MEREK “X”
LAPORAN PKT
ANALISIS MUTU TERASI UDANG DALAM KEMASAN MEREK “X”
Mengetahui, Disetujui,
Kepala Laboratorium, Pembimbing Sekolah,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, Laporan PKT ini dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya dan tidak lepas dari bantuan maupun kerja sama dengan pihak lain.
Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada yang terhormat:
1 Dwika Riandari, M.Si., selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan SMAK
Bogor.
2 Dra. Leila Nuryati, M.Pd., selaku Pembimbing Sekolah yang telah banyak
memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan
Laporan PKT.
3 Seluruh staf pendidik dan tenaga kependidikan Sekolah Menengah Kejuruan
SMAK Bogor yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses
penyusunan Laporan PKT.
4 Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat
disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Laporan
PKT.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak
menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa dan Laporan PKT ini menjadi informasi bermanfaat bagi
pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.
Tim Penyusun,
(PKT-28)
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Laporan 2
D. Manfaat Laporan 2
A. Analisis 3
B. Mutu 5
C. Terasi Udang 5
A. Uji 8
1. Uji Oraganoleptik 8
2. Analisis Kimia 9
3.1 E.coli 14
iii
3.2 Salmonella sp. 15
B. Pelaksana 16
C. Tempat Pelaksanaan 16
A. Hasil 26
B. Pembahasan 26
A. Kesimpulan 29
B. Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 3 Data Hasil Penetapan Kadar Abu Tak Larut Dalam Asam 32
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 2016, terasi udang adalah produk
olahan hasil perikanan dengan bahan baku udang rebon atau udang segar atau
kering atau campurannya yang difermentasi. Terasi adalah produk fermentasi
udang atau udang rebon, tahapan proses pembuatan terasi meliputi penjemuran,
penggilingan atau penumbukan serta penambahan garam yang kemudian
dilanjutkan dengan fermentasi (Afrianto dan Liviawaty, 1989).
Penggunaan terasi sebagai bahan tambahan makanan di Indonesia cukup
tinggi, sehingga banyak sekali makanan di Indonesia yang memanfaatkan terasi
sebagai bahan penyedap, penguat aroma, dan penambah cita rasa dalam
makanan tersebut. Namun dalam proses produksi terasi masih banyak produsen
yang menggunakan metode tradisional, mengingat proses tradisional yang
melibatkan orang dalam pembuatan tanpa melakukan sanitasi yang baik. Maka
dari itu standar kualitas, kandungan maupun nilai sensori dari terasi akan berbeda-
beda, baik itu layak ataupun kurang layak. Penanganan dan pengolahan yang
kurang sempurna dapat menimbulkan kontaminasi yang merupakan suatu
pencemaran bahan pangan (Rosida dan Farida Yanti, 2013).
Peningkatan permintaan terasi ini pun perlu pengawasan yang baik dan juga
melihat metode pembuatan yang masih tradisional, perlu dipertanyakan mengenai
kualitas dan kehigienisan dari terasi. Terutama agar produk terasi tersebut layak
dikonsumsi oleh masyarakat. Untuk mengetahui kualitas terasi di pasaran maka
1
dilakukan analisis yang hasilnya dibandingkan dengan SNI 2716:2016 tentang
terasi udang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang, diperoleh beberapa rumusan
masalah sebagai berikut,
1. Bagaimana hasil analisis mutu produk terasi udang dalam kemasan merek “X”
dibandingkan dengan standar SNI 2716:2016?
2. Bagaimana kelayakan terasi udang dalam kemasan merek “X” yang beredar
dibandingkan dengan dengan standar SNI 2716:2016?
3. Apa saja parameter dan metode analisis yang diperlukan untuk menguji mutu
terasi udang sesuai dengan standar?
C. Tujuan Laporan
Adapun tujuan laporan dalam laporan ini berdasarkan rumusan masalah yang
ada adalah sebagai berikut,
1. Mengetahui hasil analisis mutu terasi udang dalam kemasan merek “X” yang
dibandingkan dengan standar SNI 2716:2016.
2. Mengetahui kelayakan terasi udang dalam kemasan merek “X” yang beredar
dibandingkan dengan standar SNI 2716:2016.
3. Mengetahui parameter dan metode analisis yang diperlukan untuk menguji
mutu terasi udang dalam kemasan.
D. Manfaat Laporan
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan laporan ini adalah
sebagai berikut,
1. Menambah pengetahuan dan wawasan, serta mengaplikasikan dan
mensosialisasikan ilmu yang sudah diperoleh.
2. Dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan ilmu, bagi peneliti selanjutnya
untuk menguji analisis total terhadap mutu terasi udang dalam kemasan.
3. Menjadi pedoman untuk melaksanakan kegiatan motivasi dan disiplin kerja
yang baik dan benar sesuai dengan instruksi kerja dan kebutuhan sehingga
dapat meningkatkan kinerja yang baik.
2
4. Memberikan informasi ilmiah mengenai mutu produk terasi udang sehingga
dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam memilah terasi
udang yang baik untuk dikonsumsi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Analisis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab), duduk perkaranya, dan
sebagainya). Menurut Komaruddin (2001), secara umum analisis adalah kegiatan
berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat
mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi
masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu.
Analisis kimia adalah studi pemisahan, identifikasi, dan kuantifikasi komponen
kimia dalam bahan alam maupun buatan. Meskipun kimia analisis modern
didominasi oleh instrumen-instrumen canggih, namun akar dari kimia analisis dan
prinsip-prinsip yang digunakan pada instrumen-instrumen tersebut berasal dari
teknik tradisional yang masih banyak digunakan sampai sekarang. Teknik-teknik
ini juga menjadi dasar bagi kebanyakan laboratorium pendidikan kimia analisis.
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif untuk menentukan ada atau tidaknya sebuah senyawa,
tetapi tidak massa atau konsentrasinya. Pada analisis terasi udang yang
merupakan analisis kualitatif adalah analisis secara mikrobiologi keberadaan
Salmonella sp dan Escherichia coli.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
banyaknya kadar suatu senyawa dalam produk.
a. Analisis Gravimetri:
Analisis gravimetri menentukan massa dari suatu analit dengan
menimbang sampel sebelum dan/atau setelah mengalami beberapa
perubahan. Pada analisis mutu terasi udang dilakukan pada analisis
kadar air dan kadar abu tak larut dalam air.
b. Analisis Volumetri:
4
Pada titrasi terdapat penambahan reaktan ke larutan yang sedang
dianalisis sampai titik ekivalen tercapai. Pada analisis mutu terasi udang
dilakukan pada analisis kadar protein dan garam.
B. Mutu
Mutu atau dalam Bahasa Inggris disebut quality adalah conformance to
requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan. Suatu produk memiliki mutu
apabila sesuai dengan yang standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan,
standar mutu tersebut meliputi bahan baku, proses produksi, dan produksi jadi.
Pada hakikatnya beberapa pengertian mutu tersebut adalah sama dan
memiliki elemen-elemen sebagai berikut: pertama, meliputi usaha memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan. Kedua, mencakup produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungan. Ketiga, merupakan kondisi yang selalu berubah. Berdasarkan
elemen-elemen tersebut maka mutu dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi
yang selalu berubah yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungan yang memenuhi harapan pelanggan.
C. Terasi Udang
Terasi adalah salah satu produk perikanan yang berbahan dasar utama udang
rebon dan juga ikan yang melalui proses fermentasi (Karim, 2014). Menurut BSN
(2016) terasi adalah suatu jenis bahan penyedap makanan yang berbau khas,
hasil fermentasi udang atau ikan atau campuran keduanya dengan garam, dengan
atau tanpa bahan tambahan lain yang diijinkan. Terasi umumnya berbentuk padat,
teksturnya agak kasar, dan mempunyai kekhasan berupa aroma yang tajam
namun rasanya sangat gurih. Terasi yang bermutu baik biasanya berwarna coklat
gelap, berbau khas terasi, tidak berbau tengik, tidak mengandung kotoran seperti
pasir, sisa-sisa ikan atau udang (Angkat, 2013).
5
D. Mutu dan Keamanan Produk Terasi
Syarat bahan baku terasi udang Berdasarkan SNI 2716:2016, terasi udang
adalah produk olahan hasil perikanan dengan menggunakan bahan baku rebon
atau udang segar, kering atau campurannya yang mengalami perlakuan
fermentasi. Pembuatan terasi udang ini meliputi adanya perlakuan penggaraman,
pengeringan, penggilingan, dan fermentasi. Syarat bahan baku pembuatan terasi
udang ini harus diolah dari rebon atau udang lainnya, segar atau kering yang layak
dikonsumsi oleh manusia. Menurut Mamuaja (2016), bahan baku pembuatan
terasi udang tidak boleh berasal dari perairan yang tercemar. Bahan penolong
yang digunakan pada proses pembuatan terasi udang yakni air yang dipakai
sebagai bahan penolong untuk kegiatan di unit pengolahan memenuhi ketentuan
yang berlaku. Bahan pangan lain yang digunakan seperti garam dan bahan
tambah pangan (BTP) juga harus memenuhi standar (food grade) dan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Peralatan yang digunakan untuk membuat terasi udang adalah alat
penggiling, alat pengering, bak/ember plastik, keranjang plastik, meja proses,
pengaduk, dan timbangan. Persyaratan untuk peralatan dan perlengkapan yang
digunakan dalam penanganan terasi udang adalah tidak mengelupas, tidak
berkarat, tidak merupakan pencemaran jasad renik, tidak retak dan mudah
dibersihkan. Semua peralatan dalam keadaan bersih sebelum, selama, dan
sesudah digunakan. Sedangkan bahan baku udang segar yang digunakan secara
organoleptik harus memenuhi kelayakan untuk spesifikasi mutu penampakan, bau
dan tekstur.
6
amonia serta mematikan mikroorganisme yang ada dalam terasi sehingga akan
meningkatkan higienitas pada terasi (Ekawati, 2017). Penggaraman atau
fermentasi sangat menentukan aroma, cita rasa terasi yang dihasilkan. Selama
fermentasi mikroba mampu mengadakan transformasi senyawa-senyawa kimia,
sehingga dihasilkan senyawa turunannya yang bersifat volatile, senyawa volatil
adalah senyawa organik kompleks yang mudah menguap pada suhu kamar. Bau
yang tercium memiliki ciri khas yang merupakan hasil fermentasi dari asam laktat
(Kaurong et al., 2018).
Dengan mengurangi kadar airnya, bahan pangan akan mengandung
senyawa-senyawa seperti karbohidrat, protein dan mineral dalam konsentrasi
yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena menurun atau bertambahnya
komponen lain seperti air, abu, lemak dan protein, sehingga dengan semakin
naiknya nilai kadar air, abu, protein dan lemak dari terasi dengan formulasi udang
rebon dan ikan rucah yang dihasilkan maka kadar karbohidratnya semakin
menurun (Ukhty et al., 2017). Alat-alat yang digunakan dalam industri pengolahan
pangan sering terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli yang berasal dari air
yang digunakan untuk mencuci. Kontaminasi bakteri ini pada makanan atau alat-
alat pengolahan merupakan suatu tanda praktek sanitasi yang kurang baik (Rosida
dan Farida Yanti, 2013).
7
BAB III
METODE ANALISIS
A. Uji
Pengujian dilakukan secara langsung di Laboratorium. Data yang ditampilkan
merupakan hasil analisis praktikum kelompok PKT-28 di Laboratorium PKT-2
SMK-SMAK Bogor. Berikut ini merupakan parameter Analisis Mutu Terasi Udang
Dalam Kemasan Merek “X”, berdasarkan SNI 2716:2016 tentang Terasi Udang.
Sebagai berikut :
Tabel 3.1 Parameter analisis berdasarkan SNI 2716:2016 tentang terasi udang
1. Analisis Organoleptik
Pada analisis ini organoleptik ini meliputi atribut sensori yang termasuk
kenampakan, bau, dan tekstur. Memiliki dasar yang diperoleh dari SNI 2346:2015,
yaitu satu atau beberapa sampel disajikan secara bersamaan kepada panelis yang
biasa mengkonsumsi produk yang diuji dan dinilai berdasarkan nilai mutu
menggunakan skor 1-9 untuk masing-masing atribut sensori.
Cara kerja:
1. Pengambilan dan penanganan contoh selama dalam perjalanan harus tetap
menjaga sifat sensori contoh sehingga tidak rusak.
2. Penyajian contoh mewakili produk yang akan diuji baik bentuk maupun
ukuran.
8
3. Penyajian contoh dalam wadah yang sama baik ukuran, bentuk maupun
bahan. disajikan secara bersamaan.
4. Pengujian contoh yang diuji pada suhu tertentu disiapkan sedemikian rupa
sehingga suhu produk tidak berubah pada saat pengujian berlangsung.
5. Pengkodean terhadap contoh yang disajikan menggunakan angka untuk
menghilangkan dugaan oleh panelis terhadap mutu produk yang akan diuji.
Angka yang digunakan terdiri dari tiga digit dan diambil secara acak.
Untuk memperoleh data akhir digunakan rumus sebagai berikut:
∑ 𝐷𝑎𝑡𝑎
Nilai uji =
∑ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙𝑖𝑠
2. Analisis Kimia
Reaksi:
Cara Kerja:
9
6. Pindahkan cawan dengan menggunakan alat penjepit ke dalam desikator
selama ± 30 menit.
7. Kemudian ditimbang dan dilakukan proses pengerjaan hingga didapatkan
bobot tetap.
8. Lakukan pengujian minimal duplo (dua kali).
Untuk memperoleh data akhir digunakan rumus sebagai berikut :
Reaksi:
Cara Kerja:
10
7. Bila abu belum putih harus dilakukan pengabuan kembali.
8. Basahi abu (lembabkan) dengan aquades secara perlahan, keringkan pada
hot plate dan abukan kembali pada suhu 5500C sampai berat konstan.
9. Didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang hingga diperoleh
berat konstan (b gram).
10. Larutkan abu hasil penetapan kadar abu dengan penambahan 25 mL HCl
10% dan didihkan selama 5 menit.
11. Saring larutan dengan kertas saring tak berabu Whatman 41 dan cuci dengan
air suling hingga bebas klorida atau bebas asam.
12. Teteskan buangan ke kertas pH jika nilai pH 7 berarti sudah bebas asam.
13. Keringkan kertas saring yang berisi abu tak larut dalam asam kedalam oven.
14. Timbang bobot cawan kosong (a gram).
15. Dimasukkan kertas saring kering yang berisi abu tak larut asam.
16. Cawan dipanaskan secara bertahap dengan menggunakan teklu selama 5-10
menit lalu dilanjutkan dengan meker selama 5 menit kemudian dimasukkan
ke dalam tanur dan dipertahankan pada suhu (550±5)0C selama 16-24 jam.
17. Didinginkan dalam desikator selama 30 menit sampai mencapai suhu ruang.
18. Timbang bobot cawan dan abu
Untuk memperoleh data akhir digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
Bobot abu tak larut dalam asam: Bobot penimbangan akhir – bobot cawan
(kosong).
11
Reaksi:
Cara Kerja:
12
2.4 Kadar Protein
Dasar dari analisis ini, yaitu senyawa nitrogen dilepaskan dari jaringan daging
melalui destruksi menggunakan asam sulfat pekat dengan bantuan panas pada
suhu 410ºC selama ± 2 jam (sampai diperoleh larutan jernih) dimana senyawa
nitrogen terikat oleh sulfat membentuk ammonium sulfat. Selanjutnya ammonium
sulfat diubah menjadi garam basa NH4OH dengan penambahan NaOH. NH4OH
didestilasi menggunakan panas uap untuk memisahkan senyawa amoniak.
Amoniak ditangkap oleh asam borat membentuk amonium borat dan selanjutnya
dilakukan titrasi dengan asam klorida. Penetapan jumlah nitrogen dihitung secara
stoikiometri dan kadar protein diperoleh dengan mengalikan jumlah nitrogen
dengan faktor konversi.
Reaksi:
Penampung H3BO3
NH3+ H3BO3🡪 NH4H2BO3
NH4H2BO3 + HCl 🡪 NH4Cl + H3BO3
Cara Kerja:
1. Di timbang sebanyak 2 gram sampel dan 2 gram katalis campuran selen
diatas kertas minyak.
2. Sampel, katalis dan kertas minyak dimasukkan ke tabung sampel
3. Ditambahkan 15 mL H2SO4 pekat
4. Didestruksi dengan menggunakan alat speed digester
5. Hasil destruksi dimasukan ke dalam labu ukur, diencerkan,dihimpitkan, dan
dihomogenkan menggunakan aquadest
6. Pipet 10 mL, masukan dalam tabung
7. Didestilasi dan dititrasi menggunakan alat kjelmaster k-375
8. Catat hasil pengukuran
9. Dilakukan pengerjaan blanko.
Untuk memperoleh data akhir digunakan rumus sebagai berikut :
13
(𝑉𝑝−𝑉𝑏)𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐴𝑟 𝑁 𝑥 𝐹𝑘
%Protein = 𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
x 100%
Cara kerja:
14
mL dari pengenceran 10-2 dimasukkan ke dalam 3 tabung ulir yang berisi
BGBB steril yang berlabel 10-2.
10. Dipipet 1 mL contoh dari tabung pengenceran 10-2 kedalam tabung
pengenceran 10-3, lalu dihomogenkan, kemudian dipipet masing-masing 1
mL dari pengenceran 10-3 dimasukkan ke dalam 3 tabung ulir yang berisi
BGBB steril yang berlabel 10-3.
11. Cawan petri yang sudah berisi 1 mL contoh pengenceran 10-1 ditambahkan
media MCA sebanyak 15 mL.
12. Dipipet 1 mL suspensi bakteri ke dalam tabung ulir yang berisi BGBB steril
(Uji Efektivitas).
13. Semua tabung ulir berdurham dimasukkan ke dalam piala gelas beralas
koran.
14. Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
15. Diamati pertumbuhan bakteri pada media MCA.
16. Dihitung jumlah tabung yang keruh dan atau bergas pada masing-masing
pengenceran kemudian dihitung dengan menggunakan bantuan tabel indeks
APM.
Cara kerja:
15
7. Dihomogenkan dan ditunggu hingga beku.
8. Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
9. Diamati pertumbuhan bakteri pada media BGA dan LIA.
B. Pelaksana
Pelaksanaan analisis yang berjudul Analisis Mutu Terasi Udang dalam
Kemasan Merek “X”, dilakukan oleh kelompok PKT 28 yaitu siswa-siswi SMK-
SMAK Bogor yang terdiri atas:
Ketua :
Marlin Hermansa Silalahi
Anggota :
1. Fadhillah Muthia Zahrah
2. Irfa Aldina Musfiroh
3. Tiara Aura Widjaja
C. Tempat Pelaksanaan
Analisis Mutu Terasi Udang Dalam Kemasan Merek “X” yang dilakukan oleh
Kelompok PKT-28 dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor,
dengan menggunakan fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
1. Laboratorium Praktek Kimia Terpadu (PKT-2).
2. Laboratorium Mikrobiologi.
16
Penentuan
Judul dan
Pembuatan ppt
produk
5 Agustus
2021
Pengumuman
Pembimbing
PKT
6 Agustus
2021
Verifikasi Judul
Oleh
Pembimbing
6 Agustus
2021
Pengajuan
Lembar
Persetujuan
10 Agustus
2021
Pengumpulan
Judul
4-18 agustus
2021
Pengumpulan
PPT
Pembuatan
Produk
12 Agustus
2021
Zoom
Pembimbing
Teori
13 Agustus
2021
Penyusunan
Proposal
15-30 Agustus
2021
Pengumpulan
Proposal
30 Agustus
2021
Pelaksanaan
Praktik PKT-2
20 Sept –
Oktober 2021
17
Pengumpulan
Makalah
Seminar
10 November
2021
Pelaksanaan
Seminar PKT-
2
15-19
November
2021
Penyusunan
Laporan PKT-2
20 Nov –
Desember
2021
Pengumpulan
Laporan PKT-2
22 Desember
2021
Pengumpulan
Jurnal
Kegiatan PKT-
2
22 Desember
2021
Keterangan warna:
Hijau : Sudah dilaksanakan
Kuning : Sedang dilaksanakan
Merah : Belum dilaksanakan
Penetapan
Nama uji Nama Alat Ukuran Keterangan
Analisis
Sesuai
Bau Piring banyak
Uji panelis
Organoleptik Sesuai
Kenampakan Piring banyak
panelis
18
Sesuai
Tekstur Piring banyak
panelis
Gegep 1 buah
Cawan
2 buah
porselin
Desikator 1 buah
Oven 1 buah
Sudip 1 buah
Pembakar
2 buah
teklu
Kadar abu tak
larut dalam Segitiga
2 buah
asam porselin
Pembakar
2 buah
meker
cutter 1 buah
Tanur 1 buah
25 mL 1 buah
Pipet volume
10 mL 1 buah
Sudip 1 buah
19
Gelas ukur 2 buah
Hotplate 1 buah
Labu semprot
-
kaca
Buret 1 buah
Statif 1 buah
Cutter 1 buah
Desikator 1 buah
Sudip 1 buah
Gegep 1 buah
Neraca
Kadar air 1 buah
analitik
Oven 1 buah
Cawan
2 buah
tertutup
mortar 1 buah
20
kjelmaster
tabung
sampel 3 buah
15 mL 1 buah
Pipet
volumetrik
10 mL 1 buah
Alat speed
1 buah
digester
Alat
kjelmaster k- 1 buah
375
Corong 1 buah
Baki 1 buah
Statif -
Labu semprot
1 buah
plastik
Set alat
-
destilasi
Perhitungan Pembakar
4 buah
Uji jumlah spirtus
Mikrobiologi Escherichia
coli cara APM Pipet serologi 10 mL 2 buah
21
1 mL 2 buah
Tabung ulir
24 buah
berdurham
Inkubator 1 buah
Erlenmeyer +
250 mL 3 buah
sumbat
Autoklaf 1 buah
Tabung
6 buah
reaksi
Rak tabung
2 buah
reaksi
Baki 2 buah
Bak
1 buah
desinfektan
Bulp 2 buah
Baki 2 buah
Erlenmeyer +
250 mL 4 buah
sumbat
Pembakar
4 buah
spirtus
22
Bulp 2 buah
Autoklaf 1 buah
Inkubator 1 buah
Oven 1 buah
● Bahan
Penetapan
Nama Uji Nama Bahan Kebutuhan
Analisis
Kertas pH
Larutan NaCl
100 mL
jenuh
HNO3 pekat
50 mL
(65%)
23
NH4CNS 0,1 N 50 mL
Indikator Fe3+ 5 mL
NaCl 40 gram
Indikator K2CrO4 5 mL
Katalis campuran
7 gram
selen
H3BO3 4% 150 mL
Indikator
-
BCG:MM
H2SO4(95-97%) 50 mL
HCl 0,2N 10 mL
Aquadest 700 mL
Na2B4O7.10H2O 2 gram
Indikator SM 3 mL
Indikator PP -
24
Jumlah Alkohol 70% 20 mL
Escherichia Coli
(metode APM)
Media BGBB
12 gram
(40g/L)
Media MCA
4 gram
(52g/L)
Koran -
Desinfektan -
Alkohol 70% 20 mL
Media BGA
4 gram
(50g/L)
Koran -
Desinfektan -
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas hasil analisis mutu untuk sampel terasi udang dalam
kemasan merek “X” yang akan dibandingkan dengan SNI 2716:2016 tentang terasi
udang.
A. Hasil
Berikut ini merupakan hasil Analisis Mutu Terasi Udang Dalam Kemasan
Merek “X” sesuai dengan SNI 2716:2016 tentang terasi udang.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Mutu Terasi Udang Dalam Kemasan Merek “X” dengan
regulasi acuan SNI 2716:2016
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan Hasil Keterangan
1 Organoleptik
6 Cemaran
Mikroba
B. Pembahasan
Hasil Analisis Mutu Terasi Udang Dalam Kemasan Merek “X” dibandingkan
dengan standar yaitu SNI 2716:2016 tentang Terasi Udang untuk mengetahui
kualitas terasi udang dalam kemasan tersebut. Parameter yang diujikan yaitu uji
sensori (visual), uji kimia, dan uji mikrobiologi. Data yang ditampilkan merupakan
26
hasil analisis praktikum kelompok PKT-28 di Laboratorium PKT-2 SMK-SMAK
Bogor.
Pada uji sensori yaitu kenampakan, bau dan tekstur, yang dilakukan
dengan cara survei kepada panelis didapatkan hasil yang sesuai dengan standar
yaitu > 7. Hasil ini menandakan bahwa terasi udang yang diuji sudah memenuhi
standar secara fisik.
Uji kimia dilakukan dengan beberapa parameter, yaitu kadar air, kadar abu
tak larut dalam asam, kadar garam dan kadar protein. Beberapa parameter
tersebut telah memenuhi standar, yaitu dengan hasil kadar air sebesar 24,05%,
kadar garam sebesar 14,04%, kadar abu tak larut dalam asam sebesar 0,25%,
namun terdapat satu parameter yang tidak memenuhi standar yaitu kadar protein
dengan hasil 12,3%, hasil tersebut tidak memenuhi standar yaitu minimal 15%.
Menurut Penelitian Efi, Ratnawaty, dan Lahming (2021), menyatakan bahwa
perlakuan lama fermentasi dan perbedaan suhu pengeringan memberikan
pengaruh terhadap nilai kadar air, kadar protein, dan juga berpengaruh terhadap
organoleptik yang meliputi warna, aroma, dan rasa pada terasi yang dihasilkan.
Adapun perlakuan terbaik yang dihasilkan pada penelitian itu terdapat pada lama
fermentasi 28 hari dengan suhu 700C merupakan perlakuan yang memiliki kadar
protein paling tinggi.
Uji mikrobiologi yang dilakukan yaitu Escherichia coli dan Salmonella sp.
Sampel untuk uji mikrobiologi dipisahkan terlebih dahulu ke dalam wadah tertutup
agar tidak terkontaminasi. Uji mikrobiologi harus dilakukan dengan steril mulai dari
area kerja, alat yang digunakan, serta penguji yang harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) yang lengkap agar tidak membawa kontaminan pada saat
pengujian.
Uji Escherichia coli menghasilkan < 3 APM/gram yang sesuai dengan
standar. Pertumbuhan mikroba pada makanan dapat disebabkan oleh zat-zat gizi
untuk pertumbuhan mikroba seperti karbohidrat dan nitrogen serta adanya
penggunaan pengawet dalam sediaan sampel. Menurut Muchtadi dan Betty
(1980), faktor abiotik merupakan faktor fisik dan kimia yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba seperti suhu, pH dan oksigen.
Hasil uji Salmonella sp yaitu negatif, menunjukkan bahwa tidak ada
pertumbuhan bakteri Salmonella sp dalam sampel. Uji positif dari Salmonella sp
yaitu apabila di dalam tabung terdapat perubahan kekeruhan yang merupakan
27
pengaruh aktivitas bakteri Salmonella sp. Uji positif juga menunjukkan adanya gas
yang merupakan hasil respirasi bakteri Salmonella sp.
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil analisis mutu terasi udang dalam kemasan merek
“X” yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan SNI 2716:2016, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat satu parameter yang tidak memenuhi standar uji,
yaitu kadar protein dengan hasil 12,3%. Hasil tersebut tidak memenuhi standar
yaitu minimal 15%. Sedangkan untuk parameter-parameter lainnya telah
memenuhi standar.
B. Saran
Disarankan dalam proses produksinya, produsen diharapkan lebih
memperhatikan setiap tahapan produksi dan memastikan bahan baku yang
digunakan memiliki kualitas yang baik sehingga terasi yang diperoleh sesuai
dengan SNI 2716:2016.
29
DAFTAR PUSTAKA
Angkat, I.F., Nurmaini, Hasan, W. (2013). Analisa Kandungan Timbal (Pb) Pada
Terasi Bermerek Dan Terasi Hasil Olahan Industri Rumah Tangga Yang
Dijual di Beberapa Pasar Tradisional Di Kota Medan Tahun 2013.
Efi, W., Ratnawaty, F., Lahming. (2021). Pengaruh Lama Fermentasi dan
Perbedaan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Terasi Bubuk Udang Rebon
(Acetes sp.). Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 7(2), 167-176, doi:
https://doi.org/10.26858/jptp.v7i2.14054.
Rosida dan Faridayanti. 2013. Kontaminasi Mikroba Pada Terasi Yang Beredar di
Pasar Wilayah Surabaya Timur. Jurnal Rekapangan. 7(1) : 67-75.
Ukhty. N., A. Rozi dan A. Sartiwi. 2017. Chemical Quality Of Terasi With Different
Formulations Of Rebon (Acetes sp.) And By Catc. Jurnal Perikanan Tropis.
4(2) : 166-176.
30
LAMPIRAN 1.
Jenis Pengujian
Panelis
Kenampakan Bau Tekstur
Bagas 9 9 9
Akbar 9 9 9
Amel 7 7 7
Aldi 9 9 9
Yusman 9 7 9
Aura 9 7 7
Reifa 9 9 9
Irza 9 9 9
Irzi 9 9 9
Viki 9 9 9
Rata-rata 8,8 8,4 8,6
LAMPIRAN 2.
Bobot Bobot
Bobot K.T. Bobot K.T +
Sampel Pemanasan
Kosong (gram) Sampel (gram)
(gram) (gram)
Simplo 2,0120 26,5800 28,5920 28,1079
28,1098
28,1096
2,0067 27,3817 29,3884 28,9043
Duplo 28,9049
28,9045
31
LAMPIRAN 3.
Bobot
Bobot C.P. Bobot C.P + Bobot Pemijaran
Sampel
Kosong (gram) Sampel (gram) (gram)
Simplo (gram)
2,0051 26,5406 28,5457 26,5458
26,5456
2,0842 22,4403 24,5245 22,4457
Duplo 22,4453
LAMPIRAN 4.
32
LAMPIRAN 5.
Simplo 3,081 10
H3BO3 HCl
Duplo 3,129 10
Blanko 0,235 10
33
LAMPIRAN 6.
Inkubasi
Pengujian Jenis Pengujian Media Hasil Warna koloni
Suhu Waktu
Pengenceran
Pengujian Perlakuan Blanko
10-1 10-2 10-3
Simplo - - -
Duplo - - -
Simplo -
Triplo - - -
Simplo - - -
Duplo - - -
Duplo -
Triplo - - -
34
Lampiran 7.
35
36