FISIKA
BAB I
FISIKA DAN PENGUKURAN
Meter (m), sebagai satuan besaran pokok panjang, ditetapkan sebagai 1 650 763,73 panjang
gelombang cahaya merah-jingga yang dipancarkan oleh lampu krypton-86. Tetapi, pada
Oktober 1983, meter didefinisikan ulang sebagai jarak yang ditempuh oleh cahaya yang
merambat dalam vakum selama 1/299 792 458 detik. Ingat, laju rambat cahaya dalam vakum
adalah 299 792 458 meter/detik.
Kilogram (kg), sebagai satuan besaran pokok massa, ditetapkan sebagai massa campuran
khusus logam platinum-iridium yang berbentuk silinder yang disimpan oleh International
Bureau of Weight and Measurement di Sevres, Perancis. Massa baku ini ditetapkan pada
tahun 1887, dan logam campuran platinum-iridium merupakan campuran yang luar biasa
satabil, dan duplikatnya disimpan di National Institute of Standards and Technology (NIST)
di Gaithersburg, Md.
Detik (second, s), sebagai satuan besaran pokok waktu, banyak mengalami perubahan, tetapi
yang pasti sampai kini, yakni sejak 1967, ditetapkan sebagai 9 192 631 770 periode radiasi
dari atom cesium-133.
Di samping sistem SI, juga dikenal sistem cgs (centimeter sebagai satuan panjang, gram
sebagai satuan massa, second sebagai satuan waktu) dan British engineering system (foot
sebagai satuan panjang, slug sabagai satuan massa, second sebagai satuan waktu).
Banyak satuan dalam fisika dinyatakan dalam awalan orde (10 pangkat), misalnya 1 mm
(millimeter) = 10-3 m, 1 A (microampere) = 10-6 Ampere, 1 GHz (gigahertz) = 109 Hz.
Contoh awalan lainnya pada Tabel 1.1.
Massa proton = 1,0073 u, dan massa neutron = 1,0087 u. (1 u = amu = sma = 1,66 x 10-27 kg.
Dan massa elektron = 9,1 x 10-31 kg.
Massa setiap atom dari materi yang berbeda, dibedakan oleh baik jumlah proton dan jumlah
neutron di dalam inti atom. Konsekuensinya, untuk setiap atom memiliki kerapatan (massa
jenis = density) yang berbeda, karena berdasarkan definisi, bahwa kerapatan ( = rho),
adalah massa per satuan volume, yakni:
= m/V (1.1)
3 3
Sebagai contoh: kerapatan aluminium, 2,70 g/cm , dan lead, 11,3 g/ cm . (kerapatan materi
yang lain lihat buku teks). Perbedaan kerapatan di atas tentu saja karena perbedaan massa
atom, yakni massa atom: aluminium, 27 u dan lead, 207 u.
Satu mole (mol) zat adalah jumlah zat yang terdiri dari NA (bilangan Avogadro) molekul.
Bilangan Avogadro didefinisikan sebagai satu mol atom carbon-12 yang mempunyai massa
tepat 12 gram. Nilai NA = 6,02 x 1023 molekul/mol. Massa setiap atom untuk setiap elemen
dinyatakan sebagai:
massa atom elemen
matom = (1.2)
NA
Sebagai contoh massa aluminium:
27 g/mol
mAl = 23
= 4,5 x 10-23 g/atom.
6,02 x 10 atom/mol
Contoh 1.1. Sebuah kubus aluminium ( = 2,70 g/cm3) mempunyai volume 0,20 cm3.
Berapa banyak atom aluminium dalam kubus tersebut.
Solusi: massa kubus, m = V = 0,54 gram. Dari Persamaan (1.2), diperoleh banyaknya atom
aluminium:
N = 0,54 gram (6,02 x 1023 atom)/27 gram = 1,2 x 1022 buah atom.
Dalam banyak persoalan yang berhubungan dengan fisika, terkadang kita harus berhadapan
dengan pengecekan penurunan suatu rumus, dan inilah yang disebut analisis dimensi, dengan
menggunakan kenyataan bahwa dimensi dapat diberlakukan sebagai besaran-besaran
aljabar; yakni: besaran-besaran yang dapat dijumlahkan atau dikurangkan apabila hanya
memiliki dimensi yang sama. Lebih lanjut, suku-suku pada bagian kira dan kanan dalam
suatu persamaan juga harus memiliki dimensi yang sama.
Suatu ilustrasi contoh, misalnya anda hendak menurunkan persamaan jarak yang ditempuh
(x) oleh suatu mobil yang bergerak dari keadaan diam selama t, dengan percepatan konstan
(a). Kelak pada Bab II, kita peroleh pernyataan yang benar adalah: x = ½at 2. Marilah kita cek
validitas persamaan jarak tersebut dari aspek analisis dimensi:
Besaran x pada ruas kiri mempunyai dimensi panjang (L). Dari aspek dimensi, maka ruas
kanan juga harus memiliki dimensi panjang, yakni: [L.T-2].[ T2] = L. Dengan demikian
persamaan x = ½at2 adalah benar.
Contoh 1.2. Tunjukan bahwa pernyataan: v = vo + at, secara dimensional benar. v dan vo
adalah kecepatan, a adalah percepatan, dan t adalah selang waktu.
Umumnya simbol penulisan vektor, dinyatakan dengan huruf tebal (bold letter), misalnya:
vektor a, atau A, ditulis: a, atau A. Sedangkan besarnya vektor, selalu positif, dan simbolnya:
|A|, dan selalu mempunyai satuan-satuan, seperti: perpindahan satuannya meter, gaya
satuannya Newton, dan lain sebagainya.
Beberapa Ciri vektor:
1. Dua buah vektor dikatakan sama, jika keduanya mempunyai besar sama dan arahnya pun
sama.
2. Dua atau lebih vektor dapat dijumlahkan, jika keduanya mempunyai satuan yang sama,
demikian pun berlaku untuk skalar.
Aturan penjumlahan vektor dapat pula dipahami dengan menggunakan metode geometri,
khusus untuk dua vektor digunakan metode penjumlahan segitiga (triangle method of
addition), dan untuk lebih dari dua vektor dapat digunakan metode jajaran genjang
(parallelogram rule of addition) dan metode poligon. Hasil penjumlahan vektor biasanya
disebut resultan (R). Untuk memperoleh R, baik, menggunakan metode segitiga maupun
metode poligon prinsipnya sama yakni, head to tail, tail to head (kepala-ekor, ekor
kepala) seperti Gambar 1.2 a, b. Sedangkan cara jajaran genjang tampak pada Gambar
1.2c.
F
B R R
A + B
R = B C
B E
D
A A A
Gambar 1.2. (a) Cara segitiga: R = A + B, (b) Cara poligon:
R = A + B + C + D + F, dan (C) Cara jajaran genjang: R = A + B.
C C C C
+ + B
B B
A+ B+C A+ B A
A +
B B -B
A-B
A A
Gambar 1.3. (a) Pembuktian hukum assosiatif, (b) Pengurangan vektor.
Besarnya penjumlahan dua buah vektor yang saling membentuk sudut , dapat
dibuktikan sebagai:
|R| = |A + B| = A 2 + B2 + 2ABcosθ
(1.4)
Arah vektor, bisa dinyatakan dengan ke kanan (+), ke kiri (-), ke atas (+) atau ke bawah
(-), atau juga arah mata angin (Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya,
Barat, Barat Laut). Atau juga dinyatakan dalam sudut dan diperhitungkan terhadap
referensi tertentu, misalnya terhadap sumbu x positip, atau terhadap arah Utara, dsb.
Contoh 1.4. Suatu mobil bergerak ke arah Utara sejauh 20 km, lalu ke Barat Laut
membentuk sudut 60º terhadap Utara sejauh 35 km. Tentukanlah besar dan arah
perpindahan mobil tersebut.
Solusi: Ilustrasi soal sebaiknya digambar agar jelas.
y
Ambil sumbu y sebagai arah Utara (suatu B
kebiasaan). Dari Persamaan 1.10, besarnya 60o
perpindahan: |R| = 20 2 + 35 2 + 2(20)(35)c os 60 o 20 km
R
= 48,2 km. A
Dengan menggunakan dalil sinus, diperoleh arah
x
perpindahan terhadap Utara, α = 38,9º.
Bandingkan bahwa jarak total adalah: 20 km + 35 km = 55 km.
Pada Gambar 1.10, dan secara umum besarnya komponen vektor, ditentukan berdasarkan definisi
sinus dan cosinus, maka:
Ax = A cos dan Ay = A sin (1.5)
Sesungguhnya A merupakan sisi miring pada Gambar 1.10, maka berdasarkan Pythagoras,
besarnya A dan arahnya (terhadap sumbu x positip) berhubungan dengan komponen-
komponennya, yakni beruturut-turut adalah:
Ay
A = Ax + Ay , = inv tan
2 2
dan (1.6)
Ax
Vektor satuan ialah vektor tanpa dimensi dan besarnya satu satuan, dan hanya digunakan untuk
menunjukan arah suatu vektor baik pada sumbu x, sumbu y dan sumbu z. Seperti pada Gambar
1.11, simbol vektor satuan, yakni: i, j dan k masing-masing berturut-turut menunjukan arah
vektor pada sumbu x, y dan z.
z
Besarnya vektor satuan: |i| = |j| = |k| = 1.
Representasi vektor A, seperti pada Gambar 1.5 dalam vektor
satuan, maka komponen vektor A pada sumbu x adalah Axi, pada k
sumbu y adalah Ayj dan pada sumbu z adalah Azk. Hanya untuk j
y
bidang datar x,y, maka komponen-komponen vektor A adalah: Axi
dan Ayj. i
x
y
Dalam unit vektor, penulisan suatu vektor adalah:
A = Axi + Ayj + Axk, atau A = (Ax,Ay,Ax), sedangkan besarnya
adalah: A
Ayj
Ax + Ay + Az
2 2 2
A= (1.7)
x
Penjumlahan vektor A + B, adalah: 0 Axi
R = (Ax + Bx)i + (Ay + By)j + (Az + Bz)k, dan besarnya gunakan Gambar 1.5. Vektor
formula pada Persamaan 1.13, yakni: satuan i, j, dan k masing-
Rx + Ry + Rz
2 2 2
R= (1.8) masing pada arah sumbu
x, y, dan z. Vektor A
Contoh 1.5. Tentukan jumlah dua vektor yang terletak dalam suatu pada bidang datar x, y
ruang, masing-masing: mempunyai komponen
A = i - 2j + 2k, dan B = 2i + 3j + 2k. vektor: Axi dan Ayj.
Solusi: R = A + B = 3i + j + 4k, dan R (3,1,4) z
dapat pula dihitung besarnya dengan
menggunakan Pers. (1.14):
A (1,-2,2)
R = 32 + 12 + 42 B (2,3,2)
= 26 = 5,10 satuan
Dapat pula ditentukan sudut antara y
0
A dan B. Hitung besarnya: A dan B,
lalu gunakan Pers. (1.10), dan
diperoleh: = 90o. x
====================================================================
=
BAB II
GERAK KINEMATIKA
Pendahuluan
Dinamika merupakan bagian dari Mekanika dalam Fiska yang mempelajari gerak benda yang
berhubungan dengan penyebab (gaya) dan massa benda. Sebelum kita memulainya, dalam Bab
ini kita hanya mempelajari gerak dengan menggunakan konsep ruang dan waktu, dengan
mengabaikan penyebabnya, dan bagian mekanika yang mempelajari masalah ini disebut
Kinematika. Khususnya gerak dengan lintasan berupa garis lurus – satu dimensi. Kita mulai
dengan konsep perpindahan (seperti pada Bab I), kecepatan (velocity) dan percepatan
(acceleration). Benda yang diberlakukan dalam konsep gerak ini, hanyalah dianggap sebagai
partikel, sehingga gerakannya bersifat translasi, tanpa rotasi ataupun vibrasi selama proses
geraknya.
Dalam notasi kalkulus, maka limit pada Persamaan 2.2 disebut turunan x terhadap t, atau
dx/dt:
Δx dx
v lim = (2.3)
t →0 Δt dt
Laju (speed) sesaat juga merupakan besaran skalar, dan jarum speedometer menentukan laju
(besarnya kecepatan), artinya tidak menunjukan arah gerak benda.
2.3. Percepatan
Ketika kecepatan suatu partikel mengalami perubahan terhadap waktu, maka dikatakan
partikel tersebut mengalami percepatan (acceleration). Sebagai contoh, laju suatu mobil
mengalami kenaikan, jika pedal gas diinjak, dan sebaliknya akan diperlambat bila pedal rem
diinjak. Untuk memahami konsep percepatan lebih dalam, sebaiknya, kita bahas pengertian
percepatan rerata, dan percepatan sesaat yang berturut-turut, nampak identik dengan pada
Sub 2.1 dan 2.2 sebelumnya. Didefinisikan percepatan rerata partikel dalam selang waktu
t = t – to, adalah perbandingan antara x/t, v = (vt – vo) merupakan perubahan kecepatan
Δv (v t − v o )
dalam selang waktu tersebut: a = (2.4)
Δt t − to
Percepatan mempunyai dimensi: [L][T-2], yakni merupakan dimensi kecepatan bagi dimensi
waktu, dan satuannya adalah m/s2 (dalam SI), atau ft/s2.
Nilai percepatan rerata barangkali berbeda untuk keadaan interval waktu berbeda, maka
sebaiknya didefinisikan percepatan sesaat sebagai limit dari percepatan rerata untuk
v dv
t → 0 , yakni: a = lim =
t → 0 t dt
(2.5)
Jadi percepatan sesaat (instantaneous acceleration) sama dengan turunan kecepatan terhadap
waktu, dan merupakan slope atau kemiringan pada grafik kecepatan –waktu (Gambar 2.6).
Dari Persamaan 2.3, maka Persamaan 2.5, dapat ditulis:
dv d dx d 2 x
a= = = (2.6)
dt dt dt dt 2
Dapat pula disimpulkan bahwa, percepatan merupakan turunan kedua perpindahan terhadap
waktu.
Perubahan kecepatan terhadap waktu, yang disebut percepatan, dapat berharga positip, ketika
percepatan pada arah sumbu x positip atau juga menunjukan gerak benda dipercepat, atau
juga bisa berharga negatip, ketika benda bergerak pada arah sumbu x negatip, atau
mengalami perlambatan. Sedangkan untuk kondisi percepatan nol, maka benda bergerak
dengan kecepatan konstan, artinya gerak benda dengan lintasan berupa garis lurus, dan baik
besar maupun arah kecepatannya tetap, dan ini yang disebut gerak lurus beraturan (GLB).
Untuk kondisi gerak benda dengan percepatan konstan (dibahas pada Bagian 2.4), disebut
gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Selanjutnya dalam pembahasan kita, yang
dimaksudkan dengan percepatan berarti percepatan sesaat.
2 2
Dari persamaan *), **), ***) dan ****), diperoleh:
30 (t P + 1) = t P2 ;
3 3
30 tm = t P2 ; t P2 − 20t P − 20 = 0
2 2
-g, digunakan bila benda naik ke atas (melawan arah percepatan gravitasi bumi), dan +g
digunakan jika benda turun ke bawah (searah percepatan gravitasi bumi).
Contoh. Sebuah benda dilemparkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 20 m/s dari
ketinggian 20 m. Tentukanlah:
a. tinggi maksimum yang dapat dicapai benda tersebut,
b. waktu yang diperlukan benda tersebut untuk mencapai titik tertinggi,
c. lamanya benda tersebut di udara,
d. kecepatan dan ketinggian yang dicapai benda setelah bergerak 1 detik.
Solusi:
(a). Ketika benda mencapai ketinggian maksimum, maka vt = 0
vt2 = vo2 − 2 g (h − ho ) ; 0 = 202 − 2.10(hmaks − 20) ; 0 = 400 − 20hmaks + 400
20hmaks = 800
hmaks = 40m
b. vt = vo − gt
karena vt = 0 , maka: 0 = 20 − 10t , diperoleh t = 2sekon
Jadi, waktu yang diperlukan untuk mencapai titik tertinggi t = 2sekon
c. Lamanya benda di udara
1 1
h = ho + vot − gt 2 ; 0 = 20 + 20t − 10t 2
2 2
0 = 20 + 20t − 5t ; t − 4t − 4 = 0
2 2
Rumus-rumus yang digunakan pada gerak parabola sama dengan rumus-rumus pada Gerak
Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan (GLB), tetapi pada setiap
2
2v sin
tmax = o (2.20)
g
Tinggi maksimum yang bisa dicapai benda ( hmax ) dapat ditentukan dengan pers. 2.14).
vty2 = (vo sin )2 − 2 g (h − h0 )
Karena pada titik tertinggi, vty = 0 , maka:
Gerak melingkar adalah gerak suatu benda berupa lingkaran dengan laju yang tetap. Pada
gerak melingkar, besar kecepatan benda tidak berubah, tetapi arah gerak benda selalu berubah
setiap saat ketika benda bergerak melingkar.
Jika benda bergerak dalam waktu yang sangat singkat ( Δt mendekati nol), maka kita akan
mendapatkan percepatan sesaat.
A
v1
x B
r r
v2 v1
C v = v2 − v1
v2
Pada Gambar 2, suatu partikel bergerak dari titik A ke titik B sehingga berpindah sejauh Δx
sepanjang busur yang melingkupi suatu sudut kecil Δθ . Perubahan kecepatan yang dialami
partikel tersebut adalah Δv = v 2 − v1 . Jika Δt kecil (mendekati nol), maka Δx dan Δθ sangat
kecil, sehingga v 2 hampir sejajar dengan v1 . Δv mengarah ke pusat lingkaran. Karena
percepatan ( a ) mempunyai arah yang sama dengan Δv , maka arah percepatan ( a ) juga harus
menuju pusat lingkaran. Sehingga percepatan ini disebut Percepatan Sentrifetal (percepatan yang
selalu mengarah ke pusat lingkaran) atau percepatan radial. Karena percepatan ini selalu
mengarah ke pusat, maka disimbolkan a C .
Dari Gambar 2, diperoleh :
SOAL-SOAL
1. Grafik perpindahan suatu x(m) G2.1
partikel sepanjang sumbu x 10
terhadap waktu, seperti pada
8
Gambar G2.1. Tentukanlah 6
kecepatan rerata dalam 4
interval: (a) 0 ke 2 s, (b) 0 ke 4 2
s, (c) 2 ke 4 s, (d) 4 ke 7 s, dan 0
(e) 0 ke 8 s. -2
-4
-6
1 2 3 4 5 6 7 8
t(s)
2. Tentukanlah kecepatan sesaat partikel yang dilukiskan pada Gambar G2.1 ketika: (a) t = 1,0
s, (b) t = 3,0 s, (c) t = 4,5 s, dan (d) t = 7,5 s.
3. Dua mobil bergerak pada arah yang sama pada jalur lurus, salah satu lajunya 55 mil/jam dan
lainnya 70 mil/jam. (a) Anggap mereka start dari titik yang sama, berapa lama mobil yang
tercepat mencapai jarak 10 mil. (b) Berapa jauh mobil tercepat tempuh sebelum 15 menit
mendahului mobil lamban.
4. Suatu partikel dari keadaan diam dan a (m/s2) G2.2
mempunyai percepatan seperti pada 2,0
Gambar G2.2. Tentukanlah (a) laju
1,0
partikel pada t = 10 s dan t = 20 s, (b)
jarak yang ditempuh selama 20 detik 0 t (s)
5,0 10,0 15,020,0
pertama. -1,0
-2,0
-3,0
5. Sebuah obyek bergerak sepanjang sumbu x dinyatakan dalam dalam persamaan: x(t) = (3,0t2
– 2t + 3,0) m. Tentukanlah: (a) laju rerata antara t = 2 s dan t = 3 s, (b) laju sesaat pada t = 2 s
dan t = 3 s, (c) percepatan rerata antara t = 2 s dan t = 3 s, dan (d) percepatan sesaat pada t =
2 s dan t = 3 s.
==================================================================
BAB III
DINAMIKA
SOAL-SOAL
1. Sebuah Gaya F bekerja pada sebuah benda m1, menghasilkan percepatan 3,00 m/s2. Gaya yang
sama bekerja pada massa m2, menghasilkan percepatan 1,00 m/s2. (a) Berapa ratio antara m1
dan m2. (b) Jika m1 dan m2 digabung, tentukanlah percepatan karena pengaruh F.
2. Tiga buah gaya, masing-masing: F1 = (-2,00i + 2,00j) N, F2 = (5,00i - 3,00j) N, dan F3 = (-
45,0i) N bekerja pada sebuah benda sehingga menghasilkan percepatan yang besarnya 3,75
m/s2. (a) Tentukan arah percepatan tersebut, (b) berapa massa benda, (c) Jika benda mula-mula
dalam keadaan diam, berapa lajunya setelah 10,0 s. Dan (d) berapa komponen kecepatan
benda setelah 10,0 s.
3. Sebuah benda 3,0 kg mengalami percepatan, a = (2,0i + 5,0j) m/s2. Tentukan resultan gaya-
nya dan berapa besarnya.
4. Dua buah gaya masing-masing F1 = 20,0 F2 G3.1
F2
N dan F2 = 15,0 N seperti pada Gambar
G3.1 bekerja pada 5,00 kg benda. 90o 60o
Tentukanlah percepatan gerak benda m m
F1 F1
untuk keadaan (a) dan (b) (a) (b)
5. Di samping beratnya, massa suatu benda 2,80 kg dipengaruhi oleh gaya konstan. Benda
tersebut dari keadaan rest, dan dalam 1,20 s mengalami perpindahan (4,20i – 3,30j) m.
Tentukanlah gaya tersebut, dan besar serta arahnya.
6. Sebuah obyek mempunyai kecepatan konstan 3,0i m/s. Delapan detik kemudian, kecepatannya
(8,0i + 10,0j) m/s. Anggap benda ini dipengaruhi oleh gaya total konstan, tentukanlah (a)
komponen gaya, dan (b) besarnya.
7. Sebuah elektron (9,1 x 10-31 kg) mempunyai laju awal 3,0 x 105 m/s. Elektron bergerak
sepanjang garis lurus, lajunya mengalami kenaikan sampai 7,0 x 105 m/s setelah menempuh
jarak 5,0 cm. Anggap percepatannya konstan, (a) tentukanlah gaya yang bekerja pada elektron,
dan (b) bandingkan gaya ini terhadap berat elektron.
8. Tentukanlah gaya tegangan G3.2
o o
pada masing-masing tali 40 50 60o
pada Gambar G3.2a dan T1 T2 T1
G3.2b. Abaikan massa tali, (a) (b) T2
2
dan g = 9,8 m/s . T3 T3
5,0 kg 10,0 kg
====================================================================
BAB IV
USAHA DAN ENERGI
Dalam fisika berkaitan dengan suatu perubahan dengan demikian usaha berkaitan dengan
gaya dan perpindahan, untuk memindahkan massa yang besar dan pada jarak yang jauh
diperlukan usaha yang besar. Sedangkan untuk melakukan usaha diperlukan energi, sebagian
besar kejadian energi justru bermanfaat setelah terjadi perubahan bentuk, contohnya Energi
matahari, BBM, Geothermal, Nuklir, tenaga Air dan sebagainya.
4.1. Usaha
Usaha merupakan proses perubahan energi. Usaha dapat diartikan sebagai pekerjaan
untuk mencapai tujuan tertentu. Usaha yang dimaksud oleh gaya tetap (menyangkut besar
maupun arahnya) didefinisikan sebagai hasil perkalian antara perpindahan titik tangkapnya
F cos
s
Besarnya usaha : W = F. s (Joule )
Jika arah gaya berimpit atau sama dengan arah perpindahan benda ( =0o), maka usaha oleh
gaya F dapat dinyatakan : W = F. s = F s cos = F s cos 0o = F s
4.2. Energi
Di dalam Fisika, Energi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha.
Energi di dalam alam adalah besaran yang kekal, tetapi energi hanya dapat berubah dari suatu
bentuk ke bentuk yang lain. Energi juga dapat dipindahkan dari suatu benda ke benda yang lain,
atau lebih umum dapat dikatakan bahwa enegi dapat berpindah dari satu sistem ke sistem yang
lain. Perpindahan energi ini disebut Transfer Energi. Energi juga dapat dipindahkan dari satu
sistem ke sistem yang lain melalui gaya yang mengakibatkan pergeseran posisi benda.
Perpindahan energi semacam ini dikenal sebagai Kerja Mekanik.
Energi adalah kuantitas yang kekal, dapat berubah bentuk, dan dapat pindah dari satu
sistem ke sistem yang lain, akan tetapi jumlah keseluruhannya adalah tetap. Energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat merubah bentuk energi atau
memindahkan energi.
4.2.1. Energi Potensial
Sebagaimana definisi energi, maka kemamupuan suatu benda untuk mempertahan dirinya,
untuk menyimpan energi, maka enerfi demikian disesebut energi potensial. Contoh, energi
potensial gravitasi, yakni energi yang dimiliki oleh suatu benda bila ditinjau terhadap kedudukan
tertentu terhadap suatu referensi (permukaan bumi). Secara matematis, energi potensial gravitasi:
Ep = m g h
Misalkan sebuah benda dengan massa m diangkat vertikal ke atas dari kedudukan A di
tanah ke kedudukan B pada ketinggian h dari tanah.
Jika percepatan gravitasi g, untuk mengangkat benda
tersebut diperlukan gaya sebesar : F= m g. Usaha yang
diperlukan adalah W = F. s = m g h.
h Usaha merupakan perubahan energi potensial.
A. W=m g
4.2.5. Daya
Daya adalah laju perubahan energi atau energi per satuan waktu. Secara matematis dapat
ditulis :
Usaha W dW
P= = =
Selang Waktu t dt
Berdasarkan definisi ini, maka satuan daya (power = P) adalah Joule/s = Watt (W).
SOAL-SOAL
1. Jika seseorang mengangkat beban 20 kg dari dalam sumur dan melakukan usaha 6,00 J, berapa
dalam sumur tersebut? Anggap laju beban konstan ketika terangkat.
2. Sebuah balok 2,5 kg didorong sejauh 2,2 m di atas meja tanpa gesekan dengan gaya konstan
16,0 N pada arah 25º terhadap horisontal. Tentukanlah usaha yang dilakukan oleh (a) gaya
yang diberikan tersebut, (b) gaya normal dari meja, (c) gaya gravitasi, (d) gaya total yang
bekerja pada balok tersebut.
3. Sebuah tim kereta anjing menarik beban massanya 100 kg sejauh 2,0 km di atas permukaan
horisontal dengan laju konstan. Jika koefisien gesekan antara kereta dan salju 0,15,
tentukanlah (a) usaha yang dilakukan oleh anjing tersebut, dan (b) energi yang oleh karena
gesekan.
===================================================================
BAB V
MOMENTUM LINIER DAN TUMBUKAN
Persamaan 5.3 (sampai dengan 5.5), dikenal sebagai persamaan hukum kekekalan
momentum linier, yakni: untuk sistem terisolasi (tidak ada pengaruh gaya luar), maka
jumlah momentum setiap partikel yang berinteraksi selalu konstan.
p = pf - pi = F dt (5.7)
ti
LHS (left hand side) dan RHS (right hand side) pada Persamaan 5.7, berturut-turut disebut
perubahan momentum dan impuls, dan keduanya merupakan besaran vektor. Untuk
interval waktu t = tf – ti, impuls didefinisikan sebagai:
tf
I= F dt = p (5.8)
ti
Yakni, impuls gaya F merupakan perubahan momentum partikel. Dalam SI, satuan impuls
adalah N.detik atau N.s, yang sama dengan satuan momentum: kg.m.s-1. Persamaan 5.8
disebut juga sebagai teorema Impuls-momentum yang ekuivalen dengan hukum II Newton.
Besarnya impuls dapat dihitung sebagai luasan di bawah kurva F vs t, dan bila F konstan,
maka Persamaan 5.8, dapat ditulis sebagai:
I = p = F t (5.9)
Dalam banyak situasi fisis, pendekatan impuls mengisyaratkan bahwa gaya aksi yang bekerja
pada suatu benda jauh lebih besar daripada gaya-gaya lainnya dalam waktu yang sangat
singkat, sehingga gaya tersebut sering disebut sebagai gaya impuls. Sebagai contoh ketika
anda memukul bola dengan besar beberapa ribu Newton dengan pemukul dalam selang
waktu 0,01 s.
5.3. Tumbukan
Telah kita ketahui bahwa jika gaya total yang bekerja pada suatu partikel, maka partikel
tersebut mengalami perubahan momentum. Kita gunakan istilah tumbukan (collision) untuk
menyatakan peristiwa saling kontak untuk dua partikel dalam waktu singkat, sehingga
menghasilkan gaya impuls satu sama lain. Gaya yang disebabkan oleh tumbukan dianggap
lebih besar daripada setiap gaya eksternal.
Tumbukan memungkinkan kontak fisik (physical contact) antara dua benda makroskopik
seperti pada Gambar 5.4, yakni m1 dan m2. Gaya-gaya impuls akan berubah terhadap waktu
dalam cara yang rumit, dan salah satunya seperti pada Gambar 6.5. Jika F12 merupakan gaya
yang bekerja pada m1 sebagai akibat m2, dan dengan anggapan bahwa tidak ada gaya
eksternal, maka perubahan momentum m1 karena tumbukan tersebut seperti pada Pers. 5.8:
tf
p1 = F12 dt
ti
Hal yang sama jika F21 merupakan gaya yang bekerja pada m2 sebagai akibat m1, maka
perubahan momentum m2:
tf
p2 = F21 dt
ti
Gambar 5.4. Tumbukan antara dua benda sebagai Gambar 5.5. Gaya-gaya impuls sebagai
akibat kontak fisik. fungsi waktu, sebagai akibat Gambar 6.4.
Pada tumbukan lenting (elastic collision), energi kinetik total konstan (dan jumlah
momentum konstan). Tumbukan sesama billiard-ball, dan tumbukan antara molekul udara
dengan dinding konteiner pada temperatur kamar, merupakan contoh tumbukan lenting.
Dalam dunia nyata (real), baik tumbukan lenting maupun tidak lenting hanyalah sebagai
suatu pendekatan, dan jenis tumbukan terbanyak berada di antara kedua jenis tumbukan
tersebut, yakni tumbukan lenting sebagian.
Sebelum tumbukan Sebelum tumbukan
m1 m2 m1 m2
v1i v2i v1i v2i
Sesudah tumbukan Sesudah tumbukan
m1 m2 vf v1f m1 m2 v2f
Gambar 5.6. Tumbukan tidak lenting sama Gambar 5.7. Tumbukan lenting
sekali antara dua benda. antara dua benda.
Ilustrasi kedua jenis tumbukan secara skematik, seperti pada Gambar 5.6 dan 5.7.
Berdasarkan hukum kekekalan momentum, maka kecepatan akhir kedua benda sesudah
tumbukan tidak lenting sama sekali (Gambar 6.6) dinyatakan sebagai:
m v + m 2 v 2i
vf = 1 1i (5.11)
m1 + m 2
Selanjutnya untuk tumbukan lenting sempurna (Gambar 6.7), berlaku hukum kekekalan
momentum dan hukum kekekalan energi kinetik yang berturut-turut, dinyatakan sebagai:
m1v1i + m2v2i = m1v1f + m2v2f dan (5.12)
2 2 2 2
½m1v1i + ½m2v2i = ½m1v1f + ½m2v2f (5.13)
Ketentuan bahwa, ketika benda bergerak ke kanan kecepatannya positip, dan ke kiri negatip,
berlaku untuk Persamaan 5.11, 5.12 dan 5.13.
Penyelesaian kombinasi secara simultan Persamaan 5.12 dan 5.13, dapat diperoleh relasi:
v1i – v2i = – (v1f – v2f) (5.14)
Dapat disimpulkan bahwa pada tumbukan lenting, kecepatan relatif sebelum (v1i – v2i) dan
sesudah (v1f – v2f) tumbukan sama, tetapi berlawanan arah. Perbandingan antara kecepatan
relatif sesudah dan sebelum tumbukan disebut koefisien restitusi atau koefisien tumbukan,
yakni:
v − v 2f
e = − 1f (5.15)
v1i - v 2i
Berdasarkan Persamaan 6.15, dapat disimpulkan bahwa: untuk tumbukan lenting sempurna,
e = 1; untuk tumbukan tidak lenting sama sekali, e = 0, dan untuk tumbukan lenting
sebagian, nilai e antara 0 dan 1, atau: 0 < e < 1.
CM
* * *CM * * CM *
Gambar 5.11 menunjukkan suatu sistem mekanik yang terdiri dari dua buah partikel
bermassa kecil dan besar dihubungkan dengan batang pejal (solid) dan ringan. Pusat massa
(CM) terletak antara kedua partikel dan lebih dekat ke massa besar. Bila gaya tunggal
bekerja pada titik antara CM dan massa kecil, maka sistem akan mengalami rotasi searah
jarum jam (clockwise) (Gambar 5.11a), dan bila gaya tersebut bekerja antara CM dan massa
besar, maka sistem akan mengalami rotasi berlawanan arah jarum jam (counterclockwise)
(Gambar 6.11b), sedangkan gaya tunggal tersebut bekerja pada tepat pada pusat massa, maka
sistem akan mengalami translasi searah gaya. Jadi dengan metode ini pusat massa sistem
dengan mudah dapat ditentukan.
Bila sistem terdiri dari begitu banyak partikel dengan jarak antara setiap partikel sangat kecil,
sehingga benda dianggap memiliki massa terdistribusi, dengan elemen massa m, dan massa
total M, sehingga koordinat pusat massa x, y dan z, berturut-turut adalah:
Lebih lanjut untuk memahami keberartian (significance) dan pemakaian konsep pusat massa
dengan mengambil turunan vektor posisi terhadap waktu (Persamaan 5.21). Anggap bahwa
M konstan untuk sistem partikel, maka kita dapat menyatakan kecepatan pusat massa
sistem:
vCM = CM = n n
dr m v
(5.24)
dt M
Dari Persamaan 6.24, dapat ditulis momentum linier total sistem, yakni massa total kali
kecepatan pusat massa:
M vCM = mnvn = pn = ptot (5.25)
Jika kita mendiferensiasikan Persamaan 6.24 terhadap waktu, akan kita peroleh percepatan
pusat massa sistem:
dv 1 dv n 1
aCM = CM =
dt M dt
=
M
mna n (5.26)
Persamaan 5.26 dan Hukum II Newton,
M aCM = mnan = Fn = Ftot (5.27)
Gaya yang bekerja pada setiap partikel dalam suatu sistem meliputi gaya-gaya eksternal dan
gaya-gaya internal. Berdasarkan hukum III Newton gaya-gaya dalam yang bekerja pada
setiap partikel saling meniadakan, sehingga yang berpengaruh pada sistem hanya gaya-gaya
eksternal. Berdasarkan Persamaan 6.27:
dp tot
Fext = M aCM = (5.28)
dt
Resultan gaya eksternal yang bekerja pada suatu sistem partikel sama dengan massa total
sistem kali percepatan pusat massa. Jika tidak ada gaya-gaya luar, pusat massa bergerak
dengan kecepatan konstan, maka Persamaan 6.28 dapat ditulis:
dp tot
= M aCM = 0, sehingga:
dt
ptot = M vCM = konstan (5.29)
Yakni momentum linier total suatu sistem partikel konstan jika tidak ada gaya-gaya luar
yang bekerja pada sistem tersebut. Jadi, untuk sistem partikel terisolasi, baik momentum total
dan kecepatan pusat massa konstan terhadap waktu. Hal tergeneralisasikan juga terhadap
sistem yang terdiri dari banyak partikel.
Soal-Soal
1. Sebuah partikel mempunyai kecepatan (3,0i - 4,0j) m/s. Tentukan komponen momentum
pada sumbu x dan y dan besarnya momentum total.
2. Sebuah bowling massanya 7 kg bergerak pada garis lurus dengan kecepatan 3 m/s. Berapa
laju bola ping-pong 2,45 kg bergerak pada garis lurus sedemikian sehingga kedua bola
mempunyai momentum yang sama.
3. Seorang bola massanya 60 gram dijatuhkan dari ketinggian 2 m. Jika ketinggian bola setelah
melenting 1,8 m, berapakah perubahan momentum linier selama tumbukan dengan lantai.
4. Sebuah senjata mesin menembakkan peluru 35 gram dengan laju 750 m/s. Jika senjata
tersebut menembak 200 peluru/menit, berapakah gaya rerata penembak agar dapat menahan
senjata tersebut.
5. (a) Jika besarnya momentum sebuah benda diduakalikan, apa yang terjadi dengan energi
kinetiknya? (b) Jika energi kinetiknya ditigakalikan, apa yang terjadi dengan momentumnya?
====================================================================
=
BAB VI
ROTASI BENDA TEGAR
Oleh karena keliling lingkaran 2r, maka dari Persamaan 6.1 bahwa 360º bersesuaian dengan
sudut 2r/r rad (satu putaran). Oleh karena itu, 1 rad = 360º/2 = 57,3º. Contoh, 60º = /3
rad.
Misalnya, suatu partikel pada benda pejal dari titik P ke Q selama t, maka sudut yang
dilewati sebesar, = 2 – 1, dan ini disebut pergeseran anguler atau pergeseran sudut.
Maka didefinisikan laju sudut rata-rata, (baca: omega), dan laju sudut sesaat, adalah:
d
= dan = (6.2)
t dt
Analogi dengan gerak translasi (linier), maka percepatan sudut rata-rata dan percepatan
susut sesaat adalah:
d
= dan = (6.3)
t dt
Hal yang sama juga dapat ditulis relasi:
= o + t, = o + ot + ½ t2, dan 2 = o2+ 2( - o) (6.4)
(Persamaan 6.4 hanya berlaku untuk konstan).
F2
Gambar 6.3.
Soal-Soal
1. Sebuah roda dari keadaan diam berputar dengan percepatan sudut konstan sampai 12 rad/s
selama 3 s. Tentukan (a) besarnya percepatan sudut roda, dan (b) sudut dalam radian selam
waktu tersebut.
2. Sebuah motor listrik memutar roda giling pada 100 rev/menit (100 rpm) di-off-kan, sehingga
roda memiliki perlambatan sudut -2 rad/s2. (a) Berapa lama roda berhenti, dan (b) berapa
radian sampai berhenti.
3. Posisi sudut suatu titik pada roda dinyatakan, = 5 + 10t + 2t2 rad. Tentukan posisi sudut,
laju, dan percepatan titik tersebut pada t = 0 dan t = 3 s.
4. Sebuah mobil dipercepat secara homogen dari diam sampai 22 m/s selama 9 s. Jika diameter
ban 58 cm, tentukan (a) jumlah putaran ban selama gerakannya tersebut (anggap tanpa slip),
(b) laju putaran akhir ban dalam rev/menit.
5. Empat partikel dihubungkan dengan tali tanpa 3 kg 6m
2 kg
massa, seperti Gambar. O pada perpotongan
4 kg
diagonal. Jika sistem berputar dalam bidang xy
dengan laju anguler 6 rad/s, hitunglah (a) 2 kg 4 kg
momen kelembaman sistem terhadap sumbu z 10 N
dan melalui O, dan (b) energi rotasi sistem. 30o
6. Tentukan torsi total pada roda (Gambar) 12 N
terhadap pusat O, jika jejari roda kecil = 10 cm 9N
dan jejari roda besar = 25 cm.
7. Berat suatu benda 50 N digantung pada suatu ujung bebas tali yang melalui suatu katrol
dengan jejari 0,25 m dan massanya 3 kg. Katrol berputar bebas secara vertikal terhadap
sumbu horizontal yang melalui pusatnya. Benda tersebut dilepaskan pada ketinggian 6 m
terhadap lantai. (a) Tentukan gaya tegangan tali, percepatan benda, dan laju ketika benda
menyentuh lantai. (b) dengan menggunakan hukum kekekalan energi, tentukan laju pada
bagian (a).
8. Sebuah bola pejal menggelinding turun sepanjang bidang miring dengan slope , dan
ketinggian h. Tentukanlah kecepatan pusat massa ketika tiba di lantai, dan percepatan pusat
massanya.
====================================================================
BAB VII
MEKANIKA FLUIDA
Kenyataan menunjukkan bahwa tekanan dalam fluida tergantung pada kedalaman, dan setiap
kenaikan tekanan yang diberikan pada permukaan fluida akan ditransmisikan pada setiap
titik dalam fluida. Hal ini pertama kali diperkenalkan oleh French scientist Blaise Pascal
(1623-1662), karena itu disebut Hukum Pascal. Misalnya, fluida statik pada suatu bagian
pompa hidraulik mempunyai tekanan P1, gaya F1 dan luas penampang A1, sedangkan pada
bagian lain diberi indeks 2, maka menurut hukum Pascal:
F1 F
P1 = P2, = 2 (7.3)
A1 A 2
Jadi seperti pada prinsip pompa hidraulik, dengan memperbesar rasio A2/A1 maka gaya out
put (F2) akan menjadi lebih besar daripada gaya input (F1).
Sedangkan pada Gambar 7.1 (kanan), juga termasuk alat ukur tekanan udara luar (atmosfir),
yang disebut barometer, yang diketemukan oleh Evangelista Torricelli (1608-1647).
Sebagai penghormatan kepada Beliau, satuan tekanan 1 mm Hg = 1 Torr. Beliau menemukan
bahwa tekanan udara luar sebesar 1 atm sama dengan tekanan udara luar yang
mengakibatkan Hg naik sebesar 76 cm, sehingga didefinisikan bahwa tekanan udara luar
sebesar:
Po = 1 atm = 76 cm Hg = Hggh = (13,595 x 103 kg/m3)(9,8 m/s2)(0,76 m) = 1.013 x 105 Pa.
Contoh 7.2: Baja lebih rapat daripada air. Bagaimana, sehingga kapal yang terbuat dari baja
tidak tenggelam (mengapung)?
Contoh 7.3: Sepotong aluminium Gbr 7.2
digantung pada kawat yang dilengkapi T1
neraca pegas dan tercelup dalam air (Gbr T
FA 2
7.2). Massa aluminium 1 kg dan
kerapatannya 2,7 gram/cc. Hitunglah • •
tegangan kawat sebelum dan sesudah
tercelup dalam air.
Solusi: (a) Ketika aluminium ditimbang di Mg Mg
udara diperoleh berat sesungguhnya terbaca
pada skala, Mg, maka Hk I Newton:
T1 = Mg = 9,8 N (sebelum dimasukkan dalam air). (b) Ketika dimasukkan dalam air,
berlaku:
Soal-Soal
1. Hitunglah massa bola besi yang diameternya 3,0 cm. (besi = 7,86 gram/cc).
2. Perkirakan kerapatan inti suatu atom. Massa proton 1,67 x 10-27 kg, dan jejarinya 1 fm.
3. Seorang raja (Hieron) memerintahkan dibuatkan mahkota yang massanya 0,5 kg. Dilaporkan
bahwa volume mahkota 185 cc. Apakah mahkota tersebut terbuat dari emas?
4. Seorang gadis massanya 50 kg melakukan berdiri setimbang dengan tumit sepatunya. Jika
tumitnya membentuk lingkaran dengan jejari 0,5 cm, tentukanlah tekanan tumitnya pada
lantai.
5. Tentukanlah tekanan absolut pada dasar suatu danau yang kedalamannya 30 m.
====================================================================
BAB VIII
PANAS DAN HUKUM I TERMODINAMIKA
Pendahuluan
Kira-kira sampai tahun 1850, bidang panas (heat) dan mekanika dipertimbangkan menjadi dua
cabang sains berbeda dan hukum kekekalan energi tampak hanya mendeskripsikan jenis tertentu
sistem mekanika. Percobaan yang dilakukan oleh James Prescott Joule (1818-1889) dan lainnya
pada pertengahan abad ke-19, menunjukkan bahwa energi bisa ditambahkan pada (atau
dipindahkan dari) suatu sistem baik sebagai energi termal (panas) maupun sebagai usaha yang
dilakukan pada (atau oleh) sistem. Kini energi termal diperlakukan sebagai bentuk energi yang
dapat diubah ke dalam energi mekanik. Perluasan konsep energi dengan melibatkan energi termal
inilah yang menimbulkan hukum kekekalan energi sebagai sifat hukum alam semesta.
Bab ini terpusat pada konsep panas, hukum I termodinamika, proses transfer energi termal, dan
beberapa aplikasi. Hukum I termodinamika sering merupakan hukum kekekalan energi. Hal
tersebut hanya menceriterakan bahwa kenaikan satu bentuk energi harus disertai dengan
penurunan beberapa bentuk energi lainnya.
Seperti pada Bab IV, usaha yang dilakukan pada (atau) oleh suatu sistem merupakan ukuran
transfer energi antara sistem dan lingkungannya, sedangkan energi mekanik sistem (kinetik
dan/atau potensial) merupakan konsekuensi gerakannya dan koordinatnya. Jadi, ketika
seseorang melakukan usaha pada sistem, energi ditransferkan dari orang ke sistem. Juga,
perlu diingat bahwa energi dapat ditransferkan antara dua sistem, walaupun ketika tidak
terjadi transfer energi termal. Energi yang dipindahkan ke atau dari sistem sebagai usaha,
tetapi energi yang timbul dalam sistem sebagai kenaikan atau penurunan energi termal.
Perubahan energi internal sama dengan perubahan energi termal dapat diukur melalui
perubahan temperatur.
Jumlah (Quantity, Q) panas yang dibutuhkan oleh suatu benda bermassa m, agar mengalami
kenaikan temperatur sebesar t, dinyatakan sebagai:
Q = m c t (8.1)
Besaran c menunjukkan ciri benda dan disebut panas jenis (specific heat), artinya untuk
menaikkan temperatur 1 oC setiap benda membutuhkan jumlah kalor yang berbeda, dan
untuk perubahan temperatur tidak terlalu besar, c dianggap konstan, dan satuannya kal/gr.oC,
J/kg. oC. Kapasitas panas, diartikan: C = mc.
Panas laten (karakter benda), didefinisikan sebagai jumlah panas per satuan massa, dan ini
terjadi selama proses perubahan fase, sehingga tidak mengalami perubahan temperatur.
W= P dV
Vi
(8.3)
Usaha yang dilakukan hanya tergantung proses keadaan awal dan akhir sistem, dan bila
diplot grafik P-V, maka luasan di bawah kurva grafik tersebut merupakan usaha yang
dilakukan.
Dengan cara yang sama, transfer energi termal ke atau dari sistem juga tergantung pada
proses. Disimpulkan bahwa transfer energi termal, seperti usaha yang dilakukan, tergantung
pada keadaan sistem awal, akhir, dan antara.