Anda di halaman 1dari 70

BAB I

BESARAN DAN SATUAN

1.1. Pendahuluan

Dalam ilmu pengetahuan dan teknik, dibutuhkan satuan untuk menyatakan

ukuran dari suatu benda, dan harus diartikan menurut jenis dan besarannya. Standar

besaran bagi setiap jenis besaran adalah satuan (unit). Dalam bidang teknik elektro

pada umumnya dan khususnya teknik telekomunikasi, besaran dan satuan sangat

penting, karena semua variable yang berhubungan dengan bidang teknik elektro

membutuhkan besaran dan satuan yang standar.

1.2. Penyajian

1.2. 1. Besaran Pokok dan Besaran Turunan

Besaran fisika adalah ukuran (gambaran kuantitatif) dari suatu benda, proses

atau keadaan. Misalnya panjang, kecepatan dll. Nilai suatu besaran disebut nilai atau

ukuran. Bila kita mengukur besaran fisika A, maka hasil pengukuran biasanya ditulis

dengan bentuk;

A = {A} [A] (1.1)

Dimana;

{A} menyatakan nilai besaran A

[A] menyatakan satuan besaran A

Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditentukan terlebih dahulu

dan tidak diturunkan dari besaran lain. Contoh panjang, massa dll. Besaran turunan

adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok misalnya luas yang

diturunkan dari besaran pokok panjang x lebar.

1
Besaran terbagi dua yaitu besan vektor dan besaran scalar; Besaran vektor

yaitu besaran yang memiliki besar dan arah. Misalnya gaya. Operasi penggunaannya

menggunakan hukum-hukum vector. Besaran scalar adalah besaran yang tidak

mempunyai arah. Misalnya massa, frekuensi dll. Operasi penggunaannya mengikuti

aturan/ metode aljabar (matematika).

1.2. 2. Satuan

Satuan (unit) adalah cara mengungkapkan suatu ukuran dengan menggunakan

bilangan. Misalnya satuan panjang adalah meter, feet dll. Ada 3 macam system satuan

yaitu;

a. British Gravitasional Sistem (BGS).

b. Metric Sstem (MKSA)

c. Sistem International Des Unites(SI).

Sistem satuan international (SI) adalah suatu system yang telah diolah

Dan dikembangkan oleh komisi teknik dan ISO (International Organization for

Standarization). SI unit ini telah digunakan sejak tahun 1980 dan digunakan secara

internasional, sehingga satuan standar yang digunakan di Indonesia juga menggunakan

SI. SI unit terdiri dari tiga macam yaitu:

a. satuan dasar.

b. Satuan tambahan.

c. Satuan turunan.

Tabel 1.1, Tabel 1. 2., Tabel 1.3 dan Tabel 1.4, berturut-turt memperlihatkan

Besaran dan Satuan dasar, besaran dan satuan tambahan, besaran dan turunan yang

dinyatakan dengan besaran dasar serta besaran dan satuan turunan.

2
Tabel 1.1 Besaran dan Satuan dasar

Besaran Lambang Satuan (SI) Lambang Lambang


satuan dimensi
Panjang l Meter m [L]
Massa m Kilogram kg [M]
Waktu t Sekon s [T]
Kuat arus listrik I Ampere A [I]
Suhu T Kelvin K [Q]
Jumlah zat n Mola mol [N]
Intensitas cahaya Lv Kandela cd [J]

Tabel 1.2 Besaran dan Satuan tambahan

Besaran Nama satuan Lambing satuan


Sudut bidang datar radian rad
Sudut ruang steradian sr

Tabel 1.3 Besaran dan Satuan turunan yang dinyatakan dengan satuan dasar

Besaran Nama satuan Lambang satuan


Luas Meter persegi M2
Volume (isi) Meter kubik M3
Kecepatan Meter perdetik m/s
Percepatan Meter perdetik kuadrat m/s2
Jumlah gelombang 1 per meter 1/m
Massa jenis, density Kg per meter kubik Kg/m3
Konsentrasi (dari suatu Mol per meter kubik Mol/m3
jumlah substansi)
Volume spesifik Meter kubik per kg M3/kg
Luminance Candela per meter persegi Cd/m2

3
Tabel 1.4 besaran dan Satuan turunan yang mempunyai nama dan lambang
tertentu.
Besaran Nama Lambang Nama satuan Nama satuan
SI SI dasar
Frekuensi Hertz Hz 1/s
Gaya Newton N Kgm/s2
2
Tekanan Pascal Pa N/m Kg/(ms2)
Energi kerja, Joule J Nm Kgm2/s2
jumlah panas
Daya listrik Watt W J/s
Muatan listrik Coulomb C As
votensial listrik Volt V W/A
kapasitansi Farad F C/A
resistor Ohm Ω V/A
konduktansi Siemens S A/V
medan magnet Weber Wb Vs
kerapatan Tesla T Wb/m2
medan magnet
induktansi Henry H Wb/A
flux luminous Lumen Lm cd sr
illuminance Lux Lx cd sr/m2

1.2. 3. Konversi Satuan

1.2. 3.1. Perkalian Desimal Sistem SI

Untuk mengkonversi nilai satuan menjadi lebih besar atau lebih kecil, dapat

digunakan awalan dengan factor 103n dimana n adalah bilangan bulat. Adapun daftar

factor konversi seperti terlihat pada tabel 1.5.

4
Tabel 1.5 Daftar factor konversi Satuan.

n Factor 103n Awalan Lambing


6 1018 Exa E
5 1015 Peta P
4 1012 Tera T
3 109 Gega G
2 106 Mega M
1 103 Kilo K
0 100 - -
-1 10-3 Mili M
-2 10-6 Mikro U
-3 10-9 Nano N
-4 10-12 Pico P
-5 10-15 Fento F
-6 10-18 Atto A

1.3.2. Konversi dari Sistem satuan SI ke Sistem satuan Lain

Konversi system satuan SI ke system satuan lain atau sebaliknya untuk

beberapa besaran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.6 Konversi untuk besaran Panjang

m In Ft mil
1 meter 1 39,3 3,931 6,214x10-4
1 inchi 25,4x10-3 1 8,33x10-3 15,78x10-4
1 feet 0,3048 12 1 0,1894x10-3
1 mil 1609 63,36x103 5280 1
1 Angstrom 10-10
1 yard 36 3

Tabel 1.7 Konversi untuk besaran Tekanan

atm Dyne/cm2 Cm hg Pa Lb/in2

5
1 atmosfer 1 1,013x106 76 101,3x103 14770
1 dine/cm2 96,9x10-9 1 75,01x10-4 0,1 14,5x10-4
1 cm air raksa 13,16x10-3 13330 1 1333 0,1934
1 pascal 9,869x10-6 10 750,1x10-6 1
1 lb/in2=1psi 68,05x10-3 68950 5,171 6895 1
1 bar 106

Tabel 1.8 Konversi untuk besaran Usaha dan Jumlah Panas

Btu J Kal Kwh


1 british termal unit 1 1055 252 293x10-6

Joule 948,1x10-6 1 0,2389 277,8x10-9

kalori 3,968x10-3 4,186 1 1,163x10-6


Kilowatt-jam 3413 3,6x106 860,1x103 1

1 erg 94,81x10-12 10-7 23,89x10-9 27,78x10-15

1 footpound 1,285x10-3 1,356 0,3239 376,6x10-9

1 horsepower-jam 1545 2,685x106 641,4x103 0,7457

Tabel 1.9 Konversi untuk besaran Gaya

dyne N lb pdl gf
1 dyne 1 10-5 72,33x10-6 1,02x10-2 10,2x10-6
1 newton 105 1 7,233 102 0,102
1pound 4,448x105 4,448 32,17 453,6 0,4356
1 poundal 13830 0,1383 1 14,1 0,0141
1 gram gaya 980,7 9,807x10-3 70,93x10-3 1 10-3

Tabel 1.10 Konversi untuk besaran Daya

Btu/h Ft.lb/s Hp Kal/s W


1 british thermal unit pergram 1 0,2161 392,9x10-6 0,07 0,293
1 footpoundpersekon 4,628 1 1,818x10-3 0,3239 1,356
1 horsepower 2545 550 1 178,2 745,7
1 kalori per detik 14,29 3,087 5,613x10-3 1 4,186
1 watt 3,413 0,7376 1,341x10-3 0,2389 1

6
Tabel 1.11 Konversi untuk besaran Kecepatan

ft/s m/s ml/jam knot


1 foot persekon 1 0,3048 0,6818 0,5925
1 meter persekon 3,281 1 2,237 1,944
1 mile per jam 1,467 0,447 1 0,8689
1 knot 1,688 0,5144 1,151 1

Contoh 1.1

Tuliskanlah dalam bentuk yang ringkas;

Soal jawab

a. waktu 10 detik t = 10 s

b. frekuensi 1 megaherzt f = 1 MHz.

c. intensitas arus listrik 2 ampere I = 2A

contoh soal 1.2

tuliskan dalam satuan dasar SI dari potensial listrik , daya listrik dan resistor.

Jawab;

Daya listrik; w = J/s = Nm/s. = kg m2 s-3

Potensial listrik; V = W/A = kg m2 s-3 A-1

Resistor Ω = V/A = kg m2 s-3 A-2

Contoh soal 1.3

Isilah titik-titik pada soal berikut;

a. 25 watt = …………..Btu/h

b. 75 m/s = ………….. ml/jam

c. 10 Btu = ………….kwh

Jawab;

7
a. dari tabel 1.10 didapat;

1 W = 3,413 Btu/h , jadi 25 W = 25 x 3,413 = 85,325 Btu/h

b. dari tabel 1.11 didapat

1 meter per detik = 2,237 mi/jam, jadi 75 m/s = 75 x 2,237 = 167,775 ml/jam

c. Dari tabel 1.8 didapat;

1 Btu = 293 x10-6 kwh, jadi 10 Btu = 10 x 293x10-6 = 293x10-5 kwh

1.3. Penutup

Demikianlah pentingnya besaran dan satuan untuk diketahui, karena semua

besaran dalam bidang keteknikan kususnya teknik telekomunikasi memerlukan satuan

yang standar. Begitu juga jika kita ingin mengkonversi dari satuan yang satu ke satuan

yang lain. Untuk menambah wawasan tentang besaran dan satuan, diharapkan

memperbanyak membaca literature perpustakaan yang terbaru untuk mengikuti

perkembangan saman.

1.4. Soal-soal latihan.

1. lengkapilah nama satuan dasar SI dari tabel 1.4.

2. isilah titik-titik dari soal berikut;

a. 75 lb = ……… dyne = ……… gf

b. 10 hp = ……. Watt = ……….. kal/s

c. 25 ft = ……… m = ………… in

d. 10 Pa = ……… atm = …………. Cm hg

8
3. tuliskan lambang dimensi dari tegangan listrik, daya listrik, resitor dan gaya.

BAB II

VEKTOR

2.1. Pendahuluan

Ketika kita membahas tentang medan listrik atau medan magnet, gaya,

kecepatan dll, tidak cukup hanya menyatakan berapa besarnya medan tetapi harus

diketahui kemana arah medan tersebut. Dalam teknik elektro khususnya teknik

telekomunikasi, cukup banyak dijumpai masalah medan baik medan listrik maupun

9
medan magnet. Penyelesaian yang menyangkut medan harus dengan metode dan

hukum-hukum vector.

2.2. Penyajian

2.2.1. besaran vektor

Besaran vektor selain memiliki besar juga memiliki arah, misalnya vektor gaya,

perpindahan dll. Besaran vektor dapat digambarkan sebagai anak panah, dimana

panjang anak panah menunjukkan besar vektor, dan arah anak panah menunjukkan

arah besaran vektor. Contoh vector a besarnya 30 N dengan arah 300 dan vector b

besarnya 20 N dengan arah 1400, dapat digambarkan seperti gambar 2.1.

b = 20 N
a = 30N

1400
300

Gambar 2.1 Besaran vektor

2.2.2. Vektor dalam dua Dimensi.

Vector dalam dua dimensi yaitu vektor dalam suatu bidang, dan dapat

digambarkan dalam salib sumbu (x,y).

y2
a

10
y1

x1 x2 x

Gambar 2.2. Vektor dalam dua dimensi


misalnya vektor a dengan titik tangkap (x1,y1) dan berakhir pada titik (x2,y2)

mak besar (modulus) vektor a dapat diperoleh;

|a| = (x2-x1)2 +(y2-y1)2 (2.1)

Jika vektor a mempunyai sudut apit α dengan garis horizontal (sb x), maka

vektor a dapat diurai kedalam dua komponen yaitu komponen horizontal dan

komponen vertical, yang dapat ditentukan sebagai berikut;

Komponen horizontal (ax) = a cosα = (x2-x1)

Komponen vertical (ay) = a sinα = (y2-y1)

Apabila vector a titik tangkapnya digeser ke titik (0,0), maka vektor a dapat

ditulis dalam bentuk vector satuan i dan j yang masing masing vector satuan searah sb x

dabn sb y.

Y
a = (x2-x1)i + (y2-y1)j
ay a = a cosα i + a sinα j
a = axi + ay j
a

0 x
ax

Gambar 2.3. Vektor satuan dalam dua dimensi

11
2.2.3. Vektor dalam tiga dimensi.

Vektor tiga dimensi menggambarkan ruang, dengan salib sumbu x, y, z.

r
θ
y
φ
x

Gambar 2.4. Vektor tiga dimensi

jika sudut apit antara vektor r dengan sumbu z adalah θ dan sudut apit antara

proyeksi vektor r dengan bidang x,y dengan sumbu x adalah φ maka vektor r dapat

diurai dalam tiga komponen yaitu;

komponen sb x = r sin θ cos φ

komponen sb y = r sin θ sin φ

komponen sb z = r cos θ

penulisan dengan menggunakan vektor satuan dapat ditulis;

r = (r sin θ cos φ)i + (r sin θ sin φ)j + (r cos θ) k (2.2)

apabila r sin θ cos φ = r1; r sin θ sin φ = r2 ; r cos θ = r3, maka vektor satuan r dapat

ditulis;

r = r1i + r2j + r3k (2.3)

dengan modus vector r;

|r| = (r12 + r22 + r32)1/2 (2.4)

2.2.4. Penjumlahan/ pengurangan Vektor

Penjumlahan dua buah vector atau lebih jika kedua vektor tersebut searah,

sedangkan jika kedua vektor tersebut berlawanan arah, maka terjadi pengurangan.

12
Penjulahan vektor dapat dilakukan dengan; metode grafis, metode jajaran genjang, dan

metode trigonometri.

2.2.4.1. Penjumlahan vektor dengan metode grafis (metode polygon)

Metode ini dilakukan dengan menggambar anak panah vektor secara sambung

menyambung dengan memperhatikan panjang maupun arah anak panah yang

bersangkutan (panjang dan arah anak panah tidak boleh berubah) . Ekor anak panah

yang satu diimpitkan dengan ujung anak panah yang mendahuluinya.

Contoh 2.1.

Misalnya ada tiga buah vector masing vector p, q dan r dengan besar dan arah

telah ditentukan. Ketiga vector akan dijumlahkan dengan metode grafis. Tentukan

resultanta (jumlah) ketiga vector.

Jawab;

pertama-tama kita misalkan; p + q + r = s. dengan menyambung satu dengan

yang lain vector-vekor gambar 2.5.(a), diperoleh hasilnya seperti pada gambar 2.5 (b).

akhir
r

q r s q
awal
p
p

a b

gambar 2.5 Penjumlahan vektor secara grafis


(a) Vektor asal

13
(b) Hasil penjumlahan

2.2.4.2. Penjumlahan Vektor dengan Metode Jajaran Genjang

Resultan (jumlah) dua buah vector berpotongan adalah diagonal jajaran genjang

dengan kedua vector tersebut. Misalkan vector A dan vector B berpotongan dengan

sudut apit α (gambar 2.6) , maka resultanta kedua vector adalah vector C. besar

(modulus) dan arah vector C dapat ditentukan;

C A2  B 2  2 AB cos  (2.5)

Dengan arah vector C yaitu;


A C

sin  sin(180   )
(2.6)
A sin(180   )
sin  
C

α θ

Gambar 2.6. Penjumlahan vektor dengan polygon.

Contoh 2.2.

Dari gambar 2.6. jika diambil vector A= 40 N, vector B = 50 N dan sudut

apitnya α = 600 maka tentukan resultanta danrahnya.

Jawab;

C  402  502  2 x 40 x50 cos 60

= 78,1 N

14
40 78,1

sin  sin(180  60) 40x0,866
Arahnya; ; Sinθ = ; Θ = 260 20’
A sin(180  60) 78,1
sin  
78,1

2.2.4.3. Penjumlahan Vektor dengan metode Trigonometri

Metode ini dilakukan dengan memperhatikan segitga siku-siku.

C sin α = b/c
b cos α = a/c
α tan α = b/a
a

gambar 2.7. Segitiga siku-siku

dengan metode ini suatu vector dapat diuraikan ke dalam komponen-

komponennya. Untuk vector dalam bidang, dapat diurai kedalam komponen sb x dan sb

y. untuk vector dalam ruang dapat diurai kedalam sb x, sby dan sb z. setelah vector-

vektor diurai, selanjutnya komponen yang bersesuaian sumbu dijumlahkan atau

dikurangkan. Misalnya vector A dan B diuraikan kedalam komponen sb x dan sb y;

Komponen sb x : Rx = Ax + Bx (2.7)

Komponen sb y : Ry = Ay + By (2.8)

Resultan (jumlah gaya) R Rx 2  Ry 2 (2.9)

Arah resultan gaya: tanθ = Ry/Rx (2.10)

Jika vector dengan tiga dimensi (ruang), maka hasil resultan adalah;

R Rx 2  Ry 2  Rz 2 (2.11)

Contoh 2.3.

15
Misalnya dua buah vector gaya A dan B, masing-masing besarnya 100 30o N

dan 110120o N. tentukan resultan dan arahnya vektornya.

Jawab.

y
B By
A
Ay

1200
30o
Bx 0 Ax x

Gambar 2.8. Vektor-vektor beserta komponennya pada bidang x,y.

Komponen vector;

Dari persamaan (2.7) : Rx = Ax + Bx = Acos 30o + B cos 1200

= 100 x0,5 3  110 x 0,5

= 86,6- 55 = 31,5 N

Dari persamaan (2.8) : Ry = Ay + By = A sin 300 + B sin 1200

= 100x 0,5 + 110 x 0,5 3

= 50 +95,3 = 145,3 N

Resultan (jumlah gaya) R Rx 2  Ry 2

= ((31,5)2 + (145,3)2)1/2

= 148,67 N

Arah resultan gaya: tanθ = Ry/Rx

= 31,5/145,3 = 0,216 ϴ = 12,18o

2.2.4.4. Perkalian vector

16
Operasi yang menyangkut perkalian vector ada dua yaitu perkalian titik (dot

product) dan perkalian silang (cross product).

a. Perkalian titik (dot product)

misalnya dua buah vector a dan b, dimana:

a = a1 i + a2 j

b = b1 i + b2 j

perkalian titik vector a dan b, ditulis dengan a.b yang hasilnya;


a.b = a
n 1
n bn = a1b1 + a2b2 +…..

(2.12)

(hasilnya merupakan bilangan scalar)

dalam bentuk rumus yang lain;

a.b = |a| |b| cos (sudut a,b). (2.13)

b. Perkalian silang (cross product)

misalnya ada dua buah vector A dan B, dimana;

A = A1 i + a2 j + A3 k

B = B1 i + B2 j + B3 k

Perkalian silang vector A dan B, ditulis dengan A x B yang hasilnya;

17
i j k
AxB  A1 A2 A3
B1 B2 B3

(2.14)

Hasilnya berupa besaran vector. Untuk memperoleh besar atau harga dari A x B, dapat

digunakan rumus berikut;

| A x B | = | A | | B | sin (sudut A,B). (2.15)

Contoh 2.4.

Misalnya diketahui dua buah vector a da b diberikan dalam bentuk vector

satuan masing-masing;

a = 4i + 2j + 4k

b = 2i + 2j + 2k

tentukan perkalian titik dan perkalian silang kedua vector tersebut dan sudut apitnya.

Jawab;

* Perkalian titik (dot product);


a.b= a
n 1
n bn = 4x2 + 2x2 + 4x2 = 20

* perkalian silang (cross product);

i j k
axb  4 2 4 = -4i + 0 +4k = - 4i +4k
2 2 2

* sudut apit

Sudut apit dapat diperoleh dari perkalian titik atau perkalian silang;

18
| a | = (42 + 22 + 42)1/2 = 6

| b | = (22 + 22 + 22 )1/2 = 3,5

a.b = |a| |b| cos (sudut a,b).

20 = 6 x 3,5 cos α

cos α = 20/21 = 0,95

α = arc cos 0,95

2.3. Penutup

Begitu pentingnya teori vector dalam penyelesaian gaya dan medan, maka

dengan selesainya pembahasan materi ini, diharapkan mahasiswa sudah dapat

memecahkan prolem-problem yang berhubungan dengan gaya dan medan, utamanya

gaya dan medan listrik/ magnet yang banyak ditemukan dalam bidang telekomunikasi

misalnya medan elektromagnetik pada antenna.

2.4. Soal=soal latihan

1. Sebuah kapal bergerak dengan kecepatan 50 km/jam dengan arah 45 0

dari horizontal. Angin bertiup dengan kecepatan 30 km/jam dengan arah

1500 dan menimpah kapal. Selain itu gelombang air bergerak dengan

kecepatan 20 km/jam arah 2000. tentukan kecepatan relative dari kapal

dan arahnya,dengan menggunakan methode trigonometri.

2. dua buah vector P dan Q, masing-masing besarnya 75 N dan 30 N. jika

sudut apit antara kedua vek tor = 300, tentukan resultanta dan arahnya

kedua vector tersebut.

3. diketahui; a = 2i + j – 3k; b = 3i – 2j + k; c = 4i – 2k.

tentukan;

- a. ( b x c) dan sudut antara b dan c

- (bxa)xa

19
- c .( a x b) dan sudut antara a dan b

BAB III

GERAK BERPUTAR (MELINGKAR)

3.1. Pendahuluan

Gerak melingkar adalah suatu gerakan dalam bidang yang lintasannya

berbentuk lingkaran dengan jari-jari R. misalnya benda bergerak dari A ke B dengan

lintasan s dan sudut perpindahan θ, seperti terlihat pada gambar 3.1

20
B

S
Θ A

Gambar 3.1 Gerak melingkar dengan sudut perpindahan θ dan lintasan s.

Parameter-parameter dari gerak melingkar yakni perpindahan sudut, kecepatan

sudut, percepatan sudut, kecepatan dan percepatan linear, dan gaya.

3.2. Penyajian

3.2.1. Perpindahan Sudut (θ).

Biasanya dinyatakan dalam radian, dan merupaksn perbandingan antara panjang

busur S dengan jari-jari lingkaran R;

S
Θ= radian atau S = θR. (3.1)
R

3.2.2. Kecepatan Sudut (ω)

Adalah perubahan kordinat sudut persatuan waktu. Kecepatan sudut terdiri dari

kecepatan sudut rata-rata dan kecepatan sudut sesaat.

Kecepatan sudut rata-rata;

 2   1 
ω rata =  rad/dt (3.2)
t 2  t1 t

21
kecepatan sudut sesaat;

 d
ω sesat = lim rata  lim  rad/dt (3.3)
t dt

3.2.3. Percepatan sudut (α)

Adalah pperubahan kecepatan sudut persatuan waktu. Sama dengan kecepatan

sudut, percepatan sudut juga terdiri dari percepatan rata-rata dan percepatan sesaat.

Percepatan rata-rata;

 2  1 
α rata =  rad/dt2 (3.4)
t 2  t1 t

percepatan sesaat;

 d
α sesat = lim rata  lim  rad/dt2 (3.5)
t dt

Jika benda bergerak mengelilingi satu kali putaran atau 3600 atau 2π dengan

waktu tempu T (periode) maka kecepatan sudut;

ω = 2π/T ; jika t = 1/f maka ω = 2πf . (3.6)

3.2.4. Hubungan Variabel gerak lurus dengan Variabel gerak melingkar.

3.2.4.1. Lintasan linear dengan lintasa sudut;

S = θR dimana; R jari-jari lintasan yang berharga tetap.

3.2.4.2. Kecepatan linear dengan kecepatan sudut;

ds d
R , V =Rω (3.7)
dt dt

22
Dimana;

V = kecepatan linear

R = jari-jari lintasan

ω = kecepatan sudut

3.2.4.3. Percepatan Gerak melingkar.

Didalam gerak melingkar, percepatan gerak terdiri dari percepatan linear

(tangensial), yang arahnya menyinggung lingkaran dan percepatan radial (a R), yang

arahnya selalu radial ke pusat lingkaran.

Percepatan linear (tangensial) didapat dari;

dv d
R , a T  R (3.8)
dt dt

Dimana;

aT = percepatan linear (tangensial)

α = percepatan sudut.

Percepatan radial didapat;

v2
aR    2R (3.9 )
R

Dengan demikian percepatan total dalam gerak melingkar adalah jumlah vector

dari percepatan tangensial dan percepatan radialnya.

| a |  a R 2  aT 2 (3.10)

3.2.4.4. Gaya gerak melingkar.

Sama halnya dengan percepatan gerak melingkar, gaya gerak melingkar juga

terdapat dua yaitu gaya linear (gaya tangensial = FT) dan gaya radial (FR). Arah kedua

gaya ini searah dengan percepatannya. Besar nya kedua gaya adalah;

23
FT = m aT dan FR = m aR (3.11)

Gaya gerak melingkar;

2 2
|F|  FT  FR (3.12)

F FT

a aT
aR FR

Gambar 3.2. (a) Percepatan gerak melingkar


(b) Gaya gerak melingkar

Contoh;

1. sebuah roda berjari-jari 150 cm berputar 300 rpm (rotasi per menit) hitunglah;

a. frekuensi (Hz).

b. periode (T).

c. Kecepatan sudut (w)

d. kecepatan linear (V)

jawab;

a. frekuensi f = jumlah putaran/dtk (Hz)

= 300 putaran/menit = 300 putaran/ 60 s = 5 Hz.

b. periode T = 1/ f = 1/5 = 0,2 s

c. kecepatan sudut w = 2πf = 10π rad/s

24
d. kecepatan linear v = wr = 10πx 1,5 = 15π m/s

2. Sebuah batu 200 g diikat pada ujung tali dan diputar hingga menempuh lingkaran

adtar yang berjari-jari 1,2 m, dengan kecepatan 3 putaran/s. tentukan;

e. percepatan batu

f. tegangan tali

jawab;

a. tali tidak mengalami percepatan tangensial, sehingga hanya percepatan

radial ar = w2r ( w = 3 putaran/s = 6π rad/s)

= (6π rad/s)2 x 1,2 = 426 m/s2

b. tegangan dalam tali = gaya sentripetal

FR = m ar = 0,2 x 426 = 85 N

3. Sebuah pesawat rung angkasa mengorbit bulan pada ketinggian 20 km. jika pesawat

tersebut hanya dipengaruhi oleh gaya grafitasi bulan (Gbulan = 6,67 x10-11 N.m2/kg2).

Berapakah kecepatan dan waktu yang diperlukan untuk satu orbit. Diketahui massa

bulan mm = 7,34 x1022 kg dan jari-jari bulan r = 1,738x106 m.

jawab;

gaya grafitasi antara bulan dan pesawat sama dengan gaya sentripetal yang

diperlukan

m p mm mpv2
GB 2
 , dimana R = ( 1,738 + 0,02)x106 (jari-jari orbit)
R R

Gmm (6,67 x1011 )(7,34 x1022 )


V=   1,67km / s
R (1,738  0,02) x106

Waktu satu kali orbit = 2πR/v = 6,67x103 s = 110 menit.

3.3. Penutup

25
Dari pembahasan materi ini, terlihat gerak melingkar begitu penting diketahui

untuk menunjang pengetahuan tentang gerak satelit ruang angkasa. Seperti kita ketahui

bahwa telekomunikasi satelit memegang peranan penting dalam penyampaian

informasi dari satu benua ke benua lain atau dari satu Negara ke Negara lain.

Penempatan satelit di ruang angkasa didasarkan pada teori gerak melingkar. Untuk

menambah wawasan dari materi ini diharapkan mahasiswa membaca lebih banyak

literature yang terbaru di perpustakaan-perpustakaan.

3.4. Soal-soal latihan

1. sebuah jam (arloji) mempunyai jarum second yang panjangnya 2 cm.hitunglah;

a. kecepatan ujung jarum seconnya.

b. berapa kecepatan ujung jarum second saat o dtk dan saat 15 dtk

2. sebuah roda yang jari-jarinya 5 cm, berputar dengan kecepatan sudut w = t 2 – 2t – 3;

dimana w dalam rad/s dan t dalam dtk. Hitunglah percepatan dititik P yang terletak

pada pinggir roda tersebut pada saat t = 1 dtk dan t = 3 dtk.

BAB IV

GERAK HARMONIS SEDERHANA (GERAK PERIODIK)

4.1. Pendahuluan

Suatu gerak yang berulang pada suatu titik pada selang waktu tertentu disebut

gerak periodik (gerak bolak balik). Contoh getaran senar gitar, ayunan bandul dll.

26
Persamaan gerak periodik dapat dinyatakan dengan bentuk fungsi sinus atau cosinus.

Fungsi semacam ini disebut fungsi periodik. Jika gerak bolak baliknya pada lintasan

yang sama disebut osilasi atau getaran. Yang dimaksud dengan satu getaran adalah satu

gerak pulang pergi atau satu gerak naik turun. Gerak harminis sederhana adalah suatu

gerak bolak balik yang grafiknya menyerupai grafik sinus atau cosinus.

4.2. Penyajian

4.2.1. Gaya Pemulih (gaya balik)

Agar terjadi gerak osilasi pada benda yang bergetar, maka haruslah bekerja gaya

pemulih. Gaya pemulih adalah gaya yang selalu mendorong atau menarik benda untuk

kembali ke posisi semula (seimbang). Contoh gaya pemulih adalah pada pegas (spring)

hooke (gambar 4.1), yaitu apabila pegas ditarik sejauh x, maka gaya pemulih yang

dilakukan pegas adalah;

F = -kx (4.1)

Dimana;

k = konstanta pegas

x = perpindaha (simpangan) pegas

tanda negative artinya gaya pemulih melawan arah gaya penarik pegas dan

disebut gaya luar (Fluar), Fluar = kx.

k m

F
m Fluar

27
gambar 4.1. Gaya pemulih pada pegas hooke

4.2.2. Energi Potensial Elastis (EPE) dan Energi Kinetik..

Energi potensial elastis yang tersimpang dalam pegas apabila panjangnya

berubah sebanyak x dari panjang keseimbangan adalah;

EPE = ½ kx2 joule. (4.2)

Jika x0 adalah amplitude gerak harmonis sederhana sebuah benda yang terikat pada

pada ujung pegas, maka energi system yang bergetar adalah ½ kx 02 , yang selalu

konstan. Namun demikian energi sebesar ini hanyalah tersimpan dalam pegas (sebagai

energi potensial) apabila x = ± x0 yakni pada saat benda mempunyai simpangan

maksimum.

Dalam system yang melakukan getaran, maka timbul energi kinetic akibat

gerakan dari system tersebut. Apabila ujung pegas diletakkan benda dengan massa m,

maka energi kinetic yang timbul;

Ek = ½ mv2 joule. (4.3)

4.2.3. Perubahan Bentuk Energi.

Pada system yang melakukan getaran, perubahan energi kinetic (Ek) menjadi

energi potensial elastis (EPE) dan sebaliknya setiap saat terjadi. Pada saat benda yang

bergetar melalui titik keseimbangan, Ek menjadi maksimum dan EPE = 0. sedangkan

pada saat melewati simpangan maksimum EPE maksumum dan Ek = 0. ini terjadi

karena hukum kekekalan energi. Dengan mengabaikan gesekan, maka hukum

kekekalan energi mekanis pada gerak harminis sederhana adalah;

Ek + EPE = konstan (4.4)

½ mv2 + ½ kx2 = ½ kx02 (4.5)

Dengan x0 adalah amplitude (simpangan maksimum).

Dari sini dapat diturunkan kecepatan pada gerak harminis sederhana;

28
2 k
|v|= ( x0  x 2 ) m/dt (4.6)
m

Percepatan pada gerak harmonis sederhana didapat dari gabungan hukum hook

F = -kx, dan hukum Newton F = ma yaitu;

k
a=  x m/dt2 (4.7)
m

contoh 4.1.

sebuah massa 200 g tanpa gesekan secara horizontal melakukan gerakan pada

ujung pegas dengan k = 7 N/m. massa ditarik sejauh 5 cm dari keadaan seimbang

kemudian dilepaskan. Tentukan (a) kecepatan maksimum, (b) kecepatan bila jaraknya 3

cm dari keseimbangan, (c) percepatan pada jarak 0 cm, 3 cm dan 5 cm darititik

keseimbangan.

Jawab;

Diketahui k =7 N/m, x0 = 0,05 m, m = 0,2 kg.

a. kecepatan maksimum bila x = 0, sehingga;

k 7
v = x0  0,05 x  0,296 m/s
m 0,2

b. bila x = 0,03;

7
v ((0,05) 2  (0,03) 2  0,237 m/s
0,2

c Dengan menggunakan persamaan (4.7) didapat;

untuk x = 0,05 maka a = 1,75 m/s2 ; x =0 maka a = 0 ;

x = 0,03 maka a = 1,05 m/s2

4.2.4. Gerak Harmonis Sederhana dengan Lingkaran Acuan

Untuk menentukan peroide dan frekuensi gerak harminis sederhana dapat

dilakukan dengan acuan lingkaran. (gambar 4.2)

29
V0
Θ

V P
r=x0

0 Θ A x
perpindahan

gambar 4.2. Acuan lingkaran untuk gerak harmonis sederhana

titik P bergerak dengan kecepatan tetap v0 dalam sebuah lingkaran. Titik A

adalah titik proyeksi P pada sb x, yakni garis tengah mendatar. Gerak titik A yang bolak

balik pada sb x ini yang disebut GHS. Amplitude GHSA adalah x0 yakni jari-jari

lingkaran. Waktu yang diperlukan titik P untuk berkeliling satu kali adalah T (periode

gerak harmonis sederhana). Kecepatan titik A adalah;

v =- v0 sin Θ (4.8)

priode (T) dari GHS adalah;

2r 2x0
T=  (4.9)
v0 v0

Karena v0 adalah kecepatan maksimum titik A, maka berdasarkan persamaan (4.6),

maka diperoleh;

k
V0 = x0 (4.10)
m

Dan periode GHS;

k
T = 2 (4.11)
m

Untuk frekuensi dari GHS didapat;

30
1 m
f= (4.12)
2 k

contoh 4.2.

sebuah pegas diujungnya diletakkan benda dengan massa 20 kg. ditarik sejauh

20 cm, dengan gaya 8 N. stelah itu dilepas dan terjadilah GHS. Tentukanlah (a) tetapan

pegas, (b) periode dan frekuensi getaran, (c) kecepatan maksimum getaran.

Jawab;

a. F = kx ; k = F/x = 8/0,2 = 40 N/m

2
b. T = 2 = 1,4 s ; f = 1/1,4 = 0,7
40

40
c. V0 = 0,2  0,9 m/s
2

4.2.5. Bandul Matematik

Gerakan bandul mendekati GHS jika simpangannya tidak terlalu besar. Periode

dan frekuensi getara bandul diperoleh;

L 1 g
T = 2 dan f = (4.13)
g 2 L

Dimana;

L = panjang bandul

g = percepatan grafitasi

4.2.6. GHS sebagai fungsi sinusoidal

GHS dapat dinyatakan dalam fungsi sinusoidal y(t), dimana simpangan searah

sb y dan berisolasi pada sb x (t). dan dapat digambarkan seperti gambar 4.3.

Simpangan (y)

31
y0

y =y0

0 wt

Gambar 4.3. gambar GHS sebsgsi fungsi sinusoidal

Dari gambar 4.3. sebagi fungsi sinusoidal, maka simpangan secara umum dapat

dituliskan;

Y(t) = y0 sin wt (4.14)

Atau ; y(t) = y0 cos (wt -90)

Dimana;

Y = simpangan

Y0 = simpangan maksimum (Amplitudo)

ω = 2πf ; f = 1/T

Kecepatan gerak harmonis dapat dicari;

dy y0 sin wt
V =   wy0 cos wt . karena sin2wt + cos2wt = 1, maka
dt dt

1 2
cos wt  y 0  y 2 ,sehingga;
y0

V  w y02  y 2 (4.15)

Kecepatan maksimum terjadi jika y = 0 sehingga;

32
Vmaks = wy0 m/s (4.16)

Percepatan gerak harmonis didapat;

dv wy0 cos wt 2 y
a    w2 y0 sin wt   w y0   w2 y (4.17)
dt dt y0

Percepatan maksiumm terjadi jika y = y0 (amplitude);

amaks = w2y0 m/s2 (4.18)

Contoh 4.3.

Sebuah pegas digantung kemudian ditarik dengan gaya 2,5 N dan merenggang

sejauh 10 cm. apabila dilepas terjadilah gerak osilasi dalam bentuk fungsi sinusoidal

dengan kecepatan sudut w = 50 rad/s. tentukanlah (a) konstanta pegas, (b) frekuensi

dan periode, (c) kecepatan dan percepatan maksimum gerak harmonis.

Jawab;

a. konstanta pegas; k = F/x = 2,5/0,1 = 25 N/m

b. f = w/2π = 25/π Hz ; T = 1/f = π/25 dtk

c. dari pers. (4.16) dan (4.18) didapat;

vmaks = 50 x 0,1 = 5 m/s ; amaks = 502 x 0,1 = 250 m/s2

4.3. Penutup

Gerak harmonis sederhana merupakan dasar untuk menganalisa aliran (gerakan)

electron didalam zat yang mengakibatkan terjadinya arus listrik. Gerak harmonis

sederhana atau gerak bolak balik dapat dianalisa berdasarkan perubahan energi

potensial dan energi kinetis atau dapat juga dengan bercuan pada lingkaran.

4.4. Soal-soal latihan

33
1. sebuah benda 50 g melakukan GHS pada ujung pegas. Amplitude getaran 12

cm, periode getaran 1,7 s. tentukan; (a) frekuensi, (b) konstanta pegas, (c)

kecepatan dan percepatan maksimum, (d) kecepatan dan percepatan saat

simpangan 6 cm

BAB V

GELOMBANG DAN BUNYI

5.1. Pendahuluan

Gelombang adalah penjalaran energi atau momentum, artinya energi yang

diberikan kepada medium akan diteruskan oleh medium tersebut dalam bentuk

34
gelombang. Contoh batu yang jatuh ke permukaan air akan menimbulkan gangguan

yang menjalar menjauhi tempat batu tadi dijatuhkan.

Ditinjau dari bentuknya, gelombang dapat dibedakan atas; gelombang

sinusoidal, gelombang pulsa, gelombang segitiga, gelombang gergaji dll. Bentuk

gelombang ini dapat diubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain melalui suatu

komponen peubah misalnya dengan rangkaian trigger.

5.2. Penyajian

5.2.1. Jenis-jenis Gelombang

Ditinjau dari medium rambatannya, gelombang dapat dibagi dua yaitu

gelombang mekanik dan non mekanik. Gelombang mekanik yaitu gelombang dimana

mediumnya turut bergerak. Contoh gelombang pada tali. Gelombang non mekanik,

yaitu gelombang dimana medium tidak bergetar. Contoh umumnya gelombang

elektromagnetik.

Ditinjau dari arah rambatannya, gelombang terbagi dua yaitu gelombang

transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang transversal yaitu gelombang

dimana arah rambatan tegak lurus arah gangguan. Contoh gelombang pada tali,

gelombang cahaya dll. Gelombang longitudinal yaitu gelombang yang arah

rambatannya searah gangguan. Contoh gelombang pada per, gelombang bunyi dll.

Gelombang transversal dan longitudinal dapat digambarkan seperti pada gambar 5.1.

arah gangguan

35
arah rambatan

arah gangguan

arah rambatan
b

gambar 5.1. (a). Gelombang transversal


(b). Gelombang longitudinal

5.2.2. Parameter-parameter Gelombang

Parameter-parameter gelombang meliputi; periode getaran (gelombang),

frekuensi, amplitude, panjang gelombang , kecepatan gelombang jarak dari puncak ke

puncak. Parameter-parameter ini dapat dijelaskan pada gambar 5.2.

Y y

A T C A λ C
0 t 0 x

B B
V
(a) (b)

Gambar 5.2. (a). gelombang sebagai fungsi waktu


(b). gelombnag secagai fungsi jarak.

36
a. Periode gelombang (T) yaitu waktu yang diperlukan partikel untuk bergerak

dari titik A ke titik B dan kembali ke titik A. satuannya adalah detik.

b. Frekuensi gelombang adalah jumlah geratan yang terjadi dalam setiap detik.

f = 1/T (5.1)

satuan frekuensi adalah hertz (Hz), dimana 1 Hz = 1 getaran/ dtk.

c. Amplitudo gelombang adalah nilai maksimum simpangan suatu getaran

(gelombang). Pada gambar 5.2. ditunjukkan dari jarak 0 ke A.

d. Panjang gelombang (λ) adalah jarak antar titik puncak gelombang yang

berdekatan. Pada gambar 5.2.(b) jarak dari A ke C.

e. Kecepatan gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam satu

detik.

V= λ f. m/dtk. (5.2)

f. Jarak dari puncak ke puncak yaitu jarak dari simpangan maksimum positif ke

simpangan maksimum negative. Jarak dari puncak ke puncak = 2 x amplitude.

Contoh 5.1.

Sebuah pelampung di permukan air naik turun setiap 4 dtk, dengan range (jarak)

50 cm. jika jarak antara permukaan tertinggi pertama dan berikutnya adalah 30 cm,

maka tentukan;

a. frekuensi gelombang

b. amplitude gelombang

c. panjang gelombang

37
d. kecepatan gelombang.

Jawab;

a. f = 1/T = ¼ = 0,25 Hz.

b. jarak dari puncak ke puncak = 50 cm, sehingga amplitude A = ½ x 50 = 25 cm.

c. jarak dari puncak ke puncak 30 cm, jadi λ = 0,3 m

d. kecepatan gelombang v = λ x f = 0,3 x 0,25 = 0,075 m/dtk

5.2.3. Superposisi Gelombang

Jika di dalam suatu media menjalar lebih dari satu gelombang pada saat yang

bersamaan, maka gangguan total pada medium tersebut adalah jumlah dari gangguan

masing-masing gelombang. Sifat ini disebut prinsip superposisi. Prinsip ini berlaku

untuk semua jenis gelombang asal gangguan total yang disebabkan oleh gelombang-

gelombang yang saling bersuperposisi tersebut tidak lebih besar dari elastisitas

medium. Contoh gelombang dapatng dan gelombang pantul seperti pada gambar 5.3.

Gel. Pantul Gel. Datang

Gambar 5.3. Gelombang datang dan gelombang pantul.

38
Jika gelombang pertama dinyatakan dengan y1= (x,t) dan gelombang kedua

dengan y2 = (x,t), maka;

Ytotal = y1 (x,t) + y2 (x,t)

Misalnya didalam medium terdapat;

gelombang datang; yd = A sin (kx-wt),

gelombang pantul; yp = -A sin (-kx – wt)

= A sin (-kx – wt + 180).

Dimana;

k = 2π /λ (bilangan gelombang)

W = 2π / T = 2π f. (kecepatan sudut)

Hasil superposisi adalah;

Y = A sin (kx-wt) + A sin (-kx –wt + 180)

= (2A sin kx) cos wt (5.3)

Hasil superposisi gelombang-gelombang menghasilkan gelombang baru yang

sifatnya diam dan disebut gelombang berdiri (standing wave) dengan amplitude ;

yo = 2A sin kx. (5.4)

Letak simpul ditentukan oleh syarat kx = nπ, (n = bilangan bulat) sedangkan k =

2π/ λ. Dengan demikian hubungan letak simpul dan panjang gelombang yang

beresonansi dapat ditulis;

X = nλ /2. (5.5)

Dimana; n = 1 ; 2 ; 3 ;……….

Untuk gelombang dalam tali, kecepatan gelombang dapat dicari;

Tt
v . (5.6)

Dimana;

39
Tt = tegangan dalam tali

ρ = massa persatuan panjang tali

gambar 5.4. memperlihatkan hubungang letak simpul , panjang gelombang,

frekuensi dan kecepatan gelombang yang beresonansi.

Dasar

L =/2

 = 2L

f = v/(2L)

40
Over tone pertama

L =

=L

f = v/(L)
Over tone kedua

L =

 = 2L/3

f = 3v/(2L)

Gambar 5.4. gelombang beresonansi.

Gelombang berdiri ini banyak digunakan untuk menganalisa sinyal yang

menjalar dalam saluran transmisi yang berhubungan dengan ketidaksesuaian impedansi

antara beban dengan saluran transmisi.

Contoh 5.2.

Dua buah gelombang bergerak dengan arah berlawanan, masing-masing

mempuinyai amplitude 3 cm , panjang gelombang 1 cm dan kecepatan gelombang 5

cm/dtk. Jika diambil n = 3, Tentukan;

a. kecepatan sudut (w) dan bilangan gelombang (k).

b. Amplitudo gelombang berdiri

c. Persamaan gelombang berdiri

d. Letak titik simpul dan frekuensi .

Jawab;

41
a. f = v/λ = 5/1 = 5 Hz; w = 2πf = 10 π rad/dtk; k = 2π/λ = 0,02 π rad/m.

b. yo = 2A sin kx. = 2x0,03 sin (0,02 π x 3 /0,02). = 0

c. y = (2A sin kx) cos wt = 2x0,03 sin 3π cos 10 π t = 0,06 sin 3π cos 10 π t

d. L = x = 3x (1/2) = 3/2 cm.

5.2.4. Bunyi

Gelombang bunyi adalah gelombang tekanan dalam medium seperti udara, air

atau baja. Apabila mapatan dan renggangan gelombang mengenai selaput pendengaran,

kita mendengar bunyi bunyi itu dengan catatan frekuensi gelombang antara 20 Hz

sampai 20.000 Hz. Gelombang di atas 20 kHz disebut gelombang ultrasonik,

sedangkan gelombang di bawah 20 Hz disebut gelombang infrasonik.

5.2.4.1. Laju Rambat Bunyi

Laju rambat bunyi dalam gas ideal adalah;

RT
  m/s (5.7)
M

Dimana;

M = massa molekul

R = tetapan gas

γ = nisbih kalor-kalor jenis cp / cv

T = temperature mutlak.

42
Didalam udara, jika v1 adalah kecepatan bunyi pada temperature T1 dan v2 adalah

kecepatan bunyi pada temperature T2 , maka terdapat hubungan;

v1 T1
 (5.8)
v2 T2

Disini terlihat bahwa laju rambat bunyi tidak tergantung pada tekanan, frekuensi

dan panjang gelombang.

Contoh 5.3.

Hitunglag kecepatan bunyi dalam gas neon pada temperature 27 0 C dan 770 C.

jika diketahui untuk gas neon, M = 20,18 kg/kmol. , γ = 1,67, R = 8314 J/kmol.

Jawab;

RT (1,67)(8314)(272  27)


  =  454 m/dtk
M 20,18

v1 T1 454 (273  27)


 =  ; v2 = 490,8 m/dtk
v2 T2 v2 (273  77)

5.2.4.2. Intensitas (I)

Intensitas gelombang bunyi adalah daya yang dirambatkan gelombang melalui

satuan luas permukaan tegak lurus arah rambat.

I = daya/luasan

Untuk gelombang bunyi dengan amplitude a0 , frekuensi f, rambatan v dan kerapatan

zat ρ, maka;

I = 2 π2 f2 ρ v a02 w/m2 (5.9)

Dimana; f (Hz); ρ (kg/m2) ; v (m/s) ; a0 (m)

43
Hubungannya dengan kepekaan peneriman bunyi oleh telinga manusia,

intensitas bunyi dilukuskan dengan istilah kekerasan bunyi (loudness), dimana bunyi

yang berintensitas tinggi memang diterima dengan lebih keras daripada bunyi yang

intensitasnya rendah, namun hubungannya tidak linear. Peneriman telinga manusia

tentang intensitas bunyi berbanding logaritma dengan intensitas referensinya;

IdB = 10 log I/I0 (5.10)

Dimana; I0 = 1 x 10-12 w/m2 ,

Perubahan intensitas bunyi maksimum dan minimum yang dihasilkan paduan

dua gelombang bunyi yang frekuensinya berbeda sedikit disebut layangan (beats).

Jumlah layangan yang didengar setiap detik sama dengan beda frekuensi kedua

gelombang yang berinterferensi.

Contoh 5.4.

Bunyi dengan intensitas 0,54 W/m2 , terdengar terlalu bisng. Jika frekuensinya

800 Hz, ρ udara = 1,29 kg/m3 , kecepatan bynyi = 340 m/dtk. Tentukan amplitudonya.

Jawab;

I = 2 π2 f2 ρ v a02 w/m2

1 1 1 0,54
a0 =   9,9 m
f 2 v 800 2 x1,29 x340

contoh 5.5.

dua buah gelombang bunyi intensitasnya 10 dan 500 mikrowatt/cm 2 . berapa

perbedaan tingkat intensitanya dinyatakan dalam dB.

Jawab;

Misanya bunyi dengan intensitas 10 μw/cm2 bunyi A dan lain nya bunyi B.

Maka ; dBA = 10 log (IA/I0 ) = 10 (log IA – log I0 )

dBB = 10 log (IB/I0) = 10 (log IB – log I0 )

44
dBB – dBA = 10 (log IB – log IA ) = 10 log (IB/IA)

= 10 log (500/10) = 17 dB.

5.2.4.3. Efek Doppler

Jika sebuah sumber bunyi bergerak sambil mengeluarkan bunyi dengan

frekuensi f0. jika v laju rambat bunyi dan vS laju sumber yang mendekati pendengar,

diukur relative terhadap medium perambat bunyi. Selanjutnya laju pendengar

mendekati sumber adalah v0 yang juga diukur relative terhadap medium, maka

pendengar akan mendengar bunyi yang berfrekuensi f adalah;

V  V0
Frekuensi yang didengar f= f 0 (5.11)
V  Vs

Dimana;

V + V0 = laju puncak gelombang relative terhadap pengamat

V – VS = laju puncak gelombang relative terhadap sumber.

Disini terlihat untuk sumber dan pendengar saling mendekat, jumlah puncak

gelombang tertangkap telinga lebih besar dari pada keduanya diam. Akibatnya

pendengar mendengar frekuensi bunyi lebih tinggi dari frekuensi sumber. Apabila

sumber dan pendengar saling menjauh maka yang terjadi sebaliknya.

Contoh 5.6.

Sebuah mobil dengan kecepatan 30 m/dtk. Mendekati sirene yang berfrekuensi

500 Hz. Kalau kecepatan rambat bunyi dalam udara 340 m/dtk, maka tentukan;

a. berapakah frekuensi yang didengar pengemudi.

b. bagaimana jika pengemudi menjauhi sirene.

Jawab;

V  V0 340  30
a. f = f 0 = 500  544 Hz
V  Vs 340  0

45
V  V0 340  (30)
b. f = f 0 = 500 = 456 Hz.
V  Vs 340  0

5.2.4.4. Efek Interferensi

Apabila dua gelombang bunyi berfrekuensi dan beramplitudo sama, maka

kedua gelombang saling memperkuat. Dalam hal ini kedua gelombang dikatakan

sefase, atau tidak memiliki beda fase. Dalam hal demikian kedua gelombang bunyi

saling akan saling memperkuat, dan intensitas bunyi di tempat itu akan besar.

Interferensi kedua gelombang mudah dideteksi, apabila kedua gelombang itu melalui

suatu titik yang sama.

Jika puncak gelombang yang satu berimpit dengan lembah gelombang kedua,

maka kedua gelombang itu saling meniadakan. Dalam hal ini tidak ada bunyi yang

terdengar di tempat itu. Dan dikatakan kedua gelombang berbeda fase 180 0 ( atau ½ λ)

atau kedua gelombang itu berlawanan fase. Jika kedua gelombang tidak tepat sefase

dan juga tidak tepat berlawanan fase, maka timbul efek antara (intermediate effect).

5.3. Penutup

Setelah pembahasan materi ini dapat disimpulkan bahwa yang penting

diketahui dalam gelombang adalah parameter gelombang, dan apabila dalam suatu

medium terdapat beberapa gelombang yang menjalar secara bersamaan dalam waktu

yang sama, akan timbul superposisi gelombang yang menghasilkan g disimpulkan

bahwa yang penting diketahui dalam gelombang adalah parameter gelombang, dan

apabila dalam suatu medium terdapat beberapa gelombang yang menjalar secara

bersamaan dalam waktu yang sama, akan timbul superposisi gelombang yang

menghasilkan gelombanelombang baru yang disebut standing wave.

46
Untuk gelombang bunyi pengukuran intensitas besarnya biasanya dinyatakan

dalam dB. Hal ini berrehubungan dfengan kepekaan telingah manusia.

5.34. Soal-soal lathan

1. tegangan dawai pada tali dari gambar … diketahui 88,2 N. panjang dawai 50 cm,

massa dawai 0,5 g. tentukan;

a. kecepatan gelombang

b. Frekuensi nada dasar , nada atas pertama dan nada atas kedua.

2. sebuah mesin tulis menghasilkan intensitas 75 dB. Tentukan intensitas yang timbul

jika ada empat buah mesin tulis bekerja bersamaan.

3. mobil dengan kecepatan vs = 20 m/dtk. Mengejar mobil lain yang kecepatannya

v0 = 15 m/dtk sambil membunyikan klakson yang frekuensinya 1200 Hz. Kalau

kecepatan bunyi 340 m/dtk, berapa frekuensi yang didengar oleh pengemudi yang

dikejar.

BAB VI

KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN

6.1. Pendahuluan

Kelistrikan dan kemagnetan merupakan inti atau pokok materi yang dibahas

dalam bidang teknik elektro secara umum, dan secara khusus dalam bidang teknik

telekomunikasi. Pembahasan tentang kelistrikan dan kemagnetan cukup banyak

dijumpai dalam berbagai mata kuliah, untuk itu dalam mata kuliah fisika ini hanya

47
difokuskan pada proses terjadinya aliran electron dalam zat, gaya coulomb, medan dan

potensial, medan magnet dan gaya gerak listrik.

6.2. Penyajian

6.2.1. Zat dan Muatan

Pada dasarnya suatu zat dapat dianggap sebagai kumpulan dari tiga jenis

partikel yaitu proton, neutron dan electron. Ketiga partikel ini memiliki muatan dan

massa yang dapat dilihat pada tabel berikut;

Tabel 5.1. Tabel symbol, muatan dan massa dari partikel-pertikel zat.

Partikel Symbol Muatan Massa


Proton p +1,6 x 10-19 C 1,6726485 x 10-27 kg

Neutron n 0 1,6749543 x 10-27 kg

Electron e -1,6 x 10-19 C 9,109534 x 10-31 kg

Interaksi gaya dari partikel-partikel dapat berupa gaya grafitasi dan gaya listrik.

Gaya grafitasi dengan hukum Newton dan gaya listrik denganhukum Coulomb.

Misalnya dua partikel yang masing-masing mempunyai massa dan muatan yakni; m1,

q1 dan m2 ,q2. seperti pada gambar 6.1. Gaya grafitasi dan gaya listrik antara kedua

partikel adalah;

m1 ,q1 m2 , q2

Gambar 6.1. Dua buah partikel berjarak r.

Gaya grafitasi;

m1xm2
F  N. (6.1)
r2

48
Gaya listrik;

q1xq 2
F k N (6.2)
r2

Dimana;

γ = konstanta grafitasi = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2

k = konstnta coulomb = 9 x 109 N.m2/C2.

1
= 4
0

ε0 = 8,85 x10-12 C/n,m2 (permitivitas ruang hampa)

Atom netral, mengandung Z electron dan Z proton, atau muatan-muatan

negative sama dengan muatan-muatan positif. Apabila dalam atom tersebut terjadi

perubahan electron, maka; electron berkurang satu (Z-1) disebut ion positif atau kation,

dan electron bertambah satu (Z+1) disebut ion negatif atau anion. Perpindahan ion

dari ion positif (kation) ke ion negative (anion), menyebabkan terjadinya aliran electron

dan ini yang disebut arus listrik. Araha aliran listrik (i) dan arah aliran electron (ie)

berlawanan arah, seperti pada gambar 6.2.

A ie K

Gambar 6.2. arah aliran electron dan aliran arus.

6.2.2. Hukum Coulomb

Gaya interaksi antara dua muatan listrik adalah berbanding lurus dengan kedua

muatan, berbanding terbalik dengan kwadrat jaraknya. Dengan arah gaya yakni; jika
49
kedua muatan sama tolak menolak, dan jika tidak sama tarik menarik. Besaran gaya

yang timbul adalah besaran vector.

q1xq 2
F k N
r2

+q1 + q2

F F

(a)

+ q1 F F - q2

(b)

Gambar 6.3. (a). Arah gaya untuk muatan sama


(b). Arah gaya untuk muatan berlawanan.

Untuk suatu titik yang dipengaruhi oleh lebih dari satu muatan, maka besarnya gaya

listrik pada titik tersebut adalah jumlah vector dari masing-masing gaya yang

diakibatkan oleh muatan-muatan tersebut;

Ft = F1 +F2 + F3 + …… Fn (6.3)

Dan arah medan adalah;

Fty
  arctg (6.4)
Ftx

Dimana;

Fty = jumlah vector gaya searah sb y

Ftx = jumlah vector gaya searah sb x

Contoh 6.1.

50
Muatan-muatan q = 2x1019 coulomb, diletakkan pada tiga sudut dari bujur

sangkar yang panjang sisinya = 0,2 m. berapakah besar gaya dan arahnya pada suatu

muatan titik q’ = -1x10-19 coulomb bila diletakkan pada;

a. pusat bujur sangkar

b. sudut yg tidak terisi dari bujur sangkar.

Jawab;

1 0,2 m 2

F1 F2 0,2 m

F3
4 3

Gambar 6.4. muatan-muatan yang diletakkan pada sudut bujur sangkar.

Misalkan muatan q diletakkan di titik 1, 2, dan 3.

a. jika muatan q’ diletakkan ditengah, maka gaya F1 dan F3 saling meniadakan,

sehingga gaya yang bekerja hanya F2.


19 19
q1xq 2 9 2 x10 x10
F2 =  k 2
 9 x10 2 2
 9 x1011 N.
r 10 ( 2 )

b. jika muatan q’ diletakkan pada sudut yang tidak terisi (ttk 4).

19 19
q1xq 2 9 2 x10 x10
F1  k  9 x10  45 x1010 N
r2 4 x10  2

F3 = sama dengan F1 = 45x1010 N


19 19
q1xq 2 9 2 x10 x10
F2  k  9 x10 2
 22,5 x108 N
r2 4 x10 ( 2 ) 2

Karena F1 dan F3 saling tegak lurus, maka F1 + F3 = F’

51
F’  (45 x1010 ) 2  (45 x1010 ) 2  6345 x108 N

Ftotal = (6345 x108 + 22 x108) = 6367 x108 N

6.2.3. Medan listrik

Medan listrik adalah ruang disekitar muatan listrik atau benda yang bermuatan,

yang masih dipengaruhi oleh gaya dari muatan tersebut. Untuk mengetahuinya

biasanya dilakukan dengan muatan uji positif. Arah medan disuatu titik searah dengan

arah gaya yang dialami oleh muatan uji positif (gambar 6.5). Untuk itu besaran medan

juga besaran vector.

P P
+q’ o +q’ o

q ++++ + q - - - - -- -
+

Gambar 6.5. Medan oleh muatan q dan arah medan di titik uji P.

Besarnya medan listrik disuatu titik adalah besarnya gaya yang timbul antara

muatan dengan muatan uji dibagi dengan muatan uji;

F q.q i q
E i
 k 2 i  k 2 N/C (6.5)
q r q r

Untuk suatu titik yang dipengaruhi oleh lebih dari satu muatan, maka besarnya medan

listrik pada titik tersebut adalah jumlah vector dari masing-masing kuat medan yang

diakibatkan oleh muatan-muatan tersebut;

Et = E1 + 2 + E3 + …… En (6.6)

Dan arah medan adalah;

52
Ety
  arctg (6.7)
Etx

Dimana;

Ety = jumlah vector medan searah sb y

Etx = jumlah vector medan searah sb x

Contoh 6.2.

Soal sama pada contoh 6.1. tetapi yang ditayakan adalah medan.

F q.q i q
Jawab; dalam hal ini digunakan rumus E  i
 k 2 i
k 2
q r q r

6.2.4. Potensial Listrik

6.2.4.1. Energi Potensial

Energi potensial adalah usaha yang dilakukan untuk memindahkan muatan dari

titik takterhingga ke titik dimana potensial mutlak ada.

U  F  dr (6.8)

q’
r

gambar 6.6. muatan q dan q’ berjarak r

dari gambar 6.6., untuk muatan q dan q’ yang berjarak r, maka energi potensialnya

dapat ditentukan;

q.q i qq i qq i
r2 
U k dr  k xr  k Joule (6.9)
r2 r

53
Persamaan ini menunjukkan energi potensial pada titik muatan q’ didalam medan listrik

yang diakibatkan oleh muatan q dan berjarak r dari q.

6.2.4.2. Potensial listrik

Adalah energi potensial pada suatu titik dibagi dengan muatan pada titik

tersebut. Dari gambar … potensial pada titik muatan q’ adalah;

qq i q
V k  k volt (6.10)
rxq i r

Besaran dari potensial listrik adalah besaran scalar. Untuk titik yang dipengaruhi oleh

beberapa muatan, maka besar potensial pada titik tersebut adalah;

n
qn q q
V  k  k ( 1  2  ....) (6.11)
n 1 rn r1 r2

Apabila pada titik A dengan potensial VA dan titik B dengan potensial VB, maka beda

potensial antara A dan B adalah ;

VA – VB = VAB (6.12)

Contoh 6.3.

Perhatikan gambar 6.7. q1 = 25x10-9 coul. Dan q2 = -25x10-9 coul. Tentukan;

a. potensial di titik A

b. berapa kerja yang dilakukan untuk memindahkan muatan -8x10-9 coul. Dari titik A ke

titik B.

jawab;

54
5m 5m

q1 5m B 1m q2

gambar 6.7.

q 25 x109
a. VA1  k  9 x109  45
r 5

q  25 x109
VA2  k  9 x109  45
r 5

VA = VA1 + VA2 = 0 volt.

q 25 x10 9
b. VB1  k  9 x109  45
r 5

q  25 x10 9
VB2  k  9 x109  225
r 1

VB = VB1 + VB2 = 45 -225 = -180 volt

Kerja yang dilakukan muatan -8x10-9 dari A ke B adalah;

WAB = - 8x10-9 x -180 = 144x10-8 Joul.

6.2.5. Medan Magnet

Adalah ruang disekitar muatan listrik yang bergerak yang mengalami gaya

tertentu. Efeknya dapat diamati dengan jarum kompas, dimana jarum kompas itu selalu

sejajar medan magnet. Gambar 6.8. memperlihatkan medan magnet B dan gaya medan

akibat muatan yang bergerak dengan kecepatan v.

Intensitas medan magnet disuatu titik dinyatakan dengan vector B. besarnya intensitas

medan magnet dapat ditentukan dengan rumus;

55
F

q B
Θ

Gambar 6.8. Arah medan B dan gaya F dari muatan q yang bergerak

F
B Tesla (Wb/m2) (6.13)
qv sin 

Dimana;

F = gaya magnet (N)

q = muatan (coulomb)

v = kecepatan (m/dt)

θ = sudut antara arah gerak dengan arah medan

apanila suatu penghantar dengan panjang L yang dialiri aris I seperti pada gambar 6.9,

diletakkan dalam suatu medan magnet B maka timbul gaya (Gaya Lorents) seberas;

F = Bx I x L sin θ Newton.

Dimana; θ = sudut antara L dan B. jika penghantar berupa lintasan tertutup, maka gaya

yang timbul dapat menyebabkan momen (momen punter).

+++ + B + + + + + + + +
+ + + i + +

+ + ++ + + + + L + + + + +

Gambar 6.9. Penghantar yang dialiri arus i

56
Dua buah penghantar paralel dengan panjang l dialiri arus masing-masing I dan

I’, dan berjarak a, seperti pada gambar 6.10. akan mengalami gaya antara keduanya

sebesar;

I’

Gambar 6.10. penghantar paralel yang dialiri arus I dan I’

0 2ii '
F  xlx
4 a
(6.13)
 xii ' l
F  0
2xa

Dimana; jika I dan I’ searah, maka arah gaya tarik menarik, dan jika I dan I’ berlawanan

arah, maka arah gaya tolak menolak. Hukum ini biasa disebut hum ampere.

Contoh 6.4.

Kawat lurus AB yang panjang dialiri arus I = 20 A. sebuah kawat segiempat sisi

(lihat gambar) panjang sejajar AB dialiri arus I’ = 10 A. (lihat gambar 6.11) tentukan

besar dan arah gaya yang bekerja pada kawat persegi, akibat medan magnet dari kawat

AB.

Jawab;

10 cm

57
I i’ 20 cm

1 cm

Gambar 6.11.

0 xii ' l 4x107 x 20 x10 x 0,2


F1    8 x10 4 N
2xa 2x 0,01

0 xii' l 4x10 7 x 20 x10 x0,2


F2    8 x10 5 N
2xa 2x 0,1

Ftot. = 80x10-5 – 8x10-5 = 72x10-5 N, dengan arah tarik menarik.

6.2.6. Gaya Gerak Listrik (GGL) Induksi dan Fluks Magnet

6.2.6.1. Sifat magnetic Zat

Sifat magnetic zat berpengaruh terhadap medan magnet. Misalnya solenoid atau

toroida dialiri arus tertentu, hingga suatu titik terdapat induksi mgnetik Bv. (diandaikan

dalam vakum). Jika solenoid atau toroida diisi zat, medan pada titik tersebut berubah

menjadi B. perbandingan medan yang dihasilkan dengan zat dan tanpa zat disebut

permeabilitas relatif zat;

km = B/Bv (6.14)

sedangkan permeabilitas zat sendiri yaitu; μ = kmμ 0, dimana μ0 = 4πx10-7 Tm /A.

(permeabilitas vacuum).
58
Berdasarkan permeabilitas relative zat, maka zat dapat dibagi menjadi; zat

diamagnetic, paramagnetic dan feromagnetik. Zat diamagnetic bila km sedikit lebih

kecil dari satu misalnya tima hitam. Zat paramagnetic bila km sedikit lebih besar dari

satu, misalnmya aluminium. Zat feromagnetik bila km nya sekitar 50 atau lebih, contoh

besi.

6.2.6.2. Fluks Magnet

Fluks magnet (φ) yang melalui luasan A adalah jumlah gris fluks yang

menembus luas tersebut. Jika B adalah medan yang menimbulkan garis gaya dan tegal

lurus pada luasan A, maka besar fluks yang timbul adalah;

Φ = B.A. wb. (6.15)

6.2.6.3. GGL Induksi

Bila fluks yang melalui kumparan dengan N lilitan mengalami perubahan ∆φ

selama waktu ∆t, maka menurut Faraday, GGL induksi rata-rata antara kedua ujung

kumparan adalah;


  N volt. (6.16)
t

Untuk konduktor yang bergerak dalam medan magnet dan memotong garis fluks akan

timbul GGL induksi. Jika panjang konduktor L, bergerak dengan kecepatan v dan tegak

lurus pada medan B, maka GGL induksi yang timbul adalah;

ε = B L V volt. (6.17)

Contoh 6.5.

Sebuah batang tembaga panjang 30 cm. terletak tegak lurus terhadap medan

magnet yang rapat fluxnya 0,8 Wb/m2. batang digerakkan dengan kecepatan 0,5 m/dtk

tegak lurus medan. Hitunglah GGL yang terinduksi di dalam batang.

Jawab;

59
ε = B L V = 0,8 x 0,5 x 0,3 = 0,12 volt.

6.3. Penutup

Kelistrikan dan kemagnetan merupakan dasar fundamental pada bidang elektro,

untuk itu hukum-hukum dasar kelistrikan dan kemagnetan yang telah dibahas dalam

materi ini hendaknya dikembangkan dan diaplikasikan dalam berbagai rangkain

elektronika. Diharapkan mahasiswa mengembangkan materi ini dengan membaca

literature-literatur yang terbaru baik diperpustakaan maupun dari internet.

6.4. soal-soal latihan

1. pada titik-titik A,B,C,D pada bujur sangkar ABCD yang sisi-sisinya 1 m terdapat

mutan q. sedangkan pada titik pusat m terdapat muatan -1/4 q. ditanyakan; gaya

listrik dititik C.

2. sebuah bujur sangkar dengan panjang sisi 0,2 m. tiga titik sudutnya terisi muatan

q = 2x109 coul. Tentukan;

a. potensial pada pusat bujur sangkar.

b. potensial pada titik sudut yang tidak terisi muatan.

3. sebuah kumparan terdiri dari 50 lilitan, mula-mula di dalam medan magnet hingga

luas permukaannya merangkap flux sebesar 3,1 x10-4 wb. Kumparan digerakkan

hingga dalam waktu 0,02 dtk berada di tempat di mana flux dirangkapnya adalah

0,1 x 10-4 wb. Berapakah GGL rata-rata yang terinduksi di dalam kumparan ?.


(pentunjuk, gunakan rumus    N ).
t

60
BAB VII
CAHAYA

7.1. Pendahuluan

Cahaya mempunyai sifat kembar yaitu sebagai gelombang dan sebagai materi.

(Einstein). Sebagi gelombang karena dapat mengalami peristiwa-peristiwa pantulan,

pembiasan, interferensi dan defraksi. Sebagai materi karena kuantum energi yang dapat

menimbulkan efek foto listrik. Dalam bidang telekomunikasi, gelombang cahaya

memegang peranan penting karena dapat difungsikan sebagai gelombang pembawa

imformasi utamanya dalam telekomunikasi optic.

7.2. Penyajian
61
7.2.1. Gelombang Elektromagnetik

Gelombang cahaya termasuk gelombang elekromagnetik, yang terdiri dari

pasangan medan magnet (H) dan medan listrik (E), dan bergerak secara periodic dalam

suatu ruang dengan arah medan saling tegak lurus satu dengan yang lain (lihat gambar

7.1).

Gambar 7.1. Rambatan medan magnet dan medan listrik.

Termasuk gelombang elektromagnetik adalah gelombang listrik, ge;ombang radio, sinar

x dan sinar gamma. Yang membedakan adalah range frekuensi dan panjang

\gelombang. Hal ini dapat dilihat pada spektrum gelombang elektromagnetik seperti

pada gambar 7.2.

62
Gambar 7.2. Spektrum gelombang elektromagnetik.

Warna cahaya tergantung dari frekkuensinya, dimana cahaya merah memiliki frekuensi

nampak terkecil dan cahaya violet tertingi. Cahaya putih merupakan gabungan dari

semua warna cahaya. Sebagai gelombang elektromagnetik, kecepatan cahaya sama

dengan kecepatan gelombang elektromagnetik dalam ruang bebas yakni:

C = 3 x 108 m/dtk

7.2.2. Pantulan Cahaya

63
Apabila seberkas cahaya tiba pada batas dua permukaan bening yang tidak

sama, maka pada umumnya berkas cahaya tersebut mengalami tiga keadaan yaitu

dipantulkan, dibiaskan atau diserap.

Untuk berkas cahaya yang dpantulkan dari permukan bening datar, berlaku

ketentuan yaitu;

a. sudut masuk sama dengan sudut pantul.

b. Sinar masuk dan sinar pantul serta garis normal terletak dalam satu bidang

datar.

Pantulan pada permukan bening datar, berkas cahayanya dapat di ilustrasikan

seperti pada gambar 7.3.

Garis normal

Sinar datang sinar pantul

Sdt datg sdt pantul

Gambar 7.3. berkas cahaya pada pantulan bening datar.

Untuk berkas cahaya yang dipantulkan dari cermin bola, maka disini akan berlaku

titik focus cermin bola, dengan bayangan tergantung dari permukaan bola ( cekung atau

cembung). Pada cermin cekung membentuk banyangan nyata dan terbalik jika jarak

benda lebih besar dari jarak focus, sedangkan jika jarak benda lebih kecil dari jarak

focus, bayangan nyata tegak dan diperbesar. Pada cermin cembung bayangan selalu

maya, diperkecil dan tegak. Gambar 7.4. memperlihatkan berkas cahaya yang

dipantulkan pada permukaan bola.

64
C F F C

(a) (b)

Gambar 7.4.(a). Cermin Cekung


(b). Cermin Cembung

Hubungan antara benda dan bayangan pada cermin bola adalah;

1 1 2 1
   (7.1)
p q r f

Dimana;

P = jarak benda dari cermin

q = jarak bayangan dari cermin

r = jari-jari cermin

f = focus cermin

dengan catatan;

* p dihitung positif jika benda berada didepan cermin

* q dihitung positif jika bayangan nyata, yakni berada di depan cermin dan

negative jika bayangan maya yakni berada dibelakang cermin.

* r dan f positif untuk cermin cekung, dan negative untuk cermin cembung

Pembesaran bayangan dari cermin bola adalah;

65
q
M= p
(7.2)

Contoh7.1.

Sebuah cermin cekung denganjari-jari 4 cm. jika sebuah benda yang tingginya

5 cm diletakkan didepan cermin dengan jarak 3 cm dari cermin , maka tentukan letak

bayangan dan tinggi bayangan.

Jawab;

q p f 2 cm

gambar 7.5.

Dik. P = 3 cm, r = 4 cm, maka;

1 1 2
  didapat q = 6 cm
3 q 4

Karena q positif maka bayanagn nyata dan terletak 6 cm didepan cermin.

Tinggi bayangan didapat dari;

tinggibayangan q 6
  2
tinggibenda p 3

Jadi tinggi bayangan = 5 x 2 = 10 cm.

7.2.3. Pembiasan

66
Bila seberkas cahaya dengan sudut miring datang pada dua permukaan zat,

dengan indeks bias berbeda, maka sinar akan dibengkokkan. Gejala ini disebut

pembiasan. Gambar 7.6. memperlihatkan berkas cahaya pada pembiasan.

Garis normal
Sinar dtg

Θ1 sat 1 (n1)

Θ2 sat 2 (n2)

Sinar bias

Gambar 7.6. berkas cahaya pada pembiasan

Bila sudut berkas cahaya yang datang dari zat dengan indeks bias n1 adalah θ1, dan

dibiaskan dengan sudut bias θ2 pada zat dengan indeks bias n2, maka menurut Hukum

Snellius berlaku;

a. n1 sinθ1 = n2 sin θ2

b. bila n2 > n1 sinar bias mendekati garis normal, bila n2 < n1 sinar bias menjauhi

normal.

c. Berkas sinar datang, garis normal dan sinar bias terletak dalam satu bidang.

Indek bias (n) adalah perbandingan kecepatan rambat cahaya dalam vakum dengan

kecepatan rambat cahaya dalah zat. Jadi indeks bias adalah;

kecepa tan rambatcahayadalamvakum c


n  (7.3)
kecepa tan rambatcahayadalamzat v

Untuk dua zat, maka indeks bias relative zat 1 terhadap zat 2 adalah;

67
n1
indeksbiasrelatif  (7.4)
n2

Menurut Huygens, berkas cahaya yang merambat dalam dua zat berbeda, maka

panjang gelombangnya akan berubah sesuai dengan kecepatan cahaya dalam zat

tersebut, tetapi frekuensinya tetap.

v2
2  1 (7.5)
v1

Dimana;

V1 = kecepatan cahaya dalam zat 1.

V2 = kecepatan cahaya dalam zat 2.

1  panjang gelombang dalam zat 1

2  panjang gelombang dalam zat 2.

Hukum Huygens ini berlaku untuk semua gelombang elektromaknetik.

Contoh 7.2.

Seberkas cahaya merambat dalam dua medium yang berbeda. Jika dalam

medium pertama kecepatan cahaya 2.108 m/dtk, dan dalam medium kedua kecepatan

cahaya 2,5. 108 m/dtk, maka tentukan;

a. indeks bias kedua medium tersebut.

b. indeks bias relative dari kedua medium.

c. panjang gelombang dalam medium kedua, jika diketahui panjang gelombang delam

medium pertama adalah 20 mikrometer.,

jawab;

kecepatan cahaya dalam vakum = 3 x 108 m/dtk

3 x108
a. indeks bias medium 1, n1 =  3 / 2 = 1,5
2 x108

68
3 x108
indeks bias medium 2, n2 =  1,2
2,5 x108

b. indeks bias relative = n1/n2 = 1,5/1,2 = 1,25

v2 2,5
c. pajang gelombang medium 2 , 2  1 = 20 x10 6  25 μ m.
v1 2

7.2.4. Sudut-sudut Kritis

Bila seberkas cahaya datang dari zat yang indeks biasnya lebih tinggi masuk ke

zat yang indek biasnya lebih rendah, maka sebagian sinar masuk dibiaskan, dan

sebagian lagi dipantulkan pada permukan batas. (lihat gambar ). Karena θ 2 harus lebih

besar dari θ1, memungkinkan θ1 dapat diatur sedemikian hingga θ2 = 900. harga sudut

θ1 yang menyebabkan θ2 berharga 900, disebut sudut kritis. Untuk harga θ1 yang lebih

besar dari sudut kritis, tidak terjadi pembiasan dan sinar masuk dipantulkan seluruhnya,

sedangkan harga θ1 lebih kecil dari sudut kritis, maka tidak terjadi pemantulan dan sinar

masuk dibiaskan seluruhnya.

Untuk menentukan sudut kritis (θC) dapat dihitung dengan;

n1 sin  C  n2 sin 900 (7.6)

Contoh 7.3.

Berapakah sudut kritis agar cahaya dapat berjalan dari kaca ( n1 = 1,54) ke air

( n2 = 1,33).

Jawab;

n1 sin  C  n2 sin 900 , θC = sin-1 1,33 / 1,54 = 59,7 0.

7.3. Penutup

69
Bagian yang penting diperhatikan dalam gelombang cahaya adalah rambatan

cahaya, pantulan cahaya dan pembiasan. Bagian ini merupakan prinsip dasar pada

pemancar dan penerima pada komunikasi fiber optic.

7.4. soal-soal latihan

1. seberkas cahaya dengan panjang gelombang 25 mikrometer, datang dari udara dan

merambat ke dalam kaca yang indeks bianya 1,5. jika tebal kaca adalah 1,5 mili

meter, tentukan jumlah gelombang cahaya dalam kaca tersebut.

70

Anda mungkin juga menyukai