KAMABOKO
Pembimbing:
disusun oleh:
Kelompok 9
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul kamaboko.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Ir.
Moh Sabariman M.Si
Makalah ini ditulis berdasarkan hasil penyusunan data-data sekunder yang diperoleh dari
buku panduan yang berkaitan dengan teknologi pengolahan pangan hewani, serta infomasi
dari jurnal dan media massa.
Serta tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah
Teknologi Pengolahan Pangan Hewani atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah
ini serta kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi rekan mahasiswa, serta
dapat menambah wawasan lebih mengenai bahan tambahan pangan khususnya pemanis.
Kami merasa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Tim Penulis
ii| B a h a n T a m b h a n P a n g a n P e m a n i s
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1
1.2
1.3
BAB II..................................................................................................................................................... 6
DEFINISI PRODUK .............................................................................................................................. 6
2.1
2.2
Klasifikasi ............................................................................................................................... 6
3.2
ii| B a h a n T a m b h a n P a n g a n P e m a n i s
BAB I
PENDAHULUAN
4|Page
5|Page
BAB II
DEFINISI PRODUK
2.2 Klasifikasi
Menurut Suzuki(1981) dalam Ibrahim (2002) menyatakan pada saat ini produk
kamabako sudah sangat bervaraisasi yang dapat dibedakan atas cara pemasakan, bentuk dan
bahan yang ditambah. Berdasarkan cara pemasakan dan bentuk kamabako. Membagi
kamabako menjadi atas 3 macam yaitu :
1. Itatsuki kamabako
6|Page
Itatsuki kamaboko merupakan kamabako yang dicetak pada potongan kayu kecil sehingga
menghasilkan bentuk lempengan (slab), dipanaskan dengan cara pengukusan atau
pemanggangan. Waktu pemanasan tergantung pada ukuranya, biasanya 80-90 menit untuk
ukuran besar, dan 20-30 menit untuk ukuran yang kecil.
2. Fried kamabako
Fried kamaboko adalah pasta daging yang dicampur dengan variasi bahan tambahan,
dibentuk dan digoreng dalam minyak kedelai. Jenis ini biasanya disebut satsumanage atau
tempura. Bahan yang digunakan pada kamabako jenis ini mutunya lebih rendah dibandingkan
bahan untuk itatsuki.
3. Chikuwa
Chikuwa adalah kamabako yang dibuat pada cetakan yang berbentuk tabung, pembentukanya
biasanya otomtis oleh mesin dan dimasak dengan cara dipanggang. Keistimewaan chikuwa
adalah produknya bewarna putih disebelah dalam dan coklat keemasan disebelah luar atau
permukaanya. Mutu bahan baku untuk kamabako jenis ini juga lebih rendah dibandingkan
dengan itatsuki.
7|Page
BAB III
BAHAN BAKU PRODUK
Adapun prosesnya diawali dengan pencucian ikan segar. Pencucian dengan air sangat
diperlukan dalam pembuatan kamaboko karena dapat menunjang kemampuan dalam
pembentukan gel (ashi) dan mencegah denaturasi protein akibat pembekuan. Pencucian yang
berulang-ulang akan meningkatkan sifat hidrofilik daging ikan. Selama pencucian, daging
ikan dibersihkan dari darah, pigmen, lemak, lendir dan protein yang larut air. Dengan cara
ini warna dan bau daging menjadi lebih baik, disamping kandungan aktomiosinnya
meningkat, sehingga secara nyata dapat memperbaiki sifat elastisitas produk yang
dihasilkan.
Sebelum dilakukan penggilingan, air yang berada di dalam daging ikan harus dibuang
terlebih dahulu dengan cara diperas atau disentrifugasi. Alat penggiling yang digunakan
8|Page
sebaiknya tipe penggiling dingin, agar dapat mempertahankan mutu (mencegah denaturasi
akibat panas penggilingan). Selama penggilingan ditambahkan krioprotektan (bahan anti
denaturasi protein terhadap pembekuan) berupa gula (sukrosa, dekstorsa, atau sorbitol) dan
bahan pengikat (pati).
b. Surimi
Surimi atau daging ikan lumat sampai saat ini merupakan produk hasil olahan ikan yang
masih asing di Indonesia, dan bahkan sangat sukar untuk mendapatkannya di pasaran. Tetapi
di Negara asalnya, yaitu di jepang surimi telah ratusan tahun dikenal dan sekarang telah
menjadi bagian industry perikanan yang cukup penting di jepang. Bahkan telah pula
berkembang di beberapa Negara seperti korea dan amerika serikat.
Surimi dibuat dari daging ikan giling yang telah diekstraksi dengan air dan diberi bahan
anti-denaturasi, lalu dibekukan. Surimi merupakan produk antara atau bahan-bahan baku
dasar dalam pembuatan kamaboko (produk gel ikan), sosis, fish nugget, ham ikan dan lainlain. Kamaboko dibuat dengan surimi dengan cara menambahkan pati kemudian dimasak
(dikukus) hingga terbentuk gel ikan (kue ikan). Keuntungan menggunakan surimi bila
dibandingkan dengan ikan segar dalam pembuatan kamaboko adalah dapat menjaga mutu
agar seragam dan mempercepat pengolahan.
Ada dua tipe surimi yang bisa diproduksi, yaitu surimi yang dibuat tanpa penambahan
garam (mu-en) dan surimi yang ditambah garam (ka-en). Pada prinsipnya ada empat tahap
proses dalam pembuatan surimi, yaitu (1) pencucian daging ikan, (2) penggilingan, (3)
pengemasan, (4) pembekuan.
c. Pati (tapioca)
Pati merupakan polisakarida hasil sintesis dari tanaman hijau melalui proses fotosintesis.
Pati memiliki bentuk kristal bergranula yang tidak larut dalam air pada temperatur ruangan
yang memiliki ukuran dan bentuk tergantung pada jenis tanamannya. Pati digunakan sebagai
pengental dan penstabil dalam makanan.
Tepung tapioka adalah tepung yang terbuat dari ubi kayu/singkong. Pembuatan
dilakukan dengan cara diparut, diperas, dicuci, diendapkan, diambil sari patinya, lalu
dijemur/keringkan. Sifat tepung kanji, apabila dicampur dengan air panas akan menjadi
liat/seperti lem
9|Page
d. Garam
Garam yang digunakan dalam pembuatan kamaboko adalah garam murni. Garam murni
biasanya berwarna putih bersih. Garam ini mengandung natrium klorida (NaCl) yang cukup
tinggi yaitu 95 %.
e. Bumbu-bumbu
Bahan lain yang digunakan dalam pembuatan kamaboko yaitu gula, putih relur dan
MSG. Gula yang digunakan biasanya sukrosa untuk menimbulkan rasa manis dan
menghambat denaturasi protein aktomiosin karena meningkatkan tegangan permukaan air.
Putih telur digunakan untuk memperbaiki penampakan produk sedangkan MSG untuk
meningkatkan cita rasa.
10 | P a g e
BAB IV
PROSES PENGOLAHAN
ikan
didinginkan
sebagai
sumber
protein
aktomiosin
(myofibril).
Pembentukan gel kamaboko (ashi) terutama dipengaruhi oleh besarnya kandungan protein
aktomiosin pada daging ikan dan besarnya protein yang dapat dilarutkan. Selama
penanganan, penggilingan dan pembentukan emulsi aktomiosin tidak boleh mengalami
denaturasi. Oleh karena itu selama proses tersebut suhu daging dipertahankan dibawah 150 C.
Pencucian daging ikan dilakukan untuk memisahkan kotoran, lemak, darah, lender,
protein larut air dan komponen flavor. Pencucian harus dilakukan
berkali-kali dengan
menggunakan air dingin (air es) dalam jumlah banyak. Untuk menghindari pengembangan
daging ikan karena menyerap air, maka sebaiknya digunakan air pencuci dengan pH 6-7 dan
pada pencucian terakhir digunakan larutan NaCl 0,01 0,3 persen.
Pada pembuatan adonan (emulsi) ditambahkan garam dapur, pati dan bumbu-bumbu.
Garam ditambahkan pertama kali dan digunakan untuk mengekstrak protein aktomiosin
sehingga terbentuk pasta sol aktomiosin. Selain itu garam juga digunakan sebagai bumbu
untuk menambahkan cita rasa asin. Garam dapur yang digunakan sekitar 2,5-3 persen.
Penggunaan garam yang terlalu banyak sekali menimbulkan rasa asin yang berlebihan juga
menyebabkan denaturasi protein. Penggunaan garam yang terlalu sedikit menyebabkan
tekstur produk kamaboko yang dihasilkan kurang baik karena ekstraksi protein aktomiosin
kurang sempurna.
Pati ditambahkan untuk memperbaiki adonan, meningkatkan daya ikat air,
memperkecil penyusutan dan memperbaiki tekstur. Penggunaan pati berkisar antara 0-3
persen.
Bahan lain yang digunakan dalam pembuatan kamaboko yaitu gula, putih relur dan
MSG. Gula yang digunakan biasanya sukrosa untuk menimbulkan rasa manis dan
menghambat denaturasi protein aktomiosin karena meningkatkan tegangan permukaan air.
Putih telur digunakan untuk memperbaiki penampakan produk sedangkan MSG untuk
meningkatkan cita rasa.
Pencetakan
segera
dilakukan untuk
terbentuknya gel suwari. Adonan yang sudah membentuk gel akan sulit dicetak.
11 | P a g e
menghindari
12 | P a g e
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?newwindow=1&biw=1366&bih=624&tbm=isch&sa=1&q=c
hikuwa&oq=chikuwa&gs_l=img.3..0l2j0i24l7.342214.343873.0.345267.7.6.0.1.1.0.253.735.
2j1j2.5.0.msedr...0...1c.1.58.img..1.6.739.b_RmS-bF-YM
https://www.google.com/search?q=kamaboko&newwindow=1&source=lnms&tbm=isch&sa
=X&ei=ciqEVJiYBNO1uQSFtIDgDA&ved=0CAgQ_AUoAQ&biw=1366&bih=624
13 | P a g e