Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOPROSES

MATERI :
PEMERIKSAAN AIR DAN PEMINDAHAN SECARA ASEPTIS (PAPSA)

Disusun oleh :
Kelompok Rabu III
Kevin Aprilio NIM. 21030117120054
Khoirul Huda NIM. 21030117120063
Tovin Alvaro NIM. 21030117140029
Tsania Qulsum NIM. 21030117120012

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
P2

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum berjudul Minyak yang disusun oleh:


Kelompok : Rabu III
Anggota : Kevin Aprilio NIM. 21030117120054
Khoirul Huda NIM. 21030117120063
Tovin Alvaro NIM. 21030117140029
Tsania Qulsum NIM. 21030117120012
Telah disetujui oleh asisten pembimbing pengampu materi “Pemeriksaan Air dan
Pemindahan secara Aseptis (PAPSA)” pada:
Hari :
Tanggal :

Semarang, Mei 2019


Mengetahui,
Asisten Pembimbing

Muhamad Iqbal Amali


NIM. 21030115130210

ii
P2

RINGKASAN

Air merupakan bagian sangat penting dalam kehidupan. Dalam menentukan


kualitas air telah ditetapkan standar baku mutu air di Indonesia, baik standar baku
mutu air minum, air industri, dan sebagainya. Tujuan dari praktikum ini adalah
Mampu mengetahui pengaruh jenis media terhadap jumlah koloni, mampu
menentukan growth rate dan doubling time pertumbuhan koloni, dan mampu
membandingkan radius perkembangan mikroba dengan desinfektan yang memiliki
konsentrasi berbeda menggunakan sampel air dari Tugu Muda.
Perairan alami memiliki sifat yang dinamis dan aliran energi yang kontinyu
hal ini terjadi selama sistem di dalamnya tidak mendapatkan gangguan atau
hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Menurut peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, ada beberapa persyaratan air bersih dan air minum,
meliputi persyaratan biologis, fisik dan kimiawi. Koloni mikroba memiliki beberapa
sifat yang dibagi menjadi 2, yaitu sifat umum dan sifat khusus. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi mikroba, yaitu termperatur, medium, pengaruh sinar,mekanik,
kimia dan juga pH. Perhitungan koloni yang terbentuk dapat menggunakan SPC dan
juga perhitungan manual.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel air waduk
Universitas Diponegoro, aquadest, media, dan desinfektan. Alat-alat yang
digunakan adalah beaker glass, petridish,erlenmeyer, pengaduk, kompor listrik, dan
pipet tetes. Sebelum memulai pemeriksaan air, maka dilakukan langkah pendahuluan
yaitu menyiapkan media yang akan digunakan dan membagi media ke petridihs
secara merata. Uji koloni dilakukan dengan cara menyiapkan media, menaburkan
sampel dan diinkubasi 2 hari. Sedangkan untuk uji desinfektan dilakukan dengan
menyiapkan media, meneteskan desinfektan dan diinkubasi 2 hari.
Berdasarkan data praktikum pemeriksaan air yaitu media yang paling banyak
pertumbuhan koloninya yaitu media PDA. PDA yang kaya karbohidrat memiliki
growth rate paling tinggi. Semakin tinggi konsentrasi desinfektan maka radius
perkembangan mikroorganisme makin jauh.
Saran dari praktikum ini yaitu lakukan percobaan dengan alat yang di
sterilisasi telebih dahulu. Teliti dalam meghitung jumlah koloni, dan pastikan sampel
diteteskan pada media PDA atau agar saat masih semi-padat.

iii
P2

PRAKATA

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat-Nya
sehingga dapat terselesaikan laporan praktikum bioproses ini dengan judul
“Pemeriksaan Air dan Pemindahan secara Aseptis (PAPSA)”. Laporan praktikum
bioproses ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diambil oleh semua
mahasiswa. Dalam penyusunan laporan praktikum bioproses ini diharapkan
mahasiswa mampu melaksanakan tahapan-tahapan praktikum dengan laporan yang
telah dibuat dan disetujui.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Dr. Siswo Sumardiono, S.T., M.T. selaku Kepala Departemen Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
3. Ir. Kristinah Haryani, MT. sebagai dosen pembimbing materi PAPSA
4. Muhamad Iqbal Amali dan Shulha Amaliyyati Istikmala sebagai asisten
pembimbing materi PAPSA.
5. Asisten laboratorium mikrobiologi Departemen Teknik Kimia Universitas
Diponegoro.
6. Teman dan pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan laporan
praktikum ini.
“Tak ada gading yang tak retak” begitulah perumpamaan untuk laporan ini.
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan laporan ini ke depannya.

Semarang, Mei 2019

Penulis

iv
P2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
RINGKASAN iii
PRAKATA iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
PEMERIKSAAN AIR
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan Praktikum 1
1.4. Manfaat Praktikum 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mikroorganisme Air ............................................................................ 3
2.2. Persyaratan Standarisasi Kualitas Air bersih dan Air Minum ............. 4
2.3. Sifat Koloni.......................................................................................... 8
2.4. Faktor yang Mempengaruhi Mikroorganisme ..................................... 9
2.5. Metode Perhitungan Jumlah Koloni .................................................... 10
2.6. Growth Rate dan Doubling Time ......................................................... 10
2.7. Desinfektan .......................................................................................... 11
2.8. Sampel Air ........................................................................................... 11
2.9. Fase Pertumbuhan Mikroorganisme .................................................... 12
BAB III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Rancangan Praktikum 13
3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan 13
3.3. Prosedur Praktikum 14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Jenis Media terhadap Jumlah Koloni Total 17
4.2. Pengaruh Jenis Media terhadap Growth Rate dan Doubling Time 18
4.3. Pengaruh Konsentrasi Jeruk Manis terhadap Radius Perkembangan
Mikroba 20
4.4. Kandungan PDA dan Agar 21
4.5. Kandungan Jeruk Nipis 22

v
P2

BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan 23
5.2. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
PEMINDAHAN SECARA ASEPTIS
RINGKASAN 25
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 26
1.2. Perumusan Masalah 26
1.3. Tujuan Praktikum 26
1.4. Manfaat Praktikum 27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sterilisasi 28
2.2. Aspergillus Niger 29
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1. Rancangan Praktikum 31
3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan .......................................................... 31
3.3. Prosedur Praktikum 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Jeruk Nipis pada Pemindahan Aspergillus niger 33
4.2. Teknik Pemindahan Aspergillus niger 34
4.3. Kandungan Jeruk Nipis 35
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan 37
5.2. Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 38

vi
P2

DAFTAR TABEL

A. PEMERIKSAAN AIR
Tabel 2.1. Persyaratan Biologis Kualitas Air Bersih ................................... 4
Tabel 2.2. Persyaratan Biologis Kualitas Air Minum ................................. 4
Tabel 2.3. Persyaratan Fisika Kualitas Air Bersih ....................................... 5
Tabel 2.4. Persyaratan Fisika Kualitas Air Minum ..................................... 5
Tabel 2.5. Persyaratan Kimia Kualitas Air Bersih ...................................... 5
Tabel 2.6. Persyaratan Kimia Kualitas Air Minum ..................................... 7

vii
P2

DAFTAR GAMBAR

A. PEMERIKSAAN AIR
Gambar 2.1. Contoh Perhitungan Manual Koloni pada Petridish 10
Gambar 2.2. Bukti Pengambilan Sampel 12
Gambar 3.1. Skema Rancangan Praktikum 17
Gambar 3.2. Alat-Alat Praktikum Pemeriksaan Air 18

B. PEMINDAHAN SECARA ASEPTIS


Gambar 2.1. Aspergillus niger secara mikroskopis 31
Gambar 3.1. Skema Rancangan Praktikum 33
Gambar 3.2. Alat-Alat Praktikum Pemindahan Secara Aseptis 34

viii
P2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia membutuhkan air dalam semua aspek kehidupan, untuk
memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air berperan
pada semua proses dalam tubuh manusia, misalnya pencernaan, metabolisme,
transportasi, mengatur keseimbangan suhu tubuh. Kekurangan air akan
menyebabkan gangguan fisiologis, bahkan mengakibatkan kematian apabila
kekurangan tersebut mencapai 15% dari berat tubuh. Namun apabila air itu
tidak jernih misalnya tercemar bahan organik, air akan merupakan me-dia yang
baik bagi kuman penyakit. Pada air tercemar bahan anorganik (khemis) akan
menyebabkan gangguan fisiologis secara menahun bahkan ada yang bersifat
toksis (Rahayu, 2004).
Mikroorganisme yang terdapat dalam air berasal dari berbagai sumber
seperti udara, tanah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati
(bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan organik lain, dan sebagainya.
Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup dalam air karena
lingkungan hidupnya yang tidak cocok. Air merupakan medium pembawa
mikroorganisme patogenik yang berbahaya bagi kesehatan (Aprina, 2013).
Oleh karena itu, percobaan ini penting dilakukan untuk melakukan
pemeriksaan terhadap suatu sampel air, sehingga dapat diketahui kualitas air
tersebut termasuk air yang sehat atau tidak sehat.

1.2. Rumusan Masalah


Perumusan masalah yang didapatkan dalam praktikum ini adalah
mengenai bagaimana menghitung jumlah koloni dalam air Tugu Muda,
bagaimana nilai growth rate dan doubling time dengan media PDA, agar dan
agar+gula serta bagaimana perbandingan radius perkembangan mikroba
dengan desinfektan jeruk manis.

1.3. Tujuan Praktikum


1. Mengkaji pengaruh jenis media (PDA, Agar, dan Agar+0,4 gram gula)
terhadap jumlah koloni pada Air Tugu Muda.
2. Mengkaji pengaruh jenis media (PDA, Agar, dan Agar+0,4 gram gula)
terhadap growth rate dan doubling time pertumbuhan koloni.

1
P2

3. Membandingkan radius perkembangan mikroba dengan konsentrasi


desinfektan jeruk manis (0%V, 10%V ,63%V, dan 94%V).

1.4. Manfaat Praktikum


1. Mahasiswa mampu menentukan media yang terbaik untuk proses
pemeriksaan air.
2. Mahasiswa mampu mengetahui pentingnya pemeriksaan air secara aseptik.
3. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh desinfektan jeruk manis terhadap
radius perkembangan mikroorganisme.
4. Mahasiswa mampu menentukan growth rate dan doubling time dari suatu
koloni.

2
P2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mikroorganisme Air

2.2. Minyak Kelapa

3
P2

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Rancangan Praktikum


3.1.1. Skema Praktikum

Sterilisasi Alat

Pengenceran Sampel

Pembuatan Media

Uji Koloni

Uji Desinfektan

Penyimpanan di Ruang Inkubasi

Pengamatan Jumlah dan Radius Pertumbuhan Koloni

Gambar 3.1. Skema Rancangan Praktikum


3.1.2. Variabel Praktikum
a. Variabel Tetap
Uji Koloni : Air Masjid Baiturrahman Semarang
b. Variabel tetap
Jenis Media : (PDA, agar, agar+0,4 gr gula) berbasis 3,9 gr.
Uji Desinfektan : Jeruk manis (0%V, 10%V, 63%V, 94%V) basis 5
ml

3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1. Bahan
1. Sampel Air Tugu Muda
2. Aquadest
3. PDA (Potato Dextrose Agar)
4. Agar
5. Jeruk manis

4
P2

6. Gula

3.2.2. Alat
1. Beaker glass
2. Petridish
3. Erlenmeyer
4. Pengaduk
5. Kompor listrik
6. Pipet tetes

3.3. Gambar Rangkaian Alat


1. 2. 3.

4. 5. 6.

Gambar 3.2. Alat Praktikum Pemeriksaan Air

3.4. Prosedur Praktikum


3.4.1. Langkah-langkah Pendahuluan
1. Menyiapkan petridish yang sudah disterilisasi
2. Mengencerkan sampel dengan cara mengambil 10 ml sampel kemudian
diencerkan 100 ml, dan dari 100 ml diambil 10 ml lalu diencerkan lagi
menjadi 100 ml.
3. Lanjutkan sampai didapatkan 4 kali pengenceran.
4. Menyiapkan media, mengambil 3,9 gram media kemudian tambahkan
aquadest kurang lebih 80 ml.
5. Panaskan media hingga mendidih
6. Membagi media ke dalam petridish secara merata
3.4.2. Lnagkah-langkah Percobaan Pemeriksaan Air
1. Uji Koloni

5
P2

a. Biarkan media dalam petridish sampai setengah padat kemudian


taburi dengan sampel yang sudah diencerkan secara merata ke
permukaan media menggunakan pipet tetes yang sudah disterilisasi.
b. Simpan dalam ruang inkubasi dengan cara dibalik
peletakannya selama waktu inkubasi yang ditentukan. (Biasanya ±
2 hari)
c. Menghitung jumlah koloni terbanyak dan tersedikit (dihitung
biasa), kemudian dicari rata-ratanya.

Rata-Rata jumlah koloni = (terbanyak + tersedikit) / 2


Jumlah koloni dalam petridish = rata-rata jumlah koloni x luas
petridish x fp. Keterangan:
Luas petridish = 63,585 cm2 ; Fp= 104

d. Menghitung growth rate atau nilai laju pertumbuhan spesifik (μ)


denn menggunakan persamaan :

Keterangan :
td = doubling time
μ = laju pertumbuhan spesifik
ln 2 = konsentrasi sel (saat penggandaan).
2. Uji Desinfektan
a. Biarkan media dalam petridish sampai setengah padat kemudian
taburi dengan sampel yang sudah diencerkan secara merata ke
permukaan media menggunakan pipet tetes yang sudah disterilisasi.
b. Biarkan media dalam petridish memadat kemudian buat lubang
kecil pada tengah-tengah media tersebut. Kemudian teteskan
contoh desinfektan sesuai variabel.
c. Simpan dalam ruang inkubasi selama waktu yang telah ditentukan
(biasanya ± 2 hari).
d. Mencatat radius pertumbuhan diukur dari lubang yang dibuat
(radius terjauh, radius terdekat, dan rata-rata).

6
P2

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Jenis Media Terhadap Jumlah Koloni Total

9000000
7630200
8000000 6994350
7000000
Jumlah Koloni

6000000
5000000 PDA
4000000 Agar
3000000
Agar+Gula
2000000
1000000 0 0 0 0
0
Hari ke-1 Hari ke-4
Waktu
Gambar 4.1. Grafik pengaruh jenis media terhadap jumlah koloni
Dari gambar 4.1 dapat dilihat adanya pengaruh jenis media terhadap
jumlah koloni. Pada hari ke-1, jumlah koloni pada media PDA, Agar dan
Agar+Gula yaitu 6994350, 0, dan 0. Pada hari ke-4, jumlah koloni pada pada
media PDA, Agar dan Agar+Gula yaitu 7630200, 0, dan 0. Sehingga. dari
grafik dapat dilihat bahwa jumlah koloni paling banyak pada setiap harinya
adalah pada media PDA.
Media pertumbuhan harus memenuhi persyaratan nutrisi yang
dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme (Atlas, 2004 dalam Anisah, 2015).
Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhannya meliputi
karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam
seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi. Menurut
Radji (2011) dalam Anisah (2015), karbohidrat sangat dibutuhkan oleh bakteri
karena karbohidrat merupakan substrat utama untuk metabolisme bakteri.
Hampir setengah berat kering suatu bakteri adalah unsur karbon. Karbon dapat
ditemukan dalam senyawa karbohidrat, sehingga karbohidrat sangat berperan
penting untuk mendukung pertumbuhan bakteri. PDA merupakan paduan yang
sesuai untuk menumbuhkan biakan, hal ini karena ekstrak potato (kentang)
merupakan sumber karbohidrat sebanyak 19,10 gram, dextrose (gugusan gula,
baik itu monosakarida atau polisakarida) sebagai tambahan nutrisi bagi biakan ,
sedangkan agar merupakan bahan media atau tempat tumbuh bagi biakan yang
baik, karena mengandung cukup air (Isroi, 2009 dalam Faradiana, 2016).
Menurut Fatsecret (2013), kandungan karbohidrat dalam agar merek Swallow
yaitu 3,298 gram per 3,9 gram sedangkan kandungan karbohidrat pada gula

7
P2

pasir yaitu 0,376 gram per 0,4 gram sehingga total kandungan karbohidrat pada
media agar+gula yaitu 3,674 gram.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan semakin tinggi kandungan
karbohidrat suatu media maka pertumbuhan bakteri akan semakin cepat karena
karbohidrat merupakan substrat utama metabolisme bakteri, hal ini ditunjukkan
pada pertumbuhan koloni pada PDA yang memiliki kandungan karbohidrat
paling tinggi diatantara media lainnya, sangat cepat dibanding pertumbuhan
bakteri pada media agar dan media agar+gula yang belum mengalami
perubahan dalam waktu 4 hari.

4.2. Pengaruh Jenis Media terhadap Growth Rate dan Doubling Time

0.1

0.08
Growth Rate

0.06

0.04
0.021
0.02
0 0
0
PDA Agar Agar+Gula
Jenis Media

Gambar 4.2. Grafik pengaruh jenis media terhadap growth rate

200
Doubling Time

150

100

50 33.007

0 0
0
PDA Agar Agar+Gula
Jenis Media

Gambar 4.3. Grafik pengaruh jenis media terhadap doubling time


Gambar 4.2 menunjukan bahwa nilai growth rate pada media PDA, Agar
dan Agar+Gula adalah masing- masing 0,021;0; dan 0. Sedangkan Gambar 4.3
menunjukan bahwa nilai doubling time pada media PDA, Agar dan Agar+Gula
adalah masing- masing 33,007; 0; dan 0. Nilai growth rate tertinggi terjadi
pada media PDA.

8
P2

Media pertumbuhan harus memenuhi persyaratan nutrisi yang


dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme (Atlas, 2004). Nutrisi yang dibutuhkan
mikroorganisme untuk pertumbuhannya meliputi karbon, nitrogen, unsur non
logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn,
Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi (Radji, 2011). Menurut Radji (2011)
Karbohidrat sangat dibutuhkan oleh bakteri karena karbohidrat merupakan
substrat utama untuk metabolisme bakteri. Hampir setengah berat kering suatu
bakteri adalah unsur karbon. Karbon dapat ditemukan dalam senyawa
karbohidrat, sehingga karbohidrat sangat berperan penting untuk mendukung
pertumbuhan bakteri. PDA merupakan paduan yang sesuai untuk
menumbuhkan biakan, hal ini karena ekstrak potato (kentang) merupakan
sumber karbohidrat sebanyak 19,10 gram, dextrose (gugusan gula, baik itu
monosakarida atau polisakarida) sebagai tambahan nutrisi bagi biakan ,
sedangkan agar merupakan bahan media atau tempat tumbuh bagi biakan yang
baik, karena mengandung cukup air (Isroi, 2009). Menurut Fatsecret (2013),
kandungan karbohidrat dalam agar merek Swallow yaitu 3,298 gram per 3,9
gram sedangkan kandungan karbohidrat pada gula pasir yaitu 0,376 gram per
0,4 gram sehingga total kandungan karbohidrat pada media agar+gula yaitu
3,674 gram. Growth rate atau kecepatan pertumbuhan spesifik (μ) adalah
kecepatan pertumbuhan per satuan jumlah biomassa. Penentuan kecepatan
pertumbuhan spesifik ini berdasarkan pada pola pertumbuhan logaritmik
karena semua pertumbuhan adalah eksponensial sehingga yang dipakai adalah
fase logaritmik. Doubling time berbanding terbalik dengan growth rate. Hal ini
dikarenakan apabila kecepatan pertumbuhan spesifik/growth rate mikroba
tinggi, maka waktu yang dibutuhkan mikroba untuk menggandakan diri justru
akan semakin kecil atau dengan kata lain semakin singkat. (Rohula, 2010)
Dari grafik, dapat disimpulkan bahwa jenis media berpengaruh terhadap
nilai growth rate dan doubling time. Data sesuai dengan teori yaitu media PDA
yang kaya karbohidrat memiliki growth rate paling tinggi karena berada pada
fase eksponensial, sedangkan media agar serta media agar+gula masih berada
pada fase lag sehingga belum menunjukkan pertumbuhan.

9
P2

4.3. Pengaruh Konsentrasi Jeruk Manis Terhadap Pertumbuhan Mikroba


3

2.5

Rata-Rata Radius
2

1.5

0.5

0
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi Jeruk Manis

Gambar 4.4. Grafik pengaruh konsentrasi jeruk manis terhadap radius


pertumbuhan mikroba
Gambar 4.4 menunjukan bahwa radius pertumbuhan mikroba konsentrasi
jeruk manis 0%, 10%, 60%, dan 94% adalah masing- masing 2,25 cm, 2,25 cm,
2,3 cm dan 2,4 cm. Radius pertumbuhan mikroba terjauh didapatkan pada
konsentrasi 94% dan terdekat yaitu 0%.
Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi dengan membunuh jasad renik (bakterisid), terutama pada
benda mati. Proses desinfeksi dapat menghilangkan 60%-90% jasad renik.
Desinfektan digunakan secara luas untuk sanitasi baik di rumah tangga,
laboratorium, dan rumah sakit (Shaffer, 1965; Larson, 2013 dalam Marbun,
2014). Konsentrasi memiliki peran penting dalam menentukan daya kerja suatu
disinfektan (Holah 1995; Ray dan Bhunia 2008 dalam Afifah, 2012),
peningkatan konsentrasi akan meningkatkan daya kerja dari disinfektan.
Desinfektan yang digunakkan yaitu jeruk manis yang mengandung asam sitrat
sebesar 1,16-1,3%. Asam sitrat dapat digunakan sebagai pencegah timbulnya
jamur dan bakteri, sebagai pengawet, serta antiseptik. Asam sitrat dapat
mendenaturasi protein sel bakteri dengan cara mengacaukan jembatan garam
dengan adanya muatan iotonik. Denaturasi ditandai dengan adanya kekeruhan
yang meningkat dan timbulnya gumpalan (Fitarosada, 2012 dalam Maghfiroh,
2013).
Dapat disimpulkan data yang didapatkan sesuai, yaitu semakin besar
konsentrasi jeruk manis maka semakin besar pula radius pertumbuhan koloni
yaitu pada konsentrasi 94% dengan radius 2,4 cm karena peningkatan
konsentrasi akan meningkatkan daya kerja dari disinfektan jeruk manis yang
mengandung asam sitrat yang mencegah timbulnya jamur dan bakteri.

10
P2

4.4. Kandungan PDA dan Agar


PDA merupakan medium pertumbuhan yang digunakan dalam
mikrobiologi. PDA ini tersusun oleh 3 komponen utama yaitu kentang,
dextrose (gula), dan agar (Himedia, 2016). PDA merupakan medium dengan
konsistensi yang padat yang berguna untuk menyimpan stok murni dan
menghitung koloni jamur yang tumbuh. Termasuk medium semi alamiah
karena dalam pembuatannya menggunakan bahan alami dari kentang yang
tidak diketahui kandungannya dan bahan sintetik yaitu glukosa. Umumnya
digunakan untuk pembiakan jamur dan kapang.Termasuk medium umum yang
dapat digunakan untuk menumbuhkan semua mikroba (Larasati,2014).s
PDA itu sendiri mengandung 200.000 Gms/liter kentang, 20.000
Gms/liter dextrosa, dan 15.000 Gms/liter Agar. Karena pada PDA kandungan
yang dominan adalah kentang, maka kandungan PDA dapat diwakilkan oleh
kentang dengan kandungan seperti berikut :
Tabel 4.1. Kandungan gizi kentang tiap 100 gram
Kandungan Gizi Jumlah
Energi 83,00 kal
Protein 2,00 g
Lemak 0,10 g
Karbohidrat 19,10 g
Kalsium 11,00 mg
Fosfor 56,00 mg
Serat 0,30 mg
Besi 0,70 mg
Vitamin B1 0,09 mg
Vitamin B2 0,03 mg
Vitamin C 16,00 mg
Niasin 1,40 mg
(Wirakusumah, 2001 dalam Efridayanti, 2013)
Sedangkan kandungan agar yaitu,
Tabel 4.2. Kandungan gizi agar tiap 7 gram
Kandungan Gizi Jumlah
Energi 23,59 kkal
Kadar Air 0,833 g max
Protein 0,01 g
Lemak 0,02 g

11
P2

Karbohidrat 5,92 g
Serat Pangan 5,88 g
Abu tak larut asam 7 mg
Abu 19 mg
Logam berat 8,4 mg
Kalium 52,9 mg
Iodin 0,14 mikron g
Tes Mikrobiologi Nihil
(Faizati, 2018)

4.5. Kandungan Jeruk Manis


Berdasarkan beberapa penelitian jeruk manis memiliki aktivitas sebagai
antibakteri dan antioksidan. Tao dkk. (2009) dalam Wijiastuti (2011)
melaporkan minyak atsiri kulit jeruk manis memiliki aktivitas antimikroba
terhadap Staphylococcus aureus, Penicillium chrysogenum, Bacillus subtilis,
Escherichia coli dan Saccharomyces cerevisiae. Kulit jeruk juga mengandung
senyawa flavonoid. Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara
membentuk senyawa kompleks terhadap protein ektraseluler yang mengganggu
integritas membran sel bakteri. Gugus hidroksil yang terdapat pada struktur
senyawa flavonoid menyebabkan perubahan komponen organik dan transpor
nutrisi yang akhirnya akan mengakibatkan timbulnya efek toksik terhadap
bakteri. Sehingga dapat diperkirakan adanya aktivitas antibakteri pada ekstrak
etanol kulit jeruk manis disebabkan oleh senyawa flavonoid yang memiliki
gugus OH bebas (Sabir, 2005 dalam Fauziah, 2011).
Jeruk manis juga mengandung asam sitrat sebesar 1,16-1,3% (Sarwono,
2011 dalam Purwaningsih, 2016). Asam sitrat dapat digunakan sebagai
pencegah timbulnya jamur dan bakteri, sebagai pengawet, serta antiseptik.
Asam sitrat dapat mendenaturasi protein sel bakteri dengan cara mengacaukan
jembatan garam dengan adanya muatan iotonik. Denaturasi ditandai dengan
adanya kekeruhan yang meningkat dan timbulnya gumpalan. (Fitarosada, 2012
dalam Maghfiroh, 2013).

12
P2

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Pertumbuhan koloni pada PDA yang memiliki kandungan karbohidrat
paling tinggi diatantara media lainnya, sangat cepat dibanding pertumbuhan
bakteri pada media agar dan media agar+gula yang belum mengalami
perubahan dalam waktu 4 hari karena karbohidrat merupakan substrat utama
metabolisme bakteri.
2. PDA yang kaya karbohidrat memiliki growth rate paling tinggi karena
berada pada fase eksponensial, sedangkan media agar serta media agar+gula
masih berada pada fase lag sehingga belum menunjukkan pertumbuhan.
3. Semakin besar konsentrasi jeruk manis maka semakin besar pula radius
pertumbuhan koloni yaitu pada konsentrasi 94% dengan radius 2,4 cm
karena peningkatan konsentrasi akan meningkatkan daya kerja dari
disinfektan jeruk manis yang mengandung asam sitrat yang mencegah
timbulnya jamur dan bakteri.

5.2. Saran
1. Sterilisasi alat dilakukan dengan lebih cermat.
2. Lebih teliti saat menghitung jumlah koloni.
3. Sampel diteteskan pada media saat PDA atau agar masih semi-padat.

13
P2

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufiq. 2016. Makalah Faktor Fisik Kimia Dan Biologi Bagi
Pertumbuhan Mikroorganisme. Universitas Khairun
Afifah, A. 2012. Daya Kerja Disinfektan Untuk Disinfeksi Botol Pengemas Yogurt
Berdasarkan Perbedaan Bahan Aktif Dan Konsentrasi. Institut Pertanian
Bogor
Anisah. 2015. Media Alternatif Untuk Pertumbuhan Bakteri Menggunakan Sumber
Karbohidrat Yang Berbeda. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Aprina, Marina. 2013. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali Dan
Pengelolaan Sampah Di Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Pada
Keluarga Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Universitas
Sumatera Utara
Batkormbawa, F., Yualianti, I., Mursyanti, I. Kualitas Mikrobiologis Ruang
Perawatan Pasien Rumah Sakit Berdasarkan Angka Lempeng Total Dan
Keberadaan Streptococcus. Universitas Atma Jaya
Dairy Science Inc. 2004. Dairy Production Primer: Milking and Milking Equipment.
Efridayanti. 2014. Pembuatan Asam Oksalat Dari Kulit Kentang Dengan Variasi
Konsentrasi Asam Nitrat (HNO3) Dan Lama Pemanasan Pada Proses
Hidrolisis. Politeknik Negeri Sriwijaya
Faizati, U. Analisa Karbohidrat, Protein dan Mutu Sensori pada Puding Air Tajin
dengan Penambahan Sari Kacang Hijau. Universitas Muhammadiyah Semarang
Faradiana, Rahma. 2016. Pemanfaatan Sumber Karbohidrat Yang Berbeda (Umbi
Suweg Dan Umbi Kimpul) Sebagai Subtitusi Media PDA (Potato Dextrose
Agar) Untuk Pertumbuhan Jamur. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hamdiyati, Yanti. 2014. Pertumbuham Dan Pengendalian Mikroorganisme.
Universitas Padjajaran
Hidayat, M. 2017. Pengaruh Penambahan Berbagai Jenis Susu Terhadap Kadar
Asam Laktat Pada Pembuatan Susu Prebiotic Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L)
Oleh Bakteri Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Autoklaf. Universitas
Diponegoro
Larasati, Fatika. 2014. Mikrobiologi Umum. Universitas Gadjah Mada
Maghfiroh, 2013. Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Dalam Air Perasan
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S.) Terhadap Kualitas Protein Dan Total
Mikroba Pada Tahu Putih. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Marbun, R. 2014. Penentuan Koefisien Fenol Produk Desinfektan Yang Dipasarkan
Di Beberapa Supermarket Kota Medan. Universitas Sumatera Utara

14
P2

Meliawati, Ruth. 2009. BioTrends. Escherichia Coli Dalam Kehidupan Manusia.


4(1). 10-13
Menkes RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan
Kualitas Air
Purwaningsih, I., Kuswiyanto. 2016. Perbandingan Perendaman Asam Sitrat Dan
Jeruk Nipis Terhadap Penurunan Kadar Kalsium Oksalat Pada Talas.
Politeknik Kesehatan Pontianak
Rahmawati, Diah. 2012. Uji Daya Hambat Isolat Bakteri Usus Itik (Anas Domestica)
Terhadap Bakteri Gram Positif Dan Pertumbuhan Isolat Bakteri Usus Itik
Pada Media Mrs Broth. Universitas Lampung
Riayah, P. 2017. Cara Sterilisasi Peralatan dan Bahan. Universitas Jenderal
Soedirman
Sari, M. N., Nisfiyono, R., Yusandi, R. 2018. Mikrobiologi Lingkungan. Politeknik
Kesehatan Jalarta
Suci, A., Alfi, N., Firmansyah, I. 2015. Hitungan Cawan. Universitas Padjajaran
Utami, R., Andriani, M., Putri, Z. 2012. Kinetics Fermentation Of Yoghurt Enriched
By Sweet Potato (Ipomea Batatas). Universitas Sebelas Maret
Wijiastuti, L. 2011. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Jeruk Manis
(Citrus sinensis (L.) Osbeck) Terhadap Staphylococcus Dan Escherichia Coli
Multiresisten Serta Brine Shrimp Lethality Test. Universitas Muhammadiyah
Jakarta.

15
P2

RINGKASAN

Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran sangat kecil yaitu


dalam skala micrometer atau micron (µ) atau sepersejuta meter dan tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang (Yuwono, 2012). Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan, mikroorganisme-mikroorganisme tersebut dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan suatu produk.PSA adalah pemindahan suatu bakteri secara aseptis ke
dalam suatu media lain. Tujuan percobaan ini adalah dapat memahami teknik
pemindahan bakteri dan memahami metode sterilisasi serta dapat membandingkan
media yang terbaik dan pH optimum pada perpindahan bakteri.
Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua
bentuk organisme. Sterilisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
dengan cara mekanik, autoclave, oven, ultraviolet, kimiawi, dan pendidihan. Setiap
mikroorganisme memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri, termasuk Aspergillus
niger. Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah Aspergillus niger dan jeruk nipis.
Sedangkan alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, inokulum, beaker glass, pipet
tetes, dan lainnya. Langkah percobaan dimulai dengan membiarkan media dalam
tabung memadat hingga mengamati setelah waktu inkubasi.
Aspergillus niger tumbuh paling banyak pada petridish yang digoreskan oleh
kawat osse yang disterilkan dengan jeruk nipis.Terdapat beberapa metode
pemindahan Aspergillus Niger diataranya metode gores, tabur dan sebar. Pada
praktikum ini Aspergillus niger dipindahkan dengan teknik penggoresan.
Untuk praktikum selanjutnya pastikan alat dan tempat inkubasi sudah steril
,Pastikan untuk menggores kawat osse dengan benar yaitu searah zig-zag ,dan
membawa kantong plastic untuk membuang PDA yang sudah dianalisa.

16
P2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran sangat kecil
yaitu dalam skala micrometer atau micron (µ) atau sepersejuta meter dan tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang (Yuwono, 2012 dalam Dani, 2016).
Mikroorganisme dapat ditemukan dimana mana dan sangat berperan dalam
semua kehidupan di muka bumi. Mikroorganisme tersebut ada yang bermanfaat
dan ada juga yang merugikan. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan,
mikroorganisme-mikroorganisme tersebut dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan suatu produk. Salah satu mikroorganisme yang bermanfaat
adalah Aspergillus niger.
Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang
memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu
dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba
di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Udara merupakan media
masuknya suatu kontaminan ke dalam wadah kultur bakteri. Keragaman yang
luas dalam hal tipe nutrisi diantara bakteri, diimbangi oleh tersedianya berbagai
macam media yang banyak macamnya untuk kultur murni (Samalei, 2012
dalam Mudiraharti, 2016).

1.2. Rumusan Masalah


Perumusan masalah yang didapatkan dalam praktikum ini adalah
mengenai bagaimana menguasai teknik pemindahan Aspergillus niger dari
suatu wadah ke wadah lain dan bagaimana memahami berbagai macam proses
sterilisasi. Menguasai teknik pemindahan mikroorganisme seperti Aspergillus
niger diperlukan karena untuk memindahkan mikroorganisme tidaklah mudah,
perlu memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi mikroorganisme tersebut,
sehingga dapat diperoleh mikroorganisme yang diinginkan.

1.3. Tujuan Praktikum


1. Dapat menguasai teknik pemindahan Aspergillus niger dari suatu wadah ke
wadah lain.
2. Memahami berbagai macam proses sterilisasi.

17
P2

1.4. Manfaat Praktikum


1. Mahasiswa mampu menguasai teknik pemindahan Aspergillus niger dari
suatu wadah ke wadah lain.
2. Mahasiswa mampu memahami berbagai macam proses sterilisasi.

18
P2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan
semua bentuk organisme (Purnawijayanti, 2001 dalam Riayah dkk., 2016).
Terdapat bermacam-macam metode sterilisasi, diantaranya :
a. Sterilisasi secara Mekanik
Sterilisasi Mekanik adalah sterilisasi bahan yang tidak tahan panas,
seperti misalnya ekstrak tanaman, media sintetik tertentu, dan antibiotik
dilakukan dengan penyaringan. Dasar metode ini semata - mata ialah proses
mekanis yang membersihkan larutan atau suspensi dari segala organisme
hidup dengan melewatkannya pada suatu saringan, misalnya menggunakan
saringan Seitz (Elektromedik, 2011 dalam Hidayat, 2017).
b. Sterilisasi secara Fisik
1. Sterilisasi panas dengan tekanan atau sterilisasi uap (Autoclave).
Pada saat melakukan sterilisasi uap, kita sebenarnya memapakan uap
jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu
objek, sehingga terjadi pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan
denaturasi atau koagulasi protein sel (Stefanus, 2006 dalam Ang, 2017).
2. Sterilisasi panas kering (Oven)
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas.
Panas akan diabsorpsi oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu
merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk
sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas keringbiasanya digunakan untuk alat-
alat atau bahan dengan uap tidak dapat penetrasi secara mudah atau untuk
peralatan yang terbuat dari kaca (Stefanus, 2006 dalam Ang, 2017).
3. Sterilisasi radiasi ultraviolet
Ultraviolet merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 100-400 mm dengan efek optimal pada 254 nm. Sumbernya
adalah lampu uap merkuri dengandaya tembus hanya 0,01-0,2 mm.
ultraviolet digunakan untuk sterilisasi ruangan pada penggunaan aseptik
(Ratna, 1985 dalam Ang, 2017).
4. Sterilisasi dengan Pendidihan
Metode ini dilakukan dengan cara mendidihkan medium dengan uap
beberapa menitsaja. Setelah didiamkan satu hari, spora-spora tumbuh
menjadi bakteri vegetatif. Maka medium tersebut dididihkan lagi

19
P2

selama beberapa menit. Akhirnya pada hari ketiga,medium tersebut


dididihkan sekali lagi (Dwidjoseputro, 2005 dalam Ang, 2017).
c. Sterilisasi secara Kimiawi
Cara ini digunakan untuk mensterilkan benda-benda yang terbuat dari
plastik, yang tidak tahan aka suhu tinggi. Cara kimiawi yang sederhana
adalah mengusapkan larutan 60%+40% air suling dengan menggunakan
kapas, kemudian benda tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu 60°C
selama 30-60 menit (Ang, 2017).

2.2. Aspergillus niger


a. Gambar Mikroplastik

Gambar 2.1. Aspergillus niger secara mikroskopis


b. Kondisi Tumbuh
 Temperatur
Aspergillus niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37 °C, dengan
suhu minimum 6-8 °C, dan suhu maksimum 45-47 °C (Chafida dkk.,
2013).
 Medium
Aspergillus niger mempunyai koloni pada medium Cxapek’s Dox
mencapai diameter 4-5 cm dalam 7 hari dan dapat tumbuh pada
kelembaban nisbi 80 (Chafida dkk., 2013).
 Faktor kimia
Aspergillus niger mempunyai enzim 4-hidroksibenzoat hidroksilase dan
dapat mengakumulasi asam sitrat (Chafida,dkk, 2013).
 pH
Aspergillus niger dapat tumbuh optimum pada pH 5 – 6 (Oyeleke dkk.,
2011).
 Aerob

20
P2

Aspergillus niger termasuk mikroorganisme aerob (membutuhkan


oksigen) (Chafida dkk., 2013).
c. Ciri-ciri Fisik
Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning
dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam.
Kepala konidia berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-
bagian yang lebih longgar dengan bertambahnya umur. Konidiospora
memiliki dinding yang halus, hialin tetapi juga berwarna coklat (Chafida
dkk., 2013).
d. Aplikasi
Aspergillus niger penting pada produksi asam sitrat yang banyak
digunakan pada berbagai makanan dan minuman ataupun sebagai pengawet
dan peningkat cita rasa. Asam sitrat harus dimurnikan dari substrat
fermentasi sehingga keterlibatan jamur tidak lagi nampak. Aspergillus niger
juga dapat mengkontaminasi makanan misalnya pada roti tawar, pada
jagung yang disimpan dan sebagainya. Banyak enzim yang berguna
diproduksi oleh industri fermentasi dari Aspergillus niger. Misalnya,
Aspergillus niger glucoamylase digunakan dalam produksi fructose corn
syrup, dan pectinases digunakan dalam minuman buah-buahan dan anggur.
α-galactosidase, sebuah enzim yang merinci tertentu sugars kompleks,
merupakan komponen dari produsen obat yang mengklaim dapat
menurunkan perut kembung. Selain untuk menggunakan Aspergillus niger
di dalam industri bioteknologi dalam produksi isotop magnetis-varian yang
berisi biologi macromolecules untuk analisis NMR (Chafida dkk., 2013).

21
P2

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Rancangan Praktikum


3.1.1. Skema Rancangan Percobaan

Sterilisasi Alat

Pembuatan Media

Pemindahan Aspergillus niger ke Media

Penyimpanan di Ruang Inkubasi

Pengamatan Pertumbuhan Aspergillus niger

Gambar 3.1. Skema Rancangan Praktikum


3.1.2. Variabel Operasi
Sterilisasi dilakukan dengan pencelupan kawat osse dan tanpa
pencelupan kawat osse.

3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1. Bahan
1. Aspergillus niger
2. PDA (Potato Dextrose Agar) basis 3,9 gram
3. Jeruk Nipis
4. Aquadest
3.2.2. Alat
1. Kawat Osse
2. Beaker glass
3. Pipet tetes
4. Gelas ukur
5. Kompor listrik
6. Petridish

3.3. Prosedur Praktikum


Langkah-langkah percobaan Pemeriksaan Secata Aseptis :

22
P2

1. Memasukkan PDA basis 3,9 gram yang telah larut ke dalam petridish
kemudian membiarkannya sampai menjadi padat.
2. Menyiapkan kawat osse, bunsen dan jeruk nipis.
3. Mensterilkan kawat osse: memanaskan kawat osse menggunakan bunsen
kemudian memasukkan kawat osse yang telah dipanaskan ke larutan jeruk
nipis (untuk petridish 2, pertridish 1 tanpa pencelupan kawat osse)
kemudian panaskan kawat osse lagi.
4. Memindahkan mikroorganisme dari biakan murni yang tersedia
menggunakan kawat osse yang sudah disterilisasi dan belum disterilisasi ke
media baru dalam petridish.
5. Simpan dalam ruang inkubasi selama waktu inkubasi selama 6 hari.
6. Mengamati kenampakan setelah waktu inkubasi.

23
P2

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Jeruk Nipis terhadap Pertumbuhan Aspergilus niger

Gambar 4.1 Tanpa menggunakan jeruk nipis dan pembakaran

Gambar 4.2 Menggunakan jeruk nipis dan pembakaran


Dari percobaan ini digunakan sampel jamur Aspergilus niger. Variabel
bebas yang dilakukan yaitu tanpa sterilisasi kawat osse dan sterilisasi kawat
osse. Pada gambar 4.1 tanpa menggunakan sterilisasi dengan jeruk nipis dan
pembakaran dan gambar 4.2 menggunakan sterilisasi dengan jeruk nipis dan
pembakaran. Dapat dilihat jamur tumbuh lebih banyak pada gambar 4.1
dimana kawat osse tidak disterilisasi dengan jeruk nipis.
Bedasarkan hal tersebut ternyata dengan sterilisasi, mikroorganisme yang
tumbuh lebih sedikit dibandingkan tanpa sterilisasi. Menurut Waluyo (2005)
dalam Zulfahmi (2013), hal ini terjadi karena sterilisasi mampu membunuh
mikroorganisme yang dapat mengganggu proses yang sedang berlangsung.
Pada percobaan kali ini sterilisasi yang dilakukan yaitu dengan pembakaran
dan penggunaan jeruk nipis. Pembakaran mampu membunuh mikroorganisme
pengganggu, mikroorganisme akan mengalami oksidasi komponen–komponen
selnya dan denaturasi proteinnya. Minyak atsiri yang terkandung dalam jeruk
nipis mempunyai fungsi sebagai antibakteri, yang salah satu kandungan

24
P2

minyak atrisi yang mempunyai peran paling penting dalam meghambat


pertumbuhan bakteri ialah flavonoid (Lauma, 2015). Aspergillus Niger dapat
tumbuh secara optimum pada pH 5-6 (Oyeleke dkk, 2011), sehingga pemberian
desinfektan jeruk nipis yang memiliki pH 2,48 (Bethany dkk, 2016) akan
menyebabkan Aspergillus niger tidak dapat berkembang secara optimum
karena terjadi penurunan pH menjadi lebih asam pada media.
Dapat disimpulkan perlakuan sterilisasi menggunakan jeruk nipis
mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu bakteri yang tumbuh akan lebih
sedikit jika dilakukan sterilisasi karena jeruk nipis mengandung zat yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri.

4.2. Teknik Pemindahan Aspergilus Niger


4.2.1. Metode Gores/Steak Plate Methode
Teknik spread plate merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara
menginokulasi kultur mikroba secara pulasan/sebaran dipermukaan
media agar yang telah memadat. Metode ini dilakukan dengan
mengencerkan biakan kultur mikroba. Karena konsentrasi sel-sel
mikroba pada umumnya tidak diketahui, maka pengenceran perlu
dilakukan beberapa tahap, sehingga sekurang-kurangnya ada satu dari
pengenceran itu yang mengandung koloni terpisah (30-300 koloni).
Koloni mikrobia yang terpisah memungkinkan koloni tersebut dapat
dihitung.
4.2.2. Metode Tabur
Cara ini dasarnya ialah menginokulasi medium agar yang sedang
mencair pada temperatur 45-50°C dengan suspensi bahan yang
mengandung mikroba, dan menuangkannya ke dalam cawan petri steril.
Setelah inkubasi akan terlihat koloni-koloni yang tersebar di permukaan
agar yang mungkin berasal dari 1 sel bakteri, sehingga dapat diisolasi
lebih lanjut (Jutono, 1980).
4.2.3. Metode Sebar
Cara gores umumnya digunakan untuk mengisolasi koloni mikroba
pada cawan agar sehingga didapatkan koloni terpisah dan merupakan
biakan murni. Cara ini dasarnya ialah menggoreskan suspense bahan
yang mengandung mikroba pada permukaan medium agar yang sesuai
pada cawan petri. Setelah inkubasi maka pada bekas goresan akan
tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin berasal dari 1 sel mikroba,
sehingga dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono, 1980). Penggoresan yang

25
P2

sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Bakteri yang


memiliki flagella seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama
bila digunakan lempengan yang basah. Untuk mencegah hal itu harus
digunakan lempengan agar yang benar-benar kering permukaannya (Lay,
1994).

4.3. Kandungan Jeruk Nipis


Jeruk nipis merupakan buah-buahan yang banyak digemari oleh
masyarakat di Indonesia. Jeruk nipis yang bernama latin Citrus aurantifolia
Swingle ialah sejenis tanaman perdu yang banyak tumbuh dan dikembangkan
di Indonesia. Selain itu jeruk nipis juga dapat digunakan untuk obat batuk,
peleruh dahak, influenza, dan obat jerawat. Buah ini banyak dikonsumsi
masyarakat dan mempunyai harga relatif murah, mudah diperoleh, alamiah,
serta tidak menimbulkan efek samping bagi pemakainya.
Jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat,
seperti asam sitrat, asam amino, minyak atsiri, damar, glikosida, asam sitrun,
lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C. Kandungan Gizi
dalam 100gram buah jeruk nipis mengandung vitamin C sebesar 27 miligram,
kalsium 40 miligram, fosfor 22 miligram, hidrat arang 12,4 gram, vitamin B1
0,04 miligram, zat besi 0,6 miligram, lemak 0,1 gram, kalori 37 gram, protein
0,8 gram dan mengandung air 86 gram.
Minyak atsiri yang terkandung dalam jeruk nipis mempunyai fungsi
sebagai antibakteri, yang salah satu kandungan minyak atrisi yang mempunyai
peran paling penting dalam meghambat pertumbuhan bakteri ialah flavonoid.
Flavonoid merupakan senyawa yang banyak terdapat pada jenis tanaman obat
(Lauma,2015). Menurut Cowan (2004) dalam Qomar (2017), flavon,
flavonoid, dan flavanolol dari ketiganya diketahui telah disintesis oleh tanaman
dalam responnya terhadap infeksi mikroba sehingga tidak mengherankan bila
efektif secara in vitro terhadap sejumlah mikroorganisme. Aktivitas
antimikroba flavonoid kemungkinan disebabkan oleh kemampuannya untuk
membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler terlarut, serta dengan
dinding sel, flavonoid bersifat lipofilik mungkin jika merusak membran
mikroba.
Asam sitrat dapat mendenaturasi protein sel bakteri dengan cara
mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan iotonik. Denaturasi
ditandai dengan adanya kekeruhan yang meningkat dan timbulnya gumpalan.
(Fitarosada,2012 dalam Maghfiroh, 2013).

26
P2

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Aspergillus niger tumbuh paling banyak pada petridish yang tidak dilakukan
sterilisasi pada kawat osse dengan jeruk nipis hal ini disebabkan karena
sterilisasi mampu membunuh mikroorganisme yang dapat mengganggu
proses yang sedang berlangsung.
2. Pada praktikum ini Aspergillus niger dipindahkan dengan teknik
penggoresan.

5.2. Saran
1. Pastikan alat dan tempat inkubasi sudah steril.
2. Pastikan untuk menggores kawat osse dengan benar yaitu searah zig-zag.
3. Membawa kantong plastik untuk membuang PDA yang sudah dianalisa.

27
P2

DAFTAR PUSTAKA

Mudiraharti, L. 2015. Teknik Pemindahan Biakan Mikroba Secara Aseptik


Dani, M. 2016. Clostridium Botulinum. Politeknik Kesehatan Kendari
Ang, P. 2017. Sterilisasi. Universitas Nasional Jakarta
Riayah, P., Laila, S., Mahardhika, E. 2016. Cara Sterilisasi Peralatan dan Bahan.
Universitas Jenderal Soedirman
Chafida, R. 2013. Aspergilus Niger. Universitas Brawijaya
Oyeleke, S.B., Oyewole, O.A., Egwim, E.C. 2011. Advances Life Science.
Production of Protease and Amylase from Bacillus subtilis and Aspergillus
niger Using Parkia biglobossa (Africa Locust Beans) as Substrate in Solid
State Fermentation. 1(2). 49-53
Hidayat, M. 2017. Pengaruh Penambahan Berbagai Jenis Susu Terhadap Kadar
Asam Laktat Pada Pembuatan Susu Prebiotik Ubi Jalar (Ipomoea batatas L)
Oleh Bakteri Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Autoklaf. Universitas
Diponegoro
Zulfahmi, M. 2013. Sterilisasi Alat. Universitas Brawijaya
Lauma, S., Pangemanan, D., Hutagalung, B.2015. Jurnah Ilmiah Farmasi. Uji
Efektifitas Perasan Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro. 4(4)
Bethany, Julianti, E., Nurminah, M. 2016. Jurnal Rekayasa Pangan dan
Pertumbuhan. Pengaruh Jenis Asam dan Konsentrasi Asam Jeruk Terhadap
Mutu Fisik, Kimia, dan Organoleptik Ikan Mas Naniura. 4(4)
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 2016. Panduan Praktikum
Mikrobiologi.
Qomar, M. 2017. Uji Efektivitas Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Tanaman Kayu
Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Diameter Zona Hambat
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermidis sebagai Sumber Belajar
Biologi. Universitas Muhammadiyah Malang.

28
P2

LEMBAR PERHITUNGAN

A. Perhitungan Jumlah Koloni Total


Jumlah koloni total = Jumlah koloni dalam petridish x luas petridish x fp
Fp = 104
Luas petridish = 63,585 cm2
1. PDA
 Hari ke-1
22 + 0
Rata − rata jumlah koloni = = 11
2
Jumlah koloni total = 11×63,585 cm2 x 104= 6994350
 Hari ke-4
24 + 0
Rata − rata jumlah koloni = = 12
2
Jumlah koloni total = 12×63,585 cm2 x 104= 7630200
2. Agar
 Hari ke-1
0+0
Rata − rata jumlah koloni = =0
2
Jumlah koloni total = 0×63,585 cm2 x 104= 0
 Hari ke-4
0+0
Rata − rata jumlah koloni = =0
2
Jumlah koloni total = 0 × 63,585 cm2 x 104 = 0
3. Agar+Gula
 Hari ke-1
0+0
Rata − rata jumlah koloni = =0
2
Jumlah koloni total = 0×63,585 cm2 x 104= 0
 Hari ke-4
0+0
Rata − rata jumlah koloni = =0
2
Jumlah koloni total = 0×63,585 cm2 x 104= 0

B. Perhitungan Growth Rate dan Doubling Time


ln 𝑋 − ln 𝑋0 ln 2
µ= ; 𝑡𝑑 =
𝑡 𝜇
1. PDA
 Growth Rate

29
P2

ln 𝑋 − ln 𝑋0 ln 7630200 − ln 6994350
µ= = = 0,021
𝑡 4
 Doubling Time
ln 2 ln 2
𝑑𝑡 = = = 33,007
𝜇 0,021
2. Agar
 Growth Rate
ln 𝑋 − ln 𝑋0 ln 0 − ln 0
µ= = =0
𝑡 4
 Doubling Time
ln 2 ln 2
𝑑𝑡 = = = ∞
𝜇 0
3. Agar+Gula
 Growth Rate
ln 𝑋 − ln 𝑋0 ln 0 − ln 0
µ= = =0
𝑡 4
 Doubling Time
ln 2 ln 2
𝑑𝑡 = = = ∞
𝜇 0

C. Perhitungan Radius Perkembangan Mikroorganisme


jarak terjauh-jarak terdekat
Radius rata - rata =
2
1. PDA 0%
 Hari ke-4
4,5 + 0
Radius rata − rata = = 2,25 cm
2
2. PDA 10%
 Hari ke-4
4,5 + 0
Radius rata − rata = = 2,25 cm
2
3. PDA 60%
 Hari ke-4
4,5 + 0,1
Radius rata − rata = = 2,3 cm
2
4. PDA 94%
 Hari ke-4
4,5+0,3
Radius rata − rata = = 2,4 cm
2

30

Anda mungkin juga menyukai