Anda di halaman 1dari 30

[Matrikulasi 2022] Materi

FISIKA
BAB I
FISIKA DAN PENGUKURAN

1.1. Besaran Standar Panjang, Massa dan Waktu


Semua besaran dalam fisika dinyatakan dalam besaran: panjang (L, Length), massa (M,
Mass), dan waktu (T, Time). dll. Ketiga besaran ini disebut besaran standar atau besaran
pokok atau besaran baku, karena hampir semua besaran-besaran dalam fisika diturunkan dari
besaran pokok di atas. Misalnya: Gaya, F = M.L.T-2; Usaha, W = M.L2.T-2.
Pada tahun 1960, suatu komite menetapkan besaran-besaran pokok (fundamental quantities),
berdasarkan sistem metrik, dan disebut International System (SI), yang diambil dari bahasa
Perancis, yakni: Systeme International. Dalam sistem ini, besaran pokok: panjang, massa,
dan waktu, berturut-turut adalah: meter (m), kilogram (kg), dan detik (atau second, s).
(Sistem SI ini sangat erat hubungannya dengan sistem mks). Komite juga menetapkan satuan
standar SI, yakni: temperatur (Kelvin), kuat arus listrik (Ampere), kuat penerangan (candela),
dan jumlah zat (mole). Ketujuh satuan ini merupakan satuan SI standar dalam Fisika, dan
juga hampir digunakan untuk semua bidang science dan non-science.

Meter (m), sebagai satuan besaran pokok panjang, ditetapkan sebagai 1 650 763,73 panjang
gelombang cahaya merah-jingga yang dipancarkan oleh lampu krypton-86. Tetapi, pada
Oktober 1983, meter didefinisikan ulang sebagai jarak yang ditempuh oleh cahaya yang
merambat dalam vakum selama 1/299 792 458 detik. Ingat, laju rambat cahaya dalam vakum
adalah 299 792 458 meter/detik.
Kilogram (kg), sebagai satuan besaran pokok massa, ditetapkan sebagai massa campuran
khusus logam platinum-iridium yang berbentuk silinder yang disimpan oleh International
Bureau of Weight and Measurement di Sevres, Perancis. Massa baku ini ditetapkan pada
tahun 1887, dan logam campuran platinum-iridium merupakan campuran yang luar biasa
satabil, dan duplikatnya disimpan di National Institute of Standards and Technology (NIST)
di Gaithersburg, Md.
Detik (second, s), sebagai satuan besaran pokok waktu, banyak mengalami perubahan, tetapi
yang pasti sampai kini, yakni sejak 1967, ditetapkan sebagai 9 192 631 770 periode radiasi
dari atom cesium-133.

Tabel 1.1. Awalan-Awalan Dalam Satuan SI


Orde Awalan Singkatan Orde Awalan Singkatan
10-24 yocto Y 101 deka da
10-21 zepto Z 103 kilo k
10-18 Atto A 106 mega M
10-15 femto F 109 giga G
10-12 piko P 1012 tera T
10-9 Nano N 1015 peta P
10-6 micro  1018 exa E
10-3 milli M 1021 zetta Z
10-2 centi C 1024 yotta Y
10-1 deci D

Di samping sistem SI, juga dikenal sistem cgs (centimeter sebagai satuan panjang, gram
sebagai satuan massa, second sebagai satuan waktu) dan British engineering system (foot
sebagai satuan panjang, slug sabagai satuan massa, second sebagai satuan waktu).

Banyak satuan dalam fisika dinyatakan dalam awalan orde (10 pangkat), misalnya 1 mm
(millimeter) = 10-3 m, 1 A (microampere) = 10-6 Ampere, 1 GHz (gigahertz) = 109 Hz.
Contoh awalan lainnya pada Tabel 1.1.

1.2. Kerapatan dan Massa Atom


Alam semesta dibentuk oleh atom (yang dalam Greek, atomos = not sliceable). Kini kata
tersebut sekedar nama, dan merupakan bagian terkecil suatu materi yang disebut partikel,
yang sesungguhnya masih dapat dibagi-bagi lagi menjadi elektron (bermuatan negatip) dan

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 1


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
inti, dan inti pun masih terdiri dari proton (yang bermuatan positip) dan neutron (massanya
mendekati massa proton tetapi tanpa muatan).

Massa proton = 1,0073 u, dan massa neutron = 1,0087 u. (1 u = amu = sma = 1,66 x 10-27 kg.
Dan massa elektron = 9,1 x 10-31 kg.

Massa setiap atom dari materi yang berbeda, dibedakan oleh baik jumlah proton dan jumlah
neutron di dalam inti atom. Konsekuensinya, untuk setiap atom memiliki kerapatan (massa
jenis = density) yang berbeda, karena berdasarkan definisi, bahwa kerapatan ( = rho),
adalah massa per satuan volume, yakni:
 = m/V (1.1)
3 3
Sebagai contoh: kerapatan aluminium, 2,70 g/cm , dan lead, 11,3 g/ cm . (kerapatan materi
yang lain lihat buku teks). Perbedaan kerapatan di atas tentu saja karena perbedaan massa
atom, yakni massa atom: aluminium, 27 u dan lead, 207 u.

Satu mole (mol) zat adalah jumlah zat yang terdiri dari NA (bilangan Avogadro) molekul.
Bilangan Avogadro didefinisikan sebagai satu mol atom carbon-12 yang mempunyai massa
tepat 12 gram. Nilai NA = 6,02 x 1023 molekul/mol. Massa setiap atom untuk setiap elemen
dinyatakan sebagai:
massa atom elemen
matom = (1.2)
NA
Sebagai contoh massa aluminium:
27 g/mol
mAl = 23
= 4,5 x 10-23 g/atom.
6,02 x 10 atom/mol

Contoh 1.1. Sebuah kubus aluminium ( = 2,70 g/cm3) mempunyai volume 0,20 cm3.
Berapa banyak atom aluminium dalam kubus tersebut.

Solusi: massa kubus, m = V = 0,54 gram. Dari Persamaan (1.2), diperoleh banyaknya atom
aluminium:
N = 0,54 gram (6,02 x 1023 atom)/27 gram = 1,2 x 1022 buah atom.

1.3. Analisis Dimensi


Kata dimensi mempunyai arti khusus dalam fisika, yakni menunjukan sifat fisis suatu
besaran. Walaupun jarak diukur dalam satuan feet, meter atau jengkal, depa dll, tetapi
mereka semua mempunyai dimensi yang sama, yakni: panjang (L). Simbol dimensi untuk
panjang, massa, dan waktu, berturut-turut adalah: L, M, dan T. Sehingga untuk dimensi
besaran-besaran fisis turunan, dinyatakan dalam simbol dimensi besaran baku di atas.
Sebagai contoh, dimensi kecepatan adalah [v] = L/T = L.T-1, massa jenis, [r] = M.L3, dll.

Dalam banyak persoalan yang berhubungan dengan fisika, terkadang kita harus berhadapan
dengan pengecekan penurunan suatu rumus, dan inilah yang disebut analisis dimensi, dengan
menggunakan kenyataan bahwa dimensi dapat diberlakukan sebagai besaran-besaran
aljabar; yakni: besaran-besaran yang dapat dijumlahkan atau dikurangkan apabila hanya
memiliki dimensi yang sama. Lebih lanjut, suku-suku pada bagian kira dan kanan dalam
suatu persamaan juga harus memiliki dimensi yang sama.

Suatu ilustrasi contoh, misalnya anda hendak menurunkan persamaan jarak yang ditempuh
(x) oleh suatu mobil yang bergerak dari keadaan diam selama t, dengan percepatan konstan
(a). Kelak pada Bab II, kita peroleh pernyataan yang benar adalah: x = ½at 2. Marilah kita cek
validitas persamaan jarak tersebut dari aspek analisis dimensi:
Besaran x pada ruas kiri mempunyai dimensi panjang (L). Dari aspek dimensi, maka ruas
kanan juga harus memiliki dimensi panjang, yakni: [L.T-2].[ T2] = L. Dengan demikian
persamaan x = ½at2 adalah benar.
Contoh 1.2. Tunjukan bahwa pernyataan: v = vo + at, secara dimensional benar. v dan vo
adalah kecepatan, a adalah percepatan, dan t adalah selang waktu.

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 2


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
Solusi: Karena [v] = [vo] = L/T, dan [at] = L/T2.T = L/T. Kesimpulan persamaan di atas
adalah benar dari aspek dimensi. Silahkan coba, apakah v = vo + at2, secara dimensional
benar?
1.4. Konversi Satuan
Karena kita memiliki beberapa sistem satuan, maka sangatlah perlu untuk mempelajari
konversi satuan dari suatu sistem ke sistem lainnya. Misalnya, untuk satuan panjang sebagai
berikut:
1 mile = 1609 m = 1,609 km 1 ft = 0,3048 m = 30,48 cm
1 m = 39,37 in. = 3,281 ft 1 in. = 0,0254 m = 2,54 cm
Satuan-satuan dapat pula diberlakukan sebagai besaran-besaran aljabar yang dapat saling
menghapuskan satu sama lain. Sebagai contoh, ubalah 15,0 in. ke cm.
 cm 
15,0 in. = (15,0 in.)  2,54  = 38,1 cm
 in. 
Contoh 1.3. Massa suatu benda berbentuk kubus 856 gram, panjang sisi kubus 5,35 cm.
Berapakah kerapatan benda tersebut dalam satuan SI.
Solusi: Oleh karena 1 gram = 10-3 kg, dan 1 cm = 10-2 m, maka m = 856 gram x 10-3 kg/gram
= 0,856 kg, dan V = L3 = (5,35 cm x 10-2 m/cm)3 = 1,53 x 10-4 m3
Dari Persamaan (1.1), diperoleh kerapatan benda adalah:
 = m/V = 0,856 kg/1,53 x 10-4 m3 = 5,59 x 103 kg/m3
1.5. Skalar dan Vektor
Besaran-besaran fisis yang telah kita pelajar dapat dikelompokkan dalam dua kategori,
yakni skalar dan vektor. Besaran skalar adalah besaran yang mempunyai nilai baik positip
maupun negatip dan tidak punya arah, sedangkan besaran vektor adalah besaran-besarn fisis
yang mempunyai besar dan arah. Sejumlah jeruk Soe dalam suatu kantong plastik,
merupakan contoh besaran skalar. Contoh lain, temperatur, volume, massa, laju, dan interval
waktu. Semua aturan aritmatik berlaku untuk memanipulasi besaran skalar.
Gaya (force), merupakan besaran vektor. Untuk menentukan gaya yang bekerja pada
suatu benda, kita harus menentukan arahnya, besarnya, dan juga posisi gaya tersebut. Hal
yang sama, misalnya, ketika kita menjelaskan tentang gerakan (kecepatan = velocity) suatu
benda, maka harus pula kita mengetahui laju (besarnya kecepatan) dan ke mana arah
geraknya.
Jika partikel bergerak sepanjang sumbu x dari posisi awal xi (indeks i menyatakan
initial, awal) ke posisi akhir xf (indeks f menyatakan final, akhir), seperti pada Gambar 1.1,
maka perubahan posisi (perpindahan) partikel tersebut, dinyatakan sebagai:
x = x − xo (1.3) y
x
Simbol Greek (Yunani), (baca: delta)
x
menyatakan perubahan suatu besaran. 0 xo x

Misalnya, suatu partikel mengalami Gambar 1.1. Partikel bergerak


perubahan posisi dari -2 satuan ke 8 sepanjang sumbu x dari xo ke x,
satuan, maka: x = 10 satuan. mengalami perpindahan x .

Umumnya simbol penulisan vektor, dinyatakan dengan huruf tebal (bold letter), misalnya:
vektor a, atau A, ditulis: a, atau A. Sedangkan besarnya vektor, selalu positif, dan simbolnya:
|A|, dan selalu mempunyai satuan-satuan, seperti: perpindahan satuannya meter, gaya
satuannya Newton, dan lain sebagainya.
Beberapa Ciri vektor:
1. Dua buah vektor dikatakan sama, jika keduanya mempunyai besar sama dan arahnya pun
sama.
2. Dua atau lebih vektor dapat dijumlahkan, jika keduanya mempunyai satuan yang sama,
demikian pun berlaku untuk skalar.
Aturan penjumlahan vektor dapat pula dipahami dengan menggunakan metode geometri,
khusus untuk dua vektor digunakan metode penjumlahan segitiga (triangle method of
addition), dan untuk lebih dari dua vektor dapat digunakan metode jajaran genjang
(parallelogram rule of addition) dan metode poligon. Hasil penjumlahan vektor biasanya
disebut resultan (R). Untuk memperoleh R, baik, menggunakan metode segitiga maupun
metode poligon prinsipnya sama yakni, head to tail, tail to head (kepala-ekor, ekor
kepala) seperti Gambar 1.2 a, b. Sedangkan cara jajaran genjang tampak pada Gambar
1.2c.

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 3


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA

(a) (b) (c)

F
B R R
A + B
R = B C
B E
D
A A A
Gambar 1.2. (a) Cara segitiga: R = A + B, (b) Cara poligon:
R = A + B + C + D + F, dan (C) Cara jajaran genjang: R = A + B.

3. Sifat komutator penjumlahan vektor: A + B = B + A.


4. Sifat assosiatif penjumlahan vektor: A + (B + C) = (A + B) + C. (Gambar 1.3a)
5. Vektor negatip: vektor negatip A didefisinikan sebagai vektor yang dijumlahkan dengan
vektor A akan menghasilkan resultan nol, yakni: A + (-A) = 0. Konsekuensinya: A dan -
A mempunyai besar yang sama tetapi berlawanan arah.
6. Pengurangan vektor: sesungguhnya merupakan aplikasi dari selisih vektor, yakni salah
satu vektor dijumlahkan dengan vektor negatip: A – B = A + (-B) (Gambar 1.3b).
(a) (b)

C C C C
+ + B
B B
A+ B+C A+ B A
A +
B B -B
A-B
A A
Gambar 1.3. (a) Pembuktian hukum assosiatif, (b) Pengurangan vektor.
Besarnya penjumlahan dua buah vektor yang saling membentuk sudut  , dapat
dibuktikan sebagai:
|R| = |A + B| = A 2 + B2 + 2ABcosθ
(1.4)
Arah vektor, bisa dinyatakan dengan ke kanan (+), ke kiri (-), ke atas (+) atau ke bawah
(-), atau juga arah mata angin (Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya,
Barat, Barat Laut). Atau juga dinyatakan dalam sudut dan diperhitungkan terhadap
referensi tertentu, misalnya terhadap sumbu x positip, atau terhadap arah Utara, dsb.

Contoh 1.4. Suatu mobil bergerak ke arah Utara sejauh 20 km, lalu ke Barat Laut
membentuk sudut 60º terhadap Utara sejauh 35 km. Tentukanlah besar dan arah
perpindahan mobil tersebut.
Solusi: Ilustrasi soal sebaiknya digambar agar jelas.
y
Ambil sumbu y sebagai arah Utara (suatu B
kebiasaan). Dari Persamaan 1.10, besarnya 60o
perpindahan: |R| = 20 2 + 35 2 + 2(20)(35)c os 60 o 20 km
R
= 48,2 km. A

Dengan menggunakan dalil sinus, diperoleh arah
x
perpindahan terhadap Utara, α = 38,9º.
Bandingkan bahwa jarak total adalah: 20 km + 35 km = 55 km.

7. Komponen Vektor dan Vektor Satuan


Umumnya setiap vektor yang berada dalam sistem dua dimensi (bidang datar x,y)
memiliki dua komponen vektor, masing-masing terhadap sumbu x dan sumbu y; dan bila
vektor tersebut berada dalam sistem tiga dimensi (ruang x,y,z) mempunyai tiga komponen
vektor. Oleh karena sistem salib sumbu Cartesius yang dilambangkan oleh x dan y yang
saling tegak lurus (berlaku juga untuk ruang), maka setiap komponen vektor pun selalu
saling tegak lurus satu sama lain.

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 4


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
Cara memperoleh komponen vektor, misalnya: y
vektor A berada dalam bidang datar x,y, maka
proyeksikan A terhadap sumbu x, dan hasilnya
disebut komponen vektor Ax, dan terhadap Ay A
sumbu y disebut komponen vektor Ay, seperti
pada Gambar 1.4. (Ingat Ax dan Ay bukan
 x
huruf tebal). 0 Ax
Komponen-komponen vektor dapat berharga
positip dan negatip, tergantung pada letak Gambar 1.4. Vektor apa saja (A) berada pada
vektornya. Misalnya, A terletak pada kuadran bidang datar xy, mempunyai komponen:
II sistem salib sumbu xy, maka Ax negatip dan Ax dan Ay; A = Ax + Ay.
Ay positip (MENGAPA?)

Pada Gambar 1.10, dan secara umum besarnya komponen vektor, ditentukan berdasarkan definisi
sinus dan cosinus, maka:
Ax = A cos  dan Ay = A sin  (1.5)
Sesungguhnya A merupakan sisi miring pada Gambar 1.10, maka berdasarkan Pythagoras,
besarnya A dan arahnya (terhadap sumbu x positip) berhubungan dengan komponen-
komponennya, yakni beruturut-turut adalah:
 Ay 
A = Ax + Ay ,  = inv tan  
2 2
dan (1.6)
 Ax 
Vektor satuan ialah vektor tanpa dimensi dan besarnya satu satuan, dan hanya digunakan untuk
menunjukan arah suatu vektor baik pada sumbu x, sumbu y dan sumbu z. Seperti pada Gambar
1.11, simbol vektor satuan, yakni: i, j dan k masing-masing berturut-turut menunjukan arah
vektor pada sumbu x, y dan z.
z
Besarnya vektor satuan: |i| = |j| = |k| = 1.
Representasi vektor A, seperti pada Gambar 1.5 dalam vektor
satuan, maka komponen vektor A pada sumbu x adalah Axi, pada k
sumbu y adalah Ayj dan pada sumbu z adalah Azk. Hanya untuk j
y
bidang datar x,y, maka komponen-komponen vektor A adalah: Axi
dan Ayj. i
x
y
Dalam unit vektor, penulisan suatu vektor adalah:
A = Axi + Ayj + Axk, atau A = (Ax,Ay,Ax), sedangkan besarnya
adalah: A
Ayj
Ax + Ay + Az
2 2 2
A= (1.7)
 x
Penjumlahan vektor A + B, adalah: 0 Axi
R = (Ax + Bx)i + (Ay + By)j + (Az + Bz)k, dan besarnya gunakan Gambar 1.5. Vektor
formula pada Persamaan 1.13, yakni: satuan i, j, dan k masing-
Rx + Ry + Rz
2 2 2
R= (1.8) masing pada arah sumbu
x, y, dan z. Vektor A
Contoh 1.5. Tentukan jumlah dua vektor yang terletak dalam suatu pada bidang datar x, y
ruang, masing-masing: mempunyai komponen
A = i - 2j + 2k, dan B = 2i + 3j + 2k. vektor: Axi dan Ayj.
Solusi: R = A + B = 3i + j + 4k, dan R (3,1,4) z
dapat pula dihitung besarnya dengan
menggunakan Pers. (1.14):
A (1,-2,2)
R = 32 + 12 + 42 B (2,3,2)
= 26 = 5,10 satuan 
Dapat pula ditentukan sudut antara y
0
A dan B. Hitung besarnya: A dan B,
lalu gunakan Pers. (1.10), dan
diperoleh:  = 90o. x

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 5


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
SOAL-SOAL
1. Hitunglah massa suatu atom: (a) helium, (b) besi, (c) emas, dan (d) timah. Nyatakan dalam
sma dan gram (Cek massa atom untuk-untuk masing-masing atom dalam buku teks Fisika,
atau Kimia).
2. Standar kilogram adalah silinder platinum-iridum yang tingginya 39,0 mm dan diameternya
39,0 mm. Tentukanlah kerapatannya.
3. Satu meter kubik aluminium massanya 2,70 x 103 kg, dan satu meter kubik besi massanya
7,86 x 103 kg. Tentukanlah jejari bola pejal aluminium yang setimbang dengan bola pejal besi
yang jejarinya 2,00 cm.
4. Massa planet Saturnus 5,64 x 1026 kg, dan jejarinya 6,00 x 106 m. (a) Hitunglah massa
jenisnya, (b) Jika planet ini ditempatkan dalam suatu lautan yang sangat luas, apakah planet
tersebut mengapung? Jelaskan.
5. Jejari suatu lingkaran yang berada dalam suatu segitiga yang sisi-sisinya a, b, dan c
dinyatakan dengan r = [(s - a)(s - b)(s - c)/s]½, s = (a + b + c)/2. Cek rumus ini untuk melihat
konsistensi dimensi.
6. Penggunaan gas alam oleh suatu perusahaan memenuhi persamaan empiris: V = 1,50t +
0,00800t2, V adalah volume dalam juta feet kubik dan t dalam bulan. Nyatakan persamaan
tersebut dalam satuan feet kubik dan detik. Tulislah satuan yang tepat untuk koefisien.
Anggap satu bulan 30 hari.
7. Hukum Newton tentang gravitasi alam semesta, dinyatakan secara matematik:
m.M
F=G ; F adalah gaya gravitasi, m dan M adalah massa, R adalah jarak. Satuan gaya
R2
adalah kg.m/s2. Tentukanlah satuan konstanta kesebandingan G dalam SI.
8. Suatu ruangan auditorium berukuran: 40 m x 20 m x 12 m. Kerapatan udara 1,20 kg/m3.
Tentukanlah: (a) volume ruangan dalam feet kubik, dan (b) massa udara dalam ruangan
tersebut dalam kg dan slug.

====================================================================
=

BAB II
GERAK KINEMATIKA

Pendahuluan
Dinamika merupakan bagian dari Mekanika dalam Fiska yang mempelajari gerak benda yang
berhubungan dengan penyebab (gaya) dan massa benda. Sebelum kita memulainya, dalam Bab
ini kita hanya mempelajari gerak dengan menggunakan konsep ruang dan waktu, dengan
mengabaikan penyebabnya, dan bagian mekanika yang mempelajari masalah ini disebut
Kinematika. Khususnya gerak dengan lintasan berupa garis lurus – satu dimensi. Kita mulai
dengan konsep perpindahan (seperti pada Bab I), kecepatan (velocity) dan percepatan
(acceleration). Benda yang diberlakukan dalam konsep gerak ini, hanyalah dianggap sebagai
partikel, sehingga gerakannya bersifat translasi, tanpa rotasi ataupun vibrasi selama proses
geraknya.

2.1. Kecepatan Rerata


Gerakan suatu partikel dapat diketahui secara lengkap bila posisinya setiap saat diketahui.
Kita anggap partikel bergerak sepanjang sumbu x dari titik P ke titik Q. Posisi partikel di titik
P adalah xo pada saat to dan Posisinya di titik Q adalah x ketika t. Pada saat selain to dan t,
posisi partikel tentu berubah-ubah antara kedua titik tersebut, seperti pada Gambar 2.1.
Dengan menggunakan notasi vektor satuan, vektor perpindahan dapat dinyatakan sebagai:
_
x = ( x − xo )iˆ . Komponen kecepatan rerata terhadap sumbu x, v x , didefinisikan sebagai
perbandingan antara vektor perpindahan, x dengan interval waktu, t, yakni:
Δx (x − x o )î
vx  = (2.1)
Δt t − to
Kecepatan rerata (secara geometrik) dapat diinterpretasikan sebagai slope garis lurus yang
menghubungkan keadaan awal dan akhir pada grafik posisi-waktu. Laju rerata didefinisikan

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 6


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
sebagai jarak total per total satuan waktu, dan memiliki satuan sama dengan satuan kecepatan
rerata, hanya dia tidak memiliki arah.
Contoh 2.1. Suatu partikel bergerak sepanjang sumbu x, yang posisi awalnya 12 m ketika 1 s
dan posisi akhir 4 m ketika 3 s. Hitinglah perpindahannya dan kecepatan rerata selama selang
waktu tersebut.
Solusi: Pergeserannya, x = (4 – 12)i = -8i m, maka dari Persamaan 2.1, kecepatan rerata,
v x = -4i m/s. Partikel bergerak ke arah kiri atau mengarah ke penurunan x.
2.2. Kecepatan Sesaat
Kini bagaimana kita menentukan kecepatan partikel pada saat tertentu (bukan pada interval
waktu terbatas). Kecepatan partikel pada saat tertentu – atau pada titik-titik tertentu pada
grafik posisi-waktu), disebut kecepatan sesaat. Konsep ini menjadi penting ketika kecepatan
rerata dalam interval waktu berbeda tidak konstan. Dengan perkataan lain, kecepatan sesaat,
Δx
v, sama dengan limit ratio x/t ketika t mendekati nol: v  lim (2.2)
t →0 Δt

Dalam notasi kalkulus, maka limit pada Persamaan 2.2 disebut turunan x terhadap t, atau
dx/dt:
Δx dx
v  lim = (2.3)
t →0 Δt dt
Laju (speed) sesaat juga merupakan besaran skalar, dan jarum speedometer menentukan laju
(besarnya kecepatan), artinya tidak menunjukan arah gerak benda.

2.3. Percepatan
Ketika kecepatan suatu partikel mengalami perubahan terhadap waktu, maka dikatakan
partikel tersebut mengalami percepatan (acceleration). Sebagai contoh, laju suatu mobil
mengalami kenaikan, jika pedal gas diinjak, dan sebaliknya akan diperlambat bila pedal rem
diinjak. Untuk memahami konsep percepatan lebih dalam, sebaiknya, kita bahas pengertian
percepatan rerata, dan percepatan sesaat yang berturut-turut, nampak identik dengan pada
Sub 2.1 dan 2.2 sebelumnya. Didefinisikan percepatan rerata partikel dalam selang waktu
t = t – to, adalah perbandingan antara x/t, v = (vt – vo) merupakan perubahan kecepatan
Δv (v t − v o )
dalam selang waktu tersebut: a = (2.4)
Δt t − to
Percepatan mempunyai dimensi: [L][T-2], yakni merupakan dimensi kecepatan bagi dimensi
waktu, dan satuannya adalah m/s2 (dalam SI), atau ft/s2.
Nilai percepatan rerata barangkali berbeda untuk keadaan interval waktu berbeda, maka
sebaiknya didefinisikan percepatan sesaat sebagai limit dari percepatan rerata untuk
v dv
t → 0 , yakni: a = lim =
t → 0 t dt
(2.5)
Jadi percepatan sesaat (instantaneous acceleration) sama dengan turunan kecepatan terhadap
waktu, dan merupakan slope atau kemiringan pada grafik kecepatan –waktu (Gambar 2.6).
Dari Persamaan 2.3, maka Persamaan 2.5, dapat ditulis:
dv d  dx  d 2 x
a= =  = (2.6)
dt dt  dt  dt 2
Dapat pula disimpulkan bahwa, percepatan merupakan turunan kedua perpindahan terhadap
waktu.
Perubahan kecepatan terhadap waktu, yang disebut percepatan, dapat berharga positip, ketika
percepatan pada arah sumbu x positip atau juga menunjukan gerak benda dipercepat, atau
juga bisa berharga negatip, ketika benda bergerak pada arah sumbu x negatip, atau
mengalami perlambatan. Sedangkan untuk kondisi percepatan nol, maka benda bergerak
dengan kecepatan konstan, artinya gerak benda dengan lintasan berupa garis lurus, dan baik
besar maupun arah kecepatannya tetap, dan ini yang disebut gerak lurus beraturan (GLB).
Untuk kondisi gerak benda dengan percepatan konstan (dibahas pada Bagian 2.4), disebut
gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Selanjutnya dalam pembahasan kita, yang
dimaksudkan dengan percepatan berarti percepatan sesaat.

2.4. Gerak Satu Dimensi dengan Percepatan Konstan (GLBB)


Analisis tentang gerak partikel akan menjadi lebih rumit, bila percepatan berubah terhadap
waktu. Kini kita hanya bahas persoalan gerak benda dalam sistem satu dimensi yang setiap

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 7


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
saat dalam interval waktu tertentu, percepatan rerata sama dengan percepatan sesaat, atau
percepatannya konstan. Sebagai konsekuensinya, kecepatan akan mengalami kenaikan atau
penurunan pada interval waktu yang sama.
Selanjutnya, untuk sementara kita gunakan notasi percepatan tanpa indeks dan vektor
satuan, tetapi kita menganggap gerak tetap pada sumbu x.
Dari Persamaan 2.4, dengan menganggap percepatan konstan, a, dan ketika to = 0 kecepatan
awal, vo, dan pada saat t = t, kecepatan akhir vt, maka:
v − vo
a= t ; Selanjutnya dapat ditulis persamaan kecepatan (akhir), adalah:
t
vt = vo + at (untuk a konstan) (2.7)
Karena kecepatan berubah secara linier terhadap waktu sesuai Persamaan 2.7, maka
kecepatan rerata setiap saat dapat dinyatakan secara aritmatik untuk keadaan awal, vo dan
keadaan akhir v , sehingga:
(v + v t )
v= o (2.8)
2
Persamaan 2.8 hanya berlaku untuk percepatan konstan, sehingga kecepatan berubah secara
linier terhadap waktu. Dengan menggunakan Persamaan 2.1 dan 2.8, perpindahan sebagai
fungsi waktu untuk dapat ditentukan, dengan catatan to = 0, maka:
(v + vo )
x = x − xo = t t (2.9)
2
Substitusi Persamaan 2.7 ke 2.9, akan diperoleh:
1
x − xo = vot + at 2 (2.10)
2
Selanjutnya, kita dapat mencari persamaan kecepatan (2.7), tetapi tidak tergantung pada
waktu, dengan cara mengeliminasi t dari Persamaan 2.7 pada Persamaan 2.9, yakni:
v 2t = v o2 + 2a(x − x o ) (2.11)
Berdasarkan Persamaan 2.10 yang merupakan persamaa kuadratik, maka grafik hubungan
antara posisi dengan waktu pada Gambar 2.8a merupakan parabola, dan bila percepatan nol
(a = 0), maka hubungan antara posisi dan waktu adalah linier. Dari Persamaan 2.11,
kecepatan akhir = kecepatan awal (v konstan). Inilah merupakan ciri GLB. Jadi dapat
disimpulkan bahwa GLB merupakan perlakuan khusus dari GLBB. Maka untuk GLB
berlaku: x − xo = vt .
Contoh. Seorang polisi patroli jalan mengejar seorang pengendara sepeda motor yang
melebihi batas kecepatan normal di daerah tertentu. Pengendara sepeda motor lari dengan
kecepatan konstan 20 m/s (72 km/jam) tepat melalui seorang polisi yang sedang mengamati
lalu lintas dengan RADAR. Satu detik setelah motor tesebut lewat, si pak patroli
mengejarnya dengan mobil patrolinya dengan percepatan konstan 3 m/s2. Berapa lama pak
polisi dapat melewati pengedara sepeda motor tersebut?.
Penyelesaian: Untuk menyelesaikan kasus ini, kita harus mencari jembatan penghubung
(syarat) pada kedua kasus di atas. Syarat yang harus dipenuhi adalah:
t m = t P + 1 ......................... *), dan
x m = x P .................................**)
Motor bergerak dengan kecepatan konstan (a = 0), maka posisi si motor setiap saat adalah:
xm = vm tm = 30 tm ..................***)
Pak Polisi bergerak dari dalam keadaan diam dengan percepatan konstan a = 3 m/s2, maka
posisinya setiap saat adalah:
1
xP = x0 P + v0 P t P + aP t P2 ,
2
Karena x0 P = 0 , dan v0 P = 0 , maka:
1 3
xP = aP t P = t P2 ............... ****)
2

2 2
Dari persamaan *), **), ***) dan ****), diperoleh:
30 (t P + 1) = t P2 ;
3 3
30 tm = t P2 ; t P2 − 20t P − 20 = 0
2 2

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 8


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
Dengan bantuan rumus abc, diperoleh tP = 21sekon , dan dengan memasukkan
harga tP = 21sekon ke pers. ****), diperoleh xP = 660m . Artinya, si pengendara sepeda
motor dan pak polisi bertemu setelah pak polisi mengejar selama 21 detik dengan jarak 660
m dari posisi mula-mula pak polisi.

2.5. Gerak Vertikal


Rumusan Gerak vertikal hampir sama dengan gerak horisontal pada Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB). Perhatikan tabel berikut:
GLBB Gerak Vertikal
vt = v0  at vt = v0  gt
vt2 = v02  2a( x − x0 ) vt2 = v02  2 g (h − h0 )
1 1
x = x0 + v0t  at 2 h = h0 + v0t  gt 2
2 2

-g, digunakan bila benda naik ke atas (melawan arah percepatan gravitasi bumi), dan +g
digunakan jika benda turun ke bawah (searah percepatan gravitasi bumi).

Contoh. Sebuah benda dilemparkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 20 m/s dari
ketinggian 20 m. Tentukanlah:
a. tinggi maksimum yang dapat dicapai benda tersebut,
b. waktu yang diperlukan benda tersebut untuk mencapai titik tertinggi,
c. lamanya benda tersebut di udara,
d. kecepatan dan ketinggian yang dicapai benda setelah bergerak 1 detik.
Solusi:
(a). Ketika benda mencapai ketinggian maksimum, maka vt = 0
vt2 = vo2 − 2 g (h − ho ) ; 0 = 202 − 2.10(hmaks − 20) ; 0 = 400 − 20hmaks + 400
20hmaks = 800
hmaks = 40m
b. vt = vo − gt
karena vt = 0 , maka: 0 = 20 − 10t , diperoleh t = 2sekon
Jadi, waktu yang diperlukan untuk mencapai titik tertinggi t = 2sekon
c. Lamanya benda di udara
1 1
h = ho + vot − gt 2 ; 0 = 20 + 20t − 10t 2
2 2
0 = 20 + 20t − 5t ; t − 4t − 4 = 0
2 2

Dengan menggunakan rumus abc, diperoleh t = 4,83 sekon


d. Kecepatan benda pada t =1 detik
vt = vo − gt ; vt = 20 − 10.1
m
vt = 10
s
Ketinggian yang dicapai benda setelah 1 detik
1 1
h = ho + vot − gt 2 ; h = 20 + 20.1 − .10.12
2 2
h = 35 m

2.6. Gerak Parabola


Suatu gerak yang lintasannya merupakan parabola, disebut Gerak Parabola atau Gerak
Peluru. Bila kita mengamati lintasan gerak sebuah peluru atau benda lain yang dilemparkan
ke udara dengan sudut elevasi tertentu, maka lintasannya berbentuk parabola. Dalam gerak
ini, percepatan gravitasi bumi dianggap konstan dan pengaruh gesekan udara diabaikan.

Rumus-rumus yang digunakan pada gerak parabola sama dengan rumus-rumus pada Gerak
Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan (GLB), tetapi pada setiap

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 9


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
komponen kecepatan ditambahkan indeks y untuk GLBB dan indeks x untuk GLB. Dari
gambar, diperoleh bahwa:
vox = vo cos  dan voy = vo sin  . Karena kecepatan pada arah horisontal (sumbu-x) konstan,
maka: vox = vx = vo cos .

Seperti pada Gambar 2.4, bentuk y v vy = 0


vy
lintasan peluru, berupa parabola dengan • vox
g
kecepatan awal vo dan sudut elevasi  α vox
terhadap horisontal. Karena pengaruh g, voy vo • vox •α
komponen kecepatan pada arah sumbu hmax
y berubah baik besar dan arah, vy v
sedangkan komponen kecepatan pada
•
vxox
arah sumbu x setiap saat konstan. vox • x

Sehingga dapat disimpulkan bahwa R


gerak parabola merupakan gerak voy vo
gabungan antara GLBB (vertikal) dan Gambar 2.4. Lintasan peluru berupa parabola
GLB (horisontal). dengan laju awal, vo, dan sudut elevasi, 

Perhatikan tabel berikut.


GLB GLBB Gerak Parabola
x = vt x = vxt → x = vo cos .t .............................. 2.12)
vt = v0  at vty = v0 y − gt → vty = v0 sin  − gt ......... 2.13)
vt2 = v02  2a( x − x0 ) vty2 = v02y − 2 g (h − h0 ) → vty2 = (vo sin  )2 − 2 g (h − h0 ) 2.14)
1 2 1 1
x = x0 + v0t  at h = h0 + v0 y t − gt 2 → h = h0 + v0 sin  .t − gt 2 .... 2.15)
2 2 2
Substitusi Pers. 2.14) ke Pers 2.15), diperoleh:
 g 
y = (tan )x –  2 2  x 2 (2.16)
 2v o cos θ 
Persamaan 2.16 merupakan persamaan parabola yang melalui titik pusat koordinat.
 g 
y = ax – bx2 , dengan a = tan  dan b =  2 2  . Besarnya kecepatan peluru, setiap saat
 2vo cos θ 
ditentukan dengan rumus:|v| = v 2x + v 2y (2.17)
Dan arah gerak peluru setiap saat diperhitungkan terhadap sumbu x, dapat dinyatakan
dengan:
 = tan-1(vy/vx) (2.18)
Waktu untuk mencapai tinggi maksimum ( th max ) dapat ditentukan dengan menggunakan
pers. 2.13).
vty = v0 sin  − gt
Pada titik tertinggi, vty = 0 , maka: 0 = v0 sin  − gth max
vo sin 
th max = (2.19)
g
Lamanya benda di udara ( tmax ), dapat ditentukan dengan pers. 2.15),
1
h = h0 + v0 sin  .t − gt 2 . Pada gambar 2.4), diperoleh h = 0 m dan ho = 0 m , maka:
2
1
0 = 0 + v0 sin  .tmax − gtmax , sehingga diperoleh:
2

2
2v sin 
tmax = o (2.20)
g
Tinggi maksimum yang bisa dicapai benda ( hmax ) dapat ditentukan dengan pers. 2.14).
vty2 = (vo sin  )2 − 2 g (h − h0 )
Karena pada titik tertinggi, vty = 0 , maka:

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 10


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA

0 = (vo sin  ) 2 − 2 g (hmax − h0 )


(vo sin  )2
hmax = ho + (2.21)
2g
Jarak terjauh yang bisa dicapai benda dapat ditentukan dari pers. 2.12) dan 2.20).
2v sin 
x = vo cos . o
g
Karena 2 sin  cos = sin 2 , maka:
vo2 sin 2
x= (2.22)
g

2.7. Gerak Melingkar


2.7.1. Kinetika Gerak Melingkar Beraturan

Gerak melingkar adalah gerak suatu benda berupa lingkaran dengan laju yang tetap. Pada
gerak melingkar, besar kecepatan benda tidak berubah, tetapi arah gerak benda selalu berubah
setiap saat ketika benda bergerak melingkar.

v2 Gambar 1, memperlihatkan sebuah benda


v1 kecil bergerak melingkar dengan kecepatan
yang berubah-ubah.

Karena arah gerak benda selalu berubah,


maka, kecepatan benda yang bergerak
melingkar selalu berubah, sehingga ada
perubahan kecepatan. Jadi sebuah benda
yang mengalami gerak melingkar beraturan
v3 selalu mengalami percepatan. Besar
Gambar 1. Sebuah benda kecil bergerak percepatannya adalah:
Dalam suatu lingkaran v −v Δv
a= 2 1 = …………………….. 1)
Δt Δt
dengan v adalah perubahan kecepatan selama selang waktu Δt .

Jika benda bergerak dalam waktu yang sangat singkat ( Δt mendekati nol), maka kita akan
mendapatkan percepatan sesaat.

A
v1
x B

r  r
v2 v1

C v = v2 − v1
v2

Gambar 2. Penentuan perubahan kecepatan v partikel yang bergerak melingkar

Pada Gambar 2, suatu partikel bergerak dari titik A ke titik B sehingga berpindah sejauh Δx
sepanjang busur yang melingkupi suatu sudut kecil Δθ . Perubahan kecepatan yang dialami
partikel tersebut adalah Δv = v 2 − v1 . Jika Δt kecil (mendekati nol), maka Δx dan Δθ sangat
kecil, sehingga v 2 hampir sejajar dengan v1 . Δv mengarah ke pusat lingkaran. Karena
percepatan ( a ) mempunyai arah yang sama dengan Δv , maka arah percepatan ( a ) juga harus
menuju pusat lingkaran. Sehingga percepatan ini disebut Percepatan Sentrifetal (percepatan yang
selalu mengarah ke pusat lingkaran) atau percepatan radial. Karena percepatan ini selalu
mengarah ke pusat, maka disimbolkan a C .
Dari Gambar 2, diperoleh :

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 11


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
Δv Δx v
= , atau Δv = Δx ………………………………………….. 2)
v r r
dengan v = v 2 = v1 (karena besar kecepatan tidak berubah).
Jika pers. 2) dibagi t , maka diperoleh:
Δv v Δx
= . ……..……………………………………………………. 3)
Δt r Δt
Δv Δx
Karena = a C dan = v , maka pers. 3) dapat ditulis:
Δt Δt
v2
aC = …………………………………………………………………. 4)
r
Kesimpulan:
Sebuah benda bergerak dalam suatu lingkaran berjari-jari r dengan laju tetap v akan
memiliki suatu percepatan yang memiliki arah menuju pusat lingkaran dan besarnya adalah
v2
aC = . Semakin besar kecepatan, semakin cepat kecepatan berubah arah; dan semakin besar
r
jari-jari, semakin lambat kecepatan berubah arah.
Vektor percepatan mengarah ke arah pusat lingkaran, akan tetapi vektor kecepatan selalu
searah dengan arah gerak yang merupakan arah tangensial (garis singgung) terhadap lingkaran.
Jadi vektor percepatan dan vektor kecepatan adalah tegak lurus satu sama lain pada setiap titik
untuk gerak melingkar beraturan.

2.7.2. Dinamika Gerak Melingkar Beraturan


Sebuah benda yang bergerak melingkar harus memiliki gaya yang dikenakan padanya
untuk menjaga agar benda tersebut bergerak dalam lingkaran itu. Gaya tersebut diperlukan untuk
memberinya percepatan sentrifetal. Besar gaya tersebut adalah:
v2
 F = m a C = m
r
………………………………………………….. 5)
Karena berarah menuju pusat lingkaran, maka gaya juga harus mengarah ke pusat lingkaran.
Gaya yang mengarah menuju pusat lingkaran ini disebut Gaya Centrifetal ( FC ).
Contoh. Sebuah batu yang massanya 100 gram diikat pada seutas tali, kemudian diayunkan
sehingga bergerak melingkar beraturan secara horisontal dengan jari-jari 1,0 m.
Ternyata batu ini telah melakukan 10 kali putaran penuh dalam 20 detik.
Tentukanlah:
a. kelajuan batu
b. percepatan sentrifetal batu
c. gaya tegangan tali.
Penyelesaian:
Dalam 20 detik batu sudah bergerak 10 putaran, jadi periode (T) batu = 2 detik
(waktu yang diperlukan untuk bergerak mengelilingi lingkaran 1 kali putaran penuh
adalah 2 detik). Jarak yang ditempuh batu adalah keliling lingkaran ( s = 2 r ).

a). kelajuan batu (v ) = =


s 2π r 2 . 3,14 . 1,0 62,8 m
= = = 31,4
t t 2 2 s
2 2
v 31,4 m
b). percepatan (a) = = = 985,96 2
r 1,0 s
c).  F = m a
v2
T=m = 0,1.985,96 = 98,596 N
r
2.7.3. Percepatan Tangensial dan Radial
Sebagaimana pada Bagian 2.7, telah dibahas tentang percepatan sentripetal, yang
sesungguhnya sama dengan percepatan radial seperti pada Persamaan 2.23. Mari kita bahas
gerak suatu partikel yang melalui lintasan lengkung (kurva) dengan kecepatan yang berubah-
ubah baik besar maupun arah, seperti pada Gambar 2.7.

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 12


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
Seperti pada Gambar 2.7, partikel
bergerak pada lintasan berbentuk
Q
lengkung, mempunyai vektor ar
a • R
percepatan total, a, selalu berubah a • at
ar
arah pada setiap titik yang
ar
dilaluinya, dan mempunyai dua P• a
komponen, yakni: komponen radial,
ar, (selalu menuju pusat lingkaran) Gambar 2.7. Gerak suatu partikel yang
dan komponen vektor percepatan lintasannya berubah-ubah. Jika vektor kecepatan,
v (selalu menyinggung lintasan) berubah arah
tangensial, at, (selalu menyinggung dan besar, maka diperoleh komponen percepatan
lintasannya). Sehingga vektor singgung, at, dan percepatan radial ar.
percepatan total:
a = ar + ar (2.24)
Percepatan tangensial (percepatan singgung) timbul karena perubahan laju partikel, dan
besarnya:
dv
at = (2.25)
dt
Seperti pada Persamaan 2.23, percepatan radial (percepatan sentripetal), timbul karena
perubahan arah vektor kecepatan partikel.
Karena percepatan a (Persamaan 2.24) memiliki komponen: ar dan at, selalu tegak lurus satu
sama lain, maka besarnya percepatan total:
a= a r2 + a t2 (2.26)
Seperti pada Gambar 2.7, bahwa percepatan radial pada titik Q lebih besar karena jejari lebih
kecil, karena percepatan radial berbanding terbalik dengan jejari kelengkungan. Apa yang
terjadi dengan percepatan tangensial, bila benda bergerak melingkar beraturan?, tentu saja: at
= 0, dan bila benda bergerak lurus?, tentu saja ar = 0.

SOAL-SOAL
1. Grafik perpindahan suatu x(m) G2.1
partikel sepanjang sumbu x 10
terhadap waktu, seperti pada
8
Gambar G2.1. Tentukanlah 6
kecepatan rerata dalam 4
interval: (a) 0 ke 2 s, (b) 0 ke 4 2
s, (c) 2 ke 4 s, (d) 4 ke 7 s, dan 0
(e) 0 ke 8 s. -2
-4
-6
1 2 3 4 5 6 7 8
t(s)
2. Tentukanlah kecepatan sesaat partikel yang dilukiskan pada Gambar G2.1 ketika: (a) t = 1,0
s, (b) t = 3,0 s, (c) t = 4,5 s, dan (d) t = 7,5 s.
3. Dua mobil bergerak pada arah yang sama pada jalur lurus, salah satu lajunya 55 mil/jam dan
lainnya 70 mil/jam. (a) Anggap mereka start dari titik yang sama, berapa lama mobil yang
tercepat mencapai jarak 10 mil. (b) Berapa jauh mobil tercepat tempuh sebelum 15 menit
mendahului mobil lamban.
4. Suatu partikel dari keadaan diam dan a (m/s2) G2.2
mempunyai percepatan seperti pada 2,0
Gambar G2.2. Tentukanlah (a) laju
1,0
partikel pada t = 10 s dan t = 20 s, (b)
jarak yang ditempuh selama 20 detik 0 t (s)
5,0 10,0 15,020,0
pertama. -1,0
-2,0
-3,0

5. Sebuah obyek bergerak sepanjang sumbu x dinyatakan dalam dalam persamaan: x(t) = (3,0t2
– 2t + 3,0) m. Tentukanlah: (a) laju rerata antara t = 2 s dan t = 3 s, (b) laju sesaat pada t = 2 s
dan t = 3 s, (c) percepatan rerata antara t = 2 s dan t = 3 s, dan (d) percepatan sesaat pada t =
2 s dan t = 3 s.

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 13


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
6. Suatu partikel bergerak sepanjang lintasan lurus dengan kecepatan 8 m/s pada t = 0.
Kecepatannya pada t = 20 s adalah 20 m/s. (a) Berapakah percepatan rerata dalam interval
waktu tersebut? (b) Dapatkan kecepatan rerata dapat diperoleh dari informasi di atas?.
7. Sebuah truk menempuh 40 m selama 8,50 s sementara secara homogen mengalami
penurunan laju sampai 2,80 m/s. Tentukanlah (a) laju awal dan (b) percepatannya.
8. Jarak minimal untuk memberhentikan suatu kendaraan yang sedang bergerak pada laju 35,0
mil/jam adalah 40,00 ft. Berapakah jarak minimum untuk memberhentikan kendaraan yang
sama pada laju 70,0 mil/jam, anggap percepatannya sama.

==================================================================

BAB III
DINAMIKA

3.1. Hukum I Newton dan Kerangka Inersial


Sebelum kurang lebih tahun 1600, para saintis percaya bahwa keadaan alamiah setiap materi
adalah keadaan diam. Galileo adalah orang pertama melihat ada perbedaan antara materi
yang bergerak dan materi yang dalam keadaan alamiah. Selanjutnya pendekatan baru yang
diformulasikan oleh Newton dalam suatu pernyataan yang dikenal sebagai: Hukum
Pertama Newton tentang Gerak, yakni: “Suatu obyek dalam keadaan diam, akan diam
terus, tetapi bila dalam keadaan bergerak, maka bergerak dengan kecepatan konstan, jika
resultan gaya yang bekerja pada obyek tersebut nol”. Konsekuensi pernyataan ini adalah, jika
F = 0, maka a = 0.
Hukum pertama Newton dikenal pula sebagai Hukum Inersia atau Hukum Kelembaman,
yang menentukan kerangka acuan yang disebut kerangka inersial. Suatu kerangka acuan
merupakan salah satu yang membuat hukum I Newton valid. Setiap kerangka acuan yang
bergerak dengan kecepatan konstan terhadap suatu kerangka inersial, maka kerangka tersebut
merupakan kerangka inersial. Dalam banyak situasi, kita menganggap bahwa kerangka pada
permukaan Bumi atau dekat dengan permukaan Bumi merupakan kerangka inersial.

3.2. Massa Inersial


Ini menunjukan sifat mempertahankan diri pada setiap benda selalu ada. Dan inilah yang
disebut massa inersial, artinya massa digunakan untuk mengukur inersia, dan satuannya
dalam SI adalah kilogram (lihat Bab I). Semakin besar massa, percepatan geraknya makin
kecil bila pada benda tersebut diberi gaya. Pengukuran massa secara kuantitatif dapat
dilakukan dengan membandingkan percepatan benda yang berbeda yang dihasilkan oleh
gaya terhadap benda-benda tersebut. Misalnya pada benda m1 diberikan gaya sehingga
percepatannya a1. Lalu dengan gaya yang sama bekerja pada m2 dan menghasilkan
percepatan a2, maka:
m1 a 2
 (3.1)
m 2 a1
Persamaan 3.1, menunjukan bahwa massa berbanding terbalik dengan percepatan gerak
benda, artinya dengan gaya tertentu yang bekerja pada suatu benda, maka semakin besar
massa semakin kecil percepatannya. Massa merupakan sifat inherent setiap benda, dan
merupakan besaran skalar. Massa berbeda dengan berat (weight). Berat merupakan gaya
tarik bumi pada benda tersebut dan merupakan besaran vektor (besarnya, w = mg, dan
arahnya selalu menuju ke pusat Bumi), dan dapat berubah-ubah tergantung pada lokasi benda
terhadap permukaan bumi, dan untuk setiap planet berat pun berbeda. Sedangkan massa di
mana pun benda berada tetap sama (tidak berubah), massa hanya berubah ketika benda
bergerak mendekati laju cahaya di udara (akan dibahas pada bagian tentang Fisika Modern).

3.3. Hukum II Newton


Hukum I Newton menjelaskan tentang apa yang terjadi pada suatu obyek bila resultan gaya
luar yang bekerja pada obyek tersebut sama dengan nol: maka benda bisa dalam keadaan
diam atau bergerak dengan kecepatan konstan. Hukum II Newton tampil untuk menjawab
persoalan tentang apa yang terjadi bila resultan gaya luar tidak sama dengan nol. Bayangkan,
anda mendorong suatu meja di atas lantai datar tanpa gesekan dengan gaya F, maka
percepatannya a. Tetapi bila anda mendorongnya dengan gaya 3F, maka percepatannya akan

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 14


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
menjadi 3a, dan seterusnya. Dapat disimpulkan bahwa percepatan gerak suatu obyek
berbanding lurus dengan total gaya yang bekerja pada obyek tersebut.
Kini bila dengan gaya yang sama, F, bekerja pada balok dengan massa m, maka
percepatannya a, tetapi bila massanya diduakalikan (2m), maka percepatannya akan menjadi
setengah kali (½a). Dapat disimpulkan bahwa percepatan gerak suatu obyek berbanding
terbalik dengan massa obyek tersebut. Dapat dirangkum hasil observasi di atas, yang
dikenal sebagai Hukum II Newton, yakni: “Percepatan gerak suatu benda berbanding lurus
dengan total gaya yang bekerja pada benda tersebut dan berbanding terbalik dengan
massanya”, dan secara matematika:
F = ma (3.2)
Karena gaya merupakan besaran vektor, maka mempunyai komponen-komponen sebagai
berikut: Fx = max Fy = may Fz = maz (3.3)
Satuan gaya dalam SI, adalah: Newton (N), dan 1 N = 1 kg.m.s-2. Sedangkan dalam sistem
CGS adalah dyne = gram.cm.s-2, dan dalam sistem British Engineering: lb = slug.ft.s-2. (1 N
= 105 dyne = 0,225 lb, tolong dibuktikan).
Contoh Sebuah bola massanya 0,30 kg ditarik y F2 = 8,0 N
dengan dua gaya di atas permukaan lantai datar
tanpa gesekan seperti pada Gambar 3.1.
Tentukanlah percepatan gerak bola tersebut.
60o
x
Solusi: Gunakan diagram bend- bebas: 20o
Fx = F1x + F2x = F1 cos 20º + F2 cos 60º = 8,7 N F1 = 5,0 N
Fy = -F1y + F2y = -F1 sin 20º + F2 sin 60º = 5,2 N
Dari Persamaan 4.3, diperoleh: Gambar 3.1. Bola bergerak di
 Fx  Fy atas bidang datar tanpa
ax = = 29 m/s2, dan ay = = 17 m/s2.
m m gesekan di bawah pengaruh
dua gaya.
Besarnya percepatan bola: a = 29 2 + 17 2 = 34 m/s2. Arah percepatan gerak bola terhadap
sumbu x positip, adalah:  = tan-1(ay/ax) = 31o.

3.4. Hukum III Newton


Hukum III Newton menyatakan bahwa: “jika dua benda saling berinteraksi, maka gaya yang
bekerja pada benda 1 oleh benda 2 sama besar tetapi berlawanan arah dengan gaya yang
bekerja pada benda 2 oleh benda 1”, dan secara matematika dapat ditulis sebagai:
F12 = - F21 (3.4)
Secara alamiah, pada setiap benda minimal
bekerja dua buah gaya, atau gaya-gaya selalu •
1
dalam pasangan. Ini diilustrasikan pada F12 F21
Gambar 3.2. 2
Gaya yang diberikan benda 1 pada benda 2, •
disebut gaya aksi, dan yang diberikan benda 2
pada benda 1 disebut gaya reaksi. Sehingga, Gambar 3.2. Hukum III Newton. Gaya
pada benda 1 oleh benda 2 sama
hukum ketiga Newton disebut pula sebagai
dengan gaya pada benda 2 oleh
hukum aksi-reaksi. Pada semua kasus, gaya benda 1, tetapi arahnya berlawanan.
aksi dan reaksi bekerja pada benda yang
berbeda, tetapi harus mempunyai tipe sama.
Contoh lain hukum III Newton, ketika anda menendang bola, atau menumbuk tembok, maka
anda dapat mengidentifikasi pasangan gaya aksi-reaksi.

3.5. Gaya Gesekan


Ketika suatu benda bergerak di atas permukaan benda lain atau dalam air atau di udara sekali
pun, selalu ada hambatan (resistance), sebab benda berinteraksi dengan lingkungannya.
Hambatan ini lazimnya disebut force of friction (gaya gesekan). Gaya gesekan penting dalam
kehidupan sehari-hari kita, misalnya ketika kita berjalan di jalan yang ber-oli (licin sekali)
atau berlari di atas pasir pantai, gerakan kendaraan ber-roda, putaran mesin, dll.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa:
1. Gaya gesekan statik antara dua permukaan benda, selalu berlawanan arah dengan gaya
yang bekerja pada benda, dan dinyatakan dengan: fs  sN (3.5)

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 15


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
s disebut koefisien gesekan statik, dan N = gaya normal.
2. Gaya gesekan kinetik antara dua permukaan benda, selalu berlawanan arah dengan gaya
yang bekerja pada benda, dan dinyatakan dengan: fk = kN (3.6)
k disebut koefisien gesekan kinetik, dan N = gaya normal.
3. Nilai s dan k tergantung pada sifat permukaan alamiah benda (halus atau kasar), dan
umumnya s lebih besar daripada k. Harga  antara 0,05 sampai 1,5.
Koefisien gesekan hampir tidak tergantung pada luas permukaan kontak gesekan, tetapi
umumnya hanya tergantung pada gaya normal, dan sifat halus atau kasar permukaan yang
saling kontak.

SOAL-SOAL
1. Sebuah Gaya F bekerja pada sebuah benda m1, menghasilkan percepatan 3,00 m/s2. Gaya yang
sama bekerja pada massa m2, menghasilkan percepatan 1,00 m/s2. (a) Berapa ratio antara m1
dan m2. (b) Jika m1 dan m2 digabung, tentukanlah percepatan karena pengaruh F.
2. Tiga buah gaya, masing-masing: F1 = (-2,00i + 2,00j) N, F2 = (5,00i - 3,00j) N, dan F3 = (-
45,0i) N bekerja pada sebuah benda sehingga menghasilkan percepatan yang besarnya 3,75
m/s2. (a) Tentukan arah percepatan tersebut, (b) berapa massa benda, (c) Jika benda mula-mula
dalam keadaan diam, berapa lajunya setelah 10,0 s. Dan (d) berapa komponen kecepatan
benda setelah 10,0 s.
3. Sebuah benda 3,0 kg mengalami percepatan, a = (2,0i + 5,0j) m/s2. Tentukan resultan gaya-
nya dan berapa besarnya.
4. Dua buah gaya masing-masing F1 = 20,0 F2 G3.1
F2
N dan F2 = 15,0 N seperti pada Gambar
G3.1 bekerja pada 5,00 kg benda. 90o 60o
Tentukanlah percepatan gerak benda m m
F1 F1
untuk keadaan (a) dan (b) (a) (b)
5. Di samping beratnya, massa suatu benda 2,80 kg dipengaruhi oleh gaya konstan. Benda
tersebut dari keadaan rest, dan dalam 1,20 s mengalami perpindahan (4,20i – 3,30j) m.
Tentukanlah gaya tersebut, dan besar serta arahnya.
6. Sebuah obyek mempunyai kecepatan konstan 3,0i m/s. Delapan detik kemudian, kecepatannya
(8,0i + 10,0j) m/s. Anggap benda ini dipengaruhi oleh gaya total konstan, tentukanlah (a)
komponen gaya, dan (b) besarnya.
7. Sebuah elektron (9,1 x 10-31 kg) mempunyai laju awal 3,0 x 105 m/s. Elektron bergerak
sepanjang garis lurus, lajunya mengalami kenaikan sampai 7,0 x 105 m/s setelah menempuh
jarak 5,0 cm. Anggap percepatannya konstan, (a) tentukanlah gaya yang bekerja pada elektron,
dan (b) bandingkan gaya ini terhadap berat elektron.
8. Tentukanlah gaya tegangan G3.2
o o
pada masing-masing tali 40 50 60o
pada Gambar G3.2a dan T1 T2 T1
G3.2b. Abaikan massa tali, (a) (b) T2
2
dan g = 9,8 m/s . T3 T3
5,0 kg 10,0 kg

====================================================================
BAB IV
USAHA DAN ENERGI

Dalam fisika berkaitan dengan suatu perubahan dengan demikian usaha berkaitan dengan
gaya dan perpindahan, untuk memindahkan massa yang besar dan pada jarak yang jauh
diperlukan usaha yang besar. Sedangkan untuk melakukan usaha diperlukan energi, sebagian
besar kejadian energi justru bermanfaat setelah terjadi perubahan bentuk, contohnya Energi
matahari, BBM, Geothermal, Nuklir, tenaga Air dan sebagainya.

4.1. Usaha
Usaha merupakan proses perubahan energi. Usaha dapat diartikan sebagai pekerjaan
untuk mencapai tujuan tertentu. Usaha yang dimaksud oleh gaya tetap (menyangkut besar
maupun arahnya) didefinisikan sebagai hasil perkalian antara perpindahan titik tangkapnya

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 16


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
dengan komponen gaya pada arah perpindahan (s) tersebut (arah gaya searah dengan arah
perpindahan).
F
F

F cos 

s
Besarnya usaha : W = F. s (Joule )
Jika arah gaya berimpit atau sama dengan arah perpindahan benda ( =0o), maka usaha oleh
gaya F dapat dinyatakan : W = F. s = F s cos  = F s cos 0o = F s

4.2. Energi
Di dalam Fisika, Energi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha.
Energi di dalam alam adalah besaran yang kekal, tetapi energi hanya dapat berubah dari suatu
bentuk ke bentuk yang lain. Energi juga dapat dipindahkan dari suatu benda ke benda yang lain,
atau lebih umum dapat dikatakan bahwa enegi dapat berpindah dari satu sistem ke sistem yang
lain. Perpindahan energi ini disebut Transfer Energi. Energi juga dapat dipindahkan dari satu
sistem ke sistem yang lain melalui gaya yang mengakibatkan pergeseran posisi benda.
Perpindahan energi semacam ini dikenal sebagai Kerja Mekanik.
Energi adalah kuantitas yang kekal, dapat berubah bentuk, dan dapat pindah dari satu
sistem ke sistem yang lain, akan tetapi jumlah keseluruhannya adalah tetap. Energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat merubah bentuk energi atau
memindahkan energi.
4.2.1. Energi Potensial
Sebagaimana definisi energi, maka kemamupuan suatu benda untuk mempertahan dirinya,
untuk menyimpan energi, maka enerfi demikian disesebut energi potensial. Contoh, energi
potensial gravitasi, yakni energi yang dimiliki oleh suatu benda bila ditinjau terhadap kedudukan
tertentu terhadap suatu referensi (permukaan bumi). Secara matematis, energi potensial gravitasi:
Ep = m g h
Misalkan sebuah benda dengan massa m diangkat vertikal ke atas dari kedudukan A di
tanah ke kedudukan B pada ketinggian h dari tanah.
Jika percepatan gravitasi g, untuk mengangkat benda
tersebut diperlukan gaya sebesar : F= m g. Usaha yang
diperlukan adalah W = F. s = m g h.
h Usaha merupakan perubahan energi potensial.

A. W=m g

4.2.2. Energi Kinetik


Usaha untuk menggerakan suatu benda, maka benda tersebut akan memiliki energi
kinetik, atau dengan perkataan lain, setiap benda yang bergerak memiliki energi kinetik, yang
besarnya adalah:
Ek = ½ mv2 ; dengan Ek = energi gerak (Joule)
m = massa benda yang bergerak (kg)
v = kecepatan benda (m/s)
Satuan energi sama dengan satuan usaha dalam SI, yakni kg.m.s-2 = Joule.

4.2.3. Energi Mekanik


Jumlah energi potensial dan energi kinetik suatu benda pada suatu saat disebut dengan
energi mekanik. Secara matematika dapat ditulis :
Em = Ep + Ek
Dengan : Em = energi mekanik (Joule)

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 17


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA

Ek = energi gerak (Joule)


Ep = energi potensial (Joule)
Berdasarkan sifat kekekalan energi, maka jumlah energi mekanik selalu konstan, dan
inilah yang disebut hukum kekekalan energi mekanik. Jadi: Em = konstan.
Perlu digaris bawahi bahwa hukum kekekalan energi mekanik berlaku hanya jika tidak
ada energi yang hilang.

4.2.4. Kekekalan Energi (Conservation of Energy)


Karena total energi mekanik (E) didefinisikan sebagai jumlah energi kinetik dan energi
potensial, maka dapat ditulis:
E=K+U (4.14)
Oleh karena itu, kita dapat mengaplikasikan prinsip kekekalan energi dalam bentuk Ei = Ef,
atau:
Ki + Ui = Kf + Uf (4.15)
Kekekalan energi menunjukan bahwa total energi mekanik suatu sistem benda konstan
dalam setiap sistem tertutup yang interaksinya hanya untuk gaya konservatif, artinya:
energi tak dapat diciptakan (created) dan tak dapat dimusnahkan (destroyed), tetapi
energi dapat berubah dari suatu bentuk ke bentuk energi yang lain. Pernyataan ini dikenal
sebagai hukum atau prinsip kekekalan energi.
Jika hanya gaya gravitasi (gaya konservatif) yang bekerja pada suatu benda, maka untuk
benda jatuh bebas, dapat ditulis prinsip kekekalan energi mekanik sama dengan konstan,
yakni:
½mvi2 + mgyi = ½mvf2 + mgyf (4.16)
Jika pada sistem benda tersebut hanya bekerja gaya konservatif pegas, maka prinsip
kekekalan energi mekanik sama dengan konstan, yakni:
½mvi2 + ½kxi2 = ½mvf2 + ½kxf2 (4.17)

4.2.5. Daya
Daya adalah laju perubahan energi atau energi per satuan waktu. Secara matematis dapat
ditulis :
Usaha W dW
P= = =
Selang Waktu t dt
Berdasarkan definisi ini, maka satuan daya (power = P) adalah Joule/s = Watt (W).

Hubungan Daya, Gaya, dan Kecepatan dapat ditulis :


W F . s
P= = = F .v ; dengan P = daya (power) (Watt)
t t
F = gaya (force) (Newton)
S = perpindahan (meter)
Karena daya yang diukur dalam SI biasanya besar, maka satuan daya yang sering digunakan
adalah Kilowatt (kW) atau megawatt (MW):
1 Kw = 1000 W = 103 W
1 MW = 1 000 000 = 106 W
Untuk keperluan praktis biasanya digunakan tenaga kuda atau horse power (hp) dengan konversi
1 hp = 746 W

SOAL-SOAL
1. Jika seseorang mengangkat beban 20 kg dari dalam sumur dan melakukan usaha 6,00 J, berapa
dalam sumur tersebut? Anggap laju beban konstan ketika terangkat.
2. Sebuah balok 2,5 kg didorong sejauh 2,2 m di atas meja tanpa gesekan dengan gaya konstan
16,0 N pada arah 25º terhadap horisontal. Tentukanlah usaha yang dilakukan oleh (a) gaya
yang diberikan tersebut, (b) gaya normal dari meja, (c) gaya gravitasi, (d) gaya total yang
bekerja pada balok tersebut.
3. Sebuah tim kereta anjing menarik beban massanya 100 kg sejauh 2,0 km di atas permukaan
horisontal dengan laju konstan. Jika koefisien gesekan antara kereta dan salju 0,15,
tentukanlah (a) usaha yang dilakukan oleh anjing tersebut, dan (b) energi yang oleh karena
gesekan.

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 18


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
4. Gaya horisontal 150 N digunakan untuk mendorong kotak sejauh 6,00 m di atas permukaan
rata kasar (rough). Jika kotak bergerak dengan laju konstan, tentukanlah (a) usaha yang
dilakukan oleh gaya 150 N, (b) energi yang hilang karena gesekan, dan (c) koefisien gesekan
kinetik.
5. Balok (15 kg) ditarik di atas permukaan kasar ( k = 0,30) yang rata oleh gaya 70 N dan
membentuk sudut 20º terhadap horisontal, sehingga berpindah sejauh 5,0 m. Tentukanlah
usaha yang dilakukan oleh (a) gaya 70 N, (b) gaya normal, dan (c) gaya gravitasi. (d)
Berapakah energi yang hilang karena gesekan?
6. Batman, massanya 80 kg tergantung pada tali yang ujung lainnya diikat pada dahan (limb)
pohon. Posisi Batman dengan tempat ikatan tali 12,0 m. Batman tahu bagaimana caranya
menggunakan tali tersebut untuk berayun agar bisa mencapai tepi seberang ketika tali
membentuk sudut 60º terhadap vertikal. Berapakah usaha yang harus dikerjakan untuk
melawan gaya gravitasi dalam manuver tersebut?
7. Sebuah kereta barang atau gerobak (cart) memuat batu bata (brick) mempunyai total massa
18,0 kg ditarik dengan tali (rope) pada laju konstan. Tali tersebut membentuk sudut 20,0o
terhadap horisontal, kereta berpindah sejauh 20,0 m di tasa permukaan horisontal. Koefisien
gesekan kinetik antara kereta dan ground 0,50. (a) Berapakah tegangan tali, (b) Berapakah
usaha yang dilakukan oleh tali pada cart? (c) berapakah energi yang hilang karena gesekan?
8. Sebuah gaya F = (4,0xi + 3,0yj) bekerja pada suatu obyek sehingga berpindah pada arah x dari
titik asal ke x = 5,0 m. Tentukanlah usaha yang dilakukan oleh gaya F pada obyek tersebut.

===================================================================

BAB V
MOMENTUM LINIER DAN TUMBUKAN

5.1. Momentum Linier dan Hukum Kekekalan Momentum


Seperti pada Bab-Bab sebelumnya, ciri gerak suatu benda seperti memiliki, perpindahan,
kecepatan, energi kinetik, maka pada kesempatan ini juga kita membahas ciri gerak yang
lain, yakni momentum (dalam bahasa Latin, dan yang dalam bahasa Inggris movement, dan
lazim disimbolkan dengan p), yang didefinisikan sebagai: perkalian antara massa (m) benda
atau partikel yang bergerak dengan kecepatan (v) gerak partikel tersebut. Secara matematik
dirumuskan sebagai:
p=mv (5.1)
Mometum linier (untuk sementara kita sebut saja “momentum”), merupakan besaran vektor,
yang arahnya searah dengan arah kecepatan gerak benda, dan mempunyai dimensi [M][L][T-
1
], dan satuannya dalam SI, kg.m/s.
Jika partikel bergerak dalam suatu sistem tiga dimensi, maka berdasarkan Persamaan 9.1,
momentum partikel tersebut mempunyai komponen-komponen:
px = mvx, py = mvy, pz = mvz, (5.2)
Selajutnya, dapat ditulis:
ptot = p1 + p2 = konstan (5.3)
atau dapat ditulis:
p1i + p2i = p1f + p2f (5.4)
Indek i dan f, masing-masing menyatakan awal (initial) dan akhir (final). Persamaan 6.5
berlaku pula untuk sistem tiga dimensi, yakni:
pix = pfx piy = pfy piz = pfz (5.5)

Persamaan 5.3 (sampai dengan 5.5), dikenal sebagai persamaan hukum kekekalan
momentum linier, yakni: untuk sistem terisolasi (tidak ada pengaruh gaya luar), maka
jumlah momentum setiap partikel yang berinteraksi selalu konstan.

5.2. Impuls dan Momentum


Telah kita ketahui bahwa jika gaya total yang bekerja pada suatu partikel, maka partikel
tersebut mengalami perubahan momentum. Anggap bahwa suatu gaya tunggal bekerja pada
partikel tersebut, dan akan mengalami perubahan terhadap waktu, maka berdasarkan hukum
II Newton,
dp
F= , atau dp = F dt (5.6)
dt

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 19


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
Kita integralkan Persamaan 5.6 untuk memperoleh perubahan momentum partikel dari pi
pada saat ti menjadi pf pada saat tf, yakni:
tf

p = pf - pi =  F dt (5.7)
ti

LHS (left hand side) dan RHS (right hand side) pada Persamaan 5.7, berturut-turut disebut
perubahan momentum dan impuls, dan keduanya merupakan besaran vektor. Untuk
interval waktu t = tf – ti, impuls didefinisikan sebagai:
tf

I=  F dt = p (5.8)
ti

Yakni, impuls gaya F merupakan perubahan momentum partikel. Dalam SI, satuan impuls
adalah N.detik atau N.s, yang sama dengan satuan momentum: kg.m.s-1. Persamaan 5.8
disebut juga sebagai teorema Impuls-momentum yang ekuivalen dengan hukum II Newton.
Besarnya impuls dapat dihitung sebagai luasan di bawah kurva F vs t, dan bila F konstan,
maka Persamaan 5.8, dapat ditulis sebagai:
I = p = F t (5.9)
Dalam banyak situasi fisis, pendekatan impuls mengisyaratkan bahwa gaya aksi yang bekerja
pada suatu benda jauh lebih besar daripada gaya-gaya lainnya dalam waktu yang sangat
singkat, sehingga gaya tersebut sering disebut sebagai gaya impuls. Sebagai contoh ketika
anda memukul bola dengan besar beberapa ribu Newton dengan pemukul dalam selang
waktu 0,01 s.

5.3. Tumbukan
Telah kita ketahui bahwa jika gaya total yang bekerja pada suatu partikel, maka partikel
tersebut mengalami perubahan momentum. Kita gunakan istilah tumbukan (collision) untuk
menyatakan peristiwa saling kontak untuk dua partikel dalam waktu singkat, sehingga
menghasilkan gaya impuls satu sama lain. Gaya yang disebabkan oleh tumbukan dianggap
lebih besar daripada setiap gaya eksternal.
Tumbukan memungkinkan kontak fisik (physical contact) antara dua benda makroskopik
seperti pada Gambar 5.4, yakni m1 dan m2. Gaya-gaya impuls akan berubah terhadap waktu
dalam cara yang rumit, dan salah satunya seperti pada Gambar 6.5. Jika F12 merupakan gaya
yang bekerja pada m1 sebagai akibat m2, dan dengan anggapan bahwa tidak ada gaya
eksternal, maka perubahan momentum m1 karena tumbukan tersebut seperti pada Pers. 5.8:
tf

p1 =  F12 dt
ti

Hal yang sama jika F21 merupakan gaya yang bekerja pada m2 sebagai akibat m1, maka
perubahan momentum m2:
tf

p2 =  F21 dt
ti

Berdasarkan hukum III Newton, maka dapat ditulis:


p1 = - p2, atau: p1 + p2 = 0
Karena momentum total sistem adalah ptot = p1 + p2 = 0, maka dapat disimpulkan bahwa
perubahan momentum sistem yang diakibatkan oleh tumbukan adalah nol.:
ptot = p1 + p2 = konstan
Oleh karena gaya-gaya impuls yang disebabkan oleh tumbukan hanya internal, maka tidak
akan mengubah momentum total sistem (hanya gaya eksternal yang merubah). Karena itu
dapat disimpulkan bahwa: momentum total sistem sebelum dan sesudah tumbukan sama, dan
ini dikenal sebagai hukum kekekalan momentum.
F
F12
F12 = - F21
F12 F21 t
m1 m
2 F21

Gambar 5.4. Tumbukan antara dua benda sebagai Gambar 5.5. Gaya-gaya impuls sebagai
akibat kontak fisik. fungsi waktu, sebagai akibat Gambar 6.4.

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 20


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA

5.4. Tumbukan Lenting dan Tidak Lenting Dalam Satu Dimensi


Sebagaimana pada Bagian 5.2, bahwa untuk setiap jenis tumbukan, berlaku hukum
kekekalan momentum. Energi kinetik tidak konstan, karena ketika terjadi tumbukan ada
konversi energi, misalnya menjadi panas, menjadi energi potensial elastik internal ketika
obyek mengalami perubahan (deformed), dan menjadi energi rotasi.
Kita tentukan pembagian jenis tumbukan berdasarkan apakah ada perubahan energi kinetik
atau tidak (atau apakah energi kinetik berubah atau konstan). Pada tumbukan tidak lenting
(inelastic collision), energi kinetik total tidak konstan (walaupun jumlah momentum
konstan). Tumbukan bola karet dengan permukaan kasar merupakan contoh tumbukan tidak
lenting, karena ada sebagian energi yang hilang ketika bola mengalami perubahan bentuk
pada saat kontak dengan permukaan tersebut. Ketika dua benda bertumbukan dan menjadi
satu, maka tentu ada sebagian energi yang hilang, dan ini disebut tumbukan tidak lenting
sama sekali (perfectly inelastic collision), seperti pada Contoh 5.3, dan contoh lain ketika
meteor menumbuk bumi dan terbakar.

Pada tumbukan lenting (elastic collision), energi kinetik total konstan (dan jumlah
momentum konstan). Tumbukan sesama billiard-ball, dan tumbukan antara molekul udara
dengan dinding konteiner pada temperatur kamar, merupakan contoh tumbukan lenting.
Dalam dunia nyata (real), baik tumbukan lenting maupun tidak lenting hanyalah sebagai
suatu pendekatan, dan jenis tumbukan terbanyak berada di antara kedua jenis tumbukan
tersebut, yakni tumbukan lenting sebagian.
Sebelum tumbukan Sebelum tumbukan
m1 m2 m1 m2
v1i v2i v1i v2i
Sesudah tumbukan Sesudah tumbukan

m1 m2 vf v1f m1 m2 v2f

Gambar 5.6. Tumbukan tidak lenting sama Gambar 5.7. Tumbukan lenting
sekali antara dua benda. antara dua benda.

Ilustrasi kedua jenis tumbukan secara skematik, seperti pada Gambar 5.6 dan 5.7.
Berdasarkan hukum kekekalan momentum, maka kecepatan akhir kedua benda sesudah
tumbukan tidak lenting sama sekali (Gambar 6.6) dinyatakan sebagai:
m v + m 2 v 2i
vf = 1 1i (5.11)
m1 + m 2
Selanjutnya untuk tumbukan lenting sempurna (Gambar 6.7), berlaku hukum kekekalan
momentum dan hukum kekekalan energi kinetik yang berturut-turut, dinyatakan sebagai:
m1v1i + m2v2i = m1v1f + m2v2f dan (5.12)
2 2 2 2
½m1v1i + ½m2v2i = ½m1v1f + ½m2v2f (5.13)
Ketentuan bahwa, ketika benda bergerak ke kanan kecepatannya positip, dan ke kiri negatip,
berlaku untuk Persamaan 5.11, 5.12 dan 5.13.

Penyelesaian kombinasi secara simultan Persamaan 5.12 dan 5.13, dapat diperoleh relasi:
v1i – v2i = – (v1f – v2f) (5.14)
Dapat disimpulkan bahwa pada tumbukan lenting, kecepatan relatif sebelum (v1i – v2i) dan
sesudah (v1f – v2f) tumbukan sama, tetapi berlawanan arah. Perbandingan antara kecepatan
relatif sesudah dan sebelum tumbukan disebut koefisien restitusi atau koefisien tumbukan,
yakni:
v − v 2f
e = − 1f (5.15)
v1i - v 2i
Berdasarkan Persamaan 6.15, dapat disimpulkan bahwa: untuk tumbukan lenting sempurna,
e = 1; untuk tumbukan tidak lenting sama sekali, e = 0, dan untuk tumbukan lenting
sebagian, nilai e antara 0 dan 1, atau: 0 < e < 1.

5.5. Pusat Massa

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 21


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
Pada Bagian ini akan kita bahas keseluruhan gerak sistem mekanik dari aspek yang sangat
penting, yakni pusat massa (center of mass). Sistem mekanik berhubungan baik dengan
sistem partikel berupa kumpulan atom-atom dalam suatu konteine, atau obyek besar. Untuk
gerakan sistem mekanik, maka semua partikel pembentuk benda dianggap terpusat pada
pusat massa. Lebih lanjut, jika resultan gaya eksternal yang bekerja pada suatu sistem
sebasar F, dan massa totalnya M, maka pusat massa bergerak dengan percepatan: a = F/M.
Hal ini menunjukkan bahwa sistem bergerak jika resultan gaya eksternal bekerja pada
partikel tunggal bermassa M yang berada pada pusat massa. Tingkah laku ini hanya berlaku
untuk gerak translasi, dan tidak berlaku untuk gerak lainnya, seperti sistem rotasi atau
vibrasi.

CM
* * *CM * * CM *

(a) (b) (c)


Gambar 5.11. Sistem mekanik yang terdiri dari dua partikel
yang mempunyai massa berbeda.

Gambar 5.11 menunjukkan suatu sistem mekanik yang terdiri dari dua buah partikel
bermassa kecil dan besar dihubungkan dengan batang pejal (solid) dan ringan. Pusat massa
(CM) terletak antara kedua partikel dan lebih dekat ke massa besar. Bila gaya tunggal
bekerja pada titik antara CM dan massa kecil, maka sistem akan mengalami rotasi searah
jarum jam (clockwise) (Gambar 5.11a), dan bila gaya tersebut bekerja antara CM dan massa
besar, maka sistem akan mengalami rotasi berlawanan arah jarum jam (counterclockwise)
(Gambar 6.11b), sedangkan gaya tunggal tersebut bekerja pada tepat pada pusat massa, maka
sistem akan mengalami translasi searah gaya. Jadi dengan metode ini pusat massa sistem
dengan mudah dapat ditentukan.

Pada Gambar 5.12, menunjukkan posisi y


pusat massa dua partikel yang berada x2
sepanjang sumbu x antara m1 dan m2. xCM
Posisi koordinat x adalah: m1
m1 x 1 + m 2 x 2 * m2 x
CM
xCM = (5.19) x1
m1 + m 2
Pada kondisi seperti pada Gambar Gambar 5.12. Pusat massa dua partikel yang
5.12, letak pusat massa lebih dekat ke letaknya lebih dekat ke massa yang lebih
massa yang besar.
lebih besar (m2), sedangkan bila massa kedua partikel sama, maka letak pusat massa di
tengah-tengah antara kedua partikel.
Untuk sistem yang terdiri dari banyak partikel dalam tiga dimensi, maka letak pusat massa
untuk koordinat x, y dan z berurut-turut adalah:
  
 mn x n  mn yn  mnzn
n =1 n =1 n =1
xCM = 
yCM = 
zCM = 
(5.20)
 mn  mn  mn
n =1 n =1 n =1

Letak pusat massa dapat pula dinyatakan dalam vektor posisi,


rCM = xCM î + yCM ˆj + zCM k̂
   
 m n x n ˆi +  m n x n ˆj +  m n x n kˆ  m n rn
n =1 n =1 n =1 n =1
rCM = 
= 
(5.21)
 mn  mn
n =1 n =1

Bila sistem terdiri dari begitu banyak partikel dengan jarak antara setiap partikel sangat kecil,
sehingga benda dianggap memiliki massa terdistribusi, dengan elemen massa m, dan massa
total M, sehingga koordinat pusat massa x, y dan z, berturut-turut adalah:

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 22


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA

xCM =  x n m yCM =  y n m xCM =  z n m


M M M
xCM = lim  n
x m 1
M
atau: = x dm (5.22)
t → 0 M
Dapat pula dinyatakan dalam vektor posisi r,
1
M
rCM = r dm (5.23)
Oleh karena setiap elemen massa yang terdistribusi mengalami gaya gravitasi, maka efek
total dari semua gaya gravitasi tersebut ekuivalen dengan efek gaya tunggal, Mg, yang
bekerja pada satu titik yang disebut pusat gravitasi (center of gravity). Jika g konstan untuk
massa distribusi, maka pusat gravitasi sama dengan pusat massa.

Lebih lanjut untuk memahami keberartian (significance) dan pemakaian konsep pusat massa
dengan mengambil turunan vektor posisi terhadap waktu (Persamaan 5.21). Anggap bahwa
M konstan untuk sistem partikel, maka kita dapat menyatakan kecepatan pusat massa
sistem:
vCM = CM =  n n
dr m v
(5.24)
dt M
Dari Persamaan 6.24, dapat ditulis momentum linier total sistem, yakni massa total kali
kecepatan pusat massa:
M vCM = mnvn = pn = ptot (5.25)
Jika kita mendiferensiasikan Persamaan 6.24 terhadap waktu, akan kita peroleh percepatan
pusat massa sistem:
dv 1  dv n 1
aCM = CM =
dt M dt
=
M
 mna n (5.26)
Persamaan 5.26 dan Hukum II Newton,
M aCM = mnan = Fn = Ftot (5.27)
Gaya yang bekerja pada setiap partikel dalam suatu sistem meliputi gaya-gaya eksternal dan
gaya-gaya internal. Berdasarkan hukum III Newton gaya-gaya dalam yang bekerja pada
setiap partikel saling meniadakan, sehingga yang berpengaruh pada sistem hanya gaya-gaya
eksternal. Berdasarkan Persamaan 6.27:
dp tot
Fext = M aCM = (5.28)
dt
Resultan gaya eksternal yang bekerja pada suatu sistem partikel sama dengan massa total
sistem kali percepatan pusat massa. Jika tidak ada gaya-gaya luar, pusat massa bergerak
dengan kecepatan konstan, maka Persamaan 6.28 dapat ditulis:
dp tot
= M aCM = 0, sehingga:
dt
ptot = M vCM = konstan (5.29)
Yakni momentum linier total suatu sistem partikel konstan jika tidak ada gaya-gaya luar
yang bekerja pada sistem tersebut. Jadi, untuk sistem partikel terisolasi, baik momentum total
dan kecepatan pusat massa konstan terhadap waktu. Hal tergeneralisasikan juga terhadap
sistem yang terdiri dari banyak partikel.

Soal-Soal
1. Sebuah partikel mempunyai kecepatan (3,0i - 4,0j) m/s. Tentukan komponen momentum
pada sumbu x dan y dan besarnya momentum total.
2. Sebuah bowling massanya 7 kg bergerak pada garis lurus dengan kecepatan 3 m/s. Berapa
laju bola ping-pong 2,45 kg bergerak pada garis lurus sedemikian sehingga kedua bola
mempunyai momentum yang sama.
3. Seorang bola massanya 60 gram dijatuhkan dari ketinggian 2 m. Jika ketinggian bola setelah
melenting 1,8 m, berapakah perubahan momentum linier selama tumbukan dengan lantai.
4. Sebuah senjata mesin menembakkan peluru 35 gram dengan laju 750 m/s. Jika senjata
tersebut menembak 200 peluru/menit, berapakah gaya rerata penembak agar dapat menahan
senjata tersebut.
5. (a) Jika besarnya momentum sebuah benda diduakalikan, apa yang terjadi dengan energi
kinetiknya? (b) Jika energi kinetiknya ditigakalikan, apa yang terjadi dengan momentumnya?

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 23


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
6. Massa bola kaki 0,5 kg ditendang dengan laju 15 m/s, ditangkap oleh seseorang dalam
keadaan diam dipegang selama 0,02 s. (a) Berapakah impuls pada bola tersebut. (b)
berapakah gara rerata pada penangkap bola tersebut?
7. Sebuah mobil berhenti pada traffic light. Ketika cahaya berubah ke hijau, mobil mengalami
percepatan dari diam sampai 5,20 m/s selama 0,832 s. Tentukanlah impuls linier dan gaya
rerata yang bekerja pada penumpang 70 kg dalam mobil tersebut.
8. Seseorang massanya 79,5 kg memegang bola 0,5 kg berdiri di atas balaok es dekat dekat
tembok. Dia melemparkan bola ke tembok dengan laju 10 m/s (relatif terhadap tanah) dan
kemudian menangkapnya kembali sesudah pantulan dari tembok.

====================================================================
=

BAB VI
ROTASI BENDA TEGAR

6.1. Kecepatan Anguler dan Percepatan Anguler


Seperti pada Gambar 6.1, benda rigid yang y
bentuknya sembarang berada pada bidang xy P
berotasi terhadap terhadap sumbu putar (tetap) r

yang tegak lurus bidang melalui titik O. Ambil x
O
partikel pada titik P berjarak r dari O dan berputar
terhadap sumbu putar. Umumnya, posisi titik P
dinyatakan dalam koordinat polar (r, ), dan setiap Gambar 6.1.
saat  berubah tetapi r tetap.
Ketika partikel bergerak dari x = 0 ke P, akan melalui kelengkungan (busur) s, yang memiliki
hubungan dengan posisi sudut adalah:
s=r (6.1)
Sesungguhnya  tanpa satuan, tetapi umumnya satuan sudut  adalah radian (rad), yang
didefinisikan sebagai: satu radian adalah perluasan sudut yang kelengkungannya sama
dengan jejari kelengkungan.

Oleh karena keliling lingkaran 2r, maka dari Persamaan 6.1 bahwa 360º bersesuaian dengan
sudut 2r/r rad (satu putaran). Oleh karena itu, 1 rad = 360º/2 = 57,3º. Contoh, 60º = /3
rad.
Misalnya, suatu partikel pada benda pejal dari titik P ke Q selama t, maka sudut yang
dilewati sebesar,  = 2 – 1, dan ini disebut pergeseran anguler atau pergeseran sudut.
Maka didefinisikan laju sudut rata-rata,  (baca: omega), dan laju sudut sesaat, adalah:
 d
= dan  = (6.2)
t dt
Analogi dengan gerak translasi (linier), maka percepatan sudut rata-rata dan percepatan
susut sesaat adalah:
 d
= dan = (6.3)
t dt
Hal yang sama juga dapat ditulis relasi:
 = o + t,  = o + ot + ½  t2, dan 2 = o2+ 2( - o) (6.4)
(Persamaan 6.4 hanya berlaku untuk  konstan).

6.3. Torque (Torsi) atau Momen Gaya


Ketika gaya bekerja pada benda pejal terhadap suatu sumbu, maka obyek akan cenderung
mengalami rotasi, dan diukur dalam besaran torsi atau momen gaya,  (baca: tau), yang
didefinisikan lengan momen kali gaya. Lengan momen, (d), ialah jarak antara garis kerja
gaya dengan sumbu putar. Misalnya, sudut antara r dan gaya adalah , maka, momen gaya
terhadap O, adalah:
 = r F sin  = F d (6.9)
Torsi sebagai penyebab gerak rotasi, mempunyai satuan m.N dan merupakan besaran vektor
dan arah putaran diperhitungkan terhadap titik, dengan arah berlawanan jarum jam positip,
berlawanan negatip. Pada Gambar 6.3, torsi benda pejal terhadap titik O, adalah:

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 24


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
o = F1 d1 – F2 d2

Ingat, jangan bingung dengan arah gaya, tetapi F1


yang diperhatikan adalah arah momen gaya,
atau arah kecendrungan putaran benda.
Seperti pada Bab III, untuk kesetimbangan •
d1
translasi, F = 0, maka untuk kesetimbangan
d2
rotasi berlaku:  = 0 O •

F2
Gambar 6.3.

Soal-Soal
1. Sebuah roda dari keadaan diam berputar dengan percepatan sudut konstan sampai 12 rad/s
selama 3 s. Tentukan (a) besarnya percepatan sudut roda, dan (b) sudut dalam radian selam
waktu tersebut.
2. Sebuah motor listrik memutar roda giling pada 100 rev/menit (100 rpm) di-off-kan, sehingga
roda memiliki perlambatan sudut -2 rad/s2. (a) Berapa lama roda berhenti, dan (b) berapa
radian sampai berhenti.
3. Posisi sudut suatu titik pada roda dinyatakan,  = 5 + 10t + 2t2 rad. Tentukan posisi sudut,
laju, dan percepatan titik tersebut pada t = 0 dan t = 3 s.
4. Sebuah mobil dipercepat secara homogen dari diam sampai 22 m/s selama 9 s. Jika diameter
ban 58 cm, tentukan (a) jumlah putaran ban selama gerakannya tersebut (anggap tanpa slip),
(b) laju putaran akhir ban dalam rev/menit.
5. Empat partikel dihubungkan dengan tali tanpa 3 kg 6m
2 kg
massa, seperti Gambar. O pada perpotongan
4 kg
diagonal. Jika sistem berputar dalam bidang xy
dengan laju anguler 6 rad/s, hitunglah (a) 2 kg 4 kg
momen kelembaman sistem terhadap sumbu z 10 N
dan melalui O, dan (b) energi rotasi sistem. 30o
6. Tentukan torsi total pada roda (Gambar) 12 N
terhadap pusat O, jika jejari roda kecil = 10 cm 9N
dan jejari roda besar = 25 cm.
7. Berat suatu benda 50 N digantung pada suatu ujung bebas tali yang melalui suatu katrol
dengan jejari 0,25 m dan massanya 3 kg. Katrol berputar bebas secara vertikal terhadap
sumbu horizontal yang melalui pusatnya. Benda tersebut dilepaskan pada ketinggian 6 m
terhadap lantai. (a) Tentukan gaya tegangan tali, percepatan benda, dan laju ketika benda
menyentuh lantai. (b) dengan menggunakan hukum kekekalan energi, tentukan laju pada
bagian (a).
8. Sebuah bola pejal menggelinding turun sepanjang bidang miring dengan slope , dan
ketinggian h. Tentukanlah kecepatan pusat massa ketika tiba di lantai, dan percepatan pusat
massanya.

====================================================================

BAB VII
MEKANIKA FLUIDA

7.1. Tekanan dan Variasinya Terhadap Kedalaman


Jika F merupakan besarnya gaya normal pada pompa (piston) dan A merupakan luas
permukaan piston, maka tekanan, P, pada fluida pada setiap level ketika piston berada dalam
fluida, didefinisikan sebagai gaya per luar, atau:
F
P= (7.1)
A
Satuan tekanan dalam SI, N/m2 = Pascal (Pa). Untuk kondisi atmosfir, maka semakin tinggi
posisi dari permukaan Bumi, tekanan udara makin menurun; sedangkan untuk zat cair,
semakin dalam tekanannya semakin besar. Untuk posisi setiap partikel dalam fluida statis,

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 25


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
misalnya pada kedalaman h dari permukaan suatu fluida, maka tekanan yang dialami oleh
partikel tersebut dinyatakan sebagai:
P = Po + gh (7.2)
P = tekanan absolut pada kedalaman h, Po = tekanan udara luar (atmosfir) = 1 atm = 76 cm
Hg = 1,103 x 105 Pa, dan  = kerapatan fluida, g = percepatan gravitasi Bumi.

Kenyataan menunjukkan bahwa tekanan dalam fluida tergantung pada kedalaman, dan setiap
kenaikan tekanan yang diberikan pada permukaan fluida akan ditransmisikan pada setiap
titik dalam fluida. Hal ini pertama kali diperkenalkan oleh French scientist Blaise Pascal
(1623-1662), karena itu disebut Hukum Pascal. Misalnya, fluida statik pada suatu bagian
pompa hidraulik mempunyai tekanan P1, gaya F1 dan luas penampang A1, sedangkan pada
bagian lain diberi indeks 2, maka menurut hukum Pascal:
F1 F
P1 = P2, = 2 (7.3)
A1 A 2
Jadi seperti pada prinsip pompa hidraulik, dengan memperbesar rasio A2/A1 maka gaya out
put (F2) akan menjadi lebih besar daripada gaya input (F1).

Alat ukur tekanan yang paling


Gbr 7.1 Po P=0
sederhana adalah manometer
terbuka, seperti Gambar 7.1 (kiri).
Ujung kanan terbuka dan ujung kiri h Po
h
dihubungkan dengan sistem yang
P
hendak diukur tekanannya, P. Dengan
A
menggunakan Hukum Pascal yang • • B
diterapkan pada titik A dan B,
diperoleh:
P – Po = gh yang disebut tekanan
gauge (gauge pressure), misalnya,
yang terukur pada ban sepeda anda.

Sedangkan pada Gambar 7.1 (kanan), juga termasuk alat ukur tekanan udara luar (atmosfir),
yang disebut barometer, yang diketemukan oleh Evangelista Torricelli (1608-1647).
Sebagai penghormatan kepada Beliau, satuan tekanan 1 mm Hg = 1 Torr. Beliau menemukan
bahwa tekanan udara luar sebesar 1 atm sama dengan tekanan udara luar yang
mengakibatkan Hg naik sebesar 76 cm, sehingga didefinisikan bahwa tekanan udara luar
sebesar:
Po = 1 atm = 76 cm Hg = Hggh = (13,595 x 103 kg/m3)(9,8 m/s2)(0,76 m) = 1.013 x 105 Pa.

7.2. Gaya Ke atas (Bouyant Force) dan Prinsip Archimedes


Prinsip Archimedes (287-212 B.C) dapat dinyatakan sebagai: Setiap benda sebagian atau
seluruhnya tercelup dalam fluida, fluida akan memberikan gaya ke atas pada benda tersebut
sebesar berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut (bukan berat benda).
Gaya ke atas yang berasal dari fluida tersebut sering dikenal sebagai gaya Archimedes (FA),
yang besarnya selalu sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda.

Contoh 7.2: Baja lebih rapat daripada air. Bagaimana, sehingga kapal yang terbuat dari baja
tidak tenggelam (mengapung)?
Contoh 7.3: Sepotong aluminium Gbr 7.2
digantung pada kawat yang dilengkapi T1
neraca pegas dan tercelup dalam air (Gbr T
FA 2
7.2). Massa aluminium 1 kg dan
kerapatannya 2,7 gram/cc. Hitunglah • •
tegangan kawat sebelum dan sesudah
tercelup dalam air.
Solusi: (a) Ketika aluminium ditimbang di Mg Mg
udara diperoleh berat sesungguhnya terbaca
pada skala, Mg, maka Hk I Newton:
T1 = Mg = 9,8 N (sebelum dimasukkan dalam air). (b) Ketika dimasukkan dalam air,
berlaku:

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 26


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
T2 + FA = Mg, atau T2 = Mg - FA. Untuk menghitung gaya Archimedes, terlebih dahulu
hitung volume aluminium, VAl = 1/2,7 x 103 = 3,7 x 10-4 m3. Menurut prinsip Archimedes,
FA = ww yang dipindahkan = Mwg = wVAlg = 3,6 N, jadi T2 = 6,2 N.
Contoh 7.4: Sebuah balok es mengapung di atas air. Berapa fraksi balok es yang berada di
atas permukaan air.
Solusi: Berat balok es w = esVesg. Sedangkan FA = wVwg (berat air yang dipindahkan), dan
Vw = volume air yang dipindahkan, tentu sama dengan volume balok es yang ada dalam air.
Karena es mengapung, maka esVesg = wVwg, atau Vw/Ves = es/w, jadi fraksi es yang ada
di atas air adalah: f = 1 – es/w = 1 – 917/1000 = 0,083 atau 8,3%.

7.3. Fluida Dinamika


Sebelumnya, pembahasan kita hanya menyangkut fluida statik, kini kita menelusuri fluida
dinamika, atau gerakan fluida.
Beberapa karakter aliran fluida:
a. Aliran dikatakan steady atau laminar atau stasioner, jika setiap partikel fluida mengikuti
lintasan alirannya masing-masing tanpa saling menyilang, artinya masing-masing
partikel mempunyai lintasannya masing-masing. Jadi, pada aliran stasioner, kecepatan
fluida pada setiap titik konstan terhadap waktu.
b. Di atas laju kritis tertentu, aliran fluida menjadi nonstasioner atau turbulen. Aliran ini
terjadi misalnya ketika melalui batu, atau rintangan lainnya, maka timbul
ketidakteraturan aliran.
c. Untuk fluida kental (viscosity), maka dalam aliran timbul gesekan internal dalam fluida.
Gesekan internal atau gaya kental bersesuaian dengan resistansi (hambatan) pada dua
lapisan batas fluida yang bergerak relatif satu terhadap yang lain. Oleh karena sifat
kekentalan ini, sebagian energi kinetik fluida akan diubah menjadi energi termal.
Oleh karena gerekan fluida nyata (real) adalah kompleks, dibuat beberapa asumsi agar
mendekati ciri fluida ideal, yakni:
a. Fluida nonviscous. Pada aliran nonviscous, gesekan internal diabaikan, dan benda yang
bergerak pada fluida ini tidak mengalami gaya kental.
b. Aliran steady. Kecepatan aliran konstan terhadap waktu.
c. Fluida incompressible. Kerapatan fluida incompressible dianggap konstan terhadap
waktu.
d. Aliran irrotational. Aliran fluida irrotational jika tidak ada momentum sudut fluida
terhadap suatu titik. Kebalikannya, jika suatu roda dalam fluida turbulen mengalami
rotasi, alirannya bersifat rotational.

7.4. Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Bernoulli


Lintasan yang dilalui oleh partikel fluida yang alirannya stasioner disebut garis alir
(streamline). Kecepatan alirannya selalu menyinggung (tangent) garis alir, dan kumpulan
garis alir membentuk tabung alir. Misalnya aliran partikel fluida secara stasioner melalui
penampang A1 dengan kecepatan v1, kemudian melalui penampang A2 dengan kecepatan v2,
maka berlaku Persamaan kontinuitas aliran fluida ideal adalah:
A1v1 = A2v2 (7.4)
Sesungguhnya, Av = R merupakan volume aliran fluida ideal per satuan waktu, dan disebut
debit aliran fluida, atau R = V/t (m3/s). Persamaan 7.4, diperoleh dengan diberlakukannya
hukum kekekalan massa, sedangkan dengan menggunakan hukum kekekalan energi
mekanik, diperoleh Persamaan Bernoulli, yakni:
P1 + ½ v12 + gh1 = P2 + ½ v22 + gh2 (7.5)
P = tekanan,  = kerapatan fluida, v = laju aliran, dan h = ketinggian.

Soal-Soal
1. Hitunglah massa bola besi yang diameternya 3,0 cm. (besi = 7,86 gram/cc).
2. Perkirakan kerapatan inti suatu atom. Massa proton 1,67 x 10-27 kg, dan jejarinya 1 fm.
3. Seorang raja (Hieron) memerintahkan dibuatkan mahkota yang massanya 0,5 kg. Dilaporkan
bahwa volume mahkota 185 cc. Apakah mahkota tersebut terbuat dari emas?
4. Seorang gadis massanya 50 kg melakukan berdiri setimbang dengan tumit sepatunya. Jika
tumitnya membentuk lingkaran dengan jejari 0,5 cm, tentukanlah tekanan tumitnya pada
lantai.
5. Tentukanlah tekanan absolut pada dasar suatu danau yang kedalamannya 30 m.

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 27


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
6. Sebuah kubus sisinya L berisi air (kerapatan ), ditempatkan di atas kereta mainan yang
bergerak horizontal dengan percepatan a. Tentukan tekanan pada pusat massa kubus tersebut.
7. Beberapa balon berisi helium mempunyai massa 5 gram, dan masing-masing jejarinya 20 cm
digunakan oleh seorang anak massanya 20 kg untuk mengangkatnya ke udara. Berapa banyak
balon yang harus dibutuhkan, jika He = 0,18 kg/m3, dan udara = 1,29 kg/m3.
8. Sebuah kubus kayu, sisinya 20 cm dan massa jenisnya 0,65 gram/cc mengapung di atas air. (a)
Berapakah jarak dari permukaan atas kubus kayu ke permukaan air? (b) Berapakah berat
timah yang diletakkan di atas kayu tersebut agar permukaan atasnya rata dengan permukaan
air?

====================================================================

BAB VIII
PANAS DAN HUKUM I TERMODINAMIKA

Pendahuluan
Kira-kira sampai tahun 1850, bidang panas (heat) dan mekanika dipertimbangkan menjadi dua
cabang sains berbeda dan hukum kekekalan energi tampak hanya mendeskripsikan jenis tertentu
sistem mekanika. Percobaan yang dilakukan oleh James Prescott Joule (1818-1889) dan lainnya
pada pertengahan abad ke-19, menunjukkan bahwa energi bisa ditambahkan pada (atau
dipindahkan dari) suatu sistem baik sebagai energi termal (panas) maupun sebagai usaha yang
dilakukan pada (atau oleh) sistem. Kini energi termal diperlakukan sebagai bentuk energi yang
dapat diubah ke dalam energi mekanik. Perluasan konsep energi dengan melibatkan energi termal
inilah yang menimbulkan hukum kekekalan energi sebagai sifat hukum alam semesta.

Bab ini terpusat pada konsep panas, hukum I termodinamika, proses transfer energi termal, dan
beberapa aplikasi. Hukum I termodinamika sering merupakan hukum kekekalan energi. Hal
tersebut hanya menceriterakan bahwa kenaikan satu bentuk energi harus disertai dengan
penurunan beberapa bentuk energi lainnya.

8.1. Panas (Heat) dan Energi Termal (Thermal Energy)


Berikut perbedaan prinsip antara energi dalam (internal energy), energi termal, dan panas.
Energi dalam merupakan semua energi yang dimiliki oleh sistem dan bersifat stasioner
(tidak translasi dan rotasi), termasuk energi inti, energi kimia, dan energi strain (kompresi
dan regangan pegas), juga energi termal. Energi termal merupakan bagian energi dalam
yang berubah ketika temperatur sistem berubah. Transfer energi termal terjadi ketika ada
perbedaan temperatur antara sistem dan lingkungan, dan mungkin atau tidak mungkin
mengubah jumlah energi dalam sistem. Secara praktis, istilah panas (heat) mempunyai arti
baik menyangkut termal energi dan transfer energi termal.

Seperti pada Bab IV, usaha yang dilakukan pada (atau) oleh suatu sistem merupakan ukuran
transfer energi antara sistem dan lingkungannya, sedangkan energi mekanik sistem (kinetik
dan/atau potensial) merupakan konsekuensi gerakannya dan koordinatnya. Jadi, ketika
seseorang melakukan usaha pada sistem, energi ditransferkan dari orang ke sistem. Juga,
perlu diingat bahwa energi dapat ditransferkan antara dua sistem, walaupun ketika tidak
terjadi transfer energi termal. Energi yang dipindahkan ke atau dari sistem sebagai usaha,
tetapi energi yang timbul dalam sistem sebagai kenaikan atau penurunan energi termal.
Perubahan energi internal sama dengan perubahan energi termal dapat diukur melalui
perubahan temperatur.

Jumlah (Quantity, Q) panas yang dibutuhkan oleh suatu benda bermassa m, agar mengalami
kenaikan temperatur sebesar t, dinyatakan sebagai:
Q = m c t (8.1)
Besaran c menunjukkan ciri benda dan disebut panas jenis (specific heat), artinya untuk
menaikkan temperatur 1 oC setiap benda membutuhkan jumlah kalor yang berbeda, dan
untuk perubahan temperatur tidak terlalu besar, c dianggap konstan, dan satuannya kal/gr.oC,
J/kg. oC. Kapasitas panas, diartikan: C = mc.
Panas laten (karakter benda), didefinisikan sebagai jumlah panas per satuan massa, dan ini
terjadi selama proses perubahan fase, sehingga tidak mengalami perubahan temperatur.

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 28


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
Panas laten yang berhubungan perubahan fase dari padat ke cair disebut panas laten fusi, Lf,
atau sering disebut kalor lebur; dari cair ke gas disebut panas laten penguapan, Lv, atau
sering disebut kalor uap.

8.2. Usaha dan Panas pada Proses Termodinamika


Pendekatan makroskopik pada termodinamika kita membahas keadaan (state) suatu sistem
dengan variabel-variabel seperti: tekanan,volume, temperatur, dan energi dalam.

Gambar 8.1 menunjukkan sebuah konteiner Gbr 8.1


berisi gas dilengkapi dengan piston yang
dapat bergerak bebas. Dalam keadaan
setimbang, Gambar kiri menunjukkan gas
menempati volume V dan secara homogen
memberikan tekanan P pada dinding silinder
dan piston. Jika luas penampang piston A,
gaya yang diberikan oleh gas pada piston, F A
dy
= PA. Gambar kanan, gas mengembang
secara kuasi-statik, yakni setiap saat secara P V V + dV
cukup perlahan-lahan mengijinkan sistem
setimbang termodinamik. Piston bergerak
naik setinggi dy, sehingga usaha
yang dilakukan oleh gas pada sistem, adalah:
dW = F dy = PA dy, dan oleh karena A dy = dV, maka:
dW = P dV (8.2)
Oleh karena gas mengembang (memuai), maka dV positip, artinya usaha yang dilakukan
oleh gas positip, sedangkan jika gas dikompresi, dV negatip, mengindikasikan bahwa usaha
yang dilakukan oleh gas negatip (atau, usaha yang dilakukan pada gas). Integrasikan
Persamaan 8.2, diperoleh usaha yang dilakukan sehingga volume gas berubah dari Vi ke Vf,
adalah:
Vf

W=  P dV
Vi
(8.3)

Usaha yang dilakukan hanya tergantung proses keadaan awal dan akhir sistem, dan bila
diplot grafik P-V, maka luasan di bawah kurva grafik tersebut merupakan usaha yang
dilakukan.
Dengan cara yang sama, transfer energi termal ke atau dari sistem juga tergantung pada
proses. Disimpulkan bahwa transfer energi termal, seperti usaha yang dilakukan, tergantung
pada keadaan sistem awal, akhir, dan antara.

8.3. Hukum Pertama Termodinamika


Sesungguhnya hukum I termodinamika merupakan generalisasi hukum kekekalan energi
yang berlaku untuk semua jenis proses di alam semesta. Telah ditampakkan bahwa energi
dapat ditransferkan antara sistem dan lingkungannya dalam dua cara, yakni: usaha yang
dilakukan oleh (atau pada) sistem yang melibatkan pergeseran dan gaya (atau tekanan), dan
transfer energi termal yang terjadi pada tumbukan molekul secara acak (random). Setiap
tumbukan menghasilkan perubahan energi pada sistem, dan karena itu, biasanya
menghasilkan perubahan variabel-variabel yang dapat diukur, seperti tekanan, temperatur
dan volume pada gas.
Ide ini dikembangkan ke basis kuantitatif, dengan anggapan sistem termodinamik mengalami
perubahan dari keadaan awal sampai akhir. Selama perubahan, Q positip merupakan energi
termal ditransferkan ke sistem, dan W positip merupakan usaha yang dilakukan oleh sistem,
sehingga dapat disimpulkan bahwa: selisih Q dan W merupakan perubahan energi, U. Jadi:
U = Q – W (8.4)
Persamaan 8.4 dikenal sebagai hukum pertama termodinamika. Perjanjian tanda: Q
positip, energi termal ke sistem, dan negatip, energi termal ditransferkan keluar (atau dari)
sistem; W positip, sistem melakukan usaha pada lingkungan, dan W negatip, usaha dilakukan
pada sistem. Untuk sistem terisolasi, artinya, sistem tidak berinterkasi dengan lingkungan,
tidak ada transfer energi dan tidak ada usaha yang dilakukan: Q = W = O, maka U = 0,
sehingga Ui = Uf. Dapat disimpulkan bahwa energi internal pada sistem terisolasi konstan.

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 29


[Matrikulasi 2022] Materi
FISIKA
8.4. Aplikasi Hukum I Termodinamika
Beberapa proses umum termodinamika:
a. Proses adiabatik, tidak ada energi termal yang masuk dan keluar sistem, Q = 0, maka
dari Persamaan 8.4, U = W. Jika gas mengalami proses ekspansi adiabatik, W positip,
U negatip, maka temperatur gas mengalami penurunan, sebaliknya (vice versa), W
negatip, U postip, temperatur naik. Untuk proses pemuaian bebas adiabatik (adiabatic
free expansion), yakni tidak ada usaha pada atau oleh gas. Jadi karena Q = 0 dan W = 0,
maka U = 0. Untuk gas ideal, energi internal tergantung pada temperatur, maka pada
proses pemuaian bebas adiabatik, tidak ada perubahan temperatur (temperatur konstan).
b. Proses isobarik, proses yang berlangsung pada tekanan konstan, W = P(Vf – Vi).
c. Proses isovolumetrik (isokhorik), proses yang berlangsung pada volume konstan, W = 0,
jadi dari Persamaan 8.4, U = Q
d. Proses isotermal, proses yang berlangsung pada temperatur konstan. Untuk gas ideal, U
= 0.
Dari plotting grafik P-V untuk gas ideal pada T konstan, diperoleh kurva hiperbolik yang
disebut isoterm. Sedangkan usaha yang dilakukan untuk proses isotermal pada gas ideal dan
proses kuasi-statik, berlaku persamaan keadaan: PV = nRT, maka dari Persamaan 8.3:
Vf Vf
nRT V 
W=  P dV
Vi
= 
Vi
V
dV = nRT ln  f
 Vi


(8.5)

8.5. Pemindahan Panas (Heat Transfer)


Ada tiga cara pemindahan panas, yang berhubungan dengan energi termal yang ditransferkan
antara sistem dan lingkungan dan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap transfer
tersebut. Transfersi panas ini timbul karena ada perbedaan temperatur.
a. Konduksi, partikel tidak ikut berpindah, dan hukum konduksi panas: H = -
dT
kA ; k = konduktivitas termal material, dT/dx = gradien temperatur, H = daya hantar
dx
panas (Watt), A = luas penampang. Tanda (-), hantaran panas ke daerah penurunan suhu.
b. Konveksi, partikel ikut berpindah, karena perbedaan kerapatan ketika kenaikan suhu.
Makin tinggi T, kerapatan berkurang.
c. Radiasi, keunggulannya tanpa butuh medium, karena energi termal yang diradiasikan
dalam gelombang elektromagnetik, dan berlaku hukum Stefan, yakni daya radiasi, P =
AeT4.
e = konstanta yang disebut emisivitas, T = suhu Kelvin, A = luas permukaan,  = 5,67 x
10-8 W.m-2.K-4. Untuk penyerap ideal, atau black body, harga e = 1,
Soal-Soal
1. Anggap pada peralatan Joule, dua massa masing-masing 1,5 kg dan tengki berisi air 200 gram.
Berapakah kenaikan temperatur air sesudah massa-massa benda tersebut dijatuhkan melalui
jarak 3 m?
2. Seseorang massanya 80 kg hendak mendaki gunung untuk menghabiskan ekuivalensi coklat
yang dimakan yang mengandung 700 Kalori. Berapa tinggi panjatan orang tersebut?
3. Air dari titik tertinggi Niagara (50 m) mempunyai temperatur 10 oC. Berapakah temperatur air
ketika tiba di titik paling bawah.
4. Berapa banyak kalori dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 3 kg aluminium dari 20 oC
sampai 50 oC? (cAl = 0,215 kal/g. oC). Ubah hasil anda ke Joule.
5. Temperatur batang perak (massanya 525 gram) mengalami kenaikan 10 oC ketika menyerap
1,23 kJ panas. Tentukan panas jenis perak.
6. Jika 100 gram air pada 100 oC dimasukkan ke dalam mangkuk aluminium (massa 20 gram)
yang berisi 50 gram air pada 20 oC, berapakah temperatur akhir (setimbang).
7. Berapakah temperatur kesetimbangan akhir ketika 10 gram susu pada 10 oC dicampur dengan
160 gram kopi pada 90 oC?
8. (a) Sebuah kalorimeter berisi 500 mL air pada suhu 30 oC dan 25 gram es pada suhu 0 Sebuah
kalorimeter berisi 500 mL air pada suhu 30 oC. Tentukan temperatur akhir. (b) Ulangi Bagian
(a) jika 250 gram es pada suhu 0 oC.

Bahan Ajar Fisika MIPA Halaman 30

Anda mungkin juga menyukai