Anda di halaman 1dari 37

PKP Pangandaran

Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

PROSES PEMBUATAN GARAM KROSOK DI TUNNEL


KELOMPOK USAHA GARAM
PEMBENIHAN RAKYAT
IKAN NILA KEBUMEN
(Oreochromis niloticus) PADA
KOLAM SEMI INTENSIF DI FARM ERNAWATI GALUNGGUNG,
TASIKMALAYA

Laporan Praktik Kerja Lapangan I

Laporan Praktik Kerja Lapang 1


Dimas Nugraha
NIT. 19.7.08.059

Neng Ifah Syaripah


NIT. 19.3.08.020

Dosen Pembimbing:
Kennedi Sembiring, S.Kel, M.Sc
Dinno Sudinno, S.Pi, M.T
Dosen Pembimbing:
Muhammad Akbarurrasyid, S.Kel., M.P
Atiek Pietoyo, S.ST., M.P

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN


POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN PANGANDARAN
2021
PROGRAM STUDI BUDIDAYA IKAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN PANGANDARAN
2020
PKP Pangandaran
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

PROSES PEMBUATAN GARAM KROSOK DI TUNNEL


KELOMPOK USAHA GARAM RAKYAT KEBUMEN

Laporan Praktik Kerja Lapangan I

Dimas Nugraha
NIT. 19.7.08.059

Dosen Pembimbing:
Kennedi Sembiring, S.Kel, M.Sc
Dinno Sudinno, S.Pi, M.T

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN


POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN PANGANDARAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Proses Pembuatan Garam Krosok di Tunnel Kelompok Usaha
Garam Rakyat Kebumen
Nama : Dimas Nugraha (19.7.08.059)

i
Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Kennedi Sembiring , S.Kel, M.Sc Dinno Sudinno, S.Pi, M.T


NIP. 19831119 201212 1 001 NIP. 19661016199903 1 001

Mengetahui
Ketua Program Studi

Tanggal Pengesahan :

Yuni Ari Wibowo, S.T., M.T


NIP. 19920619 201801 1 003

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Lapangan I yang berjudul “Proses Pembuatan Garam
Krosok di Tunnel Kelompok Usaha Garam Rakyat Kebumen”. Penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang mendukung dalam
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan I ini kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Bapak DH. Guntur Prabowo, A.Pi., M.M selaku Direktur Politeknik KP
Pangandaran
3. Bapak Yuni Ari Wibowo, S.T, M.T selaku Ketua Program Studi Teknologi
Kelautan
4. Bapak Kennedi Sembiring, S.Kel, M.Sc selaku Dosen Pembimbing I
Praktik Kerja Lapangan
5. Bapak Dinno Sudinno, S.pi, M.T selaku Dosen Pembimbing II Praktik
Kerja Lapangan
6. Pihak-pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, dalam
penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapang ini.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Pangandaran, Juni 2021

Dimas Nugraha
NIT: 19.7.08.059

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN I
KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
DAFTAR TABEL 1
DAFTAR GAMBAR 2
DAFTAR LAMPIRAN 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2 Tujuan 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Pengertian Garam 6
2.2. Sejarah Garam 6
2.3. Karakteristik Bahan 7
2.4. Sumber Pembuatan Garam 7
2.5. Tunnel Garam 7
2.6. Penguapan Garam 8
2.7. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Garam 9
2.8. Panen 9
BAB III METODOLOGI 10
3.1. Waktu dan Tempat 10
3.2. Alat dan Bahan 10
3.2.1. Alat 10
3.2.2. Bahan 11
3.3. Tahapan Kegiatan 11
3.4. Metode Perolehan Data 12
3.4.1. Data Primer 12
3.4.2. Data Sekunder 13
3.5. Metode Pengolahan Data 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14
4.1. Persiapan Lahan 14

iv
4.2 Persiapan Air Laut 15
4.3 Pengelolaan Tunnel 20
4.4. Pemeliharaan Kolam Tunnel 21
4.4.1. Lumut 21
4.4.2. Perbaikan Tunnel 22
4.5 Panen 22
BAB V PENUTUP 25
5.1 Kesimpulan 25
5.2 Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 28

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat Dan Kegunaan 11


Tabel 2. Bahan Dan Kegunaan 11
Tabel 3. Data Panen 24

1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Garaam 6
Gambar 2. Tunnel Garam 8
Gambar 3. Lokasi Praktik Kerja Lapangan 10
Gambar 4. Diagram Tahapan Kegiatan 12
Gambar 5. Proses Pembersihan Plastik HDPE 14
Gambar 6. Pengecekan Mesin Pompa Air 15
Gambar 7. Pengecekan Pipa 16
Gambar 8. Pengecekan Kolam Tandon 16
Gambar 9. Alat Ukur Boume Meter 17
Gambar 10. Pengisian Air 17
Gambar 11. Keran 18
Gambar 12. Proses Penyaringan 19
Gambar 13. Grafik Pengecekan Be(º) 21
Gambar 14. Alat Serokan 22
Gambar 15. Pembersihan Lumut 22
Gambar 16. Proses Panen 24

2
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses Pembersihan Tunnel Pasca Panen 28


Lampiran 2. Pemindahan Garam ke Tunnel Tiris 28
Lampiran 3. Persiapan Sebelum Panen 28
Lampiran 4. Pengukuran Be 29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Secara umum, garam merujuk pada suatu senyawa kimia dengan nama
Sodium Klorida atau Natrium Klorida (NaCl). Garam merupakan salah satu
kebutuhan pelengkap untuk pangan dan sumber elektrolit bagi tubuh manusia
(Purbani, 2020).
Garam merupakan komoditas utama yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu untuk kebutuhan konsumsi,
bermanfaat untuk kebutuhan industri, kebutuhan pengawetan serta untuk
kebutuhan dibidang kosmetik. Ardiyanti (2016) mengatakan bahwa sebagai bahan
pangan yang mengandung unsur mineral yang dibutuhkan manusia yaitu iodium
dan NaCl, maka keberadaan garam mutlak diperlukan di tiap rumah tangga
masyarakat.
Seiring berjalannya waktu kebutuhan garam nasional semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Industri garam merupakan sektor strategis yang perlu
dikembangkan mengingat Indonesia masih mengimpor garam dari negara luar
meskipun memiliki potensi laut yang luas (Riyanti et al,. 2019). Garam
diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu garam iodisasi atau garam konsumsi dan
garam non-iodisasi atau garam industry (Taufik et al.,2016). Pengklasifikasian ini
didasarkan pada kandungan zat kimia yang diperlukan oleh masing-masing
pengguna. Ingot dan Lestari (2016) menjelaskan bahwa kriteria garam beryodium
yang dikonsumsikan rumah tangga adalah mengandung NaCl minimal 94% atas
dasar basis kering (adbk), air maksimal 7%, bagian yang tidak larut dalam air
maksimal 0,5 mg/kg (adbk), Kadmium (Cd) maks 0,5 mg/kg, Timbal (Pb) maks
0,1 mg/kg, Raksa (Hg) maksimum 0,1 mg/kg, cemaran Arsen (As) maksimum 0,1
mg/kg dan Kalium Iodate (KIO₃) minimal 30 mg/kg, berbentuk padat dan dapat
dikonsumsi langsung oleh masyarakat. Untuk garam industri, dibutuhkan kualitas
garam yang lebih baik, misalnya pada industri perminyakan, tekstil dan
penyamakan kulit memiliki kandungan NaCl diatas 97,5%, industri chlor alkaline
plant dengan NaCl diatas 98,5% dan industri pharmaceutical salt (garam farmasi)
dengan kadar NaCl diatas 99,5% dan impuritis mendekati 0 (Tansil et al. 2016).

4
Proses pembuatan garam di Indonesia menggunakan dua acara yaitu cara
tradisional dan modern. Pembuatan garam secara tradisional dilakukan dengan
peralatan sederhana, membutuhkan lahan yang luas untuk proses penguapan. Cara
modern dilakukan dengan metode TUF (Teknologi Ulir Filter), dengan cara ini
kadar garam menjadi 90% memiliki kualitas bagus (Sumaryani dan Parmithi,
2019). Proses pembuatan garam krosok di tunnel garam Kelompok Usaha Garam
Rakyat (KUGAR) Kebumen dilakukan dengan cara tradisional yaitu
menggunakan metode tunnel dengan sistem kristalisasi. Proses dimulai dari
persiapan hingga panen. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan
pembelajaran untuk menambah wawasan tentang proses pembuatan garam krosok
di Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) Kebumen.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Laporan Praktik Kerja Lapang ini adalah :
a. Mengetahui dan memperluas wawasan tentang proses pembuatan garam krosok
di Tunnel Garam Kelompok Usaha garam Rakyat (KUGAR) Kebumen.
b. Mengetahui pengaruh keberhasilan produksi garam krosok di Tunnel
Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) Kebumen.
c. Mengetahui hasil produksi garam krosok di Tunnel Kelompok Usaha Garam
Rakyat (KUGAR) Kebumen.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Garam


Garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion
negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam
terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa (Sulistyaningsih et al., 2010).
Larutan garam dalam air merupakan larutan elektrolit, yaitu larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik. Cairan dalam tubuh makhluk hidup
mengandung larutan garam, misalnya sitoplasma dan darah (Tivana & Firzal,
2011).
Garam adalah mineral yang terdiri dari Natrium dan Khlor, yang
membentuk Kristal dan bersenyawa menjadi Natrium Klorida (NaCl), garam
memiliki banyak manfaat untuk tubuh, kandungan Natrium yang ada didalamnya
bisa menjaga keseimbangan tubuh dan bisa membantu kecerdasan otak (Suryati et
al., 2016).
Garam juga merupakan satu komposisi kimia yang berupaya untuk
dijadikan sebagai bahan dagangan. Hal ini dikarenakan garam (Gambar 1) pada
masa kini merupakan satu bahan yang amat diperlukan dan digunakan dalam
bidang perobatan, pertanian maupun dalam bidang pembuatan makanan (Variyana
dan Hakim, 2015).

Gambar 1. Garam

2.2. Sejarah Garam


Garam merupakan komoditas tertua yang dugunakan sebagai bahan pangan
oleh manusia (Nagaraja, 2015). Garam memiliki sejarah yang panjang. Orang

6
Yunani kuno berfikir garam begitu berharga sehingga menjadikannya sebagai
mata uang. Garam produksi dan perdagangan adalah bisnis besar dan bahkan
menjadi penyebab dari beberapa perang yang terjadi. Sampai tahun 1800-an,
pengasinan merupakan metode terbaik untuk menjaga makanan. Garam terus
digunakan dalam makanan untuk mencegah pertumbuhan bakteri, fermentasi
menurun dan untuk mengubah tekstur makanan dan rasa (Tivana & Firzal, 2011).
Metode awal produksi garam adalah penguapan air laut oleh panas matahari.
Metode ini sangat cocok untuk daerah panas, daerah kering dan kawasan pesisir
(Tivana & Firzal, 2011).

2.3. Karakteristik Bahan


Adapun karakteristik dari NaCl menurut Tivana dan Firzal (2011) adalah
sebagai berikut :
 Berat molekul : 58.45

 Specivic gravity : 2.165

 Titik leleh : 800oC

 Titik didih : 1113 oC

 Kelarutan : 35.7 gr/199 gr (0oC)

39.8 gr/100 gr (100oC)

 Garam dapur : mengandung 0.0016 % yodium

 Garam meja : bebas yodium, Mg, Ca

2.4. Sumber Pembuatan Garam


Keberhasilan pembuatan garam sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh
kualitas air laut sebagai bahan baku utamanya (Suhelmi, 2013). Oleh karena itu
air laut dengan kualitas baik akan mempengaruhi dalam proses pembuatan garam.
Air laut merupakan air yang bersumber dari laut, kadar garam pada air laut
memiliki kandungan NaCl rata-rata 3.5%.

2.5. Tunnel Garam

7
Dalam proses pembuatan garam salah satu teknologi yang digunakan adalah
dengan metode Greenhouse Salt Tunnel (GST) (Gambar 2) dengan menggunakan
Geomembran HDPE (Listanti dan Mustafa 2021). Menurut Rusiyanto (2013)
menyebutkan bahwa produk garam yang diperoleh dari tambak yang
menggunakan membrane HDPE mempunyai keunggulan dalam hal kualitas, yaitu
kadar NaCl, penampilan fisik (lebih putih, lebih bersih) dan lebih higienis dari
pada produk garam konvensional. Teknologi ini berhasil membuat petani garam
dapat panen baik di musim kemarau maupun musim hujan. Berdasarkan hasil
penelitian Arwiyah (2015) menyebutkan bahwa lamanya proses kristalisasi, pada
media geomembran dengan proses kristalisasi lebih cepat menghasilkan
produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan media tanah ataupun
keramik.

Gambar 2. Tunnel Garam

2.6. Penguapan Garam


Sebagai negara tropis, pembuatan garam di Indonesia dilakukan dengan cara
penguapan air laut dengan memanfaatkan sinar matahari, ini merupakan proses
yang paling mudah dikerjakan dan biaya oprasional paling rendah (Arwiyah et.al.,
2015). Dalam proses pembuatan garam, penguapan merupakan hal yang sangat
penting dan dapat mempengaruhi proses pembuatan pada garam, dalam proses ini
perpindahan panas yang terjadi dikarenakan suhu bahan lebih rendah dari pada
suhu udara disekelilingnya. Proses panas yang terjadi akan membantu
perpindahan uap air dari bahan ke udara yang merupakan perpindahan massa.
Setelah itu tekanan uap air pada permukaan bahan akan menurun karena kenaikan
suhu terjadi pada seluruh bagian bahan sampai terjadi keseimbangan dengan udara

8
disekitarnya. Semakin cepat proses penguapan pada garam maka semakin cepat
terjadinya proses kristalisasi pada garam.

2.7. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Garam


Menurut Purbani (2003) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi dalam proses produksi garam diantaranya adalah air laut dan
cuaca. Air laut berpengaruh pada saat proses awal peoduksi garam, semakin baik
kualitas air laut yang digunakan untuk bahan baku pembuatan garam maka akan
semakin baik kualitas garam yang dihasilkan. Cuaca berpengaruh pada saat proses
produksi garam, faktor cuaca meliputi suhu, kecepatan angin, dan curah hujan.

2.8. Panen
Menurut Utama (2001) menyebutkan bahwa panen merupakan pekerjaan
akhir dari usaha garam tetapi merupakan awal dari pekerjaan pasca panen yaitu
melakukan persiapan untuk proses penyimpanan dan proses pemasaran.
Selanjutnya komoditas yang dipanen tersebut akan melalui jalur-jalur tataniaga
sampai berada di tangan konsumen.

9
BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 52 hari mulai
tanggal 5 April 2021 s/d 11 Juni 2021. Bertempat di Kelompok Usaha Garam
Rakyat Kebumen (KUGAR) Desa Telogopragoto, Kecamatan Mirit, Kabupaten
Kebumen. Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) dapat dilihat pada Gambar
3.

Gambar 3. Lokasi Praktik Kerja Lapangan

Gambaran singkat tentang Tunnel Kelompok Usaha Garam Rakyat


(KUGAR) ini dibangun pada bulan November 2020 dengan tunnel yang
berjumlah 40 yaitu 2 tunnel tandon, 36 tunnel produksi, dan 2 tunnel tiris dengan
ukuran tunnel masing-masing lebar 4 meter, panjang 21 meter dan tinggi 2 meter.
Awal mula lokasi ini adalah lahan kosong. Produksi pertama dilakukan pada
bulan Januari 2021.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat
Alat yang diperlukan pada saat proses pembuatan garam krosok dapat
dilihat pada Tabel 1.

10
Tabel 1. Alat Dan Kegunaan

No. Nama Alat Kegunaan


1 Kolam Tunnel Sebagai tempat pembuatan garam
2 Pompa Air Sebagai penyedot air dari laut untuk
bahan baku pembuatan garam
3 Serokan Sebagai alat untuk mempermudah
pengambilan garam pada saat panen
4 Filter Saringan Sebagai alat untuk menyaring air laut
5 Wadah (jobong) Sebagai wadah untuk memindahkan
garam
6 Pipa Paralon Sebagai alat untuk mengalirkan air
laut dari pompa air ke kolam tendon
7 Alat Ukur Boume Meter Sebagai alat untuk mengukur tingkat
kekentalan air laut

3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada saat proses pembuatan garam krosok disajikan
pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan Dan Kegunaan

No. Nama Alat Kegunaan


1 Air Laut Bahan baku pembuatan garam
2 Air Tawar Sebagai pembersih kolam tunnel
pakca panen

3.3. Tahapan Kegiatan


Kegiatan yang dilakukan di Tunnel Kelompok Usaha Garam Rakyat
(KUGAR) ini dapat dilihat pada Gambar 4.

11
Persiapan
(Pembersihan dan pengeringan)

Pengisian Air

Pemeliharaan
(Pengecekan dan pembersihan kolam tunnel)

Panen

Gambar 4. Diagram Tahapan Kegiatan


3.4. Metode Perolehan Data
Metode perolehan data yang digunakan pada Praktik Kerja Lapangan
dengan menggunakan metode observasi dengan menggunakan data primer dan
data sekunder.

3.4.1. Data Primer


Menurut Sugiyono (2013), data primer adalah data yang belum pernah
dikumpulkan sebelumnya, dan dikumpulkan semata-mata untuk tujuan
penyelidikan. Data primer dalam Praktik Kerja Lapang ini didapatkan dengan
observasi dan wawancara. Observasi meliputi pengamatan langsung ke lapangan
untuk mengetahui kegiatan dan fasilitas yang ada dilokasi sedangkan wawancara
dengan tanya jawab pembimbing lapangan.
1. Observasi merupakan kegiatan di lapangan untuk mengenal dan mengetahui
kegiatan dan fasilitas yang ada dilokasi dengan pengamatan langsung.
2. Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab dengan pembimbing,
pelaksana lapangan, dan staf sesuai bidang masing-masing di lapangan.
3. Partisipasi langsung merupakan kegiatan selama di lapangan yang dilakukan
dengan cara langsung terjun ke lapangan.

12
3.4.2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2013), data sekunder adalah pengumpulan data melalui
cara tidak langsung atau harus melakukan pencarian mendalam dahulu seperti
melalui internet, literatur, statistik, buku, dan lain-lain.

3.5. Metode Pengolahan Data


Metode pengolahan data yang digunakan data kuantitatif secara deskriptif
dengan mengolah suatu data dengan mendeskripsikan data yang terkumpul untuk
menarik kesimpulan dari hasil pengolahan data tersebut.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Persiapan Lahan


Kegiatan proses pembuatan garam krosok di Tunnel Kelompok Usaha
Garam Rakyat (KUGAR) Kebumen dimulai dengan proses persiapan, proses ini
dilakukan dengan cara mempersiapkan tunnel yang akan digunakan sebagai
tempat produksi garam. Kontruksi tunnel dengan ukuran panjang tunnel adalah 21
meter, lebar 4 meter, dan tinggi 2 meter, struktur bagian atap tunnel yang
digunakan sebagai penutup kolam menggunakan plastik UV berukuran (170-203
mikron) dan kolam penampung menggunakan plastik high density polyethylene
(HDPE) berukuran (300 mikron). Proses yang dilakukan yaitu membersihkan
plastik HDPE yang digunakan sebagai alas dari kolam tunnel. Proses pembersihan
plastik HDPE dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Proses Pembersihan Plastik HDPE

Pada saat Praktik Kerja Lapangan I pembersihan dilakukan dengan cara


menyiram plastik HDPE dengan air tawar kemudian menggunakan sikat untuk
mempermudah proses pembersihan, setelah itu plastk HDPE dikeringkan dengan
cara dijemur pada sinar matahari. Pembersihan plastik HDPE bertujuan untuk
menghilangkan kotoran-kotoran agar mendapatkan hasil garam yang berkualitas
baik.

14
4.2 Persiapan Air Laut
Persiapan air laut di Tunnel Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR)
Kebumen meliputi pengecekan mesin pompa, pengecekan pipa, pengecekan
kolam tandon, dan pengisian air. Berikut tahapan dan penjelasan tentang
persiapan air laut di tunnel kelompok usaha garam rakyat (KUGAR) dibawah ini :

1) Pengecekan Mesin Pompa Air


Pengecekan mesin pompa air adalah kegiatan awal dari proses pengisian air
laut yang bertujuan untuk memastikan kondisi mesin pompa air dapat bekerja
dengan baik. Pengecekan mesin pompa air dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengecekan Mesin Pompa Air

Pada saat Praktik Kerja Lapangan I dilakukan pengecekan mesin pompa air
sebelum digunakan untuk menyedot air dari laut dan mengalirkan ke tandon
melalui pipa. Pengecekan alat pompa air meliputi pengecekan ketersediaan bahan
bakar dan pengecekan kondisi alat pompa air agar dapat bekerja dengan baik.
2) Pengecekan Pipa
Pengecekan pipa dilakukan sebelum air laut dialirkan menggunakan mesin
pompa air yang bertujuan untuk memastikan tidak ada kebocoran pada pipa yang
akan mengalirkan bahan baku pembuatan garam yaitu air laut. Pengecekan pipa
dapat dilihat pada Gambar 7.

15
Gambar 7. Pengecekan Pipa

Pada saat Praktik Kerja Lapangan I dilakukan pengeccekan pipa yang akan
mengalirkan air laut dari alat pompa air ke kolam tandon, pengecekan dilakukan
untuk memastikan tidak ada kebocoran pada pipa. Apabila terdapat kebocoran
maka tindakan yang dilakukan adalah menambal kebocoran menggunakan karet
ban.
3) Pengecekan Kolam Tandon
Pengecekan pada kolam tandon dilakukan sebelum kolam tandon diisi oleh
air laut, pengecekan dilakukan untuk memastikan tidak ada kebocoran pada kolam
tandon. Pengecekan kolam tandon dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Pengecekan Kolam Tandon

Pada saat Praktik Kerja Lapangan I dilakukan pengecekan kolam tandon


secara teliti dan seksama untuk memastikan tidak ada kebocoran yang terjadi pada
kolam tandon.

16
4) Pengisian Air Laut
Pengisian air laut yang dilakukan di Tunel Kelompok Usaha Garam Rakyat
(KUGAR) ini berasal dari air laut, pengisian air laut dilakukan dengan
menggunakan mesin pompa air kemudian dialirkan melalui pipa paralon
berukuran 3 inch dengan panjang 1 km dari bibir pantai hingga ke kolam tandon.
Air laut kemudian ditampung di kolam tandon yang memiliki ukuran tinggi kolam
60 cm. Kolam diisi air laut hingga ketinggian air laut pada kolam mencapai 50
cm. Menurut Hadi dan Ahied (2017) menyebutkan bahwa rata-rata air laut
memiliki nilai kekentalan air yaitu 3,5ºbe. Berdasarkan pengukuran yang
dilakukan menggunakan alat ukur Boume meter (Gambar 9) kadar kekentalan air
laut yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan garam di Kelompok Usaha
Garam Rakyat (KUGAR) Kebumen memiliki nilai 3,5ºbe. Pengisian air laut
dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 9. Alat Ukur Boume meter

Pada saat Praktik Kerja Lapangan I alat ukur boume meter digunakan untuk
mengukur kadar kepekatan air pada masing-masing kolam tunnel untuk
menentukan kapan waktu air dialirkan dari satu tunnel ke tunnel selanjutnya.

Gambar 10. Pengisian Air Laut

17
Pada saat Praktik Kerja Lapangan I dilakukan proses pengisian air laut pada
pagi hari hingga siang hari dan membutuhkan waktu sekitar 5 jam dengan debit
air rata-rata 8.400 liter/jam hingga air di kolam tandon sesuai dengan prosedur
pengisian air. Dalam pengisian air tersebut terlebih dahulu diendapkan sebelum di
alirkan ke tunnel selanjutnya agar pasir atau kotoran yang terbawa dari laut
mengendap dan tidak terbawa ke kolam tunnel.

5) Pengaliran Air laut


Pengaliran air laut di Tunnel Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR)
dilakukan dengan cara mengalirkan air laut dari mulai kolam tandon hingga ke
kolam tunnel 6 yaitu tempat pengkristalan garam. Pengaliran air laut dilakukan
dengan menggunakan pipa paralon berukuran 1 inch dengan sistem buka tutup
keran seperti pada (Gambar 11). Pada saat proses pengaliran air pada tiap-tiap
tunnel dilakukan penyaringan air menggunakan alat penyaring (Gambar 12) yang
berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak masuk ke kolam tunnel. Alat
penyaring ini hanya digunakan pada saat dilakukan pengaliran air dan tidak
dipasang secara permanen.

Gambar 11. Keran

Keran berfungsi untuk mempermudah proses pengaliran air yaitu hanya


dengan sistem buka tutup. Keran dibuka apabila air perlu dialirkan ke tunnel
selanjutnya. Keran ditutup apablia pengaliran air dirasa sudah sesuai prosedur
pengisian air.

18
Gambar 12. Proses Penyaringan

Pada saat Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan proses penyaringan air
menggunakan alat saringan yang terbuat dari jaring dan filter. Penyaringan
dilakukan pada setiap tunnel yang dialirkan air kedalamnya.
Tahapan pengaliran air laut diukur berdasarkan perubahan konsentrasi air
laut yang diukur dalam ºBe dari masing masing kolam tunnel. Berikut tahapan dan
penjelasan tentang proses pengaliran air laut di Tunnel Kelompok Usaha Garam
Rakyat (KUGAR) Kebumen dibawah ini :
a) Kolam Tandon
Kolam tandon adalah jenis tunnel yang digunakan sebagai kolam untuk
menyimpan bahan baku air laut yang kemudian akan dialirkan ke tunnel lainnya.
Kadar kekentalan air yang diukur dengan alat ukur Boume meter pada kolam
tendon di Tunnel Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) Kebumen adalah
3,5ºbe. Pada kolam tandon air laut ditampung dan diendapkan hingga kekentalan
air mencapai nilai 5ºbe. Setelah itu air dialirkan ke kolam selanjutnya.
b) Kolam Tunnel I
Kolam tunnel I atau kolam penguapan I adalah kolam tempat terjadinya
penguapan pada air laut. Kadar kekentalan air laut pada kolam ini memiliki nilai
5ºbe. Pada kolam tunnel I air laut mengalami penguapan hingga kadar kekentalan
air menjadi 8ºbe. Setelah itu air dialirkan ke kolam selanjutnya.
c) Kolam Tunnel II
Kolam tunnel II atau kolam penguapan II adalah kolam tempat terjadinya
penguapan pada air laut. Kadar kekentalan air laut pada kolam ini memiliki nilai

19
8ºbe. Pada kolam tunnel II air laut mengalami penguapan hingga kadar kekentalan
air menjadi 10ºbe. Setelah itu air dialirkan ke kolam selanjutnya.
d) Kolam Tunnel III
Kolam tunnel III atau kolam Penguapan III adalah kolam tempat terjadinya
penguapan pada air laut. Kadar kekentalan air laut pada kolam ini memiliki nilai
10ºbe. Pada kolam tunnel III air laut mengalami penguapan hingga kadar
kekentalan air menjadi 14ºbe. Setelah itu air dialirkan ke kolam selanjutnya.
e) Kolam Tunnnel IV
Kolam tunnel IV atau kolam penguapan IV adalah kolam tempat terjadinya
penguapan pada air laut. Kadar kekentalan air laut pada kolam ini memiliki nilai
14ºbe. Pada kolam tunnel IV air laut mengalami penguapan hinngga kadar
kekentalan air menjadi 18ºbe. Setelah itu air dialirkan ke kolam selanjutnya.
f) Kolam Tunnel V
Kolam tunnel V atau kolam penguapan V adalah kolam tempat terjadinya
penguapan pada air laut. Kadar kekentalan air laut pada kolam ini memiliki nilai
18ºbe. Pada kolam tunnel V air laut mengalami penguapan hingga kadar
kekentalan air menjadi 22ºbe. Setelah itu air dialirkan ke kolam selanjutnya.
g) Kolam Tunnel VI
Kolam tunnel VI atau kolam pengkristalan adalah kolam tempat terjadinya
penguapan pada air laut sehingga mengalami pengkristalan. Kadar kekentalan air
laut pada kolam ini memiliki nilai 22ºbe. Pada kolam VI air laut mengalami
penguapan hingga kadar air menjadi 29ºbe dan terjadi proses pengkristalan pada
garam.
4.3. Pengelolaan Tunnel
Pada pengelolaan tunnel yang dilakukan pada siklus I dilakukan pengecekan
be. Be yang terkandung di siklus I berkisar antara 5-29ºbe. Maka dapat diperoleh
data mingguan pada grafik dibawah ini :

20
Be (º)
35
30
25
(º) 20
15
10
5
0
3/5/2021 10/5/2021 17/5/2021 24/5/2021 31/5/3021 7/6/2021

Be

Gambar 13. Grafik Pengecekan Be (º)


Pada saat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan I memperoleh hasil be yang
sesuai dengan pernyataan Pronoto (2012) yang menyatakan bahwa pada saat
proses kristalisasi garam konsentrasi air tua harus antara 25-29ºbe. Bila
konsentrasi belum mencapai 25ºbe maka gips (Kalium Sulfat) akan banyak
mengendap, bila konsentrasi air tua lebih dari 29º Magnesium akan banyak
mengendap. Sedangkan hasil pengecekan be pada siklus I cenderung menaik
setiap harinya. Pengecekan dilakukan satu minggu sekali pada pagi hari sebanyak
satu kali menggunakan alat ukur Boume Meter. Sesuai hasil pada grafik diatas
pada minggu ke-1 menghasilkan 5ºbe, minggu ke-2 menghasilkan 8ºbe, minggu
ke-3 menghasilkan 14ºbe, minggu ke-4 menghasilkan 18ºbe, minggu ke-5
menghasilkan 22ºbe dan minggu ke-6 menghasilkan 29ºbe.
4.4. Pemeliharaan Kolam Tunnel
Pemeliharaan kolam tunnel di Tunnel Kelompok Usaha Garam Rakyat
Kebumen (KUGAR) dilakukan secara rutin yang bertujuan untuk menghasilkan
kualitas garam yang baik. Berikut pemeliharaan yang dilakukan di Tunnel
Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) Kebumen antara lain :

4.4.1. Lumut
Lumut menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat proses produksi
garam krosok di Tunnel Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) Kebumen.
Dengan adanya lumut berpengaruh terhadap proses yang terjadi di dalam kolam
tunnel. Penanganan yang dilakukan adalah membersihkan kolam dari lumut
secara manual menggunakan alat serokan (Gambar 14). Proses pembersihan

21
lumut di Tunnel Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) Kebumen dapat
dilihat pada Gambar 15.

Gambar 14. Alat Serokan

Gambar 15. Pembersihan Lumut

Pada saat Praktik Kerja Lapangan I dilakukan proses pembersihan lumut


yang ada pada kolam tunnel. Pembersihan dilakukan secara langsung dengan cara
mengambil lumut yang ada pada kolam kemudian dikumpulkan pada ember dan
membuang lumut tersebut pada tempat pembuangan.

4.4.2. Perbaikan Tunnel


Perbaikan tunnel yang dilakukan di Tunnel Kelompok Usaha Garam
Rakyat (KUGAR) Kebumen yaitu memperbaiki kontruksi tunnel yang mengalami

22
kerusakan oleh faktor alam seperti angin kencang yang dapat merusak kontruksi
tunnel. Perbaikan dilakukan secara langsung apabila terdapat kerusakan perbaikan
dilakukan menggunakan alat seperti palu, paku dan gun tecker.

4.5 Panen
Proses panen dilakukan apabila kadar kekentalan pada tunnel 6 atau tunnel
pengkristalan telah mencapai nilai 27-29ºbe, jika melebihi angka tersebut maka
garam akan memiliki rasa yang pahit dan tidak layak konsumsi. Proses panen
yang dilakukan di Tunnel Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) Kebumen
dilakukan pada sore hingga malam hari, hal tersebut bertujuan untuk menghindari
suhu panas didalam tunnel sehingga dapat mempermudah petani untuk melakukan
panen. Proses panen dilakukan oleh 5 orang. Dikarenakan belum adanya
pembukuan untuk jumlah garam setiap panen maka hasil dari satu kali panen di
Tunnel Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) Kebumen untuk satu tunnel
diperkirakan akan memperoleh jumlah garam 8-12 kuintal. Proses panen dapat
dilihat pada Gambar 16. Tahapan pada saat proses panen dapat dilihat sebagai
berikut :
1) Persiapan Alat
Sebelum dilakukan proses pemanenan garam maka terlebih dahulu
menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk membantu proses panen seperti
serokan, dan wadah bambu anyam (jobong).
2) Pengumpulan Garam
Proses selanjutnya adalah mengumpulkan garam dengan menggunakan alat
serokan menjadi tumpukan agar memudahkan pada saat pengambilan garam dari
tunnel pengkristalan ke tunnel tiris.
3) Pemindahan Garam
Pada proses ini garam yang telah dikumpulkan kemudian dipindahkan ke
tunnel tiris menggunakan alat wadah (jobong) yang bertujuan untuk mengurangi
kadar air pada garm.

23
Gambar 16. Proses Panen

Pada saat Praktik Kerja Lapangan I dilakukan proses pemanenan garam


krosok. Panen dilakukan pada malam hari. Pada saat panen, garam diserok
menggunakan alat serokan secara perlahan agar menghindari kerusakan pada
plastik HDPE dikarenakan kristal garam memiliki tekstur yang tajam dan
dikumpulkan menjadi tumpukan-tumpukan.
Pada saat Praktik Kerja Lapangan I diperoleh data panen sebagai berikut :
No Tanggal Tinggi Air Kadar Be Awal Kadar Be Berat Total
Panen Pengisian Akhir Panen
1 07/06/2021 50 cm 5ºbe 29ºbe 1 ton
Tabel 3. Data Panen

24
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Praktik Kerja Lapangan I di Tunnel Kelompok Usaha Garam Rakyat
(KUGAR) tentang proses pembuatan garam krosok ini dapat disimpulkan :

1. Dapat memberikan ilmu secara langsung di lapangan tentang proses


pembuatan garam krosok dan meningkatkan tanggung jawab, kreatif mulai
dari proses persiapan seperti pembersihan, pemeliharaan, dan panen.
2. Keberhasilan produksi dipengaruhi oleh kadar kepekatan air laut yaitu antara
27-29º dam tidak melebihi nilai 30ºbe karena akan berpengaruh terhadap
kualitas garam yang akan menjadi pahit dan tidak layak konsumsi.
3. Kuantitas garam krosok yang diperoleh pada saat satu kali panen adalah 1 ton.

5.2 Saran
Dari hasil selama melaksanakan praktik lapangan dapat ditemukan saran
agar menjadikan lebih baik. Saran yang dapat diberikan antara lain :
1. Untuk proses pengecekan kadar kepekatan air dilakukan secara rutin untuk
tetap menjaga kualitas garam agar mampu bersaing dengan produk garam
impor.
2. Untuk kedepannya dibutuhkan pembukuan yang lebih baik, sehingga dapat
dikalkulasi produktivitas tiap tunnel dalam proses produksi garam.
3. Untuk lebih meningkatkan promosi agar dapat diketahui masyarakat luar
tentang kegiatan proses pembuatan garam di Tunnel Kelompok Usaha Garam
Rakyat (KUGAR) Kebumen.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanti S.T. 2016. Produksi Garam Indodesia. Info Komoditi Garam, Badan
Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Al Mawardi Prima.
Jakarta.
Arwiyah, A., Zainuri, M., & Efendy, M. (2015). Studi kandungan NaCl di dalam
air baku dan garam yang dihasilkan serta produktivitas lahan garam
menggunakan media meja garam yang berbeda. Jurnal Kelautan:
Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 8(1), 1-9.
Hadi, W. P., & Ahied, M. (2017). Kajian etnosains Madura dalam proses produksi
garam sebagai media pembelajaran IPA Terpadu. Rekayasa, 10(2),
79-86.
Ingot S.R. dan T.K. Lestari. 2016. Konsumsi Garam. Info Komoditi Garam,
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Al Mawardi
Prima. Jakarta.
Listanti, R., & Mustafa, M. B. (2021). PENGARUH JUMLAH TUNNEL DAN
TEKNIK PRODUKSI TERHADAP MUTU GARAM RAKYAT
DENGAN TEKNOLOGI GREEN HOUSE SALT
TUNNEL. Prosiding, 10(1).
Nagaraja, 2015. Karakteristik Petani dan Kelayakan Finansial Usahatani Garam
Secara Tradisional dan Teknologi Geomembran (Studi Kasus di Desa
Pangarengan Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang). Jurnal
Pamator, 10(1): 54-60.
Pranoto, A. K., (2012). Modul Pelatihan Garam Lanjutan. Jakarta: STP Press.
Purbani, D. (2006). Proses pembentukan kristalisasi garam. Badan Riset Kelautan
dan Perikanan Pati. Pati.
Purbani, 2003. Pendapatan Petambak Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Garam. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Riyanti, D. A. S. N., Satriawan, I. K., & Sadyasmara, C. A. B. (2019). Analisis
Pemasaran Garam Kusamba Di Kecamatan Dawan, Kabupaten
Klungkung. Jurnal Rekayasa dan Manajemen agroindustri, 7(2), 169-
180.
Rusiyanto, R., Soesilowati, E., & Jumaeri, J. (2013). PENGUATAN INDUSTRI
GARAM NASIONAL MELALUI PERBAIKAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA DAN DIVERSIFIKASI PRODUK. Sainteknol: Jurnal
Sains dan Teknologi, 11(2).

26
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta.
Suhelmi et, al. 2013. Potensi Pesisir Utara Banten Sebagai Penghasil Garam.
Jurnal Kebijakan Pembangunan, 1 (1): 71 – 86.
Sulistyaningsih,Sugiono,&Sedyawati(2010). Pemurnian Garam Dapur Melalui
Metode Kristalisasi Air Tua Bahan Pengikat Pengotor Na2C2O4 –
NaHCOз dan Na2C2O4 – Na2CO3. Jurnal Kimia, I(8), 26-3.
Sumaryani, N. P., & Parmithi, N. N. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENURUNAN PRODUKSI GARAM DI
PANTAI KUSAMBA KLUNGKUNG. Widyadari: Jurnal
Pendidikan, 20(1).
Suryati, S., Jalil, F., & Budi, S. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Garam Di Desa Matang Tunong. Agrifo: Jurnal Agribisnis
Universitas Malikussaleh, 1(1), 73-79.
Tansil, Y., Belina, Y., & Widjaja, T. (2016). Produksi garam farmasi dari garam
rakyat. Jurnal Teknik ITS, 5(2), F80-F84.
Taufiq-SPJ, N., Hartati, R., & Widianingsih, W. (2016). Produksi Garam Dan
Bittern Di Tambak Garam. Jurnal Kelautan Tropis, 19(1), 43-47.
Tivana, A., dan Firzal, M. 2011. Industri Garam. Politeknik Negeri Bandung.
Bandung.
Utama, M. S. (2001). Penanganan Pasca Panen Buah dan Sayuran
Segar. Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
Variyana, Y., & Hakim, M. L. (2015). Inovasi teknologi alat pemurnian garam
dari impuritiesnya menghasilkan high sodium chloride melalui metode
rekristalisasi dengan penambahan koagulan PAC (Doctoral
dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

27
LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses Pembersihan Tunnel Pasca Panen

Lamiran 2. Pemindahan Garam ke Tunnel Tiris

Lampiran 3. Persiapan Sebelum Panen

28
Lampiran 4. Pengukuran Be

29
M

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

30

Anda mungkin juga menyukai