Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PROSES INDUSTRI KIMIA

Disusun oleh :

Nama : 1. Ulfa Aulia Azzahra (NIM. 021200063)

2. Revi Ma’ruf Arifan (NIM. 021200065)

3. Baso Tenri Sau (NIM. 021200072)

4. Salma Malya Sari (NIM. 021200073)

Fakultas / Prodi : Teknik Industri / D3 Teknik Kimia

Dosen Pembimbing : Susanti Rina Nugraheni, S.T

LABORATORIUM PRAKTIKUM PROSES INDUSTRI KIMIA

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

1
2022

2
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PROSES INDUSTRI KIMIA

Disusun oleh

Kelompok : 3
Plug : B
Fakultas/ Prodi : Teknik Industri/ D3 Teknik Kimia
Dosen Pembimbing : Susanti Rina Nugraheni, S.T,

Yogyakarta, 20 Juni 2022

Menyetujui
Kepala Laboratorium Dosen Pembimbing

(Yuli Ristianingsih, S.T., M.Eng) (Susanti Rina Nugraheni, S.T)


NIP/ NIK. 19850713 201212 001 NIP/ NIK 1983092220212004
KATA PENGANTAR

I
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan praktikum dan menyusun Laporan Akhir Praktikum Proses
Industri Kimia sebagai data pengamatan. Selain itu, kami juga menyampaikan terima
kasih kepada :

1. Ibu Susanti Rina Nugraheni, S.T, M.Eng. selaku Dosen Pembimbing pada
Praktikum Pemipaan.

2. Seluruh asisten pembimbing pada Praktikum Pemipaan.

3. Kelompok Praktikum yang telah saling bekerja sama dalam melakukan


praktikum.

Laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas Praktikum Pemipaan semester
genap yaitu semester empat D3 Teknik Kimia Universitas Pembangunan “Veteran”
Yogyakarta. Laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.

Demikian kata pengantar dibuat, semoga laporan praktikum ini sesuai dengan
tujuan yang diharapkan, serta bermanfaat untuk penyusun pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 20 Juni 2022

Kelompok 3

DAFTAR ISI

II
III
DAFTAR TABEL

Tabel III.2 1 Etil asetat percobaan..........................................................................................39

IV
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.2. 1 Rangkaian alat refluk.....................................................................................34

Gambar II.3 1 Diagram alir pembuatan obat gosok................................................................23

Gambar II.3. 1 Diagram Alir Pembuatan Garam Meja.............................................................6

V
PRAKTIKUM PROSES INDUSTRI KIMIA

ACARA 1

GARAM MEJA

1
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Garam yang kita kenal sehari-hari, adalah suatu kumpulan senyawa


kimia dengan bagian terbesar terdiri dari natrium klorida (NaCl) dengan
pengotor terdiri dari kalsium sulfat (CaSO 4), Magnesium sulfat (MgSO4),
Magnesium klorida (MgCl2), dan lain-lain (Sutrisnanto, 2001). Apabila air laut
diuapkan maka akan dihasilkan kristal garam, yang biasa disebut garam
krosok. Oleh karena itu garam dapur hasil penguapan air laut yang belum
dimurnikan banyak mengandung zat-zat pengotor seperti Ca2+, Mg2+, Al3+,
Fe3+, SO42- , I- , Br- (Anonim, 1989).
Untuk meningkatkan kualitas garam dapur dapat dilakukan dengan cara
kristalisasi bertingkat, rekristalisasi, dan pencucian garam. Cara lain untuk
meningkatkan kualitas garam adalah pemurnian dengan penambahan bahan
pengikat pengotor. Tanpa adanya proses pemurnian, maka garam dapur yang
dihasilkan melalui penguapan air laut masih bercampur dengan senyawa lain
yang terlarut, seperti MgCl2, MgSO4, CaSO4, CaCO3, KBr, dan KCl dalam
jumlah kecil (Jumaeri, 2003).
Secara teori garam yang beredar di masyarakat sebagai garam konsumsi
harus mempunyai kadar NaCl minimal 94,7% untuk garam yang tidak
beriodium (Nitimihardja, 2005:6). Sesuai SNI nomor 01-3556-2000 (Anonim,
1994), garam beriodium adalah garam konsumsi yang mengandung komponen
utama NaCl (Natrium Klorida/mineral) 94,7%, air maksimal 7 % dan Kalium
Iodat (KIO3) mineral 30 ppm, serta senyawa-senyawa lain sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan, namun pada kenyataannya kadar NaCl pada
garam dapur jauh di bawah standar. Oleh karena itu perlu dilakukan

2
peningkatan kadar NaCl contohnya dengan cara penambahan bahan pengikat
pengotor seperti Na2CO3.
I.2 Tujuan Percobaan
Mempelajari pembuatan garam meja.
I.3 Dasar Teori
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk
kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium
klorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti Magnesium klorida, Magnesium
sulfat, Kalsium klorida, dan lain – lain. Garam mempunyai sifat atau
karakteristik yang mudah menyerap air, density 0,8 -0,9 dan titik lebur pada
tingkat suhu 801C (Taufiq-SPJ, N., Hartati, R., & Widyaningsih, W., 2016).
Garam alami mengandung senyawa magnesium klorida, magnesium
sulfat, magnesium bromida, dan senyawa lainnya. Kadar atau kepekatan air
tua yang masuk ke dalam meja kristalisasi akan mempengaruhi mutu hasil.
Kualitas garam tergantung pada kandungan NaCl garam, kandungan NaCl
tergantung pada lokasi dimana air laut yang diambil, dan jenis dasar
tambak/meja garam akan mempengaruhi kualitas garam yang dihasilkan.
Garam dapur kasar terdapat di alam sebagai larutan pada air laut dan
zat padat pada beberapa tempat didalam tanah atau pegunungan.
Garam dapur selain mengandung NaCl juga mengandung CaCl2,MgCl2
serta pengotor lainnya. CaCl2 membuat garam dapur menjadi uap hygroskopis
( mudah menyerap air dari udara bebas ) sedangkan Mgcl2 memberikan rasa
pahit pada garam dapur.
Penghilangan CaCl2 dan MgCl2 membuat garam semakin asin rasanya
dan tidak mudah menyerap uap air lagi. Bahan kimia yang digunakan untuk
menghilangkannya adalah Na2CO3 dan Na3PO4.
Reaksi :
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 + 2 NaCl

3
MgCl2 + Na2CO3 → MgCO3 + 2 NaCl
Bahan pengikat pengotor adalah bahan atau zat yang dapat digunakan
untuk mengikat zat-zat asing yang keberadaannya tidak dikehendaki dalam
zat murni. Bahan pengikat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Na2CO3

Bahan tersebut akan mengikat pengotor yang ada pada garam dapur.
Pengotor dari Mg2+ dan Ca2+ akan membentuk senyawa MgCO3 dan CaCO3.
Semua senyawa yang terbentuk tersebut akan mengendap sehingga dapat
dipisahkan dengan penyaringan biasa (Day dan Underwood, 1986: 677).

4
BAB II

PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan

A. Alat
1. Gelas beker
2. Erlenmeyer
3. Kompor
4. Corong
5. Pengaduk
6. Kertas saring
7. Gelas ukur
8. Cawan petri
B. Bahan:
1. Garam dapur 50 gram
2. Na2CO3 1 gram
3. Akuades 100 ml

II.2 Rangkaian Alat

Keterangan :

1. Pengaduk
2. Gelas beker
3. Kompor

Gambar II.2 1 Rangkaian alat pembuatan garam meja

5
6
II.3 Diagram alir

Akuades 100 ml Menyiapkan alat dan bahan Garam dapur 50 gram

Menimbang garam dapur dan melarutkannya dengan akuades kemudian diaduk hingga homogen

Menyaring larutan dengan kertas saring Na2CO3 1 gram

Memasukkan Na2CO3 ke dalam filtrate dan diaduk hingga homogen

Menyaring filtrate yang sudah ditambahkan dengan Na2CO3

Memindahkan larutan ke dalam gelas beker

Memanaskan larutan di atas kompor sambil diaduk

Mengangkat gelas beker setelah larutan berubah menjadi kristal garam

Menimbang garam yang sudah jadi

Gambar II.3. 1 Diagram Alir Pembuatan Garam Meja

7
BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan

A. Bahan
1. Garam dapur : 50 gram
2. Na2CO3 : 1 gram
3. Akuades : 100 ml
B. Pengamatan
Garam meja yang dihasilkan : 2 gram

III.2 Perhitungan

berat garam h asil


Yield = . 100 %
berat garam awal

13 ,31 gram
= . 100 %
13 gram

= 10,2%

III.3 Pembahasan

Praktikum pembuatan garam meja bertujuan untuk mempelajari cara


pembuatan garam meja. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
garam meja adalah garam dapur. Garam dapur bertekstur kasar dan berwarna
sedikit keruh. Hal ini dikarenakan garam dapur masih mengandung pengotor
yang terikut dalam evaporasi air laut. Oleh karena itu, pada tahap awal
pembuatan garam meja, garam dapur dilarutkan terlebih dahulu dengan
akuades, kemudian larutan disaring dengan kertas saring agar pengotor yang
terikut dari proses pengambilan garam dapat terpisah dari larutan garam.

8
Garam dapur juga mengandung pengotor seperti CaCl 2 dan MgCl2.
CaCl2 membuat garam dapur menjadi mudah menyerap air dari udara bebas,
sedangkan MgCl2 memberikan rasa pahit pada garam dapur. Sehingga
dilakukan penghilangan CaCl2 dan MgCl2 agar dapat meningkatkan kadar
NaCl dalam garam sehingga membuat garam semakin asin rasanya dan tidak
mudah menyerap uap air lagi. Bahan kimia yang digunakan untuk
menghilangkannya adalah Na2CO3. Pengotor dari Mg2+ dan Ca2+ akan
membentuk senyawa MgCO3 dan CaCO3. Senyawa yang terbentuk tersebut
akan mengendap sehingga dapat dipisahkan dengan penyaringan.
Setelah proses penyaringan, larutan garam dipanaskan di atas kompor
untuk menguapkan air sehingga diperoleh kristal garam yang berwarna putih
bersih serta memiliki tekstur yang lebih halus. Setelah pengotor dihilangkan
maka kadar NaCl pada garam dapur akan lebih tinggi. Dari 50 gram garam
dapur, diperoleh 2 gram garam meja dengan nilai yield 4%. Hal ini
menunjukkan bahwa pada garam dapur tersebut terdapat banyak pengotor,
sehingga setelah dilakukan proses pemurnian dengan penambahan bahan
pengikat pengotor, garam meja yang dihasilkan hanya 2 gram.

9
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Dari praktikum pembuatan garam meja diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Garam meja yang dihasilkan dari percobaan ini sebanyak 2 gram dengan
nilai yield sebesar 12,2%.
2. Garam meja yang dihasilkan lebih halus, lebih bersih, tidak mudah
menyerap air dari udara, serta kemurniannya lebih tinggi karena telah
bebas dari pengotor yaitu CaCl2 dan MgCl2.

10
PRAKTIKUM PROSES INDUSTRI KIMIA

ACARA 2

PEMBUATAN GYPSUM

11
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Gypsum merupakan material yang sering digunakan dalam bidang
kedokteran gigi, baik untuk keperluan klinik maupun pekerjaan laboratorium.
Material gypsum juga banyak digunakan dalam pembuatan model atau die,
articulating cast, mould, refractory investment dan lain-lain.
Gipsum merupakan bahan yang sering digunakan oleh masyarakat akhir-
akhir ini selain harganya murah gipsum juga mudah dibentuk menjadi berbagai
macam barang - barang rumah tangga. Gipsum juga merupakan bahan yang
sangat mudah didapatkan di alam.

Aplikasi gypsum sangat banyak sehingga perlu untuk mengetahui


segala aspek dalam gypsum terutama sifatnya, sehingga akan memudahkan
dalam memanipulasi dan menghasilkan suatu hasil manipulasi yang maksimal.
Untuk lebih memahaminya diperlukan percobaan pembuatan gypsum yang akan
memperlihatkan proses pencampuran dengan komposisi sesuai petunjuk untuk
mengetahui hasil gypsum yang dibuat. Dari hasil tersebut, kita dapat
mengetahui apakah komposisi tersebut menghasilkan gypsum dengan kualitas
yang baik atau tidak.

I.2 TUJUAN
Mempelajari cara pembuatan gypsum.

I.3 DASAR TEORI


Gypsum (CaSO4.2H2O) merupakan garam yang pertama kali
mengendap akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrid dan halit,

12
ketika salinitas makin bertambah. Sebagai mineral evaporit, enapan gypsum
berbentuk lapisan di antara batuan-batuan sedimen batu gamping, serpih merah,
batu pasir, lempung dan garam batu serta sering pula berbentuk lensa-lensa
dalam satuan-satuan batuan sedimen. Gypsum terbentuk dalam kondisi
berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gypsum memiliki
kelompok yang terdiri dri gypsum batuan, gipsit alabaster, satin spar dan
selenit. Gypsum umumnya berwarna putih, namun terdapat variasi warna lain,
seperti warna kuning, abu-abu, merah jingga dan hitam, hal ini tergantung
minerall pengotor yang bersosiasi dengan gypsum. Gypsum umumnya memilik
sifat lunak, pejal, kekerasan 1,5-2 (skala mohs), berat jenis 2,31-2,35, kelarutan
dalam air 1,8 gr/l pada 00C yang meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 400C, tapi
menurun lagi ketika suhu semakin tinggi.

Gypsum yang banyak digunakan dalam dunia kedokteran (pada


penambalan gigi dan perawatan tulang patah) dan dalam dunia seni (sebagai
bahan pembuatan patung, relief, dan sebagainya) dapat dibuat dengan cara yang
sangat sederhana yaitu dengan mereaksikan batu gamping dengan asam sulfat
atau dengan belerang cair. Sedangkan di negara kita banyak terdapat batu
gamping dan belerang yang kita perlukan.

Reaksi:
CaCO3 + H2SO4 → CaSO4 + H2O + CO2

13
BAB II

PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1 ALAT DAN BAHAN

A. ALAT
1. Cetakan
2. Gelas ukur
3. Cawan petri
4. Pengaduk
5. Pipet
6. Gelas beker

B. BAHAN
1. CaCO3 12 gram
2. H2SO4 8 ml
3. Akuades 25 ml

II.2 RANGKAIAN ALAT

Keterangan :

1. Pengaduk

2. Gelas beker

3. Campuran CaCO3

dan air

4. Gelas ukur

Gambar II.2.1 1 Rangkaian alat percobaan panas reaksi

14
II.3 DIAGRAM ALIR

Menyiapkan alat dan bahan

CaCO3 12 gr

Menimbang CaCO3

Akuades 25 ml
Melarutkan CaCO3 dengan akuades dalam gelas
beker

Menuang larutan ke dalam cetakan

H2SO4
8 ml Menambahkan H2SO4 ke dalam cetakan

Mendiamkan hingga gypsum kering

Gambar II.3. 1 Diagram alir Pembuatan gypaum

15
BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 HASIL PENGAMATAN


Perlakuan 1
 Berat CaCO3 : 12 gram
 Volume akuades : 25 ml
 Volume H2SO4 : 8 ml

Hasil gypsum
 Tekstur : Kental padat
 pH :1

Perlakuan 2
 Berat CaCO3 : 25 gram
 Volume akuades: 43 ml
 Volume H2SO4 : 10 ml

Hasil gypsum
 Tekstur : Kental padat
 pH :3

III.2 PEMBAHASAN
Praktikum ini merupakan percobaan yang dilakukan untuk
mempelajari pembuatan gypsum. Gypsum dihasilkan dari reaksi batu kapur
(CaCO3) dengan air dan asam sulfat (H2SO4). Reaksi yang terjadi sebagai
berikut.

16
CaCO3 (s) + H2SO4 (l) + H2O (l) CaSO4.2H2O (s) + CO2 (g)

Pada percobaan digunakan 2 sampel yang mempunyai takaran yang


berbeda. Dari kedua sampel menghasilkan tekstur yang kental dan padat. Pada
dasarnya ketika air ditambahkan pada kalsinasi gypsum maka akan kembali
pada keadaan awal yaitu mengeras. Apabila pada sampel masih belum
sepenuhnya padat maka dapat disebabkan penggunaan air atau asam sulfat yang
berlebihan. Pada pengukuran pH diketahui bahwa sampel pertama memiliki pH
1 dan sampel ke 2 memiliki pH 3. Kadar tersebut berada pada tingkat keasaman
yang tinggi, apalagi produk yang dihasilkan/ yang diharapkan berupa garam
yang biasanya memiliki pH netral. Pada bahan makanan, salah satunya keju,
kadar pH yang rendah akan mengganggu proses pemadatan sehingga teksturnya
menjadi lembek. Mungkin saja hal serupa terjadi pada sampel yang digunakan.

17
BAB IV

PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan :
1. Gypsum dihasilkan dengan cara mereaksikan antara batu kapur, air
dan asam sulfat.
2. Gypsum yang dihasilkan masih belum baik karena memiliki pH yang
rendah.

18
PRAKTIKUM PROSES INDUSTRI KIMIA

ACARA 3

PEMBUATAN OBAT GOSOK

19
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, obat gosok merupakan persediaan yang


harus ada. Hampir disetiap keluarga obat ini ada di lemari obat. Ada beberapa
jenis obat gosok yang sering digunakan oleh masyarakat umum, yaitu obat
gosok padat, krim, maupun cair. Meskipun obat gosok dengan berbagai merk
dengan mudah dapat kita temui di apotek maupun di toko obat, alangkah lebih
baiknya jika kita mengetahui bahan-bahan penyusunnya dan bagaimana cara
pembuatannya.

(Tim penyususn, 2022)

I.2 Tujuan Percobaan


Mempelajari pembuatan obat gosok.
I.3 Dasar Teori

Dalam kehidupan sehari-hari, obat gosok merupakan persediaan yang


harus ada. Hampir di setiap keluarga obat ini ada di lemari obat. Ada beberapa
jenis obat gosok yang sering digunakan oleh masyarakat umum, yaitu obat
gosok padat, krim, maupun cair.
Meskipun obat gosok dengan berbagai merek dengan mudah kita
temui di apotek maupun di toko obat, alangkah lebih baik jika kita mengetahui
bahan-bahan penyusunnya dan bagaimana cara pembuatannya.
Obat gosok padat yang sering kita jumpai, bahkan sering kita gunakan
antara lain : Vicks, Balsam dan lainnya. Obat gosok mempunyai fungsi sama
antara lain sebagai obat pilek, demam, gata-gatal (karena digigt serangga),
pegal-pegal dan membantu melegakan pernafasan.

20
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan obat gosok
padat (Vicks) adalah vaselin putih (kuning), lilin putih, menthol kristal,
kamper dan minyak kayu putih.
Vaselin putih disebut juga Vaselinum album merupakan campuran
hidrokarbon setengah padat yang telah diputihkan dan diperoleh dari minyak
mineral. Pemerian Vaselinum album massa seperti lemak, putih atau
kekuningan, pucat, tembus cahaya dan jika digosokkan pada kulit tidak berbau
serta massa berminyak transparan dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada
suhu 0◦. Vaselinum album mempunyai kelarutan praktis tidak larut dalam air,
dalam etanol 95%, namun larut dalam kloroform dan eter (Depkes, 2014).
Fungsinya adalah sebagai bahan pengisi dan pelicin agar Vicks jika
digosokkan pada kulit tidak menimbulkan iritasi.
Lilin putih disebut juga Cera alba yang merupakan zat putih dalam
lapisan tipis dan tembus cahaya yang berbau lemak dan khas. Lilin tidak larut
dalam air dan digunakan sebagai bahan tambahan (aditif) pada pembuatan
Vicks yang berfungsi untuk mengeraskan bahan-bahan dasarnya. Cera alba
banyak digunakan pada formulasi sediaan tropikal dengan konsentrasi 5% -
20% yang digunakan sebagai pengental pada salep dan krim. Kelarutan dari
Cera alba larut dalam klorofom, eter, minyak menguap, dan sedikit larut
dalam etanol 95% namun praktis dan tidak larut dalam air. Titik lebur Cera
alba berkisar antara 61◦C-65◦C (Kibbe, 2006).
Menthol kristal disebut juga Mentholinum adalah senyawa kimia yang
berasal dari alam dan merupakan senyawa yang termasuk dalam kelompok
terpenoid. Menthol merupakan kristal rapuh, tidak berwarna dengan bau
minyak permen (menyengat). Menthol meleleh pada suhu 40 ◦C, tidak larut
dalam air dan digunakan sebagai bahan karminatif pada pembuatan Vicks.
Menthol memiliki sifat antiseptik yang dapat menghambat kuman dan
analgenik. Senyawa menthol juga diklasifikasikan sebagai senyawa yang

21
dapat menimbulkan iritasi dengan sensasi rasa dingin pada konsentrasi 1,25%
hingga 16% (Wikipedia, 2021).
Kamper atau kapur barus adalah zat padat berupa lilin berwarna putih
dan agak transparan dengan aroma yang khas dan kuat. Kamper berbentuk
padat, rapuh, dan mudah menguap pada suhu kamar, jika terkena kulit akan
terasa panas tetapi akhirnya terasa sejuk (dingin). Kamper biasanya digunakan
sebagai wewangian, sebagai bumbu makanan (hanya di India), sebagai cairan
pembalseman dan untuk obat-obatan kimia (Wikipedia, 2021)
Kayu putih adalah sejenis pohon dimana hasil minyak dari olahan
daun keringnya dapat digunakan untuk obat. Meskipun kayu putih digunakan
untuk banyak tujuan kesehatan, namun belum ada bukti ilmiah untuk menilai
seberapa efektif kegunaannya. Tanaman kayu putih masuk dalam anggota
suku jambu-jambuan (Myrtaceae) dan genus Melaleuca.
Minyak kayu putih bisa digunakan sendiri maupun dikombinasikan
dengan bahan lain seperti sebagai lotion antiseptik yang digunakan untuk
mengobati nyeri sendi (rematik) dan nyeri lainnya. Minyak kayu putih
memiliki bau camphoraceous yang kuat seperti bau enceng gondok yang
memiliki kandungan herbal.

22
BAB II

PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan

A. Alat
1. Cetakan
2. Gelas beker
3. Pengaduk
4. Pemanas listrik
5. Gelas ukur
6. Timbangan
B. Bahan:
1. Vaseline 10 gram
2. Lilin putih 2 gram
3. Menthol 3 gram
4. Kamfer 3 gram
5. Minyak kayu putih 3 ml

II.2 Rangkaian Alat

Keterangan :

1. Pengaduk
2. Gelas beker
3. Pemanas listrik

Gambar II.2 1 Rangkaian alat pembuatan obat gosok

23
II.3 Diagram alir

Lilin putih 2 gram Menyiapkan alat dan bahan Vaselin


10 gram

Menimbang vaselin dan lilin putih

Memanaskan vaselin dan lilin putih di atas pemanas listrik


hingga mencair sempurna

Menthol 3 gram Mendiamkan campuran selama 5 menit Kamfer 3 gram

Menambahkan menthol dan kamfer ke dalam campuran dan


diaduk hingga rata
Minyak kayu putih 3 ml
Menambahkan minyak kayu putih dan diaduk hingga rata

Menuangkan campuran ke dalam cetakan

Mendiamkan hingga obat gosok memadat

Gambar II.3 1 Diagram alir pembuatan obat gosok

24
BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan

A. Komposisi Bahan
Vaseline : 10 gram
Lilin putih : 2 gram
Menthol : 3 gram
Kamfer : 3 gram
Minyak kayu putih : 3 ml
B. Hasil Pengamatan
Warna : putih susu
Aroma : seperti balsem
Jika dioleskan ke kulit terasa panas

III.2 Pembahasan

Praktikum “Pembuatan Obat Gosok” ini dilakukan dengan komposisi


bahan vaselin 10 gram, lilin putih 2 gram, kamfer 3 gram, minyak kayu putih
3 ml, dan menthol 3 gram.

Percobaan dilakukan dengan mencairkan vaselin dan lilin yang sudah


dihaluskan dengan mengaduknya terus menerus sampai mencair dan
homogen. Vaselin digunakan sebagai bahan pengisi dan pelicin agar jika
digunakan tidak menimbulkan iritasi kulit. Penggunaan lilin difungsikan
sebagai bahan pengental pada obat gosok. Sementara proses pengadukan
berfungsi agar vaselin dan lilin dapat menjadi campuran yang homogen serta
mencegah adanya gumpalan. Selanjutnya, campuran yang sudah mencair

25
(larutan) didiamkan selama 5 menit lalu menambahkan menthol dan kamfer
ke dalamnya dan mengaduknya kembali. Proses pendinginan dilakukan agar
saat menthol dan kamfer ditambahkan tidak mudah menguap karena kedua
bahan tersebut bersifat volatile. Menthol ditambahkan pada pembuatan ini
karena memberi sensasi dingin dan menyegarkan serta pemanas. Sementara
kamfer jika dikombinasikan dengan menthol akan menghilangkan rasa sakit,
Setelah diaduk, larutan ditambahkan minyak kayu putih sensasi hangat dan
aroma saat obat gosok digunakan. Kemudian, menuang larutan ke dalam
cetakan dan mendinginkannya.

Setelah percobaan dilakukan, didapatkan hasil obat gosok yang


berwarna putih susu, beraroma balsam, bertekstur kental. Dari hasil percobaan
tersebut dapat diketahui bahwa hasilnya cukup baik.

Berdasarkan hasil dari data percobaan yang ada dapat diketahui bahwa
faktor yang mempengaruhi pembuatan obat gosok antara lain:

1. Jumlah komposisi bahan. Jumlah komposisi bahan harus pas, tidak


kurang dan lebih agar hasil obat gosok yang terbentuk baik.
2. Pengadukan. Pengadukan dalam pembuatan obat gosok ini supaya
larutan menjadi homogen sehingga tidak ada gumpalan yang
terbentuk.
3. Pendinginan. Pendinginan juga menjadi faktor dalam pembuatan obat
gosok karena akan menghasilkan hasil yang berbeda ketika kamfer dan
menthol menguap saat dicampur dengan larutan lilin dan vaselin
dalam kondisi panas.

Manfaat dari gypsum diantaranya:

1. Meredakan pegal
2. Meredakan hidung tersumbat

26
3. Menghilangkan gatal
4. Mengusir nyamuk
5. Meredakan batuk saat dioleskan pada area leher dan dada

27
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pembuatan obat gosok dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pembuatan obat gosok dilakukan dengan cara mencampur vaselin dan
lilin putih pada suhu 70oC, selanjutnya menambahkan kamfer dan
menthol, kemudian menambahkan minyak kayu putih pada suhu 40 oC.
Setelah itu obat gosok dibiarkan hingga mengeras.
2. Pembuatan obat gosok dalam praktikum ini dapat dikatakan berhasil dan
menghasilkan obat gosok yang berwarna putih susu, beraroma balsem,
bertekstur lembek, dan jika dioleskan ke kulit terasa panas.

28
3.

PRAKTIKUM PROSES INDUSTRI KIMIA

ACARA 4

ETIL ASETAT

29
BAB I

PENDAHULUAN

II.1 LATAR BELAKANG


Ilmu kimia merupakan ilmu pengetahuan alam yang khusus mempelajari
tentang materi yang didalamnya mempelajari dan memahami struktur, susunan,
sifat, dan perubahan materi serta energy yang menyertainya. Sehingga manusia
sangat berkaitan erat dengan ilmu kimia. Salah satu yang dapat dilakukan
adalah sintesis (pembuatan) suatu senyawa dari beberapa senyawa yang
direaksikan.
Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak kegunaan serta
pasar yang cukup luas seperti pengaroma buah dan pemberi rasa seperti untuk
es krim, kue, kopi, teh atau juga untuk parfum, digunakan pada industri tinta
cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer cair dalam industri kertas, serta
banyak industri penyerap lainnya seperti industri farmasi, dan sebagainya (Mc
Ketta and Cunningham, 1992)
Di bidang kimia, senyawa etil asetat digunakan sebagai pelarut dan juga
sebagai pengekstrak senyawa dalam tumbuhan tertentu. Etil asetat diminati
karena sifat toksiknya yang lebih rendah dibandingkan pelarut lain.
Etil asetat pada umumnya diproduksi melalui reaksi esterifikasi dari
asam asetat dan etanol dengan adanya katalis asam sulfat. Dimana reaksi
esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks sebuah
asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang
digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat (H2SO4). Esterifikasi
dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+. Produk esterifikasi disebut ester yang
mempunyai sifat yang khas yaitu baunya yang harum. Sehingga pada umumnya
digunakan sebagai pengharum sintesis. Esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah struktur molekul dari alkohol, suhu proses, dan

30
konsentrasi katalis maupun reaktan. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari
cara pembuatan etil asetat dan pengaruh konsentrasi asam sulfat.

II.2 TUJUAN
Mempelajari pengaruh konsentrasi katalisator asam sulfat dalam
pembuatan etil asetat (esterifikasi).

II.3 DASAR TEORI


Interaksi antara suatu asam organik dan alkohol dapat menghasilkan
ester, reaksi dapat berjalan baik dan lambat. Pembuatan ester ini dikenal
sebagai reaksi esterifikasi. Reaksi yang berjalan sebaliknya yaitu peruraian
ester menjadi alkohol dan asam dikenal sebagai reaksi hidrolisa.
Reaksi :

O C

R – C – OH + H – O R’ R – C – O – R’ + H2O

Proses esterifikasi dapat dipercepat dengan adanya asam  mineral


sebagai katalisator. Umumnya asam mineral yang digunakan  adalah asam
sulfat pekat atau asam khlorida kering. Reaksi ini  dikerjakan dengan merefluk
campuran asam rganik dan alkohol  dengan sedikit asam
mineral,kesetimbangan tercapai setelah reaksi  berjalan beberapa jam. 
Penggunaan asam mineral sebagai katalisator dalam  esterifikasi
diperkenalkan oleh F. Fisher dan Speler pada tahun 1895.  Bila kita biarkan
ethanol dan asam asetat yang ekimolekuler bereaksi  dengan adanya sedikit
asam sulfat pekat,maka keadaan setimbang  akan tercapai setelah beberapa
jam,dimana pada saat ini 2/3 bagian  ester dan air,1/3 bagian sisaethanol dan
asam asetat. Menurut hukum  Guldberg dan Wange (hukum aksi

31
massa),tetapan kesetimbangan  reaksi esterifikasi tersebut dapat dinyatakan
dalam perumusan  sebagai berikut.

K=
( Etil Asetat ) (H O)
2
+
( 3 )( 3 )
2 2
=4
( 3 )( 3 )
(Asam Asetat )(Et h anol) 1 1

Jika ethanol dan asam asetat masing-masing banyaknya tertentu


direaksikan, maka banyaknya etil asetat yang terbentuk setelah kesetimbangan
dapat dihitung. Misal ethanol sebanyak a grammol dan asam asetat b grammol.
Pada saat kesetimbangan  tercapai. 
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
(b-x) (a-x) x x

x2
K=
(a−b)(b−x)

Untuk memperbesar hasil esterifikasi maka kesetimbangan harus


bergeser ke kanan, dan ini dapat dilakukan dengan cara melakukan
peningkatan terhadap molekul air,yaitu dengan  menambah asam sulfat pekat
atau asam klorida kering (gas HCl).
Ada dua kemungkinan mekanisme esterifikasi, pertama mekanisme
yang tergantung pada proses Acyl-oxy yaitu bergabungnya gugus OH dari
asam dengan H dari alkohol, kedua yaitu proses Acyl-oxy, proses yang pertama
yang lebih umum. Mekanisme proses Acyl-oxy adalah sebagai berikut :

32
BAB II

PELAKSANAAN PERCOBAAN

III.1 ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1. Erlenmeyer
2. Corong pisah
3. Pipet volume
4. Labu didih
5. Pipet tetes
6. Gelas ukur
7. Kertas pH
8. Gelas beker
9. Rangkaian alat refluks
10. Rangkaian alat destilasi

B. BAHAN
1. Asam asetat glasial 98 % : 15 gram
2. Etanol 95 % : 10 gram
3. H2SO4 pekat : 20 tetes
4. Natrium karbonat 5 % : 46 ml
5. CaCl3 jenuh : 2 ml
6. MgSO4 : 1 gram

33
III.2 RANGKAIAN ALAT

Keterangan :

1. Statif

2. Kondensor

3. Labu didih

4. Baskom isi air

5. Kompor pemanas

Gambar II.2. 1 Rangkaian alat refluk

Keterangan :

1. Statif

2. Labu didih

3. Kompor

4. Kondensor

5. Gelas beker

34
Gambar II.2 2 Rangkaian alat destilasi
III.3 DIAGRAM ALIR

Menyiapkan alat dan bahan


15 gr Asam asetat glasial
10 gr etanol 95%
Memasukkan asam asetat glasial dan etanol 95%
secara berhati-hati ke dalam labu destilasi.

Menambahkan asam sulfat pekat dan beberapa Batu didih


20 Tetes asam sulfat pekat batu didih.

Melakukan proses refluks pada suhu kira-kira 70°C


dengan menggunakan pemanas air 1 sampai 1,5
jam.

Mendinginkan larutan setelah proses refluks


selesai, kemudian melakukan destilasi 0,5 sampai
1 jam pada suhu 70°C.
46 ml Natrium karbonat 5%
Menetralisir destilat yang diperoleh dengan
menambahkan natrium karbonat lalu menguji pH
larutan dengan indicator.
35
Memindahkan larutan ke dalam corong pisah dan 2 ml CaCl2 jenuh
memisahkan lapisan ester dengan larutan CaCl2
jenuh.

1 gr MgSO4
Memurnikan ester menggunakan MgSO4.

Mencatat hasil meliputi volume, berat, warna dan bau

Gambar II.3. 1 Diagram alir pembuatan etil asetat

BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 HASIL PENGAMATAN


Bahan :
1. Asam asetat glasial 98% : 15 gram
2. Etanol 95% : 10 gram
3. H2SO4 pekat : 20 tetes
4. Natrium karbonat 5% : 46 ml
5. CaCl3 jenuh : 2 ml
6. MgSO4 : 1 gram

Data Pengamatan :
1. Berat hasil : 4,9 gram
2. Volume hasil : 4,2 ml
3. Warna bening

36
4. Bau menyengat

III.2 PERHITUNGAN
A. Mencari Volume Asam Asetat Glasial 98% adn Etanol 95%
Berat asam asetat glasial 98% : 15 gram
Berat etanol 95% : 10 gram
Densitas CH3COOH : 1,0549 gr/cm3
Densitas C2H5OH : 0,7879 gr/cm3

1. Volume CH3COOH
Massa
V =
ρ
15 gr
= 3
1,0549 gr /c m
= 14,22 cm3
= 14,22 ml

2. Volume C2H5OH
Massa
V =
ρ

10 gr
= 3
0,7879 gr /c m
= 12,7 cm3
= 12,7 ml
B. Mencari Berat Este Secara Teori (CH3COOC2H5)
Mr CH3COOH : 60 gr/mol
Mr C2H5OH : 46 gr/mol

37
Berat CH3COOH : 15 gram
Berat C2H5OH : 10 gram
1. Persamaan Pembentukan Ester
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
2. Mencari Mol Sisa Ester
Massa
Mol CH3COOH =
Mr

15 gr
=
60 gr /mol
= 0.25 mol
Massa
Mol C2H5OH =
Mr
10 gr
=
46 gr / mol
= 0.22 mol

Stoikiometri
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
m 0,25 mol 0,22 mol - -
r 0,22 mol 0,22 mol 0,22 mol 0,22 mol
s 0,03 mol - 0,22 mol 0,22 mol

3. Mencari Berat CH3COOC2H5 Teoritis


massa
n =
Mr
massa CH3COOC2H5 = n . Mr
= 0,22 mol . 88 gr/ mol
= 19,36 gram

38
C. Mencari Densitas CH3COOC2H5 Percobaan
Volume ester : 4,9 ml
Massa ester : 4,2 gram
massa
ρ CH3COOC2H5 =
V
4,2 gram
=
4,9 ml

= 0,857 gr/ml

D. Mencari Nilai Yield


berat ester percobaan
% Yield = x 100 %
berat ester teoritis

4,9 gram
= x 100 %
19,36 gram

= 25,3 %

III.3 PEMBAHASAN
Pembuatan etil asetat dijalankan melalui reaksi esterifikasi dari asam

asetat dan etanol. Hasil yang diperoleh dari percobaan antara lain sebagai
berikut.
Tabel III.2 1 Etil asetat percobaan

Densitas 0,857 gr/ml


Massa 4,9 gram
Volume 4,2 ml
Warna Bening
Bau Menyengat
Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan densitas etil asetat

39
0,857 g/ml. Sedangkan etil asetat pada umumnya memiliki densitas berkisar
pada 0,9003 gr/ml sehingga dapat dikatakan mendekati standar. Pada bagian
warna, dihasilkan warna yang bening dimana sesuai dengan etil asetat yang
ada. Selanjutnya pada massa yang diperoleh menunjukkan angka 4,9 gram,
namun pada proses perhitungan justru didapatkan 19,36 gram. Dari angka
tersebut maka terdapat persen yield sebesar 25,3% yang menunjukkan hanya
sebagian kecil etil asetat dari yang semestinya didapatkan. Hal ini
menunjukkan konversi yang dihasilkan masih kurang besar. Pada reaksi
esterifikasi ini memiliki sifat reversible bolak-balik dan terdapat hasil samping
berupa air. Apabila ingin menggeser kesetimbangan kea rah pembentukan
ester dapat dilakukan dengan cara melebihkan jumlah mol salah satu reaktan
atau memisahkan air yang terbentuk agar reaksi sebaliknya tidak berlangsung.

BAB IV

PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan antara
lain :
1. Pembentukan etil asetat percobaan masih perlu ditingkatkan
kesetimbangannya ke kanan dengan melebihkan jumlah mol
salah satu reaktan.
2. Katalisator asam sulfat akan mempercepat reaksi berjalan.
Semakin besar konsentrasi, semakin cepat pula reaksi.

40
PRAKTIKUM PROSES INDUSTRI KIMIA

ACARA 5

41
PEMBUATAN SABUN LUNAK

42
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sabun  merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam


lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak. Sabun berfungsi
sebagai zat yang mampu membersihkan dan mengangkat benda asing. Dalam
kehidupan sehari-hari, biasanya sabun digunakan sebagai bahan untuk
mencuci maupun membersihkan kotoran yang menempel di tubuh.
Fungsi sabun adalah sebagai bahan pembersih. Sabun menurunkan
tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan air untuk membasahi bahan
yang dicuci dengan lebih efektif. Sabun bertindak sebagai suatu zat
pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan sabun teradsorpsi pada butiran
kotoran.
Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan
jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran
seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas
rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri. Kandungan zat-
zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis
sabun. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung
pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa digunakan pada sabun
keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakan
pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH). Praktikum ini bertujuan
untuk membuat sabun lunak. Sabun jenis ini disebut sabun lunak karena
kalium hidroksida memiliki sifat pemutih (bleaching) yang lebih lunak
daripada natrium hidroksida yang digunakan pada sabun keras. Contoh sabun
lunak adalah semua produk sabun mandi, sampo, dan pasta gigi.

43
I.2 Tujuan Percobaan
Membuat sabun lunak.
I.3 Dasar Teori
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal.
Sabun sendiri tidak pernah secara actual ditemukan, namun berasal dari
pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan
bahan baku pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun digunakan untuk
menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya
Tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun
diantaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan
pewarna.
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut :
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah
trigliserida dengan alkali (KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin.
Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

44
Gambar I.3.1 Reaksi saponifikasi
Reaksi pembuatan sabun (saponifikasi) menghasilkan sabun sebagai
produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk
samping juga memiliki nilai jual.
Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali.
Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki
kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang
lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun
padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang
digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun cair menggunakan kalium
hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan
juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan
menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak
kacang, dan minyak biji katun.
Bahan baku : Minyak/lemak
Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa
ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak
yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara
minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak
akan berwujud cair pada temperature ruang (± 28oC), sedangkan lemak akan
berwujud padat.
Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa
trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara

45
12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan
menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan
membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam
lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan
menyebabkan sabun mudah beroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga
sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap
sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak
memiliki ikatan rangkap. Sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih
lembek dan mudah meleleh pada temperature tinggi.

46
BAB II

PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan

A. Alat
1. Gelas beker
2. Batang pengaduk
3. Thermometer
4. Pipet tetes
5. Gelas ukur
6. Corong
7. Gelas arloji
8. Timbangan
9. Kompor pemanas

B. Bahan:

1. KOH 1,4 gr
2. Aquadest 3,3 ml
3. Minyak Kelapa 10 ml
4. Asam stroarat 1 gr
5. Minyak Zaitun 1 ml
6. Gliserin 4 gr

47
II.2 Rangkaian Alat

Keterangan :

1. Termometer
2. Batang Pengaduk
3. Panci
4. Gelas Beker
5. Kompor pemanas

Gambar II.2. Rangkaian alat pembuatan sabun lunak

48
II.3 Diagram alir

Menyiapkan alat dan bahan


1,4 gram KOH 3,3 ml akuades

Melarutkan 1,4 gr KOH dalam 3,3 ml akuades kemudian


mendinginkannya
Larutan KOH 10 ml minyak kelapa
Memasukkan larutan KOH dan minyak kelapa ke dalam gelas
beker

Memanaskan campuran tersebut dan diaduk-aduk hingga suhu


70oC

Mematikan pemanas dan mendinginkan campuran


Aroma terapi, pewarna, parfum, minyak zaitun

Menambahkan bahan pendukung

Mencatat waktu pembentukan sabun, mengamati pH dan penampakan sabun

Gambar II.3 1 Diagram Alir pembuatan sabun lunak

49
BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan


1. KOH = 1,4 gr
2. Aquadest = 3,3 ml
3. Minyak kelapa = 10 gr
4. Asam Stroarat = 1 gr
5. Gliserin = 4 gr
6. Minyak Zaitun = 1 ml
7. Waktu = 25 menit
8. pH = 8 
9. Penampakan = Padat lunak
III.2 Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan proses pembuatan sabun lunak. Reaksi


dalam pembuatan sabun adalah reaksi saponifikasi, yaitu hidrolisis asam
lemak/minyak dengan alkali yang menghasilkan sabun dan gliserin. Minyak
yang digunakan dalam praktikum ini adalah minyak kelapa. Alkali yang
digunakan pada pembuatan sabun lunak adalah kalium hidroksida (KOH).
Reaksi yang terjadi dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

50
Gambar III.2.1 Reaksi saponifikasi
Komposisi bahan baku dalam pembuatan sabun perlu diperhatikan.
Penggunaan minyak berlebih dapat menyebabkan sabun yang dihasilkan
keruh. Penggunaan basa dengan konsentrasi tinggi akan menyebabkan
terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasanya tidak homogen, sedangkan
bila basanya memiliki konsentrasi rendah maka reaksi saponifikasi
membutuhkan waktu lama.
Dalam pembuatan sabun, dapat juga ditambahkan bahan pendukung
seperti aroma terapi, pewarna, parfum, dan minyak zaitun. Aroma terapi
berfungsi sebagai relaksan. Penambahan parfum bertujuan untuk memberikan
aroma wangi pada sabun, sedangkan penambahan pewarna bertujuan untuk
memberikan warna pada sabun agar tampilannya lebih menarik. Minyak
zaitun berfungsi untuk menghaluskan kulit.
Pada proses pembuatan, dilakukan pemanasan minyak kelapa dan
larutan KOH hingga suhu 70oC. Suhu ini merupakan suhu yang optimal untuk
pembuatan sabun sehingga minyak kelapa dan KOH dapat bereaksi dengan
sempurna. Pemanasan campuran dilakukan disertai dengan pengadukan.
Pengadukan berfungsi agar campuran homogen serta untuk memperbesar
kemungkinan tumbukan molekul reaktan yang bereaksi sehingga
kemungkinan terjadi reaksi besar.
Dalam pembuatan sabun lunak, didapatkan sabun dengan pH 8 dan
memiliki penampakan padat lunak. Waktu yang diperlukan dalam
pembentukan sabun adalah 25 menit. Menurut standar mutu SNI 06-3532-
1994, nilai derajat keasaman yang baik pada sabun berkisar antar 8-10.
Sehingga sabun yang dihasilkan dari praktikum ini sudah memenuhi pH
standar. Sabun yang kami dapat memiliki tekstur padat lunak. Hal ini dapat
disebabkan karena komposisi yang digunakan untuk pembuatan sabun kurang
sesuai, karena sabun lunak yang baik memiliki tekstur lunak.

51
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum “Pembuatan Sabun Lunak” dapat disimpulkan
bahwa pembuatan sabun lunak dilakukan melalui reaksi saponifikasi, yaitu
hidrolisis asam lemak dengan adanya basa kuat dengan menghasilkan gliserin
sebagai produk samping. Dimana dalam membuat sabun lunak, basa yang
digunakan adalah KOH yang dilarutkan dalam aquadest, kemudian
dicampurkan dengan minyak lalu dipanaskan sambil diaduk dan didinginkan,
kemudian ditambahkan dengan bahan pendukung dan didiamkan hingga
terbentuk sabun lunak.
Sabun lunak yang dihasilkan memiliki pH 8 dan penampakan padat
lunak. pH yang didapatkan telah memenuhi standar. Namun dari segi tekstur,
masih belum memenuhi standar karena sedikit padat.

52
PRAKTIKUM PROSES INDUSTRI KIMIA

ACARA 6

PEMBUATAN SABUN LUNAK

53
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sabun  merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam


lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak. Sabun berfungsi
sebagai zat yang mampu membersihkan dan mengangkat benda asing. Dalam
kehidupan sehari-hari, biasanya sabun digunakan sebagai bahan untuk
mencuci maupun membersihkan kotoran yang menempel di tubuh.
Fungsi sabun adalah sebagai bahan pembersih. Sabun menurunkan
tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan air untuk membasahi bahan
yang dicuci dengan lebih efektif. Sabun bertindak sebagai suatu zat
pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan sabun teradsorpsi pada butiran
kotoran.
Kebutuhan alat pembersih seperti sabun semakin mengalami
peningkatan dengan banyaknya polusi yang dapat menimbulkan potensi
penyakit yang diawali dengan kotoran, keringat, dan bakteri pada kulit. Sabun
yang berkualitas baik dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan. Salah
satu bahan baku yang sangat potensial dalam pembuatan sabun adalah minyak
kelapa. Hal ini dikarenakan adanya kandungan asam laurat dan vitamin E
yang tinggi. Sabun yang akan dihasilkan memiliki tampilan yang transparan,
serta menghasilkan busa yang lebih lembut dikulit. Sabun transparan
merupakan sabun batangan yang memiliki struktur yang bening (Dyartanti,
2014).
Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan
jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran

54
seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas
rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun
padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang
digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium
hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium
hidroksida (KOH) sebagai alkali. Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan
sabun padat.
I.2 Tujuan Percobaan
Membuat sabun padat.
I.3 Dasar Teori
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal.
Sabun sendiri tidak pernah secara actual ditemukan, namun berasal dari
pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan
bahan baku pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun digunakan untuk
menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya
Tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun
diantaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan
pewarna.
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut :
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah
trigliserida dengan alkali (NaOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin.
Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

55

Gambar I.3. 1 Reaksi Saponifiksi


Reaksi pembuatan sabun (saponifikasi) menghasilkan sabun sebagai
produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk
samping juga memiliki nilai jual.
Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali.
Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki
kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang
lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun
padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang
digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium
hidroksida (NaOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan
juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan
menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak
kacang, dan minyak biji katun.
Bahan baku : Minyak/lemak
Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa
ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak
yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara
minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak
akan berwujud cair pada temperature ruang (± 28oC), sedangkan lemak akan
berwujud padat.
Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa
trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara
12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan
menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan
membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam
lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan
menyebabkan sabun mudah beroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga

56
sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap
sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak
memiliki ikatan rangkap. Sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih
lembek dan mudah meleleh pada temperature tinggi.
(Tim penyusun, 2022)

57
BAB II

PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan

C. Alat
1. Gelas beker
2. Batang pengaduk
3. Thermometer
4. Pipet tetes
5. Gelas ukur
6. Corong
7. Gelas arloji
8. Timbangan
9. Kompor pemanas
10. Cetakan sabun

D. Bahan:

1. NaOH 2 gr
2. Aquadest 5 ml
3. Minyak Kelapa 10 ml
4. Asam stearate 1 gr
5. Bahan pendukung (aroma terapi, pewarna, parfum, minyak zaitun)

58
II.2 Rangkaian Alat

Keterangan :

a. Termometer
b. Batang pengaduk
c. Panci
d. Gelas beker
e. Kompor pemanas

Gambar II.2.1 Rangkaian alat pembuatan sabun padat

59
II.3 Diagram alir

5 ml akuades
2 gr Menyiapkan alat dan bahan
NaOH

Melarutkan 2 gr NaOH dalam 5 ml akuades

Mendinginkan larutan

10 ml minyak kelapa
Memanaskan minyak sampai suhu 70 oC

Mematikan pemanas dan mendinginkan hingga suhu 50 oC

Larutan NaOH
Menambahkan larutan NaOH ke dalam minyak dan diaduk rata

Aroma terapi, pewarna, parfum, minyak zaitun

Memanaskan kembali dan menambahkan bahan pendukung

Memasukkan campuran ke dalam cetakan

Mencatat tektur, warna, aroma, dan berat pada sabun


Gambar II.3.1 Diagram alir pembuatan sabun PADAT

60
BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan


A. Bahan :
1. NaOH = 2 gram
2. Aquadest = 5 ml
3. Minyak Kelapa = 10 ml
4. Asam stearate = 1 gram
B. Hasil Pengamatan :
1. Berat = 11,4375
2. Penampakan
- Warna = Putih susu
- Tekstur = Padat
- Aroma = harum

III.2 Pembahasan

Praktikum pembuatan sabun dengan reaksi saponifikasi menggunakan


asam lemak yaitu minyak kelapa dan alkali NaOH. Selain kedua bahan
tersebut, ditambahkan pula bahan tambahan lainnya seperti parfum.
Pembuatan diawali dengan mencampur NaOH dan minyak kelapa.
Minyak kelapa dalam proses ini mempengaruhi wujud sabun serta tingkat
kestabilan busa yang dihasilkan nantinya. Selain itu, minyak juga berfungsi
sebagai agen pembersih. Penggunaan NaOH berperan sebagai alkali yang
bereaksi dengan trigliserida (minyak kelapa) membentuk sabun dengan hasil
samping gliserin. Jumlah penambahan NaOH harus pada jumlah yang tepat
karena jika berlebih, alkali bebas yang tidak berikatan dengan trigliserida akan

61
terlalu tinggi. Ini dapat berdampak pada kualitas sabun yang terproduksi yaitu
bisa menyebabkan iritasi pada kulit saat dipakai. Jika penambahan NaOH
terlalu sedikit, asam lemak yang tinggi dapat mengganggu proses
pengemulsian sabun dan kotoran pada saat sabun digunakan.
Proses dilanjutkan dengan menambahkan asam stearate ke dalam
campuran NaOH dan minyak kelapa lalu mengaduknya hingga homogen serta
memanaskannya sampai suhu 70°C. Asam stearate berpengaruh pada
pengentalan campuran, setelah diaduk dan dipanaskan. Selanjutnya ditambah
larutan NaOH, alcohol, gliserin, serta parfum. Alcohol berfungsi sebagai
pemberi efek transparan dan pengawet yang dapat menghambat timbulnya
ketengikan akibat adanya bahan minyak dalam proses ini. Selain itu, alcohol
juga bisa mempengaruhi tingkat kelarutan menjadi tinggi saat bereaksi dengan
minyak. Gliserin sendiri berfungsi sebagai pelembab serta meningkatkan
aspek (kualitas) pembersihan sabun. Gliserin juga membantu dalam
pembentukkan tekstur sabun bila dicampur dengan alcohol. Penambahan
parfum untuk menambah aroma pada sabun yang dihasilkan nanti.
Setelah seluruh bahan dicampurkan lalu diaduk dan dipanaskan sampai
suhu 70°C, campuran dituang pada cetakan. Hasil akhir sabun bertekstur
padat, beraroma wangi, berwarna putih susu, memiliki berat 11,4375 gram.

62
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa:
1. Berat = 11,4375 gram
2. Tekstur = padat.
3. Warna = pitih susu
4. Aroma = wangi

63
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun. 2022. Petunjuk Praktikum Proses Industri Kimia. Yogyakarta : UPN
“Veteran” Yogyakarta.

Dyartanti, dkk. 2014. Pengaruh Penambahan Minyak Sawit pada Karakteristik


Sabun Transparan. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Diakses dari
https://jurnal.uns.ac.id/ekuilibrium/article/viewFile/24838/17498. Diakses
pada 30 Mei 2022.

Widyasanti, Asri. dkk. 2016. Pembuatan Sabun Padat Transparan Menggunakan


Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil) Dengan Penambahan Bahan Aktif Ekstrak
Teh Putih (Camellia Sinensis). Bandung : Universitas Padjajaran. Diakses
dari https://media.neliti.com/media/publications/134405-ID-none.pdf.
Diakses pada 30 Mei 2022

Aprilia, Marisa,dkk. 2019. Laporan Praktikum Kimia Organik II Pembuatan Etil


Asetat. Semarang : Universitas Ngudi Waluyo

Harry, Gede. 2016. Laporan Praktikum Balsam Salisilat. Diakses dari


https://www.scribd.com/document/332069855/Laporan-Praktikum-Balsam-
Metilsalisilat. Diakses pada 18 Mei 2022.

Kontributor dari Sumber Aneka Karya Abadi. (29 Januari 2016). Pengaruh pH Pada
Kualitas Produk Diary. From website : saka.co.id/news-detail/pengaruh-pH-
pada-kualitas-produk-diary.
Naafiumamah, Farihah.dkk. 2018. Tugas Akhir Pabrik Gypsum dari Kalsium
Karbonat (CaCO3) dan Asam Sulfat (H2SO4) Dengan Proses Sintesis.
Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

64
65
LAMPIRAN

A. LAMPIRAN GARAM MEJA

Gambar 1. Penimbangan garam dapur Gambar 2. Pelarutan garam

Gambar 3. Penyaringan larutan garam Gambar 4. Penambahan Na2CO3

Gambar 5. Penyaringan larutan Gambar 6. Pemanasan larutan

66
Gambar 7. Penimbangan garam meja
B. LAMPIRAN PEMBUATAN GYPSUM

Gambar 1. Alat dan bahan praktikum Gambar 2. Penimbangan CaCO3

Gambar 3. Pelarutan CaCO3 Gambar 4.


Penambahan H2SO4

C. LAMPIRAN ETIL ASETAT

67
Gambar 1. Memasukkan asam asetat dan Gambar 2. Penambahan asam sulfat

etanol dalam labu didih pekat

Gambar 3. Proses refluks Gambar 4. Proses distilasi

Gambar 5. Penambahan natrium karbonat Gambar 6. Pengecekan pH

68
Gambar 7. Penambahan CaCl2 Gambar 8. Penambahan MgSO4

Gambar 9. Pemisahan campuran

69
D. LAMPIRAN PEMBUATAN SABUN LUNAK

Gambar 1. Memasukkan minyak kelapa Gambar 2. Penambahan KOH dalam


gelas beker

Gambar 3. Pengadukan dan pemanasan Gambar 4. Sabun lunak yang dihasilkan


campuran

70

Anda mungkin juga menyukai