Anda di halaman 1dari 13

BAB I

SISTEM SATUAN DAN VEKTOR

Tujuan Pembelajaran:

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu


1. mengklasifikasikan besaran pokok dan turunan dalam SI;
2. melakukan konversi satuan dalam SI, serta dari satuan non-SI ke dalam SI;
3. menyelesaikan persoalan dengan analisa dimensional;
4. menentukan ketidakpastian pengukuran;
5. menuliskan nilai suatu besaran hasil pengukuran atau perhitungan dengan menggunakan
angka penting;
6. mengklasifikasikan besaran vektor dan besaran skalar;
7. mendeskripsikan besaran vektor menggunakan koordinat kartesian;
8. melakukan operasi besaran vektor.

1.1 Sistem Satuan


1.1.1 Besaran Pokok dan Turunan
Untuk mendefinisikan suatu besaran dalam fisika haruslah terkandung kaidah menghitung
besaran yang bersangkutan berdasarkan besaran-besaran lain yang dapat diukur. Misalnya,
momentum didefinisikan sebagai hasil kali massa dan kecepatan. Massa dan kecepatan
disebutkan sebagai kaidah untuk menghitung momentum. Kecepatan didefisikan berdasarkan
faktor panjang (jarak) dan selang waktu tetapi mendefinisikan panjang dan waktu secara lebih
mendasar dan sederhana tidaklah mungkin. Oleh sebab itu, besaran panjang, massa, dan waktu
dinamakan besaran pokok. Terdapat tujuh besaran pokok berdimensi dan dua besaran pokok
tak berdimensi. Hasil kombinasi dari besaran-besaran pokok disebut besaran turunan.
Kaidah mengukur besaran pokok ditetapkan oleh suatu badan internasional, General
Conference on Weights and Measures yang berfungsi menetapkan suatu standar setiap besaran
pokok. Tabel 1.1 menunjukan tujuh besaran dan satuan pokok dalam Sistem Internasional
(SI) dan dua besaran pokok tak berdimensi.

Fisika Terapan untuk Jurusan Teknik Konversi Energi


1
Tabel 1 Besaran dan Satuan Pokok Sistem Internasional

Sumber: Giancoli (2001)

1.1.2 Konversi Satuan


Setiap besaran yang diukur, misalnya panjang, kecepatan, dan arus listrik, terdiri dari
angka dan satuan. Kita sering mengenal satu set satuan, tetapi kita juga ingin menyatakannya
dalam set satuan yang lain. Misalnya, kita mengukur tebal sebuah buku adalah 21.5 inci, kita
ingin menyatakannya dalam centimeter. Kita harus menggunakan faktor konversi satuan
dengan sehingga tebal buku adalah

Tabel 2 Faktor Konversi Satuan

Panjang Volume Gaya


1 in. = 2.54 cm 1 liter = 1000 1N= = 0.225 lb
1 ft = 30.5 cm 1 gallon = 3.78 liter
1 mil = 5280 ft = 1.61 km Energi dan Kerja
1 angstrong (Ả) = Laju 1 kkal = 4.18 x
1 mil/h = 1.609 km/h 1 eV = 1.602 x
Sudut 1 knot = 1.151 mil/h 1 kWh = 3.6 x
1 radian = Tekanan Daya
1 rpm = 0.1047 rad/s 1 atm = 1.013 x 1 hp = 746 W = 746 J/s
= 1.013 bar
= 760 torr
Sumber: Giancoli (2001)

Fisika Terapan untuk Jurusan Teknik Konversi Energi


2
1.1.3 Analisa Dimensional
Dimensi ialah cara suatu besaran tersusun oleh beberapa besaran pokok. Analisa
dimensional dapat digunakan untuk menentukan jenis suatu besaran berdasarkan hubungan,
perumusan atau model matematika yang telah diketahui.
Contoh:
Dimensi kecepatan:

Dimensi massa jenis (ρ):

1.1.4 Pengukuran dan Ketidakpastian


Dalam menyatakan hasil pengukuran, penting juga kita menyatakan ketepatan atau
perkiraan ketidakpastian pengukuran tersebut. Misalnya, lebar papan dapat dituliskan 5.2
0.1 cm. Hasil 0.1 cm menyatakan perkiraan ketidakpastian pada pengukuran sehingga lebar
sebenarnya paling mungkin di antara 5.1 dan 5.3 cm.
Seringkali, ketidakpastian suatu nilai terukur tidak dinyatakan secara eksplisit. Pada kasus
ini, ketidakpastian biasanya dianggap sebesar satu atau dua angka satuan dari digit terakhir
yang diberikan. Sebagai contoh jika panjang benda dinyatakan sebagai 5.2 cm, ketidakpastian
dianggap sebesar 0.1 cm. Dalam hal ini, penting untuk tidak menuliskan 5.20 cm karena hal
ini menyatakan ketidakpastian 0.01 cm; dianggap bahwa panjang benda tersebut antara 5.19
dan 5.21 cm, sementara sebenarnya nilainya antara 5.1 dan 5.3 cm.

1.1.5 Angka Penting


Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran merupakan angka penting.
Contoh: Pengukuran tebal suatu benda dengan mikrometer skrup ialah 7.06 mm. Angka
penting pada pengukuran ini adalah 3 angka.
Beberapa aturan mengenai angka penting.
a. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 125.73 (5 angka penting)
b. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 1.002 (4 angka penting)
c. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting kecuali ada
penjelasan lain.

Fisika Terapan untuk Jurusan Teknik Konversi Energi


3
Contoh: 12320 (5 angka penting) dan 5.00 (3 angka penting)
d. Angka nol yang terletak sebelah kiri angka bukan nol bukan angka penting.
Contoh: 0.0003 (1 angka penting) dan 0.300 (3 angka penting)
e. Hasil perkalian maupun pembagian mempunyai jumlah angka penting yang sama dengan
bilangan yang memiliki angka penting paling sedikit.
Contoh: 73.24 (4 angka penting) x 4.52 (3 angka penting) = 331.0448 = 331 (3 angka
penting)

1.1.6 Ketentuan Penyingkatan dalam Penulisan Angka


Misalnya panjang sinar ungu λ = 0.0000004 m, dapat ditulis λ = 4 x m.

Tabel 3 Awalan Baku dalam SI


Awalan Simbol Nilai
Exa E 1018
Peta P 1015
Tera T 1012
Giga G 109
Mega M 106
kilo k 103
hekto h 102
deka da 101
deci d 10-1
centi c 10-2
mili m 10-3
mikro μ 10-6
nano n 10-9
piko p 10-12
femto f 10-15
atto a 10-18
Sumber: Giancoli (2001)

Contoh soal dan penyelesaian:


1. Antartika secara kasar berbentuk setengah
lingkaran dengan jari-jari 2000 km. Ketebalan rata-
rata es 3000 m. Berapa centimeter kubik es yang
ada di antartika?
Gambar 1.1 Contoh Soal No. 1 Abaikan kontur permukaan bumi.
(Halliday, 2008)
Penyelesaian:

Fisika Terapan untuk Jurusan Teknik Konversi Energi


4
Menghitung es di Antartika pada soal di atas, seperti menghitung volume setengah tabung.
Ves = 1/2 x π r2 x tebal
= [1/2 x π (2. 106)2 x 3000] m3
= [π x 2.1012 x 3.103] m3
= 1.884.1016 m3
Ves = 1.884.1022 cm3

2. Kecepatan putaran mesin sering dinyatakan dengan satuan rpm (revolution per minute).
Suatu mesin bergerak dengan laju 300 rpm. Nyatakan laju putaran mesin tersebut dalam
satuan rad/s ? (1o = 0.01745 rad)

Penyelesaian:
rpm (revolution per minute) setara dengan
1o = 0.01745 rad
1 rpm = x = 0.1047 rad/s
300rpm = x 0.1047 rad/s = 31.41 rad/s

Rangkuman Sistem Satuan


a. Untuk mengukur besaran pokok ditentukan oleh suatu badan internasional, General
Conference on Weights and Measures yang berwenang menetapkan suatu standar untuk
setiap besaran pokok.
b. Dalam Sistem Internasional (SI) terdapat tujuh besaran pokok dan dua besaran pokok tak
berdimensi, yaitu panjang, massa, waktu, kuat arus listrik, suhu, intensitas cahaya, jumlah
zat, sudut datar, dan sudut ruang.
c. Dimensi ialah cara suatu besaran tersusun oleh besaran pokok.
d. Semua angka hasil pengukuran merupakan angka penting.

Fisika Terapan untuk Jurusan Teknik Konversi Energi


5
1.2 Vektor

1.2.1 Besaran Vektor dan Besaran Skalar


Setiap bilangan yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu fenomena fisika secara
kuantitatif disebut besaran fisika. Besaran fisika yang dapat digambarkan dengan suatu
bilangan disebut besaran skalar sedangkan besaran yang memiliki besar dan arah disebut
besaran vektor. (Young, 2000). Contoh beberapa besaran vektor adalah perpindahan, gaya,
dan momentum. Contoh beberapa besaran skalar adalah massa, waktu, dan temperatur yang
hanya memiliki besar tanpa memiliki arah.

1.2.2 Deskripsi Vektor


Vektor dapat dideskripsikan dengan sebuah panah. Titik tangkap vektor pada titik A.
Arah vektor sesuai dengan arah panah dan panjang vektor AB menyatakan besarnya vektor.

Gambar 1.2 Deskripsi Vektor

Pada sumbu kartesian, suatu besaran vektor dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier
dari komponen-komponennya.

A = (Ax, Ay, Az)


A = Axi + Ayj + Azk

Hubungan antara besar vektor A dengan


komponen-komponennya:
Ax = Axy cos ϴ = A sin  cos ϴ
Ay = Axy sin ϴ = A sin  sin ϴ
Az = A cos  Gambar 1.3 Diagram Vektor Pada Sumbu Kartesian

Dari hubungan di atas, dapat dibuktikan bahwa |A| = sedangkan besar


sudut ϴ dan  dapat ditentukan dengan fungsi trigonometri.
dan

1.2.3 Operasi dalam Besaran Vektor


Perhitungan besaran skalar dapat menggunakan operasi aritmatika biasa tetapi besaran
vektor diperlukan serangkaian operasi yang berbeda. Berikut akan dijelaskan operasi besaran
vektor.

a. Penjumlahan Vektor
1. Metode jajaran genjang

Fisika Terapan untuk Jurusan Teknik Konversi Energi


6
Dua buah vektor V1 dan V2 dapat dijumlahkan dengan metode jajaran genjang. Kedua
vektor digambarkan pada satu titik tangkap 0.

R = V1 + V2
= vektor resultan dari vektor V1 dan V2
= diagonal jajaran genjang

Gambar 1.4 Metode Jajaran Genjang

Untuk menghitung besar vektor R secara matematis, dapat dibuktikan bahwa

2. Metode segitiga
Pada metode segitiga, titik tangkap vektor kedua digambarkan di ujung vektor V1.

R = V1 + V2
= vektor resultan dari vektor V1 dan V2

V1
Gambar 1.5 Metode Segitiga

3. Metode segi banyak (polygon)


Bila vektor yang dijumlahkan lebih dari dua, metode
segitiga berubah menjadi metode segi banyak, seperti
terlihat pada gambar 1.6.

V2’#V2 ; V3’#V3 ; V4’#V4


Tanda #: sama panjang dan sejajar
R = V1 + V2 + V3 + V4
= vektor resultan dari V1, V2, V3, dan V4 Gambar 1.6 Metode Polygon

Fisika Terapan untuk Jurusan Teknik Konversi Energi


7
4. Metode analitis
 Sumbu x sumbu y pada titik
tangkap 0 dari vektor-vektor V1, V2,
V3 dan V4
 Vektor-vektor V1, V2, V3 dan V4
masing-masing diuraikan menjadi
komponen-komponen pada sumbu x
dan y kemudian semua komponen
pada sumbu x dijumlahkan menjadi
sebuah vektor Rx dan semua
komponen pada sumbu y di
jumlahkan menjadi sebuah vektor
Gambar 1.7 Metode Analitis Ry.

Rx = V1x + V2x + V3x + V4x ; Ry = V1y + V2y + V3y + V4y


R = Rx + Ry
= V1 + V2 + V3 + V4
= vektor resultan dari vektor V1, V2, V3 dan V4 yang bertitik tangkap di 0.

b. Pengurangan Vektor (selisih vektor)

1. Pengurangan dengan cara jajaran genjang


Vektor V2’ yang segaris sama panjang,
tetapi berlawanan arah dengan vektor V2,
sehingga V2’ = -V2
R = V1 + V2’
= V1 +(-V2) = V1 – V2
R = selisih vektor V1 dengan V2
Gambar 1.8 Pengurangan dengan Metode Jajaran Genjang

Fisika Terapan untuk Jurusan Teknik Konversi Energi


8
2. Pengurangan dengan cara segitiga
V2 + R = V1
R = V1 - V2
R = selisih vektor V1 dengan V2

GambarGambar 2.8 Metode


1.9 Pengurangan Segitiga
dengan (2) Segitiga
Metode

c. Perkalian Vektor

1. Hasil kali vektor dengan skalar.

Misalnya sebuah vektor V1


-3 dikalikan dengan sebuah skalar n
= 2, maka hasilnya ialah sebuah
vektor R = 2.V1 yang berimpit
dan searah dengan vektor V1 dan
Gambar 1.10 Perkalian Vektor dan Skalar
panjangnya 2 kali panjang vektor
V1.

Bila vektor V1 dikalikan dengan sebuah skalar n = - 1 ½, hasilnya ialah sebuah vektor
R’ = - 1 ½. V1 yang berlawanan arah tetapi berimpit dengan vektor V1 dan panjangnya
1 ½ kali panjang vektor V1.

2. Hasil kali skalar dari dua buah vektor (Perkalian titik / dot product).
Rumus perkalian titik

R = V1.V2 = V1 .V2 cos α …(1.1)

R adalah besaran skalar


V1 = Panjang vektor V1
Gambar 1.11 Perkalian Titik V2 = Panjang vektor V2
α = Sudut antara vektor V1 dan V2

Fisika Terapan untuk Jurusan Teknik Konversi Energi


9
Perkalian skalar dengan cara komponen adalah V1.V2 = V1xV2x + V1yV2y + V1zV2z
Salah satu contoh adalah persamaan usaha W = F . r = F . r cos ϴ

3. Hasil kali vektor dari dua buah vektor (Perkalian silang / cross product).

Hasil kali vektor V1 dengan vektor V2


ialah sebuah vektor R yang tegak lurus
bidang yang melalui vektor V1 dan V2
dan searah dengan arah majunya
sebuah sekrup yang diputar dengan
arah dari vektor V1 ke vektor V2
melalui sudut yang terkecil di antara
vektor-vektor.
Gambar 1.12 Perkalian Silang
Gambar 2.11 Perkalian Silang
Hasil kali vektor V2 dengan vektor V1 ialah sebuah vektor R’ yang besarnya sama
dengan vektor R namun arahnya berlawanan dengan R’.

Arah hasil perkalian vektor V1 dan V2 itu menggunakan kaidah sekrup yang
mempunyai arah maju bila sekrup tersebut diputar searah dengan arah jarum jam.
Perhatikan ilustrasi lain pada gambar untuk menentukan arah hasil perkalian vektor.

Gambar 1.13 Arah Vektor dengan Kaidah Sekrup

Rumus perkalian silang:

R = V1 x V2 …(1.2)

R adalah besaran vektor yang panjangnya adalah R = V1 . V2 sin α

Fisika Terapan untuk Jurusan Teknik Konversi Energi


10
Perkalian vektor dengan cara komponen adalah V1 x V2 =

Maka komponen-komponen R adalah


Rx =
Ry =
Rz =

Salah satu contoh adalah persamaan momen gaya 𝛕= rxF


𝛕 = r.F sin α

Contoh soal dan penyelesaian:


1. Sebuah perahu hendak menyebrangi sungai. Kecepatan perahu 10 m/s. Perahu diarahkan
terhadap arus sungai yang kecepatannya 6 m/s. Hitunglah
a. kecepatan resultan perahu!
b. jarak yang ditempuh perahu jika perahu sampai ke seberang setelah 50 detik!
c. sudut antara perahu dan arus sekarang!
d. lebar sungai!

Penyelesaian:

a. Kecepatan resultan perahu

=
6
Gambar 1.14 Penyelesaian Soal No.1.a

b. Jarak yang ditempuh


= 14x50
= 700 m

Fisika Terapan untuk Jurusan Teknik Konversi Energi


11
c. Sudut antara perahu dan arus sungai

Gambar 1.15 Penyelesaian Soal No.1.c

d.
Misalkan lebar sungai r

Gambar 1.16 Penyelesaian Soal No.1.d

2. Sebuah perjalanan pesawat terbang terdiri atas tiga bagian, ruas


pertama ke Timur sepanjang 620 km; ruas kedua ke Tenggara
(45o) sepanjang 440 km, dan ketiga dengan sudut 53o ke Selatan
dari Barat, sejauh 350 km, seperti pada gambar. Berapa
perpindahan total pesawat tersebut? (Giancoli, 2001)

Gambar 1.17 Contoh Soal No.2

Penyelesaian:

Penyelesaian dengan menghitung tiap komponen

D1 : D1x = D1 cos 0o = 620 km


D1y = D1 sin 0o = 0 km
D2 : D2x = D2 cos 45o = 311 km
D2y = - D2 sin 45o = -311 km
D3 : D3x = - D3 cos 53o = -331 km
D3y = - D3 sin 53o = -439 km

Dx = D1x + D2x + D3x = 620 km + 311 km - 331 km = 600 km


Dy = D1y + D2y + D3y = 0 km + 311 km + 439 km = -750 km

Fisika Terapan untuk Jurusan Teknik Konversi Energi


12
DR = = ( ) km = 960 km

tan ϴ = Dy/Dx = -750/600 = -1,25 jadi, ϴ = -51o

3. Jika A (3,-2,3) , B (2, -4, -1) dan C (2,2,1), tentukanlah A.(B x C)!

Penyelesaian:
i j k
x = 2 -4 -1 = -2 i - 4 j + 12 k
2 2 1
(Perkalian cross di antara dua vektor menghasilkan vektor)

.( x ) = (3 i - 2 j + 3 k) . (-2 i - 4 j + 12 k)
= -6 + 8 + 36 = 38
(Perkalian dot di antara dua vektor menghasilkan besaran skalar)

Rangkuman Vektor
a. Besaran fisika yang dapat digambarkan dengan suatu bilangan disebut besaran skalar
sedangkan besaran yang memiliki besar dan arah disebut besaran vektor.
b. Beberapa metode penjumlahan vektor, yaitu metode jajaran genjang, metode segitiga,
metode segi banyak (polygon), dan metode analitis.
c. Metode pengurangan vektor adalah dengan metode jajaran genjang dan metode segitiga
seperti pada penjumlahan vektor, tetapi vektor yang kedua dibuat berlawanan arah.
d. Tiga jenis perkalian vektor, yaitu perkalian vektor dengan skalar, perkalian titik, dan
perkalian silang.

Fisika Terapan untuk Jurusan Teknik Konversi Energi


13

Anda mungkin juga menyukai