Anda di halaman 1dari 275

..

POLITEKNIK NEGERI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


.. SAMARINDA PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK S1 TERAPAN
..
..
..
PROVINSI
KALIMANTAN UTARA

MODUL AJAR MATA KULIAH


INSTRUMENTASI
. . . . . . . . . .
Disusun Oleh:
ipniansyah

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK S1 TERAPAN

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


Tahun 2016

i
BAB I

KONSEP INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN

Tujuan Instruksional Umum :


Selelah menyelesaikan mata kuliah diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep
intrumentasi dan pengukuran.
Tujuan Instruksional Khusus :
Standar Kompetensi
Menggunakan konsep instrumentasi dan pengukuran dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
 Memahami konsep, sifat, dan aturan dalam instrumentasi dan pengukuran
 Menggunakan konsep dasar instrumentasi dan pengukuran, ilmu dasar fisika,
matematika, dan metode statistik dalam perhitungan instrumentasi dan pengukuran
listrik.
Indikator
Mahasiswa dapat :
 Menjelaskan konsep dasar instrumentasi dan pengukuran
 Menjelaskan sistem-sistem satuan dalam pengukuran
 Menjelaskan standar pengukuran
 Menjelaskan karakteristik pengukuran dan kesalahan
 Menghitung jenis karakteristik dan kesalahan pengukuran
 Menjelaskan pengertian instrumentasi dan pengukuran listrik.

1.1 Pendahuluan
Gejala fisika tidak dapat dinyatakan jika tidak dapat diukur, karena itu manusia
berusaha untuk menemukan cara mengukur besaran fisika dan membuat alat / piranti untuk
mengukurnya. Mengukur adalah perkara yang telah lama dilakukan orang, misalnya
mengukur panjang dengan acuan anggotan badan. Dengan keterampilan mengukur,
manusia dapat meningkatkan pengetahuannya tentang hukum alam. Penggunaan piranti
ukur (instrumen) untuk menentukan harga besaran yang berubah-ubah, dan seringkali pula
untuk keperluan pengaturan besaran yang berada dalam batas-batas harga tertentu. Selain
itu, semua piranti (kimia, listrik, hidrolik, magnet, mekanik, optik, pneumatik) digunakan
untuk menguji, mengamati, mengukur, memantau, mengubah, membangkitkan, mencatat,
menera, memelihara, atau mengemudikan sifat-sifat badani (fisik) gerakan atau
karakteristik lain.
Istilah instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk
pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks.
Instrumentasi bisa berarti alat untuk menghasilkan efek suara, seperti misalnya pada
instrumen musik, namun secara umum instrumentasi mempunyai tiga fungsi utama, yaitu
sebagai alat pengukuran, sebagai alat analisis, dan sebagai alat kendali. Instrumentasi
sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi survey / statistik, instrumentasi pengukuran
suhu, dan sebagainya. Contoh dari instrumentasi sebagai alat analisis banyak dijumpai di
bidang kimia dan kedokteran, sementara contoh instrumentasi sebagai alat kendali banyak
ditemukan dalam bidang elektronika, industri dan pabrik-pabrik. Sistem pengukuran,
analisis dan kendali dalam instrumentasi ini bisa dilakukan secara manual (hasilnya dibaca

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 1


dan ditulis tangan), tetapi bisa juga dilakukan secara otomatis dengan menggunakan
komputer (sirkuit elektronik). Untuk jenis yang kedua ini, instrumentasi tidak bisa
dipisahkan dengan bidang elektronika dan instrumentasi itu sendiri.
Instrumentasi sebagai alat pengukur sering kali merupakan bagian depan / awal dari
bagian-bagian selanjutnya (bagian kendalinya), dan bisa berupa pengukur dari semua jenis
besaran fisis, kimia, mekanis, maupun besaran listrik. Beberapa contoh di antaranya adalah
pengukur massa, waktu, panjang, luas, sudut, suhu, kelembaban, tekanan, aliran, pH
(keasaman), level, radiasi, suara, cahaya, kecepatan, torque, sifat listrik (arus listrik,
tegangan listrik, tahanan listrik), viskositas, density, dan lain-lain.
Sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi, kemampuan manusia membuat alat
ukur yang tepat dan telitipun terus meningkat. Perkembangan di bidang elektronika secara
langsung mempercepat perkembangan di bidang ukur mengukur. Dengan penggunaan
elektronika, alat ukur makin tinggi ketelitian dan ketepatannya. Selain itu alat ukur yang
tersedia juga makin memungkinkan orang untuk mencatat besaran serta menjadi bagian
dari sistem Pengaturan. Sebagai contoh, pada sistem pengaturan proses, alat ukur dapat
dikembangkan untuk mengendalikan tekanan, laju pengaliran, ketinggian/level, dan suhu.

1.2 Sistem-sistem Satuan dalam Pengukuran


1.2.1 Sistem Satuan
Mengukur adalah membandingkan suatu besaran fisis dengan besaran standar.
Untuk menggambarkan karakteristik besaran fisika hasil pembandingan, besaran fisika itu
perlu diberi batasan dalam jenis dan besar. Standar pengukuran untuk tiap jenis besaran
fisika disebut satuan, sedangkan jumlah kelipatan atas satuan yang menggambarkan
besaran (kuantitas) fisika disebut angka ukuran atau banyaknya pengukuran. Misalnya,
ketika kita akan mengatakan bahwa suatu jarak adalah 100 meter, ini menunjukkan bahwa
meter adalah satuan panjang dan 100 adalah jumlah satuan panjang tersebut. Dengan
demikian, besaran fisis panjang diartikan oleh satuan meter. Tanpa satuan, jumlah
pengukuran atau angka hasil pengukuran tidak akan mempunyai arti fisis.
Pada tahun 1790, Pemerintah Perancis menugasi Akademi Ilmu Pengetahuan
Perancis mempelajari dan menyiapkan usulan perihal sistem tunggal bagi bobot dan ukuran
untuk menggantikan semua sistem yang ada. Jadi para ilmuwan Perancis yang menemukan
azas pertama, yaitu bahwa sistem semesta untuk bobot dan ukuran hendaknya tidak
didasarkan pada standar acuan yang telah dibuat manusia, melainkan pada ukuran yang
tetap yang tersedia secara alami. Sebagai contoh, ukuran panjang dipilih meter dan diberi
batasan sebagai 1/10 juta bagian dari jarak antara kutub ke khatulistiwa sepanjang garis
bujur yang melewati Kota Paris. Satuan massa dipilih 1 centimeter kubik air sulingan pada
suhu 4 derajat celcius dan tekanan atmosfer normal 760 milimeter Hg. Satuan massa
tersebut disebut gram. Satuan ketiga adalah waktu dan disebut sekon. Satuan waktu diberi
batasan sebagai 1/86.400 dari rata-rata hari matahari. Azas kedua, bahwa semua satuan
lain hendaknya diturunkan dari tiga satuan dasar, yaitu panjang, massa, dan waktu. Azas
ketiga adalah semua pengali dan pembagi satuan dasar dinyatakan dalam sistem
persepuluhan (desimal). Usulan Akademi Perancis tersebut disetujui pada tahun 1795 dan
disebut sebagai Sistem Metrik.
Catatan:
Pada tanggal 14 Oktober 1960, Konferensi Umum ke Sebelas tentang Berat dan
Ukuran (The Eleventh General Conference on Weights and Measures) mengadopsi
definisi meter (satuan panjang) yang terbaru yaitu 1650763,73 panjang gelombang

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 2


di dalam ruang hampa udara dari radiasi atom Kripton yang mengalami transisi di
antara tingkat 2p10 dan 5d5.
Standar massa adalah kilogram, yang didefinisikan oleh massa The International
Prototype Kilogram, terbuat dari platinum-irridium dan disimpan oleh Biro
Internasional untuk Berat dan Ukuran di dekat Paris.
Standar waktu dan frekuensi, dinyatakan di Paris pada tanggal 13 Oktober 1967,
Konferensi Umum ke Tiga Belas tentang Berat dan Ukuran (The Eleventh General
Conference on Weights and Measures) secara resmi mengadopsi detik Satuan Waktu
Internasional, yang didefinisikan sebagai berikut: “Detik adalah jangka waktu
9192631770 periode radiasi atom cesium 133 yang mengalami transisi di antara dua
tingkat yang sangat kecil pada keadaan dasar”. “Jam” cesium merupakan standar
frekuensi dasar. Pendulum, garpu tala, osilator elektronik dan sebagainya dapat
digunakan sebagai standar sekunder. Frekuensi adalah jumlah pengulangan gejala /
fenomena atau satu rangkaian kejadian selama satu interval waktu tertentu
(satuannya adalah Hertz) dan kebalikan dari frekuensi adalah periode.
Standar suhu. Pada tahun 1948 Konferensi Umum ke Sembilan tentang Berat dan
Ukuran (The Eleventh General Conference on Weights and Measures) menetapkan
dua skala suhu internasional, yaitu pertama, Skala Kelvin Termodinamika (TKS:
Thermodynamic Kelvin Scale), berdasarkan suhu yang berkaitan dengan hubungan
termodinamika, dan kedua, Skala Suhu Praktis Internasional (IPTS: International
Practical Temperature Scale), merupakan dasar pengukuran yang lebih umum.
Sistem TKS meliputi metode magnetis, gas ultrasonik dan optis, sedangkan sistem
IPTS berdasarkan suhu yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik seperti pemuaian
panas dan variasi termolistrik. Titik nol derajat (juga diberi nama celsius untuk
menghormati Anders Celsius, pencipta skala 100 satuan antara titik uap dan titik
beku air) adalah suhu di mana terjadi keseimbangan antara es murni dengan udara
jenuh air murni pada tekanan atmosfer normal. Hubungan antara nilai derajat Kelvin
dan Fahrenheit masing-masing adalah 273,15 derajat dan 32 derajat.
Standar listrik. Sebelum tahun 1948 standar listrik didasarkan pada Ohm, Amper,
dan Volt “Internasional” yang diakui pada tahun 1893. Ohm Internasional
didefinisikan sebagai” tahanan kolom air raksa dengan penampang melintang yang
sama, mempunyai panjang 106,3 cm dan massa 14,4521 gram pada temperature 0
derajat celsius”. Amper Internasional didefinisikan sebagai “arus konstan yang
apabila melalui larutan perak nitrat dalam air yang sesuai dengan spesifikasi standar,
dapat mengendapkan perak dengan kecepatan 0,001118 gram per detik”. Volt
Internasional didefinisikan sebagai “sel Clark pada 15 derajat celsius mempunyai ggl
(gaya gerak listrik) 1,434 Volt”. Standar listrik internasional ini dimodifikasi
menjadi sistem absolute pada tanggal 1 Januari 1948 sebagai berikut:
Ohm internasional = 1,00049 ohm absolut
Amper internasional = 0,99835 amper absolut
Volt internasional = 1,000330 volt absolut.

1.2.2 Sistem Satuan Internasional


Sistem Satuan Internasional (SI) diakui pada tahun 1960 oleh Konferensi Umum
Kesebelas mengenai Berat dan Ukuran (Eleventh General Conference of Weights and
Measures) dengan nama Sistem International (SI, systeme International d’Unites). Sistem
ini menggantikan semua sistem lain di negara-negara yang menggunakan sistem metrik.

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 3


Sistem Satuan Internasional (SI) mempunyai enam satuan dasar, yaitu meter,
kilogram, sekon, amper, kelvin, dan kandela. Selain satuan dasar, ditetapkan juga satuan
pelengkap, yaitu radian dan steradian. Dari satuan dasar dapat diperoleh beberapa satuan
turunan, seperti hertz, newton, dan watt. Selain itu ada pula sebutan untuk perkalian dan
faktor sepuluh yang berlaku pada sistem satuan internasional. Kemudian juga satuan bukan
SI yang dapat dipakai bersama dengan satuan SI dan kelipatannya. Sebagai perbandingan
sistem satuan MKS dan CGS, serta sistem satuan metrik dan sistem yard-pound (sistem
satuan Inggris).

1.3 Standar Pengukuran


Untuk menjaga ketelitian alat ukur serta keseragaman pengukuran, alat itu harus
ditera (dikalibrasi). Meneranya dengan cara menyesuaikannya dengan alat ukur yang
mempunyai ketelitian lebih tinggi. Kemudian alat ukur yang dijadikan acuan paling tinggi,
disesuaikan dengan alat ukur standar. Sesuai dengan tugas, standar ukur dibagi menjadi
empat golongan seperti di bawah ini.
a. Standar Internasional
Standar internasional menjadi acuan semua alat ukur di dunia. Standar ini diberi
batasan atas dasar perjanjian internasional, dan dibuat serta dipertahankan oleh Biro
Internasional untuk Timbangan dan Ukuran (Bureau International de Poids et
Mesures) di Sevres - Perancis secara berkala. Standar internasional itu selalu diperiksa
agar tolok benda di dunia tetap pada bobot dan ukurannya. Penentu kebijakannya
adalah Sidang Umum Timbangan dan Ukuran, sedangkan Komisi Internasional untuk
Timbangan dan Ukuran adalah badan pelaksananya. Biro Internasional untuk
Timbangan dan Ukuran serta badan pelaksananya menyelenggarakan usaha untuk
mempersatukan secara internasional berbagai standar dan mempelajari cara
pengukuran yang teliti.
b. Standar Primer
Standar ini digunakan sebagai acuan untuk menguji ketelitian dan keabsahan standar
sekunder. Standar primer diurus dan dipertahankan oleh laboratorium standar nasional.
Di Amerika Utara, misalnya, badan yang bertanggung jawab mengurus dan
mempertahankan standar primer adalah NBS, The National Bureau of Standards di
Washington DC.
c. Standar Sekunder
Acuan yang digunakan oleh laboratorium kalibrasi dan pengukuran di industri adalah
standar sekunder. Setiap industri bertanggung jawab atas bakuan sekundernya dengan
jalan secara berkala mengirim standar itu kepada pengelola standar primer untuk dinilai
serta diberikan sertifikat keabsahannya.
d. Standar Kerja
Standar ini merupakan alat yang paling utama di laboratorium pengukuran dan
digunakan untuk memeriksa dan menera (mengkalibrasi) alat ukur yang digunakan di
laboratorium atau untuk membuat perbandingan ukuran dalam industri.

1.4 Karakteristik Pengukuran dan Kesalahan


1.4.1 Tujuan dan Arti Pengukuran
Seni mengukur digunakan sangat luas, baik di dunia ilmu maupun rekayasa.
Mengukur adalah membandingkan suatu besaran fisika dengan besaran acuan. Hasilnya
dinyatakan dengan angka disertai satuan. Dalam dunia ilmu, menyatakan besaran fisika
dalam bentuk angka adalah salah satu azas dasar. Adapun tujuan mengukur antara lain
adalah untuk :

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 4


 keperluan perancangan
 perbaikan hasil perancangan
 mengetahui kinerja suatu sistem
 mengetahui pesusun (komponen) suatu sistem yang perlu diganti
 keperluan sistem pengaturan proses
Pengukuran diperlukan di berbagai bidang kegiatan, misalnya bidang penelitian
(laboratorium) dan industri. Baik buruknya suatu mutu dari suatu produksi sangat
tergantung pada baik buruknya pengukuran yang dihasilkan, karena salah satu alasan inilah
maka pengukuran dilakukan di industri dari mulai bahan masuk ke dalam produksi sampai
dengan pengukuran hasil produksi.
Umumnya di dalam pengukuran dibutuhkan instrumen atau alat ukur sebagai suatu
cara fisis untuk menentukan suatu besaran (kuantitas) atau variabel. Instrumen tersebut
membantu peningkatan keterampilan manusia dan dalam banyak hal memungkinkan
seseorang untuk menentukan nilai dari suatu besaran yang tidak diketahui. Seiring dengan
perkembangan teknologi, tuntutan akan kebutuhan instrumen-instrumen yang lebih
terpercaya dan lebih teliti semakin meningkat yang kemudian menghasilkan
perkembangan-perkembangan baru dalam perencanaan dan pemakaian.
Di satu pihak pengukuran demikian pentingnya, tetapi di lain pihak tidak ada
pengukuran yang bebas dari kesalahan, di mana dilakukan pengukuran maka di sana pula
terjadi kesalahan. Dengan demikian sebelum pengukuran dilakukan, terlebih dahulu perlu
diketahui keandalan dari alat ukur yang akan dipakai sampai seberapa jauh penyimpangan
yang mungkin dihasilkan oleh alat ukur tersebut yang sudah tentu penyimpangan tersebut
tidak boleh melebihi penyimpangan yang disyaratkan. Untuk menggunakan instrumen-
instrumen ini secara cermat, kita perlu memahami prinsip-prinsip kerjanya dan mampu
memperkirakan apakah instrumen tersebut sesuai untuk pemakaian yang telah
direncanakan.
Alat ukur yang baru atau yang belum pernah dipakai, keandalannya dapat
dipertanggung jawabkan dengan catatan pemakaiannya sesuai dengan yang telah
ditentukan oleh pabrik, akan tetapi alat ukur tersebut akan menurun keandalannya jika
pemakaian tidak sesuai dengan kondisi yang telah ditetapkan oleh pabrik dan juga karena
pemakaian yang terlalu sering. Dengan demikian alat ukur yang telah lama dipakai harus
dikalibrasi ulang terhadap standar yang mempunyai ketelitian tinggi.
Alat ukur yang dipakai pada proses-proses industri baik yang berfungsi sebagai alat
pencatat maupun alat penunjuk, pada dasarnya bertugas menunjukan atau mencatat
besarnya harga variabel yang diukur. Kesalahan penunjukan yang dihasilkan oleh alat ukur
dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, misalnya karena perakitan yang kurang baik
pada saat meletakkan jarum penunjuk pada garis skala nol, dapat pula disebabkan karena
kondisi pemakaian tidak sesuai dengan kondisi pada saat alat ukur tersebut dikalibrasi.
Dengan demikian tidak menutup kemungkinan alat ukur yang baru untuk dikalibrasi
sebelum dipakai untuk mengukur, sehingga dapat dikatakan karakteristik alat ukur tidak
selamanya tetap, mungkin saja berubah. Adapun kalibrasi dapat didefinisikan sebagai
“suatu tindakan pengaturan suatu alat untuk menghasilkan keluaran dari alat ukur tersebut
(penunjukan atau pencatatan) sesuai dengan yang diharapkan atau penunjukan alat ukur
dapat mewakili harga variabel yang diukur, oleh karena itu alat dikatakan terkalibrasi
dengan baik jika keluarannya dapat menyatakan masukannya”.
Karakteristik dari suatu alat ukur adalah hal-hal yang harus diperhitungkan jika alat
ukur tersebut dipergunakan pada suatu kondisi yang tidak berubah terhadap waktu atau
berubah sangat kecil sehingga dapat dikatakan tidak berubah. Karakteristik suatu alat ukur
dapat ditentukan dengan mengkalibrasi pada proses yang statik. Untuk menghasilkan

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 5


karakteristik statik alat ukur yang mempunyai daerah ukur, masukannya akan berubah-
ubah dari daerah ukur terendah sampai tertinggi atau sebaliknya. Hubungan antara masukan
dan keluaran pada alat ukur akan bervariasi. Namun untuk menghasilkan karakteristik
statik, setiap harga masukan yang diperlukan harus dipertahankan stabil, tidak berubah
terhadap waktu.

1.4.2 Jenis-jenis Kesalahan Pengukuran


Kesalahan pengukuran adalah suatu penyimpangan variabel yang diukur dari harga
(nilai) sebenarnya. Kesalahan-kesalahan pengukuran terjadi disebabkan oleh berbagai
sumber kesalahan, yaitu seperti bising atau derau (noise), waktu tanggap (response time),
keterbatasan rancangan (design limitation), pertambahan atau kehilangan energi karena
interaksi, transmisi, keausan atau kerusakan sistem pengukuran, pengaruh ruangan
terhadap sistem, dan kesalahan penafsiran oleh pengamat.
Langkah pertama yang diperlukan untuk mengurangi kesalahan pengukuran adalah
dengan cara mempelajari kesalahan-kesalahan tersebut, sehingga akan dapat ditentukan
ketelitian hasil akhir. Pada umumnya kesalahan pengukuran dibagi dalam tiga jenis, yaitu
sebagai berikut :
A Kesalahan-kesalahan Umum
Kesalahan-kesalahan umum atau gross erros terutama disebabkan oleh kesalahan
manusia, di antaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak
tepat dan pemakaian instrumen yang tidak sesuai, serta kesalahan penafsiran.
Kesalahan-kesalahan tersebut dapat dihindari dengan melakukan pembacaan yang
cermat dan juga pencatatan data pengukuran yang benar. Hasil yang baik memerlukan
pembacaan lebih dari satu kali atau paling sedikit tiga kali secara terpisah, dan mungkin
dengan pengamat yang berbeda.
B Kesalahan-kesalahan Sistematis
Kesalahan-kesalahan sistematis (systematic errors) terdiri dalam dua bagian, yaitu
sebagai berikut :
 kesalahan-kesalahan instrumental yang disebabkan oleh kekurangan-kekurangan
pada instrumen itu sendiri, seperti kerusakan atau adanya bagian-bagian yang aus
 kesalahan-kesalahan lingkungan yang disebabkan oleh keadaan luar yang
mempengaruhi alat ukur termasuk keadaan-keadaan di sekitar instrumen, seperti
efek perubahan temperatur, kelembaban, tekanan udara luar, dan medan-medan
magnetik.
Kesalahan-kesalahan instrumen dapat dihindari dengan cara seperti pemilihan
instrumen yang tepat untuk pemakaian tertentu, menggunakan faktor-faktor koreksi
setelah mengetahui banyaknya kesalahan instrumental, dan mengkalibrasi instrumen
tersebut terhadap sebuah instrumen standar.
Kesalahan-kesalahan karena lingkungan dapat dikurangi dengan cara pengkondisian
udara, penyegelan komponen-komponen instrumen tertentu secara rapat sekali,
pemakaian pelindung magnetik dan lain-lain.
Kesalahan-kesalahan sistematis dapat juga dibagi dalam kesalahan statis dan kesalahan
dinamis. Kesalahan statis disebabkan oleh pembatasan-pembatasan alat ukur atau
hukum-hukum fisika yang mengatur tingkah laku alat ukur tersebut. Sedangkan
kesalahan-kesalahan dinamis disebabkan oleh ketidakmampuan instrumen untuk
memberikan tanggapan (response) yang cukup tepat bila terjadi perubahan-perubahan
dalam variabel yang diukur.
C Kesalahan-kesalahan Acak
Kesalahan-kesalahan acak (random errors) diakibatkan oleh penyebab-penyebab yang
tidak dapat langsung diketahui, sebab perubahan-perubahan parameter atau sistem
pengukuran terjadi secara acak. Kesalahan-kesalahan ini biasanya hanya kecil pada

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 6


percobaan atau pengukuran yang telah direncanakan dengan baik, tetapi menjadi
penting pada pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi. Misalkan suatu
tegangan akan diukur oleh sebuah voltmeter yang dibaca setiap setengah jam.
Walaupun instrumen dioperasikan pada kondisi-kondisi lingkungan yang sempurna
dan telah dikalibrasi secara tepat sebelum pengukuran, akan diperoleh hasil-hasil
pembacaan yang sedikit berbeda selama periode pengamatan. Perubahan ini tidak
dapat dikoreksi dengan cara kalibrasi apapun dan juga oleh cara pengontrolan yang
ada. Cara satu-satunya untuk membetulkan kesalahan ini adalah dengan menambah
jumlah pembacaan dan menggunakan cara-cara statistik untuk mendapatkan
pendekatan paling baik terhadap harga yang sebenarnya.

1.4.3 Error
Error atau kesalahan didefinisikan sebagai “penyimpangan variabel yang diukur dari
harga sebenarnya”. Dalam pemakaian secara umum error dapat diartikan sebagai
kesalahan, tetapi dalam pengukuran error yang dimaksud adalah error yang tidak mungkin
hilang, karena error merupakan hal yang harus terjadi dalam setiap pengukuran. Error atau
kesalahan dalam pengukuran secara kuantitatif terdiri dari beberapa macam, yaitu sebagai
berikut :
 Limiting Error
Ketelitian dan ketepatan dari suatu alat ukur tergantung pada perancangan, bahan yang
digunakan dan cara pembuatan alat ukur tersebut. Pemilihan alat ukur yang akan
dipakai tergantung pada ketelitian pengukuran yang diperlukan. Jika ketelitian
pengukuran tidak terlalu tinggi, tidak ekonomis menggunakan bahan yang mahal untuk
pembuatannya. Sebaliknya untuk keperluan pengukuran yang sangat teliti perlu
menggunakan bahan yang baik dan keterampilan yang tinggi untuk pembuatannya.
Untuk menjamin kualitas alat ukur, pabrik menjamin ketelitian tertentu untuk setiap
alat ukur yang dihasilkannya. Kebanyakan alat ukur dijamin ketelitian antara harga
persentase tertentu dari skala penuh pada alat ukur tersebut. Jadi pabrik sudah
menentukan harga penyimpangan hasil pengukuran dari besaran yang diukur. Dengan
demikian dapat didefinisikan Limiting Error atau Kesalahan Batas adalah “Batas
penyimpangan dari harga yang ditentukan”.
Kita dapat mengatakan bahwa jaminan yang diberikan oleh pabrik terhadap alat ukur
yang dihasilkannya berarti bahwa error pada alat ukur yang dijual tidak akan lebih
besar dari batas dan ketelitian yang telah ditentukan. Demikian pula komponen yang
dijual oleh suatu pabrik tidak akan mengandung error melebihi jaminan yang telah
ditetapkannya. Misalnya harga suatu kuantitas telah ditentukan adalah A1 dan
kesalahan maksimumnya atau limiting error adalah  A, maka kuantitas tersebut
mempunyai harga di antara :
A1  A dan A1  A atau A  A1  A (1-1)
Contoh :
1. Suatu resistor mempunyai tahanan 100  dengan limiting error  10 , maka
harga resistor tersebut akan berada di antara limiting error-nya, yaitu :
A = 100  10 atau
A =  90  dan A  110 
Dengan kata lain, pabrik menjamin bahwa harga tahanan dari resistor berada di antara
90  dan 110 .

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 7


 Relative Limiting Error
Relative limiting error didefinisikan sebagai “perbandingan antara error dengan harga
yang telah ditetapkan” Jadi dapat ditulis :
A
er  (1-2)
A1
dari persamaan (1.1) :
A  A1  A
 A1  er A1
 A1 1  er  (1-3)

Relative Limiting Error dapat dinyatakan dalam Persentase Limiting Error :


er %  er  100% (1-4)
Dengan kata lain, pabrik menjamin bahwa harga tahanan dari resistor berada di antara
90  dan 110 .
Contoh :
2. Dari contoh 1, kita mempunyai A1 = 100  dan A =  10 

Jadi relative limiting error :


A 10
er    0,1
A1 100
Persentase limiting error :
er %  er  100%
er %  0,1 100%  10%
dan harga limit tahanan adalah :
A  A1 1  er   1001  0,1
 100  10
Dalam limiting error, kuantitas A1 dianggap sebagai kuantitas sebenarnya, dan
kuantitas yang mempunyai penyimpangan dari A1 dianggap sebagai kuantitas
pengukuran. Sehingga kita mempunyai persamaan :

A  A  A1
jadi relative limiting error :

A A  A1
er  
A1 A1
Harga pengukuran – Harga sebenarnya
=  (1-5)
Harga sebenarnya

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 8


 Absolut Error
Absolut error didefinisikan sebagai “selisih antara harga pengukuran dengan harga
sebenarnya”, yaitu :

e  x1  x0 (1-6)
di mana :
e = absolut error
x1 = harga pengukuran
x0 = harga sebenarnya

 Relative Error
Relative error didefinisikan sebagai “ perbandingan antara absolut error terhadap
harga sebenarnya”, yaitu :

x1  x0
e (1-7)
x0
di mana :
e = absolut error
x1 = harga pengukuran
x0 = harga sebenarnya

Biasanya relative error dinyatakan sebagai persentase kesalahan :

x1  x0
e  100% (1-8)
x0

Contoh :

3. Tahanan suatu resistor dari jaminan pabrik adalah 500   10 %. Tentukan harga
tahanan dari resistor tersebut.
dari persamaan (1-4) :
er % 10%
er    0,1
100% 100%
maka harga tahanan resistor tersebut :
A = A1 (1  er)
= 500 (1  0,1) = 500  50 

Jadi harga tahanan resistor telah dijamin berada pada daerah 450  sampai dengan
550 .

1.4.4 Accuracy
Accuracy atau ketelitian didefinisikan sebagai “dekatnya harga pengukuran terhadap
harga sebenarnya”. Pernyataan akurasi merupakan bagian yang disertakan pada setiap alat
ukur.

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 9


a  x1  x0 (1-9)
di mana :
a = accuracy (akurasi)
x1 = harga pengukuran
x0 = harga sebenarnya

Biasanya accuracy (akurasi) dinyatakan sebagai persentase ketelitian :

x1  x0
a  100% (1-10)
x0

Contoh :

4. Suatu alat ukur tekanan yang mempunyai daerah ukur dari 0 s/d 150 pascal,
mempunyai ketelitian ± 2 % dari skala penuh. Jika alat ukur menunjukkan harga 49
pascal, tentukan tekanan sebenarnya !
Berarti bahwa dari setiap penunjukkan akan mempunyai perkiraan kesalahan :
kesalahan = ± (0,02) x (150) = ± 3 pascal
maka :
tekanan sebenarnya berada di antara : 46 s/d 52 pascal.

1.4.5 Precision
Precision atau ketepatan didefiniskan sebagai “suatu ukuran kemampuan untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang serupa”. Istilah ketepatan menunjukkan kemampuan
alat ukur untuk menunjukkan suatu harga secara berulang. Penunjukkannya akan berada
pada daerah pernyataan ketelitian alat ukur, tetapi satu sama lain akan berbeda. Makin
presisi suatu alat berarti makin dekat harga penunjukkannya secara berulang untuk suatu
harga masukan.
Contoh :
5. Suatu alat ukur mempunyai daerah ukur 0 s/d 25 kg, dengan akurasi ± 3 % FS, berarti
setiap pengukuran yang ditunjukkan akan mempunyai kesalahan ± 0,75 kg. Jika alat
ukur tersebut dipakai untuk menimbang suatu massa tepat 17 kg, maka :
Harga penunjukkan akan berada pada daerah 16,25 s/d 17,75 kg, hal mana sesuai
dengan pernyataan ketelitian alat ukur tersebut, walaupun penunjukan bervariasi
di antara harga 16,8, 16,9 dan 17,5 tergantung pada ketepatan alat ukur tersebut.

1.4.6 Sensitivity
Sensitivity (sensitivitas atau kepekaan) didefinisikan sebagai “perbandingan antara
sinyal keluaran terhadap perubahan masukan atau variabel yang diukur”.
Jika suatu alat ukur mempunyai spesifikasi yang dinyatakan sebagai sensitivitas
dalam /o C, maka dengan data ini dapat diperkirakan tahanannya pada setiap suhu atau
suhu pada setiap tahanan.

Contoh :
6. Suatu alat ukur mempunyai spesifikasi 300  pada suhu 20 o C dan mempunyai
sensitivitas 0,25 /o C. Jika suhu 30 o C, maka :

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 10


Perhitungan besar tahanan pada setiap suhu atau suhu pada setiap tahanan adalah 300
 + (0,25 /o C x 10 o C) = 302,5 .

1.4.7 Resolution
Resolution atau resolusi didefinisikan sebagai “perubahan terkecil dalam nilai yang
dapat diukur”. Apabila masukan pada suatu alat ukur dinaikkan perlahan-lahan dan tidak
ada perubahan keluaran sama sekali sampai suatu harga masukan tertentu, maka harga
masukan sampai terjadi perubahan disebut resolution dari alat ukur tersebut.
Contoh :
7. Suatu Voltmeter mempunyai skala pengukuran linear 100 bagian, pembacaan tertinggi
adalah 200 Volt, di mana 1/10 bagian skala dapat diperkirakan dengan derajat kepastian
cukup baik.
maka :
1 bagian skala = (1/100) x 200 Volt = 2 Volt
Resolusi = (1/10) x 2 V = 0,2 Volt

1.5 Pengertian Instrumentasi dan Pengukuran Listrik


Umumnya di dalam pengukuran dibutuhkan instrumen sebagai suatu cara fisis untuk
menentukan suatu besaran (kuantitas) atau variabel. Instrumen tersebut membantu
peningkatan ketrampilan manusia dan dalam banyak hal memungkinkan seseorang untuk
menentukan nilai dari suatu besaran yang tidak diketahui. Tanpa bantuan instrumen
tersebut, manusia tidak dapat menentukannya. Dengan demikian sebuah instrumen dapat
didefinisikan sebagai “sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau kebesaran
dari suatu kuantitas atau variabel”. Pengertian Instrument : alat (tool) = semua yang
dapat digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Instrumentasi : ilmu (seni)
di mana sifat-sifat benda dan hukum alam dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
Dengan berkembangnya teknologi, tuntutan akan kebutuhan instrumen-instrumen
yang lebih terpercaya dan lebih teliti semakin meningkat yang kemudian menghasilkan
perkembangan baru dalam perencanaan dan pemakaian. Untuk menggunakan instrumen-
instrumen ini secara cermat, kita perlu memahami prinsip-prinsip kerjanya dan metoda
pengukuran serta mampu memperkirakan apakah instrumen tersebut sesuai untuk
pemakaian yang telah direncanakan.
Instrumen-instrumen yang menggunakan mekanisme alat ukur untuk menunjukkan
kebesaran dari kuantitas yang akan diukur pada skala yang kontinyu disebut sebagai
instrumen-instrumen analog. Bila hasil pengukuran diperagakan dalam selang waktu yang
diskrit atau dalam bentuk angka, maka disebut sebagai sebuah penunjukan digital.
Pembagian alat ukur analog dan digital didasarkan pada pengolahan sinyal sebelum
ditampilkan. Sistem analog menyangkut informasi pengukuran dalam bentuk analog, dan
dapat didefinisikan sebagai suatu fungsi kontinyu seperti halnya kurva tegangan terhadap
waktu, atau pergeseran karena tekanan. Sedangkan sistem digital menangani informasi
dalam bentuk digital, dan didefiniskan sebagai suatu pulsa diskrit dan tidak kontinyu yang
hubungannya terhadap waktu berisi informasi mengenai kebesaran atau sifat dasar dari
besaran tersebut.
Sebelum ditemukan teknik digital dalam pengolahan sinyal listrik, instrumen yang
berkembang adalah alat ukur analog. Meskipun alat ukur digital dipakai luas, namun alat
ukur analog tetap banyak digunakan, karena keduanya selain memiliki keterbatasan juga

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 11


ada kelebihannya. Pada instrumen digital pasti mudah dibaca oleh semua orang
(pengamat), tetapi hal tersebut hanya benar jika besaran yang diukur bersifat statis. Untuk
mengukur besaran yang secara relatif berubah pelan-pelan, instrumen analog lebih sesuai,
karena itulah instrumen analog lebih cocok untuk memperlihatkan trend (kecenderungan)
jenjang ukuran.
Instrumen berkembang sesuai dengan bidangnya, misalnya generator dengan
tegangan, frekuensi dan spesifikasi tertentu. Spesifikasi merupakan perkembangan
kehendak, misalnya warna, bahan. Untuk mengetahui spesifikasi secara teknik, maka orang
membutuhkan alat ukur.

ALAT UKUR
X (INDIVIDU)
OBYEK X

ALAT ATUR
Y OBYEK Y
(SOSIAL)

Gambar 1.1 Interaksi Manusia dengan Alat Ukur dan Alat Atur

Secara umum kehendak manusia bersifat individual dan sosial. Kehendak manusia
secara individual dapat diartikan keinginan (sifat) manusia untuk mengetahui
(memberikan) sesuatu yang belum diketahui pada orang lain. Untuk keperluan tersebut
diperlukan alat. Untuk bidang eksak alat tersebut diartikan sebagai alat ukur, sedangkan
untuk bidang non eksak diartikan sebagai alat atur. Alat ukur dan alat atur merupakan
bagian yang sangat universal pada manusia. Persamaan fisis alat ukur dan alat atur, yaitu
sama-sama memberikan atau memindahkan informasi. Pada alat ukur memindahkan
informasi dari luar ke dalam. Informasi harus sama (bukan wujudnya tetapi informasinya).
Sedangkan pada alat atur, informasi yang diberikan harus sama dengan kehendak orang
yang mengatur. Perbedaan alat ukur dengan alat atur adalah pada alat ukur terjadi
penyusutan ketenagaan, sedangkan pada alat atur terjadi pelipatan ketenagaan.
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat alat ukur dan alat atur
berkembang menjadi bagian yang berbeda. Alat ukur berkembang menjadi ilmu
elektronika dan alat atur berkembang menjadi ilmu kontrol. Dari uraian di atas, maka
instrumen merupakan alat ukur yang mempunyai cakupan secara luas.
Rangkuman

Kata Kunci : besaran fisis, besaran listrik, instrumentasi,


kesalahan pengukuran, mengukur, pengukuran
listrik, satuan, standar

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 12


Contoh Soal dan Jawab :
1. Suatu resistor mempunyai tahanan 100  dengan limiting error  10 . Tentukan harga
resistor berdasarkan limiting error !
Penyelesaian :
Harga resistor tersebut akan berada di antara limiting error-nya, yaitu :
A = 100  10 atau
A =  90  dan A  110 
Dengan kata lain, pabrik menjamin bahwa harga tahanan dari resistor berada di antara 90
 dan 110 .
2. Suatu resistor mempunyai tahanan 100  dengan limiting error  10 . Tentukan harga
resistor berdasarkan relative limiting error !
Penyelesaian :
Kita mempunyai A1 = 100  dan A =  10 
Jadi relative limiting error :
A 10
er    0,1
A1 100
Persentase limiting error :
er %  er  100%
er %  0,1 100%  10%
dan harga limit tahanan adalah :
A  A1 1  er   1001  0,1
 100  10
3. Tahanan suatu resistor dari jaminan pabrik adalah 500   10 %. Tentukan harga
tahanan dari resistor tersebut !
Penyelesaian :
er % 10%
er    0,1
100% 100%
maka harga tahanan resistor tersebut :
A = A1 (1  er)
= 500 (1  0,1) = 500  50 
Jadi harga tahanan resistor telah dijamin berada pada daerah 450  sampai dengan 550 .
4. Jika suatu alat ukur menunjukkan harga tekanan sebesar 45 pascal, sedangkan harga
sebenarnya dari tekanan tersebut misalnya 40 pascal. Tentukan absolut error !
Penyelesaian :
Besarnya absolut error adalah :
e = 45 – 40 = + 5 pascal

Absolut sebesar +5 pascal ini merupakan kesalahan yang terjadi pada pengukuran, yaitu
pada saat alat ukur menunjukkan harga 45 pascal.

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 13


5. Suatu alat ukur tekanan yang mempunyai daerah ukur dari 0 s/d 150 pascal,
mempunyai ketelitian ± 2 % dari skala penuh. Jika alat ukur menunjukkan harga 49
pascal, tentukan tekanan sebenarnya !
Penyelesaian :
Berarti bahwa dari setiap penunjukkan akan mempunyai perkiraan kesalahan :
kesalahan = ± (0,02) x (150) = ± 3 pascal
maka :
tekanan sebenarnya berada di antara : 46 s/d 52 pascal.
6. Suatu alat ukur mempunyai daerah ukur 0 s/d 25 kg, dengan akurasi ± 3 % FS, berarti
setiap pengukuran yang ditunjukkan akan mempunyai kesalahan ± 0,75 kg. Jika alat
ukur tersebut dipakai untuk menimbang suatu massa tepat 17 kg,
Penyelesaian :
Harga penunjukkan akan berada pada daerah 16,25 s/d 17,75 kg
Hal mana sesuai dengan pernyataan ketelitian alat ukur tersebut, walaupun penunjukan
bervariasi di antara harga 16,8, 16,9 dan 17,5 tergantung pada ketepatan alat ukur
tersebut.
7. Suatu alat ukur mempunyai spesifikasi 300  pada suhu 20 o C dan mempunyai
sensitivitas 0,25 /o C. Jika suhu 30 o C, tentukan besar tahanan !
Penyelesaian :
Perhitungan besar tahanan pada setiap suhu atau suhu pada setiap tahanan adalah :
300  + (0,25 /o C x 10 o C) = 302,5 .
8. Suatu Voltmeter mempunyai skala pengukuran linear 100 bagian, pembacaan tertinggi
adalah 200 Volt, di mana 1/10 bagian skala dapat diperkirakan dengan derajat kepastian
cukup baik.
Penyelesaian :
1 bagian skala = (1/100) x 200 Volt = 2 Volt
Resolusi = (1/10) x 2 V = 0,2 Volt.

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 14


Soal-soal :
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep dasar instrumentasi dan pengukuran ? Dan
apakah yang dimaksud dengan istilah mengukur dalam konsep tersebut ?
2. Apakah yang dimaksud dengan sistem satuan dalam pengukuran ? Dan apakah yang
dimaksud dengan sistem Satuan Internasional (SI) serta apakah hubungannya ?
3. Apakah yang dimaksud dengan Standar Pengukuran ?
4. Apakah yang dimaksud dengan Standar Internasional ?
5. Apakah yang dimaksud dengan Standar Primer ?
6. Apakah yang dimaksud dengan Standar Sekunder ?
7. Apakah yang dimaksud dengan Standar Kerja ?
8. Sebutkan lima macam tujuan mengukur !
9. Apakah yang dimaksud dengan kalibrasi ? Dan jelaskan hubungannya dengan
karakteristik pengukuran !
10. Apakah yang dimaksud dengan kesalahan pengukuran atau error dalam sistem
pengukuran ? Dan jelaskan jenis-jenis kesalahan pengukuran secara umum !
11. Apakah yang dimaksud dengan Limiting Error ?
12. Suatu resistor mempunyai tahanan 100  dengan limiting error  5 . Berapakah harga
resistor tersebut jika berada di antara limiting error-nya ?
13. Suatu resistor mempunyai tahanan 100  dengan limiting error  5 . Berapakah harga
relatif limiting error-nya ?
14. Ketelitian sebuah Voltmeter 0-150 Volt dijamin sampai 1% skala penuh. Tegangan
yang diukur oleh Voltmeter adalah 83 Volt. Tentukan limiting error dalam persen !
15. Suatu flow meter mempunyai limiting error  5 % FS (full scale). Di mana Full scale
flow meter tersebut adalah 5 x 10-6 m3/s. Flow meter menunjuk pada 2,5 x 10-6 m3/s.
Berapa limiting error dalam persen ?
16. Apakah yang dimaksud dengan Absolut Error ?
17. Jika suatu alat ukur menunjukkan harga tekanan sebesar 45 pascal, sedangkan harga
sebenarnya dari tekanan tersebut misalnya 40 pascal. Tentukan absolut error !
18. Apakah yang dimaksud dengan Relative Error ?
19. Apakah yang dimaksud dengan Accuracy ?
20. Suatu alat ukur tekanan yang mempunyai daerah ukur dari 0 s/d 150 pascal,
mempunyai ketelitian ± 2 % dari skala penuh. Jika alat ukur menunjukkan harga 49
pascal, tentukan tekanan sebenarnya !
21. Apakah yang dimaksud dengan Precision ?
22. Suatu alat ukur mempunyai daerah ukur 0 s/d 25 kg, dengan akurasi ± 3 % FS. Jika alat
ukur tersebut dipakai untuk menimbang suatu massa tepat 17 kg, Tentukan ketepatan
alat ukur tersebut !
23. Apakah yang dimaksud dengan Sensitivity ?
24. Jika suatu alat ukur mempunyai spesifikasi 300  pada suhu 20 o C dan mempunyai
sensitivitas 0,25 /o C. Berapakah dapat diperkirakan tahanannya pada setiap suhu atau
suhu pada setiap tahanan ?

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 15


25. Apakah yang dimaksud dengan Resolution ?
26. Suatu Voltmeter mempunyai skala pengukuran linear 100 bagian, pembacaan tertinggi
adalah 200 Volt. Tentukan resolusi jika 1/10 bagian skala dapat diperkirakan dengan
derajat kepastian cukup baik !
27. Suatu Voltmeter digital mempunyai daerah pembacaan dari 0 s/d 9999 hitungan.
Tentukan resolusi alat ukur tersebut dalam Volt, jika pembacaan skala penuh adalah
9,999 Volt !.

Modul Ajar Instrumentasi │Konsep Instrumentasi Dan Pengukuran I- 16


BAB II

ALAT-ALAT UKUR LISTRIK

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah menyelesaikan mata kuliah diharapkan mahasiswa dapat memahami prinsip kerja
dan karakteristik serta spesifikasi alat-alat ukur listrik.
Tujuan Instruksional Khusus :
Standar Kompetensi
Menggunakan alat-alat ukur listrik dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
 Memahami pengertian alat-alat ukur listrik dalam penggunaannya di dalam
instrumentasi dan pengukuran listrik
 Menggunakan alat-alat ukur listrik dalam sistem instrumentasi dan pengukuran
listrik.
Indikator
Mahasiswa dapat :
 Menjelaskan pengertian alat-alat ukur listrik yang digunakan di dalam instrumentasi
dan pengukuran listrik
 Menjelaskan pengertian alat-alat ukur analog yang digunakan di dalam instrumentasi
dan pengukuran listrik
 Menjelaskan prinsip kerja, karakteristik, dan spesifikasi dari alat-alat ukur jenis
kumparan putar, penyearah, thermokopel, besi putar, elektrodinamis, induksi, dan
alat ukur jenis elektrostatis
 Menghitung perancangan sederhana sampai kompleks alat-alat ukur listrik dari
berbagai jenis alat-alat ukur yang digunakan sebagai alat-alat pengukur besaran-
besaran listrik
 Menentukan kesalahan pengukuran dari alat-alat ukur listrik yang digunakan dalam
pengukuran listrik.

2.1 Pendahuluan
Kebesaran listrik seperti arus, tegangan, daya, energi, frekuensi dan sebagainya tidak
dapat secara langsung kita tanggapi dengan panca indra kita. Untuk memungkinkan
pengukuran maka kebesaran listrik ditransformasikan melalui suatu fenomena fisis yang
akan memungkinkan pengamatan melalui panca indra kita, misalnya kebesaran listrik
seperti arus ditransformasikan melalui suatu fenomena fisis ke dalam kebesaran mekanis.
Perubahan tersebut bisa merupakan suatu rotasi melalui suatu sumbu tertentu. Besar sudut
rotasi tersebut berhubungan langsung dengan kebesaran arus listrik yang akan kita amati,
sehingga dengan demikian maka pengukuran dikembalikan menjadi ukuran kebesaran
listrik yang ingin diukur, dan besar sudut adalah ukuran dari besar arus, serta langsung
memberikan nilai pengukuran kebesaran listrik pada skala yang dapat dibaca secara jelas,
yaitu alat-alat ukur yang secara jelasnya mentransformasikan kebesaran listrik pada skala
yang tertentu. Hal ini adalah lazim untuk suatu pengukuran arus dan alat ukur demikian ini
disebut pada umumnya sebagai “pengukur amper”.
Kumpulan dari peralatan listrik yang bekerja atas dasar prinsip-prinsip tersebut
disebutkan di sini sebagai alat ukur listrik. Alat-alat ukur dalam golongan ini disebut
sebagai alat penunjuk, yaitu bekerja atas prinsip perubahan kebesaran listrik langsung
melalui suatu fenomena fisis tertentu ke dalam suatu perputaran yang dihubungkan dengan

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 1


jarum yang berputar pada skala tertentu. Di samping itu kebesaran-kebesaran yang
diintegrasikan termasuk pula dalam alat-alat pengukur golongan ini, yaitu penunjukan
integrasi dari kebesaran listrik melalui suatu perioda waktu. Instrumen-instrumen yang
menggunakan mekanisme alat ukur untuk menunjukan kebesaran dari kuantitas yang akan
diukur pada skala yang kontinyu disebut sebagai instrumen-instrumen analog.

2.2 Alat Ukur Kumparan Putar


Alat ukur kumparan putar adalah alat ukur yang bekerja atas dasar berputarnya
sebuah kumparan listrik yang ditempatkan pada medan magnet yang berasal dari magnet
tetap (permanen). Arus yang dialirkan melalui kumparan akan menyebabkan kumparan
tersebut berputar. Arus yang diukur itu dapat searah tetapi dapat pula bersifat bolak-balik.
Jenis kumparan putar yang paling mendasar sering disebut pergerakan galvanometer
d’Arsonval. Desain d’Arsonval menggunakan magnet berukuran hampir sama dengan
bobot keseluruhan pengukur. Magnet itu digunakan untuk menghasilkan fluks maksimum
pada celah udara. Alat ini didesain untuk menggunakan daya sangat rendah, dan hanya
memerlukan arus rendah untuk penyimpangan jarum penunjuk.
Alat ukur jenis kumparan putar telah ada sejak lama, bahkan sampai sekarang masih
digunakan sangat luas. Alat ukur ini banyak dijumpai di laboratorium industri, pembangkit
tenaga listrik, dan lain sebagainya. Alat ukur ini dipergunakan sebagai alat ukur untuk
kebesaran arus dan tegangan.

2.2.1 Prinsip Kerja


Alat ukur kumparan putar bekerja berdasarkan asas adanya gaya pada penghantar
yang dilalui arus yang terletak pada medan magnet. Arah gaya ditentukan oleh arah arus,
sedangkan medan magnet berasal dari magnet tetap.
Dalam gambar 2.1 terlihat bahwa kumparan putar yang dapat berputar terhadap
sumbu, diletakkan pada medan magnet yang rata. Medan magnet itu timbul karena adanya
silender inti besi yang diletakkan di anatar dua kutub kumparan putar. Medan magnet ada
pada celah udara antara kedua kutub magnet dan silender inti besi, dan arahnya memancar
sesuai dengan arah anak panah. Dalam celah udara itu ditempatkan kumparan putar yang
dapat berputar pada sumbu. Jika arus searah yang tidak diketahui besarnya mengalir
melalui kumparan, maka di dalamnya akan terjadi gaya elektromagnetik f. Arah gaya f
sudah tertentu, yaitu sesuai dengan arah arus karena terjadi akibat interaksi antara arus dan
medan magnet. Arah itu dapat ditentukan dengan mudah berdasarkan kaidah hukum tangan
kiri Fleming (lihat gambar 2.2). Besar dari gaya f ini akan dapat diturunkan dengan mudah.
Gaya yang timbul akan mengakibatkan torsi simpangan, sehingga membuat
kumparan berputar. Torsi simpangan TD dinyatakan sebagai :
Torsi simpangan, TD :

TD = Babn I (2-1)
di mana :
TD = Torsi simpangan, Newton-meter (Nm)
B = Kerapatan medan magnet (Weber/m2)
a = panjang kumparan (meter)
b = lebar kumparan (meter)
n = jumlah lilitan kumparan
I = arus yang mengalir lewat kumparan (Amper)

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 2


Gambar 2.1 Prinsip kerja alat ukur Gambar 2.2 Hukum tangan kiri Fleming
kumparan putar
Pada setiap ujung dari sumbu ditempatkan pegas yang salah satu ujungnya melekat
padanya, sedangkan ujung yang pada dasar yang tetap. Setiap pegas akan memberikan gaya
reaksinya yang berbanding lurus dengan besar sudut rotasi dari sumbu, dan berusaha untuk
menahan perputaran. Dengan demikian, pegas memberikan pada sumbu momen T C yang
berlawanan arahnya dengan TD. Bila konstanta pegas dinyatakan sebagai k, maka besar TC
dapat dinyatakan sebagai :
TC = k (2-2)
Bila sumbu dan kumparan putar menyimpang atau berputar melalui sudut akhir sebesar 0,
maka dalam keadaan seimbang ini TD = TC, sehingga berlaku persamaan sebagai berikut :
k0 = Babn I (2-3)
dan dari sini :
Babn
0 = I (2-4)
k
dengan demikian, maka sudut akhir simpangan putaran sumbu 0 berbanding lurus dengan
arus I. Besaran (Babn/k) disebut sebagai konstanta alat ukur. Pada umumnya momen
seperti Td disebut momen penggerak, dan alat yang menyebabkannya dikenal sebagai alat
penggerak, sedangkan momen Tc disebut sebagai momen pengontrol. Harga sudut rotasi
akhir dari penunjuk, pada alat pengukur kumparan putar, ditentukan oleh hubungan antara
momen penggerak dan momen pengontrol.
Jika arus yang diukur berupa arus bolak-balik, maka momen yang terjadi juga
momen bolak-balik dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi arus. Untuk arus dengan
frekuensi rendah, jarum penunjuk akan berayun dengan frekuensi f di sekitar titik nol.
Namun jika frekuensi cukup tinggi, jarum penunjuk tidak akan dapat lagi mengikuti
frekuensi momen penggerak, akibatnya jarum tetap pada kedudukan nol. Itulah sebabnya,
alat ukur kumparan putar tak dapat begitu saja digunakan untuk arus bolak-balik.

2.2.2 Cara Menentukan Skala


Cara menentukan skala pada alat ukur kumparan putar dapat dijelaskan melalui
grafif, yang menghubungkan persamaan antara sudut putar  dan momen penggerak T.
Sumbu horizontal menyatakan sudut putar , dan sumbu vertikal menyatakan momen
penggerak T, seperti diperlihatkan dalam gambar 2.3.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 3


Gambar 2.3 Penentuan dari penunjukan alat Gambar 2.4 Skala dari alat ukur jenis
ukur jenis kumparan putar kumparan putar

Misalkan suatu alat pengukur kumparan putar berputar melalui sudut sebesar 1,2
radian bila arus yang melaluinya sebesar 5 mA. Bila momen penggerak yang disebabkan
oleh arus-arus sebesar 1, 2, 3, 4, dan 5 mA dinyatakan sebagai T D1, TD2, TD3, TD4 dan TD5,
maka momen-momen tersebut dapat digambarkan sebagai garis-garis datar dan berjarak
sama satu dan lainnya. Momen penggerak hanya ditentukan oleh besarnya arus, dan tidak
tergantung dari sudut putar  dari penunjuk. Momen pengontrol berbanding lurus dengan
besar sudut putar, digambarkan dalam grafik sebagai garis lurus yang menghubungkan titik
mula dengan A. Bila sudut perputaran dari penunjuk dalam keadaan keseimbangan antara
momen penggerak dan momen pengontrol, pada momen penggerak dinyatakan sebagai 1,
2, 3, 4, 5, maka didapat 2 = 21, 3 = 31, 4 = 41 dan 5 = 51. Dengan demikian bila skala
dibentuk dengan membagi busur lingkaran sebesar 1,2 rad ke dalam lima bagian-bagian
yang sama, dan memberikan angka-angka pada lima bagian dari skala tersebut 0, 1, 2, 3, 4,
dan 5 seperti dalam gambar 2.4, maka arus yang melalui alat ukur ini dapat segera
dinyatakan pada harga skala di mana penunjuk berhenti, misalnya arus sebesar 5 mA
mengalir melalui alat ukur.

2.2.3 Sistem Peredaman dalam Alat Ukur Kumparan Putar


Momen penggerak dan momen pengontrol dalam alat ukur kumparan putar
mempunyai kesamaan dengan grafitas yang bekerja pada pemberat dan gaya tarik dari
pegas. Bagian yang berputar yaitu kumparan, sumbu dan alat penunjuk, akan berosilasi
pada 0, bila tidak ada momen lain yang meredamnya, yang menyebabkan penunjuk
berhenti pada 0. Pada keadaan tidak diberikannya peredaman khusus, maka momen
redaman akan terdiri dari tahanan-tahanan udara dan tahanan-tahanan-tahanan mekanis
pada kedudukan kumparan, sedangkan besar redaman ini akan kecil sehingga alat penunjuk
akan berosilasi untuk waktu yang lama. Dengan demikian diperlukan adanya peredam,
sebagai bagian dari bagian-bagian yang berputar. Dan dengan adanya momen peredam ini,
di samping momen-momen penggerak dan pengontrol, maka penunjuk akan dapat sampai
pada harga akhirnya dengan cepat. Momen peredam tersebut dihasilkan oleh alat peredam.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 4


Gambar 2.5 Peredaman alat ukur kumparan putar

Perhatikan gambar 2.5. Bila kumparan berputar, yang disebabkan oleh arus I yang
mengalir melaluinya, maka dalam kerangkanya akan timbul arus induksi. Hal ini
disebabkan karena putaran kerangka aluminium terjadi dalam medan magnet pada celah
udara, sehingga tegangan yang berbanding lurus pada kecepatan perputaran akan
diinduksikan dalam kerangka tersebut. Arah dari tegangan dapat ditentukan melalui hukum
tangan kanan dari Fleming. Tegangan ini yang menyebabkan arus induksi Id mengalir
dalam kerangka kumparan. Sebaliknya arus Id ini akan memotong fluksi magnet dalam
celah udara bila kumparan berputar, dan akan dibangkitkan momen yang berbanding lurus
dengan kecepatan putar, yang arahnya berlawanan dengan arah perputaran, hingga
berakibat menghambat perputaran. Momen ini berusaha untuk melawan perputaran.
Bila sesuatu keadaan dihadapi di mana penampang dari kerangka adalah kecil
sedangkan tahanan listriknya besar, maka Id yang akan terjadi kecil. Dalam hal ini maka
momen redam yang akan dihasilkan akan lemah, dan penunjuk akan berosilasi di sekitar
0, dan secara graduil akan menuju ke titik akhir tersebut, seperti diperlihatkan dalam
gambar 2.6 (a). Bila tahanan listrik pada kerangka kecil, maka Id akan besar, yang
menghasilkan momen peredam yang kuat pula, maka perlawanan terhadap perputaran akan
besar, dan pergerakan penunjuk tidak lagi bebas. Penunjuk akan mendekati harga akhir
secara monotonis lambat, seperti pada kurva B.

Gambar 2.6 Gerakan Jarum Penunjuk dari suatu alat ukur

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 5


Aksi peredaman yang mempergunakan prinsip-prinsip elektromagnetis ini dikenal
sebagai redaman elektromagnetis. Kurva A menyatakan peredaman kurang, sedangkan
kurva B menyatakan peredaman lebih. Waktu untuk sampai pada keadaan akhir untuk
kedua keadaan tersebut adalah lama. Suatu keadaan khusus terdapat di antara keduanya, di
mana alat alat penunjuk akan sampai pada 0 dalam waktu yang relatif singkat, seperti
dinyatakan oleh kurva C. Keadaan ini dinyatakan sebagai peredaman kritis. Waktu yang
diperlukan untuk satu perioda dalam keadaan peredaman kurang disebut perioda dari
osilasi. Untuk alat-alat ukur yang biasa dipergunakan diperlukan secepat mungkin untuk
dapat sampai pada harga akhir yang hendak dibaca, sehingga pengukuran yang benar dapat
diperoleh dengan cepat. Alat-alat ukur yang lazim dipergunakan, dibuat dengan peredaman
sedikit kurang, seperti dinyatakan pada kurva D dalam gambar 2.6 (b).

2.2.4 Konstruksi
Alat ukur kumparan putar pada dasarnya terdiri dari unit-unit penggerak, pengontrol,
dan peredam. Mempelajari konstruksi alat ukur ini serta cara memasang berbagai
bagiannya adalah lebih mudah untuk membaginya ke dalam rangkaian magnetis, bagian
berputar, skala dan sisanya.

2.2.4.1 Rangkaian Magnetis


Susunan magnet tetap yang berbeda kutub membentuk rangkaian magnetis. Dahulu
magnet itu dibuat dari baja khrom atau baja tungstram, sedangkan kini banyak yang
menggunakan logam campuran dari Alnico (misalnya Al 8%, Ni 14%, co 24%, Cu 3%, dan
sisanya Fe). Keuntungan logam campuran ini adalah kemampuan kerjanya yang baik
dengan bentuk yang kecil. Jadi rangkaian magnetis telah berubah dari bentuk konvensional
yang mempergunakan magnet permanen yang besar dan panjang, seperti diperlihatkan
dalam gambar 2.7 (a), kepada yang sangat kecil dan ringan, seperti diperlihatkan dalam
gambar 2.7 (b) sampai (d). Rangkaian magnetis pada (a), (b) atau 9c) disebut rangkaian
luar, dan pada (d) rangkaian dalam.

Gambar 2.7 Rangkaian Magnetis jenis Alat Ukur Kumparan Putar

2.2.4.2 Bagian yang Berputar


Dalam gambar 2.8 diperlihatkan bagian berputar dari alat ukur kumparan putar.
Bagian yang berputar ini berhubungan langsung dengan jarum penunjuk. Ketepatan
putaran harus sesuai dengan arus yang diukur. Kumparan putar terdiri atas kawat

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 6


penghantar yang halus dan berisolasi, digulung di sekeliling kerangka aluminium, yang
berfungsi juga sebagai alat peredam, dan bersama-sama membentuk kumparan putar. Pada
kedua ujung dari kumparan putar ini, ditempatkan sumbu-sumbu putarnya, yang
ditempatkan pada bantalan. Bila gesekan antara ujung sumbu dengan bantalannya besar,
maka bagian yang berputar tidak akan mungkin berputar secara halus, dan hasilnya adalah
penunjukan yang kurang tepat. Untuk menghindari ini, maka ujung sumbu putar dan
bantalan dibuat sedemikian rupa, dan permukaannya dibuat sangat halus. Umumnya ujung
sumbu putar dibuat dari baja yang mempunyai kekuatan mekanis tinggi, dan tidak mudah
rusak karena pemakaian. Bantalan dibuat dari batu-batuan syntetis atau kaca keras, dan
berbentuk konkap.

Gambar 2.8 Konstruksi bagian bergerak

Untuk pegas yang berbentuk spiral dari alat pengontrolnya, dipergunakan logam
campuran brons pospor (Sn 6%, P 0,5% dan Cu sisanya). Pegas ini dipergunakan pula
sebagai jalan arus yang masuk ke dalam dan keluar dari kumparan putar.
Saat ini hubungan antara ujung sumbu putar dan bantalan seperti diterangkan di atas
telah ditinggalkan. Sebagai pengganti digunakan konstruksi dengan suspensi atau
konstruksi gantungan. Instrumen pada konstruksi gantungan ini, mempunyai pegas gantung
yang berbentuk pita yang tipis dengan penampang segi empat dan dibuat dari bahan elastis.
Kumparan putar digantungkan pada pegas gantung, seperti diperlihatkan dalam gambar
2.9.
Agar pita pegas tidak mengalami lengkung yang berlebihan, karena pengaruh berat
dari kumparan putar terutama buila pita pegas ada dalam keadaan datar atau miring, maka
pita pegas mendapatkan gaya tarik yang kuat pada ujung-ujungnya. Caranya dengan
menggunakan pegas penekan. Di samping itu, penahan khusus dipakai untuk menetapkan
agar bagian yang berputar hanya mungkin mengalami perputaran kecil (ke dua arah),
sehingga dalam keadaan yang tidak disengaja yang mungkin memberikan benturan pada
bagian yang berputar (misalnya alat ukur terjatuh), maka penunjukan dari alat ukur tidak
akan salah. Pita-pita gantung berfungsi pula sebagai alat pengontrol dan pula secara
bersamaan sebagai jalan untuk arus masuk ke dan keluar dari kumparan putar. Bahan pegas
penggantung harus dipilih seperti bahan platinanikel, berylium, dan tembaga, sehingga

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 7


mampu menahan bobot kumparan putar, cukup elastis untuk memenuhi fungsinya sebagai
alat pengontrol, dan bertahanan rendah agar mampu mengalirkan arus kecil.

Gambar 2.9 Konstruksi sistem penggantung Taut-Band

Bagian yang berputar pada peralatan dengan pegas gantung ini, yang tidak
mempunyai tahanan mekanis, dapat dipergunakan sebagai alat ukur yang berketelitian
tinggi dan sangat peka. Selain itu tahan terhadap getaran, sehingga dapat dipergunakan
pada panel yang bergerak.
Penunjuk terdiri dari aneka ragam bentuk tergantung pada penggunaan alat ukur,
lihat gambar 2.10. Bentuk dalam gambar (a) digunakan untuk alat ukur dengan ketelitian
tinggi. Ujung penunjuk dibuat setipis mungkin, dan berkedudukan vertikal sesuai dengan
garis pembagi utama pada skala. Bentuk itu memungkinkan seorang pengamat yang tidak
dapat melihat kedua sisi ujung penunjuk dengan satu mata, maka ujung penunjuk dengan
skala telah berhubungan secara vertikal dalam satu garis tegak, dan bila skala dibaca dari
posisi demikian ini, maka kesalahan pembacaan yang disebut kesalahan paralaks, dapat
ditiadakan. Penunjuk yang gepeng seperti dalam gambar (b) biasanya dipergunakan untuk
alat-alat ukur yang ditempatkan pada panel-panel. Pemilihan ini lebih didasarkan pada
kemudahan untuk membaca dari jarak yang agak jauh dari pada ketelitian. Selain alat
penunjuk yang dibicarakan ini, maka untuk alat-alat ukur dengan ketelitian yang tinggi
dipakai pula penunjukan dengan berkas cahaya. Sebagai pengganti dari jarum penunjuk,
suatu titik cahaya diproyeksikan pada skala dan bergerak sesuai dengan perputaran dari
pada kaca yang ditempatkan pada kumparan putar, seperti diperlihatkan dalam gambar
2.11. Dengan cara ini diperoleh ketelitian yang sangat tinggi dan kesalahan paralaks dapat
ditiadakan.

Gambar 2.10 Bentuk Jarum Penunjuk Gambar 2.11 Alat Ukur jenis penunjukan
cahaya

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 8


2.2.4.3 Skala
Skala dari alat ukur kumparan putar berbentuk serasi dan skala demikian ini dibentuk
sebagai skala yang mempunyai jarak yang sama. Pada skala uniform terdapat kemungkinan
untuk membaca sebagian dari pembagian yang minimal dengan cara melihatnya dengan
mata. Dengan demikian setelah beberapa titik pada skala ditentukan, maka titik-titik
lainnya dengan mudah dapat ditemukan dengan cara interpolasi.
Sebagai salah satu cara untuk mengeliminasikan kesalahan paralaks pada alat-alat
ukur yang mempunyai ketelitian tinggi, maka kaca ditempatkan sejajar dengan skala,
seperti diperlihatkan dalam gambar 2.12 (a), dan penempatan mata untuk membaca
sehingga alat penunjuk dan bayangannya berada pada cermin dan menjadi satu dengan
lainnya. Pada beberapa alat ukur yang akan ditempatkan pada penel-panel, maka untuk
mengurangi kesalahan pembacaan (kesalahan paralaks), jarum penunjuk dan skala
pembacaan ditempatkan pada bidang yang sama, seperti diperlihatkan dalam gambar 2.12
(b).

Gambar 2.12 Skala dan pelat skala suatu alat ukur

2.2.4.3 Alat Ukur sudut lebar


Alat ukur yang akan ditempatkan pada penel-panel diharapkan dengan ukuran yang
kecil, sehingga tidak begitu memerlukan tempat. Akan tetapi di dalam alat-alat ukur
demikian, maka skalanya menjadi lebih pendek, dan akan menjadi lebih sulit untuk
membaca indikasi yang diberikan oleh alat penunjuk. Untuk memungkinkan pembacaan
yang lebih teliti, maka skala perlu diperpanjang dan hal ini dapat dicapai dengan teknik
yang tertentu. Seperti diperlihatkan dalam gambar 2.13, suatu alat ukur dibuat dengan
bentuk rangkaian magnetis yang khusus, dan alat-alat putarnya mempunyai suatu skala
yang panjang dalam bentuk suatu busur lingkaran yang membentuk suatu sudut lebih
kurang 270O. Alat ukur demikian dinamakan alat ukur dengan sudut lebar.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 9


Gambar 2.13 Alat Ukur dengan sudut penunjuk yang lebar

2.2.5 Pengukur Amper Kumparan Putar


Alat ukur kumparan putar pada dasarnya adalah alat pengukur arus atau pengukur
amper. Arus yang dapat dialirkan melalui kumparan putar dibatasi kurang lebih di bawah
30 mA, karena alat-alat putarnya tidak bisa terlalu berat, maka kawat-kawat penghantar
dari kumparan tidak bisa terlalu tebal.

Gambar 2.14 Bentuk dari Ampermeter jenis kumparan putar

Dengan demikian maka hanya untuk alat-alat ukur Amper yang mempunyai harga
skala maksimum, yaitu harga yang maksimum dapat diukur oleh pengukur amper, yang
lebih kecil dari kira-kira 30 mA, arus I yang akan diukur akan mungkin dialirkan secara
langsung pada kumparan putar, seperti diperlihatkan dalam gambar 2.14. Pada beberapa
alat ukur amper skala maksimum tersebut mungkin hanya beberapa mikroAmper.

2.2.5.1 Alat Pengukur Amper untuk arus-arus besar


Untuk membuat satu pengukur amper yang mempunyai harga skala maksimum lebih
besar dari kira-kira 30 mA, maka suatu tahanan R2 dihubungkan paralel pada kumparan
putar, seperti ditunjukkan dalam gambar 2.15, untuk mencegah arus-arus di atas dari 30
mA masuk ke dalam kumparan putar. Tahanan yang demikian biasa disebut “tahanan
shunt”.

Gambar 2.15 Ampermeter dengan rangkaian shunt

Bila tahanan keseluruhan dari pada kumparan putar dan pegas-pegas pengontrol
yaitu tahanan-tahanan dari alat-alat berputar disebut sebagai R1, dan arus yang diukur
sebagai I, sedangkan arus yang masuk ke dalam kumparan sebagai I’, maka akan didapat
persamaan sebagai berikut :

I = mI’ (2-5)

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 10


R1  R2
m= (2-6)
R2

di mana m adalah harga multiplikasi atau faktor perkalian dari tahanan shunt dan
dinyatakan dalam persamaan (2-6) di atas. Jadi meskipun arus yang sebenarnya masuk ke
dalam kumparan putar adalah I’, namun harga skala yang diberikan sesuai dengan arus I,
sehingga terdapat kemungkinan di dalam alat ukur yang mempergunakan tahanan shunt ini
untuk mengukur arus sebesar m x lebih besar. Dengan cara demikian, dimungkinkan untuk
membuat alat pengukur amper dengan harga skala di atas 30 mA.

2.2.5.2 Tahanan Shunt untuk arus-arus besar


Tahanan shunt untuk arus-arus besar berukuran besar pula dan membangkitkan
panas. Untuk tahanan shunt bagi arus-arus 30 mA atau lebih, sebaiknya tidak ditempatkan
di dalam kotak pengukur amper bersama dengan bagian-bagian lainnya, tetapi
dihubungkan dari luar. Tahanan shunt yang ditempatkan di luar tersebut, mempunyai
penghubung-penghubung untuk arus dan tegangan seperti diperlihatkan dalam gambar
2.16.

Gambar 2.16 Shunt dipasang di luar

Arus yang akan diukur dialirkan melalui penghubung-penghubung arus, dan


peralatan yang terdiri dari jaringan-jaringan dihubungkan kepada penghubung-penghubung
potensial. Dalam banyak hal tahanan shunt dibuat sedemikian rupa, sehingga bila arus yang
diperuntukkannya mengalir melalui penghubung-penghubung arusnya.

2.2.6 Pengukur Volt Kumparan Putar


Alat ukur Volt didapatkan dengan cara menghubungkan suatu tahanan seri pada
kumparan putar dari alat-alat ukur amper, seperti diperlihatkan dalam gambar 2.14, di mana
arus secara langsung masuk ke dalam kumparan putar. Tahanan yang demikian biasa
disebut “tahanan shunt”.

Gambar 2.17 Prinsip Voltmeter jenis kumparan putar


Bila tahanan dari kumparan putar adalah R1 dan tahanan dari pada tahanan seri yang
ditempatkan bersamanya adalah R2 seperti diperlihatkan dalam gambar 2.17, dan misalkan

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 11


bahwa suatu tegangan V yang hendak diukur ditempatkan pada ujung-ujung dari pengukur
volt, maka arus I akan mengalir melalui kumparan putar, diberikan oleh persamaan berikut
:
V = (R1 + R2) I (2-7)
dengan demikian, penunjukan bila arus yang melalui kumparan adalah I, maka pada skala
harus dinyatakan sebagai V.

2.2.6.1 Tahanan Seri untuk tegangan besar


Harga dari tahanan seri harus dipilih sedemikian rupa, sehingga bila pengukur volt
dipakai untuk tegangan yang diperuntukkannya, maka arus yang mengalir dalam kumparan
putar adalah juga arus yang diperuntukkannya. Biasanya tahanan seri yang dimaksud telah
ada di dalam alat ukur volt bersama dengan bagian-bagian lainnya. Bila alat pengukur volt
tersebut dipergunakan untuk mengukur tegangan sekitar 1000 Volt atau lebih tinggi,
sehingga tahanan seri tersebut sedemikian besarnya dan memungkinkan membangkitkan
panas yang akan sukar diisolasikan, maka sebaiknya tahanan seri tersebut ditempatkan di
luar dari alat ukur.

2.2.6.2 Alat Pengukur Volt-Amper


Pada pemakaian-pemakaian sederhana telah diproduksi suatu alat pengukur yang
dapat dipergunakan untuk pengukuran volt maupun maupun pengukuran amper, pada
berbagai macam batas ukur, dengan mempergunakan satu kumparan putar yang
ditempatkan pada satu kotak. Alat ukur demikian ini pada dasarnya adalah alat ukur
kumparan putar yang dilengkapi dengan sejumlah tahanan-tahanan seri maupun tahanan-
tahanan shunt, yang menentukan batas-batas ukurnya, dan kemudian ujung-ujungnya
ditempatkan di luar, sehingga dapat dipergunakan dengan memilih batas-batas ukur
tertentu.

Gambar 2.18 Voltmeter dengan banyak daerah pengukuran

Dalam gambar 2.18 diperlihatkan satu contoh dari alat ukur ini yang memperlihatkan
kemungkinan untuk memilih 17 batas ukur tegangan maupun arus, dan cara pemakaian

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 12


hanya dilakukan secara sederhana, dengan memilih tombol-tombol tertentu. Dalam gambar
ini diperlihatkan suatu pemilihan dari tegangan dengan batas ukur yang mempunyai harga
skala maksimal sebanyak 10 Volt.
2.3 Alat Ukur Jenis Penyearah
Gerak d’Arsonval memberi tanggapan (respons) terhadap nilai arus rata-rata
(avarage) atau arus searah (dc) melalui kumparan putar. Jika gerakan tersebut membawa
arus bolak-balik selama siklus positif dan negatif, torsi penggerak akan positif selama
setengah perioda, dan negatif (berlawanan arah) selama setengah perioda berikutnya. Jika
frekuensi arus bolak-balik sangat rendah jarum akan berayun ke kiri ke kanan sekitar titik
nol sepanjang skala. Pada frekuensi-frekuensi yang lebih tinggi, inersia kelembaman)
kumparan begitu besar, sehingga jarum tidak dapat mengikuti pergantian arah torsi yang
cepat sehingga dia berayun-ayun sekitar nol sambil bergetar ringan.
Untuk mengukur arus bolak-balik dengan gerakan d’Arsonval, salah satu cara adalah
menyearahkan atau mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah sehingga arus yang
diarahkan (diratakan) tersebut dapat menyimpangkan kumparan.
Instrumen-instrumen jenis penyearah umumnya menggunakan sebuah gerak PMMC
(permanent magnet moving-coil mechanicm) atau jenis kumparan putar digabung dengan
rangkaian penyearah. Elemen penyearah biasanya terdiri dari dioda germanium atau
silikon.
Alat ukur dari kumparan putar akan menunjuk terhadap arus searah, tetapi tidak akan
menunjuk pada arus bolak-balik. Dengan demikian maka alat ukur penunjuk dari kumparan
putar yang dimaksudkan akan memberikan bentuk-bentuk gelombang seperti terlihat pada
tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Beberapa bentuk gelombang arus bolak-balik

Di samping kebesaran-kebesaran tersebut, maka faktor bentuk dan faktor puncak


yang didefensikan pula dalam persamaan-persamaan berikut :
harga efektif
Faktor bentuk =  (2-8)
harga rata-rata

harga puncak
Faktor puncak =  (2-9)
harga efektif

Dengan defenisi tersebut, maka bentuk gelombang arus bolak-balik dapat


dibayangkan secara kasar dengan harga-harga numerik. Misalkan bila bentuk gelombang
tersebut berbentuk sinus.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 13


Im/ 2
Faktor bentuk =  1,11 (2-10)
2 Im / 
Im
Faktor puncak =  1,41 (2-11)
Im/ 2
2.3.1 Prinsip Kerja
Seperti diperlihatkan dalam gambar 2.19 (a). Dua penyearah arus dan dua tahanan
dihubungkan sehingga merupakan suatu lingkaran, dan alat ukur ampermeter dari jenis
kumparan putar dihubungkan di antara dua titik hubung antara penyearah arus dan tahanan.
Kemudian dua penghantar tipe penghubung ke penyearah arus dan tahanan, ke tahanan,
sumber tegangan yang akan diukur dihubungkan diantaranya.
Bila dalam rangkaian ini tegangan bolak-balik yang berbentuk sinus ditempatkan,
seperti dalam gambar 2.19 (b), maka pada waktu setengah perioda di mana tegangan V
adalah posistif, penyearah arus D1 mendapatkan tegangan ke arah depan akan tetapi
penyearah arus D2 mendapatkan tegangan ke arah kebalikannya, sehingga arus I yang
sebanding dengan V akan mengalir melalui D1, tetapi tidak ada arus yang mengalir melalui
D2. Dengan demikian maka arus I0 dari kira-kira setengah dari harga I melalui alat pengukur
arus sesuai dengan arah panah. Dalam waktu berikutnya yaitu pada waktu setengah perioda
di mana tegangan V adalah negatif, maka keadaan adalah sebaliknya dan D2 mendapatkan
tegangan ke depan, sedangkan D1 pada arah sebaliknya, sehingga arus I yang berbanding
lurus dengan tegangan melalui D2, tetapi tidak ada arus yang mengalir melalui D1. Dengan
demikian maka arus I0 dari kira-kira setengah dari harga I akan mengalir melalui arah yang
sama seperti pada setengah perioda sebelumnya. Jadi bila proses ini diulangi berulang kali,
maka akan menghasilkan arus yang melalui alat pengukur amper yang mempunyai bentuk
seperti diperlihatkan dalam gambar 2.19 (c). Dengan menggunakan matematika yang agak
lanjut, maka dapat diperlihatkan bahwa arus yang diarahkan penuh dalam suatu perioda,
akan mempunyai suatu komponen arus searah I0 dan yang terakhir ini sama dengan harga
rata-rata dari I. Di samping arus searah I0 ini, maka akan terdapat pula berbagai harmonis
tingkat tinggi dengan frekuensi 2f, 4f dan sebagainya, bila f adalah frekuensi dari V.

Gambar 2.19 Prinsip kerja alat ukur jenis penyearah

Alat ukur dari kumparan putar akan menunjuk terhadap arus searah, tetapi tidak akan
menunjuk pada arus bolak-balik. Dengan demikian maka alat ukur penunjuk dari kumparan
putar yang dimaksudkan, menunjukan I0 seperti terlihat pada tabel 2.1 di atas.
Arus bolak-balik yang berbentuk sinus, akan mempunyai harga rata-rata yang sama
dengan arus yang diarahkan selama satu perioda penuh. Ini berarti bahwa penunjukan dari
alat pengukur dengan pengarah arus akan ditentukan oleh harga rata-rata dari tegangan

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 14


bolak-balik atau arus bolak-balik yang diukur. Dalam pemakaian alat-alat ukur arus bolak-
balik yang paling banyak dipergunakan adalah untuk penunjukan harga efektifnya. Dengan
demikian maka skala dari alat ukur dengan pengarah arus yang dikalibrasikan dengan
penunjukan dari alat ukur kumparan putar, pada dasarnya harus dikalikan dengan faktor
1,11 untuk memenuhi persyaratan tersebut, dan faktor ini tidak lain adalah faktor bentuk
untuk gelombang-gelombang sinus.

2.3.2 Ampermeter dan Voltmeter Jenis Penyearah


Penyearah di dalam instrumen kadang-kadang terdiri dari empat dioda dalam bentuk
rangkaian jembatan dan menghasilkan penyearahan gelombang penuh. Gambar 2.20
menunjukan sebuah rangkaian alat ukur untuk arus bolak-balik yang terdiri dari tahanan
pengali, penyearah rangkaian jembatan, dan gerak PMMC.

Gambar 2.20 Alat ukur ac penyearah gelombang penuh

Penyearah rangkaian jembatan menghasilkan arus searah yang bergetar (pulsasi)


melalui gerak meter (PMMC) selama satu siklus penuh dari tegangan masukan. Karena
inersia dari kumparan putar, alat ukur akan menunjukan suatu defleksi mantap yang
sebanding dengan nilai arus rata-rata. Arus dan tegangan bolak-balik biasanya dinyatakan
dalam nilai rms (root mean square) atau nilai efektif, maka skala alat ukur dikalibrasi dalam
nilai rms gelombang sinus.

2.4 Alat Ukur Thermokopel


Dalam gambar 2.21, dua logam yang berlainan dihubungkan pada ujung-ujungnya J1
dan J2 sehingga membentuk suatu rangkaian. Bila suatu perbedaan temperatur T 2 – T1
terdapat antara kedua titik hubung dari rangkaian ini, maka suatu gaya gerak listrik
dibangkitakan dalam rangkaian tersebut yang memungkinkan arus mengalir di dalamnya.
Elemen yang demikian ini disebut thermocouple dan gaya gerak listrik yang dibangkitkan
disebut daya gerak gaya listrik thermis (GGL thermis).

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 15


Gambar 2.21 Prinsip dari thermokopel

Alat ukur thermocouple di atas mengkonversikan arus bolak-balik atau arus searah
atau pula tegangan, yang akan diukur, menjadi tegangan searah dan diukr melalui alat ukur
kumparan putar.

2.4.1 Prinsip Kerja


Dengan menggunakan material yang mempunyai tahanan tinggi, buatlah kawat
pemanas yang lurus, seperti diperlihatkan dalam gambar 2.22 (a), dan tempatkanlah salah
satu titik hubung dari thermocouple kepada titik tengah dari pada elemen pemanas tersebut.
Hubungkan alat ukur miliVolt arus searah antara kutub-kutub A dan B dari thermocouple.
Adalah suatu kenyataan bahwa dalam pembangkitan dari GGL thermis, bahwa di antara
tiga logam yang berlainan dihubungkan satu sama lain dan membentuk suatu rangkaian
seperti ditunjukan dalam gambar 2.22 (b), ataupun bila ditambahkan logam yang ke empat
yang membagi logam yang ketiga menjadi dua seperti dalam (c), maka GGL thermis yang
sama seperti dalam gambar 2.21 dibangkitkan dalam rangkaian tersebut, bila titik-titik
hubung J’1 dan J”2, ditempatkan pada temperatur yang sama T2 dan titik hubung J1 pada
temperatur T1.

Gambar 2.22 Prinsip suatu alat ukur jenis thermokopel

Dalam gambar 2.22 (a), kejadian ini dipergunakan untuk membuat titik hubung J’ 1
dan J”2 sebagai pengganti titik hubung J2 dan memungkinkan penempatan suatu alat ukur
miliVolt di dalam rangkaian dari thermocouple. Misalkan sekarang bahwa arus searah I
dialirkan melalui elemen pemanas. Elemen pemanas akan membangkitkan panas dengan
memakai daya yang berbanding dengan I2 . Bila jumlah panas yang dibangkitkan ini
dinyatakan dengan H, maka temperatur dari titik tengah dari elemen pemanas akan menaik
dari temperatur kamar T2 ke T1 sebanding dengan H, dan akan menyebabkan bahwa

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 16


temperatur dari titik hubung J1 dari themocouple akan pula menaik. Dengan demikian maka
akan terdapat :
T1 – T2 = K1 I2 (2-12)
Di mana K1 merupakan suatu konstanta. Temperatur dari titik hubung lainnya J 2
ditempatkan pada kira-kira sama dengan temperatur ruangan, sehingga thermocouple akan
membangkitkan GGl thermis E, dan ini dapat dinyatakan sebagai :
E = K2 (T1 – T2) (2-13)
yang sebanding dengan (T1 – T2) dan di mana K2 adalah suatu konstanta. Dari persamaan
(2.12) dan (2.13), maka hubungan antara tegangan dan arus yang akan diukur didapat
sebagai berikut :
E = K1 K2 I2 (2-14)
Jadi dengan mengukur E yaitu tegangan yang dibangkitkan dalam thermocouple dengan
alat pengukur miliVolt, maka I dapat diukur.
Kemudian dimisalkan bahwa arus bolak-balik I yang mempunyai harga efektif
dialirkan melalui elemen pemanas. Elemen pemanas akan membangkitkan panas dengan
mempergunakan daya yang berbanding lurus dengan I2. Dengan demikian bila sebagai
contoh dimisalkan bahwa I adalah arus bolak-balik yang mempunyai bentuk gelombang
sinus, maka panas yang akan dibangkitkan sebagai fungsi dari waktu seperti diperlihatkan
dalam gambar 2.23. Apabila suatu masa dipanaskan, maka temperaturnya tidak akan
berubah segera, tetapi akan berubah secara graduil tergantung dari pada sifat-sifat
thermisnya dan bentuknya sehingga mencapai suatu harga. Bila sejumlah panas yang
dibangkitkan oleh elemen pemanas berubah secara sinus, maka temperatur dari elemen
tidak menurut perubahan dari H, akan tetapi akan menaik sebanding dengan harga rata-rata
Ha dari jumlah panas yang dibangkitkan di satu perioda dari gelombang sinus apabila
perioda ini kecil. Ha adalah berbanding lurus dengan kuadrat dari harga rata-rata I, yaitu
Ie2. Sesuai dengan keadaan bila arus searah mengalir melalui elemen pemanas, maka GGL
thermis E akan dibangkitkan dan memenuhi persamaan berikut :
E’ = K1 K2 Ie2 (2-15)

Gambar 2.23 Banyaknya panas yang ditimbulkan oleh pemanas

Jadi dengan mengukur E’ melalui suatu alat ukur miliVolt arus searah, maka harga
efektif Ie dari arus bolak-balik I diukur. Perlu dicatat bahwa bila Ie adalah sama dengan I

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 17


dalam persamaan (2-15), dan E’ adalah sama dengan E pada persamaan (2-14). Ini berarti
bahwa alat ukur dengan thermocouple akan menunjukan harga yang sama untuk arus searah
dan arus bolak-balik yang mempunyai harga efektif sama dengan arus searah tersebut.
Dengan demikian alat ukur thermocouple adalah alat ukur yang universal untuk arus bolak-
balik dan arus searah dan tidak dipengaruhi oleh bentuk gelombang dari pada arus yang
akan diukur.

2.4.2 Alat Ukur Amper dan Volt


Alat-alat ukur amper dari tipe thermocouple yang terdapat mempunyai harga skala
maksimum berkisar antara 5 mA sampai dengan 1 A. Elemen pemanasnya yang dibuat
pendek dan halus dari penghantar yang mempunyai tahanan yang tinggi, tidak terlalu
dipengaruhi oleh frekuensi. Dengan demikian maka penunjuknya tidak akan banyak
berbeda bila dipergunakan mulai dari arus searah frekuensi-frekuensi radio. Jadi alat
pengukur amper ini dapat dipergunakan oleh arus searah dan arus bolak-balik yang berkisar
dari 3 Hz sampai 5 MHz.

Gambar 2.24 Thermokopel hampa (vacuum thermocouple)

Alat pengukur volt dari tipe thermocouple dibuat dengan menghubungkan suatu
tahanan khusus yang dibuat dari carbon secara seri dengan vacuum thermocouple. Arus
pemanasnya biasanya dibuat untuk kira-kira 10 mA. Alat pengukur Volt ini biasanya
mempunyai harga skala maksimum antara 10-150 V, dan dapat dipergunakan untuk arus
searah dan arus bolak-balik dari frekuensi beberapa Hz sampai 100 kHz. Alat ukur dengan
thermocouple sangat peka terhadap arus lebih. Skala dari alat ukur Amper dan Volt
dikalibrasikan pada jarak-jarak yang berbanding lurus terhadap kuadrat dari arus dan
tegangan, disebabkan karena tegangan yang diinduser secara thermis berbanding lurus
dengan kuadrat arus yang melalui elemen pemanas.

2.5 Alat Ukur Besi Putar


Alat-alat ukur dengan besi putar adalah termasuk jenis alat-alat ukur yang
menghasilkan momen geraknya langsung dari kebesaran-kebesaran arus bolak-balik yang
akan diukur. Arus yang akan diukur melalui kumparan yang tetap dan menyebabkan
terjadinya medan magnet. Potongan besi ditempatkan di medan magnet tersebut dan
menerima gaya elektromagnetis. Alat ukur dari tipe besi putar ini adalah sederhana dan
kuat dalam konstruksi, murah, sehingga penggunaannya sangat besar sebagai alat pengukur
untuk arus dan tegangan pada frekuensi-frekuensi yang dipakai pada jaringan distribusi.
Keuntungan lain adalah alat ini dapat dibuat sebagai alat pengukur yang mempunyai sudut
yang sangat besar.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 18


2.5.1 Prinsip Kerja
Gaya elektromagnetis dapat dibangkitkan dengan berbagai cara, dan ada dua cara
yang mendapatkan pemakaian sangat besar pada saat ini. Seperti diperlihatkan dalam
gambar 2.25 berikut, yaitu :

Gambar 2.25 Prinsip suatu alat ukur jenis besi putar


(a) Cara tolak menolak : Seperti yang diperlihatkan dalam gambar 2.25 (a), sepasang besi
lunak ditempatkan di dalam kumparan yang tetap, satu dari padanya tidak dapat
bergerak, sedangkan yang lain ditempatkan agar bebas bergerak melalui suatu sumbu.
Besi yang disebutkan pertama dikenal sebagai besi tetap, sedangkan yang kedua
dikenal sebagai bergerak. Bila arus I yang akan diukur dialirkan melalui kumparan
yang tetap ini, maka kumparan tersebut menghasilkan medan magnet yang berbanding
lurus dengan besar arus dan mempunyai arah sejajar dengan sumbu pergerakan. Kedua
besi yang tetap dan bergerak dimagnetisir dan besarnya adalah berbanding lurus
dengan arus I dengan arah magnetisasi yang sama. Dengan demikian, maka akan
terdapat bahwa kutub-kutub yang sama, yaitu utara dengan utara, atau kutub selatan
dengan selatan akan lebih berdekatan bila dibandingkan dengan antara kutub-kutub
utara dan selatan. Akibatnya adalah bahwa terjadi tolak menolak, dengan daya yang
berbanding lurus dengan kuadrat dari arus, dan memberikan kepada sumbu pergerakan
suatu rotasi, sehingga menghasilkan suatu momen gerak
(b) Kombinasi antara atraksi dan tolak menolak : Seperti diperlihatkan dalam gambar 2.25
(b), dua pasang kepingan-kepingan besi yang terdiri dari besi yang tetap dan besi yang
bergerak ditempatkan pada jarak yang tertentu. Bila sudut putar dari sumbu putarnya
adalah kecil, maka susunan ini bekerja seperti cara tolak menolak, tetapi bila sudut
putarnya menjadi lebih besar maka masing-masing akan bekerja agak lain. Dalam
keadaan ini maka gaya tarik menarik mulai akan berpengaruh yang disebabkan oleh
adanya kutub-kutub yang berlawanan arahnya, sehingga menyebabkan pengurangan
dari pada gaya tolak menolak yang disebabkan oleh adanya kutub-kutub yang
bersamaan.

Untuk tipe alat-alat ukur seperti digambarkan di sini, maka momen geraknya seperti
ditunjukkan pada persamaan berikut :

i 2  I m sin 2 2ft 
2

I m  I m cos2  2ft 
1 2 1 2
 (2-16)
2 2
Dalam persamaan tersebut i adalah arus yang berbentuk gelombang sinus yang dinyatakan
oleh Im sin 2ft. Persamaan ini dapat pula dinyatakan dalam bentuk grafik dari i2 seperti
misalnya dalam gambar 2.23. Seperti telah dijelaskan dalam alat ukur kumparan putar,

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 19


maka bagian yang berputar dari besi putar tidak akan dapat mengikuti bagian dari pada
momen gerak yang berubah dengan frekuensi bila frekuensi tersebut di atas 10 Hz,
sehingga sudut pergeserannya akan ditentukan oleh komponen dari momen gerak yang
berbanding lurus dengan harga arus konstan, yaitu sama dengan kuadrat dari Im.
Jadi dengan demikian, maka bagian yang berputar akan digerakkan oleh momen
gerak yang dinyatakan sebagai TD = KIm2, di mana K adalah suatu konstanta, sehingga
dengan demikian skala alat ukur dari tipe besi putar adalah skala kuadratis. K akan dapat
berubah secara tertentu dengan rotasi dari bagian yang berputar, dan hal ini dapat dicapai
dengan memberikan bentuk-bentuk yang tertentu pada besi putarnya. Mengingat sifat ini,
maka koefisien K menjadi suatu fungsi dari besar sudut putar dan dapat dinyatakan sebagai
K() sehingga momen gerak dari alat ukur dari tipe besi putar dapat dinyatakan sebagai
berikut :
TD = K() Im2 (2-17)

Gambar 2.26 Penentuan skala suatu alat ukur jenis besi putar
Di samping itu maka momen pengontrol yang dibangkitkan oleh pegas,
pengontrolnya berbanding lurus dengan sudut putar dari bagian-bagian yang berputar. Jadi
dengan memilih konstanta putar K(), maka akan memungkinkan membuat TD berbanding
lurus dengan Im, sehingga suatu skala yang rata akan dapat dipergunakan seperti
diperlihatkan dalam gambar 2.26 (a). Dalam prakteknya disebabkan oleh daerah-daerah
sudut perputaran yang kecil, yaitu dekat titik nolnya K() tidak bisa dibuat cukup besar,
maka skalanya akan menjadi seperti diperlihatkan dalam gambar 2.26 (b), di mana di
daerah dekat pada titik nolnya jarak-jarak antara skala menjadi sangat berkurang. Suatu alat
ukur yang mempunyai skala yang rata atau hampir rata adalah lebih mudah dipergunakan
dari pada alat-alat ukur yang mempunyai skala kuadratis.

2.5.2 Alat-alat Peredam


Untuk kepentingan peredaman pada alat ukur jenis besi putar, seperti diperlihatkan
dalam gambar 2.27 (a) dipergunakan pada masa-masa yang lalu. Alat-alat peredam ini
terdiri dari kepingan peredam aluminium yang ditempatkan pada sumbu putarnya dan
ditempatkan pada tempat yang berbentuk sektor. Kalau kepingan tersebut berputar
bersamaan dengan sumbu putar, maka momen peredam akan terjadi yang disebabkan oleh

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 20


adanya tahanan udara. Pada masa kini, maka alat-alat peredam yang bekerja atas dasar arus
putar seperti diperlihatkan dalam gambar 2.27 (b) banyak dipakai. Peredam ini terdiri dari
kepingan logam yang ditempatkan secara tegak lurus pada sumbu putar, dan berada dalam
medan magnet yang dibangkitkan oleh suatu magnet permanen.
Bila sumbunya mengalami perputaran, maka arus putar akan terjadi di dalam
kepingan logam dan arus putar ini dengan medan magnet permanen akan mengakibatkan
terjadinya momen redaman. Besar momen redaman ini adalah berbanding lurus dengan
kecepatan putar dan mempunyai arah berbalik dengan arah putar. Dalam gambar 2.27 (c)
memperlihatkan susunan dari suatu alat ukur tipe besi putar yang sering digunakan.

Gambar 2.27 Alat peredam suatu alat ukur jenis besi putar

2.5.3 Alat Ukur Amper dan Volt


Alat-alat ukur amper dari tipe besi putar tidak memerlukan arus yang harus dialirkan
kepada bagian-bagian yang berputar. Alat ukur amper dari tipe ini dapat dibuat untuk
harga-harga skala maksimum mulai dari 20 mA sampai dengan kira-kira 100 A. Bila harga
skala yang maksimum yang lebih kecil akan dicoba, maka akan memerlukan jumlah lilitan
yang lebih banyak dan dengan demikian mungkin akan meningkatkan tahanan dalam dari
alat pengukur amper tersebut sedemikian rupa, hingga kurang memenuhi persyaratan-
persyaratan untuk suatu pengukur arus.
Alat ukur volt dibuat dengan menghubungkan kumparan-kumparan yang tetap
tersebut dengan suatu tahanan seri. Kebanyakan sari pada alat-alat ukur dari tipe ini
mempunyai harga-harga skala maksimum dari 15 sampai kira-kira 600 Volt.

2.5.4 Karakteristik-karakteristik
Karakteristik yang penting dari alat-alat ukur tipe besi putar adalah dipengaruhi oleh
medan magnet luar, pengaruh frekuensi, dan pengaruh dari histerisa magnetis. Pada
pengaruh medan magnet luar, karena suatu kumparan yang tetap tidak dapat
membangkitkan suatu medan magnet yang kuat, maka kesalahan-kesalahan akan mungkin
terjadi oleh medan magnet luar. Untuk mencegah ini, maka seluruh kumparan ditempatkan
dalam suatu kotak besi yang mempunyai fungsi sebagai suatu tameng magnet.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 21


Dalam penggunaan sebagai alat pengukur amper, maka bila frekuensi yang akan
diukur adalah tinggi, maka arus-arus putar yang akan terjadi dalam logam-logam yang
dekat kepada kumparan tetap, mungkin menjadi besar. Suatu medan magnet yang dijadikan
oleh arus-arus putar tersebut akan membangkitkan kesalahan-kesalahan, karena medan
magnet ini akan melemahkan medan magnet yang akan bekerja pada besi-besi putar, dan
dengan demikian mempengaruhi momen geraknya.
Pada penggunaan sebagai alat pengukur volt, maka bila frekuensi dari tegangannya
adalah tinggi, maka perubahan dalam arus yang akan melalui kumparan putar adalah lebih
penting dari pada pengaruh arus-arus putar seperti dimaksudkan di atas. Perubahan dari
pada arus ini terutama disebabkan oleh perubahan induktansi dari kumparan putar tersebut.
Seperti diperlihatkan dalam gambar 2.28, dimisalkan bahwa jaringan dari rangkaian alat
ukur volt dibentuk dari suatu induktansi L dari kumparan tetap, dan tahanan R dari tahanan
seri, maka bilaa tegangan V yang akan diukur adalah berbentuk gelombang sinus arus
bolak-balik dengan frekuensi f, dan mempunyai harga efektif v maka impedansi Z dari
rangkaian ini menjadi sebagai berikut :
Z  R  j 2fL

 2fL  1 2fL
2

 R 1    tan (2-18)
 R  R

Gambar 2.28 Impedansi dalam dari suatu alat ukur jenis besi putar

Bila harga efektif dari arus yang mengalir ke dalam kumparan putar dinyatakan
sebagai dengan I, maka besar dari pada I ini dinyatakan dengan persamaan berikut :
V
I (2-19)
 2fL 
2

R 1  
 R 

maka I akan menurun bila frekuensinya menaik seperti dinyatakan dalam persamaan (2-
19). Hal ini dinyatakan sebagai pengaruh dari frekuensi kepada impedansi dari alat
pengukur volt.

Gambar 2.29 Kompensasi untuk karakteristik frekuensi

Apabila dihubungkan suatu kondensator paralel dengan tahanan seri seperti


diperlihatkan dalam gambar 2.29, sehingga impedansi dalam alat pengukur volt mungkin
tidak akan dipengaruhi oleh frekuensi. Dalam hal ini maka impedansi dalam dari alat
pengukur volt diberikan sebagai berikut :

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 22


1
Z  R  r  j 2fL 
1
 j 2fC
r

r
 R  r  j 2fL 
1  j 2fC

dari persamaan ini bila 2fC << 1 dan (2fC)2 dapat diabaikan terhadap 1 maka :
1
1  j 2fC
1  j 2fC

dan dengan demikian maka Z dapat ditulis sebagai berikut :


Z  R  j 2f L  Cr 2 
jadi bila C dipilih sehingga memenuhi persyaratan L = Cr2 maka :
Z=R
(2-20)

yang berarti bahwa Z dan kemudian I tidak akan dipengaruhi oleh frekuensi.

Gambar 2.30 Pengaruh dari hysterisis magnet

Selain itu pada prinsipnya alat ukur tipe besi putar dapat dipergunakan untuk arus
bolak-balik maupun arus searah sesuai dengan alat ukur thermocouple. Tetapi untuk
penggunaan arus searah, kesalahan-kesalahan akan terjadi yang disebabkan oleh karena
kondisi-kondisi magnetisasi dari besi akan berbeda, hal ini disebabkan oleh adanya
kerugian-kerugian histerisa dari besi seperti yang diperlihatkan dalam gambar 2.30, bila
arus kumparannya dinaikkan atau diturunkan. Oleh karena itu alat ukur dari tipe besi putar
biasanya tidak dipakai pada arus searah, kecuali adanya penggunaan bahan besi yang
mempunyai rugi-rugi histerisa yang sangat kecil.

2.6 Alat Ukur Elektrodinamis


Bila magnet permanen dari alat ukur kumparan putar diganti dengan kumparan yang
tetap, dan arus dimungkinkan untuk dialirkan melalui kedua kumparan tersebut yaitu yang

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 23


tetap dan bergerak, maka akan terdapat suatu konfigurasi dasar alat ukur dari tipe
elektrodinamis. Momen geraknya akan didapat sebagai interaksi dari pada kedua medan,
yaitu medan magnet yang dibuat oleh kumparan yang tetap, dan medan magnet yang
didapat dari kutub yang dapat berputar.
Alat ukur tipe elektrodinamis ini dapat dipergunakan untuk arus bolak-balik, atau
arus searah, dan dapat dibuat dengan presesi yang baik, dan telah pula banyak digunakan
di masa-masa yang lalu. Akan tetapi karena pemakaian daya sendirinya tinggi; sedangkan
alat-alat ukur dari tipe thermocouple atau alat-alat ukur dari tipe besi putar telah dapat pula
dibuat dengan presesi yang tinggi, maka pada saat ini alat ukur tipe elektrodinamis kurang
sekali dipergunakan sebagai alat ukur amper maupun volt. Tetapi penggunaannya masih
sangat luas sebagai alat ukur pengukur daya atau lazim disebut pengukur Watt.

2.6.1 Prinsip Kerja


Seperti diperlihatkan dalam gambar 2.31, suatu kumparan putar M ditempatkan di
antara kumparan-kumparan tetap F1 dan F2. Bila arus i1 melalui kumparan yang tetap dan
arus i2 melalui kumparan yang berputar, maka kepada kumparan yang berputar, akan
dikenakan gaya elektromagnetis, yang berbanding lurus dengan hasil kali i1 dan i2.
Misalkan sekarang bahwa kumparan putar terdapat dalam medan magnet hampir-hampi
rata yang dihasilkan oleh kumparan-kumparan tetap.

Gambar 2.31 Prinsip suatu alat ukur jenis elektrodinamis

Bila kumparan putar dalam suatu keadaan yang tertentu, telah mengalami perputaran
sebesar  dari posisi nol dari skala, maka besar dari momen gerak pada saat tersebut
diberikan sebagai :
k1i1i2 cos   
dengan k1 sebagai konstanta. Karena momen pengontrol biasanya diberikan oleh pegas,
maka persyaratan pada keadaan seimbang dapat diberikan dengan persamaan sebagai
berikut :
T  k1i1i2 cos    (2-21)
dengan k1 sebagai konstanta pegas. Persamaan (2-21) memperlihatkan bahwa penunjukan
dari alat ukur tipe elektrodinamis tergantung dari pada hasil kali dari dua arus yang berbeda.
Dengan kata lain, maka alat ukur elektrodinamis adalah semacam alat ukur perkalian.
2.6.2 Alat-alat Ukur Amper dan Volt
Dengan menghubungkan kumparan-kumparan yang tetap dan kumparan-kumparan
yang berputar, seperti diperlihatkan dalam gambar 2.32, dalam hubungan seri, gambar 2.32

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 24


(a), maka alat ukur Amper didapatkan. Dalam gambar 2.32 (b), bila i1 = i dan i2 = k2i dan
dimasukkan dalam persamaan (2-21), maka pergeseran dari pada penunjukan melalui sudut
, dapat diberikan :

i cos   
k1k2 2
 (2-22)
T
Jadi dengan demikian, maka alat ukur dari tipe elektrodinamis ini, akan juga memberikan
penunjukan dari harga efektif arus yang akan diukur.

Gambar 2.32 Rangkaian-rangkaian suatu Ampermeter jenis elektrodinamis

Untuk pengukuran arus-arus besar, suatu shunt dipergunakan, sehingga membatasi


arus-arus yang mengalir ke dalam kumparan putar M seperti diberikan dalam gambar 2.32
(b). Tahanan r dipakai untuk memberikan kompensasi pada karakteristik temperatut,
seperti pula keadaannya dalam alat ukur kumparan putar, dan kapasitor dipergunakan untuk
memungkinkan arus yang mengalir dalam kumparan putar maupun kumparan yang tetap
ada dalam fasa yang sama. Karena kumparan-kumparan F1 dan F2 telah dibuat identik dati
dan lainnya, maka susunan paralel F1 dan F2 seperti dalam gambar 2.32 (c) memungkinkan
pengukuran arus dua kali lebih besar dari susunan seri, lihat gambar 2.32 (a).
Untuk hubungan pengukur volt, maka tahanan seri dihubungkan dalam rangkaian
(lihat gambar 2.31), dan arus kira-kira 100 mA dialirkan ke dalam kumparan putarnya.
Dalam hubungan sebagai pengukur amper maupun pengukur volt, alat ukur tersebut
bekerja sama baiknya untuk arus searah maupun arus bolak-balik. Dengan demikian,
karena mudahnya penggunaan dengan arus bolak-balik, maka alat ini sering dipakai
sebagai alat ukur amper maupun alat ukur volt standar untuk arus bolak-balik.

2.7 Alat Ukur Induksi


Bila suatu konduktor ditempatkan dalam medan magnet dari arus bolak-balik, maka
arus-arus putar akan dibangkitkan di dalam konduktor tersebut. Medan-medan magnet dari
arus-arus putar ini dan dari arus bolak-balik yang menyebabkannya, akan memberikan
interaksi yang menimbulkan momen gerak pada konduktor, dan prinsip ini akan mendasari
kerja dari alat-alat ukur induksi.
Alat ukur induksi ini mempunyai sistem perputaran sederhana dan kokoh, lagi pula
mudah untuk dibuat sebagai alat ukur dengan sudut penunjukan lebar. Suatu aspek yang
lain dari pada alat ukur induksi ini adalah kemungkinan didapatkannya momen putar yang
relatif besar. Akan tetapi alat ukur ini penggunaannya hanya untuk arus bolak-balik, dan
sebagai alat penunjuk hanya dipergunakan pada panel-panel listrik.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 25


Alat ukur induksi ini dapat diklasifikasikan dalam medan berputar atau medan yang
bergerak, tetapi pada bagian ini hanya dari tipe medan yang bergerak. Prinsip ini juga
dipergunakan dalam alat-alat ukur energi pada arus bolak-balik.

2.7.1 Prinsip Kerja


Seperti diperlihatkan dalam gambar 2.33, terdapat fluksi-fluksi magnetis 1 dan 2
yang mempunyai bentuk gelombang sinus dengan frekuensi yang sama f, dan masuk dalam
suatu kepingan logam secara paralel. Antara fluksi-fluksi 1 dan 2 terdapat suatu
perbedaan fasa, dan 1 tertinggal terhadap 2 sebesar sudut fasa . Fluksi-fluksi bolak-
balik 1 dan 2 akan membangkitkan tegangan-tegangan V1 dan V2 di dalam kepingan
logam, yang akan menyebabkanterjadinya arus putar di dalam logam tersebut yang
dinyatakan sebagai ie1 dan ie2. Kemudian bila  = 2f maka besar V1 akan berbanding lurus
dengan 1 yang mempunyai sudut fasa ketinggalan terhadap 1 sebesar 90o. Besar ie1
berbanding lurus terhadap V1 dan mempunyai fasa ketinggalan terhadap V1 dengan sudut
sebesar . Jadi besar ie1 berbanding lurus dengan 1 mempunyai sudut fasa terhadap 1
ketinggalan dengan sudut fasa sebesar (90o + ). Demikian pula besar ie1 berbanding lurus
dengan 2 dan sudut fasanya tertinggal terhadap 2 dengan sudut fasa sebesar (90o + ).

Gambar 2.33 Prinsip suatu alat ukur jenis induksi

Kemudian karena arus-arus putar ie1 dan ie2 memotong medan magnet atau fluksi-
fluksi magnet 1 dan 2 seperti diperlihatkan dalam gambar, maka gaya-gaya
elektromagnetis akan terjadi,dan akan menyebabkan kepingan logam mendapatkan suatu
gaya, yang terjadi sebagai hasil dari interaksi tersebut. Bila harga-harga efektif dari ie1 dan
2 dinyatakan sebagai Ie1 dan 2 maka persamaan dapat diberikan sebagai berikut :

ie1 = 2 I e1 sin t  90o   

2 = 22 sint   
jadi akan didapat,
 
ie12 = 2Ie12sin t  90o   sin t   
sehingga :
  
ie12 = Ie12 {cos 90      cos 2t  90     }
o o

jadi kepingan logam akan mendapatkan suatu gaya, yang berbanding lurus terhadap i e12,
dan akan mempunyai tendensi untuk berputar pada sumbunya. Demikian pula kepingan

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 26


logam akan berputar pula di bawah pengaruh dari ie1 dan 2 dengan suatu momen yang
berbanding lurus dengan 12cos(90o +  +), di dalam arah yang berlawanan dengan
keadaan sebelumnya. Jadi pada akhirnya kepingan logam akan menerima suatu momen
yang berbanding lurus terhadap perbedaan dari kedua momen yang berlainan ini, maka
kepingan akan berputar pada sumbunya. Momen tersebut diberikan dengan persamaan
berikut :
   
K12{cos 90o      cos 90o     } = 2K12 cos  sin 
di mana K dan cos  adalah konstanta-konstanta yang ditentukan oleh impedansi dari
kepingan metal terhadap arus-arus putar ie1 dan ie2, dan pula konstruksi dari alat ukur. Maka
dengan menulis K’ = K cos  akan terdapat persamaan sebagai momen gerak, yaitu :
T = 2K’12 sin  (2-23)
Sesuai dengan persamaan (2-23), maka penunjukan dari penunjuk alat-alat ukur
induksi ini, berbanding lurus terhadap hasil kali dari 2 fluksi magnetis 1 dan 2 yang
berlainan. Jadi bila 1 dan 2 dibuat sebanding dengan arus atau tegangan yang akan diukur,
maka alat ukur amper atau alat ukur volt yang memberikan penunjukan harga efektifnya
akan didapat. Tetapi perlu diperhatikan bahwa momen geraknya berbanding lurus dengan
frekuensi, dan dengan demikian, maka alat ukur ini hanya dapat dipergunakan pada
keadaan di mana frekuensinya dapat dianggap tetap, seperti dalam instalasi pada sistem
tenaga listrik.

2.7.2 Alat Ukur Amper dan Volt


Dalam gambar 2.34 diperlihatkan contoh dari konfigurasi alat ukur amper dari tipe
induksi. Arus yang akan diukur i, dibagi menurut kumparan 1 dan kumparan 2. Bila tahanan
yang tinggi R dihubungkan dalam seri dengan kumparan 1, maka perbedaan fasa antara i 1
dan i2 dan pula 1 dan 2 akan mendekati 90o. Kemudian amplitudo dari 1 dan 2 akan
bervariasi berbanding lurus dengan I, sehingga momen geraknya seperti diberikan dalam
persamaan (2-23) akan berbanding lurus dengan I2, di mana I adalah harga efektif arus
yang akan diukur, i.

Gambar 2.34 Ampermeter jenis induksi

Bila kepingan logam yang berputar merupakan suatu silender yang sangat tipis dan
pegas dipergunakan sebagai alat pengontrolnya, maka skala yang akan didapatkan akan
merupakan skala yang kuadratis. Untuk menghindarkan ini sesuai pula dengan keadaan
yang didapat untuk alat ukur besi putar, maka bentuk dari pada kepingan logam dipilih
sehingga mengakibatkan didapatkannya skala yang hampir-hampir rata. Konfigurasi dari
alat ukur volt adalah pada prinsipnya sama dengan alat ukur amper.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 27


2.8 Alat Ukur Elektrostatis
Semua alat ukur yang telah dibicarakan sampai sekarang ini mempergunakan gaya
elektromagneti, yang didapatkan dari hasil arus yang mengalir dalam alat penggeraknya.
Pada alat ukur tipe elektrostatis, maka gaya elektrostatis akan didapatkan sebagai interaksi
antara kedua elektroda yang terdapat pada potensial yang berbeda.

2.8.1 Prinsip Kerja


Konfigurasi dari pada elektroda dapat terjadi di dalam salah satu dari kedua cara,
seperti diperlihatkan dalam gambar 2.35 (a), yang dipergunakan sampai dengan beberapa
kiloVolt, sedangkan (b) dipergunakan untuk tegangan yang lebih tinggi, misalkan untuk
500 kVolt. Khusus dalam keadaan (b) maka masing-masing elektroda mempunyai tepian
yang dibulatkan dengan permukaan yang sangat halus, untuk menghindarkan pengaruh-
pengaruh pelepasan muatan listrik pada tegangan-tegangan tinggi. Cincin penjaga terdapat
pada potensial yang sama seperti pada elektroda yang bergerak. Fungsi dari pada cincin
ini adalah untuk memungkinkan terjadinya medan yang rata antara elektroda yang bergerak
dan elektroda yang tetap, maupun untuk mengurangi pengaruh dari pada medan
elektrostatis dari kelilingnya.

Gambar 2.35 Prinsip suatu alat ukur jenis elektrostatis


Bila suatu tegangan V akan diukur, ditempatkan antara elektroda yang tetap dan
elektroda yang bergerak dari alat ukur ini, maka elektroda yang bererak akan mendapatkan
suatu momen yang berbanding lurus terhadap V2 di dalam keadaan (a), atau suatu gaya
yang berbanding lurus dengan keadaan (b). Dalam kedua keadaan ini maka arah dari pada
gaya merupakan atraksi, yang menuju kepada bertambahnya kapasitas dari pada
kondensator, yang dibuat oleh kedua elektroda tersebut.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 28


Elektroda pada alat ukur dari (a) dibuat sedemikian rupa bentuknya, sehingga skala
yang dihasilkannya akan menjadi hampir-hampir rata. Sedangkan pada alat ukur (b)
ditempatkan suatu peralatan, yang memungkinkan untuk memindahkan pergerakan yang
linear dari elektroda yang bergerak, menjadi suatu perputaran dari alat penunjuk. Salah satu
cara untuk memungkinkan ini, maka elektroda yang bergerak dan magnet yang berbentuk
telapak kuda ditempatkan pada kawat suspensi. Antara kutub-kutub dari magnet tersebut,
helic yang dibuat dari kepingan logam campuran yang mempunyai permeabilitas yang
tinggi, ditempatkan bersamaan penunjuk, dihubungkan dengan sumbu gerak yang
memungkinkan terjadinya perputaran. Dengan konfigurasi ini maka helic akan selalu
bergerak untuk meminimalkan jaraknya dari magnet tapal kuda tersebut. Jadi magnet tapal
kuda bergerak secara linear, sesuai dengan pergerakan dari elektroda yang bergerak, dan
helic akan berputar yang menyebabkan alat penunjuk berputar pula.

2.8.2 Karakteristik-karakteristik
Sudut putar dari alat ukur penunjuk tergantung kepada kuadrat dari pada tegangan
yang akan diukur dalam keadaan arus searah, atau kepada kuadrat dari harga efektif dari
tegangan yang akan diukur dalam keadaan arus bolak-balik. Alat ukur dari tipe elektrostatik
ini adalah alat ukur arus searah maupun arus bolak-balik yang universal.
Pada pengukuran untuk tegangan arus searah, maka pada saat-saat permulaan akan
mengalir arus pengisi dan kemudian hampir tidak ada arus yang mengalir sesudahnya,
sedangkan untuk penggunaan pada tegangan bolak-balik arus pengisi akan tetap mengalir
di antara elektroda-elektroda, akan tetapi kerugian-kerugian daya sangat sedikit. Ditinjau
dari keadaan ini maka alat ukur dari tipe elektrostatis sangat ideal untuk suatu alat pengukur
volt. Khusus dalam penggunaan untuk tegangan-tegangan tinggi maka alat ukur ini sangat
baik, karena momen geraknya atau gaya atraksinya bertambah besar dengan tegangan yang
menaik, dengan tetap mempunyai kerugian daya yang kecil. Hal ini sangat baik bila
dibandingkan dengan alat-alat ukur yang lain, di mana kerugian daya yang akan terjadi
pada tahanan seri akan menjadi besar bila tegangan yang harus diukur bertambah. Akan
tetapi di samping itu pada tegangan-tegangan rendah momennya akan menjadi sangat
rendah, sehingga batas tegangan minimal yang dapat dipakai untuk alat ukur tipe
elektrostatis ini adalah sekitar 100 Volt.
Rangkuman

Kata Kunci : alat-alat ukur listrik, alat ukur analog, besi putar,
elektrodinamis, elektrostatis, induksi, kumparan
putar, penyearah, thermokopel

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 29


Contoh Soal dan Jawab :
1. Sebuah alat ukur jenis kumparan putar mempunyai ukuran kumparan 4 cm x 3 cm,
jumlah lilitan 100, dan kerapatan medan magnet 1 weber/m2. Torsi pengontrol dari
pegas spiral pada simpangan skala penuh adalah 12 x 10-5 Nm. Alat ukur mempunyai
tahanan dalam 100  dan dihubungkan dengan tahanan seri 100 .
Jika alat ukur mempunyai batas ukur masing-masing 2 mA dan 1000 Volt, maka
tentukan :
 Tahanan pengganda untuk Ampermeter (Rp) dan untuk Voltmeter (Rs)
 Sensitivitas Voltmeter pada rangkuman 1000 Volt
 Kesalahan pengukuran dari Ampermeter , apabila akurasi 1 % skala penuh, dan
harga penunjukkan 1,75 mA.
Penyelesaian :

Rse = 100 

Rm = 100 
Rp Rs

2 mA 1000 V

Panjang kumparan = a = 4 . 10-2 m


Lebar kumparan = b = 3 . 10-2 m
Jumlah lilitan = n = 100
Kerapatan medan magnet = B = 1 Wb/m2
Torsi pengontrol = Tc = 12 . 10-5 Nm
Arus meter = Im
Torsi defleksi = Td

Tc = Td
Td = a.b.n.B.Im

Tc 12.10 5 12.10 5
Im = = 2 2
= 2
= 1.10-3 = 1 mA
a.b.n.B 4.10 .3.10 .100.1 12.10

VRp = Vm + VRse = Im.(Rm+Rse) = 1.10-3 .(100+100) = 200.10-3 = 200 mV = 0,2 V


VRp 0,2
a). Rp = = = 200 
Im 1.10 3
Vs 1000  0,2
Rs = = = 499.900 
I 2.10 3

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 30


( Rm  Rse).Rp (100  100).200
b). Rt = Rs + = 499.900 + = 500.000 
( Rm  Rse)  Rp (100  100)  200
500.000
Sensitivitas Voltmeter, Sv = = 500  / V
1.000
c). Kesalahan pengukuran :
Kesalahan batas = 2 mA . 1% = 2. 0,01 = 0,02 mA
0,02
Kesalahan pengukuran = x 100% = 1,14286 %.
1,75
2. Sebuah Voltmeter ac penyearah gelombang penuh. Gerak alat ukur mempunyai
tahanan dalam 250  dan memerlukan arus 1 mA untuk defleksi penuh. Masing-
masing dioda mempunyai tahanan maju 50  dan tahanan balik tak terhingga.
Tentukan :
 Tahanan seri Rs yang diperlukan untuk defleksi penuh bila tegangan 10 V rms
dimasukkan ke terminal-terminal alat ukur
 Sensitivitas dari Voltmeter arus bolak-bolik.

Penyelesaian :

Rs

+ -

Untuk penyearahan gelombang penuh :

2 2 2
Edc = Em = Erms = 0,9 Erms
 
= 0,9 x 10 = 9 Volt
Tahanan total rangkaian :
Edc 9
Rt = Rs + Rd + Rm = Rs + (50 + 50) + 250 = Rs + 100 + 250 = =
Id 1.10  3
= 9000 = Rs + 350 = 9000
a). Rs = 9000 – 350 = 8650 
b). Sensitivitas voltmeter arus bolak-balik :
9000
Svac = = 1000  / Volt.
9
3. Sebuah alat ukur jenis kumparan putar penyearah gelombang penuh mempunyai
ukuran kumparan 4 cm x 3 cm, jumlah lilitan 100, dan kerapatan medan magnet 1
weber/m2. Torsi pengontrol dari pegas spiral pada simpangan skala penuh adalah 12 x
10-5 Nm. Alat ukur mempunyai tahanan dalam 200 . Tahanan maju diode masing-

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 31


masing sebesar 50  dan tahanan balik tak terhingga. Jika alat ukur mempunyai batas
ukur masing-masing 2 mA rms dan 220 Vrms, maka tentukan :
 Sensitivitas Voltmeter arus bolak-balik
 Kesalahan pengukuran dari Ampermeter ac, apabila akurasi 1 % skala penuh, dan
harga penunjukkan 1,75 mA.
Penyelesaian :

Rs
220 Vrms

2 mA rms
Rm

+ -
Rp

Panjang kumparan = a = 4 . 10-2 m


Lebar kumparan = b = 3 . 10-2 m
Jumlah lilitan = n = 100
Kerapatan medan magnet = B = 1 Wb/m2
Torsi pengontrol = Tc = 12 . 10-5 Nm
Arus meter = Im
Torsi defleksi = Td

Tc = Td
Td = a.b.n.B.Im

Tc 12.10 5 12.10 5
Im = = = = 1.10-3 = 1 mA
a.b.n.B 4.10  2 .3.10  2 .100.1 12.10  2
VRp = Vm + VRd = Im.(Rm+Rd) = 1.10-3 .(200+50+50) = 300.10-3 = 300 mV = 0,3
V
Untuk penyearahan gelombang penuh :

2 2 2
Edc = Em = Erms = 0,9 Erms
 
= 0,9 x 220 = 198 Volt

2 2 2
Idc = Im = I rms = 0,9 Irms
 
= 0,9 x 2 mA = 1,8 mA
Ip = Idc – Im = 1,8 mA – 1 mA = 0,8 mA

VRp 0,3
Rp = = = 375 
Ip 0,8.10 3

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 32


Vs 198  0,3
Rs = = = 109.833,3 
Idc 1,8.10 3

Rp ( Rm  Rd ) 375(200  100)
Rt = Rs + = 109.833,3 + = 109999,97 
( Rp  Rm  Rd ) (375  200  100)

Atau :

Vdc 198
Rt = = = 110000 
Idc 1,8.10 3

a). Sensitivitas voltmeter arus bolak-balik :

110000
Svac = = 555,5556  / Volt
198

b). Kesalahan pengukuran :

Kesalahan batas = 2 mA . 1% = 2. 0,01 = 0,02 mA

0,02
Kesalahan pengukuran = x 100% = 1,1428 %.
1,75
Atau :

2 2
Kesalahan batas = 2 mA . 1% = 2 . 0,01 = 0,018 mA

0,018
Kesalahan pengukuran = x 100% = 1,1428 %.
2 2
1,75 

  

4. Suatu alat ukur Voltmeter jenis besi putar 150 Volt mempunyai induktansi kumparan
0,75 H. Arus yang diperlukan Voltmeter apabila dihubungkan dengan tegangan arus
searah 150 Volt adalah sebesar 0,05 Amper. Berapa persen besar kesalahan pengukuran
oleh Voltmeter tersebut, apabila alat ukur tersebut dihubungkan dengan tegangan
bolak-balik 150 Volt dengan frekuensi 50 Hz. ?
Penyelesaian :
Apabila dipakai dalam rangkaian dc, di dalam alat ukur tersebut hanya timbul
tahanan, sehingga besar tahanan adalah :
V 150
R= = = 3000 
I 0,05
Apabila dipakai pada rangkaian ac, akan timbul impedansi yang besarnya :

Z = R + jXL = R + jL = R + j2fL,Z = R 2  (2fL ) 2

Z= 3000 2  (250.0,75) 2 = 3009 

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 33


Besar arus pada tegangan 150 V ac, 50 Hz :
V 150
I’ = = = 0,0499 Amper
Z 3009
Besar tegangan yang ditunjukkan oleh Voltmeter pada waktu dihubungkan dengan
tegangan 150 Vac, 50 Hz adalah :


I' 0,0499
V = x Vac = x 150 Volt = 149,7 Volt
I 0,05
149,7  150
Kesalahan pengukuran = x 100 % = - 0,2 %.
150
5. Suatu KWH meter 1 fasa mempunyai 500 putaran / KWH. Pada waktu diadakan
pengetesan, KWH meter tersebut berada pada beban penuh sebesar 5 KW dengan
membuat 40 putaran dalam waktu 58,1 detik. Tentukan kesalahan pengukuran dari
KWH meter tersebut !
Penyelesaian :
Energi / usaha yang diberikan pada beban dalam waktu 58,1 detik :
5x58,1
E= KWH = 0,08069 KWH
3600
Energi yang ditunjukkan oleh KWH meter dengan 40 putaran :
40 putaran
E’ = = 0,08 KWH
500 putaran / KWH
E ' E 0,08  0,08069
Kesalahan pengukuran = x 100 % = x 100 % = - 0,855 %.
E 0,08069
6. Sebuah KWH meter 3 fasa yang dipakai untuk mengukur jaringan 3 fasa, 3 kawat, 50
Hz., power faktor 0,85., tegangan tinggi melalui PT 22 KV/220 V dan arus tinggi
melalui CT 100/5 A., mempunyai putaran 0,2 putaran / KWH. Pada waktu KWH meter
tersebut dihubungkan dengan sisi-sisi sekunder PT dan CT dengan tegangan line 220
Volt dan arus 2 A, frekuensi 50 Hz., serta power faktor 0,85 selama 30 detik, ternyata
putarannya tercatat 2 putaran. Berapakah besar kesalahan pengukuran KWH meter
tersebut ?
Penyelesaian :
Energi / usaha yang diberikan pada beban selama pengetesan :

E= 3 V I Cos  . t. p . c . 10-3
30 22.000 100
= 3 . 220 . 2 . 0,85 . . . . 10-3 = 10,7964 KWH.
3600 220 5
Energi yang ditunjukkan oleh KWH meter pada beban selama pengetesan :
2
E’ = = 10 KWH
0,2

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 34


E ' E 10  10,7964
Kesalahan pengukuran = x 100 % = x 100 % = - 7,377 %.
E 10,7964
7. Suatu Wattmeter tipe elektrodinamis 220 Volt, 10 A, mempunyai tahanan kumparan
arus sebesar 0,8  dan tahanan kumparan tegangan 10.000 . Apabila kumparan-
kumparan tegangan dan arus dari wattmeter dihubungkan dengan dua macam cara dan
dipergunakan untuk mengukur beban 220 Volt, 2 Amper, power factor 0,8 lagging.
Tentukan besar kesalahan pengukuran karena adanya tahanan dalam dari wattmeter
tersebut !
Penyelesaian :
Tegangan beban :V = 220 Volt
Power faktor beban : Cos  = 0,8 lagging
Tahanan kumparan arus : Rc = 0,8 
Tahanan kumparan tegangan : Rp = 10.000 
Arus beban :I = 2 Amper
Gambar rangkaian :
R R
c c

Rp Rp
suplai beban suplai
R R

Gambar a) Gambar b)
Daya beban : P = V I Cos  = 220 . 2 . 0,8 = 352 watt
Apabila wattmeter dihubungkan seperti gambar a), maka :
Kerugian daya pada kumparan arus :
Pc = I2 Rc = 22 . 0,8 = 3,2 watt
Daya yang ditunjukkan oleh wattmeter :
P’ = P – Pc = 352 – 3,2 = 348,8 watt
P ' P 348  352
Kesalahan pengukuran = x 100 % = x 100 % = - 0,91 %.
P 352
Apabila wattmeter dihubungkan seperti gambar b), maka :
Kerugian daya pada kumparan tegangan :

V2 220 2
Pp = = = 4,84 watt
Rp 10.000
Daya yang ditunjukkan oleh wattmeter :
P’ = P – Pp = 352 – 4,84 = 347,16 watt
P ' P 347,16  352
Kesalahan pengukuran = x 100 % = x 100 % = - 1,375 %.
P 352

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 35


Soal-soal :
1. Sebuah alat ukur jenis kumparan putar mempunyai ukuran kumparan 4 cm x 3 cm,
jumlah lilitan 100, dan kerapatan medan magnet 1000 mweber/m2. Torsi pengontrol
dari pegas spiral pada simpangan skala penuh adalah 12 x 10-5 Nm. Alat ukur
mempunyai tahanan dalam 100  dan dihubungkan dengan tahanan seri 100 .
Jika alat ukur mempunyai batas ukur masing-masing 2 mA dan 500 Volt, maka
tentukan :
 Tahanan pengganda untuk Ampermeter (Rp) dan untuk Voltmeter (Rs)
 Sensitivitas Voltmeter pada rangkuman 500 Volt
 Kesalahan pengukuran dari Ampermeter , apabila akurasi 1 % skala penuh, dan harga
penunjukkan 0,75 mA.
2. Sebuah Voltmeter ac penyearah gelombang penuh. Gerak alat ukur mempunyai
tahanan dalam 250  dan memerlukan arus 1 mA untuk defleksi penuh. Masing-
masing dioda mempunyai tahanan maju 50  dan tahanan balik tak terhingga.
Tentukan :
 Tahanan seri Rs yang diperlukan untuk defleksi penuh bila tegangan 15 V rms dimasukkan
ke terminal-terminal alat ukur
 Sensitivitas dari Voltmeter arus bolak-balik.

3. Sebuah alat ukur jenis kumparan putar penyearah gelombang penuh mempunyai
ukuran kumparan 4 cm x 3 cm, jumlah lilitan 100, dan kerapatan medan magnet 1
weber/m2. Torsi pengontrol dari pegas spiral pada simpangan skala penuh adalah 12 x
10-5 Nm. Alat ukur mempunyai tahanan dalam 200 . Tahanan maju diode masing-
masing sebesar 50  dan tahanan balik tak terhingga. Jika alat ukur mempunyai batas
ukur masing-masing 2 mA rms dan 220 Vrms, maka tentukan :
 Sensitivitas Voltmeter arus bolak-balik
 Kesalahan pengukuran dari Ampermeter ac, apabila akurasi 0,5 % skala penuh, dan harga
penunjukkan 1,75 mA.
4. Suatu alat ukur Voltmeter jenis besi putar 220 Volt mempunyai induktansi kumparan
0,75 H. Arus yang diperlukan Voltmeter apabila dihubungkan dengan tegangan arus
searah 220 Volt adalah sebesar 0,05 Amper. Berapa persen besar kesalahan pengukuran
oleh Voltmeter tersebut, apabila alat ukur tersebut dihubungkan dengan tegangan
bolak-balik 220 Volt dengan frekuensi 50 Hz. ?
5. Suatu KWH meter 1 fasa mempunyai 1000 putaran / KWH. Pada waktu diadakan
pengetesan, KWH meter tersebut berada pada beban penuh sebesar 5 KW dengan
membuat 60 putaran dalam waktu 58,1 detik. Tentukan kesalahan pengukuran dari
KWH meter tersebut !
6. Sebuah KWH meter 3 fasa yang dipakai untuk mengukur jaringan 3 fasa, 3 kawat, 50
Hz., power faktor 0,85., tegangan tinggi melalui PT 22 KV/220 V dan arus tinggi
melalui CT 100/5 A., mempunyai putaran 0,2 putaran / KWH. Pada waktu KWH meter
tersebut dihubungkan dengan sisi-sisi sekunder PT dan CT dengan tegangan line 220
Volt dan arus 3 A, frekuensi 50 Hz., serta power faktor 0,85 selama 30 detik, ternyata
putarannya tercatat 2 putaran. Berapakah besar kesalahan pengukuran KWH meter
tersebut ?
7. Suatu Wattmeter tipe elektrodinamis 220 Volt, 10 A, mempunyai tahanan kumparan
arus sebesar 0,5  dan tahanan kumparan tegangan 20.000 . Apabila kumparan-
kumparan tegangan dan arus dari wattmeter dihubungkan dengan dua macam cara dan
dipergunakan untuk mengukur beban 220 Volt, 2 Amper, power factor 0,8 lagging.
Tentukan besar kesalahan pengukuran karena adanya tahanan dalam dari wattmeter
tersebut !

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Listrik II- 36


BAB III

ALAT-ALAT UKUR ELEKTRONIK

Tujuan Instruksional Umum :


Selelah menyelesaikan mata kuliah diharapkan mahasiswa dapat memahami prinsip kerja
dan karakteristik serta spesifikasi alat-alat ukur elektronik.
Tujuan Instruksional Khusus :
Standar Kompetensi
Menggunakan alat-alat ukur elektronik dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
 Memahami pengertian alat-alat ukur elektronik dalam penggunaannya di dalam
instrumentasi dan pengukuran listrik
 Menggunakan alat-alat ukur elektronik dalam sistem instrumentasi dan pengukuran
listrik.
Indikator
Mahasiswa dapat :
 Menjelaskan pengertian alat-alat ukur elektronik yang digunakan di dalam
instrumentasi dan pengukuran listrik
 Menjelaskan pengertian alat-alat ukur digital yang digunakan di dalam instrumentasi
dan pengukuran listrik
 Menjelaskan pengertian instrumentasi elektronik di dalam sistem instrumentasi dan
pengukuran listrik
 Menjelaskan pengertian dan karakteristik dari pengkondisi signal, dan pengolah
sinyal
 Menjelaskan pengertian sistem peraga instrumentasi
 Menjelaskan cara pengangkaan dan penyandian sinyal
 Menjelaskan rangkaian logika pada alat ukur digital
 Menjelaskan tiga jenis pengubah analog ke digital dan keunggulan masing-masing
 Menjelaskan informasi memory dalam binary
 Menjelaskan cara kerja pencacah
 Menjelaskan pengertian dan penggunaan osiloskop
 Menjelaskan pengertian dan penggunaan generator fungsi
 Menghitung perancangan sederhana sampai kompleks alat-alat ukur elektronik dari
berbagai jenis alat-alat ukur yang digunakan sebagai alat-alat pengukur besaran-
besaran listrik
 Menentukan kesalahan pengukuran dari alat-alat ukur elektronik yang digunakan
dalam pengukuran listrik.

3.1 Pendahuluan
Alat-alat ukur elektronik atau instrumen elektronik dalam pemakaiannya didasarkan
pada prinsip-prinsip listrik atau elektronika. Sebuah instrumen elektronik dapat berupa
sebuah alat yang konstruksinya sederhana dan relatif tidak rumit seperti halnya sebuah alat
ukur dasar untuk arus searah. Alat-alat ukur Voltmeter, Ampermeter, dan Ohmmeter
elektronik menggunakan penguat, penyearah, dan rangkaian lain untuk membangkitkan
suatu arus yang sebanding dengan besaran yang diukur, dan selanjutnya arus ini
menggerakkan sebuah mekanisme alat ukur konvensional. Banyak Voltmeter elektronik

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 1


menggunakan gerak suspensi ban kencang (taut band) sebagai pengganti mekanisme pivot
dan jewel yang lebih konvensional.
Sejak ditemukan kiat mengolah sinyal dengan cara digital, bermacam-macam
peralatan terus berkembang dan kian menjadi lebih baik, tidak terkecuali alat ukur.
Pengetahuan tentang semikonduktor pada tahun-tahun terakhir ini maju pesat sekali,
sehingga alat-alat semikonduktor sekarang menggantikan tabung-tabung hampa yang
sebelumnya merupakan komponen elektronika yang penting. Adanya semikonduktor
menyebabkan alat-alat elektronika dapat dibuat berukuran kecil serta ringan. Demikian
pula perkembangan dalam teknik pulsa, sehingga memungkinkan adanya bermacam-
macam alat digital dengan ketelitian tinggi dan kebesaran-kebesaran analog yang berubah
secara kontinyu dapat diubah dan diperlihatkan sebagai kebesaran-kebesaran digital yang
diskrit.
Dengan adanya kemungkinan untuk mengubah kebesaran-kebesaran analog menjadi
kebesaran-kebesaran digital serta kombinasi dengan sifat-sifat komputer elektronik yang
cocok untuk mengolah kebesaran-kebesaran digital, maka berkembanglah sistem
pengukuran (computing system), di mana komputer-komputer elektronik dapat mengolah
data secara cepat dari kebesaran-kebesaran yang diukur dalam bentuk analog. Pada saat ini
penggunaan sistem-sistem pengolahan data (data processing systems) adalah dalam
pengolahan statistik serta pengolahan bilangan-bilangan.
Alat-alat ukur digital mempunyai beberapa keunggulan dibanding dengan alat-alat
ukur analog, dan memungkinkan pengukuran secara otomatis. Berbeda dengan alat ukur
analog, pada alat ukur digital maka besaran terukur harus diubah ke cara digital. Untuk
mengubah sinyal analog ke bentuk sinyal digital diperlukan proses pengangkaan
(quantization) dan penyandian (coding).
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, maka alat ukur
berkembang menjadi ilmu elektronika di mana instrumen merupakan alat ukur yang
mempunyai cakupan secara luas.

3.2 Instrumentasi Elektronik


Pengertian instrumentasi elektronik secara umum adalah instrumentasi yang
bersifat menggunakan komponen elektronika, sedangkan secara khusus dapat diartikan
instrumentasi untuk bidang elektronika.
Seperti telah dijelaskan, bahwa dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang
semakin pesat, maka alat ukur berkembang menjadi ilmu elektronika di mana instrumen
merupakan alat ukur yang mempunyai cakupan secara luas. Ada beberapa kelebihan dan
kekurangan dari instrumentasi elektronik, yaitu sebagai berikut :
a. Kelebihan
1. Kemampuan mencakup daerah kerja (daya) yang luas
2. Mempunyai kecepatan dan percepatan
3. Mempunyai kawasan waktu
4. Pengiriman informasi sangat efisien. Perbandingan antara informasi input dan
informasi output sangat tinggi disebabkan oleh respon frekuensi yang tinggi. Hal
ini memungkinkan untuk pengembangan satu media untuk banyak informasi
5. Kemampuan amplikasi (penguatan) faktor perolehannya sangat besar
6. Pelaksanaan pengubahan dan fungsi matematika dapat dilakukan dengan mudah
dan cepat dalam ukuran yang sangat kecil

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 2


7. Adanya perkembangan sistem digital dalam sistem elektronika yang kebal
terhadap gangguan, mempunyai tingkat kesederhanaan untai, kompatibilitas yang
tinggi serta multi fungsi
8. Kemajuan teknologi silikon mengakibatkan terjadi penurunan ukuran,
penghematan biaya dan mempertinggi tingkat reliabilitas sistem.
b. Kekurangan
1. Derau (noise). Sistem elektronik selalu diancam oleh derau. Secara umum noise
ada dua mode, yaitu natural mode dan common mode. Natural mode terdapat pada
komponen karena adanya gerakan elektron yang disebabkan oleh panas sehingga
menimbulkan noise. Sedangkan common mode dapat masuk melalui input dan
common komponen
2. Offset dan drift. Adanya output sistem tanpa input yang masuk disebut offset,
sedangkan drift (pergeseran) merupakan kecepatan offset persatuan waktu.

Alat ukur dan alat atur merupakan bagian yang sangat universal pada manusia.
Persamaan fisis alat ukur dan alat atur, yaitu sama-sama memberikan atau memindahkan
informasi. Pada alat ukur memindahkan informasi dari luar ke dalam. Informasi harus sama
(bukan wujudnya tetapi informasinya). Sedangkan pada alat atur, informasi yang diberikan
harus sama dengan kehendak orang yang mengatur. Perbedaan alat ukur dengan alat atur
adalah pada alat ukur terjadi penyusutan ketenagaan, sedangkan pada alat atur terjadi
pelipatan ketenagaan.
Alat ukur dalam suatu instrumentasi elektronik pada prinsipnya adalah memberikan
atau memindahkan informasi berupa data dalam bentuk besaran listrik atau sinyal listrik
yang diolah sedemikan rupa yang berasal langsung dari besaran yang diukur atau dari
keluaran transducer. Kedua jenis masukan itu, berupa sinyal listrik. Masukan langsung dari
besaran yang diukur dijumpai pada alat ukur besaran listrik, termasuk di dalamnya adalah
alat ukur tegangan searah, bolak-balik, frekuensi, atau tahanan. Sedangkan masukan yang
berasal dari transducer ada pada alat ukur besaran non listrik. Oleh transducer, besaran non
listrik, seperti temperatur, tekanan, dan gaya diubah menjadi sinyal listrik. Pada bagian
penyiapan sinyal atau pengkondisi sinyal (signal conditioning), sinyal listrik yang
menggambarkan besaran terukur, dapat dikuatkan, ditapis, diredam, dipadukan, dibedakan,
ditambah, dikurangi, atau dengan kata lain, sinyal itu diubah sehingga sesuai dengan pola
yang dikehendaki oleh bagian pengubah analog ke digital atau fungsi-fungsi lainnya.

3.3 Alat-alat Ukur Digital


Alat-alat ukur digital adalah bagian dari alat-alat ukur elektronik yang terdiri dari
dua jenis, yaitu alat-alat ukur digital dan alat-alat ukur dengan tampilan digital, seperti
ditunjukkan dalam gambar 3.1. Alat ukur digital memerlukan rangkaian digital pada bagian
pengukurnya, sedangkan alat ukur dengan tampilan digital pada bagian pengukurnya
berupa rangkaian analog dan hanya pada bagian tampilan yang berupa rangkaian digital.
Alat ukur digital menggunakan rangkaian logika untuk penampilan dan pemrosesan
data. Pada rangkaian logika yang terdiri dari atas gerbang logika, di mana sinyal akhir
pengukuran diolah dengan kecepatan tinggi. Penggunaan kiat digital pada alat ukur digital
menjadikan alat ukur ini lebih disukai oleh pemakai. Meskipun demikian, tak berarti alat
ukur digital menggeser peranan alat ukur analog. Kedua-keduanya pada akhirnya saling
melengkapi dan digunakan bersama.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 3


Masukan
Sinyal Analog Pengkondisi Pengubah Analog Rangkaian Tampilan
Sinyal ke Digital Logika Digital

a. Bagian-bagian alat ukur digital


Masukan
Sinyal Analog Pengkondisi Rangkaian Pengubah Analog Tampilan
Sinyal Analog ke Digital Digital

b. Bagian-bagian alat ukur tampilan digital


Gambar 3.1 Alat ukur digital dan alat ukur tampilan digital
Beberapa perbedaan antara alat ukur digital dan alat ukur analog dapat dijelaskan,
antara lain oleh sejumlah hal pokok berikut :
 Kemudahan pembacaan
Ada faktor yang sangat penting yang membuat alat ukur digital lebih disukai ketimbang
alat ukur analog. Ini menyangkut kemudahan pembacaan hasil pengukuran, karena
tampak berupa digit. Pada penggunaan alat ukur analog, pemakai harus mampu
membaca skala analog. Biasanya ini dilakukan beberapa kali pada kedudukan yang
tepat. Pada waktu orang membaca, tentu ada kecenderungan orang berbuat salah.
Selain itu waktu yang diperlukan cukup lama
 Ketelitian
Keunggulan lain alat ukur digital dibanding dengan alat ukur analog adalah
ketelitiannya. Umumnya, dengan harga yang lebih murah, multimeter digital
mempunyai ketelitian yang jauh lebih tinggi dibanding dengan alat ukur analog, kira-
kira sepuluh kalinya. Ketelitian sebagian besar multimeter digital berhubungan dengan
frekuensi peneraan. Dengan demikian, pemakai haruslah memperhatikan spesifikasi
yang diberikan oleh pabrik perihal frekuensi peneraan, dan juga harus diperhatikan
suhu kerjanya
 Resolusi
Alat ukur digital mempunyai resolusi yang lebih baik dibanding dengan alat ukur
analog. Dengan resolusi yang lebih tinggi, alat ukur digital mempunyai jangka ukur
lebih sedikit dibanding dengan alat ukur analog. Untuk pengukuran tegangan dari 1
sampai 1000 volt, mutltimeter digital hanya mempunyai tiga jangka ukur
 Kecepatan sampling
Besaran terukur, seperti tegangan, di-sampling dengan selang sesuai dengan kecepatan
picu dari rangkaian pemicu (trigger). Pada sebagian besar multimeter digital, setiap
detik dapat disampling tiga sampai sepuluh data. Pe-nyampling-an pada beberapa
kecepatan adalah baik untuk alat ukur searah, namum pada pengukuran arus bolak-
balik, pengubah arus bolak-balik akan memerlukan 1 atau 2 detik untuk tanggap. Hal
ini berarti bahwa pemakai alat ukur harus menunggu beberapa sinyal sampling-an
sebelum mendapatkan pembacaan yang mantap. Kecepatan multimeter digital
tergantung pada tanggapan waktu serangkaian masukan analog dan kecepatan pe-
nyampling-an rangkaian digital
 Penampilan berupa digit
Alat ukur multimeter digital sering digolong-golongkan berdasarkan jumlah digit
tampilannya. Untuk menambah digit, kelewahannya (yang berlebih) umumnya
ditambahkan, sehingga pemakai dapat mengetahui hasil pengukuran pada saat
pengukuran melebihi skala penuh. Digit lewah itu sering juga disebut digit ½ atau digit
panggu, karena yang ditampilkan hanya 0 dan 1. Lebih jauh, uraian alat ukur itu
dinyatakan dalam “X dan digit ½”, dengan X berupa jumlah digit penuh, dan yang ½
adalah kelewahannya. Kelewahan itu memungkinkan resolusi multimeter digital lebih
tinggi dibanding dengan skala penuh. Sebagai contoh, jika tegangan yang diukur
berubah dari 9,999 sampai 10,054 V, alat ukur empat digit tanpa kelewahan hanya

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 4


dapat mengukur tegangan paling besar 9,999 volt. Untuk mengukur tegangan 10,054
volt diperlukan perubahan jangka ukur dan hasil pengukuran itu adalah 10,05 V.
Penambahan tegangan yang diukur sebesar 0,004 tidak ditampilkan. Dengan
penggunaan kelewahan, pengukuran kedua dapat ditampilkan sebagai 10,054 V, tanpa
menurunnya resolusi. Digit ½ yang digunakan pada kelewahan itu ada pada digit paling
kiri. Umumnya, kelewahan dinyatakan dalam persentase dari skala penuh. Sebagai
contoh, alat ukur 3 ½ digit dengan 10% kelewahan dapat menampilkan tegangan lebih
tinggi 1,099 V pada jangkauan 1 volt.

3.4 Pengkondisi Sinyal


Pengkondisi sinyal (signal conditioning) didefinisikan sebagai suatu bagian sistem
instrumentasi elektronis yang digunakan untuk memenuhi (mencapai) spesifikasi sesuai
dengan kebutuhannya (stage berikutnya). Spesifikasi ini tidak dilihat dari wujudnya tetapi
dari fungsinya, hal ini dikarenakan hasil transdutasi belum memenuhi spesifikasi (ukuran,
bentuk, dan daya). Signal conditioning dibedakan menjadi dua, yaitu signal conditioning
awal dan signal conditioning akhir.
1. Signal conditioning awal
a. Amplifier : untuk memenuhi spesifikasi ukuran
i. Mechanical amplifier : simple lever, compound lever, huggenberger
extensometer, simple gear, compound gear, optical lever
ii. Electronic amplifier : perkembangan teknologi mengakibatkan penguat
operasional (operational amplifier) menjadi bagian dasar (building block) dari
amplifier, bukan dengan transistor. Operasional amplifier (op-amp)
dinotasikan sebagai penguat yang mempunyai dua masukan (membalik dan tak
membalik). Amplifier operasional sebenarnya dikembangkan dari amplifier
diferensial yang digunakan untuk membandingkan dua buah sinyal input.
Op-amp sangat luwes dan mudah diterapkan untuk berbagai keperluan;
harganya relatif murah. Op-amp tidak saja sebagai penguat umpanbalik negatif
(feedback amplifier), melainkan juga berguna untuk pembentukan gelombang;
penapisan (filtering); operasi matematik.
Spesifikasi dari op-amp : impedansi masukan tinggi, mempunyai penguatan
tegangan (Av) yang tak terhingga, impedansi keluaran (Zout) sangat kecil. Op-
amp berfungsi sebagai sistem non linear / diskret / diskontinyu. Jika diberikan
tegangan lebih dari 0,5 volt, maka tegangan output akan jenuh, tetapi jika
tegangan input kurang dari 0,05 volt, maka tegangan output tidak ada.
Electronic amplifier terdiri dari :
 Feedback amplifier : penguat operasional dapat difungsikan sebagai
penguat umpan balik, disebut juga sebagai pre amplifier, karena
mempunyai penguatan tertentu (gain). Spesifikasi dari feedback amplifier
: impedansi masukan sangat tinggi, impedansi keluaran sangat rendah

R2

ein R1 

eo
+

Gambar 3.2 Feedback amplifier

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 5


R2
eo =  ein (3-1)
R1

 Non inverting amplifier : dapat menguatkan dc maupun ac, impedansi


masukan tinggi, impedansi keluaran rendah

ein 

eo
+

R2

R1

Gambar 3.3 Non inverting amplifier

 R2 
eo = -   1ein (3-2)
 R1 

 Differential amplifier (penguat beda) : merupakan gabungan dari penguat


membalik dan penguat tak membalik

R2

e1 R1 

e2 eo
R1 +

R2

Gambar 3.4 Differensial amplifier (penguat beda)

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 6


eo =
R2
e2  e1  (3-3)
R1
 Instrumentation amplifier : amplifier yang mempunyai kelengkapan untuk
memenuhi spesifikasi dan menanggulangi kelemahan (noise) yang timbul
pada sistem, misalnya pada common mode noise untuk menanggulangi
noise.
Penguat instrumentasi ini sebagai pengikut tagangan yang memberikan
umpan kepada penguat differensial. Memiliki impedansi masukan tinggi,
common mode rejection ratio (CMRR) tinggi. Contoh penerapan sebagai
penguat depan alat-alat ukur.
e1 dan e2 menghadapi Zin yang sama. Noise diperlakukan sama oleh A1 dan
A2. Dengan perlakuan tersebut eo merupakan beda antara e1A1 dan e2A2.

e1 R1 R2
+

+ eo
e2 + R1

Gambar 3.5 Penguat instrumentasi

b. Converter : untuk memenuhi spesifikasi bentuk; menanggulangi pengaruh


gangguan dari dalam atau luar sistem
i. Pengubah tegangan ke frekuensi dan pengubah frekuensi ke tegangan :
pengubah tegangan ke frekuensi digunakan untuk menanggulangi pengaruh
dari luar sistem (interferensi). Interferensi berpengaruh pada amplitudo isyarat,
misalnya pada modulasi frekuensi, dan multiplier frequency. Frekuensi akan
tergeser sebesar tegangan isyarat masukan (isyarat termodulasi). Tegangan
untuk jarak yang jauh akan mengalami penyusutan, sedangkan frekuensi dan
arus tidak mengalami penyusutan
ii. Pengubah tegangan ke arus dan pengubah arus ke tegangan : V/I converter
digunakan untuk menanggulangi pengaruh pembebanan (impedansi
transmisi). Op-amp dapat digunakan untuk berbagai macam tipe sumber
terkendali (controlled sources). Sebuah masukan tegangan dapat digunakan
untuk mengendalikan arus maupun tegangan. Dan sebaliknya sebuah masukan
arus dapat digunakan untuk mengendalikan tegangan maupun arus
iii. Pengubah analog ke digital (ADC) dan pengubah digital ke analog (DAC) :
ADC mengubah isyarat analog menjadi besaran-besaran biner. ADC dapat

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 7


menanggulangi adanya pengaruh interferensi, di samping itu dapat
kemudahan-kemudahan pada sistem digital, yaitu :
 Kecil, sederhana, kompleksitas tinggi
 Kompabilitas tinggi
 Transfer efisiensi tinggi
 Power efisiensi tinggi
 Efisiensi dalam pengiriman isyarat
Di samping itu pula, sistem digital lebih dapat dibedakan dengan noise, karena
: bentuk isyarat digital tertentu, sehingga mudah dibedakan dengan isyarat
yang bukan digital, setiap kelompok informasi diberi flag dan frame.
2. Signal conditioning akhir
a. Analog (kontinyu) : pengkondisi sinyal akhir untuk isyarat analog sering disebut
sebagai power amplifier, hal ini dapat dilihat pada elektronika untuk isyarat besar.
Pada sinyal-sinyal kecil dianggap tidak ada masalah (dianggap linear), tetapi untuk
power amplifier merupakan masalah yang sering timbul, yaitu adanya distorsi non
linear dan distorsi bentuk, sehingga muncul distorsi harmonik yang disebabkan
oleh ketidaklinearan dari transfer karakteristik.
Klasifikasi penguat : berdasarkan titik kerja dan besar ayunan (macam hubungan
antara input dan output), maka penguat dibedakan menjadi sebagai berikut :
 Penguat kelas A : penguat yang titik kerjanya dan besar isyarat masukan
dirancang sedemikian, sehingga arus pada untai keluaran mengalir sepanjang
waktu
 Penguat kelas B : penguat yang bekerja pada batas paling bawah, sehingga
daya statis yang diperlukan kecil. Pada penguat ini akan terjadi harmonik yang
besar, karena setengah sinyal keluaran terpotong sehingga perlu penguat
penguat dorong tarik (push pull).
Keuntungan kelas B dibanding kelas A : dapat memberikan daya yang lebih
besar, efisiensi daya lebih besar, kerugian daya dapat diabaikan pada saat tidak
ada isyarat.
Kerugian : adanya distorsi harmonis yang besar, catu tegangan harus
mempunyai regulasi tegangan yang tinggi.
Distorsi pada penguat push pull disebabkan oleh :
 Ketidaksesuaian transistor Q1 dan Q2
 Ketidaklinearan transfer karakteristik transistor Q1 dan Q2
 Ketidaklinearan input karakteristik transistor Q1 dan Q2 karena adanya Vb
(cut in voltage)
 Penguat kelas AB : penguat yang bekerja di antara kelas A dan kelas B
 Penguat kelas C : penguat yang bekerja di bawah tegangan cut-off.
b. Diskrit (diskontinyu) : pengkondisi sinyal akhir untuk isyarat sering digunakan
pada switching system yang dibedakan menjadi dua bagian, yaitu switched mode
power interface (saklar transistor) dan thrystor based power interface (saklar
thristor).

3.5 Pengolah Sinyal


Pengolah sinyal (signal processor) dalam sistem instrumentasi merupakan bagian
yang mempunyai tugas memproses (mengolah) isyarat untuk mencapai tujuan pengukuran.
Secara operasional biasanya signal processor adalah suatu bagian yang dapat melaksanakan
fungsi-fungsi matematik yang dapat dilakukan secara analog dan digital, antara lain
penambahan, pengurangan, pembagian, perkalian, difrensial, integral, logaritmis,
eksponensial, dan lain-lain.
1. Analog processor

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 8


a. Penjumlah : penjumlahan sinyal analog dapat dilakukan dengan rangkaian
elektronik. Jika dibutuhkan besar sinyal rata-rata dari beberapa sinyal, maka sinyal
itu dijumlah dahulu sebelum dibagi
Rf
e1 R1

e2 R2 

e3 eo
R3 +

Gambar 3.6 Rangkaian penjumlah

 Rf Rf Rf 
eo = -  e1  e2  e3  (3-4)
 R1 R2 R3 

b. Pengurang : untuk mendapatkan besar beda dua sinyal, diperlukan pengurangan


antar keduanya

Rf
e2 R2 Rf

e1 R1 
R3 
Rf
+ -e1
R1 eo
+

Gambar 3.7 Rangkaian pengurang

 Rf Rf Rf 
eo = -   e1.  e2  (3-5)
 R1 R3 R2 

c. Pengali dan pembagi : pemrosesan sinyal seringkali melibatkan kerja rangkaian


pengalian dan pembagian. Pengalian dilakukan untuk mendapatkan sinyal yang
lebih besar dibanding dengan sinyal sebelumnya, sedangkan pembagian
sebaliknya. Pembagian misalnya pada perhitungan nilai rata-rata beberapa sinyal.
Setelah semua sinyal dijumlah, hasilnya dibagi dengan bilangan banyaknya sinyal.
Pengali dan pembagi dapat diperoleh dengan mengubah besar Rf dan Ri pada
rangkaian pembalik

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 9


Rf

ein R1 

eo
+

Gambar 3.8 Feedback amplifier untuk rangkaian pengali dan pembagi

Rf Rf
Jika Rf > R1, maka eo = ein , dengan > 1, sehingga terjadi pengalian
R1 R1
Rf
tegangan ein dengan faktor pengali ,
R1
Rf Rf
Jika Rf < R1, maka eo = ein , dengan < 1, sehingga terjadi pembagian
R1 R1
Rf
tegangan ein dengan faktor pembagi .
R1

d. Integrator : untuk menghilangkan noise dengan cara mengintegralkan pada periode


yang sama atau lebih besar dengan isyarat sumbernya. Rangkaian ini diperlukan
untuk pengukuran besaran yang menggunakan sensor yang tidak sesuai, agar
didapat sinyal yang dinginkan
C

ein R 
eo
+

Gambar 3.9 Integrator


1
RC 
eo(t) = - ein (t )dt (3-6)

e. Differensiator : differensiator jarang dipakai sebagai signal processor, karena


merupakan sumber noise. Rangkaian ini diperlukan untuk pengukuran besaran
yang menggunakan sensor yang tidak tepat, agar didapat sinyal yang dinginkan

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 10


R

C
ein 
eo
+

Gambar 3.10 Differensiator

dein (t )
eo(t) = - RC (3-7)
dt

f. Penguat logaritmik : untuk memperoleh sinyal yang logaritmik, yaitu dengan


membangun rangkaian logaritmik
c e

b
ein R1 
eo
+

Gambar 3.11 Penguat logaritmik

kT e
eo = - Ln in (3-8)
Q R1I ss

g. Penguat eksponensial : untuk memperoleh sinyal yang eksponensial, yaitu dengan


membangun rangkaian eksponensial
R2

e c
ein 
eo
b
+

Gambar 3.12 Penguat eksponensial

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 11


eo = - I ss R2eQein / kT (3-9)

2. Digital processor : sistem digital elektronik yang paling penting adalah komputer
digital dan rangkaian-rangkaian kontrol yang berkaitan dengannya. Pada dasarnya
komputer digital merupakan mesin kalkulasi, walau prinsip-prinsip dasar operasinya
sangat sederhana, komputer mampu memecahkan problem matematis yang kompleks,
sehingga dapat mengatasi kompleksitas.
Banyak proses industri yang menggunakan komputer sebagai pengontrol. Dalam hal
ini komputer mengerjakan kalkulasi perbandingan dan memproduksi jawaban yang
dikonversikan ke suatu bentuk yang cocok untuk proses itu. Peralatan dan
perlengkapan yang membentuk interkoneksi antara proses komputer disebut
perlengkapan interfase.
Aplikasi sistem digital (sistem yang memakai logika digital) yang lain banyak terdapat
dalam segi kehidupan, misalnya lampu lalu lintas, operasi dan kontrol lift, dan tempat
penyeberangan. Semua sistem ini tergantung pada sistem logika kombinasi dan berurut
(sequential), bersama dengan sejumlah rangkaian waktu tertentu yang memenuhi
kebutuhan sistem untuk dapat menghitung jumlah pulsa dalam suatu perioda tertentu.
Pada awalnya bagian dasar dari prosesor digital adalah logic circuit (AND, OR,
NAND, NOR, EX-OR, dll), dengan perkembangan teknologi digital, maka dibentuk
flip-flop sebagai untai logic. Flip-flop sekuensial berkembang menjadi counter dan
memori, sedangkan flip-flop kombinasi membentuk menghitung untai yang dapat
menghitung fungsi matematik, misalnya adder (penjumlah digital) digunakan sebagai
bagian dasar digital processor. Gabungan flip-flop sequensial dan flip-flop
combinational yang telah melahirkan teknologi mikroprocessor dan mikrocontroller.

Berikut adalah beberapa sistem pemrosesan digital, yaitu antara lain sebagai berikut :
a. Sistem BCD (binary coded decimal)
Informasi atau data ditransfer dalam sistem logika dan komputer dalam bentuk
binary, karena bentuk ini lebih sesuai untuk peralatan logika, meskipun tidak
begitu cocok untuk manusia. Dengan mengkodekan angka desimal dalam bentuk
binary terbentuklah sistem angka yang memadai untuk manusia dan mesin
komputer. Setiap angka desimal dapat dinyatakan oleh sekelompok bilangan
binary berdigit empat. Lihat contoh 8421 BCD pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Tabel sistem 8421 BCD


Desimal 8421 BCD
0 0000
1 0001
2 0010
3 0011
4 0100
5 0101
6 0110
7 0111
8 1000
9 1001

Setelah proses perhitungan 910, bobot 8421 BCD diubah oleh suatu faktor sepuluh.
Oleh karena itu, empat bit (binary digit) berikutnya adalah 80, 40, 20, dan 10, yang
memungkinkan pengkonversian bilangan desimal sampai 99

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 12


b. Half adder (penjumlah setengah / paruh) : dibangun dari fungsi logika OR ekskusif
yang sederhana. Penjumlah setengah akan menghasilkan output 1 kalau A=1, B=0
dan bila A=0, B=1, serta akan menghasilkan output 0 dengan digit bawaan (carry)
1 jika A=1, B=1, seperti terrlihat dalam gambar 3.9. Penjumlah paruh tersebut
mempunyai keluaran SUM dan CARRY. Keluaran SUM adalah A XOR B dan
keluaran CARRY adalah A AND B. Tabel kebenaran dari half adder seperti pada
tabel 3.2.

SUM
A
HALF ADDER

B CARRY
Gambar 3.9 Half adder

Tabel 3.2 Tabel kebenaran half adder


A B SUM CARRY
0 0 0 0
0 1 1 0
1 0 1 0
1 1 0 1
Rangkaian logika di atas melaksanakan secara elektronik proses penjumlahan 2
bit tersebut. Half adder mempunyai aplikasi yang terbatas. Dalam kenyataan,
digit bawaan yang dihasilkan oleh kalkulasi sebelumnya perlu dihitung, oleh
karena itu half adder perlu diinterkoneksikan untuk membentuk suatu
penghitung binary
c. Full adder : merupakan rangkaian logika yang dapat menjumlahkan 3 bit sekaligus,
seperti terlihat di bawah ini :

A SUM

B FULL ADDER

C CARRY
Gambar 3.10 Full adder

Tabel 3.3 Tabel kebenaran full adder


C A B SUM CARRY
0 0 0 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
1 0 0 1 0
1 0 1 0 1
1 1 0 0 1
1 1 1 1 1

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 13


Untuk skala yang lebih besar penjumlahan biner dapat dilakukan dengan cara
mengkaskadekan half adder atau full adder

d. Flip-flop S-R (Set-Reset) : sistem perhitungan biasanya menggunakan alat bistabil


(yang terlanjur dinamakan flip-flop), yang mempunyai dua keadaan stabil. Di sini
aplikasi sinyal menyebabkan alat itu berubah dari suatu keadaan operasi stabil ke
keadaan yang lain. Jaringan logikanya hanya memakai gerbang NOR dan mampu
mengerjakan fungsi yang sama. Sinyal 1 logis yang diberikan ke S menyebabkan
output Q tersetel ke 1, tanpa menghiraukan keadaan sebelumnya (pada saat yang
sama output Q menjadi 0). Sinyal 1 logis yang diberikan ke R menyebabkan Q
tersetel kembali (reset) ke 0.
Sinyal 1 logis yang secara bersamaan diberikan ke S dan R memnghasilkan output
yang tidak menentu, hal ini harus dihindarkan. Walau demikian, aplikasi sinyal 1
logis secara bersamaan ke input S dan R suatu jaringan NOR yang terpasang
bersilangan akan menyebabkan kedua output menjadi 0 logis.

S Q

R Q

Gambar 3.11 Flip-flop S-R

e. Flip-flop J-K dengan Clock : selain mengatasi keterbatasan flip-flop S-R, flip-flop
ini mempunyai sebuah terminal input clock, sehingga bila J dan K dihubungkan
bersama dan menuju ke logika 1, keadaan flip-flop itu berubah tiap kali pulsa clock
masuk ke terminal input clock
f. Penghitung binary sederhana : disebut juga penghitung serial merupakan
penghitung sinkron, di sini pulsa yang akan dihitung masuk pada salah satu ujung
penghitung, dan proses penambahan tiap pulsa harus sudah terlaksana sebelum bit
bawaan masuk ke rangkaian berikutnya. Rangkaian berikut ini kemudian harus
menambahkan bit bawaan tadi ke angka yang ada padanya. Oleh karena itu, bit
bawaan ini tampak bergelombang melewati sepanjang penghitung sampai
perhitunganan selesai. Sistem ini sering disebut penghitung yang berjalan secara
bergelombang
g. Penghitung dekade : penghitung binary di atas dapat dikonversikan sebagai
penghitung dekade dengan menggunakan decoder jaringan logika sederhana untuk
mendeteksi keadaan 910, yaitu angka desimal dari bilangan binary 1001, dan
memberikan logika 1 ke jalur reset untuk menghasilkan semua flip-flop ke 0 dan
memulai perhitungan. Keadaan logis berikutnya perlu dideteksi untuk mencapai
hasil yang dikehendaki karena karakteritik perubahan flip-flop. Jadi dalam hal ini
bilangan binary 1001 adalah keadaan yang hendak dideteksi, yang dapat diperoleh
dengan sebuah gerbang AND ber-input dua dan output-nya dihubungkan ke jalur
reset ke 0
h. Penghitung BCD : penghitung BCD dapat dibuat dengan teknik yang sama seperti
di atas. Banyak proses industri menggunakan penghitung kumpulan (batch
counter) untuk menghitung jumlah komponen yang diinginkan, seperti pengujian,
penyusunan, dan pemaketan atau pembungkusan.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 14


3.6 Display
Sistem peraga instrumentasi adalah bagian dari instrumen yang digunakan untuk
mengubah besaran listrik ke dalam bentuk isyarat yang dapat diterima atau dimengerti oleh
pancaindra manusia. Peraga merupakan bagian dari output devices seperti data display,
inverse transducer, dan data recording.
Beberapa jenis peraga instrumentasi yang dapat dikelompokkan menurut peralatan
gerak, peralatan baca, dan peralatan rekam, yaitu antara lain :

Tabel 3.4 Kelompok Unit Peraga Instrumentasi


Peralatan Baca Peralatan Rekam
Peralatan Gerak
Analog Digital Analog Digital
Mekanik Skala dan Rotating drum oscilograp Punched card
jarum
penunjuk
Elektromagnetik : Skala dan Rotating drum Plotter Mechenic
 Kumparan putar jarum typewriter
 Besi putar penunjuk
 Elektrodinamik
 Induksi
 Elektrostatik
Elektrik (pengaruh Skala dan Neon lamp, Recorder Magnetic
magnetik mengarah jarum Lampu display
elektrodinamik) penunjuk berdigit,
Digit berlampu
Elektronik CRT LED Printer, Printer,
(mengarah LCD Storage Storage
elektrostatik) osscilloscope osscilloscope

Khusus untuk Electronic Display Unit juga dapat dikelompokkan, antara lain yatu
diode type LED, LCD, LCD monitor. Begitu pula kelompok CRT based, seperti
osscilloscope, storage osscilloscope, digital osscilloscope, monitor, walaupun di dalam
CRT terdapat bagian-bagian yang komplek.
Pengelompokan peralatan elektronik dengan sistem cahaya atau biasa disebut
optoelektronik dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu penyensor (detektor) cahaya yang
merupakan diode dan transistor yang mengubah energi cahaya ke dalam energi listrik; dan
emitter (sumber) cahaya yang merupakan diode yang mengubah energi listrik ke dalam
energi cahaya.
Sumber cahaya seperti lampu filamen wolfram, lampu fluorecent dan lampu neon
biasanya dirancang untuk menghasilkan cahaya. Emitter cahaya semikonduktor adalah alat
dengan sambungan p-n yang mengeluarkan cahaya kalau dibiaskan dalam arah biasa, yaitu
positif ke jenis p (anode), alat ini disebut LED (light emitting diode)
Diode penghasil cahaya yang terlihat (visible light emitting diodes; VLED) banyak
dipakai sebagai indikator dan sebagai display digital dalam instrumen, kalkulator
elektronik, jam digital, dan arloji.
Untuk menghidupkan 7 bagian diode diperlukan penggerak (driver) 7 segmen.
Bagian-bagian 7 segmen tersebut, sebagai instrumen, yaitu display LED 7 segmen, decoder
/ driver BCD ke 7 segmen, pengubah biner ke BCD, ADC (analog to digital converter)
Display tersedia berbagai macam bentuk, ada tiga bentuk alat display berkembang
menjadi sangat populer dan paling sering dijumpai, yaitu :

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 15


1. LED tujuh segmen, seperti diperlihatkan dalam gambar 3.12. Display numerik biasa
dengan tujuh segmen.

Gambar 3.12 Display tujuh segmen

2. LED matrik titik 5 x 7. Karakter alfanumerik atau alfabet, yang memakai bentuk tujuh
segmen digabung dengan pengaturan matriks titik VLED, misalnya matriks titik 5 x 7.
Display ini lebih banyak digunakan, karena makin dirasakan perlu dapat di-display-
kan seperti simbol angka. Matriks LED disusun dalam 5 kolom dan 7 baris, seperti
diperlihatkan dalam gambar 3.13(a). Hubungannya diatur sedemikian rupa, sehingga
sebuah LED dihubungkan di antara tiap baris kawat dan tiap kolom kawat, gambar
3.13(b).

Gambar 3.13 Display LED matriks titik 5 x 7

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 16


3. Kristal cair (liquid crystal display; LCD). Prinsip kerja LCD diperlihatkan dalam
gambar 3.14(a). Kristal cair tertutup di antara dua permukaan gelas, masing-masing
permukaan sebelah dalam dilapisi dengan bahan konduksi yang tembus pandang. Ada
dua jenis, yaitu jenis yang dipengaruhi oleh medan listrik (biasanya menghasilkan
display yang berwarna hitam), dan jenis dinamis tersebar (biasanya menghasilkan
display yang berwarna putih). Kristal cair itu sendiri tidak menghasilkan cahaya, tetapi
tergantung pada cahaya di sekitarnya agar dapat terlihat. Display kristal cair tidak
berumur lama kalau dihidupkan oleh suplai arus searah (dc). Oleh karena itu, kristal
ini dihidupkan oleh suplai arus bolak-balik (ac), dan hanya memerlukan arus yang amat
kecil (mikroamper). Aplikasi suatu potensial (ac) dalam rentang 1,5 V - 30 V
menyebabkan berubahnya sifat-sifat optis kristal, sehingga display dapat diamati lewat
segmen, lihat gambar 3.14(b).

a. operasi b. display tujuh segemen

Gambar 3.14 Display kristal cair / Liquid Crystal Display (LCD)

3.7 Osiloskop
Osiloskop sinar katoda (cathode ray oscilloscope, CRO) adalah instrumen
laboratorium yang sangat bermanfaat dan terandalkan yang digunakan untuk pengukuran
dan analisa bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dalam rangkaian-rangkaian
elektronik. Pada dasarnya CRO adalah alat pembuat grafik atau gambar (plotter X-Y) yang
sangat cepat yang memperagakan sebuah sinyal masukan terhadap sinyal lain atau terhadap
waktu. Pena (stylus) plotter ini adalah sebuah bintik cahaya yang bergerak melalui
permukaan layar dalam memberi tanggapan terhadap tegangan-tegangan masukan.
Dalam pemakaian CRO yang biasa, sumbu X atau masukan horisontal adalah
tegangan tanjak (ramp voltage) linear yang dibangkitkan secara internal, atau basis waktu
(time base) yang secara periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri ke kanan melalui
permukaan layar. Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan ke sumbu Y atau masukan
vertikal CRO, menggerakkan bintik ke atas dan ke bawah sesuai dengan nilai sesaat
tegangan masukan. Selanjutnya bintik tersebut menghasilkan jejak berkas gambar pada
layar yang menunjukkan variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu. Bila
tegangan masukan berulang dengan laju yang cukup cepat, gambar akan kelihatan sebagai
pola yang diam pada layar. Dengan demikian CRO melengkapi suatu cara pengamatan
tegangan yang berubah terhadap waktu.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 17


Di samping tegangan, CRO dapat menyajikan gambaran visual dari berbagai
fenomena dinamik melalui pemakaian transducer yang mengubah arus, tekanan, regangan,
temperatur, percepatan, dan banyak besaran fisis lainnya menjadi tegangan.
CRO digunakan untuk menyelidiki bentuk gelombang, peristiwa transien dan
besaran lainnya yang berubah terhadap waktu dari frekuensi yang sangat rendah ke
frekuensi yang sangat tinggi. Pencatatn kejadian ini dapat dilakukan oleh kamera khusus
yang ditempelkan ke CRO guna penafsiran kuantitatif.

3.7.1 Operasi dasar CRO


Bagian utama dari sebuah CRO untuk pemakaian umum ditunjukkan pada diagram
balok yang disederhanakan dalam gambar 3.15, yaitu sebagai :
a. Tabung sinar katoda (cathode ray tube) atau CRT
b. Penguat vertikal (vertical amplifier)
c. Saluran tunda (delay line)
d. Generator basis waktu (time base generator)
e. Penguat horisontal (horizontal amplifier)
f. Rangkaian pemicu (trigger circuit)
g. Sumber daya (power supply).

Tabung sinar katoda atau CRT merupakan jantung osiloskop, dengan yang lainnya
dari CRO terdiri dari rangkaian yang berfungsi mengoperasikan CRT. Pada dasarnya CRT
menghasilkan suatu berkas elektron yang dipusatkan secara tajam dan dipercepat ke suatu
kecepatan yang sangat tinggi. Berkas yang dipusatkan dan dipercepat ini bergerak dari
sumbernya (senapan elektron; electron gun) ke depan CRT, di mana membentur bahan
fluoresensi yang melekat di permukaan CRT (layar) bagian dalam dengan energi yang
cukup untuk membuat layar bercahaya dalam sebuah bintik kecil. Selagi merambat dari
sumbernya ke layar, berkas elektron lewat di antara sepasang pelat defleksi vertikal dan
sepasang pelat defleksi horosontal. Tegangan yang dimasukkan ke pelat defleksi vertikal
dapat menggerakkan berkas elektron pada bidang vertikal, sehingga bintik CRT bergerak
ke atas dan ke bawah. Tegangan yang dimasukkan ke pelat defleksi horosontal dapat
menggerakkan berkas pada bidang horisontal, dan bintik CRT ini bergerak dari kiri ke
kanan. Gerakan-gerakan ini tidak saling tergantung satu sama lain, sehingga bintik CRT
dapat ditempatkan di setiap tempat pada layar dengan menghubungkan masukan tegangan
vertikal dan horosontal yang sesuai secara bersamaan.

Gambar 3.15 Digaram balok dari sebuah osiloskop pemakaian umum

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 18


Bentuk gelombang sinyal yang akan diamati pada layar CRT dihubungkan ke
masukan penguat vertikal. Penguatan ini disetel melalui peleman masukan (input
attenuator) yang telah terkalibrasi, yang biasanya diberi tanda VOLT/DIV. Keluaran
dorong-tarik (push-pull) dari penguat dikembalikan ke pelat defleksi vertikal melalui
saluran tunda dengan daya yang cukup untuk mengendalikan bintik CRT dalam arah
vertikal.
Generator basis waktu atau generator penyapu (sweep generator) membangkitkan
sebuah gelombang gigi gergaji yang digunakan sebagai tegangan defleksi horisontal dalam
CRT. Bagian gelombang gigi gergaji yang menuju positif adalah linear, dan laju
kenaikannya disetel oleh suatu kontrol di panel dengan diberi tanda TIME/DIV. Tegangan
gigi gergaji ini dikembalikan ke penguat horisontal. Penguat ini berisi sebuah pembalik
fasa (phase inverter) dan menghasilkan dua gelombang dua gelombang keluaran simultan,
yaitu gigi gergaji yang menuju positif (menaik) dan gigi gergaji yang menuju negatif
(menurun). Gigi gergaji yang menuju positif dimasukkan ke pelat defleksi horisontal CRT
sebelah kanan dan gigi gergaji yang menuju negatif ke pelat defleksi sebelah kiri.
Tegangan-tegangan ini menyebabkan berkas elektron melejang (menyapu) sepanjang layar
CRT dari kiri ke kanan, dalam satuan waktu yang dikontrol oleh TIME/DIV.

Gambar 3.16 Bintik CRO menghasilkan jejak bayangan pada layar bila tegangan-tegangan
defleksi horosontal dan vertikal dimasukkan

Pemasukan tegangan defleksi ke kedua pasangan pelat secara bersamaan


menyebabkan bintik CRT meninggalkan berkas bayangan pada layar. Ini ditunjukkan
dalam gambar 3.16, di mana sebuah tegangan gigi gergaji atau tegangan penyapu
dimasukkan ke pelat horisontal dan sinyal gelombang sinus ke pelat vertikal. Karena
tegangan penyapu horisontal bertambah secara linear terhadap waktu, bintik CRT bergerak
sepanjang layar pada suatu kecepatan yang konstan dari kiri ke kanan. Pada akhir
penyapuan, bila tegangan gigi gergaji secara tiba-tiba turun dari harga maksimalnya ke nol,
bintik CRT kembali dengan cepat ke posisi awalnya di bagian kiri layar dan tetap berada
di sana sampai penyapuan baru dimulai. Bila sebuah sinyal masukan dimasukkan secara
bersamaan dengan tegangan penyapuan horisontal ke pelat defleksi vertikal, berkas
elektron akan dipengaruhi oleh dua gaya, yaitu satu dalam bidang horisontal menggerakkan
bintik CRT sepanjang layar pada suatu laju yang linear, dan satu dalam bidang vertikal
yang menggerakkan bintik CRT ke atas`dan ke bawah sesuai dengan besar dan polaritas

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 19


sinyal masukan. Dengan demikian, gerak resultante dari berkas elektron menghasilkan
peragaan sinyal masukan vertikal pada CRT sebagai fungsi waktu.
Jika sinyal masukan mempunyai sifat yang berulang, peragaan CRT yang stabil dapat
dipertahankan dengan cara memulai setiap penyapuan horisontal ke titik yang sama pada
gelombang sinyal. Untuk mencapai ini, contoh gelombang masukan dikembalikan ke
rangkaian pemicu yang akan menghasilkan sebuah pulsa pemicu di suatu titik yang dipilih
pada gelombang masukan. Pulsa pemicu ini digunakan untuk menghidupkan generator
basis waktu, yang pada gilirannya memulai penyapuan bintik CRT secara horisontal dari
kiri ke kanan layar.
Dalam hal yang lazim, transisi gelombang masukan yang terjadi mula-mula (leading
edge) digunakan untuk mengaktifkan generator pemicu agar menghasilkan pulsa pemicu
dan memulai penyapuan. Kejadian ini berlangsung sampai suatu selang waktu tertentu
(0,15 s), sehingga penyapuan tidak dimulai sampai setelah leading edge sinyal masukan
dilewatkan. Ini selanjutnya mencegah peragaan leading edge gelombang pada layar.
Adapun maksud dari saluran tunda adalah memperlambat kedatangan gelombang masukan
pada pelat defleksi vertikal sampai rangkaian pemicu dan rangkaian basis waktu telah
mempunyai kesempatan untuk memulai penyapuan berkas. Saluran tunda ini menghasilkan
keterlambatan total sebesar kira-kira 0,25 s di dalam saluran defleksi vertikal, sehingga
leading edge gelombang dapat dilihat walaupun digunakan untuk memicu penyapuan.
Selanjutnya fungsi dari sumber daya terdiri dari bagian tegangan tinggi untuk
mengoperasikan CRT, dan tegangan rendah untuk mencatu (mensuplai) rangkaian
elektronik osiloskop.

3.7.2 Operasi Tabung Sinar Katoda


Struktur bagian dalam sebuah tabung sinar katoda (cathode ray tube) atau CRT
ditunjukkan dalam gambar 3.17. Komponen utama dari CRT untuk pemakaian umum ini
adalah sebagai berikut :
a. Perlengkapan senapan elektron
b. Perlengkapan pelat defleksi
c. Layar fluoresensi
d. Tabung gelas dan dasar tabung.

Gambar 3.17 Struktur dalam dari sebuah tabung sinar katoda

Peralatan senapan elektron menghasilkan suatu berkas elektron sempit dan terfokus
secara tajam yang meninggalkan senapan pada kecepatan yang sangat tinggi dan bergerak

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 20


menuju layar fluoresensi. Pada waktu membentur layar, energi kinetik dari elektron-
elektron berkecepatan tinggi diubah menjadi pancaran cahaya, dan berkas menghasilkan
bintik suatu bintik cahaya kecil pada layar CRT. Dalam perjalanannya menuju layar, berkas
elektron tersebut lewat di antara dua pasang pelat defleksi elektrostatik, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 3.17. Jika tegangan dimasukkan ke pelat-pelat defleksi, berkas
elektron dapat dibelokkan dalam arah vertikal dan horisontal, sehingga bintik cahaya
menimbulkan jejak gambar pada layar sesuai dengan masukan-masukan tegangan ini.
Dalam skema dalam gambar 3.17, elektron-elektron dipancarkan dari sebuah katoda
termionik yang dipanaskan secara tidak langsung. Katoda ini secara keseluruhan dikelilingi
oleh sebuah kisi pengatur (control grid) yang terdiri dari sebuah silender nikel dengan
lobang kecil di tengahnya, satu sumbu (koaksial) dengan sumbu tabung (silender).
Elektron-elektron yang mengatur agar lewat melalui lubang kecil di dalam kisi tersebut
secara bersama-sama membentuk yang disebut arus berkas (beam current). Besarnya arus
berkas ini dapat diatur melalui alat kontrol di panel depan yang diberi tanda INTENSITY,
yang mengubah tegangan negatif (bias) kisi pengatur diacu terhadap katoda. Kenaikan
tegangan negatif kisi pengatur menurunkan arus berkas, dan berarti menurunkan intensitas
(terangnya) bayangan CRT, dengan penurunan tegangan negatif kisi memperbesar arus
berkas. Kejadian ini identik dengan kisi pengatur di dalam sebuah tabung hampa trioda
yang biasa.
Elektron-elektron yang dipancarkan oleh katoda lewat melalui lubang kecil di dalam
kisi pengatur, dipercepat oleh potensial positif tinggi yang dihubungkan ke kedua anoda
pemercepat (accelerating anodes). Kedua anoda ini dipisahkan oleh sebuah anoda pemusat
(focusing anode) yang melengkapi suatu metoda guna memusatkan elektron ke dalam
berkas terbatas yang sempit dan tajam. Kedua anoda pemercepat anoda pemusat ini juga
berbentuk silender dengan lubang-lubang kecil di tengah-tengah masing-masing silender,
satu sumbu dengan sumbu CRT. Lubang-lubang di dalam elektroda-elektroda ini
membolehkan berkas elektron yang dipercepat dan terpusat merambat lewat pelat-pelat
defleksi vertikal dan horisontal menuju layar fluoresensi.

3.7.3 CRO untuk pemakaian khusus


Osiloskop dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis CRO sesuai dengan fungsi
dan kegunaannya, yaitu sebagai berikut :
a. CRO dengan jejak rangkap dua (dual trace CRO)
Kemampuan CRT satu jejak (single trace) yang biasa dapat ditingkatkan agar
menghasilkan bayangan ganda atau peragaan jejak rangkap dua dengan cara
pensaklaran dua sinyal masukan terpisah secara elektronik (electronic switching)
b. CRO berkas rangkap (dual beam CRO)
CRO berkas rangkap menerima dua sinyal masukan vertikal dan memperagakannya
sebagai dua bayangan terpisah pada layar CRT. Osiloskop berkas rangkap
menggunakan CRT khusus yang menghasilkan dua berkas elektron yang betul-betul
terpisah yang secara bebas dapat disimpangkan dalam arah vertikal
c. CRO penyimpanan (storage CRO)
Dalam CRT yang biasa ketahanan fosfor berkisar dari beberapa milisekon sampai
beberapa sekon, sehingga suatu peristiwa yang hanya terjadi sekali saja akan lenyap
dari layar setelah perioda waktu yang relatif singkat. Sebuah CRT penyimpanan dapat
menyimpan peragaan jauh lebih lama, sampai beberapa jam setelah bayangan terbentuk
pada fosfor. Ciri ingatan atau penyimpanan (retention) ini dapat juga sangat bermanfaat
sewaktu memperagakan bentuk gelombang sinyal yang frekuensinya sangat rendah.
CRT penyimpanan dapat digolongkan sebagai tabung-tabung dengan dua kondisi stabil
(bistabil), yaitu akan menyimpan satu peristiwa atau tidak, dan hanya menghasilkan

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 21


satu level keterangan (brightness) bayangan. Dan digolongkan pula sebagai tabung-
tabung setengah nada (half tone), yaitu dapat menyimpan suatu bayangan untuk
pengubahan lamanya waktu (ketahanan berubah) dan pada level keterangan bayangan
yang berbeda. Tabung-tabung tersebut menggunakan fenomena emisi elektron
sekunder guna membentuk dan menyimpan muatan elektrostatik pada permukaan
suatu sasaran yang terisolasi
d. CRO cuplik (sampling CRO)
Bila frekuensi sinyal defleksi vertikal diperbesar, kecepatan penulisan berkas elektron
bertambah. Hasil lanjutan dari kecepatan penulisan yang lebih tinggi adalah penurunan
intensitas bayangan pada layar CRT. Guna mendapatkan kecemerlangan bayangan
yang cukup, berkas elektron harus dipercepat ke kecepatan yang lebih tinggi sehingga
energi kinetik yang lebih besar guna pengalihan ke layar dan cahaya yang terangnya
normal dapat dipertahankan. Suatu pertambahan dalam kecepatan berkas elektron
mudah dicapai dengan menaikkan tegangan pada anoda-anoda pemercepat. Suatu cara
untuk memperbaiki sistem defleksi pada frekuensi yang lebih tinggi telah
dikembangkan guna menambah terangnya bayangan pada frekuensi yang lebih tinggi
tersebut. CRO cuplik dapat memperbaiki prestasi frekuensi tinggi. Dalam CRO cuplik
bentuk gelombang masukan dibangun kembali dari banyak sampel yang diambil
selama siklus-siklus gelombang yang berulang, dan dengan demikian menghindari
pembatasan-pembatasan lebar bidang CRT dan penguat yang konvensional. Dalam
membangun bentuk gelombang kembali, pulsa pencuplik menghidupkan rangkaian
pencuplik pada selang waktu yang sangat singkat
e. CRO penunjuk angka (digital read-out CRO)
CRO penunjuk angka mengemukakan konsep penyediaan pembacaan informasi sinyal
secara digital, seperti halnya tegangan atau waktu di samping peragaan CRT yang
biasa. Pada dasarnya CRO penunjuk angka terdiri dari sebuah CRO laboratorium
konvensional berkecepatan tinggi ditambah dengan sebuah pencacah elektronik
(electronic counter), yang keduanya berada di dalam satu kotak. Rangkaian kedua unit
dihubungkan dengan memakai sebuah pengontrol peragaan secara logika, yang
memungkinkan pengukuran pada kecepatan dan ketelitian tinggi. CRO penunjuk angka
memberikan pembacaan kenaikan waktu (rise time), amplitudo dan beda waktu,
tergantung pada posisi bebagai alat kontrol, seperti TIME/DIV, AMPLITUDE/DIV
dan PROGRAM.

3.8 Generator Fungsi


Generator fungsi (fungtion generator) adalah merupakan sebuah instrumen
terandalkan yang memberikan suatu pilihan bentuk gelombang yang frekuensi-
frekuensinya dapat diatur sepanjang suatu rangkuman yang lebar. Bentuk-bentuk
gelombang keluaran yang paling lazim adalah gelombang sinus, segitiga, persegi, dan
gelombang gigi gergaji. Frekuensi bentuk-bentuk gelombang ini bisa diatur dari beberapa
hertz sampai beberapa ratus kilohertz. Meskipun generator fungsi dan osilator sebagai
pembangkit sinyal, namun antara generator fungsi dan osilator adalah berbeda. Osilator
umumnya digunakan untuk menamai alat yang menyediakan hanya sinyal sinus, sedang
generator fungsi digunakan untuk menamai alat yang mempunyai keluaran beberapa
bentuk gelombang, seperti gelombang sinus, gelombang kotak, gelombang segitiga,
gelombang persegi, dan gelombang gigi gergaji, serta pembangkit pulsa.
Generator fungsi atau disebut juga pembangkit fungsi adalah alat bantu yang penting
untuk mengamati sifat pesusun maupun rangkaian elektronik. Sebagai contoh, generator
fungsi dapat digunakan untuk mengamati reaktansi kapasitif, rangkaian pemotong, dan
lebar band penguat.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 22


Berbagai keluaran generator bisa diperoleh pada waktu bersamaan, misalnya dengan
menyediakan sebuah gelombang persegi untuk pengukuran linear dalam sebuah sistem
audio, sebuah keluaran gelombang gigi gergaji simultan dapat digunakan untuk
mengemudikan penguat defleksi horisontal dari sebuah CRO yang memperlihatkan suatu
peragaan visual dari hasil pengukuran. Kemampuan generator fungsi untuk mengunci fasa
(phase lock) terhadap sebuah sumber sinyal luar, dan dapat digunakan untuk mengunci fasa
generator fungsi kedua, dan kedua sinyal keluaran dapat diperagakan dengan fasa yang
sama yang besarnya dapat diatur. Di samping itu, satu generator fungsi bisa dikunci fasanya
terhadap harmonik gelombang sinus dari generator lainnya. Dengan mengatur fasa dan
amplitudo harmonik-harmonik, hampir setiap bentuk gelombang bisa dibangkitkan dengan
menjumlahkan frekuensi dasar yang dibangkitkan oleh generator fungsi yang satu terhadap
frekuensi harmonik yang dibangkitkan oleh generator fungsi yang lain. Genarator fungsi
juga dapat dikunci fasanya terhadap sebuah standar frekuensi, dan semua gelombang
keluarannya kemudian dibangkitkan dengan ketelitian frekuensi dan stabilitas yang sama
dengan sumber standar.
Generator fungsi dapat mensuplai bentuk gelombang keluaran pada frekuensi-
frekuensi yang sangat rendah. Karena frekuensi rendah dari sebuah osilator RC sederhana
adalah terbatas, maka dalam generator fungsi digunakan pendekatan yang berbeda, seperti
yang ditunjukkan dalam gambar 3.18.

Gambar 3.18 Elemen-elemen dalam sebuah generator fungsi

Pada instrumen tersebut menghasilkan gelombang-gelombang sinus, segitiga, dan


persegi dengan rangkuman frekuensi 0,01 Hz sampai 100 kHz. Jaringan pengontrol
frekuensi diatur oleh cakera frekuensi pada panel depan instrumen atau oleh sebuah
tegangan pengontrol yang dimasukkan dari luar. Tegangan frekuensi mengatur dua sumber
arus. Sumber arus bagian atas mensuplai suatu arus yang konstan ke integrator segitiga
yang tegangan keluarannya bertambah secara linear terhadap waktu, dengan tegangan
keluaran, yaitu :
1
C
eout = - idt (3-10)
Suatu pertambahan atau penurunan dalam arus yang disuplai oleh sumber arus bagian
atas memperbesar atau memperkecil kemiringan tegangan keluaran. Multivibrator
pembanding tegangan berubah keadaan pada suatu level yang telah ditentukan sebelumnya
pada kemiringan tegangan keluaran integrator yang positif. Perubahan keadaan ini
menghentikan penyaluran arus bagian atas menuju integrator dan menghubungkan suplai
arus bagian bawah.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 23


Sumber arus bagian bawah mensuplai suatu arus balik menuju integrator sehingga
keluarannya berkurang secara linear terhadap waktu. Bila tegangan keluaran mencapai
suatu level yang telah ditentukan lebih dahulu dengan kemiringan bentuk gelombang
keluaran yang negatif, pembanding tegangan sekali lagi mengubah dan menghentikan
sumber arus bagian bawah tersebut, sembari pada waktu yang sama menghubungkan
sumber arus bagian atas.
Tegangan pada keluaran integrator mempunyai bentuk gelombang segitiga yang
frekuensinya ditentukan oleh besarnya arus yang disalurkan oleh sumber-sumber arus yang
konstan. Pembanding mengeluarkan suatu tegangan keluaran gelombang persegi dengan
frekuensi yang sama. Bentuk gelombnagn keluaran yang ketiga diperoleh dari bentuk
gelombang segitiga, yang dibentuk menjadi gelombang sinus oleh sebuah jaringan tahanan
dioda. Dalam rangkaian ini, kemiringan gelombang segitiga berubah bila amplitudonya
berubah yang memperlihatkan sebuah gelombang sinus dengan distorsi yang lebih kecil
dari 1 persen. Rangkaian keluaran dari generator fungsi terdiri dari dua penguat keluaran
yang melengkapi dua keluaran simultan yang dipilih secara terpisah dari setiap fungsi
bentuk gelombang.

Rangkuman

Kata Kunci : alat-alat ukur elektronik, alat ukur digital, display,


generator fungsi, instrumentasi elektronik,
osiloskop, pengkondisi sinyal, pengolah sinyal

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 24


Contoh Soal dan Jawab :
1. Sebutkan bagian-bagian utama dari osiloskop !
Jawaban :
 PV = penguatan vertikal / vertical amplifier
 ST = saluran tunda / delay time
 RP = rangkaian pemicu / trigger circuit
 GBW = generator basis waktu / time base generator
 PH = penguatan horizontal / horizontal amplifier
 STT = sumber tegangan tinggi
 V = pelat defleksi vertikal
 H = pelat defleksi horizontal
 CRT = tabung sinar katoda / cathode ray tube
2. Sebutkan empat macam aplikasi alat ukur osiloskop !
Jawaban :
 Mengukur beda phasa dengan dual trace
 Mengukur beda phasa dengan metode lissoyous
 Mengukur frekuensi dengan metode lissoyous
 Mengukur pengisian dan pengosongan / pelepasan muatan pada kapasitor.

3. Suatu CRO mempunyai jarak pelat-pelat penyimpang ke layar 20 cm, sedangkan jarak
antara pelat-pelat penyimpang adalah 5 mm, panjang pelatnya adalah 1 cm. Apabila
tegangan pemercepat sebesar 1000 Volt. Tentukan sensitivitas simpangan CRO !
Penyelesaian :
D : defleksi pada layar = meter
Ed : tegangan defleksi = volt
L : jarak pelat-pelat penyimpang ke layar = 20 . 10-2 = 0,2 m
Id : panjang efektif pelat-pelat defleksi = 1 . 10-2 = 0,01 m
d : jarak antara pelat-pelat penyimpang = 5 . 10-3 = 0,005 m
Ea : tegangan pemercepat = 1000 volt

Sensitivitas simpangan :
D L.Id 0,2.0,01
S= = = = 0,0002 m / V
Ed 2d .Ea 2.0,005.1000
4. Apakah yang dimaksud dengan sistem instrumentasi elektronik ?
Jawaban :
Instrumentasi yang bersifat menggunakan komponen-komponen elektronik, secara khusus
dapat diartikan instrumentasi untuk bidang elektronika.
5. Sebutkan delapan macam kelebihan dari sistem elektronik !
Jawaban :
 Kemampuan mencakup daerah kerja (daya) yang luas
 Mempunyai kecepatan dan percepatan
 Mempunyai kawasan waktu

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 25


 Pengiriman informasi sangat efisien. Perbandingan antara informasi input dan
informasi output sangat tinggi disebabkan oleh respon frekuensi yang tinggi. Hal ini
memungkinkan untuk pengembangan satu media untuk banyak informasi
 Kemampuan amplifikasi (penguatan) faktor perolehannya sangat besar
 Pelaksanaan pengubahan dan fungsi metamatika dapat dilakukan dengan mudah dan
cepat dalam ukuran yang sangat kecil
 Adanya perkembangan sistem digital dalam sistem elektronika yang kebal terhadap
gangguan, mempunyai tingkat kesederhanaan untai, kompatibilitas yang tinggi serta
multi fungsi
 Kemajuan teknologi silikon mengakibatkan terjadi penurunan ukuran, penghematan
biaya, dan mempertinggi tingkat reliabilitas sistem.

6. Sebutkan dua macam kekurangan atau kelemahan dari instrumentasi elektronika !


Jawaban :
 Noise (derau); Sistem elektronik selalu diancam oleh derau, secara umum noise ada
dua mode yaitu natural mode dan common mode. Natural mode terdapat pada
komponen karena adanya getaran elektron yang disebabkan oleh panas sehingga
menimbulkan noise. Sedangkan Common mode dapat masuk melalui input dan
common komponen
 Offset dan drift; Adanya output sistem tanpa input yang masuk disebut offset,
sedangkan drift (pergeseran) merupakan kecepatan offset persatuan waktu.

7. Jelaskan yang dimaksud dengan alat ukur digital dan perbedaannya dengan alat ukur
analog ! Sebutkan lima keunggulan yang dimiliki oleh alat ukur digital dibanding
dengan alat ukur analog !
Jawaban :
Sejak ditemukan kiat mengolah sinyal dengan cara digital, maka bermacam-macam
peralatan terus berkembang dan kian menjadi lebih baik, tidak terkecuali alat ukur. Berbeda
dengan alat ukur analog, pada alat ukur digital besaran terukur harus dirubah ke cara digital.
Untuk mengubah sinyal analog ke bentuk sinyal digital diperlukan proses pengangkaan dan
penyandian. Alat ukur digital menggunakan rangkaian logika untuk penampilan dan
pemrosesan data. Pada rangkaian logika yang terdiri atas gerbang logika, sinyal hasil
pengukuran diolah dengan kecepatan tinggi. Alat ukur digital setidaknya memiliki lima
keunggulan dibanding dengan alat ukur analog, antara lain :
 Kemudahan pembacaan berupa angka
 Kecepatan sampling lebih tinggi
 Akurasi lebih tinggi
 Resolusi lebih tinggi
 Memungkinkan pengukuran secara otomatis.

8. Jelaskan perbedaan antara alat ukur digital dengan alat ukur tampilan digital dalam
bentuk diagram blok !
Jawaban :
Alat ukur digital memerlukan rangkaian digital pada bagian pengukurnya. Sedangkan alat
ukur tampilan digital pada bagian pengukurnya berupa rangkaian analog dan hanya pada
bagian tampilan yang berupa rangkaian digital, yaitu sebagai berikut :
 Bagian-bagian Alat ukur digital :
Penyiapan Pengubah
Analog ke
Rangkaian Tampilan
Masukan Sinyal Logika Digital
Digital
Sinyal Analog

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 26


 Bagian-bagian alat ukur tampilan digital :

Penyiapan Pengubah
Rangkaian Tampilan
Analog ke
Masukan Sinyal Analog Digital Digital
Sinyal Analog

9. Jelaskan bagian penyiapan sinyal dari alat ukur digital yang digunakan sebagai fungsi
pembalik sinyal menggunakan operasional amplifier !
Jawaban :
Pembalik digunakan untuk mendapatkan sinyal yang berbeda 180o terhadap sinyal
masukannya, dengan menggunakan op-amp, sebagai berikut :
Rf

Ri
ei -
eo

Rf
eo = - ei ; Jika Rf = Ri, maka eo = - ei
Ri

Jadi tegangan keluaran eo berbeda fasa 180o terhadap tegangan masukan ei.
10. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan penapisan ! Dan apabila suatu rangkaian
penapis (filter) lowpass sederhana didesain agar tegangan keluaran ditekan 3 dB pada
100 Hz. Hitung tetapan waktunya dan pilihlah nilai R dan C yang cocok !
Jawaban dan penyelesaian :
Keluaran transducer yang diumpankan ke rangkaian penyiapan sinyal seringkali
mengandung derau. Derau itu menyebabkan error pada sinyal masukan rangkaian penyiap
sinyal. Untuk memberikan sinyal yang dinginkan dalam menahan sinyal derau, diperlukan
rangkaian penapis. Penapis dapat dirangkai dari pesusun elektronik pasif, seperti tahanan,
induktor, dan kapasitor, atau dari pesusun aktif, seperti op-amp dengan penguatan dan
balikan. Penapis dapat digolongkan dalam beberapa jenis, antara lain :
 Lowpass
 Highpass
 Bandpass
 Bandstop.
Apabila tegangan keluaran diredam 3 dB pada 100 Hz, maka :
10 log Eo/Ei = -3
Eo/Ei = 0,501
Eo 1 1
 
Ei 1  
2 2
1  (2 100)2 2

  2,75.103 detik

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 27


Pilih R = 1 kΩ;
1 1 1
di mana c = ; fc =  ; maka C = 2,75  F
RC 2RC 2
11. Besaran keluaran rangkaian sample and hold (S/H) adalah 0-5 Volt. Jika akan dibuat
pengubah analog ke digital 4 bit, berapa interval yang dibutuhkan ?
Penyelesaian :
Secara umum untuk 2n interval yang berhubungan dengan pengubah analog ke digital n bit,
V
nilai masing-masing selang adalah Volt.
2n
Jadi jumlah selang pengangkaan adalah : 24 = 16

12. Gambar berikut adalah salah satu usaha untuk mengecilkan tahanan dalam alat ukur,
yaitu dengan menggunakan Op-amp yang diterapi umpan balik jajar-jajar. Jelaskan
dan hitunglah tegangan keluaran Vo, apabila kuat arus yang hendak diukur Ii adalah
50 μA !

Penyelesaian :
Op-amp yang diterapi umpanbalik negatif jajar-jajar mempunyai Zi = 0. Arus yang hendak
diukur, Ii dihubung singkat oleh Op-amp. Keluaran Op-amp adalah : Vo = Ii x Rf
Tegangan Vo ini kita ukur dengan alat ukur Volt biasa.
Jika kuat arus yang hendak diukur, Ii = 50 µA, maka :
Vo = Ii x Rf = 50 µA x 100 KΩ = 5 Volt
Alat ukur kita kalibrasi dengan 5 Volt = 50 µA. Karena Vo dan Ii berbanding lurus secara
linier, maka skala akan linier (1 Volt = 10 µA; 2 Volt = 20 µA), dst).
Arus yang hendak diukur bisa juga bentuk bolak-balik, di mana dalam hal ini alat ukur Volt
akan dapat ditukar dengan osiloskop.

13. Gambar berikut adalah salah satu usaha untuk menaikkan atau melipat gandakan
kepekaan alat ukur arus, yaitu dengan menggunakan Op-amp yang diterapi umpan
balik negatif jajar-deret. Jelaskan serta hitunglah kepekaan dan penguatan arus dalam
μA, apabila kuat arus Ii yang mengalir sebesar μA !

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 28


Penyelesaian :
Misalkan alat ukur arus dengan kepekaan 45 µA hendak kita naikkan menjadi 1 µA.
Kuat arus yang hendak kita ukur, Ii dikuatkan oleh Op-amp dengan penguatan sebesar :
R2
Ai = 1
R1
Alat ukur mempunyai kepekaan 45 µA. Kalau arus Ii = 1 µA harus menyimpangkan jarum
skala penuh, berarti bahwa Ii perlu dikuatkan 45 kali.
Jadi diperlukan : R 2  44
R1
Kalau R1 kita tetapkan sebesar = 1 KΩ, maka diperlukan R2 = 44 KΩ. Sekarang kuat 1 µA
akan menyimpangkan jarum sejauh skala penuh, (angka 45 µA di papan skala kita baca 1
µA).

14. Gambar berikut adalah salah satu usaha untuk membesarkan tahanan dalam alat ukur
volt, yaitu dengan menggunakan Op-amp yang diterapi umpan balik negatif deret-
deret. Jelaskan serta hitunglah arus keluaran Io, apabila tegangan Vi yang hendak diukur
diubah menjadi arus keluaran Io, dan tegangan masukan Vi adalah 1 mV pada
simpangan skala penuh !

Penyelesaian :
Dengan menggunakan Op-amp yang diterapi umpan balik negatif deret-deret, kita akan
memperoleh alat ukur volt dengan perlawanan masukan yang besar tak terhingga.
Tegangan yang hendak diukur Vi diubah menjadi arus keluaran, Io sebesar :
Vi
Io = (arus keluaran ini dapat diukur dengan alat ukur mA).
R
Dengan R = 10 Ω, Vi = 1 mV, maka :
Vi 1mV
Io = =  100 µA
R 10

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 29


Kalau alat ukur - µA yang dipakai mempunyai simpangan skala penuh 100 µA, maka
tegangan terukur 1 mV akan menyimpangkan jarum skala penuh. (Titik skala penuh 100
µA kita beri tanda 1 mV). Kalau harga R kita tukar dengan saklar dari 10 Ω, 100 Ω, 1000
Ω, maka simpangan skala penuh akan identik dengan 1 mV, 10 mV, 100 mV.

15. Suatu termometer digital menggunakan pengubah analog-digital ADC 0804


mempunyai waktu pengubahan sebesar 100 μdetik terhadap perubahan masukan dan
mengeluarkan dalam bentuk biner. Prinsip kerja dari IC ADC 0804 menggunakan
metode pendekatan berturut-turut (aproksimasi suksesif) dengan resolusi sebesar
0,390%. Beroperasi pada tegangan standar 5 Volt, dan dapat menerima masukan
analog berkisar 0-5 Volt. Tentukan :
a) Gambarkan skema peralatan secara lengkap !
b) Sebutkan nama alat ukur di atas !
c) Berapa waktu yang diperlukan IC ADC 0804 untuk mengubah masukan ?
d) Berapa tegangan standar IC ADC 0804 untuk beroperasi ?
e) Berapa tegangan analog yang dapat diterima IC ADC 0804 ?
f) Apa fungsi R1 dan C1 yang dihubungkan pada kaki CLK IN dan CLK R pada IC
ADC 0804 ?
g) Metode apa yang digunakan untuk pengubah A/D pada IC ADC 0804 ?
h) Apa fungsi dari transducer ?
i) Jika diketahui pengubah A/D mempunyai resolusi sebesar 0,39 % dan tegangan
acuan sebesar 3 V, berapa tegangan masukan minimum yang dapat diubah menjadi
biner 1 ?

Penyelesaian :
a)

b) Jawaban: termometer digital.

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 30


c) Jawaban: untuk pengubahan masukan IC ADC 0804 memerlukan waktu 100 µ
detik.
d) Jawaban: tegangan standar untuk beroperasi IC ADC 0804 sebesar 5 volt.
e) Jawaban: tegangan analog yang dapat diterima IC ADC 0804 sebesar 0-5 volt.
f) Jawaban: fungsi kedua komponen R1 dan C1 adalah untuk mengoperasikan
pewaktu internal IC ADC 0804.
g) Jawaban: metode yang dipakai adalah pengubah A/D dengan pendekatan berturut-
turut atau disebut successive approximation.
h) Jawaban: transducer berfungsi untuk mengubah besaran fisis (temperatur) menjadi
besaran listrik (tegangan).
i) Jawaban: Tegangan masukan minimum: Vref x resolusi = 3 V x 0,39% = 0,0117
Volt. Jadi, dengan tegangan masukan sebesar 0,0117 V, maka keluaran pengubah
A/D sebesar biner 1.

16. Suatu termometer digital menggunakan pengubah analog-digital ADC 0804


mempunyai waktu pengubahan sebesar 100 μdetik terhadap perubahan masukan dan
mengeluarkan dalam bentuk biner. Prinsip kerja dari IC ADC 0804 menggunakan
metode pendekatan berturut-turut (aproksimasi suksesif) dengan resolusi sebesar
0,40%. Beroperasi pada tegangan standar 5 Volt, dan dapat menerima masukan analog
berkisar 0-5 Volt. Tentukan :
a) Berapa waktu yang diperlukan IC ADC 0804 untuk mengubah masukan ?
b) Berapa tegangan masukan minimum yang dapat diubah menjadi biner 1 ?
c) Jika tegangan masukan sebesar 300 mVolt, dengan sensitivitas alat transducer 10
mV/ o C, berapa besar penunjukkan temperatur ?

Penyelesaian :
a) Waktu yang diperlukan IC ADC 0804 untuk mengubah masukan:
Waktu yang diperlukan = 100 µdetik
b) Tegangan masukan minimum yang dapat diubah menjadi biner 1:
Resolusi 0,40 %
V referensi / acuan 5 V
Resolusi perubahan tegangan = 0,02 V
c) Jika tegangan masukan sebesar 300 mVolt, dengan sensitivitas alat transducer 10
mV/oC, maka besar penunjukkan temperatur
Pada transducer / sensor:
Voutput 300 mV = 0,3 V
Sensitivitas 10 mV/oC
Temperatur input = 30 oC
Pada ADC:
Vinput 300 mV = 0,3 V
Resolusi tegangan = 0,02 V

Jumlah bit yang diperlukan:


Resolusi tegangan = 0,02 V
V referensi / acuan =5 V

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 31


0,02 = 5 x 2-n
log (0,02) = log {(5)(2-n)}
= log (5) + log (2-n)
= log (5) + (-n) log (2)
n = {log (5) - log (0,02)} / log (2)
n = 7,965784285 ≈ 8 bit
log 5 = 0,6990
log 0,02 = -1,6990
log 2 = 0,3010
Jumlah bit = 8 bit

8 bit 11111111 = 256


1 2 0,5
2 4 0,25
3 8 0,125
4 16 0,0625
5 32 0,03125
6 64 0,015625
7 128 0,0078125
8 256 0,00390625
jumlah = 0,99609375

V referensi / acuan =5V


Resolusi tegangan = 0,02 V
Tegangan masukan = 4,98046875 V
Penunjukkan temperatur = 29,8828125 oC
Temperatur input = 30 oC
Resolusi temperatur = 0,1172 oC

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 32


Soal-soal :
1. Jelaskan yang dimaksud dengan pengertian alat-alat ukur elektronik !
2. Sebutkan bagian-bagian utama dari osiloskop !
3. Sebutkan empat macam aplikasi alat ukur osiloskop !
4. Suatu CRO mempunyai jarak pelat-pelat penyimpang ke layar 10 cm, sedangkan jarak
antara pelat-pelat penyimpang adalah 5 mm, panjang pelatnya adalah 1 cm. Apabila
tegangan pemercepat sebesar 1000 Volt. Tentukan sensitivitas simpangan CRO !
5. Apakah yang dimaksud dengan sistem instrumentasi elektronik ?
6. Sebutkan delapan macam kelebihan dari sistem elektronik !
7. Sebutkan dua macam kekurangan atau kelemahan dari instrumentasi elektronika !
8. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan alat ukur digital dan perbedaannya dengan alat
ukur analog ! Sebutkan lima keunggulan yang dimiliki oleh alat ukur digital dibanding
dengan alat ukur analog !
9. Jelaskan perbedaan antara alat ukur digital dengan alat ukur tampilan digital dalam
bentuk diagram blok !
10. Jelaskan bagian penyiapan sinyal dari alat ukur digital yang digunakan sebagai fungsi
pembalik sinyal menggunakan operasional amplifier !
11. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan penapisan ! Dan apabila suatu rangkaian
penapis (filter) lowpass sederhana didesain agar tegangan keluaran ditekan 3 dB pada
200 Hz. Hitung tetapan waktunya dan pilihlah nilai R dan C yang cocok !
12. Besaran keluaran rangkaian sample and hold (S/H) adalah 0-5 Volt. Jika akan dibuat
pengubah analog ke digital 8 bit, berapa interval yang dibutuhkan ?
13. Suatu termometer digital menggunakan pengubah analog-digital ADC 0804
mempunyai waktu pengubahan sebesar 100 μdetik terhadap perubahan masukan dan
mengeluarkan dalam bentuk biner. Prinsip kerja dari IC ADC 0804 menggunakan
metode pendekatan berturut-turut (aproksimasi suksesif) dengan resolusi sebesar
0,36%. Beroperasi pada tegangan standar 5 Volt, dan dapat menerima masukan analog
berkisar 0-5 Volt. Tentukan :
a) Berapa waktu yang diperlukan IC ADC 0804 untuk mengubah masukan ?
b) Berapa tegangan masukan minimum yang dapat diubah menjadi biner 1 ?
c) Jika tegangan masukan sebesar 350 mVolt, dengan sensitivitas alat transducer 10 mV/ o C,
berapa besar penunjukkan temperatur ?
14. Suatu KWH Meter Digital Terprogram dengan spesifikasi peralatan terdiri dari Trafo
Arus, L to V Converter, Clock Timer, Decade Counter, Register, Decoder,
Microcontroller, dan Display, dengan sensitivitas sensor 1 mV/KWH. Prinsip kerja
dari Analog Digital Converter (ADC) pada Microcontroller menggunakan metode
pendekatan berturut-turut (aproksimasi suksesif) dengan resolusi sebesar 0,0020 %.
Beroperasi pada tegangan standar 5 Volt, dan dapat menerima masukan analog berkisar
antara 0-5 Volt. KWH meter digital memiliki dua jenis tampilan penunjukkan, yaitu
besaran pemakaian energi listrik untuk bulan ini dan bulan lalu, serta besaran rekening
yang harus dibayar. KWH meter digital tersebut digunakan untuk mengukur besaran
energi listrik pada instalasi listrik rumah tangga dengan Golongan Tarif R1 900 VA,
220 V, 50 Hz. Jika tegangan masukan untuk pemakaian energi listrik pada bulan ini
sebesar 509 mV, dan pada bulan lalu sebesar 262 mV, sedangkan Tarif Dasar Listrik
(TDL) terdiri atas biaya pemakaian sebesar Rp650,00 per KWH, dan biaya kapasitas
per bulan sebesar Rp35.000,00 per KVA. Tentukan:
a) Besar penunjukkan nilai tampilan pemakaian energi bulan ini !
b) Besar penunjukkan nilai tampilan pemakaian energi bulan lalu !
c) Besar penunjukkan nilai tampilan rekening biaya total !
d) Besar kesalahan pengukuran energi !

Modul Ajar Instrumentasi │Alat-Alat Ukur Elektronik III- 33


BAB IV

PENGUKURAN LISTRIK

Tujuan Instruksional Umum :


Selelah menyelesaikan mata kuliah diharapkan mahasiswa dapat memahami teknik dan
metoda dalam pengukuran listrik.
Tujuan Instruksional Khusus :
Standar Kompetensi
Menggunakan teknik dan metoda pengukuran listrik terhadap alat-alat ukur listrik dan
alat-alat ukur elektronik dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
 Memahami teknik dan metoda pemilihan dan penggunaan alat-alat ukur listrik dan
alat-alat ukur elektronik dalam pengukuran listrik
 Menggunakan alat-alat ukur listrik dan alat-alat ukur elektronik dalam melakukan
pengukuran listrik dan perhitungan sesuai dengan teknik dan metoda instrumentasi
dan pengukuran listrik.
Indikator
Mahasiswa dapat :
 Menjelaskan cara melakukan pengukuran dan menghitung besaran-besaran arus,
tegangan, daya, dan energi listrik dengan menggunakan alat-alat ukur listrik maupun
alat-alat ukur elektronik sesuai dengan teknik dan metoda instrumentasi dan
pengukuran listrik
 Menjelaskan cara melakukan pengukuran dan menghitung besaran-besaran tahanan,
induktansi, dan kapasitansi dengan menggunakan alat-alat ukur listrik maupun alat-
alat ukur elektronik serta alat-alat penunjang lainnya sesuai dengan teknik dan
metoda instrumentasi dan pengukuran listrik
 Menjelaskan cara melakukan pengukuran elektronik dan diagnosis kesalahan dan
pengujian dengan menggunakan alat-alat ukur elektronik sesuai dengan teknik dan
metoda instrumentasi dan pengukuran listrik.

4.1 Pendahuluan
Besaran-besaran listrik seperti arus, tegangan, tahanan, induktansi, dan kapasitansi
adalah merupakan sebagian dari besaran-besaran listrik yang harus dapat diketahui baik
karakteristik maupun kuantitasnya. Salah satu cara untuk mengetahui besaran-besaran
listrik dapat dilakukan melalui pengamatan fenomena fisis terhadap besaran-besaran listrik
tersebut melalui suatu pengukuran listrik dengan teknik-teknik dan metoda-metoda
tertentu.
Besaran listrik seperti arus dan tegangan adalah dua besaran yang paling penting pada
kelompok besaran listrik tersebut. Untuk itu, dikembangkan teknik pengukuran arus dan
tegangan serta dikembangkan pula alat ukur arus dan tegangan. Untuk mendapatkan hasil
yang teliti, pengukuran besaran arus dan tegangan yang kecil-kecil berbeda dengan besaran
arus dan tegangan yang besar-besar. Alat ukur arus dan tegangan yang sering dijumpai
adalah alat ukur ganda atau multimeter.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 1


Kecuali dua besaran tadi, tahanan juga dapat diukur dengan alat ukur multimeter
yang sama. Pada umumnya instrumen seperti AVO (Amper, Volt, Ohm meter) dan DMMs
(Digital Multimeters) sesuai untuk mencatat arus searah yang tetap pada tegangan bolak-
balik yang sinusoidal. Banyak bentuk gelombang berlainan yang ditemukan dalam
rangkaian elektronik, seperti output rectifier, deret pulsa, gelombang siku-siku dan
segitiga, serta bentuk gelombang thyristor. Penunjukan yang diperoleh dengan memakai
instrumen konvensional masih kurang peka, sehingga dicari metoda pengukuran yang lain,
seperti penggunaan CRO (cathode ray oscilloscope).
Arus-arus dan tegangan-tegangan yang diukur dengan alat-alat ukur penunjuk pada
umumnya adalah arus-arus searah dan arus bolak-balik dari frekuensi komersial hingga
frekuensi audio. Dalam penggunaan arus bolak-balik, maka bentuk gelombang, frekuensi,
induksi pada frekuensi tinggi dan sebagainya, akan memperlihatkan pengaruhnya. Sebagai
sesuatu yang juga berlaku untuk arus searah maupun arus bolak-balik, maka sangat
dikehendaki agar suatu alat ukur yang hendak dipergunakan mempunyai daya sendiri yang
sekecil mungkin, sehingga tidak mempengaruhi jala-jala listriknya yang diukur. Kadang-
kadang adalah perlu pula untuk memperhatikan pengaruh dari keadaan di sekitarnya,
seperti pengaruh temperatur dan medan magnet. Syarat dasar semua instrumen adalah
bahwa alat yang dipakai tidak menghambat sistem atau variabel yang sedang diukur. Untuk
memenuhi syarat ini diperlukan instrumen ideal yang sempurna dalam segala hal.
Alat ukur yang akan dipergunakan untuk suatu pengukuran yang tertentu, haruslah
dipilih secara rasional dengan memperhitungkan sifat maupun kebesaran yang akan diukur,
maupun maksud dari pengukuran, lokasi daripada alat ukur, keadaan sekelilingnya, dan
sebagainya. Bila faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan, maka tidak hanya terdapat
kekeliruan di dalam pemilihan alat-alat ukur, akan tetapi mungkin pula menyebabkan
kecelakaan.
Sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi, kemampuan manusia membuat alat
ukur yang tepat dan telitipun terus meningkat. Perkembangan di bidang elektronika secara
langsung mempercepat perkembangan di bidang ukur mengukur. Dengan penggunaan
elektronika,, alat ukur makin tinggi ketelitian dan ketepatannya. Selain itu alat ukur yang
tersedia juga makin memungkinkan orang untuk mencatat besaran serta menjadi bagian
dari sistem Pengaturan.

4.2 Pengukuran arus dan tegangan


4.2.1 Pengukuran arus
Arus adalah aliran muatan listrik yang dapat diukur dengan memasang alat ukur arus
atau Ampermeter secara seri pada rangkaian yang dialiri arus yang diukur. Karena itu, alat
ukur arus hendaknya mempunyai tahanan dalam yang kecil. Dengan tahanan dalam yang
kecil, maka susut (drop) tegangan pada alat ukur arus dapat ditekan, sehingga pengukuran
menjadi lebih teliti. Alat ukur arus idealnya mempunyai tahanan dalam nol.
Misalkan bahwa dalam rangkaian yang diperlihatkan dalam gambar 4.1(a)
terdapat beban kira-kira 75  dan dihubungkan pada sumber tegangan yang mempunyai
tegangan 1,5 Volt dengan tahanan dalam yang dapat diabaikan. Arus I mengalir ke dalam
alat ukur dari tipe kumparan putar dengan batas ukur skala penunjukan maksimum sebesar
30 A, dan mempunyai tahanan dalam sebesar 15 , dihubungkan secara seri dengan beban
tersebut seperti ditunjukkan dalam gambar 4.1(b). Alat ukur tersebut ditempatkan untuk
mengukur arus I. Dengan adanya alat ukur tersebut ternyata arus I berubah menjadi I’, dan
1,5
dapat dinyatakan sebagai : I’ =  0,017 A = 17 mA
75  15

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 2


Sedangkan arus sebenarnya adalah :
1,5
I =  0,02 A = 20 mA
75
I I’ 15 
A

1,5 V 75  1,5V 75 

(a) (b)
Gambar 4.1 Pengukuran arus; gangguan pada rangkaian pengukuran disebabkan
terhubungnya suatu Ampermeter
Jadi harga arus yang diukur berbeda sebesar 3 mA atau 17% dari harga sebenarnya.
Kesalahan ini dapat dibebankan kepada kondisi rangkaian pengukuran yang telah
mengalami perubahan, disebabkan oleh penggunaan alat pengukur amper dengan tahanan
dalamnya yang tidak bisa diabaikan terhadap besar dari tahanan beban, atau oleh karena
pemakaian daya sendiri oleh alat pengukur amper. Bila sekarang alat pengukur amper
kumparan putar dengan batas ukur skala maksimum sebesar 30 mA yang mempunyai
tahanan dalam sebesar 1,1 , dipakai sebagai pengganti alat pengukur arus sebelumnya,
maka arus yang melalui beban adalah :
1,5
I” =  0,0197 A = 19,7 mA
75  1,1
Harga hasil pengukuran jauh lebih dekat terhadap arus I dibandingkan dengan hasil
pengukuran yang sebelumnya. Kesalahan hasil pengukuran adalah sebesar 0,29 mA atau
1%. Dengan demikian batas ukur atau rangkuman ukur harus diperhatikan pada saat kita
mengukur, begitu pula dengan tahanan dalam alat ukur.

4.2.2 Pengukuran tegangan


Tegangan (gaya gerak listrik) atau emf (electromotive force) adalah suatu besaran
yang dihasilkan oleh sumber listrik atau perbedaan potensial antara dua titik dalam sebuah
rangkaian. Tegangan tersebut selalu berada antara dua titik. Dengan kata lain, besaran yang
diukur adalah perbedaan tegangan antara sebuah titik dengan titik lain. Oleh karena itu, alat
ukur tegangan atau Voltmeter cukup dihubungkan atau dipasang secara paralel pada aliran
tegangan yang hendak diukur. Agar tidak ada arus yang mengalir lewat alat ukur tegangan,
maka tahanan alat ukur tegangan itu sebaiknya besar sekali, idealnya tahanan dalam alat
ukur tegangan tak terhingga.
10 k 10 k

2V 9 k E 2V 9 k E’ V

(a) (b)
Gambar 4.2 Pengukuran tegangan; gangguan pada rangkaian pengukuran disebabkan
terhubungnya suatu Voltmeter

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 3


Dimisalkan bahwa dalam rangkaian listrik yang dinyatakan dalam gambar 4.2(a),
terdapat suatu perbedaan potensial E di antara ujung-ujung A dan B. Alat pengukur
tegangan arus searah dengan skala maksimum sebesar 1 volt dan yang mempunyai
tahanan dalam 1 k, dihubungkan di antara ujung-ujung A dan B seperti diperlihatkan
dalam gambar 4.2(b), dengan maksud untuk mengukur perbedaan potensial E. Besar
tegangan yang diukur E’ antara ujung-ujung A dan B dapat dinyatakan sebagai berikut :

  9 1  
  
  9  1  
E’ = 2   = 0,165 V
10   9  1  

  9  1 
Sedangkan tegangan sebenarnya adalah :
 9 
E=2   = 0,947 V
 10  9 
Jadi harga yang diukur adalah jauh berbeda, sehingga suatu koreksi harus diberikan, yaitu
sebesar :
0,947  0,165
 100%  474%
0,165
Kesalahan tersebut di atas diakibatkan oleh tahanan dalam dari alat pengukur volt
yang rendah, bila dibandingkan dengan tahanan dari pada rangkaian pengukuran, atau
dengan kata lain penggunaan daya sendiri dari alat ukur volt ini adalah besar dibandingkan
dengan rangkaian pengukuran. Dalam penggunaan rangkaian elektronik, kita sering
membuat kesalahan-kesalahan demikian, bila kita menghubungkan suatu suatu alat
pengukur volt, dengan harapan bahwa jarum penunjuk akan bergerak melalui suatu sudut
yang cukup besar, akan tetapi dalam kenyataannya hampir-hampir tidak memperlihatkan
pergerakan, karena kemungkinan besar pengukuran tersebut memerlukan penggunaan
suatu alat pengukur volt yang seharusnya mempunyai tahanan dalam jauh lebih besar. Alat
pengukur tegangan elektronik yang pada akhir-akhir ini telah mendapatkan pemakaian
yang sangat luas, pada umumnya mempunyai tahanan dalam yang sangat besar, dengan
demikian dapat dipakai hampir-hampir bebas dari kesalahan-kesalahan pengukuran.

4.2.3 Pengukuran arus dan tegangan dengan metoda voltmeter-ampermeter


Dalam pengukuran arus dan tegangan, seperti diperlihatkan dalam gambar 4.3(a),
ampermeter mengukur arus beban I yang sebenarnya, akan tetapi voltmeter
memperlihatkan jumlah dari tegangan beban dan kerugian tegangan pada alat pengukur.
Bila tegangan beban disebut IR dan kerugian tegangan pada alat pengukur amper adalah
IRa, maka tegangan yang diukur menjadi :
IR + IRa = I(R +Ra) (4-1)
Sebaliknya dalam gambar 4.3(b), voltmeter menunjukkan tegangan beban V yang
sebenarnya, tetapi ampermeter memperlihatkan jumlah dari pada beban I dan arus Iv yang
melalui alat pengukur volt, sehingga :

V V 1 1 
Ia =   V    (4-2)
R Rv  R Rv 

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 4


Gambar 4.3 Pengukuran arus dan tegangan dengan metoda voltmeter-ampermeter
Dengan menunjuk pada persamaan (4-1) dan (4-2), maka untuk mengadakan
pengukuran arus beban dan tegangan beban setepat mungkin, adalah sangat
menguntungkan untuk melaksanakannya sebagai berikut :
a. Untuk pengukuran pada jaringan-jaringan elektronika, di mana arus bebannya kecil,
maka hubungan seperti diperlihatkan dalam gambar 4.3(a) adalah lebih baik
b. Untuk pengukuran pada jaringan-jaringan tenaga, di mana pada umumnya arus
bebannya besar, maka hubungan seperti diperlihatkan dalam gambar 4.3(b) adalah
lebih baik.

4.3 Pengukuran daya


4.3.1 Pengukuran daya dengan metoda voltmeter-ampermeter
Daya arus searah dapat diukur dengan voltmeter dan ampermeter, yang dihubungkan
seperti diperlihatkan dalam gambar 4.4. Perlu untuk memperhitungkan kerugian-kerugian
daya yang terjadi, oleh adanya alat-alat pengukuran. Misalkan bahwa bila beban tahanan
adalah R, tegangan beban adalah V dan arus beban adalah I, sedangkan alat-alat ukur volt
dan amper yang mempunyai tahanan-tahanan dalam Rv dan Ra, menunjukkan Vv dan Ia.
Dengan mempergunakan rangkaian dalam gambar 4.4(a) akan didapat :
Vv = IR + IRa, Ia = I, maka daya yang akan diukur adalah :
W = I R = VvIa – Ia Ra
2 2
(4-3)
Dengan cara yang sama dalam gambar 4.4(b), yaitu :
2
Vv
W = VI = VvIa - (4-4)
Rv

Gambar 4.4 Pengukuran daya dengan metoda voltmeter-ampermeter

Dalam hal pengukuran arus bolak-balik, bila diketahui tegangan V dan arus I dan di
samping itu diketahui pula perbedaan fasa atau faktor daya cos , maka W dihitung dari
VI cos .

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 5


4.3.2 Pengukuran daya dengan metoda tiga voltmeter dan tiga ampermeter
Daya satu fasa dapat diukur dengan mempergunakan tiga voltmeter atau tiga
ampermeter. Pada metoda tiga voltmeter seperti yang ditunjukkan dalam gambar 4.5, bila
masing-masing alat ukur menunjukkan V1, V2, dan V3, maka :
V32 = V12 + V22 + 2V1V2cos 
V2
W = V1 I cos  = V1 cos 
R

=
1
2R

V3  V2  V1
2 2 2
 (4-5)

Gambar 4.5 Pengukuran daya dengan metoda tiga voltmeter

Gambar 4.6 Pengukuran daya dengan metoda tiga ampermeter

Dalam mempergunakan metoda tiga ampermeter seperti yang ditunjukkan dalam gambar
4.6, bila masing-masing alat ukur menunjukkan I1, I2, dan I3, maka :

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 6


I32 = I12 + I22 + 2I1I2cos 
W = V I1 cos  = I2 R I1 cos 

=
R 2
2

I 3  I 2  I1
2 2
 (4-6)

4.3.3 Pengukuran daya tiga fasa dengan metoda dua wattmeter


Pengukuran daya dalam suatu sistem fasa banyak memerlukan pemakaian dua atau
lebih wattmeter. Kemudian daya nyata total diperoleh dengan menjumlahkan pembacaan
wattmeter secara aljabar. Teorema Blondel menyatakan bahwa daya nyata dapat diukur
dengan mengurangi satu elemen wattmeter dari sejumlah kawat-kawat dalam setiap sistem
fasa banyak, dengan persyaratan bahwa satu kawat dapat dibuat common terhadap semua
rangkaian potensial. Gambar 4.7(a) memperlihatkan sambungan dua wattmeter untuk
pengukuran konsumsi daya oleh sebuah beban tiga fasa tiga kawat yang setimbang yang
dihubungkan secara delta. Kumparan arus wattmeter 1 dihubungkan dalam jaringan A, dan
kumparan tegangannya dihubungkan antara jala-jala A dan C. Kumparan arus wattmeter 2
dihubungkan dalam jaringan B, dan kumparan tegangannya dihubungkan antara jala-jala B
dan C. Daya total yang dipakai oleh beban setimbang tiga fasa sama dengan penjumlahan
aljabar dari kedua pembacaan wattmeter.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 7


Gambar 4.7 Pengukuran daya tiga fasa tiga kawat dengan metoda dua wattmeter; (a)
rangkaian dua wattmeter, (b) diagram fasor

Diagram fasor dalam gambar 4.7(b) menunjukkan tegangan tiga fasa VAC, VCB, dan
VBA dan arus tiga fasa IAC, ICB, dan IBA. Beban yang dihubungkan secara delta dianggap
induktif, dan arus fasa ketinggalan dari tegangan fasa sebesar sudut . Kumparan arus
wattmeter 1 membawa arus IA’A, yang merupakan penjumlahan vektor dari arus-arus fasa
IAC dan IAB. Kumparan potensial wattmeter 1 dihubungkan ke tegangan jala-jala VAC.
Dengan cara sama kumparan arus wattmeter 2 membawa arus IB’B, yang merupakan
penjumlahan vektor dari arus-arus fasa IBA dan IBC, sedang kumparan wattmeter 2
dihubungkan ke tegangan jala-jala VBC. Karena beban adalah setimbang, tegangan-
tegangan fasa dan arus-arus fasa sama besarnya, yaitu :
VAC = VBC = V dan IAC = ICB = IBA = I
Daya dinyatakan oleh arus dan tegangan dari masing-masing wattmeter adalah sebagai
berikut :
   
W1 = VAC IA’A cos 30o    VI cos 30o   (4-7)

W = V I cos 30     VI cos30   


2 BC B’B
o o
(4-8)

dan W + W = VI cos30    + VI cos30   


1 2
o o

= cos 30 cos   sin 30 sin   cos 30 cos   sin 30 sin  


o o o o

= 3VI cos  (4-9)


Persamaan (4-9) merupakan pernyataan daya total dalam sebuah rangkaian tiga fasa,
kedua wattmeter dalam gambar 4.7(a) secara tepat mengukur daya total tersebut. Dapat
ditunjukkan bahwa penjumlahan aljabar dari pembacaan kedua wattmeter akan
memberikan nilai daya yang benar untuk setiap kondisi yang tidak setimbang, faktor daya
atau bentuk gelombang.
Jika kawat netral dari sistem tiga fasa tersedia seperti pada beban tersambung bintang
empat kawat, maka sesuai dengan teorema Blondel diperlukan tiga wattmeter untuk
melakukan pengukuran daya nyata total.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 8


4.3.4 Pengukuran besaran listrik menggunakan transformator instrumen
Pengukuran besaran-besaran listrik dengan skala besar seperti arus, tegangan, dan
daya pada stasiun pembangkit, stasiun transformator, saluran distribusi, dan pada saluran
transmisi, menggunakan transformator instrumen dalam kaitannya dengan instrumen-
instrumen pengukur arus bolak-balik (voltmeter, ampermeter, wattmeter, VARmeter, dan
lain-lain). Transformator-transformator instrumen yang digunakan dikelompokkan sesuai
dengan pemakaiannya, disebut transformator arus (curret transformer, TA) dan
transformator tegangan (potenstial transformer, PT). Transformator ini melakukan dua
fungsi utama, yaitu memperbesar rangkuman alat ukur arus bolak-balik seperti halnya
halnya shunt atau tahanan pengali pada alat ukur arus searah, dan mengisolir alat ukur dari
jala listrik tegangan tinggi.
Rangkuman sebuah ampermeter arus searah dapat diperbesar dengan menggunakan
sebuah tahanan shunt yang membagi arus yang diukur ke alat ukur dan shunt. Metoda ini
memuaskan bagi rangkaian-rangkaian arus searah, tetapi di dalam rangkaian-rangkaian
arus bolak-balik pembagian arus tidak hanya tergantung pada tahanan alar ukur dan shunt,
tetapi juga pada reaktansinya. Karena pengukuran arus bolak-balik dilakukan pada
rangkuman fekuensi yang lebar, menjadi sulit untuk mendapatkan ketelitian yang tinggi.
Sebuah transformator arus menghasilkan perluasan rangkuman yang dinginkan melalui
perbandingan transformasinya dan di samping itu menghasilkan pembacaan yang hampir
sama tanpa memperlihatkan konstanta alat ukur (reaktansi dan tahanan) atau kenyataannya
jumlah instrumen (dalam batas-batas yang sesuai) yang dihubungkan di dalam rangkaian.
Isolasi alat ukur dari jala-jala listrik tegangan tinggi adalah penting mengingat bahwa
sistem daya bolak-balik sering bekerja pada tegangan-tegangan orde beberapa ratus
kilivolt. Adalah tidak praktis menghubungkan jala-jala listrik tegangan tinggi langsung ke
panel instrumen untuk maksud pengukuran tegangan dan arus, bukan saja resiko
keselamatan tetapi juga karena masalah isolasi yang berkaitan dengan jala-jala tegangan
tinggi yang bekerja secara bersamaan di dalam suatu ruang terbatas. Bika sebuah
transformator instrumen digunakan, hanya kawat-kawat tegangan rendah saja dari
kumparan transformator sekunder yang dihubungkan ke panel instrumen dan hanya
tegangan rendah yang boleh ada antara kawat-kawat tersebut dengan bumi.

Gambar 4.8 Jenis transformator potensial


Dalam gambar 4.8, menunjukkan sebuah transformator potensial, yang digunakan
untuk mengalihkan tegangan tinggi dari sebuah jala-jala ke tegangan yang lebih rendah
yang sesuai bagi hubungan langsung ke sebuah voltmeter arus bolak-balik atau kumparan
potensial wattmeter arus bolak-balik. Tegangan-tegangan primer dibuat standar untuk

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 9


menyesuaikan terhadap tegangan menengah dan tegangan tinggi. Dalam kebanyakan
penggunaan maka tegangan primer adalah di bawah 300 kV, sedangkan tegangan sekunder
yang biasa adalah 100 V atau 120 V. Tegangan potensial ditetapkan agar dapat
menghasilkan sejumlah daya tertentu ke beban sekunder. Berbagai kapasitas beban yang
berbeda tersedia agar sesuai bagi pemakaian, kapasitas yang umum adalah 200 VA pada
frekuensi 50 Hz.
Transformator potensial harus memenuhi persyaratan desain tertentu yang mencakup
ketelitian perbandingan lilitan, reaktansi kebocoran yang kecil, arus magnetisasi yang kecil,
dan penurunan tegangan yang paling kecil, serta dielektrik yang tinggi. Selanjutnya karena
kita mungkin bekerja pada tegangan primer yang tinggi, isolasi antara gulungan-gulungan
primer dan sekunder harus mampu menahan beda potensial yang tinggi.
Perkembangan baru dalam industri karet sintetik telah memperkenalkan
transformator potensial jenis karet tuang / cetak (molded rubber), menggantikan minyak
isolasi dan bushing porselin dalam beberapa pemakaian. Unit tersebut lebih murah dari
transformator potensial konvensional yang berisi minyak, dan kerana bushing terbuat dari
karet tuang, sifat rapuh porselin dihilangkan. Sebuah titik polaritas berwarna putih
ditempatkan pada bushing yang tepat di bagian depan transformator. Dua terminal
kumparan sekunder tipe baut tap (stud) dimasukkan di dalam sebuah kotak saluran yang
dapat dipindahkan.
Dalam gambar 4.9, memperlihatkan transformator arus. Transformator arus kadang-
kadang mempunyai kumparan primer dan selalu mempunyai kumparan sekunder. Jika
terdapat kumparan primer, mempunyai jumlah gulungan yang kecil. Dalam kebanyakan
hal kumparan primer hanya berupa satu gulungan atau satu konduktor yang dihubungkan
seri ke beban yang arusnya akan diukur. Kumparan sekunder mempunyai jumlah lilitan
yang lebih banyak dan dihubungkan ke alat ukur arus atau ke sebuah kumparan rele.
Kumparan primer sering berupa konduktor tunggal berbentuk batang tembaga atau batang
kuningan berat yang dilewatkan melalui inti transformator. Transformator arus demikian
disebut transformator arus tipe batang (bar type) atau tipe tusukan.. Kumparan sekunder
transformator arus ini biasanya dirancang untuk menghasilkan arus sekunder sebesar 5 A.
Sebuah transformator arus tipe batang 800/5 A mempunyai 160 lilitan pada kumparan
sekundernya. Transformator jenis lainnya adalah tipe lilitan, di mana dipergunakan pada
umumnya bila harga nominal dari arus primer adalah di bawah 1000 A. Sedangkan tipe
lainnya dipergunakan pada arus-arus primer yang mempunyai harga nominal lebih tinggi.
Kumparan primer transformator arus dihubungkan langsung di dalam rangkaian
beban. Bila kumparan sekunder adalah rangkaian terbuka, tegangan yang dibangkitkan
pada terminal-terminal terbuka bisa sangat tinggi, sebab kenaikan perbandingan
transformator, sehingga dapat dengan mudah merusak isolasi antara gulungan-gulungan
sekunder. Karena itu kumparan sekunder sebuah transformator arus harus selalu
dihubungsingkatkan atau dihubungkan ke sebuah alat ukur atau kumparan rele. Sebuah
transformator arus tidak boleh mempunyai kumparan sekunder yang terbuka bila kumparan
primernya membawa arus.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 10


Gambar 4.9 Transformator-transformator arus

Gambar 4.10 Pengukuran tiga fasa menggunakan transformator-transformator instrumen.


Tanda-tanda polaritas transformator potensial dan transformator arus ditunjukkan oleh empat
persegi panjang hitam
Dalam gambar 4.10, menunjukkan pemakaian transformator-transformator
instrumen dalam suatu pengukuran arus, tegangan, dan daya. Diagram ini menggambarkan
hubungan transformator-transformator instrumen di dalam sebuah rangkaian tiga fasa tiga
kawat, termasuk dua wattmeter, dua voltmeter dan dua ampermeter. Transformator-
transformator potensial dihubungkan terhadap saluran fasa A dan B, dan saluran fasa C dan
B, sedangkan transformator-transformator arus pada saluran fasa A dan C. Kumparan-
kumparan sekunder dari transformntor-transformator potensial dihubungkan ke kumparan-
kumparan voltmeter dan kumparan-kumparan potensial wattmeter, kumparan-kumparan
sekunder transformator arus mengaliri ampermeter dan kumparan-kumparan arus
wattmeter.

4.4 Pengukuran energi listrik


Suatu alat ukur untuk mengintegrasikan dan mengukur besaran listrik yang diberikan
kepada suatu beban untuk jangka waktu tertentu, disebut sebagai alat ukur yang
mengintegrasikan suatu besaran listrik atau alat ukur integrasi. Alat ukur pengukur energi
listrik adalah salah satu alat ukur yang terpenting dan mendapatkan pemakaiannya yang
terluas, karena dipergunakan sebagai pengukur-pengukur energi dalam transaksi daya
listrik.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 11


Gambar 4.11 Prinsip pengukuran energi listrik arus bolak-balik menggunakan alat ukur
tipe induksi

Untuk penggunaan yang paling umum dari alat pengukur energi listrik pada arus
bolak-balik, maka alat ukur dari tipe induksi mendapatkan pemakaian yang paling luas.
Dalam gambar 4.11, memperlihatkan pengukuran energi listrik arus bolak-balik yang
mempergunakan alat ukur tipe induksi. Cp adalah inti besi dari kumparan-kumparan
tegangan, Wp adalah kumparan-kumparan tegangan, sedangkan Cc adalah kumparan-
kumparan arus dan Wc adalah kumparan-kumparan arus. Arus beban I mengalir melalui
Wc dan menyebabkan terjadinya fluksi magnetik 1. Wp mempunyai sejumlah lilitan yang
besar dan cukup besar untuk dianggap sebagai reaktansi murni, sehingga arus Ip yang
mengalir melalui Wb akan tertinggal dalam fasanya terhadap tegangan beban dengan sudut
sebesar 90o, dan menyebabkan terjadinya fluksi magnetis sebesar 2. Dengan demikian,
kepingan aluminium D, momen gerak TD yang berbanding lurus terhadap daya beban, maka
oleh pengaruh momen gerak ini, kepingan aluminium akan berputar dengan kecepatan
putaran n. Sambil berputar ini, D akan memotong garis-garis fluksi magnetis m dari
magnet yang permanen dan akan menyebabkan terjadinya arus-arus putar yang berbanding
lurus terhadap nm di dalam kepingan aluminium tersebut. Arus-arus putar ini akan pula
memotong garis-garis fluksi m sehingga kepingan D akan mengalami suatu momen
redaman Td yang berbanding lurus terhadap nm2. Bila momen-momen tersebut, yatu TD
dan Td ada dalam keadaan setimbang, maka hubungan di bawah ini akan berlaku yaitu
sebagai berikut :
Kd VI cos  = km nm2
atau :
kd
n= VI cos  (4-10)
kmm
2

dengan kd dan km sebagai konstanta. Jadi dari persamaan (4-10) tersebut dapat terlihat
bahwa kecepatan putar n, dari kepingan D adalah berbanding lurus dengan beban VI cos

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 12


, sehingga jumlah perputaran dari kepingan tersebut, untuk suatu jangka waktu tertentu
berbanding dengan energi listrik yang akan diukur untuk jangka waktu tersebut. Untuk
memungkinkan pengukuran, maka jumlah perputaran dari kepingan D ditransformasikan
melalui sistem mekanis tertentu, kepada alat penunjuk atau roda-roda angka. Transformasi
dari kecepatan putar biasanya diadakan sehingga roda-roda angka tersebut berputar lebih
lambat dibandingkan dengan kepingan C. Dengan demikian maka alat penunjuk atau roda-
roda angka akan menunjukkan energi yang diukur dalam kWh, setelah melalui kalibrasi
tertentu.

4.5 Pengukuran tahanan


4.5.1 Pengukuran tahanan dengan metoda voltmeter-ampermeter
Suatu cara populer untuk pengukuran tahanan dapat dilakukan dengan menggunakan
Metoda Voltmeter – Ampermeter (voltmeter ampermeter methode, karena instrumen-
instrumen ini biasanya tersedia di laboratorium. Jika tegangan V antara ujung-ujung
tahanan dan arus I melalui tahanan tersebut diukur, tahanan Rx yang tidak diketahui dapat
ditentukan berdasarkan Hukum Ohm, yaitu :
V
Rx = (4-11)
I
Pada persamaan (1-11), berarti bahwa tahanan ampermeter adalah nol dan tahanan
voltmeter adalah tak terhingga, sehingga kondisi rangkaian tidak terganggu.
Dalam gambar 4.12(a) arus sebenarnya (true current) yang disalurkan ke beban
diukur oleh ampermeter, tetapi voltmeter lebih tepat mengukur tegangan sumber dari pada
tegangan beban nyata (aktual). Untuk mendapatkan tegangan yang sebenarnya pada beban,
penurunan tegangan di dalam ampermeter harus dikurangkan dari penunjukan voltmeter.
Jika voltmeter dihubungkan langsung di antara ujung-ujung tahanan seperti dalam gambar
4.12(b), berarti mengukur tegangan beban yang sebenarnya, tetapi ampermeter
menghasilkan kesalahan (error) sebesar arus melalui voltmeter. Dalam kedua cara
pengukuran Rx ini kesalahan tetap dihasilkan. Cara yang benar untuk menghubungkan
voltmeter tergantung pada nilai Rx beserta tahanan voltmeter dan ampermeter. Umumnya
tahanan ampermeter adalah rendah, sedang tahanan voltmeter adalah tinggi.

Gambar 4.12 Efek penempatan voltmeter dan ampermeter dalam pengukuran dengan
metoda voltmeter-ampermeter

Dalam gambar 4.12(a) tersebut, ampermeter membaca arus beban Ix yang


sebenarnya, dan voltmeter mengukur tegangan sumber Vt. Jika Rx besar dibandingkan
terhadap tahanan dalam ampermeter, kesalahan yang diakibatkan oleh penurunan tegangan
di dalam ampermeter dapat diabaikan dan Vt sangat mendekati tegangan beban yang
sebenarnya, Vx. Dengan demikian rangkaian gambar 4.3(a) adalah yang paling baik untuk
mengukur nilai-nilai tahanan yang tinggi (high resistance values).

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 13


Dalam gambar 4.12(b), voltmeter membaca tegangan beban yang sebenarnya Vx, dan
ampermeter membaca arus sumber It. Jika Rx kecil dibandingkan terhadap tahanan dalam
voltmeter, arus yang dialirkan ke voltmeter tidak begitu mempengaruhi arus sumber dan It
sangat mendekati arus beban yang sebenarnya, Ix. Berarti rangkaian gambar 4.12(b) paling
baik untuk pengukuran nilai-nilai tahanan yang rendah (low resistance values).
Selanjutnya dengan memberikan sebuah tahanan Rx yang besarnya tidak diketahui,
bagaimanakah cara mengetahui jika voltmeter telah dihubungkan dengan tepat ? Perhatikan
rangkaian dalam gambar 4.13, dalam mana voltmeter dan ampermeter dapat dihubungkan
dalam dua cara pembacaan yang bersamaan, yaitu sebagai berikut :
a. Hubungkan voltmeter terhadap Rx dengan saklar pada posisi 1 dan amati pembacaan
ampermeter
b. Pindahkan saklar ke posisi 2. Jika pembacaan ampermeter tidak berubah, kembalikan
saklar ke posisi 1. Gejala ini menunjukkan pengukuran tahanan rendah. Catat
pembacaan arus dan tegangan, dan hitung Rx menurut persamaan (4-11)
c. Jika pembacaan ampermeter berkurang sewaktu memindahkan saklar dari posisi 1 ke
posisi 2, biarkan voltmeter pada posisi 2. Gejala ini menunjukkan pengukuran tahanan
tinggi. Catat arus dan tegangan, dan hitung Rx menurut persamaan (4-11).

Gambar 4.13 Efek posisi voltmeter dalam pengukuran dengan metoda voltmeter-
ampermeter

Pengukuran tegangan di dalam rangkaian elektronik pada umumnya dilakukan


dengan voltmeter rangkuman ganda atau multimeter, dengan sensitivitas antara 20 k/V
sampai 50 k/V. Dalam pengukuran daya di mana arus umumnya besar, sensitivitas
voltmeter bisa serendah 100 /V. Tahanan ampermeter tergantung pada perencanaan
kumparan dan umumnya lebih besar bagi skala penuh yang rendah. Beberapa nilai khas
tahanan ampermeter diberikan pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Nilai tahanan dalam ampermeter arus searah

Tahanan ()
Nilai skala penuh (A)
Pivot dan jewel Taut-band
50 2000-5000 1000-2000
500 200-1000 100-250
1000 50-120 30-90
10000 2-4 1-3

4.5.2 Pengukuran tahanan dengan menggunakan Ohmmeter


Pengukuran tahanan suatu rangkaian atau komponen dapat menggunakan ohmmeter
tipe seri atau ohmmeter tipe shunt. Pada ohmmeter tipe seri seperti diperlihatkan dalam
gambar 4.14, sesungguhnya mengandung sebuah gerak d’Arsonval yang dihubungkan seri
dengan sebuah tahanan dan baterai ke sepasang terminal untuk hubungan tahanan yang

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 14


tidak diketahui. Berarti arus melalui alat ukur tergantung pada tahanan yang tidak
diketahui, dan indikasi alat ukur sebanding dengan nilai yang tidak diketahui.
R1

Rm R2 Rx

E
B

Gambar 4.14 Pengukuran tahanan dengan menggunakan ohmmeter tipe seri


Dalam gambar 4.14, bila tahanan yang tidak diketehui, Rx = 0 (terminal A dan B
dihubungsingkat) arus paling besar mengalir di dalam rangkaian. Dalam keadaan ini,
tahanan shunt R2 diatur sampai jarum menunjukkan skala penuh (Idp). Posisi skala ini
ditandai dengan “0 Ω”. Dengan cara sama bila Rx = ∞ (terminal A dan B terbuka), arus di
dalam rangakaian berubah ke nol dan jarum menunjuk arus nol yang ditanda oleh “∞” pada
skala. Tanda skala di antara kedua ini dapat ditentukan dengan menghubungkan beberapa
Rx yang berbeda dengan nilai yang telah diketahui. Tanda-tanda skala tergantung pada
pengulangan ketelitian alat ukur dan toleransi tahanan kalibrasi.
Walaupun ohmmeter tipe seri merupakan desain yang populer dan digunakan secara
luas untuk pemakaian umum, alat ini memiliki beberapa kekurangan, di antaranya yang
penting adalah tegangan baterai yang berkurang secara perlahan-lahan karena waktu dan
umur, akibatnya skala penuh berkurang dan alat ukur tidak membaca “0” sewaktu A dan B
dihubungsingkat. Tahanan shunt variabel R2 memberikan cara untuk mengatasi efek
perubahan baterai. Perencanaan sebuah ohmmeter tipe seri adalah nilai Rx yang membuat
defleksi setengah skala. Pada posisi ini tahanan antara terminal A dan B didefinisikan
sebagai tahanan pada posisi setengah skala Rh. Dengan mengetahui arus skala penuh Idp
dan tahanan dalam gerakan Rm, tegangan baterai E dan nilai Rh yang diinginkan, rangkaian
dapat dianalisis, yakni nilai R1 dan R2 dapat diperoleh. Desain dapat didekati dengan
mengingat bahwa, jika Rh menyatakan arus ½ Idp, tahanan yang tidak diketahui harus sama
dengan tahanan dalam total ohmmeter, yaitu :
R2 Rm
Rh  R1  (4-12)
R2  Rm
Tahanan total yang dihadirkan ke baterai adalah 2 Rh, dan arus baterai yang diperlukan
untuk memberikan defleksi setengah skala adalah :
E
Ih = (4-13)
2 Rh
Untuk menghasilkan defleksi skala penuh arus baterai harus didobel, dan berarti :
E
It = 2 Ih = (4-14)
Rh
Arus shunt melalui R2 adalah :
I2 = It – Idp (4-15)

Tegangan pada jarak shunt (Esh) sama dengan tegangan pada jarak gerakan :

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 15


Esh = Em atau I2R2 = IdpRm dan
I dp Rm I dp Rm Rh
R2   (4-16)
I t  I dp E  I dp Rm
sehingga :
R2 Rm
R1  Rh  (4-17)
R2  Rm
I dp Rm Rh
dan R1  Rh  (4-18)
E
Pada ohmmeter tipe shunt seperti diperlihatkan dalam gambar 4.15, terdiri dari
sebuah baterai yang dihubungkan seri dengan sebuah tahanan pengatur dan gerak
d’Arsonval. Tahanan yang akan diukur dihubungkan ke terminal-terminal. Di dalam
rangkaian ini diperlukan sebuah saklar menghidupkan-mematikan (off-on switch) untuk
memutuskan hubungan baterai ke rangkaian bila instrumen tidak digunakan.
R1

E Rm Rx

S B

Gambar 4.15 Pengukuran tahanan dengan menggunakan ohmmeter tipe shunt


Sebelum melakukan pengukuran, lepaskan terlebih dahulu hubungan rangkaian dari
sumber tegangan untuk mencegah rusaknya ohmmeter, dan lepaskan hubungan komponen
yang akan diukur dari bagian rangkaian yang lain untuk menghindari kekeliruan dalam
penunjukkan yang mungkin terjadi karena jalur-jalur tahanan yang paralel.
Dalam gambar 4.15, bila tahanan yang tidak diketehui, Rx = 0 (terminal A dan B
dihubungsingkat) arus melalui gerakan adalah nol. Jika Rx = ∞ (terminal A dan B terbuka),
arus hanya mengalir ke gerakan, dan melalui pengaturan R1 jarum dapat dibuat membaca
skala penuh. Berarti ohmmeter ini mempunyai skala “nol” di sebelah kiri (tanpa arus) dan
“tak terhingga” di sebelah kanan skala (defleksi paling besar).
Ohmmeter tipe shunt terutama sesuai untuk pengukuran tahanan-tahanan rendah
(low-value resistor). Dipakai di laboratorium khusus untuk pengukuran tahanan rendah.
Analisa ohmeter tipe shunt serupa dengan ohmmeter tipe seri. Dalam gambar 4.15,
bila Rx = ∞, arus skala penuh adalah :
E
I dp  (4-19)
R1  Rm
E
R1   Rm (4-20)
I dp
Untuk setiap nilai Rx yang dihubungkan ke terminal-terminal, arus melalui alat ukur
berkurang dan diberikan oleh :

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 16


ER x
Im  (4-21)
R1 Rm  Rx R1  Rm 
Arus melalui alat ukur pada setiap nilai Rx dibandingkan terhadap arus skala penuh adalah
:
Im Rx R1  Rm 
S  atau
I dp R1 Rm  Rx   Rm Rx

Rx R1  Rm 
S (4-22)
Rx R1  Rm   R1 Rm
R1 Rm
dengan definisi  Rp (4-23)
R1  Rm
diperoleh :
Rx
S (4-24)
Rx  R p
Pada pembacaan setengah skala (Im = 0,5 Idp), persamaan (4-21) menjadi :
ERh
0,5 I dp  (425)
R1 Rm  Rh R1  Rm 
di mana Rh = tahanan luar yang menyebabkan defleksi setengah skala. Untuk menentukan
nilai-nilai skala relatif pada nilai R1 yang diketahui, pembacaan setengah skala dapat
diperoleh :
R1 Rm
Rh  (4-26)
R1  Rm
Analisis menunjukkan bahwa tahanan setengah skala ditentukan oleh tahanan batas
R1 dan tahanan dalam gerakan kumparan Rm. Tahanan batas R1 berturut-turut ditentukan
oleh Rm dan arus defleksi penuh Idp.
Ohmmeter yang sederhana memerlukan sumber listrik yang kering untuk
mengalirkan arus melalui suatu miliampermeter atau mikroampermeter. Secara
proporsional arus itu berbanding terbalik dengan tahanan yang akan diukur. Suatu tahanan
variabel akan menyebabkan perubahan pada tegangan baterai dan penyesuaian indikasi
tahanan nol ketika barang pengetes dipertemukan. Sebuah resistor tetap yang dihubungkan
secara seri membatasi arus sampai ukuran maksimum yang telah ditentukan, untuk menjaga
jika resistor variabel tadi turun sampai nol.

4.5.3 Pengukuran tahanan dengan menggunakan rangkaian jembatan


Pengukuran komponen pasif, seperti tahanan diperlukan untuk mengetahui nilai yang
sebenarnya dari komponen tersebut. Sering dijumpai nilai pesusun pasif tak sesuai dengan
nilai yang tertera. Untuk perancangan berketelitian tinggi, hal itu sangat mengganggu.
Pengukuran tahanan dengan cara yang berbeda akan menghasilkan nilai tahanan
yang berbeda-beda pula. Tahanan-tahanan rendah, nilainya umumnya di bawah 1 ,
tahanan yang sedang nilainya antara 1  sampai 100.000 . Sedangkan tahanan yang besar

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 17


nilainya di atas 100.000 . Pengukuran tahanan dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai jenis rangkaian jembatan tergantung dengan nilai tahanan yang akan diukur, yaitu
sebagai berikut :
a. Mengukur tahanan yang kecil harus dilakukan dengan sangat teliti. Ini disebabkan
karena pengaruh alat dapat mengakibatkan kesalahan. Alat yang dapat digunakan untuk
mengukur tahanan kecil-kecil adalah rangkaian jembatan Thomson, atau dapat juga
dengan jembatan Kelvin
b. Mengukur tahanan yang sedang-sedang dapat dilakukan dengan menggunakan
rangkaian jembatan Wheatstone
c. Tahanan besar pada umumnya terdapat pada isolasi isolator atau kabel. Cara
mengukurnya berbeda karena di sini arus yang diamati sangat kecil. Ini berarti bahwa
kebocoran arus yang kecil pun akan sangat terasa. Oleh karena itu, pengukuran perlu
dilakukan secara khusus untuk menghindari timbulnya kesalahan. Alat yang dapat
digunakan adalah rangkaian jembatan megaohm.

4.5.3.1 Pengukuran tahanan rendah menggunakan jembatan Wheatstone


Jembatan Wheatstone dipakai secara luas pada pengukuran presisi tahanan dari
sekitar 1 Ω sampai rangkuman mega ohm rendah. Rangkaian jembatan wheatstone seperti
yang ditunjukkan dalam gambar 4.16, mempunyai empat lengan resistif beserta sebuah
sumber ggl (baterai) dan sebuah detektor nol yang biasanya adalah galvanometer atau alat
ukur arus sensitif lainnya. Arus melalui galvanometer tergantung pada beda potensiala
antara titik c dan d. Jembatan disebut setimbang bila beda potensial pada galvanometer
adalah 0 V, artinya tidak ada arus melalui galvanometer. Kondisi ini terjadi bila tegangan
dari titik c ke a sama dengan tegangan dari titik d ke a, atau dengan mendasarkan ke
terminal lainnya, jika tegangan dari titik c ke b sama dengan tegangan dari titik d ke b. Jadi
jembatan adalah setimbang jika :

I1R1 = I2R2 (4-12)

Gambar 4.16 Rangkaian jembatan Wheatstone

Jika arus galvanometer adalah nol, kondisi-kondisi berikut dipenuhi :


E
I1 = I3 = (4-13)
R1  R3
E
dan I2 = I4 = (4-14)
R2  R4

dengan menggabungkan persamaan (4-12), (4-13) dan (4-14) dan menyederhanankannya,


diperoleh :

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 18


E E
= (4-15)
R1  R3 R2  R4
atau R1 R4 = R2 R3 (4-16)

Persamaan (4-16) merupakan bentuk yang telah dikenal dalam kesetimbangan jembatan
Wheatstone. Jika tiga dari tahanan-tahanan tersebut diketahui, tahanan keempat dapat
ditentukan dari persamaan (4-16). Berarti jika R4 tidak diketahui, tahanan Rx dapat
dinyatakan oleh tahanan-tahanan yang lain, yaitu :
R2
R x  R3 (4-17)
R1
Tahanan R3 disebut lengan standar dari jembatan, dan tahanan R2 dan R1 disebut lengan-
lengan pembanding (ratio arms).
Pengukuran tahanan Rx yang tidak diketahui tidak tergantung pada karakteristik atau
kalibrasi dari galvanometer detektor nol, asalkan detektor nol tersebut mempunyai
sensitivitas yang cukup untuk menghasilkan posisi setimbang jembatan pada tingkat
presesi yang diperlukan.
Untuk menentukan apakah galvanometer mempunyai sensitivitas yang diperlukan
untuk mendeteksi kondisi tidak setimbang atau setimbang, arus galvanometer perlu
ditentukan. Setiap galvanometer memiliki perbedaan pada sensitivitas arus dan tahanan
dalam, sehingga perlu dilakukan perhitungan, galvanometer mana yang akan membuat
rangkaian jembatan lebih sensitif terhadap suatu kondisi tidak setimbang. Sensitivitas ini
dapat ditentukan dengan memecahkan persoalan rangkaian jembatan pada
ketidaksetimbangan yang kecil. Pemecahan ini didekati dengan mengubah jembatan
Wheatstone ke penggantinya Thevenin.

Gambar 4.17 Pemakaian teorema Thevenin terhadap jembatan Wheatstone; (a)


konfigurasi jembatan Wheatstone, (b) tahanan Thevenin dengan memeriksa terminal c dan d, )c)
rangkaian lengkap Thevenin dengan galvanometer tersambung ke terminal c dan d

Rangkaian pengganti Thevenin ditentukan dengan memeriksa terminal galvanometer


c dan d dalam gambar 4.17(a). Untuk memperoleh pengganti Thevenin, dilakukan dua
langkah, yaitu :

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 19


 Menyangkut penentuan tegangan ekivalen (pengganti) yang muncul pada terminal c
dan d bila galvanometer dipindahkan dari rangkaian
 Menyangkut penentuan tahanan pengganti dengan memperhatikan terminal c dan d,
dan mengganti baterai dengan tahanan dalamnya.

Tegangan Thevenin atau tegangan rangkaian terbuka diperoleh dengan menunjuk


dalam gambar 4.17(a), dan menuliskan :
Ecd = Eac - Ead = I1R1 - I2R2
di mana
E E
I1  dan I 2 
R1  R3 R2  R4

dengan demikian :
 R1 R2 
Ecd  E    (4-18)
 1
R  R3 R 2  R 4 

di mana Ecd = Eth = tegangan pengganti Thevenin.

Dengan memperhatikan gambar 4.17(b), hubungan singkat akan terjadi antara titik a dan b
bila tahanan dalam baterai dianggap nol. Dengan demikian tahanan pengganti Thevenin
dengan memeriksa terminal c dan d, menjadi :
R1 R3 R R
Rth   2 4 (4-19)
R1  R3 R2  R4
Bila sekarang detektor nol dihubungkan ke terminal-terminal keluaran rangakain pengganti
Thevenin, arus galvanometer menjadi :
Eth
Ig  (4-20)
Rth  R g
di mana Rg adalah tahanan galvanometer.

4.5.3.2 Pengukuran tahanan sangat rendah menggunakan jembatan Kelvin


Jembatan Kelvin merupakan modifikasi dari jembatan Wheatstone dan
menghasilkan ketelitian yang jauh lebih besar dalam pengukuran tahanan-tahanan rendah
(low value resistances), umumnya di bawah 1 Ω. Dalam gambar 4.18, terlihat bahwa
rangkaian memiliki pembanding lengan kedua. Pasangan lengan kedua ini, yaitu a dan b
menghubungkan galvanometer ke sebuah titik p pada potensial yang sesuai antara m dan
n, dan menghilangkan efek tahanan gandar (yoke) Ry. Persyaratan awal yang ditetapkan
adalah bahwa perbandingan tahanan a dan b sama dengan perbandingan R1 dan R2.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 20


Gambar 4.18 Rangkaian dasar jembatan Kelvin

Penunjukkan galvanometer akan nol bila potensial pada k sama dengan potensial
pada p, atau bila Ekl = Elmp, di mana :
R2 R2  a  bR y 
E kl  E I R3  Rx 
R1  R2 R1  R2  a  b  R y  (4-21)

 b   a  b R y  
 I  R3  
a  b  a  b  R y 
dan Elmp (4-22)

Rx dapat ditentukan :
R2  a  bR y   b  a  b R y 
I  R3  R x    I  R3 
R1  R2  a  b  R y   a  b  a  b  R y 
a  bR y R1  R2  bR y 

R3  Rx   R3 
a  b  R y  R2  a  b  R y 
a  bR y R1 R3 
R  R2 bR y 
R3  Rx    R3  1
 
a  b  R y  R2  a  b  R y 
R2
RR R  bR y  bR y a  bR y
Rx  1 3  1   
R2 R2  a  b  R y  a  b  R y  a  b  R y 
sehingga :
R1 R3 bR y  R1 a 
Rx    
R2 a  b  R y   R2  b  (4-23)

a R1
syarat awal telah ditetapkan yaitu  , maka persamaan (4-23) berubah menjadi
b R2
hubungan yang telah dikenal :
R1
R x  R3 (4-24)
R2
ditunjukkan bahwa tahanan gandar tidak mempunyai efek terhadap pengukuran, jika kedua
pasangan lengan-lengan pembanding mempunyai perbandingan tahanan yang sama.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 21


Jembatan Kelvin digunakan untuk mengukur tahanan yang sangat rendah yakni dari sekitar
1 Ω sampai serendah 0,00001 Ω.

4.5.3.3 Pengukuran tahanan tinggi menggunakan jembatan Megaohm


Pengukuran tahanan yang sangat tinggi seperti tahanan isolasi kabel atau tahanan
kebocoran kapasitor (umumnya dalam orde beberapa ribu megaohm), berada di luar
kemampuan jembatan Wheatstone yang biasa. Salah satu masalah utama dalam
pengukuran tahanan tinggi adalah kebocoran yang terjadi di sekitar dan sekeliling
komponen atau bahan yang diukur, atau sekeliling apitan kutub pada titik mana komponen
disambungkan ke instrumen, atau di dalam instrumen itu sendiri. Arus kebocoran ini tidak
diinginkan sebab mereka dapat memasuki rangkaian pengukuran dan mempengaruhi
ketelitian pengukuran sampai besar sekali. Arus kebocoran, entah di dalam instrumen
sendiri atau bersatu dengan bahan yang diuji dan tempat pemasangannya, secara khusus
jelas kelihatan dalam pengukuran tahanan tinggi, di mana tegangan tinggi sering diperlukan
untuk mendapatkan sensitivitas defleksi cukup. Juga efek-efek kebocoran umumnya
berubah dari hari ke hari tergantung pada kelembaban atmosfer.

Gambar 4.19 Kawat pengaman sederhana pada terminal Rx dari sebuah jembatan
Wheatstone
Dalam pengukuran, efek lintasan yang bocor biasanya dihilangkan dengan suatu
bentuk rangkaian pengaman. Prinsip sebuah rangkaian pengaman sederhana di dalam
lengan Rx dari sebuah jembatan Wheatstone dijelaskan dengan bantuan gambar 4.19. Tanpa
rangkaian pengaman, arus kebocoran Ig sepanjang permukaan apitan kutub yang terisolasi
bergabung dengan arus Ix melalui komponen yang diukur agar menghasilkan arus total
rangkaian yang dapat jelas kelihatan lebih besar dari pada arus peralatan aktual. Sebuah
kawat pengaman yang secara sempurna mengelilingi permukaan kutub yang terisolasi,
menahan arus kebocoran ini dan mengembalikannya ke baterai. Pengaman ini harus
ditempatkan secara cermat agar arus kebocoran selalu menuju sebagian dari kawat
pengaman dan mencegahnya memasuki rangkaian jembatan.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 22


Gambar 4.20 Terminal yang dilindungi mengembalikan arus kebocoran ke baterai
Dalam gambar 4.20, pengaman sekeliling apitan kutub Rx yang ditunjukkan oleh
lingkaran kecil sekitar terminal, tidak menyentuh satu bagianpun dari rangkaian jembatan
dan dihubungkan langsung ke terminal baterai. Prinsip kawat pengaman terhadap apitan
kutub, dinamakan jembatan Wheatstone dengan pengaman (guarded Wheatstone bridge).

Gambar 4.21 Tahanan tiga terminal dihubungkan ke jembatan megaohm tegangan tinggi
berpengaman
Untuk mencegah arus kebocoran keluar dari rangkaian jembatan, titik-titik
sambungan lengan-lengan pembanding RA dan RB biasanya ditunjukkan sebagai terminal
pengaman yang terpisah pada panel depan instrumen. Terminal pengaman ini dapat
digunakan untuk menghubungkan apa yang disebut tahanan tiga terminal (three terminal
resistance), seperti ditunjukkan dalam gambar 4.21(a). Tahanan tinggi dihubungkan pada
dua kutub isolasi yang terpasang pada sebuah pelat logam. Kedua terminal utama dari
jembatan menurut cara yang biasa. Terminal ketiga dari tahanan adalah titik bersama
tahanan dihubungkan ke terminal Rx dari jembatan menurut cara yang biasa pula. Terminal
ketiga dari jembatan adalah titik bersama (common) dari tahanan R1 dan R2, yang
menyatakan lintasan kebocoran terminal utama sepanjang kutub-kutub isolasi ke pelat
logam atau pengaman. Pengaman dihubungkan ke terminal pengaman pada panel depan
jembatan seperti ditunjukkan dalam gambar 4.21(b). Sambungan ini membuat R1 paralel

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 23


terhadap lengan pembanding RA, tetapi karena R1 jauh lebih besar dari RA maka efek
paralelnya diabaikan. Dengan cara sama, tahanan kebocoran R2 paralel terhadap
galvanometer, tetapi tahanan R2 begitu tinggi dari tahanan galvanometer, sehingga efek
yang ada hanya penurunan yang kecil pada sensitivitas galvanometer. Karena itu lintasan
kebocoran luar dihilangkan dengan menggunakan rangkaian pengaman pada tahanan tiga
terminal. Seandainya rangkaian pengaman tidak digunakan, tahanan kebocoran R1 dan R2
akan langsung ada pada Rx dan nilai Rx yang diukur akan jelas salah. Detektor nol pada
dasarnya adalah sebuah penguat (amplifier) arus searah dan sebuah alat pencatat keluaran
mencakup sensitivitas yang diperlukan untuk mendeteksi tegangan-tegangan tidak
seimbang yang kecil.
Jembatan megaohm tegangan tinggi adalah salah satu instrumen yang digunakan
untuk pengukuran tahanan tinggi. Metoda lain mencakup pemakaian alat terkenal megger
untuk mengukur tahanan isolasi mesin-mesin listrik, metoda defleksi langsung (direct
deflection) untuk pengujian contoh-contoh isolasi, dan metoda kerugian muatan (loss of
charge method) untuk pemeriksaan tahanan kebocoran kapasitor.

4.6 Pengujian dengan perangkat uji portabel


Jembatan Wheatstone yang dapat dipindahkan (portabel) sering digunakan untuk
menemukan kerusakan dalam kabel-kabel kawat banyak (multi core), kawat telepon dan
saluran transmisi daya dengan menggunakan yang disebut uji simpal Murray dan uji simpal
Varley. Pengujian-pengujian ini khususnya digunakan untuk mendapatkan lokasi
terjadinya hubungan singkat, atau kerusakan karena tahanan rendah antara sebuah
konduktor dan bumi. Sebuah jembatan Wheatstone komersial yang seluruhnya dapat
dipindah-pindah bersama baterai dan sebuah galvanometer jenis penunjuk dan dilengkapi
dengan sambungan-sambungan khusus untuk pengujian-pengujian simpal, disebut
perangkat uji (test set).

Gambar 4.22 Menemukan kerusakan tanah (hubungan singkat) dengan uji simpal Murray
Pengujian simpal yang paling dikenal dan paling sederhana adalah yang disebut uji
simpal Murray (Murray-loop test), yang pada dasarnya digunakan untuk menemukan
kerusakan pentanahan-pentanahan (ground) di dalam kabel-kabel terbungkus. Konduktor
yang rusak dengan panjang l2 dibentuk oleh kedua konduktor ini dihubungkan ke susunan
pengujian dengan cara yang ditunjukkan dalam gambar 4.22, dan jembatan disetimbangkan
melalui lengan pembanding A yang dapat diatur.
Pada kesetimbangan, didapat :
A RL  R x B
 atau R x  RL (4-25)
B Rx A B
di mana RL adalah tahanan total simpal (konduktor yang rusak ditambah konduktor yang
baik) dan Rx adalah tahanan konduktor dari terminal jembatan ke lokasi tanah yang rusak.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 24


Karena tahanan kawat sebanding dengan panjang dan berbanding terbalik dengan luas
penampang konduktor, maka dapat digantikan dengan panjang untuk tahanan, yaitu :

lx 
B
l1  l 2  (4-26)
A B
dan dalam sebuah kabel kawat banyak, konduktor balik l2 memiliki panjang dan
penampang yang sama dengan kawat yang rusak, jadi l1 = l2 = l dan karena itu :
B
l x  2l (4-27)
A B
di mana l adalah panjang kabel kawat banyak diukur dari terminal-terminal jembatan ke
titik ujung.

Gambar 4.23 Uji simpal Varley, digunakan untuk menemukan tanah, persilangan atau
hubungan singkat di dalam kabel kawat banyak
Salah satu metoda yang paling teliti untuk menemukan tanah, persimpangan atau
hubngan-hubungan singkat dalam sebuah kabel kawat banyak adalah apa yang disebut
pengujian simpal Varley, seperti ditunjukkan dalam gambar 4.23. Metoda ini pada dasarnya
adalah modifikasi dari pengujian simpal Murray yang juga menggunakan sebuah jembatan
Wheatstone, tetapi dengan dua lengan perbandingan yang tetap A dan B, dan sebuah
tahanan geser atau lengan standar. Dalam sebuah perangkat uji komersial yang khas rasio
perkalian dari lengan-lengan pembanding ini dikontrol oleh sebuah saklar tingkat (dial
switch) dan umumnya mempunyai daerah pengukuran dari 0,001 sampai 1000 dalam
kelipatan sepuluh yang biasanya terdiri dari empat tingkat kelipatan sepuluh dalam
hubungan seri.
Ketiga susunan rangkaian yang diperlukan untuk menemukan suatu kerusakan tanah,
di mana pada masing-masing perbandingan perkalian dari lengan A dan lengan B dibuat
tetap, dan jembatan dibuat setimbang ke defleksi nol galvanometer oleh tahanan geser
dalam lengan standar. Hasil yang dinginkan ditentukan berdasarkan analisa rangkaian

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 25


konvensional dan diperoleh bahwa x1 dan x2 yang menyatakan tahanan-tahanan bagian
kabel pada tiap sisi kawat yang rusak, yaitu :

X1 
B
R2  R1  (4-28)
A B
dan

X2 
B
R3  R2  (4-29)
A B
karena tahanan sebanding dengan panjang dan berbanding terbalik dengan luas
penampang, jarak kerusakan dapat segera ditentukan dengan menggunakan satu hasil
sebagai pembanding terhadap yang lain. Metoda ini akan menemukan cacat kerusakan
sampai batas 500 kaki (feet) dalam suatu kabel berpenampang 50 mm2. Bila sebuah
rangkaian terdiri dari konduktor dengan ukuran yang berbeda pada berbagai seksi
(penampang), tahanan tiap penampang harus diperhitungkan. Misalnya jika kabel udara
dihubungkan ke kabel tanah dari ukuran yang berlainan, selisih tahanan dari kedua
penampang bukan hanya harus diperhitungkan ukuran konduktor yang berbeda, tetapi juga
selisih temperatur antara kabel udara dan kabel bawah tanah tersebut.
Pengujian simpal Varley yang lebih sederhana namun kurang teliti dapat dilakukan
hanya dengan menggunakan susunan pengukuran dalam gambar 4.23(b), asalkan lengan-
lengan pembanding A dan B sama dan rasio perkalian adalah satu. Persamaan
kesetimbangan jembatan yang biasa memberikan :
A X 2  2X1
 (4-30)
B R2  X 2
A
karena lengan-lengan pembanding adalah sama yakni  1 , maka :
B
R2
X1  (4-31)
2
yang selanjutnya mengarahkan ke lokasi kerusakan.

4.7 Pengukuran induktansi


Ada dua jenis induktansi, yaitu induktansi diri L dan induktansi bersama M. Kedua-
keduanya dapat diukur dengan rangkaian jembatan. Pada umumnya dalam pengukuran
induktansi menggunakan rangkaian jembatan arus bolak-balik. Jenis yang dapat digunakan
sangatlah banyak. Untuk memilih manakah yang lebih cocok, digunakan penunjuk faktor
mutu Q. Faktor mutu juga disebut faktor penyimpanan, yaitu relatif nilai reaktansi terhadap
tahanan induksi yang bersangkutan.
Pengukuran induktansi diri L dapat dilakukan dengan menggunakan rangkaian
jembatan arus bolak-balik, yaitu sebagai berikut :
a. Jembatan pembanding induktansi
b. Jembatan induktansi Maxwell
c. Jembatan induktansi-kapasitansi Maxwell
d. Jembatan Hay
e. Jembatan Anderson
f. Jembatan Owen.
Pengukuran induktansi bersama M dapat dilakukan dengan menggunakan rangkaian
jembatan arus bolak-balik, yaitu sebagai berikut :
a. Jembatan Heaviside

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 26


b. Jembatan Carey Foster-Heyd Weiller
c. Jembatan Campbell.

4.7.1 Pengukuran induktansi menggunakan jembatan Maxwell


Jembatan Maxwell yang diagram skemanya ditunjukkan dalam gambar 4.24,
mengukur sebuah induktansi yang tidak diketahui dinyatakan dalam kapasitansi yang
diketahui. Salah satu lengan perbandingan mempunyai sebuah tahanan dan sebuah
kapasitansi dalam hubungan paralel, yaitu diberikan oleh persamaan :
Z3
Zx  Z2 (4-32)
Z1
dengan menyusun kembali persamaan umum untuk kesetimbangan jembatan , dan untuk
hal ini adalah lebih mudah untuk menuliskan persamaan kesetimbangan dengan
menggunakan admitansi lengan 1 sebagai pengganti impedansi, maka diperoleh :
Z x  Z 2 Z 3Y1 (4-33)
1
di mana Y1 adalah admitansi lengan 1, dan Z2 = R2; Y1   jC1
R1
substitusi harga-harga ini ke dalam persamaan (4-33) memberikan :
 1 
Z x  Rx  jLx  R2 R3   jC1  (4-34)
 R1 
pemisahan bagian nyata (real) dan bagian khayal (imajiner) memberikan :
R2 R3
Rx  (4-35)
R1
dan Lx  R2 R3C1 (4-36)
di mana tahanan dinyatakan dalam ohm, induktansi dalam henry, dan kapasitansi dalam
farad.

Gambar 4.24 Jembatan Maxwell untuk pengukuran induktansi


Jembatan Maxwell terbatas pada pengukuran kumparan dengan Q menengah atau
1<Q<10, (Q adalah faktor kualitas, faktor penyimpangan; yaitu rasio nilai reaktansi
terhadap tahanan induksi yang bersangkutan). Ini dapat ditunjukkan dengan
memperhatikan syarat setimbang kedua yang menyatakan bahwa jumlah sudut fasa satu
pasang lengan yang berhadapan harus sama dengan jumlah sudut-sudut fasa pasangan
lainnya, karena sudut fasa dari elemen-elemen resistif dalam lengan 2 dan lengan 3
berjumlah 0o, juga lengan 1 dan lengan 4 berjumlah 0o. Sudut fasa sebuah komponen
dengan Q tinggi akan sangat mendekati 90o (positif), yang menghendaki bahwa sudut fasa
lengan kapasitif juga harus mendekati 90o (negatif). Ini selanjutnya berarti bahwa tahanan
R1 harus sungguh-sungguh sangat tinggi, yang bisa sangat tidak praktis. Dengan demikian
kumparan-kumparan Q tinggi umumnya diukur dalam jembatan Hay. Jembatan Maxwell

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 27


juga tidak sesuai untuk pengukuran kumparan dengan nilai Q yang sangat rendah (Q<1)
karena masalah pemusatan kesetimbangan. Sebagai contoh nilai Q yang sangat rendah
terdapat dalam tahanan induktif atau dalam kumparan frekuensi radio (RF) jika diukur pada
frekuensi rendah, sebagaimana dapat dilihat dari persamaan Rx dan Lx, pengaturan
kesetimbangan induktif oleh R3 akan mengganggu kesetimbangan resistif sebesar R1 dan
menghasilkan efek yang disebut setimbang bergeser (sliding balance). Setimbang bergeser
menjelaskan interaksi antara pengontrolan-pengontrolan, sehingga bila kita
menyetimbangkan dengan R1 dan kemudian dengan R3 dan kembali lagi ke R1, kita
mendapatkan titik setimbang yang baru. Titik setimbang nampaknya bergerak atau
bergeser menuju titik akhirnya melalui banyak pengaturan. Interaksi tidak terjadi dengan
menggunakan R1 dan C1 sebagai pengatur kesetimbangan, tetapi sebuah kapasitor variabel
tidak selalu terpenuhi.

4.7.2 Pengukuran induktansi menggunakan jembatan Hay


Jembatan Hay dalam gambar 4.25, berbeda dengan jembatan Maxwell yaitu
mempunyai tahanan R1 yang seri dengan kapsitor C1 sebagai pengganti tahanan paralel.
Dengan segera kelihatan bahwa pada sudut-sudut fasa yang besar, R1 akan mempunyai nilai
yang sangat rendah. Dengan demikian rangkaian Hay lebih menyenangkan untuk
pengukuran Q tinggi.

Gambar 4.25 Jembatan Hay untuk pengukuran induktansi

Persamaan-persamaan setimbang juga diturunkan dengan memasukkan nilai


impedansi lengan-lengan jembatan ke dalam persamaan umum kesetimbangan jembatan.
Pada rangkaian diperoleh bahwa :
j
Z1  R1  ; Z2 = R2; Z3 = R3;Zx = Rx + jωLx
C1
dengan memasukkan nilai-nilai ke tersebut ke dalam persamaan Z1Z4 = Z2Z3. maka :
 j 
 R1  Rx  jLx   R2 R3 (4-37)
 C1 
yang akan berubah menjadi :

Lx jR x
R1 Rx    jLx R1  R2 R3 (4-38)
C1 C1
pemisahan bagian nyata dan bagian khayal menghasilkan :
Lx
R1 Rx   R2 R3 (4-39)
C1

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 28


Rx
dan  Lx R1 (4-40)
C1
kedua persamaan (4-39) dan (4-40) mengandung Lx dan Rx, sehingga :
 2 C1 2 R1 R2 R3
Rx  (4-41)
1   2 C1 R1
2 2

R2 R3C1
Lx  (4-42)
1   2 C1 R1
2 2

kedua bentuk matematis untuk induktansi dan tahanan yang tidak diketahui ini
mengandung kecepatan sudut ω dan dari sini kelihatan bahwa frekuensi sumber tegangan
harus diketahui secara tepat, dan dengan mengingat penjumlahan pasangan sudut fasa yang
berhadapan harus sama, dan diperoleh bahwa sudut fasa induktif harus sama dengan sudut
fasa kapasitif karena sudut resistif adalah nol, sehingga tangen sudut fasa induktif adalah :
X L Lx
tan  L   Q (4-43)
R Rx
dan tangen sudut fasa kapasitif adalah :
XC 1
tan  C   (4-44)
R C1 R1
bila kedua sudut fasa tersebut sama, tangennya juga adalah sama dan dapat ditulis :
1
tan L  tan C atau   (4-45)
C1 R1
sehingga persamaan (4-42) berubah menjadi :
R2 R3 C1
Lx  2
(4-46)
1
1   
Q
untuk nilai Q>10, suku (1/Q)2 akan menjadi lebih kecil dari 1/100 dan dapat diabaikan.
Karena persamaan (4-42) berubah menjadi bentuk yang diturunkan untuk jembatan
Maxwell, yaitu :
Lx  R2 R3C1
Jembatan Hay cocok untuk pengukuran induktor Q tinggi, terutama yang mempunyai
Q>10. Untuk nilai Q yang lebih kecil dari sepuluh, suku (1/Q)2 menjadi penting dan tidak
dapat diabaikan. Dalam hal ini jembatan Maxwell adalah lebih sesuai.

4.8 Pengukuran kapasitansi


Pengukuran kapasitansi, baik kapasitansi kapasitor maupun sistem yang mempunyai
pengaruh sebagai kapasitor. Ambil sebagai misal kabel yang menyerupai kapasitor, dengan
isolasi kabel tersebut sebagai mediumnya. Kegunaan mengukur seperti itu adalah pada
kelistrikan untuk mencari letak putusnya kabel di bawah tanah. Dengan mengetahui berapa
besar kapasitansi kabel, dapatlah ditentukan letak bagian yang terputus.
Selain mengukur kapasitansi, juga mengukur besarnya pelepasan daya kapasitor atau
keuletan bahan dielektrik. Alat yang digunakan untuk mengukur kapasitansi juga sejenis
rangkaian jembatan, yaitu sebagai berikut :
a. Jembatan pembanding kapasitansi
b. Jembatan Sauty
c. Jembatan Schering.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 29


4.8.1 Pengukuran kapasitansi menggunakan jembatan pembanding kapasitansi
Pada dasarnya jembatan arus bolak-balik dapat digunakan untuk pengukuran
induktansi dan kapasitansi yang tidak diketahui dengan membandingkannya terhadap
sebuah induktansi atau kapasitansi yang diketahui. Sebuah jembatan pembanding
kapasitansi dasar ditunjukkan dalam gambar 4.26. Kedua lengan perbandingan adalah
resistif dan dinyatakan oleh R1 dan R2. Lengan standar terdiri dari kapasitor Cs seri dengan
tahanan Rs, di mana Cs adalah kapasitor standar kualitas tinggi dan Rs adalah tahanan
variabel. Cx menyatakan kapasitansi yang tidak diketahui dan Rx adalah tahanan kebocoran
kapasitor.
Untuk persamaan setimbang, keempat lengan jembatan dinyatakan dalam bentuk
kompleks dan diperoleh :
j j
Z1  R1 ; Z2 = R2; Z3 = Rs  ; Z4 = Rx 
C s C x

Gambar 4.26 Jembatan pembanding kapasitansi untuk pengukuran kapasitansi


Dengan mensubstitusikan ke persamaan umum untuk kesetimbangan jembatan, diperoleh
:
 j   j 
R1  Rx    R2  Rs   (4-47)
 C x   C s 
dan dapat diuraikan menjadi :
j j
R1 Rx  R1  R2 Rs  R2 (4-48)
C x C s
karena dua bilangan kompleks adalah sama bila bagian-bagian real dan imajiner adalah
sama, dengan menyamakan bagian-bagian real dari persamaan (1-48) diperoleh :
R2
R1 Rx  R2 Rs atau R x  Rs (4-49)
R1
dan dengan menyamakan bagian-bagian imajiner, diperoleh :
jR1 jR 2 R1
 atau C x  Cs (4-50)
C x C s R2
pada persamaan (4-49) dan (4-50) memberikan dua syarat setimbang yang harus dipenuhi
secara bersamaan, dan menunjukkan bahwa Cx dan Rx yang tidak diketahui dinyatakan
dalam komponen jembatan yang diketahui. Agar memenuhi syarat setimbang dalam
konfigurasinya, jembatan harus mengandung dua elemen variabel. Dalam praktek kapasitor
Cs merupakan kapasitior standar presisi tinggi dengan nilai yang tetap dan tidak dapat
diatur.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 30


4.8.2 Pengukuran kapasitansi menggunakan jembatan Schering
Jembatan Schering adalah salah satu jembatan arus bolak-balik yang paling penting,
dipakai secara luas untuk pengukuran kapasitor. Walaupun jembatan Schering digunakan
untuk pengukuran kapasitansi dalam pengertian yang umum, terutama sangat bermanfaat
guna mengukur sifat-sifat isolasi yakni pada sudut-sudut fasa yang mendekati 90o.

Gambar 4.27 Jembatan Schering untuk pengukuran kapasitansi

Susunan rangkaian dasar ditunjukkan dalam gambar 4.27, lengan 1 mengandung


suatu kombinasi paralel dari sebuah tahanan dan sebuah kapasitor, dan lengan standar
hanya berisi sebuah kapasitor. Biasanya kapasitor standar adalah kapasitor mika bermutu
tinggi dalam pemakaian pengukuran yang umum, atau sebuah kapasitor udara guna
pengukuran isolasi. Sebuah kapasitor mika bermutu tinggi mempunyai kerugian yang
sangat rendah (tidak ada tahanan) dan kerena itu mempunyai sudut fasa yang mendekati
90o. Sebuah kapasitor udara yang dirancang secara cermat memiliki nilai yang sangat stabil
dan medan listrik yang sangat kecil, bahan isolasi yang akan diuji dapat dengan mudah
dihindari dari setiap medan yang kuat.
Persyaratan setimbang menginginkan bahwa jumlah sudut fasa lengan 1 dan lengan
4 sama dengan jumlah sudut fasa lengan 2 dan lengan 3. Karena kapasitor standar berada
dalam lengan 3, jumlah sudut fasa lengan 2 dan lengan 3 akan menjadi 0o+90o = 90o. Agar
menghasilkan sudut fasa 90o yang diperlukan untuk kesetimbangan, jumlah sudut fasa
lengan 1 dan lengan 4 harus sama dengan 90o. Karena dalam pekerjaan pengukuran yang
umum besaran yang tidak diketahui akan memiliki sudut fasa yang lebih kecil dari 90o,
maka lengan 1 perlu diberi suatu sudut kapasitif yang kecil dengan menghubungkan
kapasitor C1 paralel terhadap R1.
Persamaan kesetimbangan diturunkan dengan cara yang biasa, dan dengan
memasukkan nilai-nilai impedansi dan admitansi yang memenuhi ke dalam persamaan
umum yang telah diperoleh, yaitu :
Z x  Z 2 Z 3Y1 atau
j   j  1 
Rx   R2    jC1 
C x  C3  R1 
dan didapat :
j RC jR 2
Rx   2 1 (4-51)
C x C3 C3 R1
dengan menyamakan bagian nyata dan bagian khayal diperoleh :
C1
R x  R2 (4-52)
C3

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 31


R1
C x  C3 (4-53)
R2

untuk pengaturan kesetimbangan, kedua variabel yang dipilih adalah kapasitor C1 dan
tahanan R2. Dalam pemilihan komponen variabel, di mana kualitas kapasitor dapat
didefinisikan sebagai berikut :
Faktor daya (power factor, PF) dari sebuah kombinasi seri RC didefinisikan sebagai
cosinus sudut fasa rangkaian. Dengan demikian faktor daya yang tidak diketahui sama
dengan PF = Rx/Zx. Untuk sudut-sudut fasa yang sangat mendekati 90o, reaktansi hampir
sama dengan impedansi dan dapat mendekati faktor daya menjadi :
Rx
PF   C x Rx (4-54)
Xx

Faktor disipasi (dissipation factor) dari sebuah rangkaian seri RC didefinisikan sebagai
cotangen sudut fasa, dan karena itu faktor disipasi adalah :
Rx
D  C x R x (4-55)
Xx
karena kualitas sebuah kumparan didefiniskan oleh Q = XL/RL, maka diperoleh bahwa
faktor disipasi D adalah kebalikan dari faktor kualitas Q, dan berarti D = 1/Q. Faktor
disipasi adalah kualitas sebuah kapasitor, yakni bagaimana dekatnya sudut fasa kapasitor
tersebut ke nilai idealnya 90o. Dengan memasukkan nilai Cx ke dalam persamaan (4-49)
dan Rx ke persamaan (4-48) ke dalam bentuk faktor disipasi diperoleh :
D  R1C1 (4-56)

Jika tahanan R1 dalam jembatan Schering mempunyai suatu nilai yang tetap, piringan
(dial) kapasitor C1 dapat dikalibrasi langsung dalam faktor disipasi D, dan ini merupakan
hal yang biasa dalam jembatan Schering. Perhatikan bahwa pada persamaan (4-52), suku
ω muncul dalam pernyataan faktor disipasi yang berarti bahwa kalibrasi piringan C1 hanya
berlaku untuk satu frekuensi tertentu pada mana piringan dikalibrasi. Frekuensi yang
berbeda dapat digunakan asalkan dilakukan suatu koreksi, yakni dengan mengalikan
pembacaan piringan C1 terhadap perbandingan dari kedua frekuensi tersebut.

4.9 Pengukuran elektronik dan diagnosis kesalahan


Prinsip dasar semua instrumentasi adalah bahwa instrumen tidak boleh bercampur
dengan sistem atau variabel yang tengah diukur. Supaya kondisi ideal ini tercapai,
ampermeter harus mempunyai tahanan yang sangat rendah atau dapat diabaikan dan
voltmeter harus mempunyai tahanan yang sangat tinggi atau tidak terbatas. Kriteria ini
dipenuhi oleh instrumen yang sesuai kepekaannya. Namun dampak hubungan mungkin
harus dipertimbangkan bila sebuah instrumen dipilih untuk mengukur variabel.
Pada pengukuran elektronik dan diagnosis kesalahan diperlukan beberapa
perlengkapan uji yang biasa digunakan dalam penservisan elektronik, yaitu sebagai
berikut :
1. Multimeter
2. Penguji (tester) insulasi
3. Osiloskop
4. Generator fungsi
5. Penguji transistor.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 32


4.9.1 Penggunaan Multimeter
Multimeter analog (memakai meteran dengan kumparan bergerak) telah lama
digunakan, walaupun alat ini sangat sesuai untuk tujuan penservisan elektris, kepekaannya
kurang tinggi untuk membuat pengukuran yang tepat pada perlengkapan elektronik
modern, misalnya pada rangkaian semikonduktor berimpedansi tinggi dengan tegangan
rendah. Akan tetapi Multimeter AVO Model 8 biasa digunakan dalam beberapa lingkup
industri elektronika, seperti radio dan televisi. Dari pabrik perlengkapan menjelaskan
tegangan uji yang sudah diperhitungkan dalam pengaruh pembebanan pada instrumen.
Instrumen elektronik dikembangkan untuk mengatasi masalah yang disebabkan oleh
meteran analog. Alat ukur yang mula-mula diciptakan adalah voltmeter katup yang
memerlukan pemanasan sebelum dipakai dan memiliki kekurangan yang disebut drift.
Multimeter elektronik modern mempergunakan teknologi semikonduktor yang
menghasilkan instrumen dengan impedansi input tinggi, biasanya 10 MΩ. Instrumen ini
selalu mempunyai display digital dengan LED atau LCD (display kristal cair). Oleh karena
itu, instrumen ini disebut Multimeter Digital atau DMM.
Sedikit sekali pantangan yang terdapat dalam pemakaian DMM karena teknologi
maju, tetapi janganlah lupa melihat buku petunjuk dari pabrik sebelum melakukan
pengukuran, dan berhati-hatilah dalam bekerja dengan DMM yang lebih murah, bila :
1. Mengukur arus lebih dari 100 mA
2. Melakukan pengukuran arus dalam rangkaian dengan beban induktif
3. Melakukan pengukuran tegangan pada rangkaian berimpedansi tinggi, misalnya MOS
dan CMOS.

4.9.2 Pengujian Insulasi


Tahanan insulasi di antara komponen dalam rangkaian sering perlu diuji. Megger
penguji insulasi sangat banyak digunakan dalam rangkaian yang beroperasi dari suplai
kabel ac. Untuk membangkitkan tegangan tinggi, instrumen ini memakai generator yang
diputar dengan tangan, yang diberikan pada dua titik dalam rangkaian untuk diuji. Sebuah
dsiplay analog yang ukurannya disesuaikan untuk menunjukkan tahanan, memberikan
indikasi langsung tahanan insulasi.
Instrumen jenis ini hampir selalu menyebabkan banyak kerusakan jika dipakai pada
rangkaian semikonduktor modern, maka hal ini harus dihindari. Pengukuran tahanan satu-
satunya yang dapat dilakukan dalam rangkaian seperti ini dapat dicapai dengan ohmmeter
yang bekerja dengan baterai atau DMM yang mampu mengukur sampai 10 MΩ. Ingatlah
bahwa hubungan salah satu ujung komponen yang sedang diuji dalam pengukuran tahanan
perlu diputuskan dari rangkaian karena pelangsiran komponen lain dalam rangkaian itu
akan mempengaruhi hasil penunjukkan.

4.9.3 Penggunaan Osiloskop


Osiloskop atau CRO adalah alat yang sangat berguna dalam elektronik karena
membuat variabel yang sedang diukur dapat dilihat. Instrumen ini juga mempunyai
impedansi input tinggi, biasanya lebih baik dari pada 1 MΩ, yang dapat digunakan untuk
membuat rentang pengukuran yang lebar jika ukurannya disesuaikan dengan memadai.
Biasanya osiloskop sangat toleran, tetapi periksalah buku petunjuk dari pabrik untuk
hal-hal yang harus diperhatikan pada instrumen tertentu. Hal-hal di bawah ini pada
umumnya harus diperhatikan, yaitu :
1. Tegangan maksimum yang dapat diberikan dengan aman ke input Y osiloskop adalah
400 V. Banyak instrumen yang mempunyai batas lebih rendah. Berhati-hatilah !

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 33


2. Jangan sampai mempunyai jalur atau tempat tetap yang berintensitas tinggi pada layar
dalam jangka waktu yang panjang karena dapat membakar fosfor pada layar
3. Masing-masing input pada osiloskop kurva ganda mempunyai kaki yang sudah di-
ground-kan, dan harus dihubungkan ke titik umum dalam rangkaian tempat
pengukuran dilaksanakan, jika tidak sebagian rangkaian mungkin mati
4. Basis waktu pada osiloskop kurva ganda memacu hanya sebuah input, misalnya input
A atau input 1, sehingga input ini harus digunakan sebagai input kurva tunggal atau
referensi supaya dapat diperoleh kurva yang tetap.

4.9.4 Penggunaan Generator Fungsi


Generator fungsi banyak dipakai dalam perservisan elektronik untuk memberikan
gelombang dengan bentuk tertentu, amplitudo dan frekuensi ke dalam rangkaian sehingga
dapat diteliti lewat rangkaian untuk menguji hasil kerjanya.
Hampir semua generator fungsi mampu memproduksi gelombang sinusoidal, siku-
siku, segitiga, dan gigi gergaji pada frekuensi yang variabel secara kontinyu dari
sepersekian hertz sampai beberapa megahertz. Hal-hal lain mungkin mencakup fasilitas
penyapu layar yang amat berguna untuk display dan pengujian reaksi frekuensi.
Lebih baik buku petunjuk dari pabrik dilihat untuk hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam operasi khusus, seperti tahanan beban minimum sebesar (biasanya) 50 Ω tidak akan
membebani generator fungsi secara berlebihan.

4.9.5 Penggujian Transistor


Penguji transistor mampu menguji kemampuan servis transistor dan diode, yang
tentu saja dapat dilakukan dengan memakai ohmmeter. Namun instrumen ini juga
mengukur parameter transistor yang lain, khususnya hfe (besar arus yang dicapai) yang
tidak akan diukur oleh ohmmeter.
Pengujian transistor dengan menggunakan penguji transistor terdapat banyak sekali,
disarankan sebaiknya buku petunjuk dari pabrik dilihat sebelum menggunakan instrumen
ini.

4.9.6 Teknik penservisan dan diagnosis kesalahan


Diagnosis kesalahan perlengkapan elektronik mempunyai teknik standar tertentu,
yaitu sebagai berikut :
1. Pengujian aliran fungsional. Pengujian ini sering dipakai dalam sistem atau rangkaian
elektronik yang mempunyai banyak bagian rangkaian dan untuk mengindentifikasikan
bagian rangkaian tempat timbulnya kesalahan. Rangkaian yang salah ini kemudian
diuji dengan menggunakan ujian spesifikasi. Dalam ujian aliran fungsional, suatu
sinyal diberikan ke input, lalu gelombang output masing-masing rangkaian diukur serta
dibandingkan dengan yang diharapkan dari suatu unit yang dapat diservis.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 34


Gambar 4.28 Pengujian aliran fungsional

Dalam sistem yang komplek seperti diperlihatkan dalam gambar 4.16, digunakan
metode membagi dua. Di sini pengecekan awal dibuat di tengah-tengah sistem,
misalnya output rangkaian D. Jika gelombang pada titik ini benar, kesalahan terletak
pada setengah sistem berikutnya. Setengah sistem yang kedua kemudian diperiksa pada
tengah-tengahnya, misalkan output rangkaian E dan F. Begitu seterusnya sampai
rangkaian yang salah diketemukan. Bila gelombang yang diharapkan tidak diperoleh
pada output rangkaian D, kesalahan pasti terletak dalam rangkaian D
2. Pengujian spesifikasi. Teknik ini dapat digunakan untuk memeriksa sistem yang
lengkap, tetapi untuk mencari rangkaian kesalahan tunggal lebih banyak dipakai
pengujian aliran fungsional.
Dalam teknik ini pengukuran dilakukan dan dibandingkan dengan pencatatan standar
untuk rangkaian itu. Pengukuran tegangan dc dilakukan pertama-tama seperti dalam
gambar 1.29, karena tegangan bias dc yang tidak benar pasti mengganggu gelombang
ac ketika sinyal masuk.

Gambar 4.29 Pengujian spesifikasi


Ukuran standar dan ukuran tegangan dc yang diukur untuk rangkaian dalam gambar
4.29 tersebut adalah seperti ditunjukkan pada tabel 4.2. yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.2 Ukuran standar dan hasil pengukuran tegangan dc


Bagian Ukuran standar (V) Hasil pengukuran (V)
A +1,1 +0,7
B +10 +10
C +6,0 +3,1
D +0,4 +0,0
E 0 0

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 35


Oleh karena itu, komponen yang salah dapat berupa kapasitas elektronik by-pass
emitter 10 μF. Gantikanlah kapasitor itu dan ulangilah pengukurannya. Kemudian
masukkan sinyal ac ke input rangkaian dan periksalah apakah gelombang output sesuai
dengan standar
3. Pengujian algoritma. Metode pengujian ini diberikan untuk instalasi berskala besar. Di
sini kesalahan tertentu dapat muncul berulang-ulang dan dapat diperoleh sekelompok
hasil statistik. Algoritma adalah bentuk diagnosis yang berdasarkan pengamatan pola-
pola tanda kesalahan. Dari pola-pola kesalahan itu dapat disusun diagram aliran (flow
chart), seperti ditunjukkan dalam gambar 4.30.

Gambar 4.30 Pengujian algoritma

4.9.7 Pengukuran fasa dan frekuensi


Pengukuran fasa dan frekuensi dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang
ada pada osiloskop dan generator fungsi, yaitu :
1. Fasa. Selisih fasa antara dua bentuk tegangan ac dapat diukur pada CRO. Basis waktu
dimatikan dan gelombang referensi masuk ke input X (sering ditemukan di bagian
belakang CRO). Gelombang yang akan diukur dimasukkan ke input Y seperti biasa.
Pola yang dihasilkan pada layar memperlihatkan selisih fasa, seperti yang terlihat
dalam gambar 4.31.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 36


Gambar 4.31 Display CRO untuk pengukuran fasa

2. Frekuensi. Pengukuran frekuensi dengan memakai bentuk-bentuk Lissajous


merupakan metode pengukuran frekuensi yang tidak diketehui dengan cara
membandingkannya dengan frekuensi referensi yang tepat. Frekuensi referensi masuk
ke input X pada CRO dengan basis waktu dimatikan dan frekuensi yang tidak diketahui
itu dimasukkan ke input Y. Pola (disebut bentuk Lissajous) yang dihasilkan pada layar
menunjukkan ukuran frekuensi yang tidak diketahui tadi sesuai dengan frekuensi
referensi, seperti yang tampak dalam gambar 4.32.

Gambar 4.32 Bentuk-bentuk Lissajous untuk pengukuran frekuensi

3. Display reaksi frekuensi. Teknik ini memakai fasilitas penyapu layar yang ada pada
generator fungsi modern. Ketika penyapuan itu diseleksi, frekuensi gelombang output
secara kontinyu bervariasi di antara ukuran rentang frekuensi minimum dan maksimum
yang diseleksi.
Hal ini memungkinkan reaksi rangkaian atau amplifier tersusun pada suatu rentang
frekuensi. Gelombang output frekuensi penyapuan masuk ke input X pada CRO
dengan basis waktu dimatikan, dan gelombang tegangan output rangkaian atau

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 37


amplifier masuk ke input Y. Pola yang terlihat pada layar merupakan bayangan ganda
kurva reaksi frekuensi untuk rangkaian yang sedang diuji, seperti yang tampak dalam
gambar 4.33. Reaksi maksimum dapat ditentukan dengan mengatur dial frekeunsi pada
generator fungsi (membatasi rentang frekuensi yang disapu) sampai display tampak
seperti gambar 4.33(c) ketika frekuensi dapat dibaca dari dial.

Gambar 4.33 Bentuk gelombang reaksi frekuensi; (a) reaksi rangkaian, (b) display CRO, (c)
display CRO dengan penyapuan terbatas

4.9.8 Diagnosis kesalahan


Sangat perlu ditekankan bahwa cara kerja rangkaian harus benar-benar dikuasai
sebelum kesalahan dapat didiagnosis. Bisanya diagnosis kesalahan dicapai dengan cara
mengukur tegangan pada titik-titik uji yang telah ditentukan dan membandingkannya
dengan pencatatan normal. Kemudian komponen yang salah dapat diketahui dengan suatu
analisis penunjukkan tegangan. Diagnosis kesalahan umum dan komponen, kesalahan
rangkaian transistor, dan diagnosis kesalahan amplifier tegangan transistor, yaitu sebagai
berikut :
1. Resistor. Hampir semua resistor yang digunakan dalam aplikasi elektronik terbuat dari
film karbon atau film oksida logam, sehingga kerusakan yang disebabkan oleh panas
atau tekanan mekanis dapat menyebabkan naiknya tahanan atau rangkaian terbuka.
Resistor variabel mungkin mengalami kerusakan mekanis di antara pengontak terminal
(wiper) dan jalurnya (track), yang kadang-kadang menyebabkan terjadi kontak,
sehingga rangkaian menjadi terbuka atau tahanan naik. Ukuran resistor dapat diperiksa
dengan cepat dengan memakai ohmmeter atau multimeter (distel ke posisi ohm)
2. Kapasitor. Kapasitor elektronik banyak dipakai dalam aplikasi elektronik. Pembalikan
polaritas dapat menyebabkan dielektris berhenti bekerja karena dielektris itu terbentuk
oleh suatu film anodik. Pembalikan ke polaritas yang benar tidak selalu betul
memulihkan film itu dan kapasitor menjadi bocor, yaitu kapasitor dilangsir (shunted)
secara efektif oleh suatu tahanan dan kapasitor itu bekerja, tetapi tidak benar-benar
kehilangan hasil kerjanya. Besar arus kebocoran biasanya sampai sekitar 4 μA. Jika
diperlukan ukuran yang lebih baik, dianjurkan untuk memakai kapasitor tantalum
padat. Namun berhati-hatilah dalam memastikan kebenaran polaritas yang digunakan.
Kapasitor berukuran rendah (pF sampai sekitar 4,7 μF) biasanya memakai dielektrik

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 38


padat. Pada umumnya timbul masalah yang disebabkan oleh patahnya kaki secara
mekanis
3. Induktor dan transformator. Biasanya kesalahan terbatas pada rangkaian putaran yang
singkat dan terbuka, yang sering ditimbulkan oleh panas berlebihan
4. Peralatan semikonduktor. Panas dan tegangan yang berlebihan merupakan penyebab
kegagalan yang utama
5. Transistor. Transistor dijelaskan oleh parameternya, salah satu di antaranya yang
ditandai oleh hfe adalah besar arus yang dapat dicapai, yaitu :
perubahan arus kolektor
hfe =
perubahan arus basis
Untuk transistor serbaguna berbentuk rata dari silikon npn ZTX 300, ukuran hfe
biasanya sebesar 100. Dengan memasukkan ukuran ini ke dalam definisi di atas,
perubahan arus kolektor sama dengan 100 x perubahan arus basis. Ini berarti bahwa
bila arus basis diubah oleh 1 μA, arus kolektor berubah oleh 100 x 1 μA = 100 μA.
Oleh karena itu, hukum emas pertama, suatu perubahan kecil dalam arus basis akan
menyebabkan perubahan besar dalam arus kolektor. Dan hukum emas kedua, kenaikan
arus basis menghasilkan kenaikan arus kolektor dan penurunan arus basis
menyebabkan penurunan arus kolektor pula. Dua hukum ini merupakan prinsip kerja
transistor, yaitu perubahan kecil dalam arus basis mengakibatkan perubahan besar
dalam arus kolektor, dan arus kecil mengontrol arus besar
6. Amplifier tegangan transistor. Teknik diagnosis utama memakai pengukuran tegangan
untuk menentukan kesalahan komponen pada rangkaian tunggal. Tegangan diperiksa
dengan melihat lembaran spesifikasi menggunakan voltmeter 20 kΩ/V. Haruslah
diingat bahwa jika suatu alat semikonduktor menjadi rangkaian terbuka, resistor yang
terhubung seri, yang mensuplai daya ke alat itu tidak akan mempunyai tegangan.
Demikian pula halnya jika alat semikonduktor menjadi rangkaian singkat, tegangan
pada resistor yang terhubung seri akan naik. Papan elektronik telah diciptakan untuk
menambah pengetahuan dalam diagnosis kesalahan pada amplifier transistor dengan
rangkaian tunggal.

Rangkuman
suatu teknik untuk mengetahui besaran-besaran listrik melalui
Teknik : pengamatan fenomena fisis menggunakan alat ukur listrik / elektronik
pengukuran terhadap besaran-besaran listrik tersebut melalui suatu pengukuran
listrik listrik dengan metoda tertentu.
Metoda
pengukuran : suatu metode tertentu untuk mengukur dan menghitung besaran-besaran
listrik listrik dengan menggunakan alat ukur listrik / elektronik.

Pengukuran : suatu proses mengukur untuk menentukan besaran-besaran listrik


besaran- dengan menggunakan alat ukur listrik / elektronik yang akan
besaran listrik menghasilkan besaran-besaran listrik, seperti arus, tegangan, daya,
energi, tahanan, induktansi, kapasitansi, fasa, dan frekuensi.
suatu proses mengukur dan mendiagnosis kesalahan besaran-besaran
Pengukuran : listrik seperti arus, tegangan, tahanan, induktansi, kapasitansi, fasa, dan
elektronik dan frekuensi dengan menggunakan alat ukur dan perlengkapan uji
diagnosis elektronik, seperti multimeter, penguji (tester) insulasi, osiloskop,
kesalahan generator fungsi, dan penguji transistor.

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 39


Contoh Soal dan Jawab :
1. Sebutkan jenis alat-alat ukur listrik yang dapat mengukur arus bolak-balik tanpa
tergantung pada penggunaan penyearah !
Jawaban :
a. Thermokopel
b. Besi putar
c. Elektrodinamometer
d. Induksi
e. Elektrostatik.

2. Jelaskan yang dimaksud dengan metoda pengukuran !


Jawaban :
Metode pengukuran pada umumnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengukuran
langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran secara langsung sangat penting
dalam instrumentasi modern, misalnya dalam pengukuran suatu bagian mekanis yang
membutuhkan ukuran-ukuran yang tepat, di mana dalam pelaksanaan pengukuran
dilakukan dari mulai proses pembuatan dengan tujuan untuk mengahasilkan mutu yang
baik. Dalam metode pengukuran langsung, besaran yang diukur langsung dibandingkan
terhadap suatu standar yang telah diketahui karakteristiknya. Metode pengukuran langsung
umumnya dipergunakan dalam pengukuran besaran-besaran seperti panjang, massa dan
waktu.
Pengukuran langsung tidak selalu dapat dilakukan. Pengukuran ini dalam beberapa hal
tidak teliti, hal mana disebabkan oleh adanya faktor-faktor manusia dan kurangnya
kepekaan alat. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, maka dalam beberapa hal diperlukan
suatu sistem pengukuran. Sistem pengukuran ini mempergunakan metode pengukuran
tidak langsung.

3. Suatu sistem jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV tiga fasa tiga kawat
mensuplai suatu beban setimbang induktif hubungan delta (Δ). Akan ditentukan
besaran daya total tiga fasa melalui pengukuran dengan menggunakan metoda dua
wattmeter. Rangkaian instalasi pengukuran menggunakan transformator potensial 20
kV/100 V dan transformator arus 20/5 A. Hasil pengukuran dari Wattmeter 1 dan
Wattmeter 2 masing-masing menunjukkan sebesar 325 watt dan 135 watt. Tentukan :
a. Besar daya total sebenarnya pada beban
b. Besar faktor daya.
Penyelesaian :
a. Daya total sebenarnya pada beban :
P = W1 + W 2
20.10 3 20
= (325 + 135). .  368000 watt = 368 kW
100 5
b. Faktor daya :

W1 + W2 = VI cos (30o - φ) + VI cos (30o + φ) = 3VI cos 


W1 - W2 = VI cos (30o - φ) - VI cos (30o + φ)
= {(cos 30o cos φ + sin 30o sin φ) – (cos 30o cos φ - sin 30o sin φ)}VI
= (cos 30o cos φ + sin 30o sin φ – cos 30o cos φ + sin 30o sin φ)VI
1
= (2sin 30o sin φ)VI = 2. . sin φ .VI = VI sin φ
2

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 40


sin  W1  W2  / VI
tg φ = 
cos  W1  W2  / 3VI
3 W1  W2 
cos φ = cos tg-1
W1  W2 
3 325  135 3.190
cos φ = cos tg-1 = cos tg-1 = cos tg-1 0.7154
325  135 460
cos φ = cos 35.58o = 0.81

4. Sebuah rangkaian jembatan Wheatstone seperti yang ditunjukkan dalam gambar


berikut, dengan nilai elemen-elemen pada lengan pembanding masing-masing R1
adalah 100 Ω dan R2 adalah 1000 Ω, besar tahanan pada lengan standar 200 Ω. Pada
lengan yang tidak diketahui terjadi perubahan tahanan sehingga tahanannya bertambah
sebesar 5 Ω dari titik kesetimbangan jembatan. Tegangan baterai adalah 5 V dan
tahanan dalam baterai diabaikan. Sensitivitas arus galvanometer adalah 10 mm/μA dan
tahanan dalam 100 Ω. Tentukan defleksi galvanometer yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan tersebut !

Penyelesaian :
R2
Pada kesetimbangan jembatan : R4  R3
R1
1000
maka : R4 = 200 .  2000 Ω
100
lengan bd memiliki tahanan 2000 Ω. Diagram yang menunjukkan nilai lengan bd sebagai
tahanan 2005 Ω menyatakan ketidaksetimbangan yang kecil (<<2000 Ω).
Rangkaian jembatan dalam gambar (a) diubah ke rangkaian pengganti Thevenin, maka
tegangan pengganti Thevenin adalah :
 100 1000 
Eth = Eac – Ead = 5   
 100  200 1000  2005 
= 2,77 mV
karena tahanan baterai diabaikan, maka tahanan pengganti Thevenin dalam gambar (b)
diperoleh :
100.200 1000.2005
Rth =   730 Ω
300 3005
Rangkaian pengganti Thevenin diberikan dalam gambar (c). Bila galvanometer
dihubungkan ke terminal keluaran rangkaian pengganti, maka arus melalui galvanometer
adalah :

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 41


Eth 2,77.10 3
Ig =   3,34.10 6  3,34A
Rth  Rg 730  100
Jadi defleksi galvanometer adalah :
 10mm 
d = 3,34 μA .    33,4 mm.
 A 

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 42


Soal-soal :
1. Jelaskan prinsip dan cara penggunaan pada pengukuran besaran-besaran listrik dari
beberapa metoda pengukuran berikut:
a) Metoda Ampermeter dan Voltmeter
b) Metoda Tiga Ampermeter
c) Metoda Tiga Voltmeter
d) Metoda Dua Wattmeter
e) Metoda Jembatan.
2. Voltmeter arus searah dalam gambar berikut, mempunyai sensitivitas 1000 Ω/V dan
pembacaan skala penuh 100 V. Alat ukur ini menunjukkan 84 V sebagai tegangan pada
beban. Tentukan kesalahan pengukuran disipasi daya pada beban dengan metoda
voltmeter-ampermeter bila ampermeter menunjukkan arus sebesar:
a) 50 mA
b) 1 A
c) 10 A.

3. Sebuah ohmmeter tipe seri yang direncanakan bekerja dengan baterai 6 V, mempunyai
diagram rangkaian seperti ditunjukkan dalam gambar berikut. Gerakan alat ukur
mempunyai tahanan dalam 2000 Ω dan memerlukan arus 100 μA untuk defleksi penuh.
Nilai tahanan R1 adalah 49 kΩ.
a) Dengan menganggap bahwa tegangan baterai telah berkurang menjadi 5,9 V,
tentukan nilai R2 yang diperlukan untuk membuat ohmmeter menjadi nol
b) Dengan persyaratan seperti pada (a), tahanan yang tidak diketahui Rx dihubungkan
ke alat ukur dan menyebabkan defleksi 60%. Tentukan nilai Rx
R1
A

Rm R2 Rx

4. Suatu sistem jaringan tiga fasa empat kawat mensuplai beban sebuah motor induksi
dengan hubungan bintang (Υ). Tentukan jumlah wattmeter yang diperlukan untuk
mengukur daya total, serta gambarkan diagram rangkaian dari instalasi pengukuran
lengkap dengan transformator arus dan transformator potensial !
5. Suatu pengukuran daya beban induktif pada sistem jaringan distribusi tegangan
menengah 20 KV tiga fasa tiga kawat menggunakan Metoda Dua Wattmeter. Sistem
peralatan pada rangkaian instalasi pengukuran tersebut menggunakan Wattmeter 250 V,
5 A, 500 W, Potential Transformer (PT) 20 KV/100 V, dan Current Transformer (CT)
20/5 A. Hasil tampilan pengukuran dari Wattmeter masing-masing menunjukkan 325
watt dan 130 watt. Tentukan:
a) Gambar rangkaian instalasi dari pengukuran daya tersebut !
b) Berapa total daya pada beban ?
c) Berapa faktor daya ?

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 43


6. Lengan-lengan pembanding jembatan Wheatstone dalam gambar berikut ini adalah R1
= 1000 Ω dan R2 = 100 Ω, tahanan standar R3 = 400 Ω, tahanan yang tidak diketahui Rx
= 41 Ω. Sebuah baterai 1,5 V dengan tahanan dalam yang diabaikan dihubungkan dari
a ke b. Tahanan dalam galvanometer adalah 50 Ω dan sensitivitas arus adalah 2 mm/μA.
Tentukan:
a) Rangkaian pengganti jembatan di acu terhadap terminal-terminal galvanometer
b) Defleksi galvanometer yang disebabkan oleh ketidaksetimbangan rangkaian

7. Sebuah jembatan arus bolak-balik setimbang, yang diberi tanda ABCD sekeliling pojok-
pojoknya, mempunyai konstanta-konstanta berikut; lengan AB, R = 200 Ω paralel
terhadap C = 0,047 μF; lengan BC, R = 1000 Ω seri dengan C = 0,47 μF; lengan CD
tidak diketahui; lengan DA, C = 0,5 μF. Frekuensi osilator adalah 1000 Hz. Tentukan
konstanta-konstanta lengan CD !
8. Sebuah jembatan arus bolak-balik setimbang ditandai dengan ABCD, mempunyai
konstanta-konstanta berikut; lengan AB, kapasitansi murni 0,01 μF; BC, tahanan murni
2500 Ω, CD tidak diketahui; DA, kapasitansi 0,02 μF seri dengan sebuah tahanan 7500
Ω. Jembatan setimbang pada frekuensi sedemikian sehingga ω = 50000 rad/s.
a) Tentukan konstanta jembatan yang tidak diketahui pada lengan CD
b) Jika di samping konstanta-konstanta yang diberikan terdapat kapasitansi kebocoran
sebesar 100 pF pada lengan DA, tentukan nilai yang sebenarnya dari yang tidak
diketahui !
9. Jelaskan (lengkap dengan gambar) cara pengujian simpal Murray (Murray loop test)
yang digunakan untuk menemukan kerusakan pentanahan-pentanahan (ground) di
dalam kabel-kabel terbungkus !
10. Jelaskan (lengkap dengan gambar) cara pengujian simpal Varley (Varley loop test) yang
digunakan untuk menemukan tanah, persimpangan atau hubungan-hubungan singkat
dalam sebuah kabel kawat banyak !
11. Suatu cara pengujian simpal Varley (Varley loop test) digunakan untuk menemukan
lokasi terjadinya hubungan singkat pentanahan dalam sebuah kabel kawat banyak yang
dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali uji sesuai dengan susunan rangkaian Jembatan
Wheatstone. Perbandingan perkalian lengan A dan B dari ketiga susunan rangkaian
tersebut adalah tetap yaitu sebesar satu. Pengujian dilakukan menggunakan kabel udara
dengan pengaruh temperatur tertentu, di mana rangkaian jembatan dibuat setimbang
oleh tahanan geser dalam lengan standar dengan masing-masing tahanan sebesar R1 =
0,010 Ω, R2 = 0,028 Ω, dan R3 = 0,059 Ω. Spesifikasi kabel tanah yang diuji
berpenampang 50 mm2, tahanan jenis konduktor 0,0175 Ωmm2/m, sedangkan jarak
pengujian kerusakan sejauh 150 meter. Tentukan:
a) Berapa besar tahanan penghantar dari titik pengujian ke titik kerusakan tanah ?
b) Berapa jarak kerusakan hubung singkat dari titik pengujian ?
12. Jelaskan yang dimaksud dengan pengukuran elektronik dan diagnosis kesalahan !
Berikan contoh aplikasinya !

IIodul Ajar Instrumentasi │Pengukuran Listrik IV- 44


BAB V

SISTEM INSTRUMENTASI

Tujuan Instruksional Umum :


Selelah menyelesaikan mata kuliah diharapkan mahasiswa dapat memahami sistem
instrumentasi.
Tujuan Instruksional Khusus :
Standar Kompetensi
Menggunakan sistem instrumentasi dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
 Memahami sistem instrumentasi dalam penerapannya terhadap teknik pengukuran
dan sistem pengaturan
 Menggunakan dan menganalisis sistem instrumentasi dalam teknik pengukuran dan
sistem pengaturan.
Indikator
Mahasiswa dapat :
 Menjelaskan pengertian sistem instrumentasi dalam penerapannya terhadap teknik
pengukuran dan sistem pengaturan
 Menjelaskan sistem pengukuran elektronik dalam sistem instrumentasi dan teknik
pengukuran listrik
 Menjelaskan pengertian sistem telemetri dalam sistem instrumentasi dan sistem
pengaturan
 Menjelaskan pengertian sistem pengukuran otomatis dalam sistem instrumentasi dan
sistem pengaturan
 Menjelaskan sistem instrumentasi industri dalam teknik pengukuran listrik dan
sistem pengaturan
 Menjelaskan pengertian transducer dalam teknik pengukuran listrik dan sistem
pengaturan
 Menentukan dan memilih transducer yang digunakan dalam teknik pengukuran
listrik dan sistem pengaturan
 Menjelaskan berbagai macam transducer dan aplikasinya dalam bidang industri dan
teknologi informasi.

5.1 Pendahuluan
Metode pengukuran pada umumnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran secara langsung sangat
penting dalam instrumentasi modern, misalnya dalam pengukuran suatu bagian mekanis
yang membutuhkan ukuran-ukuran yang tepat, di mana dalam pelaksanaan pengukuran
dilakukan dari mulai proses pembuatan dengan tujuan untuk mengahasilkan mutu yang
baik. Dalam metode pengukuran langsung, besaran yang diukur langsung dibandingkan
terhadap suatu standar yang telah diketahui karakteristiknya. Metode pengukuran langsung
umumnya dipergunakan dalam pengukuran besaran-besaran seperti panjang, massa dan
waktu.
Pengukuran langsung tidak selalu dapat dilakukan. Pengukuran ini dalam beberapa
hal tidak teliti, hal mana disebabkan oleh adanya faktor-faktor manusia dan kurangnya

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 1


kepekaan alat. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, maka dalam beberapa hal diperlukan
suatu sistem pengukuran. Sistem pengukuran ini mempergunakan metode pengukuran
tidak langsung.
Merupakan hal yang cukup penting untuk mengetahui elemen yang terdapat dalam
suatu sistem pengukuran secara sistematis. Sistem pengukuran (instrumentasi)
didefinisikan sebagai “suatu alat atau sistem yang dirancang untuk menjaga hubungan
fungsi antara sifat fisik variabel yang telah ditentukan dan harus mengandung cara serta
alat-alat komunikasi kepada seorang pengamat”.
Pada suatu sistem pengukuran secara sistematis, maka sebuah sistem pengukuran
(instrumentasi) umumnya terdiri dari tiga elemen utama, yaitu sebagai berikut :
 Elemen pertama, sebagai sensor atau peralatan masukan. Elemen pertama ini
menerima besaran atau perubahan (variabel) atau sinyal yang akan diukur, misalnya
tekanan, suhu, level, aliran, kemudian mengubah sinyal tersebut menjadi bentuk yang
lebih dapat dipakai. Dalam prakteknya variabel yang diukur berubah bentuk menjadi
sinyal mekanik atau sinyal listrik.
Perubahan yang terjadi pada elemen yang pertama ini dilakukan oleh suatu alat yang
disebut transducer. Secara umum transducer dapat dikatakan sebagai suatu alat yang
dapat mengubah suatu energi dari suatu bentuk menjadi bentuk lain. Suatu definisi
mengatakan “transducer adalah sebuah alat yang bila digerakkan oleh energi di dalam
sebuah sistem transmisi, menyalurkan energi dalam bentuk yang sama atau dalam
bentuk yang berlainan ke sistem transmisi kedua”. Transmisi energi ini bisa listrik,
mekanik, kimia, optik (radiasi), panas (termal). Tetapi dalam sistem pengukuran
definsinya dapat dibatasi, yaitu “transducer adalah suatu alat yang mengubah suatu
kuantitas fisik menjadi suatu kuantitas mekanik atau listrik”.
 Elemen kedua, sebagai pengubah variabel atau peralatan pengolah. Elemen kedua ini
berfungsi sebagai penerima suatu perubahan yang dihasilkan oleh elemen pertama,
yang kemudian mengubahnya menjadi keluaran (output) yang diperlukan, misalnya
sinyal tersebut diperkuat, ditapis, dimodifikasi menjadi sebuah format yang cocok bagi
peralatan keluaran sebelum sinyal tersebut ditunjukkan atau dicatat.
 Elemen ketiga, sebagai penyaji data atau peralatan keluaran. Elemen ketiga ini
berfungsi sebagai peralatan keluaran untuk menunjuk atau mencatat (perekaman).
Jenis sistem bergantung pada apa yang akan diukur dan bagaimana hasil pengukuran
tersebut disajikan. Pernyataan hasil pengukuran yang dihasilkan oleh sistem
pengukuran dapat berupa data analog atau data digital.
Jika elemen ketiga tersebut berupa penunjukkan, maka alat ukur tersebut mempunyai
skala yang dikalibrasi dan jarum penunjuk. Harga penunjukkan ditunjukkan oleh jarum
penunjuk pada skala, sampai bagian skala yang dimungkinkan oleh alat ukur tersebut dan
dapat diterima oleh mata manusia, sebagai contoh AVO (Amper, Volt, Ohm - Meter) dan
macam-macam meter lainnya. Apabila elemen ketiga merupakan pencatat (perekam;
recorder), maka alat ukur memberikan data-data yang tercatat biasanya pada kertas pencatat
untuk peragaan visual atau bisa juga berupa sebuah alat pencatat pita magnetik untuk
penyimpanan data masukan secara sementara atau permanen, atau bisa berupa sebuah
komputer digital untuk manipulasi data atau pengontrolan proses.
Adapun blok diagram elemen-elemen sistem pengukuran secara umum seperti
ditunjukkan dalam gambar 5.1 berikut.
sinyal yang
diukur PENGKONDISI
TRANSDUCER PERAGA
SINYAL

Gambar 5.1 Diagram Elemen Sistem Pengukuran Secara Umum

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 2


Gabungan dari ketiga fungsi elemen tersebut hampir terdapat pada kebanyakan alat
ukur dan masing-masing sama pentingnya. Alat-alat ini lazim ditemukan dalam
instrumentasi industri. Beberapa contoh dari alat ukur yang mempunyai fungsi semacam
ini di antaranya adalah :
 Suatu tungku pembakaran membutuhkan alat-alat ukur yang dapat menentukan
perbandingan antara aliran bahan bakar dengan aliran udara untuk menghasilkan
pembakaran yang optimum
 Suatu alat ukur beda tekanan menentukan beda tekanan antara dua tempat pada suatu
proses
 Suatu alat ukur yang dapat berfungsi sebagai pengali, pembagi dan lain sebagainya.
Semua alat ukur mempunyai sifat-sifat seperti telah diuraikan di atas yakni
mengubah besaran yang telah diukur menjadi penunjukkan yang dilakukan oleh indikator
atau dicatat oleh pencatat. Proses konversi ini sangat penting dalam suatu alat ukur untuk
mengubah besaran yang diukur, seperti tekanan, level, suhu, aliran dan sebagainya menjadi
besaran yang lebih mudah untuk ditentukan misalnya pergeseran.
Berikut adalah sebuah contoh sederhana pemakaian Boudon tube untuk menjelaskan
setiap fungsi yang ada dalam suatu alat ukur. Bourdon tube sendiri berfungsi sebahai
transducer yang mengubah besaran yang diukur menjadi gerakan mekanik (displacement
atau perpindahan). Pada bagian ujung Bourdon tersebut diperbesar untuk memberikan
gerakan yang relatif besar dari pusat roda gigi, dan akhirnya hasil pengukuran ditunjukkan
oleh elemen penunjuk yang terdiri dari jarum penunjuk dan piringan berskala. Piringan
berskala ini dikalibrasi dalam satuan tekanan, dengan demikian jarum penunjuk
memberikan harga tekanan yang dihasilkan oleh Bourdon tube.
Boudon tube berfungsi sebagai elemen pertama dan elemen kedua. Elemen pertama
merasakan adanya perubahan dari kuantitas yang diukur (tekanan), karena adanya
perubahan masukan yang berupa tekanan (dianggap tekanan naik), maka bentuk Bourdon
tube akan berubah membesar (tekanan diubah menjadi besaran gaya). Karena bagian
tekanan tertutup dari Bourdon tube merupakan bagian yang bebas bergerak, maka
perubahan bentuk tadi merupakan gerakan keluar dari bagian ini. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa, tekanan diubah menjadi gerakan kecil (lihat gambar 5.2).

Gambar 5.2 Pengukur Tekanan Bourdon Tube

Bagian tertutup dari Bourdon tube dihubungkan dengan susunan roda gigi melalui
sambungan mekanik. Susunan roda gigi tersebut merupakan gerakan kecil ujung tertutup
dari Bourdon tube dan menyebabkan jarum penunjuk berputar membentuk sudut yang
besar, dengan demikian sambungan mekanik sebagai elemen pengirim data, sedangkan
roda gigi bertindak sebagai elemem pemanipulasi data. Elemen terakhir yang bertindak

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 3


sebagai penyaji data terdiri dari susunan penunjuk dan piring skala yang bilamana
dikalibrasi terhadap masukan tekanan yang diketahui akan dapat memberikan suatu
penunjukkan sinyal tekanan yang diberikan kepada Bourdon tube.

5.2 Sistem Pengukuran Elektronik


Suatu sistem instrumentasi juga mencakup sistem pengukuran elektronik yang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan jarak
a. Pengukuran jarak dekat; tidak ada perantara jarak
b. Pengukuran jarak jauh (telemetri)
2. Berdasarkan prinsip atau keterlibatan manusia
a. Pengukuran manual; dalam arti obyek
b. Pengukuran otomatis
3. Berdasarkan kelangsungan
a. Pengukuran langsung (real time); pada waktu, bukan pada obyek
b. Pengukuran tak langsung (analogi/simulasi).

5.3 Sistem Telemetri


Pengukuran berdasarkan jarak terdiri dari pengukuran jarak dekat, dan pengukuran
jarak jauh (telemetri). Pada pengukuran jarak dekat tidak ada perantara jarak antara alat
ukur dan obyek yang diukur. Pada pengukuran jarak jauh (telemetri), di mana jika elemen-
elemen suatu sistem pengukuran atau instrumen secara fisik letaknya terpisah, maka
diperlukan suatu elemen yang mentransmisikan besaran yang diukur dari suatu tempat ke
tempat lain. Sistem pengukuran jarak jauh (telemetri) dilakukan karena :
1. Secara fisik obyeknya jauh, misal obyek berada di bulan
2. Pengukuran pada obyek yang bergerak, misal pesawat udara, rudal
3. Pengukuran pada obyek yang berbahaya, misalnya pada reaktor, kawah gunung berapi
4. Pengukuran terpadu pada jarak yang bervariasi (berbeda-beda).
Untuk dapat melakukan pengukuran tersebut, maka sistem harus mempunyai transfer
efisiensi dan power efisiensi yang maksimum. Perbedaan pengukuran jarak dekat dengan
jarak jauh terlihat pada bagian intermediate modifyieng stage. Dalam gambar 5.3 berikut
memperlihatkan fungsi-fungsi suatu sistem pengukuran secara umum, di mana sistem
pengukuran jarak jauh (telemetri) merupakan bagian dari perantaraan sistem input dan
output.
Adapun sistem pengukuran tersebut secara fungsional terdiri dari elemen-elemen
sebagai berikut :
(a) Primary sensing element, yaitu merupakan bagian input yang berfungsi menerima
besaran-besaran sinyal listrik ataupun besaran sinyal bukan listrik
(b) Transducer, yaitu untuk pengubahan parameter fisis menjadi sinyal listrik yang dapat
diterima oleh sistem akuisisi
(c) Pengkondisi sinyal (signal conditioning), yaitu untuk memperkuat, memodifikasi, atau
memilih bagian tertentu dari sinyal tersebut. Sedangkan conversion, yaitu berfungsi
untuk mengubah sinyal analog menjadi suatu bentuk yang dapat diterima oleh
pengubah analog ke digital (A/D Converter)
(d) Data transmission and telemetry, yaitu untuk mengirimkan sinyal data secara jarak
jauh dengan melalui media kabel ataupun melalui proses modulasi gelombang radio
(e) Data processing, yaitu sebagai pemroses data yang dapat berupa suatu peralatan
pemroses data seperti peralatan komputer, sehingga data tersebut dapat ditampilkan
pada bagian output tertentu

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 4


(f) Data display, inverse transducer, and data recording, yaitu merupakan bagian output
dari sistem pengukuran yang berfungsi sebagai pemberi informasi dalam berbagai
bentuk kepada pengamat.

input primary sensing transducer


element input
devices

signal conditioning data transmission data


and telemetry processing intermediate
and conversion means

outputs

data display

output
inverse transducer devices

data recording

Gambar 5.3 Diagram Sistem Pengukuran Jarak Jauh (Telemetri) Secara Umum

5.4 Sistem Pengukuran Otomatis


Pada sistem pengukuran otomatis biasanya diperlukan pada pengukuran yang
berulang, pengukuran serempak, dan pada operasi yang komplek yang membutuhkan
tingkat ketrampilan yang tinggi. Tipe pengukuran otomatis akan memberikan gambaran
kemampuan sistem otomatis, yaitu sebagai berikut :
1. Akuisisi data (data aquisition); menyesuaikan data
2. Analisis data (data analysis); setelah diukur
3. Pemrograman dan kendali (uji otomatis).
Pada pengukuran otomatis sering timbul masalah yaitu adanya low level multi
channel pada sistem akuisisi data. Hal ini terjadi pada sistem serempak yang mempunyai
aras isyarat lemah. Pada isyarat beraras rendah terdapat masalah utama yaitu noise (derau).
Derau pada sistem intsrumentasi dibagi menjadi dua, yaitu common mode noise source
yang masuk pada input common komponen, dan natural mode noise source yang terjadi
pada komponen karena terjadinya getaran elektron sehingga panas dan mendengung.
Adapun untuk menanggulangi common mode noise rejection adalah sebagai berikut :
1. Dilakukan floating (pemisahan ground)
2. Dilakukan guarding (terkawal) dengan cara mengawal interferensi dari luar sistem
(sistem pengukuran terjaga)
3. Dilakukan shielding (tertameng).

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 5


5.5 Sistem Intrumentasi Industri
Lapangan rekayasa kontrol industri sangatlah luas, mencakup semua cabang ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan semua bentuk energi, seperti mekanis, elektrik /
elektronik, hidrolik, dan pneumatik. Sistem kontrol juga telah disusun untuk berbagai
aplikasi industri, seperti tegangan, daya, temperatur, tingkatan / level, aliran, tekanan,
posisi, kecepatan, dan sebagainya.
Prinsip kontrol dasar itu pada pokoknya sama, tanpa peduli bentuk energi manapun
yang dipakai dan variabel fisik manapun yang dikontrol. Sekarang banyak terdapat proses
industri yang menggunakan elektronika untuk menghasilkan dan “menyesuaikan” sinyal
pengontrolan yang diperlukan. Hal ini disebabkan oleh kelebihan dalam bidang ukuran
fisik, kehandalan (reliability) dan biaya karena ditemukannya mikroelektronika.
Kontrol memiliki dua jenis sistem, yaitu sistem kontrol dengan putaran terbuka dan
sistem kontrol dengan putaran tertutup. Pada sistem kontrol terbuka merupakan bentuk
yang paling sederhana, murah dan sesuai untuk berbagai pemakaian. Dalam sistem kontrol
ini terdapat inisialisasi aksi, tetapi sistem ini tidak dapat mengubah aksi itu ketika bereaksi,
sehingga tidak ada umpan bail. Sirkit lampu dalam rumah adalah contoh umum kontrol ini.
Di situ aksi inisialisasi merupakan operasi saklar. Tidak ada cara apapun untuk mengubah
posisi saklar, jika intensitas cahaya tidak mencukupi atau terlalu banyak. Sistem dengan
putaran terbuka mempunyai ciri menggunakan saklar, kontaktor, katup, dal lain-lain.
Operator (manusia) dapat mengawasi keadaan variabel terkontrol yang paling sering
muncul. Dalam hal ini, jika operator melakukan aksi, misalnya mengatur pengontrol, ia
bertindak sebagai jalur umpan balik dan sistem itu menjadi sistem dengan putaran tertutup
selama operator tadi menjalankan tugasnya.
Sistem kontrol dengan putaran terbuka dapat dikonversikan menjadi sistem
berputaran tertutup, bila operatornya berfungsi sebagai jalur umpan balik dan bekerja
mempertahankan variabel terkontrol pada kondisi yang diinginkan. Tujuan sistem kontrol
berputaran tertutup otomatis adalah menggantikan dan memperbaiki aksi operator dalam
peranan ini. Biasanya hal ini dicapai dengan cara mengukur pemantauan keadaan kondisi
terkontrol yang paling sering ada dan mengkonversikannya ke dalam bentuk lain yang
mirip dengan aksi inisialisasi (sinyal input); kedua “sinyal” ini diperbandingkan dan
perbedaan (kesalahan)-nya adalah sinyal yang kemudian dipakai untuk mengontrol sistem.
Jadi sistem kontrol berputaran tertutup otomatis dijalankan oleh kesalahan.
Pemantauan dan konversi sinyal biasanya dapat dicapai dengan sebuah alat, yaitu
transducer, yang mampu mengkonversikan sejenis variabel fisik ke dalam jenis lain.
Contohnya, suatu transducer listrik merupakan transducer yang mengkonversikan variabel
fisik (kecepatan, temperatur, dan lain-lain) ke dalam sinyal listrik.
Sinyal kesalahan yang dibentuk oleh perbandingan antara sinyal input dan sinyal
umpan balik pemantauan mungkin kecil, sehingga diperlukan amplifier untuk
mempertinggi sinyal pengontrolan. Diagram blok sistem kontrol tertutup diperlihatkan
dalam gambar 5.4 berikut.
Pembanding Amplifier
Input Kesalahan (pengontrol)
Elemen
+ Motor
-
-

Transducer

Gambar 5.4 Diagram Sistem Kontrol dengan Putaran Tertutup

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 6


Banyak terdapat sistem kontrol modern yang memakai transducer listrik untuk
memproduksi sinyal umpan balik pemantauan. Transducer listrik pada umumnya dibuat
untuk menangani segala jenis variabel fisik. Beberapa jenis transducer yang paling umum
adalah sebagai berikut :
1. Beban. Tegangan, kekuatan, tekanan. Pengukur tegangan – perubahan tahanan R =
 / q
2. Posisi. Pemindahan. Tahanan variabel (potensiometer), R  
3. Kecepatan. Tachogenerator – generator dc atau ac., optik
4. Temperatur. Thermocouple – emf yang proporsional untuk berubah dalam temperatur.
Termistor – tahanan tergantung pada temperatur.

Terdapat berbagai macam transducer yang digunakan di dalam sistem instrumentasi


industri, yaitu antara lain sebagai berikut :
 Thermokopel
 Thermistor
 Strain gauge
 Piezo elektrik
 Sel photo konduksi
 Sel photo dioda
 Photo transistor
 Sel photo voltaik
 Opta elektronik pulse sensing
 Transducer tahanan variable
 Transducer induktif
 Transducer kapasitif
 Capacitive displacement transducer
 Induktive displacement transducer
 Magnetic displacemet transducer
 Linear variable diffrential transformer detector
 Dan lain-lain.

5.6 Transducer
Besaran masukan pada kebanyakan sistem instrumentasi adalah besaran bukan listrik
(non listrik). Untuk menggunakan metoda dan teknik listrik pada pengukuran, manipulasi
atau pengontrolan, maka besaran non listrik ini diubah menjadi suatu sinyal listrik oleh alat
yang disebut transducer. Suatu definisi mengatakan “transducer adalah sebuah alat yang
bila digerakkan oleh energi di dalam sebuah transmisi, menyalurkan energi dalam bentuk
yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi kedua”.
Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optik (radiasi) atau thermal
(panas). Sebagai contoh, definsi transducer yang luas ini mencakup alat-alat yang
mengubah gaya atau perpindahan mekanis menjadi sinyal listrik. Alat-alat ini membentuk
kelompok transducer yang sangat besar dan sangat penting yang lazim ditemukan dalam
instrumentasi industri. Banyak parameter fisis lainnya (seperti panas, intensitas cahaya,
kelembaban) juga dapat diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan transducer.
Transducer-transducer ini memberikan suatu sinyal keluaran bila dirangsang oleh sebuah
masukan yang bukan mekanis. Sebuah termistror bereaksi terhadap variasi temperatur;
sebuah fotosel bereaksi terhadap perubahan intensitas cahaya; sebuah berkas elektron
terhadap efek-efek magnetik, dan lain-lain.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 7


Radiasi

Cahaya

Nuklir
TRANSDUCER SINYAL
Kimia LISTRIK

Mekanik

Magnetik
Gambar 5.5 Diagram Sifat-sifat Transducer

Transducer dikelompokkan berdasarkan pemakaiannya, metoda pengubahan energi,


sifat dasar dari sinyal keluaran, dan lain sebagainya. Semua pengelompokkan ini biasanya
memperlihatkan daerah yang saling melengkapi.
Sifat-sifat transducer :
1. Sifat statis
a. Accuracy (kebolehjadian)
Suatu hasil (output) mempunyai kebolehjadian salah (keluaran tidak sama dengan
masukan) karena pengaruh dari luar sistem (accidensial), yaitu sesuatu yang belum
atau tidak diketahui yang mempunyai sifat random (acak) dan bedistribusi normal
b. Resolusi
Perubahan masukan terkecil yang masih dapat memberikan perubahan pada
keluaran. Resolusi tergantung pada besar kebolehjadian dari sistem. Pada sistem
diskrit resolusi tergantung pada undak atau respon terhadap masukan sistem,
sedangkan pada sistem kontinyu resolusi sistem tergantung dari distribusi normal
c. Repeatability
Seberapa baik keluaran kembali ke suatu harga bila diberi masukan yang sama
d. Histeresis (irreversible)
Perbedaan harga keluaran untuk pengukuran masukan naik dengan masukan turun.
Efek histerisis terjadi pada magnetisasi
e. Linearity
Hubungan yang proporsional antara input dan output.
2. Sifat Dinamis
a. Rise time (waktu bangkit)
Waktu yang diperlukan untuk n perubahan keluaran dari 10% sampai dengan 90%
tanggapan penuh dari sistem dengan masukan berupa undak satuan
b. Dead time (waktu mati)
Selang waktu yang diperlukan antara masuknya input terhadap keluarannya output.
Dead time sering diartikan sebagai kecepatan perambatan isyarat
c. Time constant
Tetapan waktu yang diperlukan keluaran untuk mencapai 63,2% harga akhir untuk
sistem orde 1
d. Dumping coefisient (dumping ratio)
Perbandingan antara redaman sistem terhadap redaman kritis
e. Resonant frequency (frekuensi resonansi)
Frekuensi di mana sistem akan turut bergetar
f. Percent overshoot
Simpangan tertinggi nisbi
g. Setting time
Waktu yang diperlukan keluaran untuk mencapai harga dengan tingkat kesalahan
tertentu

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 8


h. Frequency respons
Kemampuan sistem (transducer) untuk mengikuti perubahan dinamika input.
Macam-macam transducer :
1. Berdasar manfaat (ketrjanya)
a. Magnetik
b. Elektrik
c. Optik
d. Mekanik
e. Thermik
f. Chemik
2. Berdasar prinsip kerja
a. Optis
b. Magnetis
c. Elektris
d. Mekanis
e. Thermis
f. Chemis
3. Berdasar peran (status)
a. Transducer primer; transducer utama
b. Transducer sekunder; transducer bantu
4. Berdasar kelas
a. Klas 1; bertindak sebagai detektor saja
b. Klas 2; bertindak sebagai detektor dan transducer tunggal
c. Klas 3; bertindak sebagai detektor dan transducer ganda
5. Berdasar aktifitas
a. Transducer aktif
b. Transducer pasif.
Elektrical transducers :
Transducer elektrik dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Variable control parameter type; dalam pengoperasian menggunakan tegangan
eksitasi eksternal
a. Potensiometer
b. Resistance strain gauges
c. Resistance temperetur transducer
d. Photoconductive cell
e. Photoemissive cell
f. Capacitance
g. Inductance
h. Mutual inductance
2. Self generating type
a. Elektromagnetik
b. Thermoelektrik
c. Photoemissive
d. Piezo electrik type.

5.7 Pemilihan Transducer


Dalam sistem pengukuran, transducer merupakan elemen masukan yang fungsi
kritisnya adalah mengubah sebuah besaran fisis menjadi sinyal listrik yang sebanding.
Dengan demikian pemilihan transducer yang sesuai merupakan langkah pertama dan
mungkin yang paling penting dalam mendapatkan hasil-hasil yang teliti. Sejumlah
pertanyaan dasar perlu dijawab sebelum memilih sebuah transducer, sebagai contoh adalah
:

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 9


1. Besaran fisis apa yang akan diukur ?
2. Prinsip transducer yang mana yang paling baik digunakan untuk mengukur besaran ini ?
3. Berapa ketelitian yang dinginkan pada pengukuran ini ?
Pertanyaan pertama dapat dijawab dengan menentukan jenis dan rangkuman
pengukuran. Jawaban yang tepat untuk pertanyaan kedua memerlukan bahwa karakteristik
masukan dan keluaran dari transducer adalah sepadan / sesuai dengan sistem pencatatan
atau pengukuran. Pada kebanyakan hal, kedua pertanyaan ini dapat dijawab dengan cepat,
dengan mengartikan bahwa transducer yang sesuai dipilih hanya dengan memperbesar
toleransi ketelitian. Dalam praktek, ini mungkin jarang terjadi, disebabkan oleh kerumitan
dari berbagai jenis parameter transducer yang mempengaruhi ketelitian. Persyaratan
ketelitian bagi sistem keseluruhan menentukan derajat terhadap mana masing-masing
faktor yang berkontribusi terhadap ketelitian harus dipertimbangkan. Sebagian dari faktor-
faktor ini adalah :
a. Parameter dasar transducer : jenis dan rangkuman pengukuran, sensitivitas, eksitasi
b. Kondisi fisik : sambungan-sambungan mekanis dan elektris, perlengkapan-
perlengkapan pemasaran, tahanan korosi
c. Kondisi sekeliling : efek ketidaklinearan, efek histerisis, respon frekuensi, resolusi
d. Kondisi lingkungan : efek temperatur, percepatan, goncangan dan getaran
e. Kesesuaian peralatan yang disertakan : perlengkapan kesetimbangan nol, toleransi
sensitivitas, penyesuaian impedansi, tahanan isolasi.
Kategori (a) dan (b) merupakan karakteristik dasar elektris dan mekanis transducer.
Ketelitian transducer, sebagai sebuah komponen terpisah, terkandung dalam kategori (c)
dan (d). Sedangkan kategori (e) memperhatikan kesesuaian transducer terhadap peralatan
sistemnya yang tergabung.
Kesalahan total pengukuran di dalam sebuah sistem yang diaktifkan oleh transducer
dapat diperkecil agar berada dalam rangkuman ketelitian yang dinginkan melalui teknik-
teknik berikut :
a. Menggunakan sistem kalibrasi pada tempatnya beserta koreksi dalam reduksi data
b. Memonitor lingkungan secara simultan dan mengoreksi data secara tepat
c. Mengontrol lingkungan secara buatan guna memperkecil kesalahan-kesalahan yang
mungkin.
Beberapa kesalahan individual bisa diramalkan dan dapat dikalibrasi di luar sistem.
Jika seluruh sistem dikalibrasi, data kalibrasi ini kemudian dapat digunakan untuk
mengoreksi data yang dicatat. Kesalahan lingkungan dapat diperbaiki melalui reduksi data
jika efek-efek lingkungan dicatat secara serentak bersama dengan data aktual. Kemudian
data tersebut diperbaiki dengan menggunakan karakteristik-karakteristik lingkungan dari
transducer yang diketahui. Kedua teknik dapat memberikan pertambahan yang berarti bagi
ketelitian sistem.
Metoda lain untuk memperbaiki ketelitian sistem secara keseluruhan adalah
mengontrol lingkungan transducer secara buatan. Jika lingkungan transducer dapat
dipertahankan tidak berubah, kesalahan diturunkan menjadi nol. Jenis pengontrolan ini bisa
memerlukan salah satu dari : menggerakkan transducer secara fisik ke posisi yang lebih
menyenangkan atau melengkapi isolasi yang diperlukan terhadap lingkungan dengan
sebuah penutup pemanas, isolasi getaran, atau cara-cara yang serupa.

5.8 Strain Gage


Strain gage adalah suau transducer pasif yang mengubah suatu pergeseran mekanis
menjadi perubahan tahanan. Strain gage merupakan sebuah alat seperti biskuit tipis (wafer)
yang dapat disatukan (bonded) ke berbagai bahan guna mengukur regangan yang diberikan

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 10


padanya. Stain gage metalik (logam) dibuat dari kawat tahanan berdiameter kecil, seperti
halnya constantan (paduan tembaga-nikel mengandung 60% tembaga dan 40% nikel) atau
dietsa (etched) dari lembaran-lembaran kawat tipis. Tahanan dari foil kawat atau logam ini
berubah terhadap panjang jika bahan di mana “gage” disatukan mengalami tarikan atau
tekanan (kompresi). Perubahan tahanan ini sebanding dengan regangan yang diberikan dan
diukur dengan sebuah jembatan Wheatstone yang dipakai secara khusus.
Sensitivitas sebuah strain gage dijelaskan dengan suatu karakteristik yang disebut
faktor gage (gage faktor), K, yang didefinisikan sebagai perubahan satuan tahanan dibagi
dengan perubahan satuan panjang, atau :
R / R
Faktor gage, K = (5-1)
l / l
di mana :
K = faktor gage
R = tahanan gage nominal
R = perubahan tahanan gage
l = panjang normal bahan (kondisi tidak teregang)
l = perubahan panjang bahan
suku l/l dalam penyebut persamaan (5-1) adalah regangan , sehingga :
R / R
K= (5-2)

di mana :
 = regangan dalam arah lateral
Perubahan tahanan R pada sebuah konduktor yang panjangnya l dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan bagi tahanan dari sebuah konduktor yang penampangnya
serba sama, yaitu :
 l
R =  (panjang/luas) = (5-3)
 / 4d 2
di mana :
 = tahanan spesifik dari bahan konduktor
l = panjang konduktor
d = diameter konduktor
Tarikan (tension) terhadap konduktor menyebabkan pertambahan panjang l dan
pengurangan secara bersamaan pada diameter d, maka tahanan konduktor berubah
menjadi :

Rs =
l  l    l 1  l / l  (5-4)
 / 4d  d 2  / 41  2d / d 
Persamaan (5-4) dapat disederhanakan dengan menggunakan bilangan Poisson , yang
didefinisikan sebagai perbandingan regangan dalam arah lateral terhadap regangan dalam
arah aksial, dengan demikian :
d / d
= (5-5)
l / l
substitusi persamaan (5-5) ke (5-4) memberikan :
l  1  l / l 
Rs =   
 / 4d  1  2l / l 
2 
(5-6)

dapat disederhanakan menjadi :

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 11


 l 
Rs = R + R = R 1  1  2  (5-7)
 l 
Perubahan tahanan, R jika dibandingkan terhadap pertambahan panjang l selanjutnya
dapat dinyatakan dalam faktor gage K, di mana :
R / R
K=  1  2 (5-8)
l / l
Bilangan Poisson bagi kebanyakan logam terletak dalam rangkuman dari 0,25 sampai 0,35;
berarti fakor gage akan berada dalam orde 1,5 sampai 1,7.
Untuk penggunaan strain gage sangat dinginkan yang memiliki sensitivitas tinggi.
Sebuah faktor gage yang besar berarti suatu perubahan tahanan yang relatif besar, yang
dapat lebih mudah diukur dari pada suatu perubahan tahanan yang kecil. Pada kawat
constantan nilai K adalah sekitar 2, sedangkan Altoy 479 mempunyai nilai K sekitar 4.
Hukum Hooke memberikan hubungan antara tegangan geser dan regangan untuk
sebuah kurva tegangan geser-regangan (stress-starin curve) yang linear, dinyatakan dalam
modulus kekenyalan (elastisitas) dari bahan yang dipasang per satuan luas dan regangan
sebagai perpanjangan benda yang tergeser per satuan luas, yaitu :
s
= (5-9)
E
di mana :
 = regangan, l/l
s = tegangan geser, kg/cm2
E = modulus Young, kg/cm2.

5.8.1 Elemen pengindera metalik


Strain gage metalik dibentuk dari kawat tahanan tipis atau dietsa dari lembaran kawat
logam tipis. Umumnya, ukuran kawat gage adalah kecil, mengalami kebocoran paling
kecil, dan dapat digunakan pada pemakaian temperatur tinggi. Elemen-elemen foil sedikit
lebih besar dalam ukuran dan lebih stabil dari pada gages kawat. Dan dapat digunakan pada
kondisi temperatur yang ekstrim dan dalam pembebanan yang lama, serta mendisipasikan
panas yang diinduksi sendiri dengan mudah. Berbagai jenis bahan tahanan telah
dikembangkan untuk pemakaian gage kawat dan foil, yaitu sebagai berikut :
 Constantan adalah paduan (alloy) tembaga nikel dengan koefisien temperatur yang
rendah. Biasanya constantan ditemukan dalam gage yang digunakan untuk pengukuran
strain dinamik, di mana perubahan level strain tidak melebihi  1500 cm/cm. Batas-
batas temperatur kerja adalah dari 10o C sampai 200o C
 Nichrome V adalah paduan nikel-chrome yang digunakan untuk pengukuran strain
statik sampai temperatur 375o C. Dengan kompensasi temperatur, paduan ini dapat
digunakan untuk pengukuran statik sampai temperatur 650o C dan pengukuran dinamik
sampai 1000o C
 Dynaloy adalah paduan nikel-besi dengan faktor gage yang rendah dan ketahanan yang
tinggi terhadap kelelahan. Bahan ini digunakan untuk pengukuran strain dinamik bila
sensitivitas temperatur yang tinggi dapat ditolerir. Rangkuman temperatur dari gage
dynaloy umumnya dibatasi oleh bahan-bahan pembawa dan semen perekat
 Stabiloy adalah paduan nikel-chrome yang dimodifikasi dengan rangkuman
kompensasi yang lebar. Gage ini memiliki stabilitas yang sangat baik dari temperatur
cryogenic sampai sekitar 350o C dan ketahanan yang baik terhadap kelelahan.
 Paduan platina-tungsten memberikan stabilitas yang sangat baik dan ketahanan yang
tinggi terhadap kelelahan pada temperatur tinggi. Gage ini disarankan untuk

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 12


pengukuran uji statik sampai 700o C dan pengukuran dinamik sampai 850o C. Karena
bahan ini memiliki koefisien temperatur yang relatif besar, maka untuk memperbaiki
kesalahan ini harus digunakan suatu bentuk kompensasi temperatur
 Strain gage semikonduktor sering digunakan dalam transducer yang keluarannya
tinggi seperti halnya load-cell. Ukuran ini mempunyai sensitivitas yang sangat tinggi
dengan faktor gage dari 50 sampai 200. Namun, peka terhadap fluktuasi temperatur
dan sering menunjukkan sifat yang tidak linear.
Ukuran gage yang telah selesai dan cara dalam mana pola kawat atau foil disusun,
berubah menurut pemakaian. Beberapa “bonded gages” dapat berukuran sekecil 1/8 inci x
1/8 inci, walaupun umumnya agak lebih besar, dan dibuat di pabrik dengan ukuran
maksimal sebesar 1 inci panjang x ½ inci lebar. Dalam pemakaian yang lazim, strain gage
disemen ke struktur yang regangannya akan diukur. Masalah pemberian penyatuan (ikatan)
yang baik antara gage dan struktur adalah sangat sulit. Bahan pelekat harus menempelkan
gage dengan ketat terhadap struktur, namun dia harus memiliki elastisitas yang cukup untuk
memberikan regangan tanpa kehilangan sifat-sifat melekatnya. Bahan perekat juga harus
tahan terhadap temperatur, kelembaban dan kondisi.

5.8.2 Konfigurasi strain gage


Bentuk elemen pengindera dipilih menurut regangan yang akan diukur, satu sumbu
(unaksial), dua sumbu (biaksial), atau arah ganda (banyak). Pemakaian satu sumbu paling
sering menggunakan elemen-elemen pengindera yang panjang dan kecil seperti
ditunjukkan dalam gambar 5.6, untuk memaksimalkan bahan pengindera regangan dalam
arah yang diselidiki. Simpal-simpal ujung dibuat sedikit dan pendek, sehingga sensitivitas
terhadap regangan adalah rendah. Panjang gage dipilih menurut bidang regangan yang akan
diselidiki. Pada kebanyakan pengukuran regangan, gage yang panjangnya 6 mm
memberikan prestasi yang baik dan pemasangan yang mudah.

Gambar 5.6 Strain gage satu sumbu; (a) kawat, (b) foil

Pengukuran regangan secara simultan dalam arah lebih dari satu dapat dilakukan
dengan menempatkan gage elemen tunggal pada lokasi yang sesuai. Namun, untuk
menyederhanakan pekerjaan ini dan untuk menghasilkan ketelitian yang lebih besar,
tersedia gage elemen ganda atau gage resotte.
Resotte dua elemen yang diperlihatkan pada dalam gambar 5.7, sering digunakan
dalam transducer gaya. Gage dirangkaikan dalam sebuah rangkaian jembatan Wheatstone
guna memberikan keluaran yang paling besar. Untuk analisis tegangan geser, elemen-

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 13


elemen aksial dan melintang bisa memiliki tahanan yang berbeda yang dapat dipilih,
sehingga gabungan keluaran sebanding dengan tegangan geser, sedangkan keluaran dari
elemen aksial sendiri sebanding dengan regangan. Rosette tiga elemen sering digunakan
dalam menentukan arah dan besarnya regangan utama yang dihasilkan dari pembebanan
struktural yang kompleks. Jenis yang paling terkenal memiliki simpangan sudut sebesar
45o atau 60o antara elemen-elemen pengindera seperti ditunjukkan dalam gambar 5.8.
Rosette 60o digunakan bila arah regangan utama tidak diketehui. Rosette 45o memberikan
rosolusi sudut yang lebih besar dan biasanya digunakan bila arah regangan utama diketahui.

Gambar 5.7 Rosette dua elemen (a) tumpukan foil 90o, (b) foil datar 90o, (c) foil geser 90o

Gambar 5.8 Rosette tiga elemen; (a) foil datar (plana) 60 o, (b) tumpukan kawat 45o

5.8.3 Strain gage tanpa ikatan (unbonded strain gage)


Strain gage ini terdiri dari sebuah kerangka diam dan sebuah jangkar (armature) yang
ditopang pada pertengahan kerangka. Jangkar hanya dapat bergerak dalam satu arah.
Gerakannya dalam arah tersebut dibatasi oleh empat filamen kawat sensitif regangan,
dililitkan antara isolator-isolator kaku yang dipasang pada kerangka dan pada jangkar.
Panjang filamen-filamen adalah sama dan disusun seperti yang ditunjukkan dalam gambar
5.9 (a).
Bila sebuah gaya luar diberikan terhadap strain gage, jangkar bergerak dalam arah
yang diperlihatkan. Panjang elemen A dan D bertambah, sedangkan panjang elemen B dan
C berkurang. Perubahan tahanan dari keempat filamen sebanding dengan perubahan
panjang, dan perubahan ini dapat diukur dengan sebuah jembatan Wheatstone seperti

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 14


diperlihatkan dalam gambar 5.9 (b). Arus tak setimbang yang ditunjukkan oleh alat
pencatat arus, dikalibrasi agar menunjukkan besarnya perpindahan jangkar.

Gambar 5.9 Unbonded strain gage (a) prinsip konstruksi, (b) rangkaian jembatan Wheatstone

Transducer strain gage tipe tidak terikat ini dapat dibuat dalam berbagai jenis
konfigurasi tergantung pada pemakaian yang dikehendaki. Pemakaiannya yang utama
adalah sebagai transducer pergeseran (displacement transducer), sebuah pasak
penghubung dapat ditempelkan pada jangkar guna mengukur pergeseran secara langsung.
Unit dalam gambar 5.9 memungkinkan pergeseran jangkar sebesar 0,004 cm ke tiap sisi
dari posisi tengahnya. Dengan menggunakan konstruksi yang sama, unit ini akan berfungsi
sebagai dynamomter yang mampu mengukur gaya. Dengan tergantung pada jumlah lilitan
dan diameter kawat-kawat regangan, transducer akan mengukur gaya dari  40 gram
sampai  2 kg skala penuh.

5.9 Transducer Pergeseran (Displacement transducer)


Konsep pengukuran sebuah gaya terpasang menjadi pergeseran merupakan dasar
bagi berbagai jenis transducer. Elemen mekanis yang digunakan untuk mengubah gaya
terpasang menjadi pergeseran disebut alat-alat penjumlah gaya (force summing devices).
Bagian-bagian dari alat ini pada umumnya adalah sebagai berikut :
a. Diafragma, rata atau bergelombang
b. Tiupan (bellows)
c. Tabung Bourdon, melingkar atau berbelit
d. Tabung / pipa lurus
e. Kantilever massa (mass cantilever), suspensi tunggal atau dobel
f. Torsi ujung berputar (pivot torque).

Adapun contoh alat-alat penjumlah gaya diperlihatklan dalam gambar 5.10.


Umumnya transducer tekanan menggunakan salah satu dari empat jenis pertama dari

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 15


bagian-bagian alat penjumlah gaya (a), (b), (c) dan (d), sedangkan kategori (e) dan (f) akan
ditemukan dalam alat pengukur percepatan (asselerometer) dan pengukuran getaran
(vibrasi).
Pergeseran yang ditimbulkan oleh tindakan alat penjumlah gaya diubah menjadi
perubahan suatu parameter elektris. Prinsip-prinsip listrik yang paling lazim digunakan
dalam pengukuran pergeseran adalah :
a. Kapasitif
b. Induktif
c. Transformator selisih (diffrential transformer)
d. Ionisasi
e. Osilasi
f. Fotolistrik
g. Piezo elektris
h. Potensiometerik
i. Kecepatan.

Gambar 5.10 Alat-alat penjumlah gaya

5.9.1 Transducer kapasitif


Kapasitansi dari sebuah kapasitor pelat paralel diberikan oleh :
kA 0
G= (farad) (5-10)
d
di mana :
A = luas masing-masing pelat, m3
d = jarak kedua pelat, m
0 = 9,85 x 10-12, F/m
k = konstanta dielektrik.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 16


.Gambar 5.11 Transducer kapasitif

Karena kapasitansi berbading terbalik dengan jarak kedua pelat paralel, setiap variasi
dalam d menyebabkan variasi yang berkaitan pada kapasitansi. Prinsip ini diterapkan pada
transducer kapasitif dalam gambar 5.11. Sebuah gaya yang diberikan pada diafragma yang
berfungsi sebagai salah satu pelat sebuah kapasitor sederhana, mengubah jarak antara
diafragma dan pelat diam. Perubahan kapasitansi yang dihasilkan ini dapat diukur oleh
sebuah jembatan ac, tetapi biasanya diukur dengan sebuah rangkaian osilator. Transducer,
sebagai bahan dari rangkaian osilator, menyebabkan perubahan frekuensi osilator.
Perubahan frekuensi ini merupakan ukuran dari besarnya gaya yang dipasang.
Transducer kapasitif memiliki respons frekuensi yang sangat baik dan dapat
mengukuir fenomena statik dan dinamik. Kekurangannya adalah kepekaan terhadap variasi
temperatur dan kemungkinan sinyal-sinyal yang tak teratur atau cacat (distorsi) karena
kawat yang panjang. Juga instrumentasi pencatatan bisa besar dan rumit dan sering
membutuhkan sebuah osilator kedua dengan frekuensi yang tetap untuk tujuan
pencampuran frekuensi (heterodyning). Jadi frekuensi selisih yang dihasilkan dapat dibaca
oleh sebuah alat keluaran yang sesuai seperti halnya pencacah elektronik.

5.9.2 Transducer induktif


Dalam transducer induktif pengukuran gaya dilakukan dengan mengubah
perbandingan induktansi dari sepasang kumparan atau dengan mengubah induktansi
kumparan tunggal. Jangkar ferromagnetik yang digerakkan (digeser) oleh gaya yang akan
diukur mengubah reluktansi rangkaian magnetik. Gambar 5.12 memperlihatkan variasi
senjang udara dengan mengubah posisi jangkar. Perubahan induktansi yang dihasilkan
merupakan ukuran bagi besarnya gaya yang diberikan.

Gambar 5.12 Transducer induktif

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 17


Kumparan dapat digunakan sebagai komponen sebuah osilator LC yang kemudian
frekuensinya berubah terhadap gaya yang diberikan. Jenis transducer ini dipakai secara luas
dalam sistem telemetri, bersama sebuah kumparan tunggal yang memodulasi frekuensi
sebuah osilator lokal.
Kesalahan-kesalahan histerisis dari transducer seluruhnya hampir dibatasi oleh
komponen-komponen mekanis. Jika sebagai elemen dari penjumlah gaya digunakan
sebuah diafragma seperti diperlihatkan dalam gambar 5.12(a), yang bisa membentuk
bagian dari rangkaian magnetik.
Transducer induktif memberi respons terhadap pengukuran statik dan dinamik,
memiliki resolusi yang kontinyu beserta keluaran yang cukup tinggi. Kekurangannya
adalah bahwa respons frekuensi (variasi gaya yang dimasukkan) dibatasi oleh konstruksi
anggota penjumlah gaya. Di samping itu, medan magnet luar dapat mengakibatkan
penunjukan yang salah.

5.9.3 Transducer selisih yang berubah-ubah


Transducer transformator selisih mengukur gaya dinyatakan dalam pergeseran inti
ferromagnetik dari sebuah transformator. Konstruksi dasar dari sebuah transformator
selisih yang berubah secara linear (linear variable diffrential transformer, LVDT),
ditunjukkan dalam gambar 5.13. Transformator ini terdiri dari kumparan primer dan
kumparan sekunder yang ditempatkan pada kedua sisi kumparan primer. Kumparan
sekunder mempunyai jumlah gulungan yang sama tetapi dihubungkan seri secara
berlawanan, sehingga gaya gerak listrik (ggl) yang diindusir di dalam kumparan sekunder
tersebut saling berlawanan. Posisi dari inti yang dapat bergerak menentukan hubungan
fluksi antara kumparan primer yang dieksitasi oleh ac dan masing-masing dari kedua
kumparan sekunder.

Gambar 5.13 LVDT; (a) Komponen-komponen penting, (b) Posisi-posisi relatif dari inti yang
membangkitkan tegangan keluaran. Karakteristik linear menentukan gerakan inti yang terbatas
yang khasnya adalah 5 mm dari posisi nol

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 18


Inti (core) yang terletak pada posisi tengah sebagai referensi, ggl yang diindusir di
dalam kumparan sekunder adalah sama, dan karena saling berlawanan satu sama lain,
tegangan keluaran akan sama dengan 0 Volt. Bila gaya yang diberikan dari luar
menggerakkan inti ke posisi sebelah kiri, fluksi magnetik yang menembus kumparan di
sebelah kiri lebih besar dari pada ggl induksi dari kumparan di sebelah kanan. Jadi besarnya
tegangan keluar sama dengan selisih antara kedua tegangan sekunder, dan sefasa dengan
tegangan kumparan di sebelah kiri. Dengan cara sama, bila inti didorong agar bergerak ke
sebelah kanan, fluksi yang menembus kumparan di sebelah kanan lebih banyak dari pada
fluksi kumparan di sebelah kiri, dan dalam hal ini tegangan keluaran sefasa dengan ggl dari
kumparan sebelah kanan, sedang besarnya juga sama dengan selisih antara kedua ggl yang
diindusir. Gambar 5.13(b) memperlihatkan tegangan keluaran LVDT sebagai fungsi dari
posisi inti.

Gambar 5.14 Pengukuran pergeseran dengan menggunakan dua transformator selisih


di dalam sebuah sistem loop tertutup

Keluaran transformator selisih dapat bekerja sebagai sebuah komponen di dalam


sebuah sistem servo gaya imbang (force balancing servo), seperti diperlihatkan dalam
gambar 5.14. Terminal keluaran dari sebuah transformator masukan dan transformator
imbang dihubungkan seri secara berlawanan. Penjumlahan aljabar dari kedua tegangan
diumpankan ke sebuah penguat yang mengemudikan sebuah motor dua fasa. Bila kedua
transformator berada pada posisi referensinya, penjumlahan tegangan-tegangan keluar
adalah nol dan tidak ada tegangan yang diserahkan ke servo motor. Bila inti dari
transformator masukan dijauhkan dari posisi referensinya oleh sebuah masukan pergeseran
yang diberikan dari luar, sebuah tegangan keluaran diberikan ke penguat, dan motor
berputar. Poros motor digandeng secara mekanis ke inti transformator imbang. Karena
keluaran transformator imbang ini melawan keluaran transformator masukan, motor terus
berputar sampai keluaran kedua transformator tersebut sama. Indikator pada poros motor
dikalibrasi agar menunjukkan pergeseran transformator imbang dan secara tidak langsung
menunjukkan pergeseran dari transformator masukan.
Sebuah variasi dari transformator selisih dengan inti bergerak diperlihatkan dalam
gambar 5.15. Di sini kumparan primer dililitkan pada kaki tengah dari inti berbentuk E dan
kumparan sekunder dililitkan pada kaki luar dari inti berbentuk E tersebut. Jangkar diputar
terhadap sebuah titik putar (pivot) di bagian atas kaki tengah inti oleh gaya yang diberikan
dari luar. Bila jangkar tersebut digeser dari kedudukan setimbang atau posisi referensinya,
reluktansi rangkaian magnetik melalui satu kumparan sekunder berkurang, sedang secara
bersamaan reluktansi rangkaian magnetik melalui kumparan sekunder yang lain

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 19


bertambah. Besarnya ggl induksi dalam gulungan sekunder yang sama pada posisi referensi
jangkar, sekarang menjadi lain sebagai akibat dari pemberian pergeseran. Ggl induksi ini
juga berlawanan satu sama lain, dan transformator bekerja dalam cara yang sama seperti
transformator inti bergerak (lihat gambar 5.13).

Gambar 5.15 Transformator selisih dengan inti berbentuk E dan jangkar bertitik putar

Transformator selisih menghasilkan resolusi kontinyu dan memperlihatkan histeresis


yang rendah. Pergeseran yang relatif besar diperlukan, sehingga instrumen sensitif terhadap
getaran. Instrumen pencatat harus diplih agar beroperasi pada sinyal ac, atau harus
menggunakan sebuah jaringan demodulator jika dinginkan suatu keluaran dc.

5.9.4 Transducer osilasi


Kelompok transducer ini menggunakan elemen penjumlah gaya untuk mengubah
kapasitansi atau induktansi dalam sebuah rangkaian osilator LC. Dalam gambar 5.16,
menunjukkan elemen-elemen dasar dari sebuah osilator LC yang frekuensinya dipengaruhi
oleh suatu perubahan dalam induktansi kumparan. Kestabilan osilator harus baik sekali
guna mendeteksi perubahan-perubahan frekuensi osilator yang disebabkan oleh gaya yang
diberikan dari luar.

Gambar 5.16 Elemen-elemen dasar dari sebuah transducer osilasi

Transducer ini mengukur kedua fenomena statik dan dinamik, sangat menyenangkan
untuk digunakan dalam pemakaian telemetri. Keterbatasan rangkuman frekuensi,
kestabilan thermal yang jelek, dan ketelitian yang rendah, membatasi penggunaannya pada
pemakaian ketelitian rendah.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 20


5.9.5 Transducer fotolistrik
Transducer fotolistrik memanfaatkan sifat-sifat sel emisi cahaya atau tabung cahaya
(phototube). Tabung cahaya merupakan sebuah alat pemancar energi yang mengontrol
pancaran (emisi) elektronnya bila dihadapkan ke cahaya yang datang. Konstruksi sebuah
tabung cahaya diperlihatkan dalam gambar 5.17(a) dan simbolnya dalam diagram dalam
gambar 5.17(b). Elemen setengah lingkaran yang besar adalah katoda yang sensitif cahaya
dan kawat tipis yang menuju pusat tabung adalah anoda. Kedua elemen ini ditempatkan di
dalam sebuah pembungkus (envelope) gelas yang telah dihampakan. Bila antara anoda dan
katoda diberikan suatu tegangan konstan, arus di dalam rangkaian berbanding langsung
dengan banyaknya cahaya atau intensitas cahaya yang jatuh pada katoda. Kurva dalam
gambar 5.17(c) menunjukkan karakteristik khas dari anoda sebuah tabung cahaya vakum
(vacuum) tinggi.
Perhatikan bahwa untuk tegangan di atas sekitar 20 V arus keluaran hampir tidak
tergantung pada tegangan anoda yang masuk, tetapi sama sekali tergantung pada
banyaknya cahaya yang masuk. Arus melalui tabung adalah kecil sekali, biasanya dalam
rangkuman beberapa mikroAmper. Dengan demikian, dalam kebanyakan hal tabung
cahaya dihubungkan ke sebuah penguat guna menghasilkan suatu keluaran yang
bermanfaat.

Gambar 5.17 Tabung cahaya dan karakteristik keluarannya

Transducer fotolistrik dalam gambar 5.18, menggunakan sebuah tabung cahaya dan
sebuah sumber cahaya yang dipisahkan oleh sebuah jendela kecil yang celahnya dikontrol
oleh elemen penjumlah gaya dari transducer tekanan. Pergeseran elemen penjumlah gaya

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 21


memodulasi besaran cahaya yang masuk ke elemen yang sensitif cahaya. Berdasarkan
kurva-kurva dalam gambar 5.17(c), perubahan intensitas cahaya mengubah sifat-sifat emisi
cahaya pada suatu laju yang mendekati linear terhadap pergeseran. Transducer ini dapat
menggunakan salah satu dari sebuah sumber cahaya yang stabil atau suatu cahaya yang
dimodulasi oleh arus bolak-balik.

Gambar 5.18 Elemen-elemen dari sebuah transducer fotolistrik

Keuntangan transducer jenis ini adalah efisiensinya yang tinggi, dan kesesuaiannya
untuk mengukur kondisi statik dan dinamik. Alat ini bisa memiliki stabilitas jangka panjang
yang jelek, tidak memberi respons terhadap variasi cahaya berfrekuensi tinggi, dan
memerlukan pergeseran yang besar bagi elemen penjumlah gaya.

5.9.6 Transducer piezoelektrik


Bahan-bahan kristal yang tidak simetri seperti kuartz, garam Rochelle, dan barium
titanit, akan menghasilkan suatu ggl bila diregang. Sifat ini diterapkan dalam transducer
piezoelektrik, di mana sebuah kristal ditempatkan di antara sebuah alas pejal dan elemen
penjumlah gaya, seperti diperlihatkan dalam gambar 5.19. Sebuah gaya yang dimasukkan
dari luar, memasuki transducer melalui titik singgahnya, menimbulkan tekanan terhadap
bagian atas kristal. Ini menghasilkan sebuah ggl pada kristal, yang sebanding dengan
besarnya tekanan yang diberikan (dimasukkan).

Gambar 5.19 Elemen-elemen dari sebuah transducer fotolistrik

Karena transducer ini memiliki respons frekuensi yang sangat baik, pemakaian
utamany adalah dalam asselerometer frekuensi tinggi. Pada pemakaian tersebut tegangan
keluaran khas adalah dalam orde 1 s/d 30 mv setiap g percepatan. Alat ini tidak memerlukan

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 22


sumber daya luar, dan dengan demikian membangkitkan tegangan sendiri. Kekurangan
utama dari transducer ini adalah, bahwa tidak dapat mengukur kondisi-kondisi statik.
Tegangan keluaran juga dipengaruhi oleh variasi temperatur dari kristal.

5.9.7 Transducer potensiometerik


Transducer potensiometerik adalah sebuah alat elektromekanik yang mengandung
elemen tahanan yang dihubungkan oleh sebuah kontak geser yang dapat bergerak. Gerakan
kontak geser menghasilkan suatu perubahan tahanan yang bisa linear, logaritmis,
eksponensial, dan sebagainya, tergantung pada cara bagaimana kawat tahanan tersebut
digulungkan. Dalam beberapa hal, untuk melengkapi elemen tahanan digunakan tumpukan
karbon, lapisan platina, dan teknik-teknik lain. Elemen-elemen dasar dari transducer
potensiometerik diberikan seperti dalam gambar 5.20.
Prinsip potensiometerik digunakan secara luas meskipun memiliki keterbatasan.
Efisiensinya sangat tinggi dan memberikan suatu keluaran yang cukup untuk
memperbolehkan operasi pengontrolan tanpa penguatan selanjutnya. Alat ini bisa dieksitasi
dari ac ataupun dc, dan dengan demikian dapat melayani cakupan pemakaian yang luas.
Umurnya terbatas karena adanya gesekan mekanis dari kontak geser terhadap elemen
tahanan, dan derau bisa ditimbulkan jika elemen menjadi aus. Pergeseran-pergeseran yang
besar biasanya diperlukan untuk menggerakkan kontak geser sepanjang permukaan kerja
dari potensiometer.

Gambar 5.20 Prinsip transducer potensiometrik

5.9.8 Transducer kecepatan


Pada dasarnya transducer kecepatan terdiri dari sebuah kumparan putar yang
digantung di dalam medan magnet sebuah magnet permanen seperti diperlihatkan dalam
gambar 5.21.
Sebuah tegangan dibangkitkan oleh perputaran kumparan di dalam medan tersebut.
Keluaran sebanding dengan kecepatan kumparan, dan dengan demikian pengukuran jenis
ini umumnya digunakan untuk kecepatan yang ditimbulkan dalam bentuk linear, sinus atau
sembarang (random). Redaman diperoleh secara elektris, berarti menjamin stabilitas yang
tinggi dalam kondisi temperatur yang berbeda.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 23


Gambar 5.21 Elemen-elemen sebuah transducer kecepaan

5.10 Pengukuran Temperatur


5.10.1 Termometer tahanan
Detektor temperatur tahanan (resistance temperature detector, RTD) atau
termometer tahanan, menggunakan elemen sensitif dari kawat platina, tembaga atau nikel
murni yang memberikan nilai tahanan yang terbatas untuk masing-masing temperatur di
dalam rangkumannya. Hubungan antara temperatur dan tahanan konduktor dalam
rangkuman temperatur sekitar 0oC dapat ditentukan dari persamaan berikut :

Rt = Rref (1 +  t) (5-11)

di mana :
Rt = tahanan konduktor pada temperatur t, oC
Rref = tahanan pada temperatur referensi, biasanya oC
 = koefisien temperatur tahanan
t = selisih antara temperatur kerja dengan temperatur referensi.

Hampir semua konduktor logam memiliki koefisien tahanan temperatur yang positif,
sehingg bertambah terhadap kenaikan temperatur. Beberapa bahan seperti karbon dan
germanium memiliki koefisien tahanan temperatur yang negatif, menandakan bahwa
tahanan tersebut berkurang pertambahan temperatur. Dalam sebuah elemen pengindera
temperatur diinginkan nilai  yang tinggi, sehingga suatu perubahan tahanan yang besar
hanya terjadi pada perubahan temperatur yang relatif kecil. Perubahan tahanan ini (R)
dapat diukur dengan sebuah jembatan Wheatstone, yang dapat dikalibrasi agar
menunjukkan temperatur yang menyebabkan perubahan tahanan.
Dalam gambar 5.22 memperlihatkan variasi tahanan terhadap temperatur untuk
berbagai bahan yang lazim digunakan. Grafik menunjukkan bahwa tahanan platina dan
tembaga bertambah hampir linear terhadap temperatur.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 24


Gambar 5.22 Tahanan relatif (Rt / Rref) terhadap temperatur untuk beberapa logam

Elemen pengindera dari sebuah termometer tahanan dipilih berdasarkan pemakaian


yang diinginkan. Tabel 5.1 menyajikan karakteristik dari tiga bahan tahanan yang lazim
dipakai. Kawat platina kebanyakan digunakan untuk pemakaian laboratorium dan untuk
pengukuran ketelitian tinggi pada industri. Kawat nikel dan tembaga lebih murah dan lebih
mudah dibuat dari pada elemen kawat platina, dan sering digunakan di industri untuk
pemakaian rangkuman rendah.

Tabel 5.1 Elemen-elemen termometer tahanan


Rangkuman
Jenis Ketelitian Keuntungan Kekurangan
Temperatur
Platina -300oF sampai  1oF  murah  waktu respons
+ 1500oF  stabilitas tinggi yang relatif
 rangkuman kerja lambat (15 s)
lebar  tidak selinear
tembaga
Tembaga -325oF sampai  0,5oF  linearitas tinggi  rangkuman
+ 250oF  ketelitian dalam temperatur
rangkuman terbatas (250oF)
temperatur
sekeliling
Nikel -32oF sampai  0,5oF  umur panjang  lebih linear dari
+ 150oF  sensitivitas pada tembaga
tinggi  rangkuman
 koefisien temperatur
temperatur tinggi terbatas (150oF)

Umumnya termometer tahanan adalah berbentuk jarum penduga untuk dicelupkan


ke dalam medium yang temperaturnya akan diukur atau dikontrol. Elemen pengindera jenis
jarum penduga dibuat dengan melapisi sebuah pipa (tabung) platina atau perak yang kecil

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 25


dengan bahan keramik, menggulungkan kawat tahanan melalui tabung berlapis tersebut,
dan melapisi kembali gulungan yang telah selesai dengan keramik. Rakitan yang kecil ini
kemudian dibakar pada temperatur tinggi guna menjamin kekuatan gulungan dan kemudian
dipasang pada ujung jarum penduga. Jarum penduga dilindungi oleh sebuah penutup guna
menghasilkan elemen pengindera yang lengkap.
Secara praktis semua termometer tahanan untuk pemakaian industri dipasang di
dalam sebuah tabung atau lobang guna memberikan proteksi terhadap kerusakan mekanis
dan melindungi terhadap pengotoran dan kerusakan akhir. Tabung-tabung proteksi
digunakan pada tekanan atmosfer, dan dilengkapi dengan sebuah selongsong pipa berulir,
dapat disingkapkan terhadap tekanan rendah atau menengah. Tabung logam memberikan
proteksi yang sesuai bagi elemen pengindera sampai pada temperatur 2100oF, walaupun
bisa sedikit keropos di atas temparatur 1500oF dan berarti gagal melindungi terhadap
pengotoran.
Lobang-lobang proteksi dirancang untuk pemakaian di dalam cairan atau gas pada
tekanan tinggi seperti pipa-pipa saluran, pembangkit tenaga uap, tanki tekanan, stasiun
pemompaan, dan sebagainya. Kegunaan sebuah lobang proteksi menjadi penting sekali
pada tekanan di atas 3 atmosfer. Lobang-lobang proteksi dibor pada batang padat, yang
lazimnya adalah baja karbon atau baja stainless, dan elemen pengindera dipasang di
dalamnya. Sebuah kotak sambungan tahan air beserta perlengkapan untuk gandengan
saluran kabel dilengkapi pada bagian atas lobang atau tabung seperti diperlihatkan dalam
gambar 5.23 berikut.

Gambar 5.23 Termometer tahanan

Sebuah rangkaian jembatan dengan termometer tahanan Rt pada lengan jembatan


yang tidak diketehui ditunjukkan dalam gambar 5.24. Saklar fungsi menghubungkan tiga
tahanan yang berlainan di dalam rangkaian. Rref adalah sebuah tahanan tetap yang
tahanannya sama dengan tahanan elemen termometer pada temperatur referensi (yakni
0oC). Dengan membuat saklar fungsi pada posisi “REF”, tahanan pengatur nol diubah-ubah
sampai indikator jembatan menunjuk nol. Rfs adalah sebuah tahanan tetap lain yang
tahanannya sama dengan tahanan elemen termometer pada pembacaan penuh indikator

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 26


arus. Dengan membuat saklar fungsi pada posisi “FS”,tahanan pengatur skala penuh
diubah-ubah sampai indikator membaca skala penuh. Kemudian saklar fungsi dipasang
pada posisi “MEAS”, menghubungkan termometer tahanan Rt di dalam rangkaian. Bila
karakteristik temperatur tahanan dari elemen termometer adalah linear, penunjukkan
galvanometer dapat diinterpolasi secara linear antara nilai-nilai temperatur referensi yang
distel dan temperatur skala penuh.

Gambar 5.24 Rangkaian jembatan dengan sebuah termometer tahanan sebagai salah satu elemen

Jembatan Wheatstone memiliki kekurangan tertentu bila digunakan untuk mengukur


variasi tahanan dari termometer tahanan. Kekurangan tersebut adalah efek tahanan kontak
dari sambungan terhadap terminal-terminal jembatan, pemanasan elemen-elemen oleh arus
yang tidak seimbang, dan pemanasan kawat-kawat penghubung antara termometer dan
jembatan. Untuk menghilangkan kesulitan ini, maka sedikit modifikasi terhadap jembatan
Wheatstone, seperti halnya jembatan kawat geser dobel. Metoda termometer tahanan
adalah teliti, sehingga merupakan salah satu metoda standar untuk pengukuran temperatur
dalam rangkuman -183oC sampai 630oC.

5.10.2 Termokopel
Sebuah termokopel terdiri dari sepasang kawat logam yang tidak sama dihubungkan
secara bersama pada satu ujung (ujung pengindera atau ujung panas) dan berakhir pada
ujung lain (titik referensi atau ujung dingin) yang dipertahankan pada suatu temperatur
konstan yang diketahui (temperatur referensi). Bila antara ujung pengindera dan titik
referensi terdapat perbedaan temperatur, suatu ggl yang menyebabkan arus di dalam
rangkaian akan dihasilkan. Bila titik referensi ditutup oleh sebuah alat ukur atau instrumen
pencatat, seperti ditunjukkan dalam gambar 5.25, penunjukan alat ukur tersebut akan
sebanding dengan selisih temperatur antara ujung panas dengan titik referensi. Efek
termolistrik yang diakibatkan oleh potensial-potensial kontak pada titik-titik sambung ini
dikenal sebagai efek Seebeck, menurut nama ahli fisika Jerman, Thomas Seebeck.

Gambar 5.25 Rangkaian dasar termokopel

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 27


Besarnya ggl termal tergantung pada bahan kawat yang digunakan dan pada selisih
temperatur antara titik-titik sambung. Gambar 5.26 memperlihatkan ggl termal untuk
beberapa bahan termokopel yang lazim. Nilai yang diperlihatkan didasarkan pada
temperatur referensi sebesar 32oF.

Gambar 5.26 Tegangan keluaran termokopel sebagai fungsi temperatur untuk berbagai
bahan termokopel

Untuk menjamin umur yang panjang dalam lingkungan operasinya, termokopel


dilindungi di dalam sebuah tabung logam pelindung atau lobang yang ujungnya terbuka
atau tertutup. Guna mencegah pengotoran termokopel bila yang digunakan adalah logam-
logam mulia (platina dan paduannya), tabung proteksi dilembam secara kimia dan
dihampakan dengan ketat. Karena termokopel biasanya berada pada lokasi yang jauh dari
instrumen pencatat, sambungan-sambungan dibuat dengan menggunakan kawat-kaewat
perpanjangan (extention wires) khusus yang disebut kawat-kawat kompensasi. Ketelitian
pengukuran maksimal dijamin bila kawat kompensasi adalah dari bahan yang sama dengan
kawat termokopel.
Termokopel tersedia dari pabrik bersama sertifikat kalibrasi NBS atau bersama
sertifikat uji yang didasarkan pada perbandingan presisi terhadap termokopel yang
disahkan oleh NBS.
Pengukuran temperatur yang paling sederhana dengan menggunakan sebuah
termokopel adalah menghubungkan langsung sebuah miliVoltmeter sensitif ke ujung
dingin. Defleksi alat pencatat hampir berbanding langsung dengan beda temperatur antara
ujung panas dengan titik referensi. Instrumen sederhana ini memiliki kekurangan serius,
terutama karena termokopel hanya dapat menyalurkan daya yang sangat terbatas untuk
menggerakkan mekanisme alat pencatat.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 28


Gambar 5.27 Potensiometer imbang otomatis dengan menggunakan sebuah fotosel untuk
memberikan penempatan potensiometer dalam dua arah

Metoda paling umum untuk pengukuran temperatur dengan menggunakan


termokopel mencakup pemakaian sebuah potensiometer. Berbagai jenis potensiometer
otomatik telah dikembangkan untuk pencatatan temperatur secara otomatik pada card alat
pencatat dan untuk mengontrol proses secara otomatik. Sebuah sistem yang umum
menggunakan alat fotolistrik seperti diperlihatkan pada diagram skema yang
disederhanakan dalam gambar 5.27. Fotosel mengontrol posisi kontak geser dari sebuah
potensiometer kawat geser. Keuntungan sistem ini adalah bahwa galvanometer tidak
terpengaruh oleh suatu beban fisis sebab dia hanya digunakan untuk mengarahkan cahaya
ke sebuah fotosel. Fotosel menerima cahayanya melalui pantulan dari cermin galvanometer
yang posisi sudutnya adalah ukuran dari ketidakseimbangan tegangan di dalam rangkaian
potensiometer. Fotosel merupakan bagian dari rangkaian masukan bagi penguat, dan
tahanannya mengontrol tegangan masukan ke penguat. Penguat mengemudikan sebuah
motor reversibel (dapat dibalik) yang mengontrol gerekan kontak geser. Bila mula-mula
potensiometer adalah setimbang misalnya pada temperatur referensi, akan terdapat
sejumlah cahaya terpantul ke fotosel. Jika cahaya yang menabrak fotosel berubah karena
suatu perubahan temperatur pada titik sambung termokopel, tahanan fotosel berubah dan
mempengaruhi tahanan ke penguat, kemudian penguat mengemudikan motor reversibel
dalam suatu arah yang cenderung untuk memulihkan kesetimbangan dalam rangkaian
potensiometer.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 29


Gambar 5.28 Potensiometer imbang otomatis dengan menggunakan sebuah konverter untuk
mengubah sinyal dc yang salah menjadi ac untuk penguatan dan pemakaian

Suatu metoda standar yang sangat baik menyangkut sinyal-sinyal kesalahan dc yang
kecil ditunjukkan dalam gambar 5.28. Termokopel ditempatkan di dalam sebuah rangkaian
potensiometer. Tegangan tidak setimbang di dalam potensiometer yang disebabkan oleh
variasi temperatur pada ujung panas termokopel, dimasukkan ke sebuah pengubah
(konverter). Bila daya dimasukkan untuk mengemudikan kumparan konverter (biasanya 60
Hz atau 400 Hz), jangkar magnetik bergetar selaras (sinkron) dengan frekuensi tegangan
kumparan. Secara bergantian jangkar ini menghubungkan ujung-ujung yang berlawanan
dari kumparan primer transformator ke tegangan yang tidak setimbang. Tegangan tidak
setimbang yang berdenyut di dalam kumparan primer transformator dialihkan ke kumparan
sekunder, di mana diperkuat oleh sebuah penguat ac dan dimasukkan ke motor imbang
(balancing motor). Polaritas sinyal yang salah yang berasal dari rangkaian potensiometer
menentukan apakah pulsa yang menuju transformator adalah dari satu polaritas atau dari
polaritas yang berlawanan. Polaritas dari sinyal yang salah yang diperkuat, menentukan
arah perputaran motor imbang diacu terhadap tegangan sesaat jala-jala. Secara mekanis
motor digandengkan ke kontak geser potensiometer dan mengemudikannya dalam suatu
arah guna memulihkan kesetimbangan.

5.10.3 Termistor
Termistor atau tahanan termal adalah alat semikonduktor yang berkelakuan sebagai
tahanan dengan koefisien tahanan temperatur yang tinggi, yang biasanya negatif. Dalam
beberapa hal, tahanan sebuah termistor pada temperatur ruang bisa berkurang sebanyak 6
% untuk setiap kenaikan temperatur sebesar 1oC. Kepekaan yang tinggi terhadap perubahan
temperatur ini membuat termistor sangat sesuai untuk pengukuran pengontrolan dan
kompensasi temperatur secara presisi. Dengan demikian termistor digunakan secara luas
pada pemakaian tersebut, terutama dalam rangkuman temperatur rendah dari -100oC
sampai 300oC.
Termistor terbuat dari campuran oksida-oksida logam yang diendapkan, seperti
mangan, nikel, koibalt, tembaga, besi, dan uranium. Rangkuman tahanannya adalah dari
0,5  sampai 75  dan tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Ukuran paling kecil
adalah berbentuk manik-manik (beads) dengan diameter sebesar 0,15 mm sampai 1,25 mm.
Manik-manik ini dapat disegel di dalam ujung batang gelas padat untuk membentuk jarum

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 30


penduga (probe) yang sedikit lebih mudah memasangnya dari pada manik-manik. Bentuk
piringan (disk) atau cincin (washer) dibuat menjadi bentuk silender datar dengan diameter
2,5 mm sampai 25 mm dengan memadatkan bahan termistor pada temperatur tinggi.
Cincin-cincin dapat ditumpukkan dan ditempatkan secara seri (berderet) atau paralel guna
memperbesar disipasi daya.
Tiga karakteristik penting dari termistor membuatnya sangat bermanfaat untuk
pengukuran dan pengontrolan, yaitu karakteristik temperatur tahanan, karakteristik
tegangan arus, dan karakteristik arus waktu. Kurva ketiga karakteristik seperti
diperlihatkan dalam gambar 5.29.
Karakteristik temperatur tahanan dalam gambar 5.29(a) menunjukkan bahwa
termistor mempunyai koefisien tahanan tempaeatur negatif yang tinggi sehingga
membuatnya menjadi sebuah transducer temperatur yang ideal. Variasi tahanan terhadap
temperatur dari kedua bahan industri dibandingkan terhadap karakteristik untuk platina
(bahan termometer tahanan yang dipakai secara luas), antara temperatur -100oC dan
+400oC, tahanan bahan termistor tipe A berubah dari 107 sampai 1 -cm, sedangkan
tahanan platina hanya berubah sebesar faktor sekitar 10 sepanjang rangkuman temperatur
yang sama.

Gambar 5.29 Kurva karakteristik termistor

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 31


Karakteristik tegangan arus dalam gambar 5.29(b) menunjukkan bahwa penurunan
tegangan sebuah termistor bertambah terhadap kenaikan arus sampai dia mencapai suatu
nilai puncak setelah penurunan tegangan berkurang jika arus bertambah. Pada bagian kurva
ini, termistor memiliki suatu karakteristik tahanan yang negatif. Apabila pada termistor
dihubungkan tegangan yang sangat kecil, arus kecil yang ditimbulkannya tidak
menghasilkan panas yang cukup untuk menaikkan temperatur termistor di atas temperatur
sekeliling. Dalam kondisi ini hukum Ohm dipenuhi dan arus sebanding dengan tegangan
yang dimasukkan. Arus yang lebih besar pada pemberian tegangan yang lebih besar, akan
menghasilkan panas yang cukup untuk menaikkan temperatur termistor atas temperatur
sekeliling dan berarti tahanannya berkurang. Sebagai akibatnya arus yang dialirkan lebih
banyak, dan tahanannya berkurang lebih lanjut. Arus terus bertambah sampai disipasi panas
dari termistor sama dengan daya yang disalurkan kepadanya. Dengan demikian pada setiap
kondisi sekeliling yang tetap, tahanan sebuah termistor sebagian besar adalah fungsi dari
daya yang didisipasi di dalam sendiri dengan syarat bahwa terdapat cukup daya yang
tersedia untuk menaikkan temperaturnya di atas temperatur sekeliling. Pada kondisi operasi
demikian, temperatur termistor bisa bertambah 100oC atau 200oC, dan tahanannya bisa
turun menjadi seperseribu nilai tahanan pada arus rendah.
Karakteristik pemanasan sendiri (self heat), memberikan suatu bidang pemakaian
yang sama sekali baru bagi termistor. Dalam keadaan memanasi sendiri, termistor adalah
sensitif terhadap apa saja yang mengubah laju pada mana panas dihantarkan ke luar dari
padanya. Dengan demikian, dapat digunakan untuk mengukur aliran, tekanan, tinggi
permukaan cairan, komposisi gas, dan lain-lain. Akan tetapi jika laju panas adalah tetap,
termistor sensitif terhadap masukan daya dan dapat digunakan untuk mengontrol level
tegangan atau level daya.
Kurva karakteristik arus waktu dalam gambar 5.29(c) menunjukkan keterlambatan
waktu untuk mencapai arus paling besar sebagai fungsi dari tegangan yang dimasukkan.
Bila efek pemanasan sendiri terjadi di dalam sebuah jaringan termistor, sejumlah waktu
tertentu diperlukan oleh termistor untuk memanasi, dan arus untuk menaikkan ke nilai
mantap yang paling besar. Walaupun waktu ini tetap untuk suatu kumpulan parameter
rangkaian yang diketehui, dapat diolah dengan mudah dengan mengubah tegangan yang
dimasukkan atau tahanan seri rangkaian. Efek arus waktu memberikan suatu cara yang
sederhana dan teliti untuk mencapai keterlambatan waktu dari milidetik sampai beberapa
menit.
Walaupun termistor mungkin adalah yang diketahui paling baik untuk pengukuran
dan pengontrolan temperatur, namun dapat juga digunakan dalam berbagai pemakaian
lainnya.

Gambar 5.30 Pengukuran temperatur dengan termistor di dalam sebuah rangkaian jembatan
untuk memperbaiki sensitivitas

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 32


Perubahan tahanan termistor yang relatif besar setiap perubahan temperatur dalam
derajat yang disebut sensitivitas, menjadikannya sebuah pilihan yang jelas sebagai
transducer temperatur. Sebuah temperatur khas tipe industri dengan tahanan 2000  pada
25oC dan koefisien temperatur sebesar 2,9 % / oC, akan memiliki suatu perubahan tahanan
sebesar 78  setiap oC perubahan temperatur. Bila termistor ini dihubungkan di dalam
sebuah rangkaian seri sederhana yang terdiri dari baterai dan mikroampermeter, setiap
variasi dalam temperatur menyebabkan perubahan dalam tahanan termistor dan perubahan
yang berkaitan pada arus rangkaian. Alat ukur dapat dikalibrasi langsung dalam temperatur
dan mampu memisahkan variasi temperatur sebesar 0,1oC. Sensitivitas yang lebih tinggi
diperoleh dengan menggunakan rangkaian jembatan gambar 5.30. Sebagai contoh,
termistor 4 k akan segera menunjukkan suatu perubahan temperatur sekecil 0,005oC.
Sensitivitas yang tinggi ini bersama-sama dengan tahanan termistor yang relatif tinggi yang
bisa dipilih (misalnya 100 k), membuat termistor ideal untuk pengukuran atau
pengontrolan jarak jauh (remote), sebab perubahan dalam tahanan kontak atau saluran
transmisi karena efek temperatur sekeliling diabaikan.

Gambar 5.31 Rangkaian termistor untuk pengontrolan temperatur

Sebuah rangkaian pengontrol temperatur sederhana dapat dibuat dengan mengganti


mikroampermeter dalam rangkaian jembatan dalam gambar 5.30 menjadi sebuah rele. Ini
diperlihatkan dalam rangkaian khas termistor pengontrol temperatur dalam gambar 5.31,
di mana sebuah termistor 4 k tersambung di dalam sebuah jembatan yang dieksitasi oleh
arus bolak-balik. Tegangan tidak setimbang diumpankan ke sebuah penguat ac yang
keluarannya dikemudikan sebuah rele. Kontak-kontak rele digunakan untuk mengontrol
arus di dalam rangkaian yang membangkitkan panas. Rangkaian pengontrol ini dapat
beroperasi sampai ketepatan sebesar 0,0001oF.
Sistem kontrol termistor memiliki sifat sensitif, stabil, dan bekerja cepat, dan
memerlukan rangkaian yang relatif sederhana. Keluaran tegangan dari rangkaian jembatan
termistor standar pada 25oC akan mendekati 18 mV/oC dengan menggunakan sebuah
termistor 4000  dalam konfigurasi gambar 5.30. Karena termistor memiliki koefisien
tahanan temperatur yang negatif berlawanan dengan koefisien positif dari kebanyakan
konduktor listrik dan semi konduktor, termistor digunakan secara luas untuk
mengkompensir efek temperatur terhadap komponen dan prestasi rangkaian. Termistor
berbentuk piringan (disk) sering digunakan bila temperatur maksimal tidak melebihi 125oC.
Sebuah termistor yang dipilih secara tepat yang dipasang menghadap atau di dekat sebuah
elemen rangkaian seperti halnya kumparan alat ukur dari bahan tembaga dan mengalami
perubahan temperatur sekeliling yang sama, dapat dihubungkan sedemikian rupa sehingga
tahanan total rangkaian adalah konstan sepanjang suatu rangkuman temperatur yang lebar.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 33


Ini diperlihatkan pada kurva gambar 5.32, yang menjelaskan efek dari sebuah jaringan
kompensasi.
Alat kompenasi terdiri dari sebuah termistor yang paralel dengan sebuah tahanan.
Koefisien temperatur negatif dari kombinasi ini sama dengan koefisien positif kumparan
alat ukur dari bahan tembaga. Tahanan kumparan sebesar 5000  pada 25oc yang berubah
dari kira-kira 4500  pada 0oC sampai 5700  pada 60oC, menyatakan suatu perubahan
sekitar  12%. Dengan satu jaringan kompensasi termistor, variasi ini dapat diturunkan
menjadi sekitar  15  atau  ¼ %. Dengan jaringan kompensasi dobel atau tripel, variasi
malah dapat diturunkan lebih lanjut.

Gambar 5.32 Kompensasi temperatur konduktor tembaga dengan menggunakan


jaringan termistor

Pada pengukuran daya hantar termal, dua termistor dihubungkan dalam lengan-
lengan yang berdekatan dari jembatan Wheatstone, seperti diperlihatkan dalam gambar
5.33. Tegangan sumber bagi (suplai) bagi jembatan adalah cukup tinggi untuk menaikkan
kedua termistor tersebut di atas temperatur sekelilingnya, sampai sekitar 150 oC. Sebuah
termistor dipasang pada permukaan yang diam guna memberikan kompensasi temperatur,
sedang termistor lainnya ditempatkan di dalam medium yang akan diukur. Setiap
perubahan dalam daya hantar termal medium ini akan mengubah laju pada mana panas
didisipasi dari termistor pengindera, yang berarti mengubah temperaturnya. Ini
menghasilkan ketidaksetimbangan jembatan yang dapat dikalibrasi dalam satuan-satuan
yang sesuai.
Dalam pemakaian lainnya, dua termistor ditempatkan dalam rongga-ronga terpisah
di dalam sebuah balok kuningan. Dengan udara di dalam kedua rongga tersebut, jembatan
setimbang. Bila udara di dalam satu rongga diganti dengan dioksida karbon murni yang
memiliki daya hantar yang lebih rendah dari pada udara, jembatan akan menjadi tidak
setimbang karena termistor menjadi lebih panas dan tahanannya berkurang. Besarnya
ketidaksetimbangan ini menyatakan 100% CO2 di dalam alat analisis (analyzer), 50% CO2
baru memberikan separuh pembacaan alat ukur, dan instrumen bisa dikalibrasi dengan
sebuah skala linear untuk membaca persentase CO2 di dalam udara. Kalibrasi yang serupa
dapat dilakukan untuk setiap campuran dua gas lainnya.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 34


Gambar 5.33 Pengukuran daya hantar termal

Jika jembatan yang sama menggunakan satu termistor tertutup dalam rongga di
dalam balok kuningan dan termistor lainnyaa dipasang di dalam sebuah pipa kecil, dapat
digunakan sebagai alat pengukur aliran (flowmeter). Bila tidak ada udara yang mengalir
melalui pipa, jembatan boleh jadi setimbang. Bila udara mengalir melalui pipa, termistor
menjadi dingin, dan tahanannya bertambah yang membuat jembatan tidak setimbang.
Banyaknya pendinginan sebanding dengan laju aliran udara, sehingga alat pencatat dapat
dikalibrasi dalam aliran di dalam pipa. Instrumen-instrumen sedemikian ini telah dibuat
untuk mengukur laju aliran sampai serendah 0,001 cm3 setiap menit.

5.11 Alat-alat Sensitif Cahaya


Elemen-elemen sensitif cahaya merupakan alat terandalkan untuk mendeteksi energi
pancaran atau cahaya. Alat-alat tersebut melebihi sensitivitas mata manusia terhadap semua
warna spektrum dan juga bekerja dalam daerah-daerah ultraviolet dan infra merah
(infrared).
Penggunaan praktis alat sensitif cahaya ditemukan dalam berbagai pemakaian teknik,
sebagai berikut :
a. Tabung cahaya atau fototabung vakum (vacuum type phototubes), paling
menguntungkan digunakan dalam pemakaian yang memerlukan pengamatan pulsa
cahaya yang waktunya relatif singkat, atau cahaya yang dimodulasi pada frekuensi
yang relatif tinggi
b. Tabung cahaya gas (gas type phototubes), digunakan dalam industri gambar hidup
sebagai pengindera suara pada film
c. Tabung cahaya pengali atau pemfotodarap (multiplier phototubes), dengan
kemampuan penguatan yang sangat hebat, sangat banyak digunakan pada pengukuran
fotoelektrik dan alat-alat kontrol dan juga sebagai alat cacah kelipan (scintillation
counter)
d. Sel-sel fotokonduktif (photoconductive cells), juga disebut tahanan cahaya
(photoresistor) atau tahanan yang tergantung pada cahaya (light dependent resistor,
LDR), dipakai luas dalam industri dan penerapan pengontrolan di laboratorium
e. Sel-sel fototegangan (photovoltatic cells), adalah alat semikonduktor untuk mengubah
energi radiasi menjadi daya listrik. Contoh yang sangat baik adalah sel matahari (solar
cell) yang digunakan dalam teknik ruang angkasa.

5.11.1 Tabung cahaya vakum


Tabung cahaya telah dijelaskan pada sub bab 5.9.5, di mana pemakaian tabung
cahaya diperlihatkan sebagai sebuah transducer tekanan. Katoda cahaya (photocathode)
memancarkan elektron bila dirangsang dengan pancaran yang datang. Katoda cahaya yang
paling penting digunakan di dalam tabung cahaya vakum adalah permukaan cesium-

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 35


antimony, yang ditandai dengan sensitivitas yang tinggi di dalam spektrum visibel. Jenis
gelas yang digunakan di dalam penutup gelas terutama menentukan sensitivitas alat pada
panjang gelombang yang lain. Biasanya gelas menghentikan transmisi radiasi dalam daerah
ultraviolet.
Karakteristik khas antara tegangan dan arus diperlihatkan dalam gambar 5.34(a). Bila
tegangan yang cukup diberikan antara katoda cahaya dan anoda, arus yang terkumpul
secara keseluruhan hampir tergantung pada jumlah cahaya yang masuk. Tabung cahaya
vakum ditandai oleh suatu respons arus cahaya yang linear sepanjang suatu rangkuman
yang lebar begitu besar, sehingga tabung-tabung ini sering digunakan sebagai standar
dalam pengukuran pembandingan cahaya. Gambar 5.34(b) memperlihatkan hubungan
linear antara arus dan cahaya.

Gambar 5.34 Karakteristik tabung cahaya vakum

5.11.2 Tabung cahaya berisi gas


Tabung cahaya berisi gas`memiliki konstruksi umum yang sama seperti tabung
cahaya vakum, kecuali bahwa penutup berisi gas lamban (biasanya argon) pada suatu
tekanan yang sangat rendah. Elektron dipancarkan dari katoda melalui kekuatan
fotoelektrik dan mempercepatnya melalui gas dengan memberikan tegangan pada anoda,
Jika energi elektron melebihi potensial ionisasi gas (15,7 V untuk argon), tumbukan sebuah
elektron dan molekul gas dapat menyebabkan ionisasi, yakni pembentukan sebuah ion
positif dan sebuah elektron sekunder. Jika selanjutnya tegangan diperbesar melebihi
tegangan ionisasi, arus yang dikumpulkan oleh anoda bertambah karena jumlah tumbukan
antara elektron cahaya (foto elektron) dan molekul gas lebih banyak. Jika tegangan anoda
dinaikkan ke suatu nilai yang sangat tinggi, arus menjadi tidak terkontrol, maka semua
molekul gas terionisasi dan tabung memiliki suatu lucutan kilap (glow discharge). Keadaan
ini harus dicegah karena dapat merusak tabung untuk seterusnya. Karakteristik khas antara
arus dan tegangan untuk berbagai level cahaya diperlihatkan dalam gambar 5.35.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 36


Gambar 5.35 Karakteristik keluaran dari sebuah tabung cahaya berisi gas

5.11.3 Pemfotodarap (photomultiplier)


Untuk mendeteksi level-level cahaya yang sangat rendah, dalam kebanyakan
pemakaian diperlukan penguatan khusus bagi arus cahaya. Pemfotodarap atau alat
menggandakan cahaya (photomultiplier), menggunakan emisi sekunder untuk memberikan
penguatan arus di atas faktor 106 dan berarti menjadi sebuah detektor yang sangat
bermanfaat bagi level cahaya yang rendah.

Gambar 5.36 Pemfotodarap linear dengan konfigurasi Matheson, menunjukkan garis-garis


berpotensial sama dan pengumpamaan trayektor ke dalam sebuah sangkar dioda linear

Dalam sebuah pemfotodarap, elektron yang dipancarkan oleh fotokatoda diarahkan


secara elektrostatik ke sebuah permukaan pancar sekunder yang disebut dynoda. Jika pada
dynoda ini diberikan tegangan kerja yang sesuai, tiga sampai enam elektron sekunder
dipancarkan untuk setiap elektron primer yang menumbuk dynoda. Elektron sekunder ini
dipusatkan (difokuskan) ke sebuah dynoda kedua di mana proses berulang. Dengan
demikian, pancaran katoda semula digandakan beberapa kali. Gambar 5.36
memperlihatkan sebuah pemfotodarap beserta sepuluh dynoda. Dynoda terakhir (ke 10)
disusul oleh anoda yang mengumpulkan elektron dan dalam kebanyakan pemakaian
bekerja sebagai elektron keluaran sinyal.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 37


Pemfotodarap linear (juga dikenal sebagai tabung Matheson), memiliki struktur
sangat pemusat (pemfokus) yang dirancang secara khusus dengan permukaan efektif yang
besar untuk pengumpulan elektron cahaya pada dynoda pertama. Tabung Matheson ini
menggunakan sebuah katoda lengkung dan cincin-cincin annular untuk pemusatan elektro-
elektron cahaya (foto-elektron) secara elektrostatik. Konstruksi ini memperlihatkan
pengumpulan foto-elektron yang sangat efektif dan juga waktu peralihan yang sangat
pendek (respons frekuensi tinggi).
Penguatan pemfotodarap tergantung pada jumlah dan sifat-sifat bahan dynoda.
Untuk sebuah tabung khas dengan sepuluh dynoda, penguatan ini akan berada dalam orde
106 dengan pemberian tegangan sebesar 100 V setiap tingkatan (dalam hal ini akan
diperlukan sumber tegangan 1000 V). Respons spektral dapat dikontrol oleh bahan katoda
dan dynoda. Keluaran pemfotodarap adalah linear, serupa dengan tabung cahaya vakum.
Medan-medan magnetik mempengaruhi penguatan pemfotodarap, sebab sebagian
elektron mungkin dibelokkan dari lintasan normalnya di antara tingkatan-tingkatan, dan
dengan demikian tidak pernah mencapai sebuah dynoda atau akhirnya anoda. Dalam
pemakaian alat cacah kelipan efek ini bisa mengganggu, dan untuk ini pelindung magnetik
logam-mu sering dipasang sekeliling pemfotodarap.

5.11.4 Sel-sel fotokonduktif


Sel-sel fotokonduktif adalah elemen-elemen yang daya hantarnya merupakan fungsi
dari radiasi elektromagnetik yang masuk. Banyak bahan bersifat fotokonduktif sampai
tingkat tertentu, akan tetapi yang terpenting secara komersial adalah kadmium sulfida
(cadmium sulfide), germanium dan silikon. Respons spektral dari sel sulfida kadmium
hampir sesuai dengan mata manusia, dan dengan demikian sel ini sering digunakan dalam
pemakaian di mana penglihatan manusia merupakan suatu faktor, seperti halnya
pengontrolan cahaya jalan atau pengontrol selaput pelangi otomatik pada alat-alat potret
(kamera).
Elemen-elemen dasar dari sebuah sel adalah substrat (suatu bahan yang dikerjakan
melalui peragian atau enzim); keramik, lapisan bahan fotokonduktif, elektroda metalik
untuk menghubungkan alat ke sebuah rangkaian, dan sebuah penutup tahan uap air. Sebuah
pandangan terpotong lancip dari sebuah sel fotokonduktif diperlihatkan dalam gambar
5.37.

Gambar 5.37 Pandangan lancip dari sebuah sel fotokonduktif

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 38


Gambar 5.38 Rangkaian kontrol dari fotosel 12 V

Suatu pemakaian khas dari sebuah rangkaian praktis fotosel untuk mengontrol on-off
ditunjukkan dalam gambar 5.38. Tahanan R2, R3, dan R4 dipilih sehingga catu emitter ke
basis Q2 cukup positif untuk mengizinkan Q2 konduksi. Sebagai akibatnya rele di dalam
rangkaian kolektor Q2 akan bekerja. Bila digunakan konfigurasi A sebagai rangkaian
kontrol, rele bekerja bila cahaya pada fotosel berada di bawah suatu level yang telah
ditentukan. Bila fotosel diterangi, catu emitter ke basis dari Q1 menjadi cukup positif untuk
mengizinkan Q1 konduksi. Potensial kolektornya menjadi kurang positif, mengurangi catu
pada Q2 dan Q2 terputus mematikan rele. Bila yang digunakan adalah konfigurasi B, rele
akan bekerja bila cahaya yang masuk pada fotosel berada di atas suatu level telah
ditentukan sebelumnya.
Foto sel semikonduktor digunakan dalam beberapa pemakaian. Karakteristik volt-
amper dari sebuah bahan p-n bisa nampak berupa garis tebal dalam gambar 5.39, tetapi bila
cahaya diberikan pada sel, kurva bergeser ke bawah seperti diperlihatkan oleh garis patah.

Gambar 5.39 Karakteritik arus tegangan dari sebuah dioda foto

Dalam pemakaian fotokonduktif sel dicatu dalam arah balik. Bila sel tersebut
disinari, arus balik bertambah dan suatu tegangan keluaran dapat dibangkitkan melalui
sebuah tahanan keluaran. Selanjutnya tegangan keluaran ini sebanding dengan jumlah
cahaya yang masuk. Orde khas besarnya pertambahan arus keluaran adalah sekitar 0,7 A
untuk setiap pertambahan penerangan sebesar 1 fc (kali-lilin; foot-candle). Pertambahan

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 39


arus cahaya ini adalah linear terhadap pertambahan penerangan. Konstanta waktu fotosel
dari bahan p-n yang relatif cepat, membuat alat ini sangat bermanfaat untuk frekuensi
eksitasi optik sekalipun di atas daerah audio.

5.11.5 Sel-sel foto tegangan


Sel-sel foto tegangan (photovoltatic cell) dapat digunakan dalam sejumlah
pemakaian. Sel matahari (solar cell) silikon mengubah tenaga pancaran matahari menjadi
daya listrik. Sel matahari terdiri dari sebuah irisan tipis dari silikon tipe p kristal tunggal
sampai 2 cm2, kedalam sebuah lapisan bahan tipe n yang sangat tipis (0,5 mikron)
disebarkan. Efisiensi pengubahan tergantung pada kandungan spektral dan intensitas
penerangan.
Alat-alat fototegangan silikon unit ganda dapat digunakan untuk mengindera cahaya
dalam pemakaian seperti pembacaan kartu-kartu berlobang dalam industri pengolahan
data. Sel-sel germanium berlapis emas dengan karakteristik respons spektral yang
terkontrol bertindak sebagai alat-alat fototegangan dalam daerah spektrum infra merah dan
dapat digunakan sebagai detektor infra merah.

5.12 Pengukuran Magnetik


5.12.1 Galvanometer balistik
Defleksi sebuah galvanometer balistik berbanding langsung dengan muatan listrik
yang mengalir melalui kumparannya. Karena muatan dan fluksi dihubungkan oleh sebuah
konstanta kesebandingan, defleksi galvanometer merupakan ukuran fluksi, sehingga :
 = K (weber) (5-12)
di mana :
 = fluksi magnetik, dalam weber
K = konstanta kesebandingan
 = defleksi sudut galvanometer, dalam radian

Gambar 5.40 Rangkaian yang menggunakan galvanometer balistik untuk menentukan kurva
histeresis sebuah sampel magnetik

Untuk memeriksa sifat-sifat bahan magnetik, biasanya satu pengukuran fluksi


tunggal tidak cukup. Susunan pengukuran dalam gambar 5.40, memperbolehkan penentuan
loop histeresis dari sebuah sampel cincin bahan magnetik dengan mengukur fluksi dengan

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 40


sebuah galvanometer balistik pada nilai gaya magnetisasi berlawanan. Kumparan kalibrasi
digunakan untuk menentukan sensitivitas galvanometer K dari persamaan (5-9). Loop
histeresis, atau kurva BH, digambarkan dengan mengukur B dengan galvanometer untuk
nilai H yang berbeda. H diukur dalam AT/m. Arus melalui kumparan primer pada sampel
cincin dikontrol oleh tahanan geser R1. Karena jumlah lilitan primer dan keliling sampel
rata-rata diketahui, H dapat disetel oleh R1 pada setiap nilai yang diinginkan.
Loop histeresis diukur dengan cara berikut : Saklar S2 mula-mula ditutup dan arus di
dalam kumparan primer disetel oleh R1 ke suatu nilai maksimal H yang diinginkan. Saklar
S1 dibalik beberapa kali sehingga sampel berada dalam keadaan berputar dan defleksi
galvanometer balistik terbaca. Nilai rata-rata dari pengulangan pengukuran memberikan
nilai untuk kerapatan fluksi maksimal B. Sekarang saklar S2 dibuka yang membuat R2
paralel dengan rangkaian arus dan menurunkan gaya magnetisasi dalam jumlah yang kecil.
Pengurangan dalam kerapatan fluksi B, diperoleh dari defleksi galvanometer dan nilai H
yang baru diperoleh dari pembacaan alat ukur. Beberapa pengukuran dilakukan dengan
mamanipulasi pembalikan saklar S1, sehingga nilai rata-rata B diperoleh. Sekarang saklar
S2 ditutup dan sampel dikembalikan ke posisi mula-mula dari magnetisasi maksimal.
Sekarang tahanan geser R2 diatur sedikit untuk mengurangi arus magnetisasi total, dan
suatu susunan pengukuran dilakukan, dimulai dari titik awal dari H paling besar.

5.12.2 Alat ukur fluksi dan alat ukur gauss


Alat ukur fluksi (fluxmeter) menggunakan mekanisme kumparan putar khusus yang
tidak mempunyai magnet dalam dan potongan kutub. Alat ini ditempatkan di dalam medan
magnet yang tidak diketahui dan arus lewat melalui alat ukur. Defleksi dari alat ukur fluksi
tergantung pada besarnya arus dan kekuatan medan magnet yang tidak diketahui. Besarnya
arus dapat dikontrol dengan sebuah tahanan geser dan dibaca pada sebuah alat ukur untuk
defleksi standar pada alat ukur fluksi berbanding langsung dengan kuat medan magnet, dan
pembacaan arus merupakan indikasi langsung dari kuat medan magnet.
Alat ukur gauss (gaussmeter) bekerja dengan prinsip yang berbeda. Torsi yang
dikeluarkan oleh induksi magnetik terhadap sebuah magnet kecil disetimbangkan oleh torsi
pemulih dari sebuah pegas spiral. Magnet kecil ini dibawa ke dalam pengaruh medan
magnet yang tidak diketahui dan diputar untuk penunjukan maksimal sebuah jarum
penunjuk yang tersambung ke pegas spiral pemulih. Skala instrumen dikalibrasi agar
langsung membaca kuat medan magnet dalam gauss ataupun weber.

5.12.3 Transducer magnetik


Bismuth dan logam-mu memiliki sifat mengubah tahanan atau impedansinya jika
ditempatkan di dalam sebuah medan magnet melintang. Bersama sebuah jembatan
Wheatstone konvensional, efek ini dapat digunakan untuk mengukur kerapatan fluksi.
Metoda ini diperlihatkan dalam gambar 5.41, di mana dua kawat logam-mu ditempatkan
dalam medan magnet yang tidak diketahui, Impedansi kawat adalah fungsi dari kekuatan
medan magnet dan diukur dengan sebuah jembatan ac. Trnasducer ini menghasilkan suatu
ggl yang sesuai untuk masukan ke sebuah sistem instrumentasi dan mampu mengukur kuat
medan dalam orde miligauss.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 41


Gambar 5.41 Jembatan bolak-balik logam-mu (mu-metal) untuk mengukur medan
magnet arus kecil

Sedikit variasi pada rangkaian gambar 5.41 tersebut, menggunakan dua spiral
bismuth dalam lengan jembatan yang saling berhadapan. Tahanan bismuth berubah
terhadap kekuatan medan magnet, dan perubahan ini diukur dengan sebuah jembatan dc.

Gambar 5.42 Rangkaian untuk mengukur fluksi magnet dengan menggunakan efek Hall dari
sebuah kristal germanium

Transducer efek Hall menggunakan sebuah bilah (strip) dari bahan semikonduktor
yang disingkapkan ke medan magnet yang tidak diketahui. Bila sebuah bilah bahan
konduktor atau semikonduktor membawa arus dalam suatu medan magnet melintang,
antara sisi-sisi bilah semikonduktor tersebut dihasilkan suatu ggl yang berlawanan seperti
diperlihatkan dalam gambar 5.42. Kawat sambung 1 dan 2 menghantarkan arus melalui
sebuah bilah germanium. Kawat sambung 3 dan 4 berada pada potensial yang sama bila
tidak ada medan magnet melintang yang lewat melalui bilah. Bila melalui bilah terdapat
suatu fluksi magnet, tegangan antara kawat sambung 3 dan 4 sebanding dengan perkalian
arus dan kuat medan. Sejumlah bahan memiliki efek Hall, akan tetapi dalam banyak hal
begitu kecil sehingga tidak memiliki nilai praktis. Germanium dapat dibuat di pabrik
dengan koefisien Hall yang sangat tinggi, dan jarum penduga germanium untuk mengukur
fluksi magnet digunakan untuk kerapatan-kerapatan fluksi yang kecil.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 42


Rangkuman
:
Sistem suatu alat atau sistem yang dirancang untuk menjaga hubungan fungsi
instrumentasi antara sifat fisik variabel yang telah ditentukan dan harus mengandung
cara serta alat-alat komunikasi kepada seorang pengamat.
sistem instrumentasi meliputi sistem pengukuran elektronik, sistem
telemetri, sistem pengukuran otomatis, dan sistem instrumentasi industri.
:
Elemen sistem bagian suatu sistem pengukuran yang secara sistematis terdiri dari tiga
pengukuran elemen utama, yaitu sensor atau peralatan masukan (transducer),
pengubah variabel atau peralatan pengolah (pengkondisi sinyal), dan
penyaji data atau peralatan keluaran (peraga).
:
Transducer suatu alat yang dapat mengubah suatu energi dari suatu bentuk menjadi
bentuk lain.

sebuah alat yang bila digerakkan oleh energi di dalam sebuah sistem
transmisi, menyalurkan energi dalam bentuk yang sama atau dalam
bentuk yang berlainan ke sistem transmisi kedua. Transmisi energi ini
bisa listrik, mekanik, kimia, optik (radiasi), panas (termal).
suatu alat yang mengubah suatu kuantitas fisik menjadi suatu kuantitas
mekanik atau listrik.

Contoh Soal dan Jawab :


1. Apakah yang dimaksud dengan Sistem Pengukuran ?
Jawaban :
Sistem pengukuran (instrumentasi) didefinisikan sebagai “suatu alat atau sistem yang
dirancang untuk menjaga hubungan fungsi antara sifat fisik variabel yang telah ditentukan
dan harus mengandung cara serta alat-alat komunikasi kepada seorang pengamat”.
2. Gambarkan diagram blok sistem pengukuran secara umum ! Dan jelaskan elemen
sistem pengukuran serta fungsi-fungsinya !
Jawaban :
Diagram blok sistem pengukuran secara umum, sebagai berikut :

sinyal yang TRANSDUCER PENGKONDISI PERAGA


diukur SINYAL

(a) Transducer, yaitu untuk pengubahan parameter fisis menjadi sinyal listrik yang dapat
diterima oleh sistem akuisisi
(b) Pengkondisi sinyal (signal conditioning), yaitu untuk memperkuat, memodifikasi, atau
memilih bagian tertentu dari sinyal tersebut. Sedangkan conversion, yaitu berfungsi
untuk mengubah sinyal analog menjadi suatu bentuk yang dapat diterima oleh
pengubah analog ke digital (A/D Converter)

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 43


(c) Peraga, yaitu merupakan bagian output dari sistem pengukuran yang berfungsi sebagai
pemberi informasi dalam berbagai bentuk kepada pengamat.
Sebuah sistem instrumentasi umumnya terdiri dari tiga elemen utama, yaitu :
 Elemen pertama : sebagai sensor atau peralatan masukan; yaitu berfungsi menerima
besaran atau perubahan (variabel) atau sinyal yang akan diukur, misalnya tekanan,
suhu, level, aliran, kemudian mengubah sinyal tersebut menjadi bentuk yang lebih
dapat dipakai. Dalam prakteknya variabel yang diukur berubah bentuk menjadi sinyal
mekanik atau sinyal listrik.
 Elemen kedua : sebagai pengubah variabel atau peralatan pengolah; yaitu berfungsi
sebagai penerima suatu perubahan yang dihasilkan oleh elemen pertama, yang
kemudian mengubahnya menjadi keluaran (output) yang diperlukan, misalnya sinyal
tersebut diperkuat, ditapis, dimodifikasi menjadi sebuah format yang cocok bagi
peralatan keluaran sebelum sinyal tersebut ditunjukkan atau dicatat.
 Elemen ketiga : sebagai penyaji data atau peralatan keluaran; yaitu berfungsi sebagai
peralatan keluaran untuk menunjuk atau mencatat (perekaman). Jenis sistem
bergantung pada apa yang akan diukur dan bagaimana hasil pengukuran tersebut
disajikan. Pernyataan hasil pengukuran yang dihasilkan oleh sistem pengukuran dapat
berupa data analog atau data digital.
3. Jelaskan fungsi-fungsi sistem pengukuran jarak jauh (telemetri) secara umum !
Jawaban :
Sistem pengukuran tersebut secara fungsional terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut :
(a) Primary sensing element, yaitu merupakan bagian input yang berfungsi menerima
besaran-besaran sinyal listrik ataupun besaran sinyal bukan listrik
(b) Transducer, yaitu untuk pengubahan parameter fisis menjadi sinyal listrik yang dapat
diterima oleh sistem akuisisi
(c) Pengkondisi sinyal (signal conditioning), yaitu untuk memperkuat, memodifikasi, atau
memilih bagian tertentu dari sinyal tersebut. Sedangkan conversion, yaitu berfungsi
untuk mengubah sinyal analog menjadi suatu bentuk yang dapat diterima oleh
pengubah analog ke digital (A/D Converter)
(d) Data transmission and telemetry, yaitu untuk mengirimkan sinyal data secara jarak
jauh dengan melalui media kabel ataupun melalui proses modulasi gelombang radio
(e) Data processing, yaitu sebagai pemroses data yang dapat berupa suatu peralatan
pemroses data seperti peralatan komputer, sehingga data tersebut dapat ditampilkan
pada bagian output tertentu
(f) Data display, inverse transducer, and data recording, yaitu merupakan bagian output
dari sistem pengukuran yang berfungsi sebagai pemberi informasi dalam berbagai
bentuk kepada pengamat.

5. Sebuah strain gage tahanan dengan factor gage sebesar 2 diikat ke sebuah benda baja
yang dipengaruhi oleh tegangan geser sebesar 1050 kg/cm2. Modulus elastisitas baja
adalah kira-kira 2,1 x 106 kg/cm2. Hitung perubahan tahanan ΔR dari elemen strain
gage yang disebabkan oleh tegangan geser yang dikenakan.
Penyelesaian :
Hukum Hooke pada persamaan (5-9) memberikan :
l s 1050
    5  10 4
l E 2,1  10 6

Sensitivitas strain gage (faktor gage) adalah K = 2, maka dari persamaan (5-2)
diperoleh :

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 44


R
 K  2  5  10 4  10 3 atau 0,1 %
R

6. Suatu pengukuran posisi (perpindahan) menggunakan Capacitive Displacement


Transducer (CDT) yang terpasang pada suatu rangkaian jembatan dengan spesifikasi
sebagai berikut :
Lengan AB : R1 = 10 kΩ
Lengan BC : R3 variabel 0 - 500 kΩ
Lengan CD : C2 variabel 0,5 – 150 pF; sensitivitas CDT 0,5 pF/cm
Lengan DA : Z4 = 25 kΩ seri dengan C1 = 47 pF
Detektor (terhubung pada titik A dan C) : Digital VOM parallel dengan tahanan R2 =
100 kΩ
Signal Generator (terhubung pada titik B dan D) : 200 kHz, 12 Vac.
Apabila CDT digunakan untuk pengukuran objek perpindahan sejauh 0,159 cm, maka
tentukan besar tegangan yang ditunjukkan oleh Digital VOM tersebut !
Penyelesaian :

R3=500 k
R1=10 k
200 kHz, R2=100 k
12 Vac

VOM

R4=25 k
C2=0,5-150 pF

C1=47pF

Apabila jembatan dalam keadaan setimbang, maka :


R1 R3

R 4  jX C 1  jX C 2
1
500.103 (25.103  j )
R3( R 4  jX C 1 ) 2 200.10 3.47.10 12
-jXC2 = = 3
R1
10.10
500.10 (25.10  j16931,3769)
3 3
500.10 3 (30193,8988  34,1080 )
= 3
= 3
10.10 10.10
= 1509700   34,1080
Apabila dianggap C2 adalah kapasitor murni, maka –jXC2 = 1509700   90
0

1 1
C2 =   0,5271 pF
2fX C 2 2 200.10 3.1509700
Jika pergeseran 0,159 cm, sedangkan sensitivitas CDT = 0,5 pF/cm, maka :
C2’ = 0,5271 + (0,159 x 0,5 ) = 0,5271 + 0,0795 = 0,6066 pF.
1 1
XC2‘ =   1311860,724 Ω
2fC 2 ' 2 200.10 .0,6066.10 12
3

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 45


 10.103 500.10 3 
Eth =   12
3 3
 3

10.10  25.10  j16931,3769 500.10  j1311860,724 
 10.10 3 500.10 3 
=   12
 35.10  j16931,3769 500.10  j1311860,724 
3 3

 10.10 3 500.10 3 
=   12
 35.10  j16931,3769 500.10  j1311860,724 
3 3

= 0,2315  j0,1120  0,1268  j0,3327512


= 0,1047  j 0,2207512 = 0,2443  64,6254 0 12 = 2,9316   64,6254 0
 10.103.30193,8988  34,1080 500.103.1311860,724  90 0 
Zth =   
3

10.10  25.10  j16931,3769
3

500.103  j1311860,724 
 301938988  34,1080 6,5.1011   90 0 
=   
 38880,2202  25,8155 1403915,439  69,1363 
0

= 7765  8,2925  467214,7494  20,8637


= 7684,8175  j1120,0465  436579,6183  j166396,6914
= 444264,4358  j167516,7379 = 474797,5847   20,6597
Eth 2,9316  64,6254 0
Id = =
Zth  100.10 3 444264,4358  j167516,7379  100.10 3
2,9316  64,6254 0 2,9316  64,6254 0
= =
544264,4358  j167516,7379 569460,8271  17,1076 0
= 5,1480.10 6   47,51780
Jadi besar tegangan yang ditunjukkan oleh VOM :
= Id x 100.103 = 5,1480.10 6.100.103   47,51780
= 0,5148   47,51780 Volt.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 46


Soal-soal :
1. Apakah yang dimaksud dengan Sistem Pengukuran ?
2. Gambarkan diagram blok sistem pengukuran secara umum ! Dan jelaskan elemen
sistem pengukuran serta fungsi-fungsinya !
3. Gambarkan diagram blok sistem pengukuran jarak jauh (telemetri) secara umum ! Dan
jelaskan fungsi-fungsinyanya !
4. Jelaskan pengertian sistem intrumentasi industri dalam teknik pengukuran listrik dan
sistem pengaturan !
5. Jelaskan elemen yang digunakan dalam sistem intrumentasi industri !
6. Jelaskan masing-masing jenis transducer pengubah ke besaran mekanis dan transducer
pengubah ke besaran listrik yang digunakan untuk mengukur besaran-besaran fisis
seperti tekanan, laju pengaliran, ketinggian/level, dan suhu !
7. Sebutkan empat jenis transducer tekanan elektris ! Dan jelaskan satu pemakaian untuk
masing-masing jenis !
8. Jelaskan perbedaan antara fotoemisif, fotokonduktif, dan sel fototegangan ! Dan
sebutkan satu pemakaian untuk masing-masing sel !
9. Jelaskan fungsi dan penggunaan dari beberapa transducer berikut :
a) Thermistor
b) Strain gauge
c) Capacitive displacement transducer
d) Linear variable diffrential transformer detector.
10. Sebuah strain gage tahanan dengan factor gage sebesar 2,4 dipasang pada sebuah balok
baja yang modulus elastisitasnya adalah 2 x 106 kg/cm2. Strain gage memiliki tahanan
tanpa teregang sebesar 120 Ω yang bertambah menjadi 120,1 Ω bila balok dipengaruhi
oleh tekanan geser. Tentukan tekanan geser (stress) pada titik di mana strain gage
terpasang !
11. Tahanan tanpa teregang dari masing-masing keempat elemen strain gage tanpa ikatan
(unbonded strain gage) dalam gambar berikut adalah 120 Ω. Starin gage mempunyai
faktor gage sebesar 3, dan mengalami regangan (Δl/l) sebesar 0,0001. Tegangan baterai
sebesar 10 volt.
a. Jika indikator adalah sebuah voltmeter berimpedansi tinggi, tentukan pembacaan
voltmeter
b. Apabila detektor menggunakan sebuah galvanometer 200 Ω yang sensitivitas
arusnya 0,5 mm/μA. Tentukan penunjukkan galvanometer dalam milimeter !

12. LVDT (Linear Variable Diffrential Transformator) dalam gambar berikut


menghasilkan keluaran sebesar 2 Vrms untuk suatu pergeseran 50 x 10-6 cm.
a. Tentukan sensitivitas LVDT dalam μV/mm.

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 47


b. Apabila keluaran 2 V dari LVDT dibaca pada sebuah voltmeter 5 V yang
mempunyai skala dengan 100 bagian (divisi). Skala ini dapat dibaca sampai 0,2
bagian. Tentukan resolusi instrumen yang dinyatakan dalam pergeseran dalam inci !

13. Suatu pengukuran posisi (perpindahan) menggunakan Capacitive Displacement


Transducer (CDT) yang terpasang pada suatu rangkaian jembatan seperti gambar
beikut dengan spesifikasi sebagai berikut :
Lengan AB : R1 = 10 kΩ
Lengan BC : R3 variabel 0 - 500 kΩ
Lengan CD : C2 variabel 0,5 – 150 pF; sensitivitas CDT 0,5 pF/cm
Lengan DA : Z4 = 25 kΩ seri dengan C1 = 47 pF
Detektor (terhubung pada titik A dan C) : Digital VOM parallel dengan tahanan R2 =
100 kΩ
Signal Generator (terhubung pada titik B dan D) : 200 kHz, 12 Vac.
Apabila CDT digunakan untuk pengukuran objek perpindahan sejauh 0,477 cm, maka
tentukan besar tegangan yang ditunjukkan oleh Digital VOM tersebut !
R3=500 k
R1=10 k
200 kHz, R2=100 k
12 Vac

VOM

R4=25 k
C2=0,5-150 pF

C1=47pF

14. Suatu sistem pengukuran gaya berat diaplikasikan pada pengujian kendaraan bermotor
(axle load test) berbasis komputer. Sistem axle load test terdiri atas transducer load cell
model T66; kemampuan ukur maksimum 3.000 kg; beban lebih 150%; tegangan suplai
10 Volt, penguat Op-amp tipe LM1458, ADC tipe ADC0804; 5 Volt; data 8 bit,
Interface PPI 8255; 24 bit I/O; 3 port 8 bit; I port A, PC (Personal Computer)
menggunakan pemrograman visual dan berbasis objek. Adapun proses pengujian
dilakukan dengan memberikan beban pada load cell pada harga tertentu sebanyak 31
kali berurutan, dan kenaikan pengukuran sebesar 10 kg dengan beban tertinggi sebesar
300 kg. Nilai yang ditampilkan dilayar komputer menunjukkan besarnya harga terdekat
dari objek yang diukur. Tampilan hasil pengukuran pada komputer dirancang dalam
bentuk windows dan data disimpan dalam suatu database. Tentukan :

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 48


a) Diagram blok dari sistem peralatan uji tersebut !
b) Berikan contoh database yang dibutuhkan !
c) Berapa lebar langkah masing-masing data dalam mV ?
d) Berapa ketelitian dalam kg per level ?
e) Berapa persen ketelitian pada langkah pengukuran ke-17, jika tampilan
pengukuran sebesar 156,8640 kg ?
14. Suatu sistem pengukuran gaya berat (axle load) berbasis komputer diaplikasikan pada
Jembatan Timbang (weigh bridge) kendaraan bermotor bermuatan bahan baku TBS
(Tandan Buah Segar) pada Pabrik Kelapa Sawit berskala kecil kapasitas 3 ton tbs/jam.
Sistem axle load terdiri atas transducer load cell model T66; kemampuan ukur
maksimum 50 ton, rated output 2 mV/V ± 0,25%, combined error < ± 0,05%, beban
lebih yang aman 150%. Tahanan masukan 380 Ω, tahanan keluaran 350 Ω; tegangan
suplai 10 Volt, penguat Op-amp tipe LM1458, ADC; 5 Volt; data 16 bit, Interface PPI
8255; 24 bit I/O; 3 port 16 bit; I port A, PC (Personal Computer) menggunakan
pemrograman visual dan berbasis objek. Adapun proses pengukuran dilakukan dengan
memberikan beban pada load cell melalui penimbangan kendaraan sebanyak dua kali,
yaitu saat kendaraan masuk dan keluar pada masing-masing harga pengukuran tertentu,
di mana kenaikan pengukuran sebesar 5 kg dengan beban tertinggi sebesar 10 ton. Nilai
yang ditampilkan di layar komputer menunjukkan besarnya harga terdekat dari objek
yang diukur. Tampilan hasil pengukuran pada komputer dirancang dalam bentuk
windows dan data disimpan dalam suatu database. Tentukan:
a) Gambar diagram blok sistem peralatan dan pengukuran tersebut !
b) Berapa batas tegangan output ?
c) Berapa lebar langkah data ?
d) Berapa ketelitian berat ?
e) Jika pengukuran berat kendaraan saat masuk berada pada langkah ke 1.201 dan
pengukuran berat kendaraan saat keluar berada pada langkah ke 1.001, maka
berapa besaran tampilan harga pengukuran berat TBS ? Dan berapa persen
ketelitian pengukuran tersebut ?

Modul Ajar Instrumentasi │ Sistem Instrumentasi V- 49


BAB VI

SISTEM AKUISISI DATA ANALOG DAN DIGITAL

Tujuan Instruksional Umum :


Selelah menyelesaikan mata kuliah diharapkan mahasiswa dapat memahami sistem akuisisi
data analog dan digital.
Tujuan Instruksional Khusus :
Standar Kompetensi
Menggunakan sistem akuisisi data analog dan digital dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
 Memahami sistem akuisisi data analog dan digital dalam penerapannya terhadap
sistem instrumentasi, sistem pengaturan, dan sistem informasi
 Menggunakan dan menganalisis sistem akuisisi data analog dan digital dalam sistem
instrumentasi, sistem pengaturan, dan sistem informasi.
Indikator
Mahasiswa dapat :
 Menjelaskan pengertian sistem akuisisi data analog dan digital dalam penerapannya
terhadap sistem instrumentasi, sistem pengaturan, dan sistem informasi
 Menjelaskan prinsip dan metoda pengubahan sinyal digital ke analog dan
pengubahan sinyal analog ke digital
 Menjelaskan cara pengubahan sinyal digital ke analog
 Menjelaskan cara pengubahan sinyal analog ke digital
 Menjelaskan multipleksing digital ke analog
 Menjelaskan multipleksing analog ke digital.

6.1 Pendahuluan
Sistem akuisisi data digunakan untuk mengukur dan mencatat sinyal yang pada
dasarnya diperoleh dalam dua cara, yaitu (a) sinyal yang berasal dari pengukuran langsung
besaran-besaran listrik; ini bisa mencakup tegangan dc dan ac, frekuensi, atau tahanan; dan
secara khas ditemukan dalam pemakaian seperti pengujian komponen elektronik,
penyelidikan lingkungan dan analisis kualitas; (b) sinyal yang berasal dari transducer,
seperti strain gauge dan termokopel.
Sistem instrumentasi dapat dikelompokkan dalam dua kelas utama, yaitu sistem
analog dan sistem digital. Sistem analog menyangkut informasi pengukuran dalam bentuk
analog, dan dapat didefinisikan sebagai suatu fungsi kontinyu seperti halnya kurva
tegangan terhadap waktu, atau pergeseran karena tekanan. Sedangkan sistem digital
menangani informasi dalam bentuk digital, dan didefiniskan sebagai suatu pulsa diskrit dan
tidak kontinyu yang hubungannya terhadap waktu berisi informasi mengenai kebesaran
atau sifat dasar dari besaran tersebut.
Sistem akuisisi data analog secara khas terdiri dari sebagian atau semua elemen, yaitu
sebagai berikut :
(a) Transducer, yaitu untuk pengubahan parameter fisis menjadi sinyal listrik yang dapat
diterima oleh sistem akuisisi
(b) Pengkondisi sinyal (signal conditioning), yaitu untuk memperkuat, memodifikasi, atau
memilih bagian tertentu dari sinyal tersebut

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 1
(c) Alat peraga visual, untuk memonitor sinyal masukan secara kontinyu. Alat ini bisa
mencakup CRO satu saluran atau saluran banyak, CRO penyimpan, alat-alat pencatat
pada panel, peragaan numerik dan sebagainya
(d) Instrumen pencatat grafik, untuk mendapatkan pencatatan data masukan secara
permanen. Instrumen ini mencakup unit-unit pencatat tipe jarum (stylus) dan tinta guna
memberikan pencatatan kontinyu pada card kertas, sistem pencatatan secara optik,
seperti misalnya unit pencatat galvanometer cermin, dan unit pencatat ultra violet
(e) Instrumen pita magnetik, untuk mendapatkan data masukan, mempertahankan bentuk
listrik semula, dan memproduksinya di kemudian hari untuk analisis yang lebih
terperinci.
Sistem akuisisi data digital bisa mencakup sebagian atau semua elemen seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 6.1 di bawah ini. Operasi dasar fungsional di dalam sebuah
sistem digital mencakup penanganan sinyal-sinyal analog, melakukan pengukuran,
pengubahan dan penanganan data digital, dan pemrograman internal dan kontrol. Fungsi
masing-masing elemen adalah sebagai berikut :
(a) Transducer. Mengubah parameter fisis menjadi sinyal listrik yang dapat diterima oleh
sistem akuisisi. Beberapa parameter khas mencakup temperatur, tekanan, percepatan,
pergeseran bobot, dan kecepatan. Besaran-besaran listrik seperti tegangan, tahanan,
atau frekuensi, dapat juga diukur langsung
(b) Pengkondisi sinyal (signal conditioning). Umumnya mencakup rangkaian penunjang
bagi transducer. Rangkaian ini dapat memberikan daya eksitasi, rangkaian imbang, dan
elemen kalibrasi. Contoh pengkondisi sinyal adalah kesetimbangan jembatan strain
gage dan unit pencatu daya
(c) Pemayar (scanner) atau multiplekser (multiplexer). Menerima banyak masukan analog
dan secara berurutan menghubungkannya ke satu alat pencatat
(d) Pengubah sinyal (signal converter). Mengubah sinyal analog menjadi suatu bentuk
yang dapat diterima oleh pengubah analog ke digital. Contoh pengubah sinyal adalah
penguat untuk memperkuat tegangan level rendah yang dibangkitkan oleh termokopel
atau strain gage
(e) Pengubah analog ke digital (A/D Converter). Mengubah tegangan analog menjadi
bentuk digital yang sepadan. Keluaran pengubah analog ke digital dapat diperagakan
secara visual dan juga tersedia sebagai keluaran-keluaran tegangan dalam tangga
diskrit untuk pengolahan selanjutnya atau untuk pencatatan pada sebuah unit pencatat
digital
(f) Perlengkapan pembantu. Bagian ini berisi instrumen-instrumen untuk pekerjaan-
pekerjaan pemrograman sistem dan pengolahan data digital. Fungsi khas perlengkapan
ini mencakup linearisasi dan pembandingan batas. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh
instrumen individual atau oleh komputer digital
(g) Unit pencatat digital (digital recorder). Mencatat informasi digital pada kartu berlubang,
pita kertas berlubang, pita magnetik, kertas mesin tik digital, compact disk, atau gabungan
sistem-sistem tersebut. Unit pencatat digital dapat didahului oleh sebuah unit penggandeng yang
mengubah informasi digital menjadi bentuk yang sesuai untuk dimasukkan ke unit pencatat
digital yang dipilih secara khusus.

Signal Signal A/D Digital


Scanner
Transducer Converter Converter Recorder
Conditioning or Multiplexer

Perlengkapan
Pembantu dan
Pemrograman Sistem

Gambar 6.1 Diagram Elemen-elemen Sistem Akuisisi Data Digital

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 2
Sistem akuisisi data digunakan dalam banyak pemakaian berbagai bidang industri
dan ilmu pengetahuan, dan terus bertambah, seperti biomedikal, ruang angkasa, dan
industri-industri telemetri. Apakah jenis sistem akuisisi analog atau digital, sebagian besar
bergantung pada pemakaian pencatatan data masukan yang dinginkan. Umumnya sistem
data analog digunakan bila diperlukan lebar bidang yang luas atau bila ketelitian yang lebih
rendah dapat ditolerir. Sistem digital digunakan bila proses fisis yang akan dimonitor
berubah secara perlahan (lebar bidang sempit) dan bila diperlukan ketelitian tinggi serta
biaya yang rendah untuk setiap saluran. Sistem digital mencakup, menurut kerumitannya,
sistem pengukuran dan pencatatan tegangan dc satu saluran sampai ke sistem saluran ganda
otomatik yang rumit untuk mengukur sejumlah besar parameter masukan, membandingkan
terhadap penyetelan sebelumnya (preset) dan melakukan komputasi serta keputusan
terhadap sinyal masukan. Umunya sistem akuisisi data digital lebih rumit daripada sistem
analog dan keduanya dinyatakan dalam instrumentasi yang terlibat dan volume serta
kerumitan data masukan yang dapat ditanganinya.
Sistem akuisisi data sering menggunakan unit pencatat pita magnetik. Sistem-sistem
digital ini memerlukan pengubah (konverter) guna mengubah tegangan analog menjadi
besaran diskrit atau angka-angka. Sebaliknya informasi digital bisa diubah kembali
menjadi bentuk analog seperti halnya tagangan atau arus; yang kemudian dapat digunakan
sebagai suatu besaran umpan balik untuk mengontrol suatu proses industri.

6.2 Pengubahan Digital ke Analog


Prinsip pengubahan bilangan digital ke analog dapat dijelaskan melalui jaringan
tahanan pasif sederhana, seperti ditunjukkan dalam gambar 6.2 berikut. Misalkan sebuah
sistem logika, di mana biner 0 dinyatakan oleh sebuah level tegangan 0 V dan biner 1 oleh
tegangan +E V. Bilangan biner, dinyatakan oleh kombinasi level-level tegangan yang
saling berhubungan, dimasukkan ke terminal-terminal masukan pembagi resistif dengan
menghubungkan bit yang paling kurang berarti (least significant bit, LSB) ke terminal
bertanda D. Ke empat tahanan masukan diberi bobot sehingga bit 1 (LSB) mempunyai
tahanan masukan sebesar R, bit 2 mempunyai tahanan R/2, bit 3 mempunyai tahanan R/4
dan seterusnya. Nilai tahanan beban RL sangat besar dibandingkan dengan tahanan-tahanan
masukan. Tegangan keluaran Eo akan berupa suatu tegangan dc antara 0 V dan +E V,
tergantung pada nilai bilangan biner yang dinyatakan oleh ke empat masukan.

Gambar 6.2 Pengubah dasar digital ke analog menggunakan jaringan pembagi resistif

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 3
Bilangan biner 0001 yang dimasukkan ke terminal masukan pengubah memberikan
0 V pada masukan A, B, dan C, sedangkan +E pada masukan D. Tahanan-tahanan masukan
bertindak sebagai pembagi tegangan yang dihubungkan antara 0 dan +E V, dan terdiri RD
yang seri dengan kombinasi paralel RA, RB, RC. Dengan demikian tegangan keluaran Eo
sama dengan 1/15 E V. Jika masukan sama dengan bilangan biner 0010, tegangan Eo akan
menjadi 2/15 E V, dan jika masukan adalah 0011, tegangan keluaran akan menjadi 3/15 E
V. Pertambahan satu bit pada masukan pengubah menyebabkan pertambahan tegangan
keluaran sebesar 1/15 E V. Bila masukan mencapai bilangan maksimalnya yakni 1111,
tegangan keluaran penuh sebesar E V diperoleh. Dengan demikian sinyal masukan digital
diubah dalam tangga diskrit sebesar 1/15 E V menjadi tegangan keluaran analog.
Ketelitian pengubahan tergantung pada ketelitian tahanan dan level tegangan dari
masukan-masukan biner. Biasanya tahanan ini adalah tahanan yang dipilih secara cermat,
dan level tegangan masukan biner dikontrol oleh sebuah sebuah tegangan referensi guna
memperbesar arus yang dibutuhkan tanpa mempengaruhi level masukan dc.
Dalam sebuah rangkaian praktis, jaringan resistif yang kadang-kadang disebut modul
pengubah digital ke analog (digital to analog conversion, DAC), tersambung ke sebuah
register flip-flop yang menyimpan bilangan digital. Karena pembagi hanyalah sebuah
sebuah jaringan pasif, tegangan masukan digital (level on dan off) menentukan tegangan
keluaran. Level tegangan digital biasanya tidak setepat yang dibutuhkan dalam sebuah
sistem analog, penguat level dapat ditempatkan di antara register flip-flop jaringan
pembagi.
Pengubah D/A yang praktis, seperti ditunjukkan dalam gambar 6.3. Komponen dasar
dikenal sebagai register flip-flop, modul DAC yang mencakup penguat level, dan sebuah
sumber tegangan referensi. Sinyal digital dimasukkan ke dalam register oleh sebuah pulsa
singgah (biasanya sebuah pulsa lonceng) dan secara otomatis diubah oleh jaringan pembagi
DAC menjadi tegangan analog yang sesuai.

Gambar 6.3 Pengubah digital ke analog

Untuk menyelesaikan pengubahan setelah memasukkan sinyal-sinyal digital ke


dalam register selalu dibutuhkan sejumlah waktu. Waktu penyelesaian (setting time) ini
tergantung pada jumlah flip-flop yang mengubah keadaan ke dalam register dan juga pada
beda tegangan antara tegangan keluaran mula-mula dan tegangan keluaran yang baru.
Sebagai contoh, bila masukan digital berubah dari bilangan biner 0111 menjadi bilangan
biner baru 1000, semua flip-flop mengubah keadaannya. Namun tegangan keluaran hanya

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 4
berubah sebesar 1/15 E V. Gejala-gejala peralihan (transien) bisa terjadi pada keluaran
analog sebab variasi antara waktu-waktu transisi dari flip-flop yang berbeda dan arus
transien dapat dialirkan dari sumber referensi. Biasanya waktu transien ini adalah sangat
singkat (khasnya dalam orde 2  detik) dan dapat diabaikan karena beban-beban tidak dapat
memberi respons dalam batas-batas waktu ini.

6.3 Pengubahan Analog ke Digital


Pengubahan analog ke digital sedikit lebih rumit dari pada pengubahan digital ke
analog, dan sejumlah metoda yang berbeda dapat digunakan. Ada empat metoda
pengubahan secara umum, dan yang paling banyak digunakan adalah pengubah A/D jenis
pencacah pendekatan berturut-turut (successive approximation counter) sebab memberikan
prestasi yang paling baik untuk suatu rangkuman pemakaian yang luas dengan biaya yang
ekonomis.
Rangkaian pembanding (comparator) membentuk dasar dari semua pengubah A/D.
Rangkaian ini membandingkan suatu tegangan yang tidak diketahui terhadap sebuah
tegangan referensi dan menunjukan yang mana dari kedua tegangan tersebut lebih besar.
Pada dasarnya sebuah rangkaian pembanding adalah penguat selisih tingkat ganda
berpenguatan tinggi, di mana keadaan keluaran ditentukan oleh polaritas relatif dari ke dua
sinyal masukan. Misalnya, sinyal masukan A lebih besar dari pada sinyal masukan B,
tegangan keluaran adalah paling besar dan rangkaian pembanding menghasilkan keluaran
(on). Jika sinyal masukan A lebih kecil dari pada sinyal masukan B, tegangan keluaran
adalah paling kecil dan rangkaian pembanding tidak menghasilkan keluaran (off). Karena
penguat ini mempunyai penguat yang sangat tinggi, dalam keadaan saturasi (jenuh) ataupun
dihentikan (cut off) pada level-level masukan selisih yang relatif rendah, sehingga
bertindak sebagai alat biner.

6.3.1 Pengubah A/D jenis simultan


Sebuah pengubah A/D sederhana namun efektif dapat dibentuk dengan
menggunakan beberapa rangkaian pembanding, seperti diperlihatkan dalam gambar 6.4.
Di mana tiga rangkaian pembanding digunakan. Masing-masing ketiga pembanding
mempunyai suatu tegangan masukan referensi, diperoleh dari sebuah sumber tegangan
referensi yang presesi. Sebuah pembagi tegangan resistif yang terdiri dari empat tahanan
presesi yang sama dihubungkan ke sumber referensi dan memberikan tegangan keluaran
sebesar ¾ V, ½ V, dan ¼ V, di mana V adalah tegangan keluaran referensi. Terminal
masukan lainnya, dari masing-masing pembanding dikemudikan oleh tegangan analog
yang tidak diketahui.

Gambar 6.4 Pengubah analog ke digital simultan

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 5
Pada contoh tersebut, pembanding adalah on (memberikan suatu keluaran) jika
tegangan analog lebih besar dari pada tegangan referensi. Jika tidak ada pembanding yang
menghasilkan keluaran, maka masukan analog harus lebih kecil dari ¼ V. Jika pembanding
C1 menghasilkan keluaran, sedangkan kedua C2 dan C3 tidak menghasilkan keluaran,
tegangan analog harus berada di antara ¼ V dan ½ V. Dengan cara sama, jika C1 dan C2
keduanya menghasilkan keluaran, sedangkan C3 tidak, maka tegangan analog harus di
antara ½ V dan ¾ V. Jika semua pembanding menghasilkan keluaran, maka tegangan
analog harus lebih besar dari pada ¾ V. Secara keseluruhan, empat kondisi keluaran yang
berbeda dapat terjadi, yaitu dari tidak ada pembanding yang menghasilkan keluaran sampai
semuanya menghasilkan keluaran. Dengan demikian tegangan masukan analog dapat
dipisahkan dalam empat langkah yang sama. Pada tabel di sebelah kanan dalam gambar
tersebut diperlihatkan, bahwa tujuh pembanding akan menghasilkan tiga bit informasi
biner, demikian pula untuk lima belas pembanding akan menghasilkan empat bit, dan
seterusnya.
Keuntungan sistem pengubahan A/D jenis simultan adalah kesederhanaan dan
kecepatan operasinya, terutama bila diperlukan resolusi rendah. Untuk sistem resolusi
tinggi (jumlah bit yang lebih besar), metoda ini memerlukan begitu banyak pembanding,
sehingga sistem menjadi besar sekali dan sangat mahal.

6.3.2 Pengubah A/D jenis pencacah


Jika tegangan referensi terhadap mana masukan analog yang akan dibandingkan
berubah-ubah, jumlah pembanding dapat dikurangi menjadi hanya satu. Jika misalnya,
tegangan referensi adalah suatu tegangan yang bertambah secara linear (sebuah tegangan
tanjak) yang tersambung secara kontinyu ke masukan pembanding, perpotongan dari
tegangan referensi dan tegangan yang tidak diketahui dapat ditentukan dalam waktu yang
berlalu sejak tegangan tanjak dimulai. Namun referensi variabel yang dikontrol secara
digital telah ada dalam bentuk pengubah D/A sederhana (lihat gambar 6.3). Pengubah D/A
ini dapat digunakan untuk mengubah sebuah bilangan digital di dalam register DAC-nya
menjadi sebuah tegangan analog yang dapat dibandingkan terhadap masukan analog yang
tidak diketehui oleh sebuah rangkaian pembanding. Jika kedua tegangan tersebut tidak
sama, bilangan digital di dalam register DAC dimodifikasi dan keluarannya sekali lagi
dibandingkan.
Pengubah A/D yang umum dalam gambar 6.5, secara aktual adalah sebuah sistem
umpan balik loop tertutup, di mana komponen-komponen utama adalah DAC, pembanding,
dan sebagian rangkaian pengontrol logika.

Gambar 6.5 Pengubah A/D menggunakan sebuah DAC

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 6
Berbagai metoda dapat digunakan untuk mengontrol pengubahan yang terjadi dalam
pengubah D/A. Salah satu cara yang paling sederhana adalah memulai DAC pada nol dan
mencacah jumlah pulsa masukan yang dibutuhkan untuk memberikan suatu tegangan
keluaran yang sama dengan masukan analog.
Pengubah A/D jenis pencacah dalam gambar 6.6, berisi sebuah bagian pengubah D/A
yang terdiri dari jaringan pembagi resistif (DAC), sumber referensi, dan sebuah pencacah
enam tingkat yang menggantikan register DAC dari gambar 6.5. Pembanding juga
menerima masukan analog yang tidak diketahui untuk dibandingkan dengan tegangan
keluaran DAC yang dibangkitkan. Rangkaian pengontrol berisi sebuah generator pulsa atau
lonceng, sebuah gerbang sinyal yang mengemudikan pulsa-pulsa lonceng ke pencacah dan
sebuah flip-flop pengontrol untuk memulai dan menghentikan pengubahan.
Jika sebuah sinyal pemulai diberikan, semua flip-flop pencacah dikosongkan dan
flip-flop untuk memulai dan menghentikan (start-stop flip-flop) adalah nol (reset). Flip-
flop ini melengkapi sebuah level gerbang (logika positif) ke gerbang sinyal,
memperbolehkan pulsa-pulsa lonceng untuk dimasukkan ke register pencacah. Pulsa-pulsa
lonceng ini dirambatkan melalui pencacah, dan keluaran pembagi tegangan DAC
bertambah secara bertahap menuju puncak tegangan referensi. Bila keluaran pembagi
tegangan sama sama dengan masukan analog, pembanding berubah, memberikan suatu
sinyal keluaran ke flip-flop untuk memulai dan menghentikan. Flip-flop ini menjadi set dan
keluarannya turun menjadi nol, memblokir pulsa-pulsa lonceng pada gerbang sinyal. Pada
saat ini pencacah menyimpan jumlah pulsa-pulsa lonceng yang diperlukan untuk
menaikkan tegangan referensi ke level tegangan masukan analog. Jadi isi dari pencacah
adalah padanan biner dari masukan analog.

Gambar 6.6 Diagram logika dari sebuah pengubah A/D jenis pencacah

Waktu pengubahan diukur dari saat suatu permintaan diajukan sampai ke saat
tersedianya sebuah keluaran digital. Untuk pengubah A/D jenis pencacah, waktu
pengubahan tergantung pada besarnya tegangan analog. Ketidaktentuan pengukuran waktu
ini disebut waktu celah (aperture time) yang kadang-kadang disebut juga waktu jendele
atau waktu cuplik (sample time). Celah terjadi pada akhir pengubahan, seperti diperlihatkan
dalam gambar 6.7.
Metoda untuk mengurangi waktu pengubahan adalah membagi pencacah menjadi
bagian-bagian. Sebagai contoh, sebuah pengubah 10 bit dapat dibagi dalam dua bagian
masing-masing 5 bit. Pada permulaan pengubahan, semua bagian pencacah yang paling
kurang berarti distel kembali ke satu dan pencacahan hanya hanya disisipkan ke dalam

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 7
bagian yang paling berarti. Bila pembanding menunjukkan pada level masukan analog telah
dilampaui, bagian pencacah yang paling kurang berarti dikosongkan, menurunkan keluaran
DAC. Kemudian pulsa disisipkan ke dalam bagian yang paling kurang berarti sampai
tercapai nilai yang tepat. Jumlah maksimal langkah-langkah yang diperlukan untuk
menyelesaikansatu pengubahan adalah 25 untuk pencacah yang paling berarti, dan 25 untuk
pencacah yang paling kurang berarti, memberikan jumlah total 26 langkah, berbeda dengan
pencacah standar sebanyak 210. Teknik membagi-bagi pencacah sering digunakan dalam
voltmeter digital, di mana keluaran akan dalam notasi desimal. Jadi masing-masing bagian
dari pencacah menyatakan sebuah angka yang terbagi-bagi.

Gambar 6.7 Diagram bentuk gelombang dari masukan analog, keluaran pembagi
tegangan, dan titik potong pembacaan

6.3.3 Pengubah A/D jenis kontinyu (continuous A/D converter)


Kekurangan utama dari pengubah pencacah adalah bahwa seluruh proses
membandingkan mulai dari awal setiap kali suatu perpotongan telah dideteksi oleh
pembanding. Ini berarti berarti resolusi dan kecepatan adalah rendah. Sedikit modifikasi
terhadap metoda pencacah melibatkan penggantian pencacah sederhana dengan sebuah
pencacah reversible atau pencacah turun-naik. Ini memberikan pengubah secara kontinyu
mengikuti tegangan masukan analog ke manapun arahnya dalam mana tegangan ini
berubah. Sekali pengubah mulai bekerja, padanan digital dari tegangan masukan dapat
dicuplik setiap waktu, sehingga memungkinkan penunjukan yang sangat cepat.
Diagram balok logika yang disederhanakan dalam gambar 6.8, memperlihatkan
pengubah kontinyu. Ilustrasi ini berisi empat bagian dasar, yaitu (a) pencacah turun naik
(up-down counter), (b) pengubah D/A, (c) pembanding, (d) sinkronisasi dan logika
pengontrol.
Pencacah biner biasa mencacah dalam arah maju (naik), bila masukan pemicu dari
biner berturut-turut dihubungkan ke keluaran 1 dari biner sebelumnya. Pencacahan akan
diteruskan dalam arah yang berlawanan (turun) jika penggandengan dilakukan secara
bersamaan untuk menghasilkan sebuah pencacah turun-naik. Dalam gambar 6.8 tersebut
digunakan gerbang AND tambahan di dalam rangkaian pemicu dari biner untuk
memastikan bahwa pencacahan tersebut hanya dikumpulkan pada saat yang diinginkan,
sinkronisasi pencacahan dan membandingkannya.
Bagian pengubah D/A identik dengan pembagi resistif dasar (lihat gambar 6.2),
sumber tegangan referensi memberikan tegangan presesi yang diperlukan guna
pengubahan yang akurat. Keluaran 0 dari biner dihubungkan langsung dengan DAC, tetapi
harus dipahami bahwa pengubahan level yang tepat terjadi antara biner-biner dan terminal
masukan DAC.

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 8
Pembanding juga membandingkan tegangan masukan analog terhadap tegangan
keluaran DAC, memberikan dua kemungkinan level tegangan keluaran. Bila tegangan
masukan analog lebih besar dari pada tegangan umpan balik (keluaran DAC), terminal
keluaran pembanding yang sesuai dihubungkan ke masukan set dari flip-flop naik melalui
sebuah elemen gerbang. Dengan cara sama, bila tegangan masukan lebih besar dari pada
tegangan umpan balik, pembanding memberikan suatu tegangan keluaran pada terminal
lainnya yang kemudian dihubungkan melalui sebuah gerbang ke terminal set dari flip-flop
turun. Pengalihan aktual dari sinyal keluaran pembanding ke flip-flop naik dan flip-flop
turun bersama-sama di OR-kan secara eksklusif guna memastikan bahwa pencacahan tidak
terjadi bila kedua flip-flop tersebut set sebagai suatu tindakan pengamanan.

Gambar 6.8 Diagram balok logika yang disederhanakan dari pengubah A/D jenis
kontinyu

Pada permulaan siklus pengukuran, bila semua flip-flop dikosongkan, lonceng


membangkitkan sebuah pulsa yang mencuplik keluaran pembanding. Jika masukan analog
lebih besar dari pada tegangan umpan balik, flip-flop naik adalah set. Selanjutnya pulsa
lonceng yang tertunda diizinkan memicu biner pertama, sementara pada waktu yang sama
diisyaratkan gerbang pemicu kembali ke keadaan awalnya dan juga memicu biner
berikutnya. Jadi pencacahan telah maju sebanyak satu pencacahan dan keluaran DAC yang
sehubungan digunakan untuk membandingkan terhadap masukan analog. Prosedur ini
berulang sampai tegangan umpan balik sama dengan masukan analog, pada waktu mana
keluaran pembanding adalah nol dan pencacahan terhenti.

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 9
Jika masukan analog berubah ke suatu nilai yang lebih rendah, pulsa lonceng
berikutnya mendeteksinya pada keluaran pembanding dan membuat flip-flop turun menjadi
set. Sekarang pulsa lonceng yang ditunda diizinkan memasuki pencacah biner pada
masukan pemicu pada biner pertama, tetapi pencacahan dibawa dari tingkat ke tingkat pada
bagian keluaran 0 biner dari gambar 6.8, sehingga kandungan pencacah turun sebesar satu.
Kemudian tegangan DAC juga turun sebanyak yang sesuai dan pembandingan berikutnya
menentukan apakah flip-flop naik atau flip-flop turun akan menjadi set. Berarti pencacah
mengikuti tegangan masukan analog secara kontinyu.

Gambar 6.9 Diagram-diagram bentuk gelombang menjelaskan kegiatan pengubah A/D


jenis kontinyu

Diagram bentuk gelombang dalam gambar 6.9, menjelaskan tindakan pengubah


(converter) kontinyu. Celah (aperture) adalah waktu untuk langkah terakhir. Anggapan
yang diberlakukan adalah bahwa tegangan masukan analog tidak berubah lebih dari  1
LSB (pertambahan terkecil dari DAC) antara langkah-langkah pengubahan. Untuk
memenuhi persayaratan ini, laju maksimal perubahan tegangan masukan tidak boleh
melebihi laju maksimal perubahan pengubah.

6.3.4 Pengubah A/D jenis pendekatan berturut-turut


Pengubah A/D jenis pendekatan berturut-turut (successive approximation A/D
converter) membandingkan masukan analog terhadap sebuah tegangan referensi DAC
yang berulang-ulang dibagi menjadi dua bagian. Proses ini dijelaskan dalam gambar 6.10,
di mana sebuah bilangan biner empat angka (1000) yang menyatakan tegangan penuh
sumber referensi, dibagi menjadi dua bagian (bilangan biner 100) menyatakan ½ V.
Perbandingan antara tegangan referensi ½ V ini terhadap masukan analog dilakukan. Jika
hasil perbandingan menunjukkan bahwa pendekatan pertama ini terlalu kecil (½ V adalah

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 10
lebih kecil dari pada masukan analog), maka pembandingan berikutnya akan dilakukan
terhadap ¾ V (bilangan biner 110). Jika perbandingan menunjukkan bahwa perkiraan
pertama terlalu besar (½ V lebih besar dari pada masukan analog), maka pembandingan
berikutnya dilakukan terhadap ¼ V (bilangan biner 010). Setelah empat pendekatan
berturut-turut, bilangan digital dipisahkan. Sebuah bilangan enam angka akan dipisahkan
dalam enam pendekatan berturut-turut. Metoda ini lebih menguntungkan dibandingkan
dengan enam puluh empat (26) perbandingan yang diperlukan oleh sebuah pengubah jenis
pencacah yang biasa.

Gambar 6.10 Operasi pengubah A/D jenis perkiraan berturut-turut

Metoda pendekatan berturut-turut sedikit lebih rumit dari pada metoda-metoda


sebelumnya karena memerlukan sebuah register pengontrol khusus untuk membuka pulsa-
pulsa ke bit pertama, kemudian ke bit kedua dan seterusnya.
Diagram balok yang umum pada dalam gambar 6.11 memperlihatkan pengubah jenis
pendekatan berturut-turut yang dasar. Pengubah ini menggunakan sebuah register
pengontrol digital yang mampu membukakan masukan 1 dan masukan 0, sebuah pengubah
digital ke analog beserta sumber daya referensi; sebuah rangkaian pembanding, sebuah
loop pengontrol waktu, dan register distribusi. Register distribusi menyerupai sebuah
pencacah melingkar (ring counter) dengan sebuah angka 1 yang bersikulasi di dalamnya
guna menentukan langkah mana yang berlangsung.
Pada permulaan siklus pengubahan, kedua register pengontrol dan register
distribusi dibuat set dengan angka 1 di dalam bit yang paling berarti (most significant bit,
MSB) dan 0 di dalam semua bit yang kurang berarti. Dengan demikian register distribusi
mencatat bahwa sikus telah dimulai dan proses adalah dalam fasa membaca 1000 ....,
menyebabkan suatu tegangan keluaran pada bagian pengubah digital ke analog sebesar
sebesar setengah dari tegangan referensi. Pada saat yang sama, sebuah pulsa memasuki
susunan pengatur waktu keterlambatan. Sementara pengubah D/A dan pembanding telah
diam, pulsa yang terlambat ini dimasukkan ke gerbang bersama keluaran pembanding. Bila
bit yang paling berarti berikutnya dibuat set di dalam register pengontrol melalui tindakan
pengatur waktu, bit paling berarti bisa tetap dalam keadaan 1 ataupun kembali ke keadaan
0, tergantung pada keluaran pembanding. Angka tunggal 1 di dalam register distribusi
digeser ke posisi berikutnya dan mengawasi jumlah perbandingan yang dilakukan.
Prosedur ini berulang mengikuti diagram gambar 6.10, sampai pendekatan akhir telah

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 11
dikoreksi dan register distribusi menunjukkan akhir pengubahan. Di dalam sistem ini
sinkronisasi tidak dibutuhkan karena pembanding hanya mengontrol satu flip-flop pada
satu waktu.

Gambar 6.11 Diagram balok yang disederhanakan untuk pengubah A/D jenis pendekatan
berturut-turut

Gambar 6.12 Diagram-diagram bentuk gelombang menjelaskan bekerjanya pengubah


A/D jenis pendekatan berturut-turut

Pada pengubah jenis pendekatan berturut-turut, keluaran digital berhubungan dengan


suatu nilai yang telah dimiliki oleh masukan analog selama pengubahan. Jadi waktu celah
sama dengan waktu pengubahan total. Hal ini dijelaskan dalam rekonstruksi bentuk
gelombang seperti diperlihatkan dalam gambar 6.12. Waktu celah dari pengubah ini dapat
dikurangi dengan menggunakan teknik redundansi atau sebuah rangkaian cuplik dan tahan
(sample and hold circuit).

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 12
6.3.5 Rangkaian cuplik dan tahan
Rangkaian cuplik dan tahan (sample and hold circuit) digunakan bersama sebuah
pengubah A/D bila diperlukan untuk mengubah sebuah sinyal frekuensi tinggi yang
bervariasi sangat cepat agar memberikan pengubahan yang akurat. Pada dasarnya
rangkaian cuplik dan tahan adalah penguat operasional (operational amplifier) yang
memuati / mengisi sebuah kapasitor selama modus cuplik dan menahan muatan kapasitor
tersebut selama mudus tahan. Rangkaian cuplik dan tahan dapat dinyatakan dengan saklar
dan kapasitor sederhana, seperti diperlihatkan dalam gambar 6.13.

Gambar 6.13 Operasi rangkaian cuplik dan tahan

Gambar 6.14 Rangkaian cuplik dan tahan

Bila mula-mula saklar ditutup, kapasitor mengisi ke nilai tegangan masukan dan
kemudian menuruti masukan tersebut (dengan menganggap impedansi sumber penggerak
yang rendah). Bila saklar dibuka, kapasitor mempertahankan tegangan yang telah
dimilikinya pada waktu saklar terbuka (dengan anggapan beban berimpedansi tinggi).
Waktu perolehan (acquisition time) dari rangkaian cuplik dan tahan adalah waktu
yang dibutuhkan oleh kapasitor agar dimuati sampai nilai sinyal masukan setelah mula-
mula saklar ditutup. Waktu celah (aperture time) adalah waktu yang dibutuhkan oleh saklar
saklar untuk mengubah keadaan dan ketidaktentuan waktu di mana perubahan keadaan
tersebut terjadi. Waktu untuk mempertahankan (holding time) adalah waktu yang
dibutuhkan oleh rangkaian agar dapat mempertahankan muatannya tanpa penurunan yang
melebihi persentase nilai awal yang telah ditetapkan.
Rangkaian cuplik dan tahan aktual ditunjukkan seperti dalam gambar 6.14. Pulsa
cuplik menggerakkan saklar 1 dan 3, pulsa tahan menggerakkan saklar 2 dan 4. Pulsa-pulsa
pengontrol cuplik dan tahan adalah saling melengkapi. Dalam modus cuplik kapasitor
penahan dimuati oleh penguat operasional. Dalam modus tahan kapasitor tersebut

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 13
disaklarkan ke dalam loop umpan balik, sedang tahanan masukan Ri dan tahanan umpan
balik Rf disaklarkan ke tanah. Karena masukan penguat tetap dalam batas beberapa V
terhadap tanah (kecuali selama pensaklaran), impedansi masukan dalam kedua mudus
cuplik dan tahan adalah 10 k.

6.4 Multiplexing
Pengertian dari multipleksing (multiplexing) di dalam sistem akuisisi data analog dan
digital adalah suatu proses penggabungan beberapa pengukuran untuk ditransmisikan
melalui lintasan sinyal yang sama.
Alat ini sering diperlukan atau diinginkan untuk menggabungkan atau memultipleksi
sejumlah sinyal analog menjadi satu saluran digital atau sebaliknya sebuah saluran digital
tunggal menjadi sejumlah saluran analog. Kedua tegangan digital maupun analog dapat
dimultipleksi.

6.4.1 Multipleksing digital ke analog


Dalam pengubahan digital ke analog suatu pemakaian multipleksing yang paling
umum ditemukan dalam teknologi komputer, di mana informasi digital datang secara
berurutan dari komputer, didistribusikan ke sejumlah alat analog seperti halnya CRO, unit
pencatat pena, unit pencatat pita analog, dan sebagainya. Ada dua cara untuk melakukan
multipleksing, yaitu metoda pertama adalah menggunakan pengubah D/A yang terpisah
untuk masing-masing saluran seperti diperlihatkan dalam gambar 6.15. Metoda kedua
adalah menggunakan satu pengubah D/A bersama-sama dengan satu perangkat saklar
multipleksing analog dan rangkaian-rangkaian cuplik dan tahan untuk masing-masing
saluran analog seperti ditunjukkan dalam gambar 6.16.
Dalam sistem dalam gambar 6.15, informasi digital dimasukkan secara bersamaan
ke semua saluran dan pemilihan saluran dilakukan dengan membukakan pulsa-pulsa
lonceng ke saluran yang sesuai. Untuk setiap saluran dibutuhkan satu pengubah D/A
sehingga biaya investasi sedikit lebih tinggi dari pada sistem kedua, akan tetapi
keuntungannya adalah bahwa informasi analog tersedia pada keluaran DAC untuk jangka
waktu yang tidak terbatas (selama ini register flip-flop DAC dibukakan ke DAC).

Gambar 6.15 Multiplekser D/A menggunakan beberapa pengubah

Metoda kedua yang diperlihatkan dalam gambar 6.16, hanya menggunakan satu
pengubah D/A dan dengan demikian biaya investasi lebih rendah. Akan tetapi pemakaian

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 14
rangkaian cuplik dan tahan yang banyak ini memerlukan pembaharuan sinyal pada
rangkaian cuplik dan tahan secara periodik (kapasitor tidak menyimpan muatannya secara
tidak terbatas).

Gambar 6.16 Multiplekser D/A menggunakan satu pengubah dan beberapa rangkaian
cuplik dan tahan

6.4.2 Multipleksing analog ke digital


Dalam pengubahan analog ke digital lebih menguntungkan untuk memultipleksi
masukan analog dari pada memultipleksi keluaran digital. Sebuah sistem yang
diperlihatkan dalam gambar 6.17, di mana saklar-saklar, baik semikonduktor ataupun rele,
digunakan untuk menghubungkan masukan-maukan analog ke sebuah bus bersama
(common bus; satu kumpulan data, alamat, saluran-saluran pengontrol yang tersedia bagi
semua masukan analog). Kemudian bus ini menuju ke sebuah pengubah A/D tunggal yang
digunakan untuk semua saluran.

Gambar 6.17 Sistem pengubahan A/D termultipleksi

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 15
Gambar 6.18 Pengubah A/D jenis pencacah bersama masukan termultipleksi

Masukan analog disaklarkan secara berurutan ke bus oleh rangkaian pengontrol


selektor. Jika diperlukan cuplikan-cuplikan dari semua saluran, sebuah rangkaian cuplik
dan tahan dapat digunakan di depan tiap-tiap saklar multiplekser. Dalam cara ini semua
saluran akan dicuplik secara bersamaan dan kemudian disaklarkan ke pengubah secara
berurutan.
Mungkin juga memultipleksi dengan menggunakan sebuah pembanding terpisah
untuk tiap-tiap saluran analog. Sistem ini diperlihatkan dalam gambar 6.18, di mana
digunakan bersama sebuah pengubah A/D jenis pencacah. Masukan tiap-tiap pembanding
dihubungkan ke keluaran DAC. Masukan lain ke tiap-tiap pembanding dihubungkan ke
saluran-saluran masukan analog yang terpisah. Untuk mengoperasikan pencacah dan
mencuplik pembanding-pembanding ini diperlukan sinkronisasi dan rangkaian pengontrol.
Pada permulaan proses permultipleksian, pencacah dikosongkan dan pulsa-pulsa cacahan
dimasukkan ke pencacah. Pengubah D/A mengubah keluaran pencacah dan memberikan
tegangan keluaran analog yang diumpankan ke semua pembanding. Bila salah satu dari
pembanding menunjukkan bahwa keluaran D/A lebih besar dari pada tegangan masukan
pada saluran tersebut, isi pencacah dibaca. Bila pembanding yang tepat dikenali, maka
pencacahan dimulai lagi sampai sinyal berikutnya diterima, dan isi pencacah dibaca lagi.

Rangkuman
: sistem akuisisi data digunakan untuk mengukur dan mencatat sinyal yang
pada dasarnya diperoleh dalam dua cara, yaitu (a) sinyal yang berasal dari
pengukuran langsung besaran-besaran listrik; mencakup tegangan dc dan
ac, frekuensi, atau tahanan; dan secara khas ditemukan dalam pemakaian
seperti pengujian komponen elektronik, penyelidikan lingkungan dan
Sistem analisis kualitas; (b) sinyal yang berasal dari transducer, seperti strain
akuisisi data gauge dan termokopel.suatu proses perolehan data analog dan digital
analog dan melalui pengubah analog ke digital, dan pengubah digital ke analog.
digital
sistem akuisisi data analog dan digital merupakan bagian yang dapat
diterapkan pada suatu sistem instrumentasi yang memiliki fungsi tele
signalling, tele control, tele measurement, sistem analisa data, dan sistem
penyajian data.

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 16
: suatu proses penggabungan beberapa pengukuran untuk ditransmisikan
Multipleksing melalui lintasan sinyal yang sama.
sistem
alat untuk menggabungkan atau memultipleksi sejumlah sinyal analog
akuisisi data
menjadi satu saluran digital atau sebaliknya sebuah saluran digital tunggal
analog dan
menjadi sejumlah saluran analog, kedua tegangan digital maupun analog
digital
dapat dimultipleksi.

Contoh Soal dan Jawab :


1. Apakah pengertian sistem akuisisi data dalam sistem instrumentasi !
Jawaban :
Sistem akuisisi data digunakan untuk mengukur dan mencatat sinyal yang pada dasarnya
diperoleh dalam dua cara, yaitu (a) sinyal yang berasal dari pengukuran langsung besaran-
besaran listrik; ini bisa mencakup tegangan dc dan ac, frekuensi, atau tahanan; dan secara
khas ditemukan dalam pemakaian seperti pengujian komponen elektronik, penyelidikan
lingkungan dan analisis kualitas; (b) sinyal yang berasal dari transducer, seperti strain
gauge dan termokopel.
2. Jelaskan fungsi-fungsi dari sistem akuisisi data analog !
Jawaban :
Sistem akuisisi data analog memiliki fungsi masing-masing elemen sebagai berikut :
(a) Transducer, yaitu untuk pengubahan parameter fisis menjadi sinyal listrik yang dapat
diterima oleh sistem akuisisi
(b) Pengkondisi sinyal (signal conditioning), yaitu untuk memperkuat, memodifikasi, atau
memilih bagian tertentu dari sinyal tersebut
(c) Alat peraga visual, untuk memonitor sinyal masukan secara kontinyu. Alat ini bisa
mencakup CRO satu saluran atau saluran banyak, CRO penyimpan, alat-alat pencatat
pada panel, peragaan numerik dan sebagainya
(d) Instrumen pencatat grafik, untuk mendapatkan pencatatan data masukan secara
permanen. Instrumen ini mencakup unit-unit pencatat tipe jarum (stylus) dan tinta guna
memberikan pencatatan kontinyu pada card kertas, sistem pencatatan secara optik,
seperti misalnya unit pencatat galvanometer cermin, dan unit pencatat ultra violet
(e) Instrumen pita magnetik, untuk mendapatkan data masukan, mempertahankan bentuk
listrik semula, dan memproduksinya di kemudian hari untuk analisis yang lebih
terperinci.
3. Jelaskan fungsi-fungsi dari sistem akuisisi data digital !
Jawaban :
Sistem akuisisi data digital memiliki fungsi masing-masing elemen sebagai berikut :
(a) Transducer. Mengubah parameter fisis menjadi sinyal listrik yang dapat diterima oleh
sistem akuisisi. Beberapa parameter khas mencakup temperatur, tekanan, percepatan,
pergeseran bobot, dan kecepatan. Besaran-besaran listrik seperti tegangan, tahanan,
atau frekuensi, dapat juga diukur langsung
(b) Pengkondisi sinyal (signal conditioning). Umumnya mencakup rangkaian penunjang
bagi transducer. Rangkaian ini dapat memberikan daya eksitasi, rangkaian imbang, dan
elemen kalibrasi. Contoh pengkondisi sinyal adalah kesetimbangan jembatan strain
gage dan unit pencatu daya
(c) Pemayar (scanner) atau multiplekser (multiplexer). Menerima banyak masukan analog
dan secara berurutan menghubungkannya ke satu alat pencatat

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 17
(d) Pengubah sinyal (signal converter). Mengubah sinyal analog menjadi suatu bentuk
yang dapat diterima oleh pengubah analog ke digital. Contoh pengubah sinyal adalah
penguat penguat untuk memperkuat tegangan level rendah yang dibangkitkan oleh
termokopel atau strain gage
(e) Pengubah analog ke digital (A/D Converter). Mengubah tegangan analog menjadi
bentuk digital yang sepadan. Keluaran pengubah analog ke digital dapat diperagakan
secara visual dan juga tersedia sebagai keluaran-keluaran tegangan dalam tangga
diskrit untuk pengolahan selanjutnya atau untuk pencatatan pada sebuah unit pencatat
digital
(f) Perlengkapan pembantu. Bagian ini berisi instrumen-instrumen untuk pekerjaan-
pekerjaan pemrograman sistem dan pengolahan data digital. Fungsi khas perlengkapan
ini mencakup linearisasi dan pembandingan batas. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh
instrumen individual atau oleh komputer digital
(g) Unit pencatat digital (digital recorder). Mencatat informasi digital pada kartu
berlubang, pita kertas berlubang, pita magnetik, kertas mesin tik digital, compact disk,
atau gabungan sistem-sistem tersebut. Unit pencatat digital dapat didahului oleh sebuah
unit penggandeng yang mengubah informasi digital menjadi bentuk yang sesuai untuk
dimasukkan ke unit pencatat digital yang dipilih secara khusus.

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 18
Soal-soal :
1. Apakah pengertian sistem akuisisi data dalam sistem instrumentasi !
2. Jelaskan fungsi-fungsi dari sistem akuisisi data analog !
3. Gambarkan diagram blok sistem akuisisi data digital ! Jelaskan fungsi-fungsinya !
4. Jelaskan prinsip dan metoda pengubahan sinyal digital ke analog dan pengubahan
sinyal analog ke digital !
5. Jelaskan cara pengubahan sinyal digital ke analog !
6. Jelaskan cara pengubahan sinyal analog ke digital !
7. Jelaskan pengetian multiplexing sistem akuisisi data analog dan digital ! Berikan
contoh aplikasinya !
5. Suatu sistem tenaga listrik 3 fasa, 380/220 Volt, 500 KVA dikelola melalui Energy
Management System (EMS) dengan memanfaatkan sistem SCADA (Supervisory
Control And Data Acquisition). Peralatan utama yang digunakan adalah Current
Transformer (CT) 3 x 800/5 A; 50/5 A, Potential Transformer (PT) 3 x 240/5 V, Signal
Converter, Power Transducer, ADC 0808; 16 bit, PPI 8255; 24 bit I/O; 3 port 8 bit;
port A; B; C, PC (Personal Computer), Driver, Aktuator dan lampu pilot indikator,
serta Printer. Tentukan :
a) Diagram blok dari konfigurasi sistem peralatan tersebut !
b) Jelaskan fungsi-fungsi EMS sesuai dengan implementasi sistem SCADA !
c) Berapa besar kapasitas total daya yang terpakai, apabila hasil pengukuran tegangan
dan arus untuk masing-masing fasa R, S, dan T berturut-turut menampilkan 220 V,
219 V, 217 V, dan 242 A, 260 A, 252 A ?
6. Suatu sistem tenaga listrik pada Unit Penyaluran dan Pengaturan Beban (UP2B) di
Gardu Induk (GI) Tengkawang Sistem Kelistrikan PT. PLN (Persero) Wilayah
Kalimantan Timur mensuplai tenaga listrik ke beban melalui feeder menggunakan
Jaringan Tegangan Menengah 20 KV, 3 fasa, empat kawat, 630 A. Sistem tenaga listrik
tersebut dikelola melalui Energy Management System (EMS) dengan memanfaatkan
sistem SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition). Sistem peralatan yang
digunakan adalah Current Transformer (CT) 3 x 400/1 A, Potential Transformer (PT)
3 x (20/√3)/(0,1/√3) KV, Signal Converter, Power Transducer (KWH meter), ADC; 5
Volt; data 16 bit, PPI 8255; 24 bit I/O; 3 port 16 bit; port A; B; C, PC (Personal
Computer), Driver, Aktuator, lampu pilot indikator, dan Printer. Tentukan:
a) Gambar diagram blok sistem peralatan dan pengukuran tersebut !
b) Jika besaran pengukuran daya keluaran (Po(b)) pada sisi beban untuk fasa R
menampilkan 3.248,6160 KW, maka berapa besaran sebenarnya daya keluaran
(Po(pt)) pada sisi power transducer ?

Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 19
DAFTAR PUSTAKA

A.C. Sarivastava., Teknik Instrumentasi, Universitas Indonesia, Jakarta, 1987


Barry G. Woollard., Terjemahan : H. Kristono, Elektronika Praktis, Cetakan kelima, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta, 2003
J.A. Haslam, G.R. Summers, D. William., Engineering Instrumentation and Control,
Edward Arnold, Great Britain., England, 1997
Noor Cholis Basyaruddin, Ir., Peukur dan Pengukuran., Pusat Pengembangan Pendidikan
Politeknik, Bandung, 1995
Purwanto., Juliza Hidayati., Anizar., Intrumentasi dan Alat Ukur, Edisi Pertama, Graha
Ilmu, Yogyakarta, 2008
Roger W. Prewit., Stephen W. Fardo, Intrumentation : Transducers, Experimentation, &
Application, Howard W. Sams & Co., Inc., Indianapolis, Indiana, 1979
Soedjana Sapiie, Dr., Osamu Nishino, Dr., Pengukuran Dan Alat-alat Ukur Listrik, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta, 1994
William David Cooper., Terjemahan : Ir. Sahat Pakpahan, Instrumentasi Elektronik Dan
Teknik Pengukuran, Edisi Ke-2, Erlangga, Jakarta, 1991
World Precision Intruments, Quality Research Tools, International Edition, Victoria
Australia, 2002.

Modul Ajar Instrumentasi │Daftar Pustaka P- 1


LAMPIRAN

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 1


Lampiran-1. Sistem Satuan dan Standar Pengukuran

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 2


Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 3
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 4
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 5
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 6
Lampiran-2. Spesifikasi Alat-alat Ukur Listrik

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 7


Lampiran-3. Penggunaan Alat Ukur Listrik

Gambar AUL-1.
Multimeter Analog

Kd VI cos  = km nm2
n = k k VI cos 
d
2
m m

Gambar AUL-2.
Prinsip KWH meter tipe induksi

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 8


Lampiran-4. Penggunaan Alat Ukur Elektronik

Gambar AUE-1.
Multimeter Digital

Gambar AUE-2.
Osiloskop

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 9


Digital Storage Oscilloscope
Type: B12 DO
[1] Versatile 60 MHz digital storage oscilloscope
featuring a Color LCD display of high resolution and
high contrast with adjustable back light.
[2] Sampling rates of 250MS/s for each channel;
[3] Cursor readout;
[4] Five automatic measurement functions;
[5] Storage and call-out of waveforms;
[6] Automatic setting function provided capable of fast
setting;
[7] Multiple-waveform calculation function;
[8] Detecting of the average and peak values of the
waveform;
[9] Digital real-time oscilloscope
[10] RS232 or USB communication ports

Gambar AUE-3.
Digital Storage Oscilloscope

Gambar AUE-3.
Generator Fungsi

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 10


Gambar AUE-4.
KWH meter digital

Catatan:
Penggunaan KWH meter digital untuk Listrik Prabayar PLN

SETTING KODE KWH METER LISTRIK TOKEN PRABAYAR PLN


Permasalahan Token PLN
Akhirnya bisa ngeposting lagi. Setelah berperang melawan penjajah eh.. salah. Biasa
Komputer tua gan seminggu opname jadi gak bisa internetan. Setelah penggantian beberapa
spare part komputer tua bisa hidup lagi hi.. hi..hi... OK langsung ke topik. Posting kali ini
saya mau berbagi informasi seputar KWH meter digital PLN. Agak gak nyambung sih, tapi
gak apa-apa. Berikut beberapa kode setting dan permasalahan yang mungkin terjadi pada
KWH meter anda.
Permasalahan dilapangan yang sering terjadi adalah kendala teknis. Karena KWH meter
token memiliki Intelegensi digital yang akurat, dari mulai pendeteksian instalasi yang
buruk, pemasangan arde ground yang tidak benar, kelebihan beban pada kabel yg kurang
sesuai dll. Maka untuk memproteksi terjadinya konsleting (loncatan api) terkadang KWH
token tidak bisa diisi pulsa dengan menunjukan eror kode seperti dibawah ini. Jika
pengguna memahami maka bisa mencoba memperbaikinya sendiri dengan kode-kode
dibawah ini. Jika tidak bisa ditangani sendiri maka hubungi pihak kendala teknis PLN
terdekat (penting). Tambahan yang terpenting lagi jangan sekali-kali mencoba membuka
cover MCB depan. Bagi yang belum tahu. Didalam cover itu ada sebuah sensor yang jika
sekrup cover terbuka. Maka KWH meter digital akan langsung protek (temper). Jika ini
terjadi. KWH meter tidak akan bisa dimasukkan kode apapun dan listrik dirumah anda akan
padam. Salah satunya jalan anda harus menghubungi petugas teknis PLN. Karena hanya
beliau yang mempunyai kode resetnya.

EROR Kode KWH Token PLN yang sering muncul di merk (HEXING, CONLOG, STAR,
ITRON dan merk lainya) adalah Kode : Periksa, salah, reject, error : (Pastikan angka token

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 11


yg dimasukan benar) jika no token sudah benar tapi masih ada kendala dalam menginput
token lakukan hal dibawah ini

* Matikan KWH 1-3 menit, lalu masukan no token.


* PLN ada masalah pada Instalasi KWH Token lakukan reset dengan menekan 00 enter
jika KWH token tanpa ada tombol enter maka cukup masukan 00, maka KWH akan restart
dan masukan kembali No token (Kebanyakan metode ini berhasil).
* Jika masih tdk bisa Hub. Kendala teknis PLN karena KWH mendeteksi kesalahan pada
instalasi listrik anda.

Kode-kode KWH meter token secara umum :

00 –> enter –> reset meteran


07 –> enter –>batas daya
09 –> enter –>daya yg digunakan
90 –> enter –>jumlah meteran tukar nyala
71 –> enter –>energi yang dibagi
03 –> enter –> sisa kwh
12399 mematikan Alrm buzzer (pada merk tertentu hanya mematikan 10 menit saja)

Kode KWH Meteran PLN token (merk Hexing)

800 -> Stand Meter


801 -> Sisa Kredit (KWH)
802 -> Tanggal
803 -> Jam
804 -> Nomor Seri KWH meter
805 -> SGC
806 -> Alasan pemadaman
807 -> Status meter
808 -> Konstanta Meter (pulse/Kwh)
809 -> Berapa kali pemadaman
812 -> Matikan buzzer (jika diterapkan pada merk ITRON hanya mati 5-10 menit)
813 -> Pemakaian KWH kemaren
814 -> Pemakaian KWH berjalan
815 -> Tanggal pengisian Credit terakhir
816 -> Waktu pengisian terakhir
817 -> Jumlah Credit dimasukan terakhir
818 -> NOMOR TOKEN TERAKHIR
820 -> Token yang dimasukan terakhir
821 -> Pemakaian KWH 1 bulan lalu
822 -> Pemakaian KWH 2 bulan lalu
823 -> Pemakaian KWH 3 bulan lalu
824 -> Pemakaian KWH 4 bulan lalu
825 -> Pemakaian KWH 5 bulan lalu
831 -> Jumlah pengisian Credit 1 bulan lalu
832 -> Jumlah pengisian Credit 2 bulan lalu
833 -> Jumlah pengisian Credit 3 bulan lalu
834 -> Jumlah pengisian Credit 4 bulan lalu
835 -> Jumlah pengisian Credit 5 bulan lalu
851 -> Total credit yang dimasukan ke Meter
852 -> Token yang dimasukan 2 terakhir
853 -> Token yang dimasukan 3 terakhir
854 -> Token yang dimasukan 4 terakhir
855 -> Token yang dimasukan 5 terakhir
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 12
CREDIT STATUS

WARNA HIJAU -> CREDIT MASIH SANGAT BANYAK


WARNA KUNING -> CREDIT MASIH CUKUP BANYAK
WARNA MERAH -> CREDIT SUDAH HAMPIR HABIS
WARNA MERAH BERKEDIP -> CREDIT SUDAH SANGAT KRITIS

Untuk Meteran merk ITRON : MEMATIKAN SUARA BUZZER: Dengan menurunkan


batas ALERT sisa KWH terendah. Caranya adalah :

* Jika sisa 10 Kwh -> tekan 45610 + ENTER


* Jika sisa 5 Kwh --> tekan 45605 + ENTER
* Untuk mengembalikan bunyi buzzer --> tekan 45620 + ENTER (Atau dengan kata lain
mengembalikan ke pengaturan defaultnya yaitu 20 Kwh.)

Cek status dulu dengan menekan tombol 79 lalu ENTER, pada LCD akan ditampilkan pada
sisa KWH berapa buzzer akan berbunyi, setting defaultnya KWH meter ITRON akan
membunyikan buzzer jika sisa KWH menunjukan angka 20 dan akan terus berbunyi jika
belum di isi token.
Solusinya adalah dengan memasukan angka target baru yang lebih rendah dari nilai
defaultnya, misalnya jika kita menginginkan buzzer berbunyi di sisa 10 KWH caranya:
tekan 45610 + ENTER dan perhatikan layar LCD akan menampilkan kata “ BENAR” , lalu
coba cek kembali dengan menekan tombol 79 + ENTER apakah sudah menunjukan angka
10?, jika sudah.., maka untuk selanjutnya meteran akan berbunyi jika sisa KWH berada
pada angka 10 menurun sampai dengan diisinya TOKEN.
Dengan cara yang sama, anda juga bisa menurunkan target peringatan bunyi buzzer pada
nilai sisa 5 KWH dengan kode 45605 + ENTER, begitu seterusnya sebagaimana cara
diatas.

Kode KWH Meteran PLN token (merk ITRON)

37 -> SISA KWH


38 -> ENERGI KUMULTIF
41 -> TEGANGAN SAAT INI
47 -> DAYA SESAAT
54 -> KREDIT TOKEN TERAKHIR YANG DITERIMA
55 -> KREDIT TOKEN TERAKHIR KE-2 YANG DITERIMA
56 -> KREDIT TOKEN TERAKHIR KE-3 YANG DITERIMA
57 -> KREDIT TOKEN TERAKHIR KE-4 YANG DITERIMA
58 -> KREDIT TOKEN TERAKHIR KE-5 YANG DITERIMA
59 -> KREDIT KWH TERAKHIR
60 -> KREDIT KWH TERAKHIR KE-2
61 -> KREDIT KWH TERAKHIR KE-3
62 -> KREDIT KWH TERAKHIR KE-4
63 -> KREDIT KWH TERAKHIR KE-5
78 -> DURASI ALARM (WAKTU TUNDA DAPAT DIATUR MELALUI PAPAN
TOMBOL DENGAN KODE 123XXX, DENGAN XXX = WAKTU DALAM MENIT)
79 -> ALARM BATAS RENDAH KREDIT (PERINGATAN BATAS-RENDAH
KREDIT DAPAT DIATUR MELALUI PAPAN TOMBOL DENGAN KODE 456XX,
DENGAN XX = ENERGI DALAM KWH, MINIMUM 05 KWH

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 13


Desain KWH meter digital:

Gambar AUE-5.
Diagram Alur Kerja KWH meter Digital

Gambar AUE-6.
Desain Display KWH meter Digital

Gambar AUE-7.
Flowchart Display KWH meter Digital

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 14


Desain Analog to Digital Converter (ADC):

Gambar AUE-8.
Analog to Digital Converter (ADC)

Desain Microcontroller:

Gambar AUE-9.
Microcontroller

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 15


Lampiran-5. Penggunaan Osiloskop (oscilloscope)

Gambar AUEO-1.
The diagram shows a Hameg HM 203-6 oscilloscope, a popular instrument in UK schools

Gambar AUEO-2.
the screen of this oscilloscope has 8 squares or divisions on the vertical axis, and 10
squares or divsions on the horizontal axis

Gambar AUEO-3. Twiddling Knobs And Pressing Buttons

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 16


Gambar AUEO-4. VOLTS/DIV controls to 1 V/DIV and the TIME/DIV control to 0.2
s/DIV

Gambar AUEO-5.
VOLTS/DIV 1 is set at 1 V/DIV and that the adjacent controls are set correctly

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 17


Gambar AUEO-6.
A connection to the input of channel 1, CH 1, of the oscilloscope
can be made using a special connector called a BNC plug

Gambar AUEO-7.
Adjust VOLTS/DIV and TIME/DIV
until you obtain a clear picture of the 2 V signal

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 18


Gambar AUEO-8.
Check on the effect of Y-POS 1 and X-POS

Connecting a function generator:

Gambar AUEO-9.
The diagram shows the appearance of a Thandar TG101 function generator

Gambar AUEO-10.
Most often the 600 Ω output is used. This can be connected to the CH 1 input of the
oscilloscope using a BNC-BNC lead

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 19


Gambar AUEO-11.
The rotating FREQUENCY control and the RANGE switch;
The output level switch is normally set to 0 dB

How does an oscilloscope work?

Gambar AUEO-11.
An outline explanation of how an oscilloscope works can be given
using the block diagram

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 20


Other oscilloscope controls:

Gambar AUEO-12.
X-Y control: normally in the OUT position; TV-separation; rigger controls

Gambar AUEO-13.
X-MAG; CAL outputs; component tester; Y-POS I and Y-POS I; invert

Gambar AUEO-14.
CH I and CH II inputs; DC/AC/GND slide switches; trace selection switches

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 21


Lampiran-6. Penggunaan Peralatan Instrumentasi Lainnya
Lampiran-1.1 Electrical Instrument Trainer

The experimental panel system “Electrical Instrument" is mainly used for the
application of experimental electrical instrument for demonstration purposes in
classrooms and lecture-rooms. The individual units of an experimental set-up are
connected via 4-mm. safety sockets which are arranged in large, synoptically
graphical symbols or current flow diagrams.
Due to the vertical arrangement of the experimental panels, the experimental set-up
can be seen from a far distance and can be adapted step by step to the PRODUCT
MODULE RESISTIVE LOAD INDUCTIVE LOAD CAPACITIVE LOAD DC
VOLTMETER Range: 210Ω, 390Ω, 470Ω, 860Ω Protection Fuse 1A Range: 0.4H,
0.6H, 0.8H, 1.0H Protection Fuse 1A Range: 1μF, 2μF, 4μF, 8μF Protection Fuse
1A Range: 0…10VDC Accuracy: Class 1.5 AC VOLTMETER DC AMMETER,
AC AMMETER, GALVANO AMMETER Range: 0…10VAC Accuracy: Class 1.5
Range: 0…100 mA Accuracy: Class 1.5 Range: 0…100 mA Accuracy: Class 1.5
Range: -10…0…+10 mA Accuracy: Class 1.5 OHM METER FREQUENCY
METER WATTMETER VARMETER Range: 0…1000Ω Accuracy: Class 1.5
Range: 45…55 Hz Accuracy: Class 1.5 Range: 0…100 W Accuracy: Class 1.5
Protection Fuse 1A Range: 0…100 VAR Accuracy: Class 1.5

Gambar PL-1.
Electrical Instrument Trainer

The experimental panel system “Electrical Instrument" is mainly used for the
application of experimental electrical instrument for demonstration purposes in
classrooms and lecture-rooms. The individual units of an experimental set-up are
connected via 4-mm. safety sockets which are arranged in large, synoptically
graphical symbols or current flow diagrams.

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 22


Lampiran-1.2 DC WHEATSTON BRIDGE
Type: GOTT-DY-B23A
Multiplying Power Effective Span
x10-3 0 ~ 11.110W; x10-2 0 ~ 111.10W; x10-1 0 ~ 1.1110kW; x1 0 ~ 11.110kW
x10 0 ~ 111.10kW; x102 0 ~ 1.1110MW; x103 0 ~ 5.000MW
Total Range 0W - 11.110MW; Power Supply DC4.5V (AA1.5V * 3)
Null Indicator Power DC9V (6F22 * 1); Dimension 320*280*170

Gambar PL-2.
DC Wheatston Bridge

Lampiran-1.3 DIGITAL INSULATION 3 PHASE TESTER


Type: GOTT-DY-5102A
FEATURES:
Insulation resistance testing; Phase testing; Voltage testing; LCD background light
Testing Voltage 500/1000/2500V; Insulation Resistance 0.1~20GW (3%+5)
Phase Rotation Check yes; AC V 700V (2%+5); Resolution 0.01MW; Auto Range
yes; Function Symbol Display yes; Data Hold yes
Low Battery Warning yes
Max. Displays 1999
LCD Background Light yes
Size 190 x 155 x 75 mm; Weight approx. 900g

Gambar PL-3.
Digital Insulation 3 Phase Tester
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 23
Lampiran-2.1 Electronic Sensor Trainer

Electronic sensor trainer GOTT-ST-01 is the Science experiment tool set that
contains the microcontroller main board, variety of sensor module, actuator and
output with display device and software tools. They work together to make the new
concept of science experiment and add programming experiences to develop the
ultimate science projects.
FEATURES
 Learn and experiment the behavior of each sensor to understanding their
operation.
 Include the operation of BASIC Stamp2SX microcontroller.
 Learners can apply all knowledge to develop the new science experiment in
different ways.
 Data collection system using GOTT DAQ Software.
 Experimenters can get data from system to collect and send to computer to
process or plot the graph.
 Control the actuator device such as Relay, DC motor, Stepper motor, etc.
 To make the automatic control projects, modern science projects.. PRODUCT
MODULES : SMART

Gambar SI-1.
Electronic Sensor Trainer

Detect the infrared light in analog (voltage) and digital signal by using Photo-
transistor LIGHT DETECTOR LIGHT REFLECTOR LED INDICATOR SOUND
DETECTOR Detect light density. 2 outputs : Positive and Negative voltage reaction
when detect light Includes Super-bright Red LED as light source and LDR that
receive reflection light. Output vary following reflection light density. HIGH :
Logic 1 apply, LED lights Red. LOW : Logic 0 apply, LED lights Green. If not :
LED turns off.

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 24


Lampiran-2.2 Sensor And Transducer Training Kits

The Sensor and Transducer trainer is designed for the study of sensor application
in industry. For Example Electrical beam sensor, Proximity sensor, strain gauge,
Pressure sensor, Temperature sensor & Photo sensor and Controller. It acts as a
signal receiver from the sensors and transformed to control other system process.
It is designed on the panel system concept, easy to use for experiments. The size of
module panel is designed according to DIN standard. The front plate of module is
made of Uma board. Its components are made of strong material and high
insulation. All connection points are via safety socket. The back cover of module
panel is made of ABS plastic. Except for module panel with heat generator, is made
of metal. The symbol of each component is engraved on the front plate of module
panel and combined with the ROD press-in socket type. The two levels of panel
frame is made by aluminum with coated anodize for strong construction.
PRODUCT MODULES POWER SUPPLY CONSOLE Protection Section : MCB
3 Poles 10A FCCB 2P 10A 30mA Output Section.
EXPERIMENT TOPICS :
 Pressure measurement equipment below type
 Thru-Beam sensor (Separated sender )
 Load cell and load cell transmitter
 Photo resistor
 Thermocouple Bourdon type
 Strain gauge
 Photo diode
 Photo transistor
 Light control
 RTD
 Temperature control
Diffuse-Reflective beam sensor.

Gambar SI-2.
Sensor And Transducer Training Kits
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 25
Lampiran-2.3 Training System For The Study Of Transducer & Controls

A. TEMPERATURE CONTROL
1) The board is equipped with four different types of commonly used
temperature sensors (J-TC, NTC, PTC, Bimetallic switch).
2) Open and closed loop temperature control conditions can easily be
demonstrated and investigated.
3) Features:
• Heating element and heat sink
• J-type thermocouple
• NTC
• Pt 100 platinum resistor
• Bi-metallic thermal switch
• 3 conditioning amplifiers for J-TC, NTC, PTC
• Reference generator
• Reference-feedback summing node
• Loop amplifier with adjustable gain
• “Burst Controller”
• DC power driver for heating element
• AC power driver for heating element
4) Exercises and study subjects:
• Characteristics and use of the 4 temperature transducers
• Linearizing techniques
• Open and closed loop temperature control
• Proportional and ON/OFF temperature controls
• The Burst Control Technique (duty cycle control technique)
• DC power drive
• AC power drive

Gambar SI-3.
Temperature Control

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 26


B. R, L, C MEASUREMENTS
1) The board may be configured in many different ways (using jumper cords
supplied) so that the student can study and investigate the procedures and
circuits used to perform the measurements of resistance, capacitance and
inductance.
2) The unit also provides the facilities to study the set-up of AC and DC
measurement bridges.
3) Devices to set-up DC and AC measurement bridges:
• Precision multi-turn potentiometer with dial knob
• Wire-wound potentiometer
• Resistor and capacitor sets (for fixed bridge arms)
• Analogue mid-scale-zero meter
• Differential AC amplifier
• Precision rectifier
4) Devices to show the principles of R/V, C/F, L/V conversion for industrial
type of measurements of R, C, L parameters:
• V-REF generator
• I/V converter (for R measurements)
• Integrator and Comparator (for C measurements)
• V/I converter (for L measurements)
5) Exercises and study subjects:
• Wheatstone bridge for R measurements
• Maxwell bridge for L measurements
• De Sauty bridge for C measurements
• Differential AC amplifiers and precision rectifiers
• Reference voltage generators and I/V converters
• V/I converters

Gambar SI-4.
R, L, C Measurements

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 27


C. LIGHT SENSORS AND LIGHT CONTROLS
1) The trainer is a comprehensive module, which allows the study of the most
common types of light sensors and control circuits.
2) The module includes one light source and drive circuit and three different
types of transducers and their appropriate types of amplification circuits.
3) Both on-off and proportional light control experimentation is possible.
4) Features:
• Light source (incandescent lamp) and drive circuit
• Photo resistor measurement bridge
• The amplifier can be turned into a threshold comparator
• Infrared Photodiode and interface amplifier
• Infrared Phototransistor and application circuit
5) Exercises and study subjects:
• The principle of light intensity-to-voltage conversion
• Measurement of light intensity
• Proportional light control
• On-off light control
• Light-activated switch
• Light barriers

Gambar SI-5.
Light Sensors And Light Controls

D. PROCESS SIMULATOR
1) This module, together with the PROCESS CONTROLLER, are a pair of
training aids to practically experiment the concepts which are subjects of
any course on Automatic Controls Technology, from the basic to the most
advanced ones.
2) The value of these trainers resides in the capability to simulate systems with
a great variety of transfer functions (first-order, second-order, non-linear

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 28


systems) and then perform experiments and measurements which enforce
the student’s understanding of the theory.
3) Devices to simulate linear systems of the first and second order
• Two 4-inputs linear adders
• One multiplier (by a constant)
• Two system model builders, allowing the simulation of a great variety of
System Transfer Functions
• Passive network elements (C,R)
4) Auxiliary items to facilitate experiment execution:
• Function Generator delivering sine/triangle/square signals, adjustable in
both frequency and amplitude
• DC reference generator, also usable as a Step generator
• Potentiometer (variable attenuator)
5) Devices to simulate specific non-linearities encountered with real systems
• Saturation simulator (the saturation level is knobadjustable)
• Backlash simulator (backlash band adjustable)
• Hysteresis simulator (adjustable)
6) Fault simulator, consisting of an array of 8 microswitches each, concealed
by a removable cover. This is to train the students in troubleshooting
techniques
7) Exercises and study subjects (together with the PROCESS
CONTROLLER):
• Open and closed loop control systems

Gambar SI-6.
Process Simulator

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 29


E. PROCESS CONTROLLER
1) This module, together with the PROCESS SIMULATOR, are a pair of
training aids to practically experiment the concepts which are subjects of
any course on Automatic Controls Technology, from the basic to the most
advanced ones.
2) The value of these trainers resides in the capability to simulate systems with
a great variety of transfer functions (first-order, second-order, non-linear
systems) and then perform experiments and measurements which enforce
the student’s understanding of the theory.
3) Blocks to implement controllers of various configurations:
• 2-input, complementary outputs summing node
• 3-term controller, configurable as P, PI, PD, PID controller. The 3 terms
are separately excludable and adjustable
• Output adder for the P, I, D terms
4) Auxiliary facilities for execution of the experiments:
• Potentiometer (reference generator)
• Function Generator delivering sine/triangle/square signals, adjustable in
both frequency and amplitude
5) Fault simulator, consisting of an array of 8 microswitches each, concealed
by a removable cover. This is to train the students in troubleshooting
techniques
6) Exercises and study subjects (together with the PROCESS SIMULATOR):
• Open and closed loop control systems
• The gain and bandwidth of negative-feedback closed-loop systems
• Effect of additive and multiplicative disturbances in the negative-
feedback, closed-loop control systems
• Simulation of first and second-order transfer function system. Step
response and Bode plots. Stability, stability margin, compensation

Gambar SI-7.
Process Controller
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 30
F. STRAIN GAUGE
1) The trainer is designed to allow the study of load and strain measurements
using strain gauges. It consists of a balanced bridge set-up made of two
extensometers and two fixed resistors.
2) The bridge has a precision conditioning amplifier; both the gain and offset
are adjustable to provide a precise strain-to-voltage conversion.
3) The front face of the module is made of fiberglass. A Ushaped slot cut in
the surface allows the concentration of elastic strain in the sensor area.
4) A transparent plastic disc functions as a support for weights (not included),
which may be used to apply a known strain to the transducers.
5) Features:
• Two extensometers
• Balanced bridge configuration
• Precision bridge amplifier
• Coarse and fine zero trimmers
• Full-scale adjustment
6) Exercises and study subjects:
• Functional study of the system
• Zero and full-scale adjustments
• Strain to voltage conversion
• Output characteristics

Gambar SI-8.
Strain Gauge

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 31


G. DC MOTOR SPEED CONTROL
1) The module incorporates all the sub-systems necessary for the study of DC
motor speed control in both open and closed-loop set-ups.
2) Two small DC motors are ganged together. One is used as the drive motor
and the other as a tachometric generator.
3) A slot-type optical feedback sensor is also mechanically ganged to a DC
motor.
4) The small motors ensure safe operation in all circumstances, this is
important when the student has little experience.
5) Features
• 2 small-size mechanically ganged DC motors.
• Slot-type optical sensor and encoder disk. This arrangement provides 8
pulses per motor revolution.
• Frequency-to-voltage converter for the encoder signal
• Tacho-generator signal conditioner
• DC reference generator
• Loop amplifier with adjustable gain
• Switch mode power driver for the motor
6) Exercises and study subjects:
• Open and closed-loop speed control
• Speed sensors: encoders and tacho-generators
• Adjustment of gain in a closed-loop system
• System response versus loop-gain
• Operation of a power switch mode driver

Gambar SI-9.
DC Motor Speed Control

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 32


H. SOUND AND VIBRATION TRANSDUCERS
1) The module allows the study of commonly used acoustic and vibration
sensors and transducers.
2) The unit has a remote microphone and amplifier for increased flexibility
during learning sessions.
3) The on-board loudspeaker is provided to demonstrate many different
principles of both sound reproduction and vibration generation.
4) Features
• Remote micro module with microphone and amplifier
• Audio amplifier with low and high sensitivity inputs and adjustable level
• Loudspeaker
• Audio frequency generator (triangle, square).
• Derivator
• Piezoelectric vibration/acceleration sensor
• AC amplifier for vibration sensor
5) Exercises and study subjects:
• Acoustic wave pressure-to-voltage conversion: microphone
• Microphone characteristics and use
• The voltage-to-acoustic wave pressure transducer: loudspeaker
• Use of loudspeaker as a dynamic microphone
• Loudspeaker frequency response
• Characteristics of the piezoelectric vibra-tion sensors and related
amplifier
• Frequency response and resonance in the piezoelectric vibration sensor

Gambar SI-10.
Sound And Vibration Transducers

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 33


I. ULTRASONIC TRANSDUCER APPLICATIONS
1) This module consists of all the sub-assemblies required to study the
transmission, reception and use of ultra-sonic waves.
2) The student can gain experience in the properties of US waves, and also
easily study the Doppler Effect extensively used in security systems.
3) Features:
• Remote micro module with ultrasonic transmitter and frequency-
adjustable generator
• Ultrasonic receiver and AC amplifier
• Active Band pass filter
• Zero-cross detector and Shaper circuit for the received signal
(regenerator)
• Mixer of the original and regenerated signal to produce beating waves
(phase detector)
• Peak detector for the phase-shift waves
• Threshold comparator with variable hysteresis
• Latchable relay driver
4) Experiments and study subjects:
• Generation, reception, properties of US waves
• Phase-shift measurement
• Use of US waves to measure distances
• Use of the US waves to set up a Doppler-effect radar system
• Detection of movement, vibration, presence, by means of US waves
• Intruder alarm system with US waves

Gambar SI-11.
Ultrasonic Transducer Applications

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 34


J. POSITION CONTROL
1) This module includes a geared DC motor which operates a screw-driven
mechanism, ganged to the slide of a linear potentiometer.
2) A second linear potentiometer allows the setting the reference position.
3) This set-up enables the student to study the benefits and limitations of a
closed-loop position control system.
4) Features
• Mechanically simulated position system
• Summing node for the reference and feedback signals
• Loop amplifier, gain-adjustable
• Power amplifier/DC driver
• Power supply conditioner and control circuit
5) The module comes complete with a connection cable kit and extensive
instructions manual.
6) Experiments and study subjects:
• Characteristics of various transducers: linear potentiometer and gear
motor
• Set-up of a linear position control system
• System response versus loop gain
• Practical safety precautions for position systems: run limits, power
supply control and motor switch off to prevent motor stall

Gambar SI-12.
Position Control

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 35


K. VARIABLE-CAPACITANCE TRANSDUCERS
1) This module includes two of the many different types of variable-
capacitance transducers in industrial use, respectively a linear position
transducer and an air humidity sensor.
2) The signal from these sensors can be processed by combining the devices to
the appropriate on–board capacitance-to-frequency converter.
3) The RH sensor is mounted on a remote micro-module for increased
flexibility.
4) Features
• Air Relative Humidity transducer
• Linear variable capacitance transducer (LVCT), a device made up of
three coaxial metallic tubes. The outer fixed tube is a ground shield. The
inner fixed tube forms one part of the capacitor armature, while the
central tube, insulated from the first two is movable and acts as the
second half of the armature of the variable capacitor
• The linear position of the sliding cursor is translated into a capacitance
value and this, in turn, into a frequency value by means of an adjustable-
frequency CMOS oscillator
5) Experiments and study subjects:
• Characteristics of capacitive atmosphe-ric humidity sensors.
• Input-verses-output frequency response
• Set-up and use of a linear variable capacitance transducer

Gambar SI-13.
Variable-Capacitance Transducers

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 36


L. ON/OFF SENSORS AND ACTUATORS
1) This module is a collection of commonly used ON/OFF - input/output
devices.
2) The module allows the student to study the principle and use of these
transducers.
3) Features
• Reflective opto-switch and buffer amplifier
• Led indicator and driver circuit
• Piezo-ceramic Beeper and driver circuit
• Electromechanical relay, DC coil, 1 switchover contact.
• Two-coil reed relay.
• Hall effect sensor switch and output buffer
• Testing arrangement for Hall effect sensor:
• Proximity switch, inductive type
• Solenoid, as a sample of electrical to mechanical output actuator
• Electronic switch, consisting of a TRIAC with opto-insulated control
device. An arrangement to drive AC and DC loads is also included.
4) Experiment and study subjects:
• All the items of this module are of a quite general use in the industry. The
student is made to become quickly acquainted with their principle of
operation, characteristics and limits of use.

Gambar SI-14.
On/Off Sensors And Actuators

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 37


M. AIR FLOW TRANSDUCERS (VANE TYPE)
1) This module includes one of the most commonly used flow sensors, the
Rotary vane-type flow meter.
2) The module is conceived to allow the student to study and gain experience
in the use and limitations of these devices.
3) Features
• Variable-speed small size fan, driven by DC motor
• Rotary vane flow meter, of the type commonly used for liquids (turbine)
and gases (anemometer)
• Frequency-to-voltage converter circuit, to produce a DC signal
proportional to the flow rate
4) Experiment and study subjects:
• The items of this module are of a quite general use in the industry. The
student is made to become quickly acquainted with their principle of
operation, characteristics and limits of use.

Gambar SI-15.
Air Flow Transducers (Vane Type)

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 38


N. DIFFERENTIAL PRESSURE TRANSDUCER
1) This module includes an advanced solid-state, semiconductor-type
transducer and facilitates the impression of given differential pressures for
testing purposes. Adequate electronic interfacing circuits are also provided.
2) The module is conceived to allow the student to study and gain experience
in the use and limitations of these devices.
3) Features
• A compact semiconductor type of pressure sensor, for ultra-low
differential or absolute measurement
• The instrument is tested by connecting its two ends to the two ends of a
transparent PVC pipe where a small amount of water is placed
• By impressing a measurable level difference in the two legs of the U
shaped pipe, a precise pressure difference can be placed across the
sensing device
• Instrumentation amplifier, producing a voltage signal proportional to the
differential pressure
4) Experiment and study subjects:
• The items of this module are of a quite general use in the industry. The
student is made to become quickly acquainted with their principle of
operation, characteristics and limits of use.

Gambar SI-16.
Differential Pressure Transducer

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 39


O. ROTATIONAL POSITION ENCODERS
1) The module is an educational version of an industrial type optical encoder.
2) This allows the student to study the function and use of this type of device
3) Features
• Hand-driven rotating transparent plastic disk, which has darkened
(blinded) segments and sectors, that obscure a set of 5 phototransistors
placed beneath the disk
• The encoder is illuminated by a set of 5 LED lamps from above
• Absolute decoder, with a 7-segments display
• Relative decoder
• Up/down step counting logic and display
• Reset pushbutton
• The relative encoder circuit is also equipped with step doubler and
quadrupler and relevant display (micro steps)
4) Experiment and study subjects:
• The items of this module are of a quite general use in the industry. The
student is made to become quickly acquainted with their principle of
operation, characteristics and limits of use.

Gambar SI-17.
Rotational Position Encoders

P. LINEAR VARIABLE DIFFERENTIAL TRANSFORMER


1) The module includes a LVDT device, which is now a widely used sensor
for measuring distances.
2) This device is a precision AC-driven transducer, used in the industry field
to measure from a fraction of a millimeter, to several centimeters.
3) The LVDT mounted on the module has a convenient positioning
arrangement for the mobile part. This is in order to facilitate its use.
4) Features

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 40


• Special LVDT construction made especially for didactic use
• Graduated reference scale
• On-board electronics with Wien-bridge precision oscillator, synchronous
converter and op-amp rectifiers
5) Experiment and study subjects:
• The LVDT is equipped with sophisticated electronic conditioning
circuits.
• The student is made to become quickly acquainted with their principle of
operation, characteristics and limits of use.
• The on-board electronics is organized in clear functional blocks with test/
measurement points so that the whole conversion process for the LVDT
signal can be experimented

Gambar SI-18.
Linear Variable Differential Transformer

Q. BARGRAPH V-METER
1) This is a micro module designed to complement the operation of the major
modules of the trainer.
2) It is a handy visual aid to indicate Voltage levels.
3) The micro-module is equipped with 10-Led bargraph array indicator.
4) Features
• 10-Led bargraph display
• Input level from 0 to 10V DC
• Adjustable span control

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 41


Gambar SI-19.
Bargraph V-Meter

R. AC MOTOR CONTROL
1) The module includes an AC micro-motor and drive circuit. It is designed to
allow the student to study the applications, principles and limitations of
these transducers.
2) The panel includes a variable-frequency, digital PWM sine/square signal
generator that is used as a pilot signal for the power driver stage.
3) The power driver stage produces the two voltages for the motor phases.
4) An optical encoder is supplied to measure motor speed.
5) Features:
• Two-phase AC micro-motor
• Variable-frequency clock generator
• Digital sine/square signal generator
• Pulse conditioners
• Power output stages
6) Experiment and study subjects:
• The motor
• Motor driving techniques
• Timing generation stage
• EPROM address generation
• Synthesized wave shapes
• Operation of the drive with square-waves
• Operation of the drive with sine-waves

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 42


Gambar SI-20.
Ac Motor Control

S. STEPPER MOTOR CONTROLS


1) The module includes the step-by-step motor and the electronic drive circuit,
to enable the experimentation and investigation of the SXS control
technique and the typical characteristics of these motors.
2) The motor is provided with a shaft position indicator. This facilitates the
study of motor positioning, take-in point, loss of step.
3) The electronic section includes a phase-signal generator and power drive
stage. The motor can be operated manually in single-steps or sequentially
from an on-board clock generator.
4) The module also includes a PC data link for full remote operation. A
software package is provided with the trainer for this purpose.
5) Features
• Small size step-by-step motor
• Variable-frequency clock generator
• Phase-signal generator
• Manual or sequential operation
• PC interface for remote operation
6) Experiment and study subjects:
• Construction and functional characteristics of the step-bystep motor
• Full and half step operation
• Control diagram developing
• Driver logic developing
• Remote operation under PC control
• Operation at various speed
7) The module comes complete with a connection cable kit, 2 software
packages and an extensive instruction manual

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 43


Gambar SI-21.
Stepper Motor Controls

T. LEVEL MEASUREMENT TRANSDUCERS


1) The module consists of two sections; the first is the hydraulic part, which
includes two small tanks and a level transducer unit.
2) The second is an electronic module, which is interfaced with the sensing
unit and includes the signal conditioners for the transducers.
3) This training module facilities the study and experimentation of the most
common techniques for liquid level measurement.
4) Features:
• Transparent plastic tank with three different level transducers. The tank
is held at adjustable height by a base stand
• A second plastic tank, also equipped with adjustableheight base stand
• A flexible plastic interconnecting pipe with a tap joins the two tanks. This
facilitates the performing of the experimental measurements
• Float/Rheostat level transducer
• Linear Variable Capacitance level transducer
• Resistive Bridge level transducer
• Float/Rheostat transducer interface circuit and signal conditioner
• LVCT interface
• Resistively Bridge interface and conditioner
• 2-setpoint comparator and ON/OFF latching logic
• Output actuator (relay)
5) Experiment and study subjects:
• Study of principle of operation and construction characteristics of three
types of level transducers
• Signal interfacing and conditioning for these transducers
• Study of a two point measurement threshold circuit
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 44
Gambar SI-22.
Level Measurement Transducers

U. LINEAR MOTOR
1) The module includes a stepping linear actuator and the electronic drive
circuit to allow the experimentation and investigation of the basic
characteristics of the motor.
2) The motor is provided with a position indicator, this facilitates the study of
motor positioning, take-in point, loss of step.
3) The electronic section includes a phase-signal generator and power drive
stage. The motor can be operated manually in single-steps or sequentially
from an on-board clock generator.
4) The module also includes a PC data link for full remote operation. A
software package is provided with the trainer for this purpose.
5) Features:
• Small-size linear motor
• Power drive
• Phase-signal generation from a PC through a data link
• Manual operation in steps or continuous mode, by means of an on- board
adjustable frequency generator.
6) Experiment and study subjects:
• Construction and functional characteristics of step-by-step motors
• Full-step and half-step operation
• Control diagram developing
• Driver logic developing
• Remote control
• Operation at various speeds
7) The module comes complete with a connection cable kit, 2 software
packages and an extensive instruction manual.

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 45


Gambar SI-23.
Linear Motor

V. PC INTERFACE MODULE
1) The unit demonstrates the architecture and organization of a
microprocessor-based control system, which may be interfaced with the
other trainers of the series to produce more complex systems.
2) The trainer is used in conjunction with a PC, and creates an intelligent
interface to the experiment modules, for the purpose of collecting data, pre-
setting analog and digital outputs and sampling input terminals.
3) It can also be used as a general-purpose microcomputer system to
experiment software developed by the students.
4) Features:
• Microcomputer unit, based around a CMOS microprocessor of the Z80
family, the Z84C00-06. RAM and EPROM and respectively 64k and
64kbits expandable to 256+256k
• Universal Synchronous/Asynchronous Receiver Transmitter to
implement a serial data link with the host PC
• 8 analog inputs, with multiplexer and A/D converter. The analog inputs
are jumper-programmable to operate in the range 0-5V, 0-10V, -10 to
+10V
• 8 digital inputs, TTL level
• 8 analog outputs, with D/A converter and demultiplexer. The analog
outputs are jumper-programmable to provide levels in the range 0-5V, 0-
10V, -10 to +10V
• 8 digital outputs, with open-collector transistors

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 46


Gambar SI-24.
PC Interface Module

W. POWER SUPPLY
1) This power supply is implemented in a desk-top cabinet enclosure
2) Stabilized +5, -5V outputs
3) Stabilized +15, -15V outputs
4) Stabilized 2 to +20V output
5) Stabilized 2 to -20V output
6) Max nominal current of 500mA on each output
7) AC outputs 0-15-30V (fuse protected 2A)
8) The power supply operates from the AC mains: 110 to 250V, 50-60Hz (to
be specified while ordering).

Gambar SI-25.
Power Supply
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 47
Lampiran-3.1 Digital Logic Lab Trainer-16 Bits

PRODUCT SPECIFICATION POWER SUPPLY


 Adjustable DC Power Supply
a. Voltage Range : +3V ~ +15V / -3V ~ -15V
b. Maximum Current output : 0.5A
c. Output overload protection
 Fixed DC Power Supply
a. Voltage Range : +5V, 1.5A; -5A, 0.3A
b. Output overload protection.
PULSE GENERATOR
All signal generators have independent & simultaneous TTL & CMOS level output
terminal. CMOS level output range from ±1.5V to ±15V & is controlled from the
voltage adjustment knob of the Adjustable DC Power Supply.
Pulse generator : Frequencies : 1 Hz ~ 10 Hz, 10 Hz ~ 100 Hz, 100 Hz ~ 1 kHz ; 1
kHz ~ 10 kHz, 10 kHz ~ 100 kHz, 100 kHz~ 1 MHz.
DATA SWITCH
16 sets of data switches PULSE SWITCH 2 sets of independence control output
Each set with Q, Ǭ output, pulse width > 5ms Each set of switch with DEBOUNCE
circuit Fanout : 10 TTL load DISPLAY LOGIC INDICATOR 16 sets of
independent LED indicates high and low logic state Input impedence < 100kΩ.
DIGITAL DISPLAY
2 sets of independent 7-segment LED display With BCD, 7-segment decoder/driver
Input with 8-4-2-1 code.. EXPERIMENT TOPICS : Basic Logic Gates Exclusive
OR and Exclusive NOR Gates Boolean Algebra Arithmetic Logic Unit NAND &
NOR Gates AND-OR-Inverter (A-O-I) Gate.

Gambar SAD AD-1.


Digital Logic Lab Trainer-16 Bits

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 48


Lampiran-3.2 Analog Digital Trainer-16 Bits

FOUR CHANNEL ADAPTOR


Interconnected with 2820 tie points nickel plated contact, fitted all DIP sizes and
all components with lead and solid wire AWG # 22-30 (0.3-0.8mm). It can be
changed and replaced for different purpose and can be connected with
demonstration panel. Therefore, it is very convenient for both teachers and students.
Both of the 2 banana sockets' & 2 BNC jacks' point tips are changeable. It is suitable
to be connected with peripherals.
DC POWER SUPPLY
2 DIGITS OF 7 SEGMENTS LED DISPLAY
Fixed DC output : ±5V, 1A Variable DC output : 0V to ± 15V, 1 A
( i ) Output display
• Numerical designs and resultant displays
( ii ) Function Tables
POTENTIOMETERS
2 PULSE SWITCHES
Variable Resistor VR1 = 1k Variable Resistor VR2 = 100k With 2 sets of output
(Ᾱ, A, B, B) ] 2pcs push buttons contain switches debouncer for eliminating the
bounce caused by switch from open to close / FUNCTION GENERATOR
UNIVERSAL CONNECTOR FIXED HOLDER
(A) Frequency range : 1Hz -10Hz : 10Hz -100Hz : 100Hz -1kHz : 1kHz -10kHz :
10kHz -100kHz; (B) Amplitude : Sine wave output 0 - 10 Vpp variable : Triangle
wave output 0 - 10 Vpp variable : Square wave output 0 - 10 Vpp variable : TTL
mode output 5 Vpp.. It reserves universal connector fixed holder on the panel in
order to be connected with various universal connectors, which are available as
below as optional item :
 Straight header 60 pin
 Card edge connector 2.54 mm 62 pin
 D sub 25 pin connector, male & female.

Gambar SAD AD-2.


Analog Digital Trainer-16 Bits
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 49
Lampiran-3.3 NEW & RENEWABLE ENERGY
1. Smart Grid Trainer
 It is possible to conduct experimental practice on the principle and operational
control of the smart-grid intelligent power network system applied to industrial
sites
 It is possible to measure and control in real time the power consumption of
households, plants, buildings and charging stations by using the power source of
local generators in case of the short circuits and overloading of commercial
power sources through transmission/transformation controllers
 Indicate the current status and flow of power supply on the LED display and
reverse the flow of power supply on the LED display in case the power
consumption of household lamps is greater than the power production.
 Control the power consumption of household devices with smart grid
controllers, and, in case the power source turns off for a certain time, manage the
entire power and store the data for the main server PC's by cutting off the standby
power and using various interfaces (Zigbee, PLC, TCP/IP, Wireless LAN,
RS485 etc.).
 It is possible to establish the web server through TCP/IP and to monitor in real
time through the external environment.

Gambar SAD AD-2.


Smart Grid Trainer

 Optional :
1.1 PLC Module
•PLC
- Processor : PL3120 Transceiver
- Clock : 10MHz
- Communication Channel : PLC
- LonMaker : PL3120 F/W Porgramming
- Switch : Service S.W, Reset S.W
- Power LED : 1 EA
- Status LED : 3EA
- Interface: RS232C, GPIO Port
- 32 Pin : 2EA
- Power Adaptor : PL3120 (USB To PLC)

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 50


1.2 Smart Grid Operating Software

Gambar SAD AD-2.


Smart Grid Operating Software

2. Smart Grid Trainer


 It is possible to conduct experimental practice on the principle and operational
control of the smart-grid intelligent power network system applied to industrial
sites
 It is possible to measure and control in real time the power consumption of
households, plants, buildings and charging stations by using the power source
of local generators in case of the short circuits and overloading of commercial
power sources through transmission/transformation controllers
 Indicate the current status and flow of power supply on the LED display and
reverse the flow of power supply on the LED display in case the power
consumption of household lamps is greater than the power production.
 Control the power consumption of household devices with smart grid
controllers, and, in case the power source turns off for a certain time, manage
the entire power and store the data for the main server PC's by cutting off the
 standby power and using various interfaces (Zigbee, PLC, TCP/IP, Wireless
LAN, RS485 etc.).
 It is possible to establish the web server through TCP/IP and to monitor in real
time through the external environment. •In case of the short circuit at a specific
position during power supply, it is possible to trace and check the position. In
case of +,- connection error during wiring, inform users of the error through a
buzzer.

Gambar SAD AD-2.


Smart Grid Trainer
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 51
3. New & Renewable Energy Trainer
 Fundamental principle on how light changes into electrical energy and each
element in photovoltaic system
 Practical practice from solar cell characteristics to Stand alone type photovoltaic
generation system and grid-connected type photovoltaic generation system
construction
 Electric and physical properties of various PV Cell and Module
 Checking I-V curve of PV module by using I-V curve tracer function
 Experiment for characteristics of stand-alone inverter, grid connected inverter
 Practical experiment for connection of series and parallel circuit in PV cell and
PV module
 Measuring practice for PV generation efficiency characteristics of elevation and
azimuth
 RS-485, Zigbee, PLC through the measurement of the practice helps to safely
and conveniently

Gambar SAD AD-2.


New & Renewable Energy Trainer

4. Renewable Energy Trainer (Low Cost


 All the modules at the stages of enegry production and processing are integrated
and it is possible to measure the energy efficiency during the processes of energy
production and conversion.
 It is possible to conduct the extended practice of new renewable energy by using
the characteristic experiments of solar energy and such additional option
modules as wind power and fuel cells.
 Since AC/DC voltmeters and amperemeters are available, It is possible to
confirm the values during the stage of energy conversion without separate
measuring instruments.
 It is possible to install driven loads to directly test produced energy.
 Fabricate the module type so that the circuit may be wired and composed freely.
 Provide a separate output port so that users may connect directly the loads except
for basic driving parts.

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 52


 Provide the function of charging fast the consumed batteries during the practice.
(the built-in protection circuit operated in case of battery short circuiting)
 It is possible to establish the ubiquitous environment and conduct various
application practices by using Zigbee & PLC.

Gambar SAD AD-2.


Renewable Energy Trainer (Low Cost)

Gambar SAD AD-2.


Renewable Energy Trainer (Low Cost)

5. Stand alone type Solar Photovoltaic Trainer


 PV cell characteristics, series and parallel connection of PV cell using the
module necessary for standalone type photovoltaic practice
 Practice on on-site system configuration by using by-pass diode, load module,
digital multi meter, illuminometer, thermometer, charge controller, inverter,
battery, artificial illumination and scale

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 53


Gambar SAD AD-2.
Stand alone type Solar Photovoltaic Trainer

6. Energy Conversion Trainer


 Test and practice for converting given electric energy into other types of electric
energy to the required application.
 Consisting of boosting trans and coercion trans circuit that boosts and lowers
voltage of alteration current
 Consisting of single phase of half-wave rectifier circuit, single phase of bridge
erctifier circuit, 3 phase half-wave rectifier circuit and 3 phase of bridge erctifier
circuit
 Fixes step-down power circuit and variable step-down power circuit that can
convert into the proper voltage for using electrical appliances by utilizing given
direct power.
 DC-DC inverter and DC-AC inverter circuit that can generate alternating current
by using PV cell or battery as a power.
 Adding various control functions such as inverter designed for the purpose of
speed control of 3 phase of electric motor soft start and soft power off.

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 54


Gambar SAD AD-2.
Energy Conversion Trainer

7. ON-GRID Photovoltaic & Power Inverter System


 It is possible to conduct in real time the web monitoring of 800W-class
independent solar system and exercise the theory and practice through learning
of generation principles and control of maintenance and repair.
 The solar generation system is designed for easy understanding of the principles
of generation due to construction of the 3 separate parts of power generation,
power storage and power consumption on the 19” rack panel.
 Attachment of PC monitoring/control system (web controller, inverter, charged
controller, overcharged cut-off relay, voltmeter, amperemeter)
 It is possible to display with PDP the current status of generation using Web
monitoring S/W.

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 55


Gambar SAD AD-2.
ON-GRID Photovoltaic & Power Inverter System

8. Solar Tracker
 It is possible to display in real time through the PC monitoring system the PLC-
based position tracing and operation conditions of the system for practice of solar
generation.
 Maintain and control at optimum conditions the azimuth and altitude of solar
electronic panels by tracing the position of the sun which constantly changes
during each hour and season.
 Tracker (2-axis PLC control) can drive independently without an external power
source since an automatic charging system and above-600W-class inverters are
built in it.
 By applying Embedded Monitoring System, it is possible to control and monitor
in real time the equipment through 7” Touch TFT LCD and to monitor the
voltage, electric current, current generation amount and cumulative generation
amount of PC-based solar generation.
 It is possible to monitor in real time the performance measurement of PV and
sunlight, the measurement of voltage, electric current and wattage, and the data
for measurement of I-V-P characteristic curve by supplying electronic
instruments and load equipment.
 It is possible to confirm in real time the wattage through the digital/analog
integrating wattmeter on the equipment panel and to practice the analysis and
operational characteristics of the wattage caused by overload of the input power
source.
 It is possible to conduct the control and data collection (providing PLC option)
of communication by using ZigBee and RS485 communication and to remote-
monitor the amount of generation by means of Embedded Linux Web Server.

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 56


Gambar SAD AD-2.
Solar Tracker

9. Hybrid Inverter Trainer (1.5Kw)


 It is possible to practice the principles and conceptual principles of
1.5KW hybrid grid-connected inverter system for the new renewable
energies of wind power generation and solar generation.
 It is possible to practice indoors the use of 400W wind power generator
(Option) and solar modules as the output power source of new
renewable energy.
 It is possible to construct circuits by connecting them to the panel with
4Φ cable and operate various loads by using load-exchange fluorescent
lamps and motor AC outlets

10. Wind Power Generation Trainer


 Characteristic experiments on the principle of wind power generation and the
use of wind power energy.
 Controlling/monitoring of equipment by using RS-485 and Zigbee /PLC
Modules.
 It is possible to practice the control and real- time monitoring of equipment
through 4.3”Touch TFT LCD by applying Embedded Monitoring System. In
order to understand the drive principle of wind power generators and confirm
with naked eyes the process of producing electricity, the inside is fabricated into
the open type of DSC03233 by installing a generator, a rotor and a drive motor
in a transparent acrylic.
 A airflow volume sensor is attached to the front side of rotor to measure /analyze
the RPM and airflow volume.
 An inverter, a charged controller, and batteries are located inside the equipment.
 Provide various practice solutions ranging from the mechanical structure of a
wind power generator to the generation principle by driving the load equipment
with the power generated in real time.

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 57


 It is possible to conduct the control and data collection (providing PLC option)
of communication by using ZigBee and RS485.

Gambar SAD AD-2.


Wind Power Generation Trainer

11. Hydrogen Fuel Cell Trainer


 It is possible to monitor in real time the voltage and current of hydrogen power
generation by using PC's.
 it is possible to practice the principle and structure of hydrogen fuel cells for
conversion of new renewable energy to electrical energy.
 It is possible to measure the voltage and current of every PEM Fuel Cell and
practice the electricity production.
 It is possible to practice the energy generation based on sunlight.
 It is possible to practice LabVIEW-based monitoring and analyze the data.
 Support the solid-polyer-type fuel cell stack which can generate a total of 2W.
(200mW every cell, a total of 10 cells)
 Support the 15W-class electrolytic bath to generate hydrogen/oxygen by
electrolysis.

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 58


Gambar SAD AD-2.
Hydrogen Fuel Cell Trainer

12. Solar Photovoltaic & Fuel Cell Trainer


 Electrolyser : 10W
 Fuel Cell : 1.2W
 Solar Module : 2.0 V/1.0 A
 Power : DC 5.0V/1.2 A
 FAN (Load) : 10mW
 Lighting : 300W
 Size : about 650(H)×800(W)×300(D)mm.

Gambar SAD AD-2.


Solar Photovoltaic & Fuel Cell Trainer

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 59


Implementasi Load Cell (Strain Gage)
untuk Pengujian Kendaraan Bermotor (Axle Load Test)

Suatu sistem pengukuran gaya berat menggunakan load cell (strain gage) diaplikasikan
pada Pengujian Kendaraan Bermotor (axle load test) Berbasis Komputer; seperti
ditunjukkan pada diagram blok berikut.

Sistem axle load test terdiri atas beberapa bagian, yaitu transducer load cell, penguat
transducer, ADC 8 bit, interface PPI 8255, dan komputer. Jenis load cell yang
digunakan pada axle load test adalah model T66 dengan kemampuan ukur maksimum
sebesar 3.000 kg, rated output 2 mV/V ± 0,25%, combined error < ± 0,05%, beban
lebih yang aman 150%. Tahanan masukan 380 Ω, tahanan keluaran 350 Ω, dan
tegangan suplai 10 Volt. Sinyal keluaran dari load cell berupa tegangan analog.

Penguat transducer menggunakan IC (Integrated Circuit) tipe LM1458 yang


memadukan dua buah rangkaian op-amp, yaitu penguat beda dan penguat penjumlah.
Penguat beda tersebut berfungsi menguatkan selisih sinyal tegangan analog yang
dihasilkan oleh load cell. Tegangan keluaran dari penguat beda dijumlahkan, dikuatkan
kembali dan dibalik polaritasnya pada penguat penjumlah. Besarnya penguatan diatur
melalui suatu tahanan variabel (VR2) yang dipasang pada titik masukan dan keluaran.

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 60


Komunikasi antara komputer dengan peralatan luar tambahan memerlukan peralatan
interface yaitu berupa piranti input-output (I/O). Interface card tersebut menggunakan
IC PPI 8255 (Programmable Peripheral Interface). IC tersebut mempunyai 24 bit I/O
yang terorganisasi menjadi 3 port 8 bit dengan nama A, B, dan C. Pada modifikasi ini
yang digunakan adalah port A yang berfungsi sebagai masukan. Alokasi alamat yang
digunakan pada slot ekspansi komputer IBM atau kompatibel adalah alamat 2F0H-
2F7H. Alokasi alamat tersebut bertujuan untuk menghindari konflik dengan peralatan
yang lain. Data hasil konversi dari ADC dibaca melalui port A Interface PPI 8255 dan
disimpan dalam memori register komputer.

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 61


Data yang ada dalam memori register komputer selanjutnya diolah dengan
menggunakan bahasa pemrograman Delphi. Versi yang digunakan adalah Delphi versi
6.0. Bahasa pemrograman Delphi merupakan bahasa pemrograman visual dan berbasis
objek serta mampu mengolah data dalam bentuk database. Tampilan hasil pengukuran
pada komputer dirancang dalam bentuk windows. Data hasil pengukuran selain dapat
ditampilkan juga dapat disimpan menjadi sebuah database.

Sinyal keluaran dari penguat transducer yang bersifat analog diubah menjadi sinyal
digital oleh ADC. Jenis ADC yang digunakan adalah pendekatan berturutan, yaitu IC
tipe ADC0804 dengan keluaran data 8 bit sehingga diperoleh kombinasi sebanyak 256
tingkat. Sinyal analog dari penguat transducer diumpankan pada pin 6 ADC. Proses
pengambilan data selalu diawali dengan pemberian pulsa tinggi pada pena 3 (WR) yang
diambil dari pembangkit pulsa luar IC555 dengan frekuensi yang dapat diatur. Fungsi
dari pembangkit pulsa luar ini adalah mengatur kecepatan pengambilan data analog
oleh ADC. Jangkauan tegangan yang akan dibaca oleh ADC ditentukan pada kisaran
0-5 Volt dengan cara memasukkan tegangan sebesar 2,5 Volt pada pena 9 (1/2 Vref).
Lebar langkah masing-masing data tersebut adalah sebesar 5 V / 255 = 19 mV.
Pemberian clock pada chip cukup dengan memberi jaringan RC luar (pena 4 dan 19).
Kombinasi RC akan menghasilkan kecepatan konversi sebesar 100 µs. Tegangan 5 V
yang stabil untuk ADC diperoleh dari regulator tegangan.
Proses pengujian dilakukan dengan memberikan beban pada load cell pada harga
tertentu. Nilai yang ditampilkan dilayar komputer menunjukkan besarnya harga
terdekat dari objek yang diukur. Ketelitian alat uji ini adalah sebesar 11,7647 kg per
level (3.000 kg / 255). Nilai tersebut bersama dengan data kendaraan, seperti nama
pemilik, nomor polisi, nomor rangka, nomor mesin, jenis kendaraan, dan lain-lain
dicetak pada lembar hasil pengujian. Selain itu data tersebut juga disimpan dalam suatu
database, sehingga arsip hasil pengujian selalu tersimpan dan dapat digunakan
sewaktu-waktu.
Beban yang digunakan dalam pengukuran mempunyai kenaikan sebesar 20 kg dengan
beban tertinggi sebesar 300 kg. Perbedaan antara beban sebenarnya dengan beban yang
tertampil disebabkan jumlah bit yang digunakan adalah sebesar 8 bit. Untuk
meningkatkan ketelitian dimungkinkan dengan menambah jumlah bit, misal sebesar 16

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 62


bit. Tetapi jika digunakan untuk pengukuran beban dalam orde di atas 200 kg ke atas,
maka hal tersebut sudah cukup baik.

No. Beban (Kg) Tampilan (Kg)

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 63


Implementasi SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition)
untuk Monitoring dan Pengendalian Tenaga Listrik

Pengawasan (monitoring) dan pengendalian beban pada suatu sistem tenaga listrik dapat dilakukan
dengan Energy Management System (EMS), yaitu suatu cara untuk melakukan monitoring dan
analisis pemakaian energi listrik secara real time, baik untuk beban tenaga maupun beban
penerangan yang dikontrol melalui PC (Personal Computer).
Dalam implementasinya, EMS memanfaatkan sistem SCADA (Supervisory Control And Data
Acquisition), yang penerapannya di dalam jaringan distribusi lazim disebut Distribution Control
Centre (DCC) atau Unit Pengatur Distribusi (UPD). Sedangkan prinsip kerja sistem SCADA terdiri
dari tele signalling, tele control, tele measurement, serta sistem analisa data dan sistem penyajian
data.
Adapun sistem EMS mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut : .
1. Sistem monitoring, yaitu untuk mendapatkan kemudahan, dalam memonitor besarnya
pemakaian energi listrik (KWH), tegangan dan arus yang terpakai pada setiap saat (real time),
sehingga dapat diketahui biaya yang harus dibayar dalam rupiah (Telemetering)
2. Fungsi kontroling, untuk mengontrol pemakaian beban yang kita inginkan baik secara manual
maupun otomatis sesuai setting yang kita kehendaki secara jarak jauh (Telecommand)
3. Fungsi akunting, untuk menyimpan data hasil pemantauan aktifitas pemakaian energi listrik
yang sudah diolah oleh komputer.

Konfigurasi sistem peralatan yang digunakan adalah seperti ditunjukkan pada gambar 1, yaitu
sebagai berikut :
 CT (Current Transformer); 3 x 800/5 Amper; 50/5 Amper
 PT (Potential Transformer); 3 x 240/5 Volt
 Signal Converter
 Power Transducer
 ADC; 0808
 PPI
 PC (Personal Computer)
 Driver
 Aktuator dan lampu pilot indikator
 Printer.

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 64


Prinsip kerja peralatan adalah sebagai berikut :
 Untuk memonitor besarnya arus yang mengalir pada seluruh beban, maka data diambil dari CT
800/5 A yang sudah terpasang, kemudian diturunkan lagi melalui CT 50/5 A guna
mempermudah mengubah sinyal arus menjadi tegangan. Kemudian sinyal analog dari arus ini
diubah menjadi sinyal digital melalui ADC 0808 yang digunakan untuk memberi input arus
yang akan dimonitor oleh komputer. Demikian pula halnya dengan besaran tegangan jala-jala
sebelum masuk ke dalam Port A dari PPI harus masuk dulu ke signal converter tegangan,
sehingga outputnya sudah berupa tegangan dengan level 5 Vdc. Untuk pengukuran daya
dilakukan dengan menggunakan power transducer yaitu berupa KWH meter yang dihubungkan
ke alat pengubah menjadi sinyal digital kemudian masuk ke Port-port PPI sebagai input
 Sementara itu untuk Port B dari PPI digunakan untuk telecommand yang mana output dari PPI
ini masih berupa tegangan DC 5 V, sehingga harus dibantu dengan driver untuk mengerjakan
aktuator yang berupa kontaktor untuk melepas atau menutup beban.

Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :


 Dengan adanya EMS, maka pemakaian energi listrik dapat dikontrol sehingga menghindari
terjadinya trip akibat kelebihan beban
 Dapat memonitor pemakaian energi listrik setiap saat, sehingga akan menghindari melonjaknya
tagihan energi listrik setiap bulannya
 Dengan adanya EMS, maka kita dapat melakukan pengontrolan jarak jauh (telecommand) untuk
mematikan dan menyalakan beban sesuai dengan urutan prioritas
 Masih banyak jenis beban yang bisa dimatikan tanpa mengganggu aktifitas
 Trend pemakaian energi listrik masih sulit diprediksi (sering melebihi anggaran) sehingga perlu
dimonitor terus menerus
 Beberapa gangguan yang timbul adalah tripnya pemutus (PMT) akibat beban lebih
 Dengan adanya monitoring, dapat diketahui kelebihan beban dalam satu saluran apabila ada
penambahan baru, sehingga tidak akan terjadi gangguan yang bisa menimbulkan trip pada
saluran tersebut. Dan juga bisa membantu auditing data apabila terjadi penambahan daya.

Hasil monitoring untuk tegangan dapat dijelaskan pada tabel 1, sedangkan untuk arus
beban tampak pada tabel 2. Secara grafis dapat digambarkan pada gambar 2 untuk tegangan
dan gambar 3 untuk arus.

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 65


SISTEM SCADA

Apa manfaat SCADA bagi anda? SCADA bukanlah teknologi khusus, tapi lebih
merupakan sebuah aplikasi. Kepanjangan SCADA adalah Supervisory Control And
Data Acquisition, semua aplikasi yang mendapatkan data-data suatu sistem di
lapangan dengan tujuan untuk pengontrolan sistem merupakan sebuah aplikasi
SCADA!
Ada dua elemen dalam aplikasi SCADA, yaitu:
• Proses, sistem, mesin yang akan dipantau dan dikontrol dapat berupa power
plant, sistem pengairan, jaringan komputer, sistem lampu trafik lalu-lintas atau
apa saja
• Sebuah jaringan peralatan ‘cerdas’ dengan antarmuka ke sistem melalui sensor
dan luaran kontrol. Dengan jaringan ini, yang merupakan sistem SCADA,
membolehkan anda melakukan pemantauan dan pengontrolan komponen-
komponen sistem tersebut.
Sistem SCADA dapat dibangun dengan menggunakan berbagai macam teknologi
maupun protokol yang berbeda-beda.

Dimanakah SCADA Digunakan?


Anda dapat menggunakan SCADA untuk mengatur berbagai macam peralatan.
Biasanya, SCADA digunakan untuk melakukan proses industri yang kompleks
secara otomatis, menggantikan tenaga manusia (bisa karena dianggap berbahaya
atau tidak praktis, konsekuensi logis adalah PHK), dan biasanya merupakan proses-
proses yang melibatkan faktor-faktor kontrol yang lebih banyak, faktor-faktor
kontrol gerakan cepat yang lebih banyak, dan lain sebagainya, di mana
pengontrolan oleh manusia menjadi tidak nyaman lagi. Sebagai contoh, SCADA
digunakan di seluruh dunia misalnya untuk:
• Penghasil, transmisi dan distribusi listrik; SCADA digunakan untuk mendeteksi
besarnya arus dan tegangan, pemantauan operasional circuit breaker, dan untuk
mematikan / menghidupkan the power grid
• Penampungan dan distribusi air; SCADA digunakan untuk pemantauan dan
pengaturan laju aliran air, tinggi reservoir, tekanan pipa dan berbagai macam
faktor lainnya
• Bangunan, fasilitas dan lingkungan; Manajer fasilitas menggunakan SCADA
untuk mengontrol HVAC, unit-unit pendingin, penerangan, dan sistem
keamanan
• Produksi; Sistem SCADA mengatur inventori komponen-komponen, mengatur
otomasi alat atau robot, memantau proses dan kontrol kualitas
• Transportasi KA listrik; menggunakan SCADA bisa dilakukan pemantauan dan
pengontrolan distribusi listrik, otomasi sinyal trafik KA, melacak dan
menemukan lokasi KA, mengontrol palang KA dan lain sebagainya
• Lampu lalu-lintas; SCADA memantau lampu lalu-lintas, mengontrol laju trafik,
dan mendeteksi sinyal-sinyal yang salah.
Dan, tentunya, masih banyak lagi aplikasi-aplikasi potensial untuk sistem SCADA.
SCADA saat ini digunakan hampir di seluruh proyek-proyek industri dan
infrastruktur umum. Intinya SCADA dapat digunakan dalam aplikasi-aplikasi yang
membutuhkan kemudahan dalam pemantauan sekaligus juga pengontrolan, dengan

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 66


berbagai macam media antarmuka dan komunikasi yang tersedia saat ini (misalnya,
Komputer, PDA, Touch Screen, TCP/IP, wireless dan lain sebagainya).

Mengapa Menggunakan SCADA?


Coba sekarang pikirkan tanggung-jawab atau tugas anda di perusahaan, berkaitan
dengan segala macam operasi dan parameter-parameter yang akhirnya
mempengaruhi hasil produksi.
• Apakah peralatan Anda membutuhkan Catu Daya, suhu yang terkontrol,
kelembaban lingkungan yang stabil dan tidak pernah mati?
• Apakah anda perlu tahu secara real time status dari berbagai macam komponen
dan peralatan dalam sebuah sistem kompleks yang besar?
• Apakah anda perlu tahu bagaimana perubahan masukan mempengaruhi luaran?
• Peralatan apa saja yang perlu anda kontrol secara real time dari jarak jauh?
• Apakah anda perlu tahu dimanakah terjadinya kesalahan/kerusakan dalam
sistem sehingga mempengaruhi proses?

Pemantauan Dan Pengontrolan Secara Real Time Untuk Meningkatkan


Efisiensi Dan Memaksimalkan Keuntungan
Tanyakan beberapa poin tersebut sebelumnya, saya yakin Anda akan bisa
memperkirakan dimanakah Anda bisa mengaplikasikan SCADA. Bisa jadi Anda
akan berkata lagi “Terus ngapain? So What?”. Apa yang sebenarnya ingin Anda
ketahui adalah hasil secara nyata yang bagaimanakah yang bisa Anda harapkan
dengan mengaplikasikan SCADA?
Berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan dengan Sistem SCADA:
• Mengakses pengukuran kuantitatif dari proses-proses yang penting, secara
langsung saat itu maupun sepanjang waktu
• Mendeteksi dan memperbaiki kesalahan secara cepat
• Mengukur dan memantau trend sepanjang waktu
• Menemukan dan menghilangkan kemacetan (bottleneck) dan pemborosan
(inefisiensi)
• Mengontrol proses-proses yang lebih besar dan kompleks dengan staf-staf
terlatih yang lebih sedikit.

Intinya, sebuah sistem SCADA memberikan Anda keleluasaan mengatur maupun


mengkonfigurasi sistem. Anda bisa menempatkan sensor dan kontrol di setiap titik
kritis di dalam proses yang Anda tangani (seiring dengan teknologi SCADA yang
semakin baik, Anda bisa menempatkan lebih banyak sensor di banyak tempat).
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 67
Semakin banyak hal yang bisa dipantau, semakin detil operasi yang bisa Anda lihat,
dan semuanya bekerja secara real time. Tidak peduli sekompleks apapun proses
yang Anda tangani, Anda bisa melihat operasi proses dalam skala besar maupun
kecil, dan Anda setidaknya bisa melakukan penelusuran jika terjadi kesalahan dan
sekaligus meningkatkan efisiensi. Dengan SCADA, anda bisa melakukan banyak
hal, dengan ongkos lebih murah dan, tentunya, akan meningkatkan keuntungan!

Contoh Arsitektur SCADA

Bagaimana SCADA bekerja?


Sebuah sistem SCADA memiliki 4 (empat) fungsi, yaitu:
1. Akuisisi Data
2. Komunikasi data jaringan
3. Peyajian data
4. Kontrol (proses).

Fungsi-fungsi tersebut didukung sepenuhnya melalui 4 (empat) komponen


SCADA, yaitu:
1. Sensor (baik yang analog maupun digital) dan relai kontrol yang langsung
berhubungan dengan berbagai macam aktuator pada sistem yang dikontrol
2. RTUs (Remote Telemetry Units). Merupakan unit-unit “komputer” kecil (mini),
maksudnya sebuah unit yang dilengkapi dengan sistem mandiri seperti sebuah
komputer, yang ditempatkan pada lokasi dan tempat-tempat tertentu di
lapangan. RTU bertindak sebagai pengumpul data lokal yang mendapatkan
datanya dari sensor-sensor dan mengirimkan perintah langsung ke peralatan di
lapangan
3. Unit master SCADA (Master Terminal Unit-MTU). Ini merupakan komputer
yang digunakan sebagai pengolah pusat dari sistem SCADA. Unit master ini
menyediakan HMI (Human Machine Iterface) bagi pengguna, dan secara
otomatis mengatur sistem sesuai dengan masukan-masukan (dari sensor) yang
diterima
4. Jaringan komunikasi, merupakan medium yang menghubungkan unit master
SCADA dengan RTU-RTU di lapangan.

Sistem SCADA Paling Sederhana Di Dunia!


Sistem SCADA yang paling sederhana yang mungkin bisa dijumpai di dunia adalah
sebuah rangkaian tunggal yang memberitahu anda sebuah kejadian (event).
Bayangkan sebuah pabrik yang memproduksi pernak-pernik, setiap kali produk
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 68
pernak-pernik berhasil dibuat, akan mengaktifkan sebuah saklar yang terhubungkan
ke lampu atau alarm untuk memberitahukan bahwa ada satu pernak-pernik yang
berhasil dibuat.
Tentunya, SCADA bisa melakukan lebih dari sekedar hal sederhana tersebut.
Tetapi prinsipnya sama saja, Sebuah sistem SCADA skala-penuh mampu
memantau dan (sekaligus) mengontrol proses yang jauh lebih besar dan komplek.

Akuisisi Data
Pada kenyataannya, Anda membutuhkan pemantauan yang jauh lebih banyak dan
kompleks dari sekedar sebuah mesin yang menghasilkan sebuah produk (seperti
contoh sebelumnya). Anda mungkin membutuhkan pemantauan terhadap ratusan
hingga ribuan sensor yang tersebar di seluruh area pabrik. Beberapa sensor
digunakan untuk pengukuran terhadap masukan (misalnya, laju air ke reservoir),
dan beberapa sensor digunakan untuk pengukuran terhadap luaran (tekanan, massa
jenis, densitas dan lain sebagainya).
Beberapa sensor bisa melakukan pengukuran kejadian secara sederhana yang bisa
dideteksi menggunakan saklar ON/OFF, masukan seperti ini disebut sebagai
masukan diskrit atau masukan digital. Misalnya untuk mengetahui apakah sebuah
alat sudah bekerja (ON) atau belum (OFF), konveyornya sudah jalan (ON) atau
belum (OFF), mesinnya sudah mengaduk (ON) atau belum (OFF), dan lain
sebagainya. Beberapa sensor yang lain bisa melakukan pengukuran secara
kompleks, di mana angka atau nilai tertentu itu sangat penting, masukan seperti ini
disebut masukan analog, bisa digunakan untuk mendeteksi perubahan secara
kontinyu, misalnya pada tegangan, arus, densitas cairan, suhu, dan lain sebagainya.
Untuk kebanyakan nilai-nilai analog, ada batasan tertentu yang didefinisikan
sebelumnya, baik batas atas maupun batas bawah. Misalnya, anda ingin
mempertahankan suhu antara 30 dan 35 derajat Celcius, jika suhu ada di bawah atau
di atas batasan tersebut, maka akan memicu alarm (baik lampu dan/atau bunyinya).
Terdapat empat alarm batas untuk sensor analog: Major Under, Minor Under,
Minor Over, dan Major Over Alarm.

Komunikasi Data
Dari contoh sederhana pabrik pernak-pernik, yang dimaksud ‘jaringan’ pada kasus
tersebut adalah sekedar kabel yang menghubungkan saklar dengan panel lampu.
Kenyataannya, seringkali anda ingin memantau berbagai macam parameter yang
berasal dari berbagai macam sensor di lapangan (pabrik), dengan demikian Anda
membutuhkan sebuah jaringan komunikasi untuk melakukannya.
Pada awalnya, SCADA melakukan komunikasi data melalui radio, modem atau
jalur kabel serial khusus. Saat ini data-data SCADA dapat disalurkan melalui
jaringan Ethernet atau TCP/IP. Untuk alasan keamanan, jaringan komputer untuk
SCADA adalah jaringan komputer lokal (LAN - Local Area Network) tanpa harus
mengekspos data-data penting di Internet.
Komunikasi SCADA diatur melalui suatu protokol, jika jaman dahulu digunakan
protokol khusus yang sesuai dengan produsen SCADA-nya, sekarang sudah ada
beberapa standar protokol yang ditetapkan, sehingga tidak perlu khawatir masalah
kecocokan komunikasi lagi.
Karena kebanyakan sensor dan relai kontrol hanyalah peralatan listrik yang
sederhana, alat-alat tersebut tidak bisa menghasilkan atau menerjemahkan protokol
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 69
komunikasi. Dengan demikian dibutuhkan RTU yang menjembatani antara sensor
dan jaringan SCADA. RTU mengubah masukan-masukan sensor ke format
protokol yang bersangkutan dan mengirimkan ke master SCADA, selain itu RTU
juga menerima perintah dalam format protokol dan memberikan sinyal listrik yang
sesuai ke relai kontrol yang bersangkutan.

Gambar Contoh Jaringan pada Sistem SCADA

Penyajian Data
Untuk kasus pabrik pernak-pernik kita, satu-satunya tampilan adalah sebuah lampu
yang akan menyala saat saklar diaktifkan. Ya, tentu saja kenyataannya bisa puluhan
hingga ratusan lampu, bayangkan siapa yang akan Anda minta untuk mengawasi
lampu-lampu tersebut, emangnya lampu hiasan? Bukan kan?
Sistem SCADA melakukan pelaporan status berbagai macam sensor (baik analog
maupun digital) melalui sebuah komputer khusus yang sudah dibuatkan HMI-nya
(Human Machine INterface) atau HCI-nya (Human Computer Interface). Akses ke
kontrol panel ini bisa dilakukan secara lokal maupun melalui website. Bahkan saat
ini sudah tersedia panel-panel kontrol yang Touch Screen. Perhatikan contoh-
contoh gambar dan penjelasan pada STUDI KASUS.

Contoh akses SCADA melalui website KONTROL

Sayangnya, dalam contoh pabrik pernak-pernik kita tidak ada elemen kontrol.
Baiklah, kita tambahkan sebuah kontrol. Misalnya, sekarang operator juga memiliki
tombol pada panel kontrol. Saat dia klik pada tombol tersebut, maka saklar di pabrik
juga akan ON.
Okey, jika kemudian Anda tambahkan semua kontrol pabrik ke dalam sistem
SCADA melalui HMI-nya, maka Anda mendapatkan sebuah kontrol melalui
komputer secara penuh, bahkan menggunakan SCADA yang canggih (hampir
semua produk perangkat lunak SCADA saat ini sudah canggih-canggih) bisa
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 70
dilakukan otomasi kontrol atau otomasi proses, tanpa melibatkan campur tangan
manusia. Tentu saja, Anda masih bisa secara manual mengontrolnya dari master
stasion.
Tentunya, dengan bantuan SCADA, proses bisa lebih efisien, efektif dan
meningkatkan profit perusahaan.

Bagaimana mengevaluasi Sistem dan Perangkat Keras SCADA?


Okey, sekarang persoalannya adalah petunjuk bagaimana memilih dan memilah
sistem SCADA yang baik. Apalagi sistem SCADA akan Anda gunakan hingga 10
sampai 15 tahun yang akan datang, tentunya Anda harus mencari produk-produk
yang terkenal reputasinya. Namun hal ini akan berdampak pada investasi yang
harus dilakukan, sebuah produk dengan reputasi handal dan terkenal tentu harganya
jauh lebih mahal dibandingkan produk-produk SCADA baru yang saat ini mulai
banyak bermunculan.
Ada beberapa hal penting yang perlu Anda perhatikan, antara lain:
• Anda bisa menghabiskan masa depan pabrik dengan ongkos berlebih yang tidak
perlu
• Kadangkala setelah menghabiskan dana yang sangat besar, akhirnya Anda hanya
mendapatkan sebuah sistem yang kurang atau bahkan tidak memenuhi apa yang
diinginkan
• Atau barangkali saat ini sistem betul-betul memenuhi kebutuhan, tetapi tidak
untuk pengembangan masa depan.

Catatan singkat mengenai Sensor dan Jaringan


Sensor dan relai kontrol merupakan komponen yang penting. Tentu saja, ada
beberapa sensor yang lebih baik daripada lainnya, namun tersedianya data sheet
untuk sebuah sensor akan membantu Anda mengenali lebih detil dari sensor yang
bersangkutan, sehingga Anda bisa memilih mana yang terbaik.
Sebuah jaringan (LAN/WAN) berbasis TCP/IP merupakan jaringan yang mudah
digunakan, dan jika pabrik Anda belum semuanya memiliki jaringan, transisi ke
jaringan LAN bisa jadi merupakan tujuan jangka panjang perusahaan. Namun Anda
tidak perlu langsung menerapkan jaringan LAN semuanya untuk mendapatkan
keuntungan dari penggunaan SCADA. Sistem SCADA yang baik akan mendukung
jaringan lama Anda dan jaringan LAN, sehingga Anda bisa melakukan transisi
secara bertahap.
Berikut disampaikan beberapa petunjuk (dari pengalaman dan beberapa rujukan
dari online maupun offline) dalam membangun sistem SCADA terutama masalah
pemilihan RTU dan MTU.

Apa yang perlu Anda perhatikan dalam memilih SCADA RTU


SCADA RTU Anda harus mampu berkomunikasi dengan segala macam peralatan
yang di pabrik dan bisa bertahan terhadap berbagai macam kondisi industri (panas,
dingin, tekanan dan lain sebagainya). Berikut check list untuk pemilihan RTU yang
berkualitas, yaitu:
• Kapasitas yang cukup untuk mendukung berbagai macam peralatan di pabrik
(dalam cakupan SCADA yang diinginkan), tetapi tidak lebih dari yang
dibutuhkan. Jangan sampai Anda membeli RTU dengan kapasitas yang berlebih
sedemikian hingga akhirnya tidak akan pernah digunakan, ini adalah
pemborosan
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 71
• Konstruksi yang tahan banting dan kemampuan bertahan terhadap suhu dan
kelembaban yang ekstrim. Sudah jelas kan? Kalau tidak tahan banting dan tidak
bisa bertahan buat apa pasang RTU tersebut? Bisa jadi hasil pengukuran menjadi
tidak akurat dan alat jebol
• Catu daya yang aman dan berlimpah. Sistem SCADA seringkali harus bekerja
penuh 24 jam setiap hari. Seharusnya digunakan RTU yang mendukung
penggunaan daya dari baterei, idealnya, ada dua sumber catu daya (listrik dan
baterei)
• Port komunikasi yang cukup. Koneksi jaringan sama pentingnya seperti catu
daya. Port serial kedua atau modem internal bisa menjaga agar RTU tetap online
walaupun jaringan saat itu sedang rusak atau gagal. Selain itu, RTU dengan port
komunikasi beragam dapat mendukung strategi migrasi LAN
• Memori nonvolatile (NVRAM) untuk menyimpan firmware. NVRAM dapat
menyimpan data walaupun catu daya dimatikan. Firmware baru (hasil
modifikasi dan lain sebagainya) dapat diunduh ke penyimpan NVRAM melalui
jaringan, sehingga kemampuan RTU akan selalu up-to-date (terbaharui) tanpa
harus mengunjungi lokasi RTU yang bersangkutan
• Kontrol cerdas. Sistem SCADA yang canggih saat ini bisa melakukan kontrol
dengan sendirinya sesuai dengan program atau pengaturan yang dimasukkan,
terutama tanggapan terhadap berbagai macam masukan sensor-sensor. Ini jelas
tidak perlu untuk semua aplikasi, namun menawarkan kemudahan operasional
• Jam waktu-nyata (real-time clock). untuk pencetakan tanggal/waktu pada
laporan secara tepat dan akurat
• Pewaktu watchdog yang memastikan RTU bisa start-ulang setelah terjadinya
kegagalan daya (power failure).

Tipikal arsitetur RTU

Apa yang perlu Anda perhatikan dalam memilih SCADA MTU


SCADA master atau MTU harus mampu menampilkan berbagai informasi dalam
bentuk yang familiar bagi pengguna atau operatornya. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan SCADA MTU:
• Fleksibel, tanggapan terhadap sensor bisa diprogram. Cari sistem yang
menyediakan perangkat yang mudah untuk memprogram soft alarm (laporan
kejadian yang kompleks yang merupakan kombinasi antara masukan sensor dan
pernyataan tanggal/jam) dan soft control (tanggapan terhadap sensor yang bisa
diprogram)
• Bekerja penuh 24/7, peringatan melalui SMS (pager) dan pemberitahuan email
secara otomatis. Anda tidak perlu mempekerjakan orang untuk mengamati papan
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 72
pemantauan 24 jam sehari. Jika peralatan membutuhkan campur tangan
manusia, maka secara otomatis sistem akan mengirimkan peringatan melalui
SMS atau email ke penanggung-jawab yang bersangkutan
• Tampilan informasi secara detil. Tentunya Anda ingin sebuah sistem yang
menampilkan dalam bahasa harian Anda (Inggris, Indonesia, dll) yang jelas dan
sederhana, dengan penjelasan yang lengkap terhadap aktivitas yang sedang
terjadi dan bagaimana Anda seharusnya menangani atau menanggapinya
• Tapis untuk alarm mengganggu (tidak perlu). Alarm-alarm yang mengganggu
akan membuat para staf menjadi tidak peka lagi terhadap pelaporan alarm, dan
mereka mulai percaya bahwa semua alarm merupakan alarm menganggu.
Akhirnya mereka akan berhenti menanggapi semua alarm termasuk alarm yang
kritis (alarm yang benar-benar harus mendapatkan perhatian). Gunakan SCADA
yang dapat menapis dan memilah-milah alarm-alarm mana yang mengganggu
dan yang kritis
• Kemampuan pengembangan ke depan. Sebuah sistem SCADA merupakan
investasi jangka panjang (10 hingga 15 tahun). Sehingga Anda perlu memastikan
kemampuan SCADA untuk pengembangan dalam jangka waktu 15 tahun ke
depan
• Pencadangan yang beragam. Sistem SCADA yang baik mendukung berbagai
macam pencadangan master, di beberapa lokasi. Jika master SCADA utama
gagal, master yang kedua dalam jaringan akan mengambil alih secara otomatis,
tanpa adanya interupsi fungsi pemantauan dan pengontrolan
• Mendukung berbagai macam tipe protokol dan peralatan. Jika zaman dulu
SCADA hanya dbuat untuk protokol-protokol tertentu yang tertutup. Solusi
vendor tunggal bukan merupakan ide yang bagus, seringkali vendor tidak lagi
menyediakan dukungan untuk produk-produk mereka. Dukungan terhadap
berbagai macam protokol yang terbuka akan mengamankan sistem SCADA
Anda dari keusangan yang tak terencana.

SCADA merupakan singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition.


SCADA merupakan sebuah sistem yang mengumpulkan informasi atau data-data
dari lapangan dan kemudian mengirimkannya ke sebuah komputer pusat yang akan
mengatur dan mengontrol data-data tersebut. Sistem SCADA tidak hanya
digunakan dalam proses-proses industri, misalnya, pabrik baja, pembangkit dan
pendistribusian tenaga listrik (konvensional maupun nuklir), pabrik kimia, tetapi
juga pada beberapa fasilitas eksperimen seperti fusi nuklir. Dari sudut pandang
SCADA, ukuran pabrik atau sistem proses mulai dari 1.000-an hingga 10.000-an
I/O (luaran/masukan), namun saat ini sistem SCADA sudah bisa menangani hingga
ratusan ribu I/O.
Ada banyak bagian dalam sebuah sistem SCADA. Sebuah sistem SCADA biasanya
memiliki perangkat keras sinyal untuk memperoleh dan mengirimkan I/O,
kontroler, jaringan, antarmuka pengguna dalam bentuk HMI (Human Machine
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 73
Interface), piranti komunikasi dan beberapa perangkat lunak pendukung. Semua itu
menjadi satu sistem, istilah SCADA merujuk pada sistem pusat keseluruhan. Sistem
pusat ini biasanya melakukan pemantauan data-data dari berbagai macam sensor di
lapangan atau bahkan dari tempat-tempat yang lebih jauh lagi (remote locations).
Sistem pemantauan dan kontrol industri biasanya terdiri dari sebuah host pusat atau
master (biasa dinamakan sebagai master station, master terminal unit atau MTU),
satu atau lebih unit-unit pengumpul dan kontrol data lapangan (biasa dinamakan
remote station, remote terminal unit atau RTU) dan sekumpulan perangkat lunak
standar maupun customized yang digunakan untuk memantau dan mengontrol
elemen-elemen data-data di lapangan. Sebagian besar sistem SCADA banyak
memiliki karakteristik kontrol kalang-terbuka (open-loop) dan banyak
menggunakan komunikasi jarak jauh, walaupun demikian ada beberapa elemen
merupakan kontrol kalang-tertutup (closed-loop) dan/atau menggunakan
komunikasi jarak dekat.
Sistem yang mirip dengan sistem SCADA juga bisa kita jumpai di beberapa pabrik
proses, perawatan dan lain-lain. Sistem ini dinamakan DCS (Distributed Control
Systems). DCS memiliki fungsi yang mirip dengan SCADA, tetapi unit pengumpul
dan pengontrol data biasanya ditempatkan pada beberapa area terbatas.
Komunikasinya bisa menggunakan jaringan lokal (LAN), handal dan berkecepatan
tinggi.

SCADA Pada Sistem Tenaga Listrik


Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan pengusahaan tenaga listrik
terutama pengendalian operasi secara real time. Suatu sistem SCADA terdiri dari
sejumlah RTU (Remote Terminal Unit), sebuah Master Station / RCC (Region
Control Center), dan jaringan telekomunikasi data antara RTU dan Master Station.
RTU dipasang di setiap Gardu Induk atau Pusat Pembangkit yang hendak dipantau.
RTU ini bertugas untuk mengetahui setiap kondisi peralatan tegangan tinggi
melalui pengumpulan besaran-besaran listrik, status peralatan, dan sinyal alarm
yang kemudian diteruskan ke RCC melalui jaringan telekomunikasi data. RTU juga
dapat menerima dan melaksanakan perintah untuk merubah status peralatan
tegangan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah yang dikirim dari RCC.
Dengan sistem SCADA maka Dispatcher dapat mendapatkan data dengan cepat
setiap saat (real time) bila diperlukan, disamping itu SCADA dapat dengan cepat
memberikan peringatan pada Dispatcher bila terjadi gangguan pada sistem,
sehingga gangguan dapat dengan mudah dan cepat diatasi / dinormalkan. Data yang
dapat diamati berupa kondisi ON / OFF peralatan transmisi daya, kondisi sistem
SCADA sendiri, dan juga kondisi tegangan dan arus pada setiap bagian di
komponen transmisi. Setiap kondisi memiliki indikator berbeda, bahkan apabila
terdapat indikasi yang tidak valid maka operator akan dapat megetahui dengan
mudah.
Fungsi kendali pengawasan mengacu pada operasi peralatan dari jarak jauh, seperti
switching circuit breaker, pengiriman sinyal balik untuk menunjukkan atau
mengindikasikan kalau operasi yang diinginkan telah berjalan efektif. Sebagai
contoh pengawasan dilakukan dengan menggunakan indikasi lampu, jika lampu
hijau menyala menunjukkan peralatan yang terbuka (open), sedang lampu merah
menunjukkan bahwa peralatan tertutup (close), atau dapat menampilkan kondisi
tidak valid yaitu kondisi yang tidak diketahui apakah open atau close. Saat RTU
melakukan operasi kendali seperti membuka circuit breaker, perubahan dari lampu
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 74
merah menjadi hijau pada pusat kendali menunjukkan bahwa operasi berjalan
dengan sukses.
Operasi pengawasan disini memakai metode pemindaian (scanning) secara
berurutan dari RTU-RTU yang terdapat pada Gardu Induk-Gardu Induk. Sistem ini
mampu mengontrol beberapa RTU dengan banyak peralatan pada tiap RTU hanya
dengan satu Master Station. Lebih lanjut, sistem ini juga mampu mengirim dari
jarak jauh data-data hasil pengukuran oleh RTU ke Master Station, seperti data
analog frekuensi, tegangan, daya dan besaran-besaran lain yang dibutuhkan untuk
keseluruhan / kekomplitan operasi pengawasan .
Keuntungan sistem SCADA lainnya ialah kemampuan dalam membatasi jumlah
data yang ditransfer antar Master Station dan RTU. Hal ini dilakukan melalui
prosedur yang dikenal sebagai exception reporting dimana hanya data tertentu yang
dikirim pada saat data tersebut mengalami perubahan yang melebihi batas setting,
misalnya nilai frekuensi hanya dapat dianggap berubah apabila terjadi perubahan
sebesar 0,05 Hz. Jadi apabila terjadi perubahan yang nilainya sangat kecil maka
akan dianggap tidak terjadi perubahan frekuensi. Hal ini adalah untuk
mengantisipasi sifat histerisis sistem sehingga nilai frekuensi yang sebenarnya
dapat dibaca dengan jelas.
Master Station secara berurutan memindai (scanning) RTU-RTU dengan
mengirimkan pesan pendek pada tiap RTU untuk mengetahui jika RTU mempunyai
informasi yang perlu dilaporkan. Jika RTU mempunyai sesuatu yang perlu
dilaporkan, RTU akan mengirim pesan balik pada Master Station, dan data akan
diterima dan dimasukkan ke dalam memori komputer. Jika diperlukan, pesan akan
dicetak pada mesin printer di Master Station dan ditampilkan pada layar monitor.
Siklus pindai membutuhkan waktu relatif pendek, sekitar 7 detik (maksimal 10
detik). Siklus pindai yaitu pemindaian seluruh remote terminal dalam sistem.
Ketika Master Station memberikan perintah kepada sebuah RTU, maka semua RTU
akan menerima perintah itu, akan tetapi hanya RTU yang alamatnya sesuai dengan
perintah itulah yang akan menjalankannya. Sistem ini dinamakan dengan sistem
polling. Pada pelaksanaannya terdapat waktu tunda untuk mencegah kesalahan
yang berkaitan dengan umur data analog.
Selain dengan sistem pemindaian, pertukaran data juga dapat terjadi secara
incidental (segera setelah aksi manuver terjadi) misalnya terjadi penutupan switch
circuit breaker oleh operator gardu induk, maka RTU secara otomatis akan segera
mengirimkan status CB di gardu induk tersebut ke Master Station. Dispatcher akan
segera mengetahui bahwa CB telah tertutup.
Ketika operasi dilakukan dari Master Station, pertama yang dilakukan adalah
memastikan peralatan yang dipilih adalah tepat, kemudian diikuti dengan pemilihan
operasi yang akan dilakukan. Operator pada Master Station melakukan tindakan
tersebut berdasar pada prosedur yang disebut metode “select before execute
(SBXC)“, seperti di bawah ini:
1. Dispatcher di Master Station memilih RTU
2. Dispatcher memilih peralatan yang akan dioperasikan
3. Dispatcher mengirim perintah
4. Remote Terminal Unit mengetahui peralatan yang hendak dioperasikan
5. Remote Terminal Unit melakukan operasi dan mengirim sinyal balik pada
Master Station ditunjukkan dengan perubahan warna pada layar VDU dan
cetakan pesan pada printer logging.
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 75
Prosedur di atas meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan operasi. Jika
terjadi gangguan pada RTU, pesan akan dikirim dari RTU yang mengalami
gangguan tadi ke Master Station, dan pemindaian yang normal akan mengalami
penundaan yang cukup lama karena Master Station mendahulukan pesan gangguan
dan menyalakan alarm agar operator dapat mengambil tindakan yang diperlukan
secepatnya. Pada saat yang lain, pada kebanyakan kasus, status semua peralatan
pada RTU dapat dimonitor setiap 2 detik, memberikan informasi kondisi sistem
yang sedang terjadi pada operator di Pusat Kendali (RCC).
Hampir semua sistem kendali pengawasan modern berbasis pada komputer, yang
memungkinkan Master Station terdiri dari komputer digital dengan peralatan
masukan keluaran yang dibutuhkan untuk mengirimkan pesan-pesan kendali ke
RTU serta menerima informasi balik. Informasi yang diterima akan ditampilkan
pada layar VDU dan/atau dicetak pada printer sebagai permanent records. VDU
juga dapat menampilkan informasi grafis seperti diagram satu garis. Pada RCC
(pusat kendali), seluruh status sistem juga ditampilkan pada Diagram Dinding
(mimic board), yang memuat data mengenai aliran daya pada kondisi saat itu dari
RTU.

Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 76

Anda mungkin juga menyukai