4 menunjukkan kadar zat menguap karbon aktif cenderung


menurun seiring dengan semakin tingginya konsentrasi aktivator yang digunakan.
Karbon aktif yang dihasilkan dari aktivasi cangkang buah karet dengan
asam fosfat 20% adalah sebesar 2,64%. Karbon aktif ini merupakan karbon aktif
dengan kadar zat menguap tertinggi. Sedangkan kadar zat menguap terendah
dimiliki oleh sampel karbon aktif hasil impregnasi cangkang buah karet dengan
asam fosfat 60% sebesar 1,48%. Kadar zat menguap dari semua sampel karbon
aktif telah memenuhi standar SNI.
Kecenderungan penurunan kadar zat menguap menunjukkan bahwa residu-
residu senyawa hidrokarbon yang menempel pada permukaan arang aktif sudah
banyak yang terekstraksi dengan peningkatan konsentrasi H3PO4 [54]. Dengan
semakin pekatnya konsentrasi yang digunakan untuk aktivasi maka semakin
banyak zat mudah menguap yang bereaksi dengan aktivator. Hal ini akan
membuat kadar zat menguap berkurang karena terbuang saat pencucian karbon
aktif.

34
Universitas Sumatera Utara
4.2.5 Pengaruh Konsentrasi Aktivator terhadap Luas Permukaan Karbon
Aktif dengan Metode BET

1,2

0,8

0,4

Gambar 4.5 Luas Permukaan dan Volume Pori Karbon Aktif


Dari data pada gambar 4.5 terlihat bahwa luas permukaan dan volume pori
karbon aktif meningkat dengan bertambahnya konsentrasi aktivator. Dimana
dalam proses ini yang berperan adalah perbedaan konsentrasi aktivator asam
fosfat. Karbon aktif hasil aktivasi asam fosfat 20% memiliki luas permukaan dan
volume pori yang terendah, yaitu 927,58 m2/g dan 0,57 cc/g. Sedangkan karbon
aktif hasil aktivasi asam fosfat 60% memiliki luas permukaan dan volume pori
yang paling besar, yaitu 1502,84 m2/g dan 1,11 cc/g.
Luas permukaan merupakan salah satu karakter fisik yang berhubungan
langsung dengan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang akan diserap. Bila
adsorben memiliki luas permukaan besar akan memberikan bidang kontak yang
lebih besar antara adsorben dan adsorbatnya sehingga adsorbat dapat terserap
lebih banyak [18].
Peningkatan luas permukaan karbon aktif ini dikarenakan H3PO4 meresap
ke dalam arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh
komponen kimia sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar [57].
Adsorben yang efektif harus memiliki luas permukaan minimal 5 m2/g tetapi
untuk menjadi adsorben komersil maka luas permukaannya sebesar 300-400 m2/g
[54]. Dengan demikian, semua luas permukaan karbon aktif yang dibuat dari

35
Universitas Sumatera Utara
cangkang buah karet telah memenuhi luas permukaan minimal untuk menjadi
adsorben yang efektif dan komersil.

4.3 PENENTUAN JUMLAH Cr(VI) YANG TERJERAP DALAM


KARBON AKTIF
Dalam penelitian ini, diaplikasikan karbon aktif ke dalam larutan Cr(VI)
150 ppm 100 ml. Penjerapan logam Cr(VI) dilakukan pada suhu ruangan selama 3
jam. Banyaknya Cr(VI) yang terjerap dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Pengaruh Jumlah Karbon Aktif dan Konsentrasi Aktivator Terhadap
Jumlah Cr(VI) yang Terjerap

Perhitungan persentase penjerapan terhadap logam Cr(VI) digunakan rumus


perhitungan berikut (Geankoplis, 2003):

Pada Gambar 4.6 dapat dilihat karbon aktif hasil aktivasi asam fosfat 40%
merupakan karbon aktif yang terbaik untuk menjerap Cr(VI) ditandai dengan
persentase penjerapan yang besar.
Persentase penjerapan Cr(VI) terbesar adalah 96,67% dengan menggunakan
karbon aktif hasil aktivasi asam fosfat 40%. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Gottipati [52] karbon aktif yang dibuat mampu menjerap Cr(VI) 98,7% dengan
karbon aktif sebanyak 3 g dan waktu kontak selama 3 jam pada temperatur 30 oC.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kunquan [6] penjerapan terbesar timah oleh

36
Universitas Sumatera Utara
karbon aktif yang diaktivasi dengan asam fosfat 50% dan penjerapan timah
menurun menggunakan karbon aktif hasil aktivasi asam fosfat 60%.
Penambahan berat adsorben akan meningkatkan penjerapan ion logam
sehingga nilai adsorpsi terhadap ion logam semakin tinggi sebanding dengan
bertambahnya luas permukaan adsorben [58]. Pada karbon aktif hasil aktivasi
asam fosfat 20% dan 40% didapat peningkatan jumlah karbon aktif relatif tidak
mempengaruhi jumlah ion logam Cr(VI) yang terjerap. Hal ini dikarenakan
karbon aktif mempunyai kemampuan yang tidak seragam yang disebabkan oleh
tidak meratanya pencampuran antara bahan baku dan aktivator sehingga hasil
penjerapan terhadap Cr(VI) tidak menunjukkan perbedaan yang konsisten.
Pada karbon aktif yang dihasilkan dari aktivasi cangkang buah karet dengan
asam fosfat 60% memiliki kemampuan yang kurang baik dalam menjerap Cr(VI).
Hal ini kemungkinan dikarenakan terlalu tingginya konsentrasi aktivator sehingga
menyebabkan struktur karbon aktif rusak. Untuk itu, aktivasi menggunakan asam
fosfat dengan konsentrasi 60% sebaiknya tidak dilakukan.

4.4 PENENTUAN ADSORPSI ISOTERM LOGAM Cr(VI) YANG


TERJERAP OLEH KARBON AKTIF

4.4.1 Isoterm Langmuir


Isoterm Langmuir secara teoritis seperti persamaan berikut:
(4.1)

Persamaan (4.1) dilinierkan menjadi


(4.2)
= +

Dimana q adalah massa ion Cr(VI) yang diserap per gram karbon aktif (mg/g), C
adalah konsentrasi ion Cr(VI) setelah diadsorpsi (mg/L), qo = daya adsorpsi
maksimum (mg/g) dan K = konstanta kesetimbangan adsorpsi (L/mg). Dengan
memplot 1/q dengan 1/C, dimana akan diperoleh slope 1/qoK dan intercept 1/qo.

37
Universitas Sumatera Utara
0,4

0,3 y = -2,0772x + 0,3423


R² = 0,4588

0,2

0,1

0
0 0,05 0,01

(a)
0,4

y = 0,4415x + 0,1479
0,3 R² = 0,4879

0,2

0,1

0
0 0,1 0,2 0,3

(b)
0,016
y = -0,0012x + 0,012
0,008 R² = 0,5170

0,004

0,002

(c)
Gambar 4.7 Data Hasil Adsorpsi Isoterm Langmuir Karbon Aktif terhadap Cr(VI)
Diaktivasi dengan (a) asam fosfat 20%, (b) 40% dan (c) 60%

38
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar 4.6 dapat dilihat data percobaan penentuan Isoterm Langmuir
adsorpsi ion Cr(VI) menggunakan karbon aktif dari cangkang buah karet pada
Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Percobaan Isoterm Langmuir Karbon Aktif dari Cangkang
Buah Karet
Karbon Aktif
dengan
Gambar Slope (1/qoK) Intercept (1/qo) Persamaan (y)
Konsentrasi
Aktivator
a 20% -2,0772 0,3423 -2,0772x + 0,3423
b 40% 0,4415 0,1479 0,4415x + 0,1479
c 60% -0,0012 0,0120 -0,0012x + 0,012

4.4.2 Isoterm Freundlich


Isoterm Freundlich persamaannya adalah:
q = KCn (4.3)
Persamaan (4.3) dilinierkan menjadi
log q = n log C + log K (4.4)
Persamaan diatas sering digunakan untuk banyak adsorpsi fisika dan sangat
berguna untuk cairan. K dan n adalah konstan dan harus dijelaskan secara
eksperimen. Jika diplot log q dengan log C, maka slope adalah eksponen n dan
intercept adalah log K.

39
Universitas Sumatera Utara
0,5
y = -0,223x + 0,9443
0,4
R² = 0,3665
0,3

0,2

0,1

(a)

0,5

0,4 y = 0,1058x + 0,5918


R² = 0,2729
0,3

0,2

0,1

(b)
0,8

0,4 y = -2,6811x + 5,4219


R² = 0,6718

-0,4

-0,8

(c)
Gambar 4.8 Data Hasil Adsorpsi Isoterm Freundlich Karbon Aktif terhadap
Cr(VI) Diaktivasi dengan (a) asam fosfat 20%, (b) 40% dan (c) 60%

40
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar 4.7 dapat dilihat data percobaan penentuan Isoterm Freundlich
adsorpsi ion Cr(VI) menggunakan karbon aktif dari cangkang buah karet pada
Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data Percobaan Isoterm Freundlich Karbon Aktif dari Cangkang
Buah Karet
Karbon Aktif
dengan Intercept
Gambar Slope (n) Persamaan (y)
Konsentrasi (Log K)
Aktivator
A 20% -0,2230 0,9443 -0,2230x + 0,9443
B 40% 0,1058 0,5918 0,1058x + 0,5918
C 60% -2,6811 5,4219 -2,6811x + 5,4219

Pada gambar 4.7 (a), (b) dan (c) pengujian persamaan isotermal adsorpsi
langmuir dengan grafik linierisasi mempunyai koefisien korelasi masing-masing
0,4588; 0,4879; dan 0,5170. Sedangkan pada gambar 4.7 (a), (b) dan (c) pengujian
persamaan isotermal adsorpsi Langmuir dengan grafik linierisasi mempunyai
koefisien korelasi masing-masing 0,3665; 0,2729; dan 0,6718.
Dari Gambar 4.7 dan 4.8 terlihat bahwa persamaan adsorpsi ion logam
Cr(VI) oleh karbon aktif yang diaktivasi dengan asam fosfat mempunyai koefisien
korelasi yang sangat rendah untuk kedua persamaan isotermal adsorpsi. Koefisien
korelasi yang tertinggi adalah koefisien korelasi karbon aktif yang diaktivasi
dengan asam fosfat 60% dengan R2 = 0,6718 yang memenuhi model persamaan
adsorpsi Freundlich.
Maka persamaan adsorpsi terhadap ion logam Cr(VI) tidak memenuhi
persamaan isotermal adsorpsi Langmuir dan Freundlich untuk karbon aktif yang
dibuat dari cangkang buah karet dan diaktivasi asam fosfat.

41
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh antara lain sebagai berikut:
1. Karbon aktif yang dihasilkan memiliki persentase yield 45,53%; 46,65%;
dan 47,50%.
2. Karakteristik karbon aktif yang diaktivasi dengan asam fosfat 20%, 40%,
dan 60% berupa kadar air, kadar abu dan kadar zat menguap sesuai dengan
Standar nasional Indonesia (SNI), kecuali kadar abu yang diaktivasi dengan
asam fosfat 20% dan 40% yang mempunyai kadar abu lebih dari 10% yaitu
sebesar 12,034% dan 10,648%.
3. Karakterisasi karbon aktif dengan metode BET menunjukkan luas
permukaan masing-masing karbon aktif telah memenuhi luas permukaan
minimal untuk menjadi adsorben yang efektif dan komersil yaitu sebesar
927,58 m2/g; 1215,11 m2/g; dan 1502,84 m2/g.
4. Penjerapan ion logam Cr(VI) menggunakan karbon aktif dari cangkang
buah karet paling besar adalah pada karbon aktif yang diaktivasi asam fosfat
40%.
5. Karbon aktif yang diaktivasi dengan asam fosfat 20%, 40% dan 60% tidak
memenuhi persamaan isotermal adsorpsi Langmuir dan isotermal adsorpsi
Freundlich.

5.2 SARAN
Adapun saran yang perlu dilakukan penelitian lanjutan seperti:
1. Pada proses karbonisasi sebaiknya diinjeksikan terlebih dahulu nitrogen
untuk mengurangi oksigen yang terdapat pada furnace.
2. Sebaiknya tidak menggunakan H3PO4 konsentrasi yang tinggi (60%) untuk
aktivasi karena merusak struktur karbon aktif.
3. Pada proses aktivasi bahan baku dengan aktivator harus dipastikan semua
bahan baku bercampur dengan aktivator agar didapat karbon aktif yang
seragam.

42
Universitas Sumatera Utara
4. Mengaplikasikan karbon aktif untuk menjerap ion logam, bahan organik
seperti fenol dan zat warna.
5. Perlu dilakukan proses aktivasi secara fisika untuk membandingkan karbon
aktif sehingga dapat diketahui karbon aktif yang lebih baik dalam menjerap
logam.

43
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

[1] Elham Farouk Mohamed. “Removal of Organic Compounds from Water by


Adsorption and Photocatalytic Oxidation”. Institut National Polytechnique de
Toulouse, Toulouse, 2011.
[2] Marina Olivia Esterlita dan Netti Herlina. “Pengaruh Penambahan Aktivator
ZnCl2, KOH, Dan H3PO4 dalam Pembuatan Karbon Aktif dari Pelepah Aren
(Arenga pinnata)”. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 1, 2015.
[3] O. F. Olorundare, T. A. M. Msagati, R. W. M. Krause, J. O. Okonkwo dan B.
B. Mamba. “Preparation and use of maize tassels’ activated carbon for the
adsorption of phenolic compounds in environmental waste water samples”.
Springer-Verlag Berlin Heidelberg, 2014.
[4] Cafer Saka. “BET, TG–DTG, FT-IR, SEM, iodine number analysis and
preparation of activated carbon from acorn shell by chemical activation with
ZnCl2”. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis. Journal of Analytical and
Applied Pyrolysis 95 (2012) 21–24. 2012.
[5] Vevi Oktavia, Erdi Suroso dan Tanto Pratondo Utomo. “Strategi Optimalisasi
Bahan Baku Lateks Pada Industri Karet Jenis Ribbed Smoked Sheet (RSS)”.
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,
2014.
[6] Direktorat Jenderal Perkebunan. “Peningkatan Produksi, Produktivitas Dan
Mutu Tanaman Tahunan”. Kementerian Pertanian, 2013.
[7] Prasetyowati, Muhammad Hermanto dan Salman Farizy. “Pembuatan Asap
Cair Dari Cangkang Buah Karet Sebagai Koagulan Lateks”. Jurusan Teknik
Kimia. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. No. 4, Vol. 20, 2014.
[8] C. Srinivasakannan dan Mohamad Zailani Abu Bakar. “Production of activated
carbon from rubber wood sawdust”. Biomass and Bioenergy, 27 (2004) 89 –
96. 2004.
[9] Azry Borhan dan Ahmad Fikree Kamil. “Preparation and Characterization of
Activating Carbon from Rubber-seed Shell by Chemical Activation”. Jornal of
Applied Sciences. 12 (11): 1124-1129, 2012.

44
Universitas Sumatera Utara
[10] Rananda Vinsiah, Andi Suharman, Desi. “Pembuatan Karbon Aktif Dari
Cangkang Kulit Buah Karet (Hevea brasilliensis)”. Program Studi Pendidikan
Kimia FKIP Universitas Sriwijaya. 2015.
[11] M. Musah. “Kinetic Study of the Adsorption of Pb2+ and Cr3+ ions on Palm
Kernel Shell Activated Carbon”. Department of Chemistry, Niger State College
of Education, Minna, Nigeria. 2011.
[12] Noor Anis Kundari, Nurmaya Arofah dan Kartini Megasari. “Kinetika Reduksi
Cr(VI) dalam Limbah Cair Industri Pelapisan Logam”. Sekolah Tinggi
Teknologi Nuklir-BATAN, ISSN 1978-0176. 2009.
[13] T. Karthikeyan, S. Rajgopal dan Lima Rose Miranda. “Chromium(VI)
adsorption from aqueous solution by Hevea Brasilinesis sawdust activated
carbon”. Journal of Hazardous Materials, B124 (2005) 192–199, 2005.
[14] Vinod Kumar Gupta, Imran Ali, Tawfik A. Saleh, M. N. Siddiqui dan Shilpi
Agarwal. “Chromium removal from water by activated carbon developed from
waste rubber tires”. Environ Sci Pollut Res, 20:1261–1268, 2013.
[15] Nezih Ural Yağşi. “Production And Characterization Of Activated Carbon
From Apricot Stones”. In Partial Fulfillment Of The Requirements For The
Degree Of Master Of Science In The Department Of Chemical Engineering.
2004.
[16] Siti Tias Miranti. “Pembuatan Karbon Aktif dari Bambu dengan Metode
Aktivasi Terkontrol Menggunakan Activating Agent H3PO4 dan KOH”.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Departemen Teknik Kimia. 2012.
[17] Shofa. “Pembuatan Karbon Aktif Berbaha Baku Ampas Tebu dengan Aktivasi
Kalium Hidroksida”. Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, Depok. 2012.
[18] Riski Kurniawan, Musthofa Lutfi dan Wahyunanto Agung N. “Karakterisasi
Luas Permukaan BET (Braunanear, Emmelt dan Teller) Karbon Aktif dari
Tempurung Kelapa dan Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Aktivasi Asam
Fosfat (H3PO4)”. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, Vol. 2
No. 1, Februari 2014, 15-20, 2014.
[19] Siti Jamilatun dan Martomo Setyawan. “Pembuatan Arang Aktif dari
Tempurung Kelapa dan Aplikasinya untuk Penjernihan Asap Cair”. Program

45
Universitas Sumatera Utara
Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta. 2014.
[20] Çiğdem Çuhadar. “Production And Characterization Of Activated Carbon
From Hazelnut Shell And Hazelnut Husk”. In Partial Fulfillment Of The
Requirements For The Degree Of Master Of Science In Chemical Engineering,
2005.
[21] Jufang Wu. “Modeling adsorption of organic compounds on activated carbon”.
Akademisk avhandling, ISBN: 91-7305-697-9, 2004.
[22] Daniella Birbas. “Preparation of Activated Carbon: Forest residues activated
with Phosphoric Acid and Zinc Sulfate”. Department of Chemical Engineering
Royal Institute of Technology (KTH), Stockholm, Sweden. 2011.
[23] Amina A Attia, Badie S Girgis dan Soheir A Khedr. “Capacity of activated
carbon derived from pistachio shells by H3PO4 in the removal of dyes and
phenolics”. Journal of Chemical Technology and Biotechnology. J Chem
Technol Biotechnol 78:611–619, 2003.
[24] Kunquan Li, Zheng Zheng dan Ye Lia. “Characterization and lead adsorption
properties of activated carbons prepared from cotton stalk by one-step H3PO4
activation”. Journal of Hazardous Materials. Journal of Hazardous Materials
181 (2010) 440–447, 2010.
[25] Melati Ikawati. “Pembuatan Karbon Aktif Dari Limbah Kulit Singkong UKM
Tapioka Kabupaten Pati” Fakultas Teknik Kimia, Universitas Diponegoro,
2010.
[26] Amran Japip. Pembuatan Karbon Aktif Dari Cangkang Kelapa Sawit Dengan
Aktivator H3PO4. Universitas Sumatera Utara. 2014.
[27] Liliana Giraldo-Gutie´rrez dan Juan Carlos Moreno-Piraja´n. Pb(II) and Cr(VI)
adsorption from aqueous solution on activated carbons obtained from sugar
cane husk and sawdust. J. Anal. Appl. Pyrolysis 81 (2008) 278–284. 2008.
[28] Tajar, A.F., Kaghazchi, T. & Soleimani, M. Adsorption of cadmium from
aqueoussolutions on sulfurized activated carbon prepared from nut shells.
Journal of Hazardous Materials, Vol. 165, No. 1-3, (June 2009), pp. (1159-
1164), ISSN 0304-3894. 2009.

46
Universitas Sumatera Utara
[29] Dastgheib, S.A. & Rockstraw, D.A. Pecan shell activated carbons: synthesis,
characterization, and application for the removal of copper from aqueous
solution. Carbon, Vol. 39, No. 12, (October 2001), pp. (1849-1855), ISSN
0008-6223. 2001.
[30] Alvarez, P., Blanco, C. & Granda, M. The adsorption of chromium (VI) from
industrial wastewater by acid and base-activated lignocellulosic residues.
Journal of Hazardous Materials, Vol. 144, No. 1-2, (June 2007), pp. (400-
405), ISSN 0304-3894. 2007.
[31] Giraldo, L. & Moreno-Piraján, J.C. Pb2+ adsorption from aqueous solutions on
activated carbons obtained from lignocellulosic residues. Brazilian Journal of
Chemical Engineering, Vol. 25, No. 1, (January 2008), pp. (143-151), ISSN
0104-6632. 2008.
[32] Hernández-Montoya, V., Ramírez-Montoya, L.A., Bonilla-Petriciolet, A. &
Montes-Moran, M. Optimizing the removal of fluoride from wáter using new
carbonsobtained by modification of nut shell with a calcium solution from egg
shell. Biochemical Engineering Journal, In press, ISSN 1369-703X. 2012.
[33] Mourao, P.A.M., Laginhas, C., Custodio, F., Nabais, J.M.V., Carrot, P.J.M. &
Ribeiro Carrott, M.M.L. Influence of oxidation process on the adsorption
capacity of activated carbon from lignocellulosic precursors. Fuel Processing
Technology, Vol. 92, No. 2, (February 2011), pp. (241-246), ISSN 0378-3820.
2011.
[34] Bello-Huitle, V., Atenco-Fernández, P. & Reyes-Mazzoco, R. Adsorption
studies of methylene blue and phenol onto pecan and castile nutshells prepared
by chemical activation. Revista Mexicana de Ingeniería Química, Vol. 9, No.
3, pp. (313-322), ISSN 1665-2738. 2010.
[35] El Ashtoukhy E.S.Z. Loofa egyptiaca as a novel adsorbent for removal of
direct blue dye from aqueous solution. Journal of Environmental Management,
Vol. 90, No. 8, (June 2009), pp. (2755–2761), ISSN 0301-4797. 2009.
[36] Regawa Bayu Pamungkas. “Studi Proses Pirolisis Tempurung Kelapa
Pembuatan Asap Cair (Bahan Pengawet Alami)”. Program Studi teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 2013.

47
Universitas Sumatera Utara
[37] Gina Annisa. “Hidrodeoksigenasi Bio-Oil Menggunakan Katalis CoMo/C
untuk Optimasi Produksi Alkana dan Alkohol”. Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok. 2012.
[38] Javier Sánchez Aznar. “Characterization of Activated Carbon Produced From
Coffee Residues By Chemical and Physical Activation”. KTH Chemical
Science and Engineering, Stockholm, Sweden. 2011.
[39] Hasrianti. “Adsorpsi Ion Cd2+ Dan Cr6+ Pada Limbah Cair Menggunakan Kulit
Singkong. Universitas Hasanuddin. 2012.
[40] Bregas ST Sembodo, “Isotherm Keseimbangan Adsorpsi Timbal Pada Abu
Sekam Padi, ” Jurnal Teknik Kimia Fakultas Teknik UNS , Equilibrium Vol.4
No.2 hal 100-105. 2005.
[41] Arvina Sari. “Penentuan Bilangan Swelling Indeks Compound Lateks Pada
Pembuatan Benang Karet Di Pt.Industri Karet Nusantara Tanjung Morawa
Medan”. Program Studi Diploma Iii Kimia Analis Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara, 2010.
[42] Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian. “Teknologi Budidaya Karet”.
ISBN: 978-979-1415-33-0, 2008.
[43] Toni Hadibarata, Sipon Muladi, Enos Tangke Arung “Analisis Karakteristik
Kandungan Hara Limbah Cair Perekat Dalam Rangka Pencegahan Pencemaran
Industri Perairan”. Jurnal Kehutanan Mulawarman, (2000).
[44] Suhartini. “Pengelolahan Lingkungan”. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta, hal 9, 2008.
[45] Nurita Ika Milasari, Sukma Budi Ariyani. “Pengelolahan Limbah Cair Kadar
COD dan Fenol Tinggi Dengan Proses Anaerob dan Pengaruh Mikronutrient
Cu: Kasus Limabah Industri Jamu Tradisional.” Universitas Diponegoro,
Semarang, 2010.
[46] Ma. del Rosario Moreno-Virgen, Rigoberto Tovar-Gómez, Didilia I. Mendoza-
Castillo dan Adrián Bonilla-Petriciolet. “Applications of Activated Carbons
Obtained from Lignocellulosic Materials for the Wastewater Treatment”
www.intechopen.com. 2012.
[47] Asmadi, Endro, S. dan W. Oktiawan. “Pengurangan Chrom (Cr) dalam Limbah
Cair Industri Kulit pada Proses Tannery Menggunkan Senyawa Alkali

48
Universitas Sumatera Utara
(Ca(OH)2, NaOH dan NaHCO3 (Studi Kasus PT. Trimulyo Kencana Mas
Semarang)”. Jurusan Teknik Lingkungan UNDIP, JAI Vol5. No. 1, 2009.
[48] Maria Giacinta AS, Zainus Salimin dan Junaidi. “Pengolahan Logam Berat
Khrom (Cr) Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit Dengan Proses
Koagulasi Flokulasi Dan Presipitasi”Universitas Diponegoro. 2012.
[49] Antonia Nunung Rahayu dan Adhitiyawarman. “Pemanfaatan Tongkol Jagung
Sebagai Adsorben Besi Pada Air Tanah”. ISSN 23031077. JKK,Volum 3(3),
halaman 7-13, 2014.
[50] Mansooreh Soleimani dan Tahereh Kaghazchi. “Low-Cost Adsorbents from
Agricultural By-Products Impregnated with Phosphoric Acid”. Advanced
Chemical Engineering Research, Volume 3. 2014.
[51] B.H. Hameed dan F.B.M. Daud. “Adsorption studies of basic dye on activated
carbon derived from agricultural waste: Hevea brasiliensis seed coat”.
Chemical Engineering Journal, 139 (2008) 48–55. 2008.
[52] Ramakrishna Gottipati. “Preparation and Characterization of Microporous
Activated Carbon from Biomass and its Application in the Removal of
Chromium(VI) from Aqueous Phase”. Department of Chemical Engineering
National Institute of Technology Rourkela, Odisha. 2012.
[53] Santiyo Wibowo, Wasrin Syafii dan Gustan Pari “Karakteristik Arang Aktif
Tempurung Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum Linn)”. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. 2010.
[54] Djeni Hendra dan Saptadi Darmawan “Sifa Arang Aktif dari Tempurung
Kemiri”. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 2007.
[55] Gustan Pari dan Djeni Hendra “Pengaruh Lama Waktu Aktivasi Dan
Konsenstrasi Asam Fosfat Terhadap Mutu Arang Aktif Kulit Kayu Acacia
Mangium”. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 2006.
[56] Indah Subrada, Bambang Setiaji dan Iqmal Tahir. “Activated Carbon
production From Coconut Shell with (NH4)HCO3 Activator as An Adsorbent
in Virgin Coconut Oil Purification”. Prosiding Seminar Nasional DIES ke 50
FMIPA UGM. 2005.
[57] Ida Ayu Gede Widihati, Ni.G.A.M.Dwi Adhi Suastuti Yusuf, M.A. Yohanita
Nirmalasari “Studi Kinetik Adsorpsi Larutan Ion Logam Kromium (Cr)

49
Universitas Sumatera Utara
Menggunakan Arang Batang Pisang (Musa paradisiaca),” Jurnal Kimia, 6 (1)
2012.
[58] Gusti Indah Hayati, Bunga Pratiwi dan Yuli Ristianingsih. “Pengaruh Variasi
Konsentrasi Adsorben Biji Trembesi terhadap Penurunan Kadar Logam
Kromium (Cr) Total pada Limbah Industri Sasirangan”. Universitas Lambung
Mangkurat. 2016.

50
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN A
DATA HASIL PERCOBAAN

A.1 YIELD KARBON AKTIF


Tabel A.1 Data Yield Karbon Aktif
Konsentrasi Berat Yield
Berat Raw
No Aktivator Karbon Karbon Aktif
Material (gram)
(%) Aktif (gram) (%)
1 20 15,02 45,53
2 40 33 15,39 46,65
3 60 15,67 47,50

A.2 KADAR AIR KARBON AKTIF


Tabel A.2 Data Kadar Air Karbon Aktif
Berat cawan +
Karbon Aktif Berat Berat cawan +
Karbon Aktif Kadar
No dengan Cawan Karbon Aktif
Setelah Air (%)
Aktivator ( gram) (gram)
Pengeringan
1 20 58,2583 59,2594 59,0581 0,3408
2 40 57,5353 58,5459 58,3449 0,3445
3 60 57,2077 58,2213 57,9920 0,5141

A.3 KADAR ABU KARBON AKTIF


Tabel A.3 Data Kadar Abu Karbon Aktif
Berat cawan +
Karbon Aktif Berat Berat cawan +
Karbon Aktif Kadar
No dengan Cawan Karbon Aktif
Setelah Abu (%)
Aktivator ( gram) (gram)
Pemanasan
1 20 45,3201 46,1004 45,4140 12,034
2 40 45,3650 46,1445 45,4480 10,648
3 60 63,8701 64,7082 63,9531 9,903

51
Universitas Sumatera Utara
A.4 KADAR ZAT MENGUAP KARBON AKTIF
Tabel A.4 Data Kadar Zat Menguap Karbon Aktif
Berat cawan + Kadar
Karbon Aktif Berat Berat cawan +
Karbon Aktif Zat
No dengan Cawan Karbon Aktif
Setelah Menguap
Aktivator ( gram) (gram)
Pemanasan (%)
1 20 32,60 33,60 32,72 2,62
2 40 34,28 35,28 34,40 2,49
3 60 62,59 63,59 62,65 1,48

A.5 DATA HASIL PERCOBAAN BET


Tabel A.5 Data Hasil Analisis BET
Luas
Konsentrasi Luas Volume Luas Area
Permukaan
No Aktivator Permukaan Pori Mikropori
Ekternal
(%) (m2/g) (cc/g) (m2/g)
(m2/g)
1 20 927,58 0,57 774,98 152,60
2 40 1215,11 0,78 961,63 253,48
3 60 1502,84 1,11 1075,99 426,84

A.6 DATA HASIL PENENTUAN JUMLAH LOGAM Cr(VI) YANG


TERJERAP KARBON AKTIF
Tabel A.6 Data Hasil Penjerapan Cr(VI)
Berat Konsentrasi
Konsentrasi Konsentrassi Persentase
karbon Larutan Cr(VI)
No Aktivator Larutan Penjerapan
Aktif setelah dijerap
(%) Cr(VI) (ppm) (%)
(gram) (ppm)
1 1 118,80 20,80
2 2 15,20 89,87
20
3 3 23,80 84,13
4 4 17,40 88,40
5 1 92,20 38,53
6 2 12,40 91,73
40 150
7 3 5,00 96,67
8 4 5,40 96,40
9 1 147,80 2,20
10 2 119,80 20,13
60
11 3 86,60 42,27
12 4 70,80 52,80

52
Universitas Sumatera Utara
A.7 NILAI ISOTERM LANGMUIR DAN FREUNLICH PENJERAPAN
Cr(VI)
Tabel A.7 Nilai Isoterm Langmuir dan Freundlich Penjerapan Cr(VI)
Koefisisen
No Karbon Aktif Isoterm Nilai
Korelasi
qo = 2,9214 mg/g
1 20% 0,4588
K= -0,1648 L/mg

qo = 0,8712 mg/g
2 40% Langmuir Cr(VI) 0,4879
K= 2,5999 L/mg

qo = 83,333 mg/g
3 60% 0,5170
K= 10 L/mg

n = -0,2230
4 20% 0,3665
Log K = 0,9443

n = 0,1058
5 40% Freundlich Cr(VI) 0,2729
Log K = 0,5918

n = -1,264
6 60% 0,6718
Log K = 5,4219

53
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

B.1 PERHITUNGAN YIELD KARBON AKTIF


Berikut merupakan data hasil penentuan kadar air untuk karbon aktif yang
diimpregnasi dengan aktivator asam sulfat 60%.
Data percobaan:
Berat raw material = 33 g
Berat karbon aktif = 15,67 g

= 47,50%

B.2 PERHITUNGAN KADAR AIR KARBON AKTIF


Berikut merupakan data hasil penentuan kadar air untuk karbon aktif yang
diimpregnasi dengan aktivator asam sulfat 60%.
Data percobaan:
Berat cawan kosong = 57,2077 g
Berat cawan + karbon aktif sebelum pengeringan = 58,2213 g
Berat cawan + karbon aktif setelah pengeringan = 57,9920 g

% Air = 0,5141%

B.3 PERHITUNGAN KADAR ABU KARBON AKTIF


Berikut merupakan data hasil penentuan kadar abu untuk karbon aktif yang
diimpregnasi dengan aktivator asam sulfat 60%.

54
Universitas Sumatera Utara
Data percobaan:
Berat cawan kosong (B) = 63,8701 g
Berat cawan + karbon aktif sebelum pengeringan (C) = 64,7082 g
Berat cawan + karbon aktif setelah pengeringan (D) = 63,9531 g

% Abu = 9,903%

B.4 PERHITUNGAN KADAR ZAT MENGUAP KARBON AKTIF


Berikut merupakan data hasil penentuan kadar air untuk karbon aktif yang
diimpregnasi dengan aktivator asam sulfat 60%.
Data percobaan:
Berat cawan kosong = 62,59 g
Berat cawan + karbon aktif sebelum pengeringan = 63,59 g
Berat cawan + karbon aktif setelah pengeringan = 62,65 g

% Zat Menguap = 1,48%

B.5 PERHITUNGAN JUMLAH LOGAM Cr(VI) YANG TERJERAP


KARBON AKTIF
Dalam penentuan jumlah logam Cr(VI) yang terjerap maka akan digunakan
salah satu karbon aktif yaitu karbon aktif yang diaktivasi dengan asam sulfat 60%
dengan konsentrasi awal (Co) yang ditentukan sebesar 100 ppm dan C adalah
konsentrasi setelah analisis AAS.

55
Universitas Sumatera Utara
B.6 PERHITUNGAN KONSENTRASI KESETIMBANGAN
Berikut merupakan data hasil perhitungan isotermal adsorpsi langmuir karbon
aktif yang diimpregnasi dengan aktivator asam sulfat 60%.
qf M + cf S = q M + c S

Berikut contoh perhitungannya, diketahui:


qf = 0
M =1g
cf = 150 ppm
c = 118,8 ppm ( Hasil Analisa Absorpsi Serapan Atom )
S = 100 ml

qf (M)  cf (S) - c (S)


q
M
0 (1)  150 (100)  118,8 (100)
q
1
q = 3,1 mg/g

56
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN C
FOTO HASIL PENELITIAN

C.1 FOTO CANGKANG BUAH KARET 100 MESH

Gambar C.1 Cangkang Buah Karet 100 mesh

C.2 FOTO IMPREGNASI CANGKANG BUAH KARET DENGAN


AKTIVATOR H3PO4

Gambar C.2 Impregnasi Cangkang Buah Karet dengan Aktivator H3PO4

57
Universitas Sumatera Utara
C.3 FOTO KARBON AKTIF

Gambar C.3 Karbon Aktif

C.4 FOTO PENJERAPAN ION LOGAM Cr(VI) DENGAN KARBON


AKTIF CANGKANG BUAH KARET

Gamabar C.4 Penjerapan Ion Logam Cr(VI) dengan Karbon Aktif Cangkang
Buah Karet

58
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai