Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PERPINDAHAN KALOR

Acara 6: Penentuan Efisiensi Perpindahan Bentuk Energi Panas Menjadi


Energi Listrik
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELKANG

Panas merupakan salah satu bentuk energi yang banyak digunakan oleh
masyarakat. Penggunaan panas dalam aktivitas masyarakat dapat secara
langsung, maupun tidak langsung berbentuk energi lain. Banyak sumber
energi yang memiliki potensi panas yang dapat dikonversikan menjadi energi
listrik yaitu : energi kimia, nuklir, matahari, biomassa, bahan bakar dan lain-
lain. Dengan demikian dengan memanfaatkan perpindahan energi panas yang
terjadi kita dapat mengetahui peluang yang lebih besar untuk mencari energi
alternatif sumber energi listrik di dalam kehidupan sehari-hari. Disisi lain,
konversi energi panas menjadi energi listrik sebagai salah satu solusi
keterbatasan materi sumber energi listrik sangat diperlukan. Salah satu bentuk
perpindahan energi panas yaitu berubah bentuk menjadi energi listrik.

Alat konversi energi panas menjadi energi listrik masih sulit ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Kita hanya bisa menemukan penerapan konsep
konversi tersebut dalam skala yang besar, yaitu di pusat pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU) yang memanfaatkan energi panas bumi menjadi energi
listrik. Sehingga diperlukan sebuah system yang dapat digunakan untuk
memperagakan perilaku konversi energi panas menjadi energi listrik dalam
skala kecil di laboratorium.

Salah satu perangkat untuk merubah bentuk energi panas menjadi


energi listrik adalah termoelektrik yang tersedia di pasaran. Alat ini memiliki
kemampuan mengkonversi energi panas menjadi energi listrik atau
sebaliknya. Oleh sebab itu perlu dilakukan percobaan untuk mempelajari
perpindahan bentuk panas ini dengan melakukan uji di laboratorium.

(Tim Penyusun, 2022)


I.2 TUJUAN

1. Mengidentifikasi berbagai macam jenis proses perpindahan panas pada


sebuah sistem.
2. Menganalisa proses perubahan bentuk energi panas menjadi bentuk
energi lainnya(listrik).
3. Membuat grafik hubungan antara perbedaan suhu (∆T) pada lempeng
termoelektrik dengan keluaran tegangan dan arus listrik (Volt,
Ampere).

I.3 DASAR TEORI

A. Termoelektrik
Termoelektrik adalah teknologi yang bekerja dengan mengkonversi
energi panas menjadi energi listrik secara langsung (generator
termoelektrik), atau sebaliknya. Pembangkit termoelektrik (TEG)
didasarkan pada efek Seebeck, yang pertama kali ditemukan tahun 1821
oleh Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi
dalam sebuah rangkaian. Diantara kedua logam tersebut lalu diletakkan
jarum kompas. Ketika sisi logam tersebut dipanaskan, jarum kompas
ternyata bergerak. Hal ini terjadi oleh karena aliran listrik yang terjadi
pada logam menimbulkan medan magnet. Medan magnet inilah yang
menggerakkan jarum kompas tersebut. Fenomena tersebut kemudian
dikenal dengan efek Seebeck.

Gambar 1.3.1 Struktur TEG.


Gambar diatas menunjukkan struktur TEG yang terdiri dari suatu
susunan elemen tipe-n (material dengan kelebihan elektron) dan tipe-p
(material dengan kekurangan elektron). Panas masuk pada satu sisi dan
dibuang dari sisi yang lainnya, menghasilkan suatu tegangan yang
melewati sambungan termoelektrik. Besarnya tegangan yang dihasilkan
sebanding dengan gradien temperature.
Modul termoelektrik adalah sirkuit terintegrasi dalam bentuk solid
yang menggunakan tiga prinsip termodinamika yang dikenal sebagai efek
Seebeck, Peltier dan Thompson. Konstruksinya terdiri dari pasangan
material semikonduktor tipe-p dan tipe-n yang membentuk termokopel
yang memiliki bentuk seperti sandwich antar dua wafer keramik tipis
untuk menghasilkan listrik ketika panas dan dingin digunakan sebagai
perbedaan temperaturnya.
Heat sink digunakan untuk membantu meningkatkan pelepasan
kalor pada sisi dingin sehingga meningkatkan efisiensi dari modul
tersebut. Potensi pembangkitan daya dari modul termoelektrik tunggal
akan berbeda-beda bergantung pada ukuran, konstruksi dan perbedaan
temperaturnya. Perbedaan temperature yang makin besar antara sisi
panas dan sisi dingin modul akan menghasilkan tegangan dan arus yang
lebih besar. Modul-modul termoelektrik dapat juga disambungkan
bersama baik secara seri maupun parallel seperti baterai untuk
menghasilkan tegangan atau arus listrik. Tiap modul mampu
menghasilkan tegangan rata-rata 1-2V DC bahkan sampai 5V DC
bergantung pada variasi elta temperaturnya, tetapi umumnya satu modul
termoelektrik menghasilkan 1,5-2V DC.

Kalor yang diserap akan berpindah melalui semikonduktor


bersamaan dengan pergerakan elektron ke sisi panas modul (Th). Pada
kondisi ideal, jumlah kalor yang diserap pada sisi dingin dan dilepas pada
sisi panas bergantung pada koefisien Peltier dan arus listrik yang
digunakan. Pada saat dioperasikan jumlah kalor yang diserap pada sisi
dingin akan berkurang dikarenakan dua faktor, yaitu kalor yang terbentuk
pada material semikonduktor dikarenakan perbedaan temperature antara
sisi dingin dan sisi panas modul (conducted heat) dan Joule Heat yang
nilainya akan sama dengan kuadrat dari arus listrik yang digunakan.
Sehingga pada kondisi apapun kesetimbangan termal yang terjadi karena
efek Peltier pada sisi dingin akan sama dengan jumlah kalor yang
terbentuk pada semikonduktor dijumlahkan dengan 1/2 Joule heat.

(Tim Penyusun, 2022)


BAB II

PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1 ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Gelas Beker
2. Kompor Listrik
3. Stopwatch
4. Termometer 3 buah
5. Statif
6. Termoelektrik
7. Multimeter
8. Plat Tembaga
B. Bahan
1. Akuades
2. Es Batu

II.2 RANGKAIAN ALAT

Keterangan
b
gambar:
Statif dan Klem
a Termometer
c Termoelektrik
Plat tembaga
d
Gelas beker
e Kompor
Multimeter

Gambar 2.II.1 Rangkaian alat saat percobaan.


II.3 DIAGRAM ALIR

Menyiapkan alat dan bahan

Akuades Mengukur volume air dan menuangkannya


ke dalam gelas beker

Memeriksa suhu mula-mula

Memanaskan air

Meletakan plat tembaga pada bibir gelas


beker dan termoelektrik di atas plat
tembaga dengan heat sink termoelektrik
berada di bawah

Mencatat suhu akuades, plat tembaga, dan


cold sink termoelektrik setiap menit
hingga suhu plat tembaga 70oC

Setelah suhu air mencapai 70oC,


menambahkan beker glass berisi es batu di
atas cold sink
Mencatat suhu plat tembaga dan suhu cold
sink termoelektrik setiap menit sampai
didapatkan suhu konstan

Mencatat tegangan yang tertera pada


multimeter tiap menit

Gambar II.3.1 Diagram alir saat percobaan.


BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 DATA HASIL PENGAMATAN

Volume air : 160 ml

Suhu air awal : 29oC

Suhu heat sink awal : 29oC

Suhu cold sink awal : 29oC

Tabel 1.III.1 Data hasil pengamatan.

Tegangan
Waktu T air T heat T cold
No Listrik
(menit) (oC) sink (oC) sink (oC)
(volt)
1 2 31 30 28 0,02
2 4 33 33 30 0,02
3 6 36 36 34 0,02
4 8 43 38 35 43,8
5 10 57 43 36 58,9
6 12 53 46 38 59,7
7 14 68 50 39 78,6
8 16 76 51 40 89,0

Tabel 2.III.1 Data hasil pengamatan ditambahkan es batu

Tegangan
Waktu T air T heat T cold
No Listrik
(menit) (oC) sink (oC) sink (oC)
(volt)
1 2 89 56 40 70,9
2 4 99 56 37 102,8
III.2 PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukn praktikum dengan judul


“Penentuan Efisiensi Perpindahan Bentuk Energi Panas Menjadi Energi
Listrik”. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi berbagai
macam jenis proses perpindahan panas pada sebuah sistem, menganalisa
proses perubahan bentuk energi panas menjadi bentuk energi
lainnya(listrik), dan membuat grafik hubungan antara perbedaan suhu (∆T)
pada lempeng termoelektrik dengan keluaran tegangan dan arus listrik
(Volt, Ampere).

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini cukup sederhana,


yaitu akuades dan es batu. Akuades dimasukan ke dalam gelas beker dan
dipanaskan, kemudian diatasnya diberi plat tembaga dan termoelektrik
dengan posisi termoelektrik heat sink-nya menghadap bawah. Akuade
dipanaskan hingga suhu 70oC. Setelah dipanaskan kemudian diatas
termoelektrik diberi gelasbeker kecil berisi es batu, dan suhunya diukur
kembali. Dari hasil percobaan tersebut didapatakan sebuah grafik sebagai
berikut:

18
16
14
12
10
∆T

8
6
4
2
0
0.002 0.002 0.002 43.8 58.9 59.7 78.6 89
Voltase

Gambar III.2.1 Grafik perbedaan suhu dengan tegangan sebelum


penambahan es batu

Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa semakin besar nilai


∆T maka tegangan listrik yang dihasilkan akan semakin besar. Sesuai yang
dikatakan oleh Jean Charles Peltier untuk melihat kebalikan fenomena pada
efek Seebeck. Beliau mengalirkan listrik pada dua logam yang direkatkan
dalam sebuah rangkaian. Arus listrik yang dialirkan menghasilkan
penyerapan panas pada salah satu sambungan kedua logam dan pelepasan
panas pada sambungan yang lainnya. Ketika arah arus dibalik, penyerapan
dan pelepasan panas saling berbalik. Efek ini kemudian dikenal dengan
sebutan Efek Peltier. uatan yang dibawa oleh semikonduktor tipe-p adalah
hole sedangkan muatan yang dibawa oleh semikonduktor tipe-n adalah
elektron. Pada efek Seebeck, elektron yang berasal dari material tipe-n
mengalir dari permukaan yang dingin ke permukaan yang panas dan hole
yang berasal dari material tipe-p mengalir dari permukaan yang panas ke
permukaan yang dingin. Pada efek Peltier, elektron yang berasal dari
material tipe-n mengalir dari permukaan yang panas ke permukaan yang
dingin dan hole yang berasal dari material tipe-p mengalir dari permukaan
yang dingin ke permukaan yang panas.

Selain grafik diatas, pada percobaan kali ini juga didapatkan grafik
lain, sebagai berikut:

4.5
4
3.5
3
2.5
∆T

2
1.5
1
0.5
0
70.9 102.8
Voltase

Gambar III.2.2 Grafik hubungan antara perbedaan suhu dengan tegangan


setelah pembahan es batu

Pada grafik diatas juga terlihat bahwa semakin besar perbedaan suhu maka
tengangan listrik yang dihasilkan akan semakin besar. Setiap logam
memiliki koefisien Seebeck yang berbeda. Hal tersebut terjadi karena
adanya perbedaan kerapatan elektron bebas pada masing- masing bahan.
Koefisien Seebeck pada logam ada yang bernilai positif dan ada yang
bernilai negatif disebabkan oleh tipe material bahan tersebut. Koefisien
Seebeck yang positif dimiliki oleh material tipe-p sedangkan Koefisien
Seebeck yang negatif dimiliki oleh material tipe-n.

Perpindahan panas dalam sistem terdapat tiga jeni, yaitu konduksi,


konveksi, dan radiasi. Pada percobaan ini perpindahan panas yang terjadi
adalah secara konveksi dan konduksi. Konveksi terjadi ketika uap akuades
yang dipanaskan membuat tembaga menjadi panas. Dan konduksi terjadi
keika plat tembaga dan termoelektrik saling bersentuhan maka proses
transfer panas akan terjadi.
BAB IV

PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah praktikan lakukan, dapat disimpulkan


bahwa:

1. Perpindahan pana yang terjadi adalah secara konduksi dan konveksi.


2. Perubahan energi yang terjadi adalah dari energi panas menjadi energi
listrik.
3. Semakin besar perubahan suhu (∆T) maka semakin besar pula tegangan
listrik (volt) yang dihasilkan.
4. Berikut grafik perbandingan hubungan perbedaan suhu dengan
tegangan sebelum dan setelah di tambah es batu.

120
100 102.8
89
80 78.6
70.9
60 58.9 59.7 Percobaan I
ΔT

43.8 Percobaan II
40
20
0 0 0.020.02
2 4 6 8 10 12 14 16
Voltase

Gambar VI.1.1 grafik perbandingan hubungan perbedaan suhu dengan


tegangan sebelum dan setelah di tambah es batu
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun.2020.Buku Petunjuk Praktikum Perpindahan Kalor.Yogyakarta:


Laboratorium Perpindahan Kalor UPN “V” Yogyakarta.

Suprapto, dkk.2013.Termoelektrik. Diakses melalui https://prapsky.wordpress


.com/2013/10/29/modul-praktikum-termoelektrik/ pada 25 September 2022.

Anda mungkin juga menyukai