Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pemuaian termal adalah fenomena fi sika yang
penting dalam ilmu fisika dan teknik. Ini merujuk
pada perubahan dimensi suatu bahan sebagai akibat
perubahan suhunya. Ketika suhu suatu benda naik,
atom dan molekul di dalamnya menjadi lebih aktif,
menyebabkan jarak antar atom dan molekul
tersebut bertambah. Sebaliknya, ketika suhu turun,
bahan tersebut akan menyusut.

Pemuaian termal adalah konsep penting karena


berdampak pada banyak aspek dalam kehidupan
sehari-hari dan dunia teknologi. Pemahaman
tentang pemuaian termal diperlukan dalam desain
bangunan, peralatan elektronik, peralatan termal,
dan banyak aplikasi teknik lainnya. Dalam praktikum
ini, kami akan menjelaskan konsep dasar pemuaian
termal, mengukur koefisien pemuaian linear suatu
bahan, dan menganalisis hasil pengukuran.
Dalam praktikum ini, kita akan menggunakan
metode eksperimental untuk mengukur koefisien
pemuaian linear suatu bahan dan memahami
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dan dunia
teknologi.

1.2 Tujuan praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah:

1) Memahami dasar-dasar pemuaian termal dan konsep


koefisien pemuaian linear.

2) Melakukan pengukuran koefisien pemuaian linear


suatu bahan dengan metode eksperimental.

3) Menganalisis hasil pengukuran dan


menghubungkannya dengan aplikasi dalam ilmu fisika
dan teknik.

1.3 Manfaat praktikum


Praktikum ini membantu kita atau praktikan
memahami
konsep dasar pemuaian termal dan bagaimana suhu
memengaruhi panjang suatu bahan. Ini membantu
meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip
fisika yang mendasari fenomena sehari-hari.

Praktikum ini juga untuk mengukur koefisien


pemuaian linier (α) untuk bahan tertentu, yang
merupakan informasi penting untuk berbagai
aplikasi teknik dan rekayasa. Koefisien pemuaian
linier digunakan dalam perencanaan struktur dan
peralatan yang akan digunakan pada berbagai
rentang suhu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pemuaian termal adalah salah satu konsep dasar dalam


fisika termal yang menjelaskan bagaimana benda atau
materi mengalami perubahan dimensi akibat perubahan
suhu. Konsep ini ditemukan dan dijelaskan oleh François
Charles dalam hukum Charles pada abad ke-18. Hukum
ini menyatakan bahwa volume gas ideal akan bertambah
secara proporsional dengan kenaikan suhu, asalkan
tekanan dan jumlah mol gas tersebut tetap konstan.

Hukum Charles dinyatakan dalam rumus berikut:

V1 / T1 = V2 / T2

di mana:
- V1dan V2 adalah volume awal dan volume akhir gas,
- T1dan T2 adalah suhu awal dan suhu akhir gas.
Rumus dasar pemuaian termal linear, yang digunakan
untuk mengukur perubahan panjang suatu bahan akibat
perubahan suhu, dapat dinyatakan sebagai berikut:

ΔL = α . L . ΔT

di mana:
- ΔL adalah perubahan panjang bahan,
- α adalah koefisien pemuaian linear,
- L adalah panjang awal bahan,
- ΔT adalah perubahan suhu.

Koefisien pemuaian linear (α) adalah parameter yang


mencirikan sejauh mana suatu bahan akan memuai
ketika suhu berubah. Setiap bahan memiliki α yang
berbeda, dan α dapat dinyatakan dalam satuan per
derajat Celsius (°C⁻¹) atau per Kelvin (K⁻¹), dengan kedua
satuan tersebut setara.

Pemahaman tentang pemuaian termal penting dalam


berbagai aplikasi teknik dan industri. Misalnya, dalam
desain struktur bangunan, pemuaian termal harus
diperhitungkan agar bangunan tetap stabil dan tidak
mengalami kerusakan akibat perubahan suhu. Demikian
pula, dalam pembuatan alat-alat presisi seperti jam atau
peralatan laboratorium, pemuaian termal harus
dipertimbangkan untuk menjaga akurasi dan keandalan
perangkat tersebut

Sumber:*
1. Serway, R. A., & Jewett, J. W. (2012). Physics for
Scientists and Engineers with Modern Physics. Cengage
Learning.

2. Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J. (2013).


Fundamentals of Physics. John Wiley & Sons
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan tempat percobaan
Praktikum fisika dasar mengenai pemuian termal
dilakukan pada hari rabu 13 september 2023 pukul 13.00
wita sampai dengan 15.00 wita secara luring di
laboratorium fisika dasar SLC Fakultas MIPA Universitas
Mulawarman.
3.2 alat dan bahan
1. Munscham Break
2. logam (kuningan,besi,alumunium)
3. power suplly
4. thermometer
5. kabel penghubung
6. tiang penyangga
7. gelas ukur
8. aqua gelas
9. penggaris
10. tisu
3.3 Prosedur percobaan

3.3.1 Logam Aluminium


Panjang batang di ukur, kemudian dicatat di tabel
2, batang logam dimasukan ke dalam peralatan muai
panjang, pastikan ujung batang pastikan menyentuh dial
gauge, kemudian batang dikencangkan dengan memutar
sekrup dan set skala dial gauge menjadi nol, kedua
termometer dipasang pada tempatnya, ditentukan suhu
awal kedua termometer pastikan menunjukan angka
yang sama, kemudian dicatat sebagai t1 ,batang logam
dipanaskan pada suhu akhir t2, perpanjangan logam di
catat yang ditunjukan oleh dial gauge(ΔL), suhu akhir t2
di hitung dengan meratakan suhu yang ditunjukan oleh
kedua termometer perubahan suhu dihitung (ΔT)
berikutnya percobaaan untuk suhu akhir t2 yang lebih
tinggi sebanyak 8 kali.

3.3.2 Logam Tembaga


Panjang batang di ukur, kemudian dicatat di tabel
3, batang logam dimasukan ke dalam peralatan muai
panjang, pastikan ujung batang pastikan menyentuh dial
gauge, kemudian batang dikencangkan dengan memutar
sekrup dan set skala dial gauge menjadi nol, kedua
termometer dipasang pada tempatnya, ditentukan suhu
awal kedua termometer pastikan menunjukan angka
yang sama, kemudian dicatat sebagai t1 ,batang logam
dipanaskan pada suhu akhir t2, perpanjangan logam di
catat yang ditunjukan oleh dial gauge(ΔL), suhu akhir t2
di hitung dengan meratakan suhu yang ditunjukan oleh
kedua termometer perubahan suhu dihitung (ΔT)
berikutnya percobaaan untuk suhu akhir t2 yang lebih
tinggi sebanyak 8 kali.

3.3.3 Logam Kuningan


Panjang batang di ukur, kemudian dicatat di tabel 5,
batang logam dimasukan ke dalam peralatan muai
panjang, pastikan ujung batang pastikan menyentuh dial
gauge, kemudian batang dikencangkan dengan memutar
sekrup dan set skala dial gauge menjadi nol, kedua
termometer dipasang pada tempatnya, ditentukan suhu
awal kedua termometer pastikan menunjukan angka
yang sama, kemudian dicatat sebagai t1 ,batang logam
dipanaskan pada suhu akhir t2, perpanjangan logam di
catat yang ditunjukan oleh dial gauge(ΔL), suhu akhir t2
di hitung dengan meratakan suhu yang ditunjukan oleh
kedua termometer perubahan suhu dihitung (ΔT)
berikutnya percobaaan untuk suhu akhir t2 yang lebih
tinggi sebanyak 8 kali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1 Analisis data pembahsan

4.1.1 alumunium

berdasarkan hasil Percobaan pada Aluminium dapat di


lihat pada tabel sebagai berikut. Data koefisien muai
panjang Aluminium

Berdasarkan hasil pengukuran diatas dapat disimpulkan


bahwa semakin meningkat suhu yang digunakan maka
nilai koefisien muai panjang akan semakin meningkat
Grafik Hubungan ΔL dan ΔT
logam aluminium
0.5
0.4 logam
0.3 alu-
0.2 minium
0.1
0
5 5 5 15
1. 9.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada aluminium


yang mana nilai gradien(a) 0,022 0,031 dan α =
gradien(a)/Lo nilainya 0,000042/℃

Tabel 4. Data koefisien muai panjang Tembaga

T2 ΔT ΔL
Berdasarkan hasil (◦C) (˚C) (mm)
pengukuran diatas dapat 29,5 0,5 0,07
disimpulkan bahwa semakin
meningkat suhu yang 31 2 0,14
digunakan maka nilai 34 5 0,21
koefisien muai panjang akan 37,5 8,5 0,28
semakin meningkat.
42 13 0,35
46,5 17,5 0,42
51 22 0,49
55,5 26,5 0,56
Tabel.5. Pengolahan data pada Tembaga
∆T ∆L (∆T) ∆T∆
2
L
X y x2 Xy
0, 0,07 0,25 0,03
5 5
2 0,14 4 0,28
5 0,21 25 1,05
8, 0,28 72,2 2,38
5 5
13 0,35 169 4,55
17 0,42 306, 7,35
,5 25
22 0,49 484 10,7
8
26 0,56 702, 14,8
,5 25 4
∑ 95 2,52 176 41,2
2,95 65

Grafik Hubungan ∆L dan ∆T


logam tembaga
0.6
0.4 logam tembaga
0.2
0
5 5 13 22
0.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada aluminium


yang mana nilai gradien (a) 0,018 dan α = gradien(a) /
Lo nilainya 0,000034/℃

Anda mungkin juga menyukai