Oleh :
Irna Sukmayati
17.3.08.042
Oleh :
Irna Sukmayati
17.3.08.042
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Tanggal Seminar:
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Deskripsi Udang 3
2.2 Komposisi Kimia Udang 4
2.3 Proses Kemunduran Mutu Udang 14
2.4 Pembekuan 16
BAB III METODOLOGI 17
3.2 Waktu dan Tempat 17
3.2 Metode Pengumpulan Data 17
3.3 Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan PKL III 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13
4.1 Alur Proses Pembekuan Udang 13
4.2 Deskripsi Alur Proses 14
4.3 Monitoring Mutu Udang Beku 17
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 24
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapang III yaitu:
1. Mengetahui cara monitoring mutu pembekuan udang di PT. Misaja Mitra
2. Mengetahui kualitas udang beku yang baik dan tidak baik
3. Mengetahui cara mengatasi kerusakan pada pembekuan udang di PT.
Misaja Mitra
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari Praktik Kerja Lapang II yaitu sebagai salah satu
syarat pendidikan yang ditempuh di Politeknik Kelautan dan Perikanan
Pangandaran.
2
BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANG
3
7. Kolaboratif
Perusahaan bekerja bersama secara internal dan eksternal, perusahaan
mencapai lebih banyak dan memberikan hasil terbaik kepada pelanggan dan
berusaha melampaui harapan orang-orang yang bekerja bersama.
2.2.1 Visi
PT Misaja Mitra bertujuan untuk menjadi perusahaan multinasional
terkemuka yang menghubungkan dan menumbuhkan komunitas dengan layanan
yang peduli. PT Misaja Mitra membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan
dan juga membawa perusahaan ke tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya
dengan dan bahkan produk yang lebih baik yang akan memuaskan semua orang.
PT Misaja Mitra menciptakan, mengevaluasi, dan berinovasi dengan kebanggaan
dan antusiasme.
2.2.2 Misi
Menawarkan produk udang saat ini dan produk baru dengan proses kualitas
tertinggi untuk pelanggan. Menyediakan pelanggan dengan produk olahan udang
terbaik berdasarkan prefersi pelanggan. Menawarkan solusi yang berbeda dan
terjangkau dengan hasil terbaik bagi pelanggan.
4
Gambar 1. Struktur Organisasi PT Misaja Mitra
6
5. Sea Tiger Headless Shell On
7
2.1.2 Keunggulan Produk
Produk dari PT Mijasa Mitra telah memuaskan berbagai pelanggan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Perusahaan berusaha keras untuk
memenuhi spesifikasi pelanggan dengan rajin. Perusahaan telah menerima
beberapa penghargaan dan mendapatkan beberapa sertifikasi yang memperkuat
kinerja dan hasil yang sangat baik.
8
Super ordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Sub famili : Penaeidae
Jenis : Litopenaues
Spesies : Litopenaeus vannamei
Udang vannamei digolongkan kedalam jenis penaidae pada filum
arthropoda, ada banyak spesies di filum tersebut akan tetapi yang mendominasi
perairan berasal dari sub filum Crustaceae. Sub filum tersebut memiliki ciri-ciri
yaitu 3 pasang kaki berjalan yang berfungsi untuk mencapit dari ordo Decapoda
salah satu spesiesnya adalah Litopenaeus vannamei.
2.2.2 Morfologi udang
Menurut Bertiantono (2011), tubuh udang vannamei dibentuk oleh dua
cabang (biramous), yaitu exopodite dan edopodite. Vannamei memiliki bentuk
tubuh berbuku-buku dan dapat berganti kulit luar atau eksokeleton. Bagian tubuh
udang vannamei sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk
makan, bergerak, dan membenamkan diri kedalam lumpur, menopang insang,
serta organ sensor seperti pada antena dan anenula. Kepala terdiri dari 6 ruas,
pada ruas kepala pertama terdapat mata majemuk bertangkai. Bagian dada terdiri
dari 8 ruas yang masing-masing ruas mempunyai sepasang anggota badan yang
disebut thoracopoda.
Abdomen terdiri dari 6 ruas. Bagian abdomen terdapat lima pasang kaki
renang dan sepasang uropodus (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-
sama telson. Udang betina dewasa memiliki punggung yang keras, ekor (telson)
dan ekor kipas (uropoda) berwarna kebiru-biruan, sedangkan pada udang jantan
dewasa memiliki plasma yang simetris. Spesies ini dapat tumbuh dengan ukuran
mencapai 23 cm (Wyban dan Sweeney, 1991).
2.2.3 Komposisi Kimia Udang
Udang mempunyai kandungan asam amino yang lebih baik dibandingkan
dengan hewan yang ada di daratan. Asam amino yang terdapat pada udang antara
lain tirosin, triptofan, dan sistein. Asam amino tersebut terdapat pada dagingnya.
Daging udang mempunyai rasa yang lebih spesifik daripada rasa daging pada
hasil perikanan lainnya (Hadiwiyoto, 1993). Komposisi proksimat rata-rata daging
udang dapat dilihat pada Tabel 1.
9
Tabel 1. Komposisi Proksimat Daging Udang
No. Kandungan Komposisi
1. Air 78,2%
2. Protein 18,1%
3. Lemak 0,8%
4. Karbohidrat 1,4%
10
Sesuai dengan SNI-01-2728.1-2006 udang segar yaitu produk hasil
perikanan yang telah mengalami perlakuan pencucian, sortasi, pemotongan atau
pemotongan tanpa kepala, pencucian, pendinginan dan pengemasan. Udang
dapat cepat mengalami kerusakan atau mundur mutu. Salah satu indikator yang
menyebabkan kemunduran mutu pada udang adalah adanya produksi indol.
Produksi indol terjadi pada udang karena perombakan asam amino triptofan
menjadi indol oleh bakteri. Produksi indol terhadap kesegaran udang dapat
digolongkan menjadi tiga kelas. Penggolongan indol dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penggolongan Indol Terhadap Kesegaran
Kelas Kandungan indol Spesifikasi
Kelas I < 25 mg / 100 g Baik, tidak berbau
Kelas II 25-50 mg / 100 g Sudah dapat dilihat kebusukannya dari
bau amoniak
Kelas III >25 mg / 100 g Busuk, dan bau
2.2.5 Pembekuan
Pembekuan merupakan salah satu cara pengawetan dengan prinsip
menurunkan suhu panas pada tubuh udang di mana dapat mengurangi reaksi
kimia yang terjadi dengan menurunkan aktivitas air sehingga dapat menghambat
pertumbuhan mikroba. Sedangkan untuk persyaratan mutu udang segar tersaji
dalam Tabel 4.
Tabel 4. Persyaratan Mutu Udang Segar (SNI 2705:2014)
Jenis uji Satuan Persyaratan
a. Organoleptik Angka (1-9) Minimal 7
b. Cemaran mikroba*
ALT Koloni/g Maksimal 5,0 x 105
Escherichia coli APM/g Maksimal kurang dari 2
Salmonella APM/2g Negatif
Vibrio APM/25g Negatif
c. Cemaran logam*
Arsen (As) mg/kg Maksimal 1,0
Kadmium (Kd) mg/kg Maksimal 0,5
Merkuri (Hg) mg/kg Maksimal 0,5
Timbal (Tb) mg/kg Maksimal 0,5
Timah (Sn) mg/kg Maksimal 40,0
d. Cemaran kimia*
Kloramfenikol µ/kg Maksimal 0
Nitrofuran µ/kg Maksimal 0
Tetrasiklin µ/kg Maksimal 100
e. Filth* Maksimal 0
Catatan : *bila diperlukan
11
BAB III METODOLOGI
12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Selecting
Storage packing
material
Washing I
Check foreign
Deheading material
Washing II
Freezing
Sizing by grading & correcting
Weighing I
Keeping ice (optional)
Glazing
Washing III
Weighing II
Peeling
Packing bag
Deveining
Sealing
Washing IV Packing/Labelling
Cold Storaging
4.2 Deskripsi Alur Proses
4.2.1 Receiving (Penerimaan bahan baku udang segar)
Udang segar datang dari supplier langsung diterima di tempat penerimaan
bahan baku. Udang yang telah memasuki ruang ini kemudian di sortir secara
manual untuk kemudian ditimbang. Penentuan ukuran (size) udang diambil
dengan cara sampling dengan berat 1kg lalu dihitung berapa jumlah udang dalam
1kg tersebut.
Udang yang sudah ditimbang kemudian dicuci kedalam bak air yang telah
diberi klorin. Klorin ini berfungsi sebagai pembunuh bakteri. Air yang telah
dicampur dengan klorin terlebih dahulu dicek suhu dengan batas maksimum 5°C.
Udang kemudian dimasukkan kedalam bak tersebut dan rendam selama 3 menit.
Pembilasan dilakukan setelah udang direndam selama 3 menit, udang
dimasukan kedalam keranjang kemudian dibilas menggunakan air dingin dengan
konsentrasi 0 ppm. Udang yang telah dibilas kemudian memasuki ruang bagian
deheading (pemotongan kepala).
4.2.2 Deheading (Pemotongan Kepala)
Pemotongan kepala udang dilakukan secara manual oleh para karyawan
sesuai dengan SOP yang diterapkan oleh perusahaan. Proses pemotongan
kepala udang harus selalu ditambahkan ice flake kedalam setiap keranjang udang.
Hal ini bertujuan untuk mempertahankan suhu udang tetap dibawah 7°C, sehingga
rantai dingin selama proses ini tetap terjaga dan udang terhindar dari kebusukan
(Purwaningsih, 1995).
Pemotongan kepala dapat menyebabkan kontaminasi bakteri yang berasal
dari kotoran yang terdapat pada bagian kepala udang, sehingga dilakukan
pencucian kembali menggunakan klorin dengan konsentrasi yang telah ditentukan.
Pencucian ini dilakukan dengan menggunakan mesin grading.
4.2.3 Sizing by Grading and Correction
Udang yang telah melewati pencucian pada wash tank grader kemudian
akan dibilas oleh air dingin dengan konsentrasi 0 ppm untuk menghilangkan sisa
klorin, udang akan melewati conveyer dan memasuki tahap pemisahan udang.
Udang secara otomatis akan terpisah sesuai ukurannya melalui silinder pada
mesin tersebut. Sortasi mutu dan pemisahan ukuran dilakukan dengan metode
penimbangan dengan pengambilan sampel sebanyak 1kg. Jumlah udang dalam
1kg itu merupakan size dari udang tersebut. Contohnya udang ditimbang 1kg
14
kemudian dihitung jumlah udang tersebut yaitu 26 hingga 30 maka size udang
tersebut adalah 26-30.
Bahan baku yang telah disortir kemudian diarahkan menjadi bahan baku
produk PD IQF (Peeled and Deveined Individual Quick Freezing) . Pengarahan ini
dilakukan dengan memberi label produk yang bertujuan agar produk tidak
tercampur dengan yang lain. Udang dicuci kembali sebelum memasuki tahap
pengupasan menggunakan air klorin sesuai dengan ketentuan. Pencucian ini
bertujuan untuk mencegah adanya bakteri yang kemungkinan mengkontaminasi
pada saat proses sizing baik itu dari peralatan, air, atau pekerja.
4.2.4 Peeling (Pengupasan)
Pengupasan kulit udang PD IQF dilakukan dengan cepat, teliti dan hati-hati
oleh pekerja borongan. Menurut Poernomo (2007) pengupasan kulit udang
dilakukan dengan hati-hati dan cepat bertujuan agar pada saat pengupasan tidak
melepas daging udang tersebut. Pengupasan kulit udang ini dengan
menggunakan metode PD (Peeled Deveined) yaitu pengupasan kulit udang dan
membuang ususnya serta ekor.
Udang yang telah dikupas kemudian dibilas dengan air dingin. Udang yang
telah dibilas langsung dilakukan pengecekan kotoran, benda asing, usus,
diskolorisasi, udang yang patah (broken). Pengecekan ini dilakukan pada meja
khusus yaitu meja penyinaran (blacklight table). Udang yang telah dicek kemudian
disortir kembali menjadi beberapa ukuran seperti 2L, 3L, 4L dan seterusnya.
Udang yang telah dicek kemudian dicuci dengan menggunakan air klorin dengan
konsentrasi yang telah ditentukan. Pencucian ini dilakukan dengan menggunakan
mesin pencuci. Udang yang telah dicuci kemudian dibilas menggunakan air
dengan konsentrasi 0 ppm.
4.2.5 Freezing (Pembekuan)
Menurut Estaisih dan Ahmadi (2009), pembekuan adalah suatu proses
pengolahan dengan menurunkan suhu bahan pangan dibawah titik beku dengan
prinsip mengubah air menjadi kristal es. Pembekuan dengan menggunakan
metode IQF (Individual Quick Freezing) memiliki prinsip pembekuan yaitu
membekukan udang secara terpisah antara satu udang dengan udang yang
lainnya. Pembekuan cepat akan menghasilkan kristal es yang sama atau seragam
serta kecil sehingga tidak merusak daging udang (Moeljanto, 1992).
15
Proses pembekuan ini dilakukan dengan menggunakan mesin tunnel
freezer. Udang yang telah dicuci kemudian dimasukkan kedalam mesin tunnel
freezer diratakan agar tidak ada udang yang menumpuk, hal ini bertujuan agar
hasil udang beku yang keluar tidak ada yang menempel. Udang akan melewati
mesin tunnel selama beberapa menit tergantung dengan ukuran udang. Standar
operasional mesin tunnel freezer tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Standar Operasional Tunnel Freezer
Speed Temperature Temperature
Product Time
Rpm A B Freezing
PD IQF 9L 40 -40°C -40°C -18°C 13.35’
PD IQF 8L 50 -40°C -40°C -18°C 10.57’
PD IQF 7L 50 -40°C -40°C -18°C 10.57’
PD IQF 6L 55 -40°C -40°C -18°C 9.57’
PD IQF 5L 55 -40°C -40°C -18°C 9.57’
PD IQF 4L 60 -40°C -40°C -18°C 9.11’
PD IQF 3L 60 -40°C -40°C -18°C 9.11’
PD IQF 2L 60 -40°C -40°C -18°C 9.11’
Udang yang telah beku kemudian ditimbang dan masuk ke tahap glazing.
Glazing merupakan suatu proses pelapisan udang beku dengan menggunakan air
dingin. Glazing ini bertujuan untuk mempertahankan berat udang, mencegah
dehidrasi, dan mempercantik permukaan udang. Setelah glazing udang kemudian
ditimbang kembali sebelum udang dikemas, hal ini bertujuan karena setelah
proses glazing pasti ada penambahan massa atau berat sehingga penimbangan
ini perlu dilakukan.
4.2.6 Packaging (Pengemasan)
Udang yang telah ditimbang kemudian dimasukan kedalam kemasan
polybag yang telah diberi label dan ukuran. Polybag kemudian dirapatkan dengan
menggunakan mesin sealer. Polybag yang telah di seal kemudian di bawa ke
mesin metal detector untuk diperiksa apakah terdapat logam pada udang tersebut.
Kemudian dibawa ke master carton, dimana produk udang beku PD IQF berisi 10
pack/master carton dengan berat satu pack adalah 1kg. Setelah ditutup rapat
dengan ban isolasi, karton-karton tersebut dibawa ke mesin strapping band
dengan menggunakan lori untuk diikat dengan pita.
4.2.7 Cold Storaging (Penyimpanan Beku)
Udang beku yang telah dikemas pada master carton kemudian disimpan
dalam penyimpanan beku (cold storaging) pada suhu maksimum -22°C sebelum
udang didistribusikan atau diekspor. Penyimpanan beku ini bertujuan agar udang
16
beku tidak cepat mencair dan agar mutu udang beku tetap terjaga. Penyimpanan
beku ini merupakan tahap akhir dari proses pengolahan udang beku.
17
11. Lakukan tes bau dan kenampakan udang oleh panelis
12. Siapkan tes uji rasa udang dengan memotong udang menjadi tiga bagian
atau ruas dan disusun acak
13. Panelis melakukan tes uji rasa dan tekstur
14. Hasil tes dicatat dalam format laporan organoleptik atau sensori setelah
boil
Adapun standar waktu yang digunakan untuk proses pengujian organoleptik
dengan menggunakan microwave tersaji pada Tabel 7.
Tabel 7. Standar Boil Udang Vannamei
Raw Material Size Water Temp Time
57-69 >85%
70-83
Heading On (HO) 84-97 95°C-100°C 1 menit
99-125
126-152
41-50 >85%
51-60
Peeled & Deveined
61-70 95°C-100°C 1 menit
(PD)
71-90
91-120
41-50 >80%
51-60 >80%
Finish Good (FG) 61-70 95°C-100°C 1 menit >80%
71-90 >75%
91-120 >75%
18
Tabel 8. Hasil Pengujian Mikrobiologi
Cemaran Hasil
Eschericia colii Negative
Colioform Negative
Vibrio sp. Negative
Salmonella Negative
19
PT Misaja Mitra merupakan perusahaan yang memproduksi udang beku
70% di ekspor ke Jepang. Jepang merupakan salah satu negara yang mempunyai
standak klorin yang dapat dikonsumsi oleh manusia, oleh karena itu pembekuan
udang di PT Misaja Mitra menggunakan klorin pada setiap pencuciannya. Batas
maksimum klorin yang dapat dikonsumsi oleh manusia menurut standar jepang
adalah 10 ppm (udang) serta 5 ppm (air). Penggunaan klorin pada proses
pembekuan udang bertujuan untuk membunuh mikroba yang dapat merusak,
sehingga dapat mempertahankan mutu. Penggunaan klorin pada setiap pencucian
tersaji pada Tabel 10.
Tabel 10. Standar Penggunaan Klorin
No. Pengaplikasian Air Klorin Konsentrasi Alkohol
1. Pencucian udang I 200 liter 333 cc 200 ppm -
2. Pencucian udang II 600 liter 500 cc 100 ppm -
3. Pencucian udang III 600 liter 250 cc 50 ppm -
4. Pencucian udang IV 625 liter 133 cc 25 ppm -
5. Pencucian alat 600 liter 500 cc 100 ppm -
6. Pencucian tangan 72 liter 60 cc 100 ppm 70%
20
Batuan
Manusia
Gambar 10. Skema Perjalanan Logam Berat
Produk jadi udang beku dilkukan juga pengujian logam, hal tersebut
dilakukan karena mencegah adanya kandungan logam yang berasal dari serpihan
alat atau human error. Pengujian ini dilakukan pada tahap pengemasan. Udang
beku yang telah dikemas akan melewati metal detector atau mesin pendeteksi
logam. Produk yang mengandung logam tersebut akan terdeteksi dan mesin akan
berbunyi.
Fe
5,1
100 80 60 40 20 0
Gambar 11. Skema Produk yang Terdeteksi Logam
21
Keterangan:
Produk udang beku yang telah dikemas akan melewati metal detector,
apabila terdapat garis merah seperti di atas maka lakukan empat kali
pengulangan, jika masih terdapat garis merah maka produk tersebut harus
dipisahkan dan akan dilakukan verifikasi dengan cara test piece. berikut adalah
langkah-langkah test piece:
1. Lewatkan test piece secara bergantian tanpa produk pada sisi tengah,
samping kiri dan kanan
2. Lewatkan produk tanpa test piece bolak-balik
3. Lewatkan test piece bersama produk pada bagian atas (tengah, kiri, kanan)
dan bagian bawah (tengah, kiri, kanan) secara bergantian
4. Lewatkan produk tanpa test piece bolak-balik sekali lagi dan pastikan metal
detector kembali stabil.
Tabel 12. Standar Verifikasi Metal Detector
Warna test piece Jenis logam Standar
Orange Fe 1,5
Green Sus 2,5
Transparant green Non Fe 2
22
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K dan Kanna, I. 2008 Budidaya Udang Vannamei. [diunduh 2019 Mar 28].
Tersedia pada: https://www.academia.edu
Estiasih, T dan Ahmadi. 2009. Tekonolgi Pengoahan Pangan. [diunduh 2019 Mei
06]. Tersedia pada: repostory.unja.ac.id
Haliman, R.W dan Adijaya, 2005. Udang Vannamei. diunduh 2019 Mar 28].
Tersedia pada: https://www.academia.edu
Saifuddin, A. 1998. Metode penelitian. [diunduh 2019 Jan 10]. Tersedia pada:
eprints.uny.ac.id
Vouk, V. 1986. General Chemistry of Metal. [diunduh: 2019 Jun 10]. Tersedia
pada: Eprints.umm.ac.id
23
LAMPIRAN
24
Lampiran 1. Monitoring Critical Control Point (CCP)
25
Lampiran 2. Layout Proses Produksi PT Misaja Mitra
26
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan di Lapangan
27
28