Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan pemuaian padat suatu zat atau

suatu benda, pemuaian dipelajari agar dapat memanfaatkan pemuaian itu sendiri dan
dapat menghindari hal-hal yang mungkin akan merugikan dari pemuaian itu. Sebagai
contoh dari antisipasi pemuaian zat adalah rel kereta dipasang agak renggang dengan
tujuan agar rel itu tidak bengkok saat terjadi pemuaian karena panas dari sinar
matahari, pemasangan kaca jendela juga agak renggang, hal ini bertujuan agar tidak
pecah saat memuai dan juga pada tiang raksa pada termometer akan bertambah
panjang pada saat suhu naik sehingga dapat digunakan untuk mengukur suhu ruangan
atau suhu badan. Masih banyak contoh pengaplikasian pemuaian dalam kehidupan
sehari-hari (Anonim1, 2012).
Pada percobaan ini dilakukan pemuaian panjang pada zat padat. Zat padat
mengalami penambahan panjang atau mengalami penambahan luas serta penambahan
ukuran saat diberi kalor sehingga suhunya naik. Pemuaian zat padat dibagi 3 yaitu
pemuaian panjang, pemuaian luas dan pemuaian volume (Anonim2, 2012).
Percobaan ini dilakukan agar praktikan memahami tentang pemuaian pada zat
padat dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga dapat mengaplikasikannya dalam
keperluan sehari-hari sehingga tidak akan mendapat kerugian dari pemuaian zat
padat. Praktikan juga diharapkan dapat menentukan koefisien muai panjang suatu zat
dan dapat mengantisipasi pemuaian-pemuaian yang terjadi pada banyak zat
(Anonim1, 2012).

1.2

Tujuan Percobaan
Menentukan koefisien muai panjang suatu batang logam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam percobaan modern yang mengamati permukaan zat padat yang


biasanya diukur adalah koefisien linier x. Ada empat metode untuk koefisien muai
linier zat padat, yaitu pada interferensi cahaya tempat defraksi sinar x, variasi
kapasitansi listrik dan variasi intensitas cahaya (Tipler, 1998).
Pemuaian benda padat dapat dibedakan menjadi 3, yaitu pemuaian panjang,
pemuaian luas dan pemuaian volume. Dalam proses pemanasan, bila terdapat dua
logam yang sama bahannya dengan penampang yang sama pula tetapi panjangnya
berbeda, keduanya diberi pemanasan yang sama maka batang yang lebih panjang
akan lebih besar pula perubahan panjangnya. Ini berarti makin panjang batang itu,
maka makin besar pula kenaikan suhu itu, maka makin besar juga pemanjangannya
(Brard, 1982).
Dalam hubungan misalnya suatu batang panjangnya Lo, setelah memperoleh
pemanasan dengan kenaikan suhu sebesar T maka penambahan panjang L akan
sebanding dengan Lo. T. Sehingga menyatakan sebagai koefisien muai panjang,
sehingga dapat dituliskan :
L

Lo. T

(2.1)

Lo ( 1 + . T)

(2.2)

(Zemansky dan Sears, 1994).


Pemuaian panjang adalah kenaikan temperatur sebesar T yang menyebabkan
pertambahan panjang semula Lo dan T.
L

. T. Lo

(2.3)

(Tipler, 1998).
Beberapa koefisien muai panjang benda memiliki ketetapan seperti pada tabel
berikut :

NO

Nama Bahan

Koefisien muai panjang ( /0C)

Intan

12 x 10-5

Kuningan

1,9 x 10-5

Es

10 x 10-5

Tembaga

1,7 x 10-5

Aluminium

1,2 x 10-5

Baja

1,1 x 10-5

Platina

1,0 x 10-5

Kaca

0,9 x 10-5

Pyrex

0,3 x 10-5

10

Inuar

0,1 x 10-5

(Anonim1, 2011).
Koefisien muai linier () adalah rasio fraksi perubahan panjang terhadap
temperatur.
=

L/L

..(2.4)

Satuan yaitu 1/0C atau 1/K


Pertambahan ukuran tiap bagian suatu benda untuk suau perubahan temperatur
tertentu sebanding dengan ukuran mula-mula bagian benda itu. Jika kita naikkan
temperatur suatu penggaris logam, garis-garis pada penggaris tersebut memiliki jarak
yang sama satu sama lainnya (dengan pemanasan merata) (Tipler, 1998).
Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena
menerima kalor. Pemuaian panjang dipengaruhi oleh beberapa faktor panjang awal
benda, koefisien muai panjang dan besar perubahan suhu. Koefisien muai panjang
suatu benda sendiri dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis bahan. Bila ingin
menentukan panjang akhir setelah pemanasan maka digunakan persamaan sebagai
berikut :
L

Lo. L

(2.5)

Lo ( 1 + . L)

(2.6)

Keterangan :
L

adalah panjang akhir (m)

L adalah pertambahan panjang (m)


Lo adalah panjang awal (m)

adalah koefisien muai panjang

(Anonim2, 2011).
Dalam hubungan ini dilakukan peninjauan terhadap suatu bidang segi empat
persegi panjang dengan sisi-sisi awal

ao

dan bo yang menjadi a dan b setelah

memperoleh persamaan. Dengan sebagai koefisien muai panjang sehingga didapat :

Gambar 1. Pemuaian Lempeng Tipis


a =

ao ( 1 + . T)

.(2.7)

b =

bo ( 1 + . T)

.(2.8)

Dengan menyatakan luas mula-mula Ao = ao. bo, maka diperoleh :


A =

a.b = ao. bo ( 1 + . T)2

.(2.9)

Ao=

( 1 + 2. T + 2 2T)

...(2.10)

Karena besar kecil sekali (untuk benda pada ordenya) antara 10 -5 dengan 10-6
sehingga 2 2T diabaikan, dibanding 2. T sehingga diperoleh :
A =
=

Qo ( 1 + 2. T)

...(2.11)

Ao ( 1 + . T)

...(2.12)

Untuk menentukan pertambahan luas dan volume akhir digunakan persamaan berikut:
A=

Ao. . T

...(2.13)

A =

A. Ao

...(2.14)

A =

Ao ( 1 + . T)

...(2.15)

(Zemansky dan Sears, 1994).

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

1.

Satu set expansion apparatus berfungsi sebagai tempat meletakkan dial gauge
dan batang logam yang akan diukur suhunya.

2.

Termometer digital berfungsi untuk mengukur suhu.

3.

Selang karet berfungsi untuk mengalirkan air dari steam generator ke pipa
logam.

4.

Cawan petri berfungsi untuk menampung air dari steam generator setelah
mencapai maksimum.

5.

Dial gauge berfungsi untuk mengukur pertambahan panjang pipa logam.

6.

Steam generator 550 W/220 V berfungsi untuk menampung dan mendidihkan


air yang dihubungkan dengan listrik.

3.2

Prosedur Kerja

1.

Mengisi steam generator dengan air kurang lebih 3/4nya.

2.

Merendam pipa logam dalam air dan mengukur suhunya. Mencatat suhu ini
sebagai suhu awal.

3.

Merangkai peralatan dan mengatur jarum penunjuk dial gauge supaya


menunjukkan angka nol.

4.

Menghubungkan steam generator dengan listrik menunggu sampai mendidih.

5.

Memperhatikan jarum penunjuk dial gauge bila sudah maksimum mencatat


sebagai L.

6.

Mengulangi percobaan dengan pipa logam yang lainnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Data Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan untuk Besi


NO

Lo(mm)

L(mm)

To(0C)

T1(0C)

610

49 x 10-2

29,2

97,7

68,5

610

20 x 10-2

29,4

97,5

68,1

610

47 x 10-2

30

96,3

66,3

610

46 x 10-2

34,3

98,1

63,7

610

28 x 10-2

38,2

92,5

54,3

Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan untuk Kuningan


NO

Lo(mm)

L(mm)

To(0C)

T1(0C)

640

44 x 10-2

30,8

94

63,2

640

73 x 10-2

31,2

97,7

66,5

640

76 x 10-2

32,9

98,6

65,7

640

20,5 x 10-2

31,5

98,5

67

640

8 x 10-2

32,9

97,9

65

4.2

Perhitungan dan Analisa Data

1.

Pada besi

a.

Koefisien muai panjang besi

L
Lo

1 =

1
T
0,49
610

1
68,5

2 = 4,8 x 10-6

= 1,17 x 10-5

3 = 1,16 x 10-5
4 =

1,18 x 10-5

5 =

8,4 x 10-6

b. Teori Ralat
Tabel 4.3 Perhitungan Teori Ralat L pada Besi

NO

L(mm)

49 x 10-2

0,49 0,28 = 0,11

0,0121

20 x 10-2

0,2 0,38 = - 0,18

0,0324

47 x 10-2

0,47 0,38 = 0,09

0,0081

46 x 10-2

0,46 0,38 = 0,08

0,0064

28 x 10-2

0,28 - 0,38 = - 0,1

0,01

Jumlah

1,9

Kuadrat deviasi (L-L)2

0,069

Nilai terbaik :
L

1
K
1
5
1
5

. L
. (0,49 + 0,2 + 0,47 + 0,46 + 0,28) mm
. 1,9 mm = 0,38 mm = 0,38 x 10-3 m

Deviasi standar rata-rata

S L =
-

Deviasi (L-L)

(LL )
K(K1)

0,069
20

= 0,00345 = 0,058 mm = 0,58 x 10-4 m

Nilai Sebenarnya
L

L S L

0,38 x 10-3 m 0,58 x 10-4 m

Keseksamaan
S L
0,000058
% K = 100% L % = 100% 0,00038 % = 99,84 %

Tabel 4.4 Perhitungan Teori Ralat T pada Besi

NO

T ( 0C)

68,5

68,5 64,18 = 4,32

18,6624

68,1

68,1 64,18 = 3,92

15,36

66,3

66,3 - 64,18 = 2,12

4,494

63,7

63,7 64,18 = - 0,48

0,230

54,3

54,3 64,18 = - 9,88

97,61

Jumlah

320,9

Nilai Terbaik

(T)

1
K
1
5
1
5

(TT)
K(K1)

Nilai Sebenarnya (T)

. T
. (68,5 + 68,1 + 66,3 + 63,7 + 54,3) 0C
. 320,9 = 64,18 0C

136,3608
20

= 6,818

= 2,611 0C

= T S T
= 64,18 2,611

Kuadrat deviasi

136,3608

Deviasi Standar Rata-Rata

S T =

Deviasi (T-T)

Keseksamaan
S T
2,611
% K = 100% T % = 100% 64,18 % = 99,96 %

2.

Pada kuningan
a. Koefisien muai panjang kuningan

Lo

1 =

1
T
0,44
640

1
63,2

= 1,08 x 10-5

2 = 1,671 x 10-5
3 = 1,80 x 10-5

b.

4 =

0,47 x 10-5

5 =

0,19 x 10-5

Teori Ralat

Tabel 4.5 Perhitungan Teori Ralat L pada Kuningan

NO

L (mm)

Deviasi (L L)

44 x 10-2

0,44 0,443 = - 0,003

0,000009

73 x 10-2

0,73 0,443 = 0,287

0,0823

76 x 10-2

0,76 0,443 = 0,317

0,1004

20,5 x 10-2

0,205 0,443 = - 0,238

0,5564

8 x 10-2

0,08 0,443 = - 0,363

0,1317

Jumlah

2,215

Nilai Terbaik

(L)

1
K
1
5
1
5

Kuadrat deviasi (L L)2

0,8808

. L
. (0,44 + 0,73 + 0,76 + 0,205 + 0,08) mm
. 2,215 = 0,443 mm = 0,443 x 10-3 m

Deviasi Standar Rata-Rata

S L =

(LL)
K(K1)

Nilai Sebenarnya (L)

0,8808
20

= 0,044

= 0,209 x 10-3 m

= L S L
= 0,443 x 10-3 m 0,209 x 10-3 m

Keseksamaan
S L
0,000209
% K = 100% L % = 100% 0,000443 % = 99,529 %

Tabel 4.6 Perhitungan Teori Ralat T pada Kuningan

NO

T (0C)

63,2

63,2 65,48 = - 2,28

5,1984

66,5

66,5 65,48 = 1,02

1,0404

65,7

65,7 65,48 = 0,22

0,0484

67

67 65,48 = 1,52

2,3104

65

65 65,48 = - 0,48

0,2304

Jumlah

327,4

Nilai Terbaik

Deviasi (T T)

Kuadrat Deviasi (T T)2

(T)

1
K
1
5
1
5

8,828

. T
. (63,2 + 66,5 + 65,7 + 67 + 65) 0C
. 327,4 = 65,48 0C

Deviasi Standar Rata-Rata

S T =

(TT)
K(K1)

8,828
20

= 0,4414

= 0,664 0C

Nilai Sebenarnya (T)

= T S T
= 65,48 0C 0,664 0C

Keseksamaan
S T
0,664
% K = 100% T % = 100% 65,48 % = 99,99 %

4.3

Pembahasan
Sebuah benda akan memuai jika menerima kalor, sehingga suhunya berubah

menjadi lebih tinggi. Dalam percobaan ini terlihat adanya pemuaian pada besi dan
kuningan, yaitu penambahan ukuran panjang pada kuningan dan besi. Pada percobaan
ini, digunakan 2 jenis bahan yaitu besi dan kuningan. Dengan panjang keduanya yaitu
panjang besi adalah 610 mm dan panjang kuningan adalah 640 mm. Keduanya
mendapat perlakuan yang sama yaitu dengan 5 kali perlakuan seperti pada prosedur
percobaannya hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti.
Pengukuran suhu awal pada kedua batang logam dilakukan dengan
mencelupkan batang logam tersebut ke dalam air lalu diukur batang logam di dalam
air dengan termometer digital, pengukuran ini menggunakan prinsip kesetimbangan
termal antara batang logam dengan air. Jika pengukuran suhu dilakukan tanpa
dicelupkan ke air, suhu yang didapat akan kurang tepat / akurat karena adanya
pengaruh lingkungan pada udara bebas yang suhunya berubah-ubah.
Pada pengukuran suhu awal kedua batang didapatkan hasil untuk kuningan
adalah 30,8 0C ; 31,2 0C ; 31,5 0C ; 32,9 0C dan 32,9 0C. Pada besi adalah 29,2 0C ;
29,4 0C ; 30 0C ; 34,4 0C dan 38,2 0C. Kedua batang dipasang pada set expansion
apparatus, dial gauge, selang karet dan steam generator seperti pada langkah kerja.
Steam generator dipanaskan sampai mendidih lalu dilihat jarum penunjuk pada dial
gauge yang semula di angka nol sampai bergerak ke titik yang tidak dapat naik lagi
atau titik maksimal yang menunjukkan nilai maksimum pemuaian yaitu pada
kuningan adalah 44 x 10-2 mm; 73 x 10-2 mm; 76 x 10-2 mm; 20,5 x 10-2 mm dan 8 x
10-2 mm. Pada besi adalah 49 x 10-2 mm; 20 x 10-2 mm; 47 x 10-2 mm; 40 x 10-2 dan

28 x 10-2 mm. Pada saat nilai maksimum pemuaian sudah didapat berarti suhu akhir
juga didapatkan yaitu pada kuningan adalah 94 0C; 97,7 0C; 97,9 0C; 98,5 0C dan 98,6
0

C. Pada besi adalah 92,5 0C; 96,3 0C; 97,5 0C; 97,7 0C dan 98,1 0C.
Pengukuran suhu dilakukan setelah batang memuai sempurna yang

menunjukkan bahwa kenaikan suhu pada batang menyebabkan pertambahan panjang


dan lebar dari batang logam. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa
kuningan lebih mudah memuai daripada besi. Hal ini karena partikel kuningan yang
lebih lemah daripada ikatan partikel besi sehingga partikel lebih mudah memuai.
Dari perhitungan didapat nilai koefisien muai panjang pada kuningan adalah
1,08 x 10-5 /0C; 1,71 x 10-5 /0C; 1,80 x 10-5 /0C; 0,47 x 10-5 /0C dan 0,19 x 10-5 /0C.
Koefisien muai panjang pada besi adalah 1,17 x 10-5 /0C; 0,48 x 10-5 /0C; 1,16 x 10-5 /
0

C; 1,18 x 10-5 /0C dan 0,84 x 10-5 /0C. Dengan hasil keseksamaan hampir 100%

dapat disimpulkan bahwa percobaan cukup akurat. Secara literatur nilai koefisien
muai panjang pada kuningan adalah 1,9 x 10-5 /0C dan nilai koefisien muai panjang
pada besi adalah 1,7 x 10-5 /0C.

BAB V
PENUTUP

5.1

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :

1.

Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh panjang mula-mula (Lo),


perubahan suhu (L) dan jenis logamnya.

2.

Jika temperatur dinaikkan, suatu batang logam akan mengalami pemuaian


panjang.

3.

Pemuaian pada kuningan lebih mudah terjadi daripada besi.

4.

Dari perhitungan didapatkan koefisien muai panjang besi adalah :


Pertama : 1,08 x 10-5 /0C
Kedua

: 1,71 x 10-5 /0C

Ketiga

: 1,80 x 10-5 /0C

Keempat : 0,47 x 10-5 /0C


Kelima
5.

: 0,19 x 10-5 /0C

Dari perhitungan didapat koefisien muai panjang kuningan adalah :


Pertama : 1,17 x 10-5 /0C
Kedua

: 0,48 x 10-5 /0C

Ketiga

: 1,16 x 10-5 /0C

Keempat : 1,18 x 10-5 /0C


Kelima

5.2

: 0,84 x 10-5 /0C

Saran
Saran yang dapat diberikan adalah praktikan hendaknya lebih berhati-hati dan

lebih cermat dalam melakukan percobaan agar memperoleh hasil yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2011. Pemuaian Zat Padat.


http://modulfisika.blogspot.com
Diakses pada tanggal 9 Maret 2013.

Anonim2. 2011. Pemuaian.


http://aljabbar.wordpress.com
Diakses pada tanggal 9 Maret 2013.

Brard, D.C. 1982. Experimentation : An Introduction to Measurement Theory and


Experiment Design. Massa Chuslets : University Physics.

Tipler. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknologi. Erlangga : Jakarta.

Zemansky, M. Mark dan F.W Sears. 1994. Fisika Untuk Universitas. Bina Cipta :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai