i
BAB I
1.1 Pendahuluan
Gejala fisika tidak dapat dinyatakan jika tidak dapat diukur, karena itu manusia
berusaha untuk menemukan cara mengukur besaran fisika dan membuat alat / piranti untuk
mengukurnya. Mengukur adalah perkara yang telah lama dilakukan orang, misalnya
mengukur panjang dengan acuan anggotan badan. Dengan keterampilan mengukur,
manusia dapat meningkatkan pengetahuannya tentang hukum alam. Penggunaan piranti
ukur (instrumen) untuk menentukan harga besaran yang berubah-ubah, dan seringkali pula
untuk keperluan pengaturan besaran yang berada dalam batas-batas harga tertentu. Selain
itu, semua piranti (kimia, listrik, hidrolik, magnet, mekanik, optik, pneumatik) digunakan
untuk menguji, mengamati, mengukur, memantau, mengubah, membangkitkan, mencatat,
menera, memelihara, atau mengemudikan sifat-sifat badani (fisik) gerakan atau
karakteristik lain.
Istilah instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk
pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks.
Instrumentasi bisa berarti alat untuk menghasilkan efek suara, seperti misalnya pada
instrumen musik, namun secara umum instrumentasi mempunyai tiga fungsi utama, yaitu
sebagai alat pengukuran, sebagai alat analisis, dan sebagai alat kendali. Instrumentasi
sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi survey / statistik, instrumentasi pengukuran
suhu, dan sebagainya. Contoh dari instrumentasi sebagai alat analisis banyak dijumpai di
bidang kimia dan kedokteran, sementara contoh instrumentasi sebagai alat kendali banyak
ditemukan dalam bidang elektronika, industri dan pabrik-pabrik. Sistem pengukuran,
analisis dan kendali dalam instrumentasi ini bisa dilakukan secara manual (hasilnya dibaca
1.4.3 Error
Error atau kesalahan didefinisikan sebagai “penyimpangan variabel yang diukur dari
harga sebenarnya”. Dalam pemakaian secara umum error dapat diartikan sebagai
kesalahan, tetapi dalam pengukuran error yang dimaksud adalah error yang tidak mungkin
hilang, karena error merupakan hal yang harus terjadi dalam setiap pengukuran. Error atau
kesalahan dalam pengukuran secara kuantitatif terdiri dari beberapa macam, yaitu sebagai
berikut :
Limiting Error
Ketelitian dan ketepatan dari suatu alat ukur tergantung pada perancangan, bahan yang
digunakan dan cara pembuatan alat ukur tersebut. Pemilihan alat ukur yang akan
dipakai tergantung pada ketelitian pengukuran yang diperlukan. Jika ketelitian
pengukuran tidak terlalu tinggi, tidak ekonomis menggunakan bahan yang mahal untuk
pembuatannya. Sebaliknya untuk keperluan pengukuran yang sangat teliti perlu
menggunakan bahan yang baik dan keterampilan yang tinggi untuk pembuatannya.
Untuk menjamin kualitas alat ukur, pabrik menjamin ketelitian tertentu untuk setiap
alat ukur yang dihasilkannya. Kebanyakan alat ukur dijamin ketelitian antara harga
persentase tertentu dari skala penuh pada alat ukur tersebut. Jadi pabrik sudah
menentukan harga penyimpangan hasil pengukuran dari besaran yang diukur. Dengan
demikian dapat didefinisikan Limiting Error atau Kesalahan Batas adalah “Batas
penyimpangan dari harga yang ditentukan”.
Kita dapat mengatakan bahwa jaminan yang diberikan oleh pabrik terhadap alat ukur
yang dihasilkannya berarti bahwa error pada alat ukur yang dijual tidak akan lebih
besar dari batas dan ketelitian yang telah ditentukan. Demikian pula komponen yang
dijual oleh suatu pabrik tidak akan mengandung error melebihi jaminan yang telah
ditetapkannya. Misalnya harga suatu kuantitas telah ditentukan adalah A1 dan
kesalahan maksimumnya atau limiting error adalah A, maka kuantitas tersebut
mempunyai harga di antara :
A1 A dan A1 A atau A A1 A (1-1)
Contoh :
1. Suatu resistor mempunyai tahanan 100 dengan limiting error 10 , maka
harga resistor tersebut akan berada di antara limiting error-nya, yaitu :
A = 100 10 atau
A = 90 dan A 110
Dengan kata lain, pabrik menjamin bahwa harga tahanan dari resistor berada di antara
90 dan 110 .
A A A1
jadi relative limiting error :
A A A1
er
A1 A1
Harga pengukuran – Harga sebenarnya
= (1-5)
Harga sebenarnya
e x1 x0 (1-6)
di mana :
e = absolut error
x1 = harga pengukuran
x0 = harga sebenarnya
Relative Error
Relative error didefinisikan sebagai “ perbandingan antara absolut error terhadap
harga sebenarnya”, yaitu :
x1 x0
e (1-7)
x0
di mana :
e = absolut error
x1 = harga pengukuran
x0 = harga sebenarnya
x1 x0
e 100% (1-8)
x0
Contoh :
3. Tahanan suatu resistor dari jaminan pabrik adalah 500 10 %. Tentukan harga
tahanan dari resistor tersebut.
dari persamaan (1-4) :
er % 10%
er 0,1
100% 100%
maka harga tahanan resistor tersebut :
A = A1 (1 er)
= 500 (1 0,1) = 500 50
Jadi harga tahanan resistor telah dijamin berada pada daerah 450 sampai dengan
550 .
1.4.4 Accuracy
Accuracy atau ketelitian didefinisikan sebagai “dekatnya harga pengukuran terhadap
harga sebenarnya”. Pernyataan akurasi merupakan bagian yang disertakan pada setiap alat
ukur.
x1 x0
a 100% (1-10)
x0
Contoh :
4. Suatu alat ukur tekanan yang mempunyai daerah ukur dari 0 s/d 150 pascal,
mempunyai ketelitian ± 2 % dari skala penuh. Jika alat ukur menunjukkan harga 49
pascal, tentukan tekanan sebenarnya !
Berarti bahwa dari setiap penunjukkan akan mempunyai perkiraan kesalahan :
kesalahan = ± (0,02) x (150) = ± 3 pascal
maka :
tekanan sebenarnya berada di antara : 46 s/d 52 pascal.
1.4.5 Precision
Precision atau ketepatan didefiniskan sebagai “suatu ukuran kemampuan untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang serupa”. Istilah ketepatan menunjukkan kemampuan
alat ukur untuk menunjukkan suatu harga secara berulang. Penunjukkannya akan berada
pada daerah pernyataan ketelitian alat ukur, tetapi satu sama lain akan berbeda. Makin
presisi suatu alat berarti makin dekat harga penunjukkannya secara berulang untuk suatu
harga masukan.
Contoh :
5. Suatu alat ukur mempunyai daerah ukur 0 s/d 25 kg, dengan akurasi ± 3 % FS, berarti
setiap pengukuran yang ditunjukkan akan mempunyai kesalahan ± 0,75 kg. Jika alat
ukur tersebut dipakai untuk menimbang suatu massa tepat 17 kg, maka :
Harga penunjukkan akan berada pada daerah 16,25 s/d 17,75 kg, hal mana sesuai
dengan pernyataan ketelitian alat ukur tersebut, walaupun penunjukan bervariasi
di antara harga 16,8, 16,9 dan 17,5 tergantung pada ketepatan alat ukur tersebut.
1.4.6 Sensitivity
Sensitivity (sensitivitas atau kepekaan) didefinisikan sebagai “perbandingan antara
sinyal keluaran terhadap perubahan masukan atau variabel yang diukur”.
Jika suatu alat ukur mempunyai spesifikasi yang dinyatakan sebagai sensitivitas
dalam /o C, maka dengan data ini dapat diperkirakan tahanannya pada setiap suhu atau
suhu pada setiap tahanan.
Contoh :
6. Suatu alat ukur mempunyai spesifikasi 300 pada suhu 20 o C dan mempunyai
sensitivitas 0,25 /o C. Jika suhu 30 o C, maka :
1.4.7 Resolution
Resolution atau resolusi didefinisikan sebagai “perubahan terkecil dalam nilai yang
dapat diukur”. Apabila masukan pada suatu alat ukur dinaikkan perlahan-lahan dan tidak
ada perubahan keluaran sama sekali sampai suatu harga masukan tertentu, maka harga
masukan sampai terjadi perubahan disebut resolution dari alat ukur tersebut.
Contoh :
7. Suatu Voltmeter mempunyai skala pengukuran linear 100 bagian, pembacaan tertinggi
adalah 200 Volt, di mana 1/10 bagian skala dapat diperkirakan dengan derajat kepastian
cukup baik.
maka :
1 bagian skala = (1/100) x 200 Volt = 2 Volt
Resolusi = (1/10) x 2 V = 0,2 Volt
ALAT UKUR
X (INDIVIDU)
OBYEK X
ALAT ATUR
Y OBYEK Y
(SOSIAL)
Gambar 1.1 Interaksi Manusia dengan Alat Ukur dan Alat Atur
Secara umum kehendak manusia bersifat individual dan sosial. Kehendak manusia
secara individual dapat diartikan keinginan (sifat) manusia untuk mengetahui
(memberikan) sesuatu yang belum diketahui pada orang lain. Untuk keperluan tersebut
diperlukan alat. Untuk bidang eksak alat tersebut diartikan sebagai alat ukur, sedangkan
untuk bidang non eksak diartikan sebagai alat atur. Alat ukur dan alat atur merupakan
bagian yang sangat universal pada manusia. Persamaan fisis alat ukur dan alat atur, yaitu
sama-sama memberikan atau memindahkan informasi. Pada alat ukur memindahkan
informasi dari luar ke dalam. Informasi harus sama (bukan wujudnya tetapi informasinya).
Sedangkan pada alat atur, informasi yang diberikan harus sama dengan kehendak orang
yang mengatur. Perbedaan alat ukur dengan alat atur adalah pada alat ukur terjadi
penyusutan ketenagaan, sedangkan pada alat atur terjadi pelipatan ketenagaan.
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat alat ukur dan alat atur
berkembang menjadi bagian yang berbeda. Alat ukur berkembang menjadi ilmu
elektronika dan alat atur berkembang menjadi ilmu kontrol. Dari uraian di atas, maka
instrumen merupakan alat ukur yang mempunyai cakupan secara luas.
Rangkuman
Absolut sebesar +5 pascal ini merupakan kesalahan yang terjadi pada pengukuran, yaitu
pada saat alat ukur menunjukkan harga 45 pascal.
2.1 Pendahuluan
Kebesaran listrik seperti arus, tegangan, daya, energi, frekuensi dan sebagainya tidak
dapat secara langsung kita tanggapi dengan panca indra kita. Untuk memungkinkan
pengukuran maka kebesaran listrik ditransformasikan melalui suatu fenomena fisis yang
akan memungkinkan pengamatan melalui panca indra kita, misalnya kebesaran listrik
seperti arus ditransformasikan melalui suatu fenomena fisis ke dalam kebesaran mekanis.
Perubahan tersebut bisa merupakan suatu rotasi melalui suatu sumbu tertentu. Besar sudut
rotasi tersebut berhubungan langsung dengan kebesaran arus listrik yang akan kita amati,
sehingga dengan demikian maka pengukuran dikembalikan menjadi ukuran kebesaran
listrik yang ingin diukur, dan besar sudut adalah ukuran dari besar arus, serta langsung
memberikan nilai pengukuran kebesaran listrik pada skala yang dapat dibaca secara jelas,
yaitu alat-alat ukur yang secara jelasnya mentransformasikan kebesaran listrik pada skala
yang tertentu. Hal ini adalah lazim untuk suatu pengukuran arus dan alat ukur demikian ini
disebut pada umumnya sebagai “pengukur amper”.
Kumpulan dari peralatan listrik yang bekerja atas dasar prinsip-prinsip tersebut
disebutkan di sini sebagai alat ukur listrik. Alat-alat ukur dalam golongan ini disebut
sebagai alat penunjuk, yaitu bekerja atas prinsip perubahan kebesaran listrik langsung
melalui suatu fenomena fisis tertentu ke dalam suatu perputaran yang dihubungkan dengan
TD = Babn I (2-1)
di mana :
TD = Torsi simpangan, Newton-meter (Nm)
B = Kerapatan medan magnet (Weber/m2)
a = panjang kumparan (meter)
b = lebar kumparan (meter)
n = jumlah lilitan kumparan
I = arus yang mengalir lewat kumparan (Amper)
Misalkan suatu alat pengukur kumparan putar berputar melalui sudut sebesar 1,2
radian bila arus yang melaluinya sebesar 5 mA. Bila momen penggerak yang disebabkan
oleh arus-arus sebesar 1, 2, 3, 4, dan 5 mA dinyatakan sebagai T D1, TD2, TD3, TD4 dan TD5,
maka momen-momen tersebut dapat digambarkan sebagai garis-garis datar dan berjarak
sama satu dan lainnya. Momen penggerak hanya ditentukan oleh besarnya arus, dan tidak
tergantung dari sudut putar dari penunjuk. Momen pengontrol berbanding lurus dengan
besar sudut putar, digambarkan dalam grafik sebagai garis lurus yang menghubungkan titik
mula dengan A. Bila sudut perputaran dari penunjuk dalam keadaan keseimbangan antara
momen penggerak dan momen pengontrol, pada momen penggerak dinyatakan sebagai 1,
2, 3, 4, 5, maka didapat 2 = 21, 3 = 31, 4 = 41 dan 5 = 51. Dengan demikian bila skala
dibentuk dengan membagi busur lingkaran sebesar 1,2 rad ke dalam lima bagian-bagian
yang sama, dan memberikan angka-angka pada lima bagian dari skala tersebut 0, 1, 2, 3, 4,
dan 5 seperti dalam gambar 2.4, maka arus yang melalui alat ukur ini dapat segera
dinyatakan pada harga skala di mana penunjuk berhenti, misalnya arus sebesar 5 mA
mengalir melalui alat ukur.
Perhatikan gambar 2.5. Bila kumparan berputar, yang disebabkan oleh arus I yang
mengalir melaluinya, maka dalam kerangkanya akan timbul arus induksi. Hal ini
disebabkan karena putaran kerangka aluminium terjadi dalam medan magnet pada celah
udara, sehingga tegangan yang berbanding lurus pada kecepatan perputaran akan
diinduksikan dalam kerangka tersebut. Arah dari tegangan dapat ditentukan melalui hukum
tangan kanan dari Fleming. Tegangan ini yang menyebabkan arus induksi Id mengalir
dalam kerangka kumparan. Sebaliknya arus Id ini akan memotong fluksi magnet dalam
celah udara bila kumparan berputar, dan akan dibangkitkan momen yang berbanding lurus
dengan kecepatan putar, yang arahnya berlawanan dengan arah perputaran, hingga
berakibat menghambat perputaran. Momen ini berusaha untuk melawan perputaran.
Bila sesuatu keadaan dihadapi di mana penampang dari kerangka adalah kecil
sedangkan tahanan listriknya besar, maka Id yang akan terjadi kecil. Dalam hal ini maka
momen redam yang akan dihasilkan akan lemah, dan penunjuk akan berosilasi di sekitar
0, dan secara graduil akan menuju ke titik akhir tersebut, seperti diperlihatkan dalam
gambar 2.6 (a). Bila tahanan listrik pada kerangka kecil, maka Id akan besar, yang
menghasilkan momen peredam yang kuat pula, maka perlawanan terhadap perputaran akan
besar, dan pergerakan penunjuk tidak lagi bebas. Penunjuk akan mendekati harga akhir
secara monotonis lambat, seperti pada kurva B.
2.2.4 Konstruksi
Alat ukur kumparan putar pada dasarnya terdiri dari unit-unit penggerak, pengontrol,
dan peredam. Mempelajari konstruksi alat ukur ini serta cara memasang berbagai
bagiannya adalah lebih mudah untuk membaginya ke dalam rangkaian magnetis, bagian
berputar, skala dan sisanya.
Untuk pegas yang berbentuk spiral dari alat pengontrolnya, dipergunakan logam
campuran brons pospor (Sn 6%, P 0,5% dan Cu sisanya). Pegas ini dipergunakan pula
sebagai jalan arus yang masuk ke dalam dan keluar dari kumparan putar.
Saat ini hubungan antara ujung sumbu putar dan bantalan seperti diterangkan di atas
telah ditinggalkan. Sebagai pengganti digunakan konstruksi dengan suspensi atau
konstruksi gantungan. Instrumen pada konstruksi gantungan ini, mempunyai pegas gantung
yang berbentuk pita yang tipis dengan penampang segi empat dan dibuat dari bahan elastis.
Kumparan putar digantungkan pada pegas gantung, seperti diperlihatkan dalam gambar
2.9.
Agar pita pegas tidak mengalami lengkung yang berlebihan, karena pengaruh berat
dari kumparan putar terutama buila pita pegas ada dalam keadaan datar atau miring, maka
pita pegas mendapatkan gaya tarik yang kuat pada ujung-ujungnya. Caranya dengan
menggunakan pegas penekan. Di samping itu, penahan khusus dipakai untuk menetapkan
agar bagian yang berputar hanya mungkin mengalami perputaran kecil (ke dua arah),
sehingga dalam keadaan yang tidak disengaja yang mungkin memberikan benturan pada
bagian yang berputar (misalnya alat ukur terjatuh), maka penunjukan dari alat ukur tidak
akan salah. Pita-pita gantung berfungsi pula sebagai alat pengontrol dan pula secara
bersamaan sebagai jalan untuk arus masuk ke dan keluar dari kumparan putar. Bahan pegas
penggantung harus dipilih seperti bahan platinanikel, berylium, dan tembaga, sehingga
Bagian yang berputar pada peralatan dengan pegas gantung ini, yang tidak
mempunyai tahanan mekanis, dapat dipergunakan sebagai alat ukur yang berketelitian
tinggi dan sangat peka. Selain itu tahan terhadap getaran, sehingga dapat dipergunakan
pada panel yang bergerak.
Penunjuk terdiri dari aneka ragam bentuk tergantung pada penggunaan alat ukur,
lihat gambar 2.10. Bentuk dalam gambar (a) digunakan untuk alat ukur dengan ketelitian
tinggi. Ujung penunjuk dibuat setipis mungkin, dan berkedudukan vertikal sesuai dengan
garis pembagi utama pada skala. Bentuk itu memungkinkan seorang pengamat yang tidak
dapat melihat kedua sisi ujung penunjuk dengan satu mata, maka ujung penunjuk dengan
skala telah berhubungan secara vertikal dalam satu garis tegak, dan bila skala dibaca dari
posisi demikian ini, maka kesalahan pembacaan yang disebut kesalahan paralaks, dapat
ditiadakan. Penunjuk yang gepeng seperti dalam gambar (b) biasanya dipergunakan untuk
alat-alat ukur yang ditempatkan pada panel-panel. Pemilihan ini lebih didasarkan pada
kemudahan untuk membaca dari jarak yang agak jauh dari pada ketelitian. Selain alat
penunjuk yang dibicarakan ini, maka untuk alat-alat ukur dengan ketelitian yang tinggi
dipakai pula penunjukan dengan berkas cahaya. Sebagai pengganti dari jarum penunjuk,
suatu titik cahaya diproyeksikan pada skala dan bergerak sesuai dengan perputaran dari
pada kaca yang ditempatkan pada kumparan putar, seperti diperlihatkan dalam gambar
2.11. Dengan cara ini diperoleh ketelitian yang sangat tinggi dan kesalahan paralaks dapat
ditiadakan.
Gambar 2.10 Bentuk Jarum Penunjuk Gambar 2.11 Alat Ukur jenis penunjukan
cahaya
Dengan demikian maka hanya untuk alat-alat ukur Amper yang mempunyai harga
skala maksimum, yaitu harga yang maksimum dapat diukur oleh pengukur amper, yang
lebih kecil dari kira-kira 30 mA, arus I yang akan diukur akan mungkin dialirkan secara
langsung pada kumparan putar, seperti diperlihatkan dalam gambar 2.14. Pada beberapa
alat ukur amper skala maksimum tersebut mungkin hanya beberapa mikroAmper.
Bila tahanan keseluruhan dari pada kumparan putar dan pegas-pegas pengontrol
yaitu tahanan-tahanan dari alat-alat berputar disebut sebagai R1, dan arus yang diukur
sebagai I, sedangkan arus yang masuk ke dalam kumparan sebagai I’, maka akan didapat
persamaan sebagai berikut :
I = mI’ (2-5)
di mana m adalah harga multiplikasi atau faktor perkalian dari tahanan shunt dan
dinyatakan dalam persamaan (2-6) di atas. Jadi meskipun arus yang sebenarnya masuk ke
dalam kumparan putar adalah I’, namun harga skala yang diberikan sesuai dengan arus I,
sehingga terdapat kemungkinan di dalam alat ukur yang mempergunakan tahanan shunt ini
untuk mengukur arus sebesar m x lebih besar. Dengan cara demikian, dimungkinkan untuk
membuat alat pengukur amper dengan harga skala di atas 30 mA.
Dalam gambar 2.18 diperlihatkan satu contoh dari alat ukur ini yang memperlihatkan
kemungkinan untuk memilih 17 batas ukur tegangan maupun arus, dan cara pemakaian
harga puncak
Faktor puncak = (2-9)
harga efektif
Alat ukur dari kumparan putar akan menunjuk terhadap arus searah, tetapi tidak akan
menunjuk pada arus bolak-balik. Dengan demikian maka alat ukur penunjuk dari kumparan
putar yang dimaksudkan, menunjukan I0 seperti terlihat pada tabel 2.1 di atas.
Arus bolak-balik yang berbentuk sinus, akan mempunyai harga rata-rata yang sama
dengan arus yang diarahkan selama satu perioda penuh. Ini berarti bahwa penunjukan dari
alat pengukur dengan pengarah arus akan ditentukan oleh harga rata-rata dari tegangan
Alat ukur thermocouple di atas mengkonversikan arus bolak-balik atau arus searah
atau pula tegangan, yang akan diukur, menjadi tegangan searah dan diukr melalui alat ukur
kumparan putar.
Dalam gambar 2.22 (a), kejadian ini dipergunakan untuk membuat titik hubung J’ 1
dan J”2 sebagai pengganti titik hubung J2 dan memungkinkan penempatan suatu alat ukur
miliVolt di dalam rangkaian dari thermocouple. Misalkan sekarang bahwa arus searah I
dialirkan melalui elemen pemanas. Elemen pemanas akan membangkitkan panas dengan
memakai daya yang berbanding dengan I2 . Bila jumlah panas yang dibangkitkan ini
dinyatakan dengan H, maka temperatur dari titik tengah dari elemen pemanas akan menaik
dari temperatur kamar T2 ke T1 sebanding dengan H, dan akan menyebabkan bahwa
Jadi dengan mengukur E’ melalui suatu alat ukur miliVolt arus searah, maka harga
efektif Ie dari arus bolak-balik I diukur. Perlu dicatat bahwa bila Ie adalah sama dengan I
Alat pengukur volt dari tipe thermocouple dibuat dengan menghubungkan suatu
tahanan khusus yang dibuat dari carbon secara seri dengan vacuum thermocouple. Arus
pemanasnya biasanya dibuat untuk kira-kira 10 mA. Alat pengukur Volt ini biasanya
mempunyai harga skala maksimum antara 10-150 V, dan dapat dipergunakan untuk arus
searah dan arus bolak-balik dari frekuensi beberapa Hz sampai 100 kHz. Alat ukur dengan
thermocouple sangat peka terhadap arus lebih. Skala dari alat ukur Amper dan Volt
dikalibrasikan pada jarak-jarak yang berbanding lurus terhadap kuadrat dari arus dan
tegangan, disebabkan karena tegangan yang diinduser secara thermis berbanding lurus
dengan kuadrat arus yang melalui elemen pemanas.
Untuk tipe alat-alat ukur seperti digambarkan di sini, maka momen geraknya seperti
ditunjukkan pada persamaan berikut :
i 2 I m sin 2 2ft
2
I m I m cos2 2ft
1 2 1 2
(2-16)
2 2
Dalam persamaan tersebut i adalah arus yang berbentuk gelombang sinus yang dinyatakan
oleh Im sin 2ft. Persamaan ini dapat pula dinyatakan dalam bentuk grafik dari i2 seperti
misalnya dalam gambar 2.23. Seperti telah dijelaskan dalam alat ukur kumparan putar,
Gambar 2.26 Penentuan skala suatu alat ukur jenis besi putar
Di samping itu maka momen pengontrol yang dibangkitkan oleh pegas,
pengontrolnya berbanding lurus dengan sudut putar dari bagian-bagian yang berputar. Jadi
dengan memilih konstanta putar K(), maka akan memungkinkan membuat TD berbanding
lurus dengan Im, sehingga suatu skala yang rata akan dapat dipergunakan seperti
diperlihatkan dalam gambar 2.26 (a). Dalam prakteknya disebabkan oleh daerah-daerah
sudut perputaran yang kecil, yaitu dekat titik nolnya K() tidak bisa dibuat cukup besar,
maka skalanya akan menjadi seperti diperlihatkan dalam gambar 2.26 (b), di mana di
daerah dekat pada titik nolnya jarak-jarak antara skala menjadi sangat berkurang. Suatu alat
ukur yang mempunyai skala yang rata atau hampir rata adalah lebih mudah dipergunakan
dari pada alat-alat ukur yang mempunyai skala kuadratis.
Gambar 2.27 Alat peredam suatu alat ukur jenis besi putar
2.5.4 Karakteristik-karakteristik
Karakteristik yang penting dari alat-alat ukur tipe besi putar adalah dipengaruhi oleh
medan magnet luar, pengaruh frekuensi, dan pengaruh dari histerisa magnetis. Pada
pengaruh medan magnet luar, karena suatu kumparan yang tetap tidak dapat
membangkitkan suatu medan magnet yang kuat, maka kesalahan-kesalahan akan mungkin
terjadi oleh medan magnet luar. Untuk mencegah ini, maka seluruh kumparan ditempatkan
dalam suatu kotak besi yang mempunyai fungsi sebagai suatu tameng magnet.
2fL 1 2fL
2
R 1 tan (2-18)
R R
Gambar 2.28 Impedansi dalam dari suatu alat ukur jenis besi putar
Bila harga efektif dari arus yang mengalir ke dalam kumparan putar dinyatakan
sebagai dengan I, maka besar dari pada I ini dinyatakan dengan persamaan berikut :
V
I (2-19)
2fL
2
R 1
R
maka I akan menurun bila frekuensinya menaik seperti dinyatakan dalam persamaan (2-
19). Hal ini dinyatakan sebagai pengaruh dari frekuensi kepada impedansi dari alat
pengukur volt.
r
R r j 2fL
1 j 2fC
dari persamaan ini bila 2fC << 1 dan (2fC)2 dapat diabaikan terhadap 1 maka :
1
1 j 2fC
1 j 2fC
Z R j 2f L Cr 2
jadi bila C dipilih sehingga memenuhi persyaratan L = Cr2 maka :
Z=R
(2-20)
yang berarti bahwa Z dan kemudian I tidak akan dipengaruhi oleh frekuensi.
Selain itu pada prinsipnya alat ukur tipe besi putar dapat dipergunakan untuk arus
bolak-balik maupun arus searah sesuai dengan alat ukur thermocouple. Tetapi untuk
penggunaan arus searah, kesalahan-kesalahan akan terjadi yang disebabkan oleh karena
kondisi-kondisi magnetisasi dari besi akan berbeda, hal ini disebabkan oleh adanya
kerugian-kerugian histerisa dari besi seperti yang diperlihatkan dalam gambar 2.30, bila
arus kumparannya dinaikkan atau diturunkan. Oleh karena itu alat ukur dari tipe besi putar
biasanya tidak dipakai pada arus searah, kecuali adanya penggunaan bahan besi yang
mempunyai rugi-rugi histerisa yang sangat kecil.
Bila kumparan putar dalam suatu keadaan yang tertentu, telah mengalami perputaran
sebesar dari posisi nol dari skala, maka besar dari momen gerak pada saat tersebut
diberikan sebagai :
k1i1i2 cos
dengan k1 sebagai konstanta. Karena momen pengontrol biasanya diberikan oleh pegas,
maka persyaratan pada keadaan seimbang dapat diberikan dengan persamaan sebagai
berikut :
T k1i1i2 cos (2-21)
dengan k1 sebagai konstanta pegas. Persamaan (2-21) memperlihatkan bahwa penunjukan
dari alat ukur tipe elektrodinamis tergantung dari pada hasil kali dari dua arus yang berbeda.
Dengan kata lain, maka alat ukur elektrodinamis adalah semacam alat ukur perkalian.
2.6.2 Alat-alat Ukur Amper dan Volt
Dengan menghubungkan kumparan-kumparan yang tetap dan kumparan-kumparan
yang berputar, seperti diperlihatkan dalam gambar 2.32, dalam hubungan seri, gambar 2.32
i cos
k1k2 2
(2-22)
T
Jadi dengan demikian, maka alat ukur dari tipe elektrodinamis ini, akan juga memberikan
penunjukan dari harga efektif arus yang akan diukur.
Kemudian karena arus-arus putar ie1 dan ie2 memotong medan magnet atau fluksi-
fluksi magnet 1 dan 2 seperti diperlihatkan dalam gambar, maka gaya-gaya
elektromagnetis akan terjadi,dan akan menyebabkan kepingan logam mendapatkan suatu
gaya, yang terjadi sebagai hasil dari interaksi tersebut. Bila harga-harga efektif dari ie1 dan
2 dinyatakan sebagai Ie1 dan 2 maka persamaan dapat diberikan sebagai berikut :
2 = 22 sint
jadi akan didapat,
ie12 = 2Ie12sin t 90o sin t
sehingga :
ie12 = Ie12 {cos 90 cos 2t 90 }
o o
jadi kepingan logam akan mendapatkan suatu gaya, yang berbanding lurus terhadap i e12,
dan akan mempunyai tendensi untuk berputar pada sumbunya. Demikian pula kepingan
Bila kepingan logam yang berputar merupakan suatu silender yang sangat tipis dan
pegas dipergunakan sebagai alat pengontrolnya, maka skala yang akan didapatkan akan
merupakan skala yang kuadratis. Untuk menghindarkan ini sesuai pula dengan keadaan
yang didapat untuk alat ukur besi putar, maka bentuk dari pada kepingan logam dipilih
sehingga mengakibatkan didapatkannya skala yang hampir-hampir rata. Konfigurasi dari
alat ukur volt adalah pada prinsipnya sama dengan alat ukur amper.
2.8.2 Karakteristik-karakteristik
Sudut putar dari alat ukur penunjuk tergantung kepada kuadrat dari pada tegangan
yang akan diukur dalam keadaan arus searah, atau kepada kuadrat dari harga efektif dari
tegangan yang akan diukur dalam keadaan arus bolak-balik. Alat ukur dari tipe elektrostatik
ini adalah alat ukur arus searah maupun arus bolak-balik yang universal.
Pada pengukuran untuk tegangan arus searah, maka pada saat-saat permulaan akan
mengalir arus pengisi dan kemudian hampir tidak ada arus yang mengalir sesudahnya,
sedangkan untuk penggunaan pada tegangan bolak-balik arus pengisi akan tetap mengalir
di antara elektroda-elektroda, akan tetapi kerugian-kerugian daya sangat sedikit. Ditinjau
dari keadaan ini maka alat ukur dari tipe elektrostatis sangat ideal untuk suatu alat pengukur
volt. Khusus dalam penggunaan untuk tegangan-tegangan tinggi maka alat ukur ini sangat
baik, karena momen geraknya atau gaya atraksinya bertambah besar dengan tegangan yang
menaik, dengan tetap mempunyai kerugian daya yang kecil. Hal ini sangat baik bila
dibandingkan dengan alat-alat ukur yang lain, di mana kerugian daya yang akan terjadi
pada tahanan seri akan menjadi besar bila tegangan yang harus diukur bertambah. Akan
tetapi di samping itu pada tegangan-tegangan rendah momennya akan menjadi sangat
rendah, sehingga batas tegangan minimal yang dapat dipakai untuk alat ukur tipe
elektrostatis ini adalah sekitar 100 Volt.
Rangkuman
Kata Kunci : alat-alat ukur listrik, alat ukur analog, besi putar,
elektrodinamis, elektrostatis, induksi, kumparan
putar, penyearah, thermokopel
Rse = 100
Rm = 100
Rp Rs
2 mA 1000 V
Tc = Td
Td = a.b.n.B.Im
Tc 12.10 5 12.10 5
Im = = 2 2
= 2
= 1.10-3 = 1 mA
a.b.n.B 4.10 .3.10 .100.1 12.10
Penyelesaian :
Rs
+ -
2 2 2
Edc = Em = Erms = 0,9 Erms
= 0,9 x 10 = 9 Volt
Tahanan total rangkaian :
Edc 9
Rt = Rs + Rd + Rm = Rs + (50 + 50) + 250 = Rs + 100 + 250 = =
Id 1.10 3
= 9000 = Rs + 350 = 9000
a). Rs = 9000 – 350 = 8650
b). Sensitivitas voltmeter arus bolak-balik :
9000
Svac = = 1000 / Volt.
9
3. Sebuah alat ukur jenis kumparan putar penyearah gelombang penuh mempunyai
ukuran kumparan 4 cm x 3 cm, jumlah lilitan 100, dan kerapatan medan magnet 1
weber/m2. Torsi pengontrol dari pegas spiral pada simpangan skala penuh adalah 12 x
10-5 Nm. Alat ukur mempunyai tahanan dalam 200 . Tahanan maju diode masing-
Rs
220 Vrms
2 mA rms
Rm
+ -
Rp
Tc = Td
Td = a.b.n.B.Im
Tc 12.10 5 12.10 5
Im = = = = 1.10-3 = 1 mA
a.b.n.B 4.10 2 .3.10 2 .100.1 12.10 2
VRp = Vm + VRd = Im.(Rm+Rd) = 1.10-3 .(200+50+50) = 300.10-3 = 300 mV = 0,3
V
Untuk penyearahan gelombang penuh :
2 2 2
Edc = Em = Erms = 0,9 Erms
= 0,9 x 220 = 198 Volt
2 2 2
Idc = Im = I rms = 0,9 Irms
= 0,9 x 2 mA = 1,8 mA
Ip = Idc – Im = 1,8 mA – 1 mA = 0,8 mA
VRp 0,3
Rp = = = 375
Ip 0,8.10 3
Rp ( Rm Rd ) 375(200 100)
Rt = Rs + = 109.833,3 + = 109999,97
( Rp Rm Rd ) (375 200 100)
Atau :
Vdc 198
Rt = = = 110000
Idc 1,8.10 3
110000
Svac = = 555,5556 / Volt
198
0,02
Kesalahan pengukuran = x 100% = 1,1428 %.
1,75
Atau :
2 2
Kesalahan batas = 2 mA . 1% = 2 . 0,01 = 0,018 mA
0,018
Kesalahan pengukuran = x 100% = 1,1428 %.
2 2
1,75
4. Suatu alat ukur Voltmeter jenis besi putar 150 Volt mempunyai induktansi kumparan
0,75 H. Arus yang diperlukan Voltmeter apabila dihubungkan dengan tegangan arus
searah 150 Volt adalah sebesar 0,05 Amper. Berapa persen besar kesalahan pengukuran
oleh Voltmeter tersebut, apabila alat ukur tersebut dihubungkan dengan tegangan
bolak-balik 150 Volt dengan frekuensi 50 Hz. ?
Penyelesaian :
Apabila dipakai dalam rangkaian dc, di dalam alat ukur tersebut hanya timbul
tahanan, sehingga besar tahanan adalah :
V 150
R= = = 3000
I 0,05
Apabila dipakai pada rangkaian ac, akan timbul impedansi yang besarnya :
’
I' 0,0499
V = x Vac = x 150 Volt = 149,7 Volt
I 0,05
149,7 150
Kesalahan pengukuran = x 100 % = - 0,2 %.
150
5. Suatu KWH meter 1 fasa mempunyai 500 putaran / KWH. Pada waktu diadakan
pengetesan, KWH meter tersebut berada pada beban penuh sebesar 5 KW dengan
membuat 40 putaran dalam waktu 58,1 detik. Tentukan kesalahan pengukuran dari
KWH meter tersebut !
Penyelesaian :
Energi / usaha yang diberikan pada beban dalam waktu 58,1 detik :
5x58,1
E= KWH = 0,08069 KWH
3600
Energi yang ditunjukkan oleh KWH meter dengan 40 putaran :
40 putaran
E’ = = 0,08 KWH
500 putaran / KWH
E ' E 0,08 0,08069
Kesalahan pengukuran = x 100 % = x 100 % = - 0,855 %.
E 0,08069
6. Sebuah KWH meter 3 fasa yang dipakai untuk mengukur jaringan 3 fasa, 3 kawat, 50
Hz., power faktor 0,85., tegangan tinggi melalui PT 22 KV/220 V dan arus tinggi
melalui CT 100/5 A., mempunyai putaran 0,2 putaran / KWH. Pada waktu KWH meter
tersebut dihubungkan dengan sisi-sisi sekunder PT dan CT dengan tegangan line 220
Volt dan arus 2 A, frekuensi 50 Hz., serta power faktor 0,85 selama 30 detik, ternyata
putarannya tercatat 2 putaran. Berapakah besar kesalahan pengukuran KWH meter
tersebut ?
Penyelesaian :
Energi / usaha yang diberikan pada beban selama pengetesan :
E= 3 V I Cos . t. p . c . 10-3
30 22.000 100
= 3 . 220 . 2 . 0,85 . . . . 10-3 = 10,7964 KWH.
3600 220 5
Energi yang ditunjukkan oleh KWH meter pada beban selama pengetesan :
2
E’ = = 10 KWH
0,2
Rp Rp
suplai beban suplai
R R
Gambar a) Gambar b)
Daya beban : P = V I Cos = 220 . 2 . 0,8 = 352 watt
Apabila wattmeter dihubungkan seperti gambar a), maka :
Kerugian daya pada kumparan arus :
Pc = I2 Rc = 22 . 0,8 = 3,2 watt
Daya yang ditunjukkan oleh wattmeter :
P’ = P – Pc = 352 – 3,2 = 348,8 watt
P ' P 348 352
Kesalahan pengukuran = x 100 % = x 100 % = - 0,91 %.
P 352
Apabila wattmeter dihubungkan seperti gambar b), maka :
Kerugian daya pada kumparan tegangan :
V2 220 2
Pp = = = 4,84 watt
Rp 10.000
Daya yang ditunjukkan oleh wattmeter :
P’ = P – Pp = 352 – 4,84 = 347,16 watt
P ' P 347,16 352
Kesalahan pengukuran = x 100 % = x 100 % = - 1,375 %.
P 352
3. Sebuah alat ukur jenis kumparan putar penyearah gelombang penuh mempunyai
ukuran kumparan 4 cm x 3 cm, jumlah lilitan 100, dan kerapatan medan magnet 1
weber/m2. Torsi pengontrol dari pegas spiral pada simpangan skala penuh adalah 12 x
10-5 Nm. Alat ukur mempunyai tahanan dalam 200 . Tahanan maju diode masing-
masing sebesar 50 dan tahanan balik tak terhingga. Jika alat ukur mempunyai batas
ukur masing-masing 2 mA rms dan 220 Vrms, maka tentukan :
Sensitivitas Voltmeter arus bolak-balik
Kesalahan pengukuran dari Ampermeter ac, apabila akurasi 0,5 % skala penuh, dan harga
penunjukkan 1,75 mA.
4. Suatu alat ukur Voltmeter jenis besi putar 220 Volt mempunyai induktansi kumparan
0,75 H. Arus yang diperlukan Voltmeter apabila dihubungkan dengan tegangan arus
searah 220 Volt adalah sebesar 0,05 Amper. Berapa persen besar kesalahan pengukuran
oleh Voltmeter tersebut, apabila alat ukur tersebut dihubungkan dengan tegangan
bolak-balik 220 Volt dengan frekuensi 50 Hz. ?
5. Suatu KWH meter 1 fasa mempunyai 1000 putaran / KWH. Pada waktu diadakan
pengetesan, KWH meter tersebut berada pada beban penuh sebesar 5 KW dengan
membuat 60 putaran dalam waktu 58,1 detik. Tentukan kesalahan pengukuran dari
KWH meter tersebut !
6. Sebuah KWH meter 3 fasa yang dipakai untuk mengukur jaringan 3 fasa, 3 kawat, 50
Hz., power faktor 0,85., tegangan tinggi melalui PT 22 KV/220 V dan arus tinggi
melalui CT 100/5 A., mempunyai putaran 0,2 putaran / KWH. Pada waktu KWH meter
tersebut dihubungkan dengan sisi-sisi sekunder PT dan CT dengan tegangan line 220
Volt dan arus 3 A, frekuensi 50 Hz., serta power faktor 0,85 selama 30 detik, ternyata
putarannya tercatat 2 putaran. Berapakah besar kesalahan pengukuran KWH meter
tersebut ?
7. Suatu Wattmeter tipe elektrodinamis 220 Volt, 10 A, mempunyai tahanan kumparan
arus sebesar 0,5 dan tahanan kumparan tegangan 20.000 . Apabila kumparan-
kumparan tegangan dan arus dari wattmeter dihubungkan dengan dua macam cara dan
dipergunakan untuk mengukur beban 220 Volt, 2 Amper, power factor 0,8 lagging.
Tentukan besar kesalahan pengukuran karena adanya tahanan dalam dari wattmeter
tersebut !
3.1 Pendahuluan
Alat-alat ukur elektronik atau instrumen elektronik dalam pemakaiannya didasarkan
pada prinsip-prinsip listrik atau elektronika. Sebuah instrumen elektronik dapat berupa
sebuah alat yang konstruksinya sederhana dan relatif tidak rumit seperti halnya sebuah alat
ukur dasar untuk arus searah. Alat-alat ukur Voltmeter, Ampermeter, dan Ohmmeter
elektronik menggunakan penguat, penyearah, dan rangkaian lain untuk membangkitkan
suatu arus yang sebanding dengan besaran yang diukur, dan selanjutnya arus ini
menggerakkan sebuah mekanisme alat ukur konvensional. Banyak Voltmeter elektronik
Alat ukur dan alat atur merupakan bagian yang sangat universal pada manusia.
Persamaan fisis alat ukur dan alat atur, yaitu sama-sama memberikan atau memindahkan
informasi. Pada alat ukur memindahkan informasi dari luar ke dalam. Informasi harus sama
(bukan wujudnya tetapi informasinya). Sedangkan pada alat atur, informasi yang diberikan
harus sama dengan kehendak orang yang mengatur. Perbedaan alat ukur dengan alat atur
adalah pada alat ukur terjadi penyusutan ketenagaan, sedangkan pada alat atur terjadi
pelipatan ketenagaan.
Alat ukur dalam suatu instrumentasi elektronik pada prinsipnya adalah memberikan
atau memindahkan informasi berupa data dalam bentuk besaran listrik atau sinyal listrik
yang diolah sedemikan rupa yang berasal langsung dari besaran yang diukur atau dari
keluaran transducer. Kedua jenis masukan itu, berupa sinyal listrik. Masukan langsung dari
besaran yang diukur dijumpai pada alat ukur besaran listrik, termasuk di dalamnya adalah
alat ukur tegangan searah, bolak-balik, frekuensi, atau tahanan. Sedangkan masukan yang
berasal dari transducer ada pada alat ukur besaran non listrik. Oleh transducer, besaran non
listrik, seperti temperatur, tekanan, dan gaya diubah menjadi sinyal listrik. Pada bagian
penyiapan sinyal atau pengkondisi sinyal (signal conditioning), sinyal listrik yang
menggambarkan besaran terukur, dapat dikuatkan, ditapis, diredam, dipadukan, dibedakan,
ditambah, dikurangi, atau dengan kata lain, sinyal itu diubah sehingga sesuai dengan pola
yang dikehendaki oleh bagian pengubah analog ke digital atau fungsi-fungsi lainnya.
R2
ein R1
eo
+
ein
eo
+
R2
R1
R2
eo = - 1ein (3-2)
R1
R2
e1 R1
e2 eo
R1 +
R2
e1 R1 R2
+
+ eo
e2 + R1
e2 R2
e3 eo
R3 +
Rf Rf Rf
eo = - e1 e2 e3 (3-4)
R1 R2 R3
Rf
e2 R2 Rf
e1 R1
R3
Rf
+ -e1
R1 eo
+
Rf Rf Rf
eo = - e1. e2 (3-5)
R1 R3 R2
ein R1
eo
+
Rf Rf
Jika Rf > R1, maka eo = ein , dengan > 1, sehingga terjadi pengalian
R1 R1
Rf
tegangan ein dengan faktor pengali ,
R1
Rf Rf
Jika Rf < R1, maka eo = ein , dengan < 1, sehingga terjadi pembagian
R1 R1
Rf
tegangan ein dengan faktor pembagi .
R1
ein R
eo
+
C
ein
eo
+
dein (t )
eo(t) = - RC (3-7)
dt
b
ein R1
eo
+
kT e
eo = - Ln in (3-8)
Q R1I ss
e c
ein
eo
b
+
2. Digital processor : sistem digital elektronik yang paling penting adalah komputer
digital dan rangkaian-rangkaian kontrol yang berkaitan dengannya. Pada dasarnya
komputer digital merupakan mesin kalkulasi, walau prinsip-prinsip dasar operasinya
sangat sederhana, komputer mampu memecahkan problem matematis yang kompleks,
sehingga dapat mengatasi kompleksitas.
Banyak proses industri yang menggunakan komputer sebagai pengontrol. Dalam hal
ini komputer mengerjakan kalkulasi perbandingan dan memproduksi jawaban yang
dikonversikan ke suatu bentuk yang cocok untuk proses itu. Peralatan dan
perlengkapan yang membentuk interkoneksi antara proses komputer disebut
perlengkapan interfase.
Aplikasi sistem digital (sistem yang memakai logika digital) yang lain banyak terdapat
dalam segi kehidupan, misalnya lampu lalu lintas, operasi dan kontrol lift, dan tempat
penyeberangan. Semua sistem ini tergantung pada sistem logika kombinasi dan berurut
(sequential), bersama dengan sejumlah rangkaian waktu tertentu yang memenuhi
kebutuhan sistem untuk dapat menghitung jumlah pulsa dalam suatu perioda tertentu.
Pada awalnya bagian dasar dari prosesor digital adalah logic circuit (AND, OR,
NAND, NOR, EX-OR, dll), dengan perkembangan teknologi digital, maka dibentuk
flip-flop sebagai untai logic. Flip-flop sekuensial berkembang menjadi counter dan
memori, sedangkan flip-flop kombinasi membentuk menghitung untai yang dapat
menghitung fungsi matematik, misalnya adder (penjumlah digital) digunakan sebagai
bagian dasar digital processor. Gabungan flip-flop sequensial dan flip-flop
combinational yang telah melahirkan teknologi mikroprocessor dan mikrocontroller.
Berikut adalah beberapa sistem pemrosesan digital, yaitu antara lain sebagai berikut :
a. Sistem BCD (binary coded decimal)
Informasi atau data ditransfer dalam sistem logika dan komputer dalam bentuk
binary, karena bentuk ini lebih sesuai untuk peralatan logika, meskipun tidak
begitu cocok untuk manusia. Dengan mengkodekan angka desimal dalam bentuk
binary terbentuklah sistem angka yang memadai untuk manusia dan mesin
komputer. Setiap angka desimal dapat dinyatakan oleh sekelompok bilangan
binary berdigit empat. Lihat contoh 8421 BCD pada tabel 3.1 berikut.
Setelah proses perhitungan 910, bobot 8421 BCD diubah oleh suatu faktor sepuluh.
Oleh karena itu, empat bit (binary digit) berikutnya adalah 80, 40, 20, dan 10, yang
memungkinkan pengkonversian bilangan desimal sampai 99
SUM
A
HALF ADDER
B CARRY
Gambar 3.9 Half adder
A SUM
B FULL ADDER
C CARRY
Gambar 3.10 Full adder
S Q
R Q
e. Flip-flop J-K dengan Clock : selain mengatasi keterbatasan flip-flop S-R, flip-flop
ini mempunyai sebuah terminal input clock, sehingga bila J dan K dihubungkan
bersama dan menuju ke logika 1, keadaan flip-flop itu berubah tiap kali pulsa clock
masuk ke terminal input clock
f. Penghitung binary sederhana : disebut juga penghitung serial merupakan
penghitung sinkron, di sini pulsa yang akan dihitung masuk pada salah satu ujung
penghitung, dan proses penambahan tiap pulsa harus sudah terlaksana sebelum bit
bawaan masuk ke rangkaian berikutnya. Rangkaian berikut ini kemudian harus
menambahkan bit bawaan tadi ke angka yang ada padanya. Oleh karena itu, bit
bawaan ini tampak bergelombang melewati sepanjang penghitung sampai
perhitunganan selesai. Sistem ini sering disebut penghitung yang berjalan secara
bergelombang
g. Penghitung dekade : penghitung binary di atas dapat dikonversikan sebagai
penghitung dekade dengan menggunakan decoder jaringan logika sederhana untuk
mendeteksi keadaan 910, yaitu angka desimal dari bilangan binary 1001, dan
memberikan logika 1 ke jalur reset untuk menghasilkan semua flip-flop ke 0 dan
memulai perhitungan. Keadaan logis berikutnya perlu dideteksi untuk mencapai
hasil yang dikehendaki karena karakteritik perubahan flip-flop. Jadi dalam hal ini
bilangan binary 1001 adalah keadaan yang hendak dideteksi, yang dapat diperoleh
dengan sebuah gerbang AND ber-input dua dan output-nya dihubungkan ke jalur
reset ke 0
h. Penghitung BCD : penghitung BCD dapat dibuat dengan teknik yang sama seperti
di atas. Banyak proses industri menggunakan penghitung kumpulan (batch
counter) untuk menghitung jumlah komponen yang diinginkan, seperti pengujian,
penyusunan, dan pemaketan atau pembungkusan.
Khusus untuk Electronic Display Unit juga dapat dikelompokkan, antara lain yatu
diode type LED, LCD, LCD monitor. Begitu pula kelompok CRT based, seperti
osscilloscope, storage osscilloscope, digital osscilloscope, monitor, walaupun di dalam
CRT terdapat bagian-bagian yang komplek.
Pengelompokan peralatan elektronik dengan sistem cahaya atau biasa disebut
optoelektronik dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu penyensor (detektor) cahaya yang
merupakan diode dan transistor yang mengubah energi cahaya ke dalam energi listrik; dan
emitter (sumber) cahaya yang merupakan diode yang mengubah energi listrik ke dalam
energi cahaya.
Sumber cahaya seperti lampu filamen wolfram, lampu fluorecent dan lampu neon
biasanya dirancang untuk menghasilkan cahaya. Emitter cahaya semikonduktor adalah alat
dengan sambungan p-n yang mengeluarkan cahaya kalau dibiaskan dalam arah biasa, yaitu
positif ke jenis p (anode), alat ini disebut LED (light emitting diode)
Diode penghasil cahaya yang terlihat (visible light emitting diodes; VLED) banyak
dipakai sebagai indikator dan sebagai display digital dalam instrumen, kalkulator
elektronik, jam digital, dan arloji.
Untuk menghidupkan 7 bagian diode diperlukan penggerak (driver) 7 segmen.
Bagian-bagian 7 segmen tersebut, sebagai instrumen, yaitu display LED 7 segmen, decoder
/ driver BCD ke 7 segmen, pengubah biner ke BCD, ADC (analog to digital converter)
Display tersedia berbagai macam bentuk, ada tiga bentuk alat display berkembang
menjadi sangat populer dan paling sering dijumpai, yaitu :
2. LED matrik titik 5 x 7. Karakter alfanumerik atau alfabet, yang memakai bentuk tujuh
segmen digabung dengan pengaturan matriks titik VLED, misalnya matriks titik 5 x 7.
Display ini lebih banyak digunakan, karena makin dirasakan perlu dapat di-display-
kan seperti simbol angka. Matriks LED disusun dalam 5 kolom dan 7 baris, seperti
diperlihatkan dalam gambar 3.13(a). Hubungannya diatur sedemikian rupa, sehingga
sebuah LED dihubungkan di antara tiap baris kawat dan tiap kolom kawat, gambar
3.13(b).
3.7 Osiloskop
Osiloskop sinar katoda (cathode ray oscilloscope, CRO) adalah instrumen
laboratorium yang sangat bermanfaat dan terandalkan yang digunakan untuk pengukuran
dan analisa bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dalam rangkaian-rangkaian
elektronik. Pada dasarnya CRO adalah alat pembuat grafik atau gambar (plotter X-Y) yang
sangat cepat yang memperagakan sebuah sinyal masukan terhadap sinyal lain atau terhadap
waktu. Pena (stylus) plotter ini adalah sebuah bintik cahaya yang bergerak melalui
permukaan layar dalam memberi tanggapan terhadap tegangan-tegangan masukan.
Dalam pemakaian CRO yang biasa, sumbu X atau masukan horisontal adalah
tegangan tanjak (ramp voltage) linear yang dibangkitkan secara internal, atau basis waktu
(time base) yang secara periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri ke kanan melalui
permukaan layar. Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan ke sumbu Y atau masukan
vertikal CRO, menggerakkan bintik ke atas dan ke bawah sesuai dengan nilai sesaat
tegangan masukan. Selanjutnya bintik tersebut menghasilkan jejak berkas gambar pada
layar yang menunjukkan variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu. Bila
tegangan masukan berulang dengan laju yang cukup cepat, gambar akan kelihatan sebagai
pola yang diam pada layar. Dengan demikian CRO melengkapi suatu cara pengamatan
tegangan yang berubah terhadap waktu.
Tabung sinar katoda atau CRT merupakan jantung osiloskop, dengan yang lainnya
dari CRO terdiri dari rangkaian yang berfungsi mengoperasikan CRT. Pada dasarnya CRT
menghasilkan suatu berkas elektron yang dipusatkan secara tajam dan dipercepat ke suatu
kecepatan yang sangat tinggi. Berkas yang dipusatkan dan dipercepat ini bergerak dari
sumbernya (senapan elektron; electron gun) ke depan CRT, di mana membentur bahan
fluoresensi yang melekat di permukaan CRT (layar) bagian dalam dengan energi yang
cukup untuk membuat layar bercahaya dalam sebuah bintik kecil. Selagi merambat dari
sumbernya ke layar, berkas elektron lewat di antara sepasang pelat defleksi vertikal dan
sepasang pelat defleksi horosontal. Tegangan yang dimasukkan ke pelat defleksi vertikal
dapat menggerakkan berkas elektron pada bidang vertikal, sehingga bintik CRT bergerak
ke atas dan ke bawah. Tegangan yang dimasukkan ke pelat defleksi horosontal dapat
menggerakkan berkas pada bidang horisontal, dan bintik CRT ini bergerak dari kiri ke
kanan. Gerakan-gerakan ini tidak saling tergantung satu sama lain, sehingga bintik CRT
dapat ditempatkan di setiap tempat pada layar dengan menghubungkan masukan tegangan
vertikal dan horosontal yang sesuai secara bersamaan.
Gambar 3.16 Bintik CRO menghasilkan jejak bayangan pada layar bila tegangan-tegangan
defleksi horosontal dan vertikal dimasukkan
Peralatan senapan elektron menghasilkan suatu berkas elektron sempit dan terfokus
secara tajam yang meninggalkan senapan pada kecepatan yang sangat tinggi dan bergerak
Rangkuman
3. Suatu CRO mempunyai jarak pelat-pelat penyimpang ke layar 20 cm, sedangkan jarak
antara pelat-pelat penyimpang adalah 5 mm, panjang pelatnya adalah 1 cm. Apabila
tegangan pemercepat sebesar 1000 Volt. Tentukan sensitivitas simpangan CRO !
Penyelesaian :
D : defleksi pada layar = meter
Ed : tegangan defleksi = volt
L : jarak pelat-pelat penyimpang ke layar = 20 . 10-2 = 0,2 m
Id : panjang efektif pelat-pelat defleksi = 1 . 10-2 = 0,01 m
d : jarak antara pelat-pelat penyimpang = 5 . 10-3 = 0,005 m
Ea : tegangan pemercepat = 1000 volt
Sensitivitas simpangan :
D L.Id 0,2.0,01
S= = = = 0,0002 m / V
Ed 2d .Ea 2.0,005.1000
4. Apakah yang dimaksud dengan sistem instrumentasi elektronik ?
Jawaban :
Instrumentasi yang bersifat menggunakan komponen-komponen elektronik, secara khusus
dapat diartikan instrumentasi untuk bidang elektronika.
5. Sebutkan delapan macam kelebihan dari sistem elektronik !
Jawaban :
Kemampuan mencakup daerah kerja (daya) yang luas
Mempunyai kecepatan dan percepatan
Mempunyai kawasan waktu
7. Jelaskan yang dimaksud dengan alat ukur digital dan perbedaannya dengan alat ukur
analog ! Sebutkan lima keunggulan yang dimiliki oleh alat ukur digital dibanding
dengan alat ukur analog !
Jawaban :
Sejak ditemukan kiat mengolah sinyal dengan cara digital, maka bermacam-macam
peralatan terus berkembang dan kian menjadi lebih baik, tidak terkecuali alat ukur. Berbeda
dengan alat ukur analog, pada alat ukur digital besaran terukur harus dirubah ke cara digital.
Untuk mengubah sinyal analog ke bentuk sinyal digital diperlukan proses pengangkaan dan
penyandian. Alat ukur digital menggunakan rangkaian logika untuk penampilan dan
pemrosesan data. Pada rangkaian logika yang terdiri atas gerbang logika, sinyal hasil
pengukuran diolah dengan kecepatan tinggi. Alat ukur digital setidaknya memiliki lima
keunggulan dibanding dengan alat ukur analog, antara lain :
Kemudahan pembacaan berupa angka
Kecepatan sampling lebih tinggi
Akurasi lebih tinggi
Resolusi lebih tinggi
Memungkinkan pengukuran secara otomatis.
8. Jelaskan perbedaan antara alat ukur digital dengan alat ukur tampilan digital dalam
bentuk diagram blok !
Jawaban :
Alat ukur digital memerlukan rangkaian digital pada bagian pengukurnya. Sedangkan alat
ukur tampilan digital pada bagian pengukurnya berupa rangkaian analog dan hanya pada
bagian tampilan yang berupa rangkaian digital, yaitu sebagai berikut :
Bagian-bagian Alat ukur digital :
Penyiapan Pengubah
Analog ke
Rangkaian Tampilan
Masukan Sinyal Logika Digital
Digital
Sinyal Analog
Penyiapan Pengubah
Rangkaian Tampilan
Analog ke
Masukan Sinyal Analog Digital Digital
Sinyal Analog
9. Jelaskan bagian penyiapan sinyal dari alat ukur digital yang digunakan sebagai fungsi
pembalik sinyal menggunakan operasional amplifier !
Jawaban :
Pembalik digunakan untuk mendapatkan sinyal yang berbeda 180o terhadap sinyal
masukannya, dengan menggunakan op-amp, sebagai berikut :
Rf
Ri
ei -
eo
Rf
eo = - ei ; Jika Rf = Ri, maka eo = - ei
Ri
Jadi tegangan keluaran eo berbeda fasa 180o terhadap tegangan masukan ei.
10. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan penapisan ! Dan apabila suatu rangkaian
penapis (filter) lowpass sederhana didesain agar tegangan keluaran ditekan 3 dB pada
100 Hz. Hitung tetapan waktunya dan pilihlah nilai R dan C yang cocok !
Jawaban dan penyelesaian :
Keluaran transducer yang diumpankan ke rangkaian penyiapan sinyal seringkali
mengandung derau. Derau itu menyebabkan error pada sinyal masukan rangkaian penyiap
sinyal. Untuk memberikan sinyal yang dinginkan dalam menahan sinyal derau, diperlukan
rangkaian penapis. Penapis dapat dirangkai dari pesusun elektronik pasif, seperti tahanan,
induktor, dan kapasitor, atau dari pesusun aktif, seperti op-amp dengan penguatan dan
balikan. Penapis dapat digolongkan dalam beberapa jenis, antara lain :
Lowpass
Highpass
Bandpass
Bandstop.
Apabila tegangan keluaran diredam 3 dB pada 100 Hz, maka :
10 log Eo/Ei = -3
Eo/Ei = 0,501
Eo 1 1
Ei 1
2 2
1 (2 100)2 2
2,75.103 detik
12. Gambar berikut adalah salah satu usaha untuk mengecilkan tahanan dalam alat ukur,
yaitu dengan menggunakan Op-amp yang diterapi umpan balik jajar-jajar. Jelaskan
dan hitunglah tegangan keluaran Vo, apabila kuat arus yang hendak diukur Ii adalah
50 μA !
Penyelesaian :
Op-amp yang diterapi umpanbalik negatif jajar-jajar mempunyai Zi = 0. Arus yang hendak
diukur, Ii dihubung singkat oleh Op-amp. Keluaran Op-amp adalah : Vo = Ii x Rf
Tegangan Vo ini kita ukur dengan alat ukur Volt biasa.
Jika kuat arus yang hendak diukur, Ii = 50 µA, maka :
Vo = Ii x Rf = 50 µA x 100 KΩ = 5 Volt
Alat ukur kita kalibrasi dengan 5 Volt = 50 µA. Karena Vo dan Ii berbanding lurus secara
linier, maka skala akan linier (1 Volt = 10 µA; 2 Volt = 20 µA), dst).
Arus yang hendak diukur bisa juga bentuk bolak-balik, di mana dalam hal ini alat ukur Volt
akan dapat ditukar dengan osiloskop.
13. Gambar berikut adalah salah satu usaha untuk menaikkan atau melipat gandakan
kepekaan alat ukur arus, yaitu dengan menggunakan Op-amp yang diterapi umpan
balik negatif jajar-deret. Jelaskan serta hitunglah kepekaan dan penguatan arus dalam
μA, apabila kuat arus Ii yang mengalir sebesar μA !
14. Gambar berikut adalah salah satu usaha untuk membesarkan tahanan dalam alat ukur
volt, yaitu dengan menggunakan Op-amp yang diterapi umpan balik negatif deret-
deret. Jelaskan serta hitunglah arus keluaran Io, apabila tegangan Vi yang hendak diukur
diubah menjadi arus keluaran Io, dan tegangan masukan Vi adalah 1 mV pada
simpangan skala penuh !
Penyelesaian :
Dengan menggunakan Op-amp yang diterapi umpan balik negatif deret-deret, kita akan
memperoleh alat ukur volt dengan perlawanan masukan yang besar tak terhingga.
Tegangan yang hendak diukur Vi diubah menjadi arus keluaran, Io sebesar :
Vi
Io = (arus keluaran ini dapat diukur dengan alat ukur mA).
R
Dengan R = 10 Ω, Vi = 1 mV, maka :
Vi 1mV
Io = = 100 µA
R 10
Penyelesaian :
a)
Penyelesaian :
a) Waktu yang diperlukan IC ADC 0804 untuk mengubah masukan:
Waktu yang diperlukan = 100 µdetik
b) Tegangan masukan minimum yang dapat diubah menjadi biner 1:
Resolusi 0,40 %
V referensi / acuan 5 V
Resolusi perubahan tegangan = 0,02 V
c) Jika tegangan masukan sebesar 300 mVolt, dengan sensitivitas alat transducer 10
mV/oC, maka besar penunjukkan temperatur
Pada transducer / sensor:
Voutput 300 mV = 0,3 V
Sensitivitas 10 mV/oC
Temperatur input = 30 oC
Pada ADC:
Vinput 300 mV = 0,3 V
Resolusi tegangan = 0,02 V
PENGUKURAN LISTRIK
4.1 Pendahuluan
Besaran-besaran listrik seperti arus, tegangan, tahanan, induktansi, dan kapasitansi
adalah merupakan sebagian dari besaran-besaran listrik yang harus dapat diketahui baik
karakteristik maupun kuantitasnya. Salah satu cara untuk mengetahui besaran-besaran
listrik dapat dilakukan melalui pengamatan fenomena fisis terhadap besaran-besaran listrik
tersebut melalui suatu pengukuran listrik dengan teknik-teknik dan metoda-metoda
tertentu.
Besaran listrik seperti arus dan tegangan adalah dua besaran yang paling penting pada
kelompok besaran listrik tersebut. Untuk itu, dikembangkan teknik pengukuran arus dan
tegangan serta dikembangkan pula alat ukur arus dan tegangan. Untuk mendapatkan hasil
yang teliti, pengukuran besaran arus dan tegangan yang kecil-kecil berbeda dengan besaran
arus dan tegangan yang besar-besar. Alat ukur arus dan tegangan yang sering dijumpai
adalah alat ukur ganda atau multimeter.
1,5 V 75 1,5V 75
(a) (b)
Gambar 4.1 Pengukuran arus; gangguan pada rangkaian pengukuran disebabkan
terhubungnya suatu Ampermeter
Jadi harga arus yang diukur berbeda sebesar 3 mA atau 17% dari harga sebenarnya.
Kesalahan ini dapat dibebankan kepada kondisi rangkaian pengukuran yang telah
mengalami perubahan, disebabkan oleh penggunaan alat pengukur amper dengan tahanan
dalamnya yang tidak bisa diabaikan terhadap besar dari tahanan beban, atau oleh karena
pemakaian daya sendiri oleh alat pengukur amper. Bila sekarang alat pengukur amper
kumparan putar dengan batas ukur skala maksimum sebesar 30 mA yang mempunyai
tahanan dalam sebesar 1,1 , dipakai sebagai pengganti alat pengukur arus sebelumnya,
maka arus yang melalui beban adalah :
1,5
I” = 0,0197 A = 19,7 mA
75 1,1
Harga hasil pengukuran jauh lebih dekat terhadap arus I dibandingkan dengan hasil
pengukuran yang sebelumnya. Kesalahan hasil pengukuran adalah sebesar 0,29 mA atau
1%. Dengan demikian batas ukur atau rangkuman ukur harus diperhatikan pada saat kita
mengukur, begitu pula dengan tahanan dalam alat ukur.
2V 9 k E 2V 9 k E’ V
(a) (b)
Gambar 4.2 Pengukuran tegangan; gangguan pada rangkaian pengukuran disebabkan
terhubungnya suatu Voltmeter
9 1
9 1
E’ = 2 = 0,165 V
10 9 1
9 1
Sedangkan tegangan sebenarnya adalah :
9
E=2 = 0,947 V
10 9
Jadi harga yang diukur adalah jauh berbeda, sehingga suatu koreksi harus diberikan, yaitu
sebesar :
0,947 0,165
100% 474%
0,165
Kesalahan tersebut di atas diakibatkan oleh tahanan dalam dari alat pengukur volt
yang rendah, bila dibandingkan dengan tahanan dari pada rangkaian pengukuran, atau
dengan kata lain penggunaan daya sendiri dari alat ukur volt ini adalah besar dibandingkan
dengan rangkaian pengukuran. Dalam penggunaan rangkaian elektronik, kita sering
membuat kesalahan-kesalahan demikian, bila kita menghubungkan suatu suatu alat
pengukur volt, dengan harapan bahwa jarum penunjuk akan bergerak melalui suatu sudut
yang cukup besar, akan tetapi dalam kenyataannya hampir-hampir tidak memperlihatkan
pergerakan, karena kemungkinan besar pengukuran tersebut memerlukan penggunaan
suatu alat pengukur volt yang seharusnya mempunyai tahanan dalam jauh lebih besar. Alat
pengukur tegangan elektronik yang pada akhir-akhir ini telah mendapatkan pemakaian
yang sangat luas, pada umumnya mempunyai tahanan dalam yang sangat besar, dengan
demikian dapat dipakai hampir-hampir bebas dari kesalahan-kesalahan pengukuran.
V V 1 1
Ia = V (4-2)
R Rv R Rv
Dalam hal pengukuran arus bolak-balik, bila diketahui tegangan V dan arus I dan di
samping itu diketahui pula perbedaan fasa atau faktor daya cos , maka W dihitung dari
VI cos .
=
1
2R
V3 V2 V1
2 2 2
(4-5)
Dalam mempergunakan metoda tiga ampermeter seperti yang ditunjukkan dalam gambar
4.6, bila masing-masing alat ukur menunjukkan I1, I2, dan I3, maka :
=
R 2
2
I 3 I 2 I1
2 2
(4-6)
Diagram fasor dalam gambar 4.7(b) menunjukkan tegangan tiga fasa VAC, VCB, dan
VBA dan arus tiga fasa IAC, ICB, dan IBA. Beban yang dihubungkan secara delta dianggap
induktif, dan arus fasa ketinggalan dari tegangan fasa sebesar sudut . Kumparan arus
wattmeter 1 membawa arus IA’A, yang merupakan penjumlahan vektor dari arus-arus fasa
IAC dan IAB. Kumparan potensial wattmeter 1 dihubungkan ke tegangan jala-jala VAC.
Dengan cara sama kumparan arus wattmeter 2 membawa arus IB’B, yang merupakan
penjumlahan vektor dari arus-arus fasa IBA dan IBC, sedang kumparan wattmeter 2
dihubungkan ke tegangan jala-jala VBC. Karena beban adalah setimbang, tegangan-
tegangan fasa dan arus-arus fasa sama besarnya, yaitu :
VAC = VBC = V dan IAC = ICB = IBA = I
Daya dinyatakan oleh arus dan tegangan dari masing-masing wattmeter adalah sebagai
berikut :
W1 = VAC IA’A cos 30o VI cos 30o (4-7)
Untuk penggunaan yang paling umum dari alat pengukur energi listrik pada arus
bolak-balik, maka alat ukur dari tipe induksi mendapatkan pemakaian yang paling luas.
Dalam gambar 4.11, memperlihatkan pengukuran energi listrik arus bolak-balik yang
mempergunakan alat ukur tipe induksi. Cp adalah inti besi dari kumparan-kumparan
tegangan, Wp adalah kumparan-kumparan tegangan, sedangkan Cc adalah kumparan-
kumparan arus dan Wc adalah kumparan-kumparan arus. Arus beban I mengalir melalui
Wc dan menyebabkan terjadinya fluksi magnetik 1. Wp mempunyai sejumlah lilitan yang
besar dan cukup besar untuk dianggap sebagai reaktansi murni, sehingga arus Ip yang
mengalir melalui Wb akan tertinggal dalam fasanya terhadap tegangan beban dengan sudut
sebesar 90o, dan menyebabkan terjadinya fluksi magnetis sebesar 2. Dengan demikian,
kepingan aluminium D, momen gerak TD yang berbanding lurus terhadap daya beban, maka
oleh pengaruh momen gerak ini, kepingan aluminium akan berputar dengan kecepatan
putaran n. Sambil berputar ini, D akan memotong garis-garis fluksi magnetis m dari
magnet yang permanen dan akan menyebabkan terjadinya arus-arus putar yang berbanding
lurus terhadap nm di dalam kepingan aluminium tersebut. Arus-arus putar ini akan pula
memotong garis-garis fluksi m sehingga kepingan D akan mengalami suatu momen
redaman Td yang berbanding lurus terhadap nm2. Bila momen-momen tersebut, yatu TD
dan Td ada dalam keadaan setimbang, maka hubungan di bawah ini akan berlaku yaitu
sebagai berikut :
Kd VI cos = km nm2
atau :
kd
n= VI cos (4-10)
kmm
2
dengan kd dan km sebagai konstanta. Jadi dari persamaan (4-10) tersebut dapat terlihat
bahwa kecepatan putar n, dari kepingan D adalah berbanding lurus dengan beban VI cos
Gambar 4.12 Efek penempatan voltmeter dan ampermeter dalam pengukuran dengan
metoda voltmeter-ampermeter
Gambar 4.13 Efek posisi voltmeter dalam pengukuran dengan metoda voltmeter-
ampermeter
Tahanan ()
Nilai skala penuh (A)
Pivot dan jewel Taut-band
50 2000-5000 1000-2000
500 200-1000 100-250
1000 50-120 30-90
10000 2-4 1-3
Rm R2 Rx
E
B
Tegangan pada jarak shunt (Esh) sama dengan tegangan pada jarak gerakan :
E Rm Rx
S B
Rx R1 Rm
S (4-22)
Rx R1 Rm R1 Rm
R1 Rm
dengan definisi Rp (4-23)
R1 Rm
diperoleh :
Rx
S (4-24)
Rx R p
Pada pembacaan setengah skala (Im = 0,5 Idp), persamaan (4-21) menjadi :
ERh
0,5 I dp (425)
R1 Rm Rh R1 Rm
di mana Rh = tahanan luar yang menyebabkan defleksi setengah skala. Untuk menentukan
nilai-nilai skala relatif pada nilai R1 yang diketahui, pembacaan setengah skala dapat
diperoleh :
R1 Rm
Rh (4-26)
R1 Rm
Analisis menunjukkan bahwa tahanan setengah skala ditentukan oleh tahanan batas
R1 dan tahanan dalam gerakan kumparan Rm. Tahanan batas R1 berturut-turut ditentukan
oleh Rm dan arus defleksi penuh Idp.
Ohmmeter yang sederhana memerlukan sumber listrik yang kering untuk
mengalirkan arus melalui suatu miliampermeter atau mikroampermeter. Secara
proporsional arus itu berbanding terbalik dengan tahanan yang akan diukur. Suatu tahanan
variabel akan menyebabkan perubahan pada tegangan baterai dan penyesuaian indikasi
tahanan nol ketika barang pengetes dipertemukan. Sebuah resistor tetap yang dihubungkan
secara seri membatasi arus sampai ukuran maksimum yang telah ditentukan, untuk menjaga
jika resistor variabel tadi turun sampai nol.
Persamaan (4-16) merupakan bentuk yang telah dikenal dalam kesetimbangan jembatan
Wheatstone. Jika tiga dari tahanan-tahanan tersebut diketahui, tahanan keempat dapat
ditentukan dari persamaan (4-16). Berarti jika R4 tidak diketahui, tahanan Rx dapat
dinyatakan oleh tahanan-tahanan yang lain, yaitu :
R2
R x R3 (4-17)
R1
Tahanan R3 disebut lengan standar dari jembatan, dan tahanan R2 dan R1 disebut lengan-
lengan pembanding (ratio arms).
Pengukuran tahanan Rx yang tidak diketahui tidak tergantung pada karakteristik atau
kalibrasi dari galvanometer detektor nol, asalkan detektor nol tersebut mempunyai
sensitivitas yang cukup untuk menghasilkan posisi setimbang jembatan pada tingkat
presesi yang diperlukan.
Untuk menentukan apakah galvanometer mempunyai sensitivitas yang diperlukan
untuk mendeteksi kondisi tidak setimbang atau setimbang, arus galvanometer perlu
ditentukan. Setiap galvanometer memiliki perbedaan pada sensitivitas arus dan tahanan
dalam, sehingga perlu dilakukan perhitungan, galvanometer mana yang akan membuat
rangkaian jembatan lebih sensitif terhadap suatu kondisi tidak setimbang. Sensitivitas ini
dapat ditentukan dengan memecahkan persoalan rangkaian jembatan pada
ketidaksetimbangan yang kecil. Pemecahan ini didekati dengan mengubah jembatan
Wheatstone ke penggantinya Thevenin.
dengan demikian :
R1 R2
Ecd E (4-18)
1
R R3 R 2 R 4
Dengan memperhatikan gambar 4.17(b), hubungan singkat akan terjadi antara titik a dan b
bila tahanan dalam baterai dianggap nol. Dengan demikian tahanan pengganti Thevenin
dengan memeriksa terminal c dan d, menjadi :
R1 R3 R R
Rth 2 4 (4-19)
R1 R3 R2 R4
Bila sekarang detektor nol dihubungkan ke terminal-terminal keluaran rangakain pengganti
Thevenin, arus galvanometer menjadi :
Eth
Ig (4-20)
Rth R g
di mana Rg adalah tahanan galvanometer.
Penunjukkan galvanometer akan nol bila potensial pada k sama dengan potensial
pada p, atau bila Ekl = Elmp, di mana :
R2 R2 a bR y
E kl E I R3 Rx
R1 R2 R1 R2 a b R y (4-21)
b a b R y
I R3
a b a b R y
dan Elmp (4-22)
Rx dapat ditentukan :
R2 a bR y b a b R y
I R3 R x I R3
R1 R2 a b R y a b a b R y
a bR y R1 R2 bR y
R3 Rx R3
a b R y R2 a b R y
a bR y R1 R3
R R2 bR y
R3 Rx R3 1
a b R y R2 a b R y
R2
RR R bR y bR y a bR y
Rx 1 3 1
R2 R2 a b R y a b R y a b R y
sehingga :
R1 R3 bR y R1 a
Rx
R2 a b R y R2 b (4-23)
a R1
syarat awal telah ditetapkan yaitu , maka persamaan (4-23) berubah menjadi
b R2
hubungan yang telah dikenal :
R1
R x R3 (4-24)
R2
ditunjukkan bahwa tahanan gandar tidak mempunyai efek terhadap pengukuran, jika kedua
pasangan lengan-lengan pembanding mempunyai perbandingan tahanan yang sama.
Gambar 4.19 Kawat pengaman sederhana pada terminal Rx dari sebuah jembatan
Wheatstone
Dalam pengukuran, efek lintasan yang bocor biasanya dihilangkan dengan suatu
bentuk rangkaian pengaman. Prinsip sebuah rangkaian pengaman sederhana di dalam
lengan Rx dari sebuah jembatan Wheatstone dijelaskan dengan bantuan gambar 4.19. Tanpa
rangkaian pengaman, arus kebocoran Ig sepanjang permukaan apitan kutub yang terisolasi
bergabung dengan arus Ix melalui komponen yang diukur agar menghasilkan arus total
rangkaian yang dapat jelas kelihatan lebih besar dari pada arus peralatan aktual. Sebuah
kawat pengaman yang secara sempurna mengelilingi permukaan kutub yang terisolasi,
menahan arus kebocoran ini dan mengembalikannya ke baterai. Pengaman ini harus
ditempatkan secara cermat agar arus kebocoran selalu menuju sebagian dari kawat
pengaman dan mencegahnya memasuki rangkaian jembatan.
Gambar 4.21 Tahanan tiga terminal dihubungkan ke jembatan megaohm tegangan tinggi
berpengaman
Untuk mencegah arus kebocoran keluar dari rangkaian jembatan, titik-titik
sambungan lengan-lengan pembanding RA dan RB biasanya ditunjukkan sebagai terminal
pengaman yang terpisah pada panel depan instrumen. Terminal pengaman ini dapat
digunakan untuk menghubungkan apa yang disebut tahanan tiga terminal (three terminal
resistance), seperti ditunjukkan dalam gambar 4.21(a). Tahanan tinggi dihubungkan pada
dua kutub isolasi yang terpasang pada sebuah pelat logam. Kedua terminal utama dari
jembatan menurut cara yang biasa. Terminal ketiga dari tahanan adalah titik bersama
tahanan dihubungkan ke terminal Rx dari jembatan menurut cara yang biasa pula. Terminal
ketiga dari jembatan adalah titik bersama (common) dari tahanan R1 dan R2, yang
menyatakan lintasan kebocoran terminal utama sepanjang kutub-kutub isolasi ke pelat
logam atau pengaman. Pengaman dihubungkan ke terminal pengaman pada panel depan
jembatan seperti ditunjukkan dalam gambar 4.21(b). Sambungan ini membuat R1 paralel
Gambar 4.22 Menemukan kerusakan tanah (hubungan singkat) dengan uji simpal Murray
Pengujian simpal yang paling dikenal dan paling sederhana adalah yang disebut uji
simpal Murray (Murray-loop test), yang pada dasarnya digunakan untuk menemukan
kerusakan pentanahan-pentanahan (ground) di dalam kabel-kabel terbungkus. Konduktor
yang rusak dengan panjang l2 dibentuk oleh kedua konduktor ini dihubungkan ke susunan
pengujian dengan cara yang ditunjukkan dalam gambar 4.22, dan jembatan disetimbangkan
melalui lengan pembanding A yang dapat diatur.
Pada kesetimbangan, didapat :
A RL R x B
atau R x RL (4-25)
B Rx A B
di mana RL adalah tahanan total simpal (konduktor yang rusak ditambah konduktor yang
baik) dan Rx adalah tahanan konduktor dari terminal jembatan ke lokasi tanah yang rusak.
lx
B
l1 l 2 (4-26)
A B
dan dalam sebuah kabel kawat banyak, konduktor balik l2 memiliki panjang dan
penampang yang sama dengan kawat yang rusak, jadi l1 = l2 = l dan karena itu :
B
l x 2l (4-27)
A B
di mana l adalah panjang kabel kawat banyak diukur dari terminal-terminal jembatan ke
titik ujung.
Gambar 4.23 Uji simpal Varley, digunakan untuk menemukan tanah, persilangan atau
hubungan singkat di dalam kabel kawat banyak
Salah satu metoda yang paling teliti untuk menemukan tanah, persimpangan atau
hubngan-hubungan singkat dalam sebuah kabel kawat banyak adalah apa yang disebut
pengujian simpal Varley, seperti ditunjukkan dalam gambar 4.23. Metoda ini pada dasarnya
adalah modifikasi dari pengujian simpal Murray yang juga menggunakan sebuah jembatan
Wheatstone, tetapi dengan dua lengan perbandingan yang tetap A dan B, dan sebuah
tahanan geser atau lengan standar. Dalam sebuah perangkat uji komersial yang khas rasio
perkalian dari lengan-lengan pembanding ini dikontrol oleh sebuah saklar tingkat (dial
switch) dan umumnya mempunyai daerah pengukuran dari 0,001 sampai 1000 dalam
kelipatan sepuluh yang biasanya terdiri dari empat tingkat kelipatan sepuluh dalam
hubungan seri.
Ketiga susunan rangkaian yang diperlukan untuk menemukan suatu kerusakan tanah,
di mana pada masing-masing perbandingan perkalian dari lengan A dan lengan B dibuat
tetap, dan jembatan dibuat setimbang ke defleksi nol galvanometer oleh tahanan geser
dalam lengan standar. Hasil yang dinginkan ditentukan berdasarkan analisa rangkaian
X1
B
R2 R1 (4-28)
A B
dan
X2
B
R3 R2 (4-29)
A B
karena tahanan sebanding dengan panjang dan berbanding terbalik dengan luas
penampang, jarak kerusakan dapat segera ditentukan dengan menggunakan satu hasil
sebagai pembanding terhadap yang lain. Metoda ini akan menemukan cacat kerusakan
sampai batas 500 kaki (feet) dalam suatu kabel berpenampang 50 mm2. Bila sebuah
rangkaian terdiri dari konduktor dengan ukuran yang berbeda pada berbagai seksi
(penampang), tahanan tiap penampang harus diperhitungkan. Misalnya jika kabel udara
dihubungkan ke kabel tanah dari ukuran yang berlainan, selisih tahanan dari kedua
penampang bukan hanya harus diperhitungkan ukuran konduktor yang berbeda, tetapi juga
selisih temperatur antara kabel udara dan kabel bawah tanah tersebut.
Pengujian simpal Varley yang lebih sederhana namun kurang teliti dapat dilakukan
hanya dengan menggunakan susunan pengukuran dalam gambar 4.23(b), asalkan lengan-
lengan pembanding A dan B sama dan rasio perkalian adalah satu. Persamaan
kesetimbangan jembatan yang biasa memberikan :
A X 2 2X1
(4-30)
B R2 X 2
A
karena lengan-lengan pembanding adalah sama yakni 1 , maka :
B
R2
X1 (4-31)
2
yang selanjutnya mengarahkan ke lokasi kerusakan.
Lx jR x
R1 Rx jLx R1 R2 R3 (4-38)
C1 C1
pemisahan bagian nyata dan bagian khayal menghasilkan :
Lx
R1 Rx R2 R3 (4-39)
C1
R2 R3C1
Lx (4-42)
1 2 C1 R1
2 2
kedua bentuk matematis untuk induktansi dan tahanan yang tidak diketahui ini
mengandung kecepatan sudut ω dan dari sini kelihatan bahwa frekuensi sumber tegangan
harus diketahui secara tepat, dan dengan mengingat penjumlahan pasangan sudut fasa yang
berhadapan harus sama, dan diperoleh bahwa sudut fasa induktif harus sama dengan sudut
fasa kapasitif karena sudut resistif adalah nol, sehingga tangen sudut fasa induktif adalah :
X L Lx
tan L Q (4-43)
R Rx
dan tangen sudut fasa kapasitif adalah :
XC 1
tan C (4-44)
R C1 R1
bila kedua sudut fasa tersebut sama, tangennya juga adalah sama dan dapat ditulis :
1
tan L tan C atau (4-45)
C1 R1
sehingga persamaan (4-42) berubah menjadi :
R2 R3 C1
Lx 2
(4-46)
1
1
Q
untuk nilai Q>10, suku (1/Q)2 akan menjadi lebih kecil dari 1/100 dan dapat diabaikan.
Karena persamaan (4-42) berubah menjadi bentuk yang diturunkan untuk jembatan
Maxwell, yaitu :
Lx R2 R3C1
Jembatan Hay cocok untuk pengukuran induktor Q tinggi, terutama yang mempunyai
Q>10. Untuk nilai Q yang lebih kecil dari sepuluh, suku (1/Q)2 menjadi penting dan tidak
dapat diabaikan. Dalam hal ini jembatan Maxwell adalah lebih sesuai.
untuk pengaturan kesetimbangan, kedua variabel yang dipilih adalah kapasitor C1 dan
tahanan R2. Dalam pemilihan komponen variabel, di mana kualitas kapasitor dapat
didefinisikan sebagai berikut :
Faktor daya (power factor, PF) dari sebuah kombinasi seri RC didefinisikan sebagai
cosinus sudut fasa rangkaian. Dengan demikian faktor daya yang tidak diketahui sama
dengan PF = Rx/Zx. Untuk sudut-sudut fasa yang sangat mendekati 90o, reaktansi hampir
sama dengan impedansi dan dapat mendekati faktor daya menjadi :
Rx
PF C x Rx (4-54)
Xx
Faktor disipasi (dissipation factor) dari sebuah rangkaian seri RC didefinisikan sebagai
cotangen sudut fasa, dan karena itu faktor disipasi adalah :
Rx
D C x R x (4-55)
Xx
karena kualitas sebuah kumparan didefiniskan oleh Q = XL/RL, maka diperoleh bahwa
faktor disipasi D adalah kebalikan dari faktor kualitas Q, dan berarti D = 1/Q. Faktor
disipasi adalah kualitas sebuah kapasitor, yakni bagaimana dekatnya sudut fasa kapasitor
tersebut ke nilai idealnya 90o. Dengan memasukkan nilai Cx ke dalam persamaan (4-49)
dan Rx ke persamaan (4-48) ke dalam bentuk faktor disipasi diperoleh :
D R1C1 (4-56)
Jika tahanan R1 dalam jembatan Schering mempunyai suatu nilai yang tetap, piringan
(dial) kapasitor C1 dapat dikalibrasi langsung dalam faktor disipasi D, dan ini merupakan
hal yang biasa dalam jembatan Schering. Perhatikan bahwa pada persamaan (4-52), suku
ω muncul dalam pernyataan faktor disipasi yang berarti bahwa kalibrasi piringan C1 hanya
berlaku untuk satu frekuensi tertentu pada mana piringan dikalibrasi. Frekuensi yang
berbeda dapat digunakan asalkan dilakukan suatu koreksi, yakni dengan mengalikan
pembacaan piringan C1 terhadap perbandingan dari kedua frekuensi tersebut.
Dalam sistem yang komplek seperti diperlihatkan dalam gambar 4.16, digunakan
metode membagi dua. Di sini pengecekan awal dibuat di tengah-tengah sistem,
misalnya output rangkaian D. Jika gelombang pada titik ini benar, kesalahan terletak
pada setengah sistem berikutnya. Setengah sistem yang kedua kemudian diperiksa pada
tengah-tengahnya, misalkan output rangkaian E dan F. Begitu seterusnya sampai
rangkaian yang salah diketemukan. Bila gelombang yang diharapkan tidak diperoleh
pada output rangkaian D, kesalahan pasti terletak dalam rangkaian D
2. Pengujian spesifikasi. Teknik ini dapat digunakan untuk memeriksa sistem yang
lengkap, tetapi untuk mencari rangkaian kesalahan tunggal lebih banyak dipakai
pengujian aliran fungsional.
Dalam teknik ini pengukuran dilakukan dan dibandingkan dengan pencatatan standar
untuk rangkaian itu. Pengukuran tegangan dc dilakukan pertama-tama seperti dalam
gambar 1.29, karena tegangan bias dc yang tidak benar pasti mengganggu gelombang
ac ketika sinyal masuk.
3. Display reaksi frekuensi. Teknik ini memakai fasilitas penyapu layar yang ada pada
generator fungsi modern. Ketika penyapuan itu diseleksi, frekuensi gelombang output
secara kontinyu bervariasi di antara ukuran rentang frekuensi minimum dan maksimum
yang diseleksi.
Hal ini memungkinkan reaksi rangkaian atau amplifier tersusun pada suatu rentang
frekuensi. Gelombang output frekuensi penyapuan masuk ke input X pada CRO
dengan basis waktu dimatikan, dan gelombang tegangan output rangkaian atau
Gambar 4.33 Bentuk gelombang reaksi frekuensi; (a) reaksi rangkaian, (b) display CRO, (c)
display CRO dengan penyapuan terbatas
Rangkuman
suatu teknik untuk mengetahui besaran-besaran listrik melalui
Teknik : pengamatan fenomena fisis menggunakan alat ukur listrik / elektronik
pengukuran terhadap besaran-besaran listrik tersebut melalui suatu pengukuran
listrik listrik dengan metoda tertentu.
Metoda
pengukuran : suatu metode tertentu untuk mengukur dan menghitung besaran-besaran
listrik listrik dengan menggunakan alat ukur listrik / elektronik.
3. Suatu sistem jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV tiga fasa tiga kawat
mensuplai suatu beban setimbang induktif hubungan delta (Δ). Akan ditentukan
besaran daya total tiga fasa melalui pengukuran dengan menggunakan metoda dua
wattmeter. Rangkaian instalasi pengukuran menggunakan transformator potensial 20
kV/100 V dan transformator arus 20/5 A. Hasil pengukuran dari Wattmeter 1 dan
Wattmeter 2 masing-masing menunjukkan sebesar 325 watt dan 135 watt. Tentukan :
a. Besar daya total sebenarnya pada beban
b. Besar faktor daya.
Penyelesaian :
a. Daya total sebenarnya pada beban :
P = W1 + W 2
20.10 3 20
= (325 + 135). . 368000 watt = 368 kW
100 5
b. Faktor daya :
Penyelesaian :
R2
Pada kesetimbangan jembatan : R4 R3
R1
1000
maka : R4 = 200 . 2000 Ω
100
lengan bd memiliki tahanan 2000 Ω. Diagram yang menunjukkan nilai lengan bd sebagai
tahanan 2005 Ω menyatakan ketidaksetimbangan yang kecil (<<2000 Ω).
Rangkaian jembatan dalam gambar (a) diubah ke rangkaian pengganti Thevenin, maka
tegangan pengganti Thevenin adalah :
100 1000
Eth = Eac – Ead = 5
100 200 1000 2005
= 2,77 mV
karena tahanan baterai diabaikan, maka tahanan pengganti Thevenin dalam gambar (b)
diperoleh :
100.200 1000.2005
Rth = 730 Ω
300 3005
Rangkaian pengganti Thevenin diberikan dalam gambar (c). Bila galvanometer
dihubungkan ke terminal keluaran rangkaian pengganti, maka arus melalui galvanometer
adalah :
3. Sebuah ohmmeter tipe seri yang direncanakan bekerja dengan baterai 6 V, mempunyai
diagram rangkaian seperti ditunjukkan dalam gambar berikut. Gerakan alat ukur
mempunyai tahanan dalam 2000 Ω dan memerlukan arus 100 μA untuk defleksi penuh.
Nilai tahanan R1 adalah 49 kΩ.
a) Dengan menganggap bahwa tegangan baterai telah berkurang menjadi 5,9 V,
tentukan nilai R2 yang diperlukan untuk membuat ohmmeter menjadi nol
b) Dengan persyaratan seperti pada (a), tahanan yang tidak diketahui Rx dihubungkan
ke alat ukur dan menyebabkan defleksi 60%. Tentukan nilai Rx
R1
A
Rm R2 Rx
4. Suatu sistem jaringan tiga fasa empat kawat mensuplai beban sebuah motor induksi
dengan hubungan bintang (Υ). Tentukan jumlah wattmeter yang diperlukan untuk
mengukur daya total, serta gambarkan diagram rangkaian dari instalasi pengukuran
lengkap dengan transformator arus dan transformator potensial !
5. Suatu pengukuran daya beban induktif pada sistem jaringan distribusi tegangan
menengah 20 KV tiga fasa tiga kawat menggunakan Metoda Dua Wattmeter. Sistem
peralatan pada rangkaian instalasi pengukuran tersebut menggunakan Wattmeter 250 V,
5 A, 500 W, Potential Transformer (PT) 20 KV/100 V, dan Current Transformer (CT)
20/5 A. Hasil tampilan pengukuran dari Wattmeter masing-masing menunjukkan 325
watt dan 130 watt. Tentukan:
a) Gambar rangkaian instalasi dari pengukuran daya tersebut !
b) Berapa total daya pada beban ?
c) Berapa faktor daya ?
7. Sebuah jembatan arus bolak-balik setimbang, yang diberi tanda ABCD sekeliling pojok-
pojoknya, mempunyai konstanta-konstanta berikut; lengan AB, R = 200 Ω paralel
terhadap C = 0,047 μF; lengan BC, R = 1000 Ω seri dengan C = 0,47 μF; lengan CD
tidak diketahui; lengan DA, C = 0,5 μF. Frekuensi osilator adalah 1000 Hz. Tentukan
konstanta-konstanta lengan CD !
8. Sebuah jembatan arus bolak-balik setimbang ditandai dengan ABCD, mempunyai
konstanta-konstanta berikut; lengan AB, kapasitansi murni 0,01 μF; BC, tahanan murni
2500 Ω, CD tidak diketahui; DA, kapasitansi 0,02 μF seri dengan sebuah tahanan 7500
Ω. Jembatan setimbang pada frekuensi sedemikian sehingga ω = 50000 rad/s.
a) Tentukan konstanta jembatan yang tidak diketahui pada lengan CD
b) Jika di samping konstanta-konstanta yang diberikan terdapat kapasitansi kebocoran
sebesar 100 pF pada lengan DA, tentukan nilai yang sebenarnya dari yang tidak
diketahui !
9. Jelaskan (lengkap dengan gambar) cara pengujian simpal Murray (Murray loop test)
yang digunakan untuk menemukan kerusakan pentanahan-pentanahan (ground) di
dalam kabel-kabel terbungkus !
10. Jelaskan (lengkap dengan gambar) cara pengujian simpal Varley (Varley loop test) yang
digunakan untuk menemukan tanah, persimpangan atau hubungan-hubungan singkat
dalam sebuah kabel kawat banyak !
11. Suatu cara pengujian simpal Varley (Varley loop test) digunakan untuk menemukan
lokasi terjadinya hubungan singkat pentanahan dalam sebuah kabel kawat banyak yang
dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali uji sesuai dengan susunan rangkaian Jembatan
Wheatstone. Perbandingan perkalian lengan A dan B dari ketiga susunan rangkaian
tersebut adalah tetap yaitu sebesar satu. Pengujian dilakukan menggunakan kabel udara
dengan pengaruh temperatur tertentu, di mana rangkaian jembatan dibuat setimbang
oleh tahanan geser dalam lengan standar dengan masing-masing tahanan sebesar R1 =
0,010 Ω, R2 = 0,028 Ω, dan R3 = 0,059 Ω. Spesifikasi kabel tanah yang diuji
berpenampang 50 mm2, tahanan jenis konduktor 0,0175 Ωmm2/m, sedangkan jarak
pengujian kerusakan sejauh 150 meter. Tentukan:
a) Berapa besar tahanan penghantar dari titik pengujian ke titik kerusakan tanah ?
b) Berapa jarak kerusakan hubung singkat dari titik pengujian ?
12. Jelaskan yang dimaksud dengan pengukuran elektronik dan diagnosis kesalahan !
Berikan contoh aplikasinya !
SISTEM INSTRUMENTASI
5.1 Pendahuluan
Metode pengukuran pada umumnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran secara langsung sangat
penting dalam instrumentasi modern, misalnya dalam pengukuran suatu bagian mekanis
yang membutuhkan ukuran-ukuran yang tepat, di mana dalam pelaksanaan pengukuran
dilakukan dari mulai proses pembuatan dengan tujuan untuk mengahasilkan mutu yang
baik. Dalam metode pengukuran langsung, besaran yang diukur langsung dibandingkan
terhadap suatu standar yang telah diketahui karakteristiknya. Metode pengukuran langsung
umumnya dipergunakan dalam pengukuran besaran-besaran seperti panjang, massa dan
waktu.
Pengukuran langsung tidak selalu dapat dilakukan. Pengukuran ini dalam beberapa
hal tidak teliti, hal mana disebabkan oleh adanya faktor-faktor manusia dan kurangnya
Bagian tertutup dari Bourdon tube dihubungkan dengan susunan roda gigi melalui
sambungan mekanik. Susunan roda gigi tersebut merupakan gerakan kecil ujung tertutup
dari Bourdon tube dan menyebabkan jarum penunjuk berputar membentuk sudut yang
besar, dengan demikian sambungan mekanik sebagai elemen pengirim data, sedangkan
roda gigi bertindak sebagai elemem pemanipulasi data. Elemen terakhir yang bertindak
outputs
data display
output
inverse transducer devices
data recording
Gambar 5.3 Diagram Sistem Pengukuran Jarak Jauh (Telemetri) Secara Umum
Transducer
5.6 Transducer
Besaran masukan pada kebanyakan sistem instrumentasi adalah besaran bukan listrik
(non listrik). Untuk menggunakan metoda dan teknik listrik pada pengukuran, manipulasi
atau pengontrolan, maka besaran non listrik ini diubah menjadi suatu sinyal listrik oleh alat
yang disebut transducer. Suatu definisi mengatakan “transducer adalah sebuah alat yang
bila digerakkan oleh energi di dalam sebuah transmisi, menyalurkan energi dalam bentuk
yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi kedua”.
Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optik (radiasi) atau thermal
(panas). Sebagai contoh, definsi transducer yang luas ini mencakup alat-alat yang
mengubah gaya atau perpindahan mekanis menjadi sinyal listrik. Alat-alat ini membentuk
kelompok transducer yang sangat besar dan sangat penting yang lazim ditemukan dalam
instrumentasi industri. Banyak parameter fisis lainnya (seperti panas, intensitas cahaya,
kelembaban) juga dapat diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan transducer.
Transducer-transducer ini memberikan suatu sinyal keluaran bila dirangsang oleh sebuah
masukan yang bukan mekanis. Sebuah termistror bereaksi terhadap variasi temperatur;
sebuah fotosel bereaksi terhadap perubahan intensitas cahaya; sebuah berkas elektron
terhadap efek-efek magnetik, dan lain-lain.
Cahaya
Nuklir
TRANSDUCER SINYAL
Kimia LISTRIK
Mekanik
Magnetik
Gambar 5.5 Diagram Sifat-sifat Transducer
Rs =
l l l 1 l / l (5-4)
/ 4d d 2 / 41 2d / d
Persamaan (5-4) dapat disederhanakan dengan menggunakan bilangan Poisson , yang
didefinisikan sebagai perbandingan regangan dalam arah lateral terhadap regangan dalam
arah aksial, dengan demikian :
d / d
= (5-5)
l / l
substitusi persamaan (5-5) ke (5-4) memberikan :
l 1 l / l
Rs =
/ 4d 1 2l / l
2
(5-6)
Gambar 5.6 Strain gage satu sumbu; (a) kawat, (b) foil
Pengukuran regangan secara simultan dalam arah lebih dari satu dapat dilakukan
dengan menempatkan gage elemen tunggal pada lokasi yang sesuai. Namun, untuk
menyederhanakan pekerjaan ini dan untuk menghasilkan ketelitian yang lebih besar,
tersedia gage elemen ganda atau gage resotte.
Resotte dua elemen yang diperlihatkan pada dalam gambar 5.7, sering digunakan
dalam transducer gaya. Gage dirangkaikan dalam sebuah rangkaian jembatan Wheatstone
guna memberikan keluaran yang paling besar. Untuk analisis tegangan geser, elemen-
Gambar 5.7 Rosette dua elemen (a) tumpukan foil 90o, (b) foil datar 90o, (c) foil geser 90o
Gambar 5.8 Rosette tiga elemen; (a) foil datar (plana) 60 o, (b) tumpukan kawat 45o
Gambar 5.9 Unbonded strain gage (a) prinsip konstruksi, (b) rangkaian jembatan Wheatstone
Transducer strain gage tipe tidak terikat ini dapat dibuat dalam berbagai jenis
konfigurasi tergantung pada pemakaian yang dikehendaki. Pemakaiannya yang utama
adalah sebagai transducer pergeseran (displacement transducer), sebuah pasak
penghubung dapat ditempelkan pada jangkar guna mengukur pergeseran secara langsung.
Unit dalam gambar 5.9 memungkinkan pergeseran jangkar sebesar 0,004 cm ke tiap sisi
dari posisi tengahnya. Dengan menggunakan konstruksi yang sama, unit ini akan berfungsi
sebagai dynamomter yang mampu mengukur gaya. Dengan tergantung pada jumlah lilitan
dan diameter kawat-kawat regangan, transducer akan mengukur gaya dari 40 gram
sampai 2 kg skala penuh.
Karena kapasitansi berbading terbalik dengan jarak kedua pelat paralel, setiap variasi
dalam d menyebabkan variasi yang berkaitan pada kapasitansi. Prinsip ini diterapkan pada
transducer kapasitif dalam gambar 5.11. Sebuah gaya yang diberikan pada diafragma yang
berfungsi sebagai salah satu pelat sebuah kapasitor sederhana, mengubah jarak antara
diafragma dan pelat diam. Perubahan kapasitansi yang dihasilkan ini dapat diukur oleh
sebuah jembatan ac, tetapi biasanya diukur dengan sebuah rangkaian osilator. Transducer,
sebagai bahan dari rangkaian osilator, menyebabkan perubahan frekuensi osilator.
Perubahan frekuensi ini merupakan ukuran dari besarnya gaya yang dipasang.
Transducer kapasitif memiliki respons frekuensi yang sangat baik dan dapat
mengukuir fenomena statik dan dinamik. Kekurangannya adalah kepekaan terhadap variasi
temperatur dan kemungkinan sinyal-sinyal yang tak teratur atau cacat (distorsi) karena
kawat yang panjang. Juga instrumentasi pencatatan bisa besar dan rumit dan sering
membutuhkan sebuah osilator kedua dengan frekuensi yang tetap untuk tujuan
pencampuran frekuensi (heterodyning). Jadi frekuensi selisih yang dihasilkan dapat dibaca
oleh sebuah alat keluaran yang sesuai seperti halnya pencacah elektronik.
Gambar 5.13 LVDT; (a) Komponen-komponen penting, (b) Posisi-posisi relatif dari inti yang
membangkitkan tegangan keluaran. Karakteristik linear menentukan gerakan inti yang terbatas
yang khasnya adalah 5 mm dari posisi nol
Gambar 5.15 Transformator selisih dengan inti berbentuk E dan jangkar bertitik putar
Transducer ini mengukur kedua fenomena statik dan dinamik, sangat menyenangkan
untuk digunakan dalam pemakaian telemetri. Keterbatasan rangkuman frekuensi,
kestabilan thermal yang jelek, dan ketelitian yang rendah, membatasi penggunaannya pada
pemakaian ketelitian rendah.
Transducer fotolistrik dalam gambar 5.18, menggunakan sebuah tabung cahaya dan
sebuah sumber cahaya yang dipisahkan oleh sebuah jendela kecil yang celahnya dikontrol
oleh elemen penjumlah gaya dari transducer tekanan. Pergeseran elemen penjumlah gaya
Keuntangan transducer jenis ini adalah efisiensinya yang tinggi, dan kesesuaiannya
untuk mengukur kondisi statik dan dinamik. Alat ini bisa memiliki stabilitas jangka panjang
yang jelek, tidak memberi respons terhadap variasi cahaya berfrekuensi tinggi, dan
memerlukan pergeseran yang besar bagi elemen penjumlah gaya.
Karena transducer ini memiliki respons frekuensi yang sangat baik, pemakaian
utamany adalah dalam asselerometer frekuensi tinggi. Pada pemakaian tersebut tegangan
keluaran khas adalah dalam orde 1 s/d 30 mv setiap g percepatan. Alat ini tidak memerlukan
di mana :
Rt = tahanan konduktor pada temperatur t, oC
Rref = tahanan pada temperatur referensi, biasanya oC
= koefisien temperatur tahanan
t = selisih antara temperatur kerja dengan temperatur referensi.
Hampir semua konduktor logam memiliki koefisien tahanan temperatur yang positif,
sehingg bertambah terhadap kenaikan temperatur. Beberapa bahan seperti karbon dan
germanium memiliki koefisien tahanan temperatur yang negatif, menandakan bahwa
tahanan tersebut berkurang pertambahan temperatur. Dalam sebuah elemen pengindera
temperatur diinginkan nilai yang tinggi, sehingga suatu perubahan tahanan yang besar
hanya terjadi pada perubahan temperatur yang relatif kecil. Perubahan tahanan ini (R)
dapat diukur dengan sebuah jembatan Wheatstone, yang dapat dikalibrasi agar
menunjukkan temperatur yang menyebabkan perubahan tahanan.
Dalam gambar 5.22 memperlihatkan variasi tahanan terhadap temperatur untuk
berbagai bahan yang lazim digunakan. Grafik menunjukkan bahwa tahanan platina dan
tembaga bertambah hampir linear terhadap temperatur.
Gambar 5.24 Rangkaian jembatan dengan sebuah termometer tahanan sebagai salah satu elemen
5.10.2 Termokopel
Sebuah termokopel terdiri dari sepasang kawat logam yang tidak sama dihubungkan
secara bersama pada satu ujung (ujung pengindera atau ujung panas) dan berakhir pada
ujung lain (titik referensi atau ujung dingin) yang dipertahankan pada suatu temperatur
konstan yang diketahui (temperatur referensi). Bila antara ujung pengindera dan titik
referensi terdapat perbedaan temperatur, suatu ggl yang menyebabkan arus di dalam
rangkaian akan dihasilkan. Bila titik referensi ditutup oleh sebuah alat ukur atau instrumen
pencatat, seperti ditunjukkan dalam gambar 5.25, penunjukan alat ukur tersebut akan
sebanding dengan selisih temperatur antara ujung panas dengan titik referensi. Efek
termolistrik yang diakibatkan oleh potensial-potensial kontak pada titik-titik sambung ini
dikenal sebagai efek Seebeck, menurut nama ahli fisika Jerman, Thomas Seebeck.
Gambar 5.26 Tegangan keluaran termokopel sebagai fungsi temperatur untuk berbagai
bahan termokopel
Suatu metoda standar yang sangat baik menyangkut sinyal-sinyal kesalahan dc yang
kecil ditunjukkan dalam gambar 5.28. Termokopel ditempatkan di dalam sebuah rangkaian
potensiometer. Tegangan tidak setimbang di dalam potensiometer yang disebabkan oleh
variasi temperatur pada ujung panas termokopel, dimasukkan ke sebuah pengubah
(konverter). Bila daya dimasukkan untuk mengemudikan kumparan konverter (biasanya 60
Hz atau 400 Hz), jangkar magnetik bergetar selaras (sinkron) dengan frekuensi tegangan
kumparan. Secara bergantian jangkar ini menghubungkan ujung-ujung yang berlawanan
dari kumparan primer transformator ke tegangan yang tidak setimbang. Tegangan tidak
setimbang yang berdenyut di dalam kumparan primer transformator dialihkan ke kumparan
sekunder, di mana diperkuat oleh sebuah penguat ac dan dimasukkan ke motor imbang
(balancing motor). Polaritas sinyal yang salah yang berasal dari rangkaian potensiometer
menentukan apakah pulsa yang menuju transformator adalah dari satu polaritas atau dari
polaritas yang berlawanan. Polaritas dari sinyal yang salah yang diperkuat, menentukan
arah perputaran motor imbang diacu terhadap tegangan sesaat jala-jala. Secara mekanis
motor digandengkan ke kontak geser potensiometer dan mengemudikannya dalam suatu
arah guna memulihkan kesetimbangan.
5.10.3 Termistor
Termistor atau tahanan termal adalah alat semikonduktor yang berkelakuan sebagai
tahanan dengan koefisien tahanan temperatur yang tinggi, yang biasanya negatif. Dalam
beberapa hal, tahanan sebuah termistor pada temperatur ruang bisa berkurang sebanyak 6
% untuk setiap kenaikan temperatur sebesar 1oC. Kepekaan yang tinggi terhadap perubahan
temperatur ini membuat termistor sangat sesuai untuk pengukuran pengontrolan dan
kompensasi temperatur secara presisi. Dengan demikian termistor digunakan secara luas
pada pemakaian tersebut, terutama dalam rangkuman temperatur rendah dari -100oC
sampai 300oC.
Termistor terbuat dari campuran oksida-oksida logam yang diendapkan, seperti
mangan, nikel, koibalt, tembaga, besi, dan uranium. Rangkuman tahanannya adalah dari
0,5 sampai 75 dan tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Ukuran paling kecil
adalah berbentuk manik-manik (beads) dengan diameter sebesar 0,15 mm sampai 1,25 mm.
Manik-manik ini dapat disegel di dalam ujung batang gelas padat untuk membentuk jarum
Gambar 5.30 Pengukuran temperatur dengan termistor di dalam sebuah rangkaian jembatan
untuk memperbaiki sensitivitas
Pada pengukuran daya hantar termal, dua termistor dihubungkan dalam lengan-
lengan yang berdekatan dari jembatan Wheatstone, seperti diperlihatkan dalam gambar
5.33. Tegangan sumber bagi (suplai) bagi jembatan adalah cukup tinggi untuk menaikkan
kedua termistor tersebut di atas temperatur sekelilingnya, sampai sekitar 150 oC. Sebuah
termistor dipasang pada permukaan yang diam guna memberikan kompensasi temperatur,
sedang termistor lainnya ditempatkan di dalam medium yang akan diukur. Setiap
perubahan dalam daya hantar termal medium ini akan mengubah laju pada mana panas
didisipasi dari termistor pengindera, yang berarti mengubah temperaturnya. Ini
menghasilkan ketidaksetimbangan jembatan yang dapat dikalibrasi dalam satuan-satuan
yang sesuai.
Dalam pemakaian lainnya, dua termistor ditempatkan dalam rongga-ronga terpisah
di dalam sebuah balok kuningan. Dengan udara di dalam kedua rongga tersebut, jembatan
setimbang. Bila udara di dalam satu rongga diganti dengan dioksida karbon murni yang
memiliki daya hantar yang lebih rendah dari pada udara, jembatan akan menjadi tidak
setimbang karena termistor menjadi lebih panas dan tahanannya berkurang. Besarnya
ketidaksetimbangan ini menyatakan 100% CO2 di dalam alat analisis (analyzer), 50% CO2
baru memberikan separuh pembacaan alat ukur, dan instrumen bisa dikalibrasi dengan
sebuah skala linear untuk membaca persentase CO2 di dalam udara. Kalibrasi yang serupa
dapat dilakukan untuk setiap campuran dua gas lainnya.
Jika jembatan yang sama menggunakan satu termistor tertutup dalam rongga di
dalam balok kuningan dan termistor lainnyaa dipasang di dalam sebuah pipa kecil, dapat
digunakan sebagai alat pengukur aliran (flowmeter). Bila tidak ada udara yang mengalir
melalui pipa, jembatan boleh jadi setimbang. Bila udara mengalir melalui pipa, termistor
menjadi dingin, dan tahanannya bertambah yang membuat jembatan tidak setimbang.
Banyaknya pendinginan sebanding dengan laju aliran udara, sehingga alat pencatat dapat
dikalibrasi dalam aliran di dalam pipa. Instrumen-instrumen sedemikian ini telah dibuat
untuk mengukur laju aliran sampai serendah 0,001 cm3 setiap menit.
Suatu pemakaian khas dari sebuah rangkaian praktis fotosel untuk mengontrol on-off
ditunjukkan dalam gambar 5.38. Tahanan R2, R3, dan R4 dipilih sehingga catu emitter ke
basis Q2 cukup positif untuk mengizinkan Q2 konduksi. Sebagai akibatnya rele di dalam
rangkaian kolektor Q2 akan bekerja. Bila digunakan konfigurasi A sebagai rangkaian
kontrol, rele bekerja bila cahaya pada fotosel berada di bawah suatu level yang telah
ditentukan. Bila fotosel diterangi, catu emitter ke basis dari Q1 menjadi cukup positif untuk
mengizinkan Q1 konduksi. Potensial kolektornya menjadi kurang positif, mengurangi catu
pada Q2 dan Q2 terputus mematikan rele. Bila yang digunakan adalah konfigurasi B, rele
akan bekerja bila cahaya yang masuk pada fotosel berada di atas suatu level telah
ditentukan sebelumnya.
Foto sel semikonduktor digunakan dalam beberapa pemakaian. Karakteristik volt-
amper dari sebuah bahan p-n bisa nampak berupa garis tebal dalam gambar 5.39, tetapi bila
cahaya diberikan pada sel, kurva bergeser ke bawah seperti diperlihatkan oleh garis patah.
Dalam pemakaian fotokonduktif sel dicatu dalam arah balik. Bila sel tersebut
disinari, arus balik bertambah dan suatu tegangan keluaran dapat dibangkitkan melalui
sebuah tahanan keluaran. Selanjutnya tegangan keluaran ini sebanding dengan jumlah
cahaya yang masuk. Orde khas besarnya pertambahan arus keluaran adalah sekitar 0,7 A
untuk setiap pertambahan penerangan sebesar 1 fc (kali-lilin; foot-candle). Pertambahan
Gambar 5.40 Rangkaian yang menggunakan galvanometer balistik untuk menentukan kurva
histeresis sebuah sampel magnetik
Sedikit variasi pada rangkaian gambar 5.41 tersebut, menggunakan dua spiral
bismuth dalam lengan jembatan yang saling berhadapan. Tahanan bismuth berubah
terhadap kekuatan medan magnet, dan perubahan ini diukur dengan sebuah jembatan dc.
Gambar 5.42 Rangkaian untuk mengukur fluksi magnet dengan menggunakan efek Hall dari
sebuah kristal germanium
Transducer efek Hall menggunakan sebuah bilah (strip) dari bahan semikonduktor
yang disingkapkan ke medan magnet yang tidak diketahui. Bila sebuah bilah bahan
konduktor atau semikonduktor membawa arus dalam suatu medan magnet melintang,
antara sisi-sisi bilah semikonduktor tersebut dihasilkan suatu ggl yang berlawanan seperti
diperlihatkan dalam gambar 5.42. Kawat sambung 1 dan 2 menghantarkan arus melalui
sebuah bilah germanium. Kawat sambung 3 dan 4 berada pada potensial yang sama bila
tidak ada medan magnet melintang yang lewat melalui bilah. Bila melalui bilah terdapat
suatu fluksi magnet, tegangan antara kawat sambung 3 dan 4 sebanding dengan perkalian
arus dan kuat medan. Sejumlah bahan memiliki efek Hall, akan tetapi dalam banyak hal
begitu kecil sehingga tidak memiliki nilai praktis. Germanium dapat dibuat di pabrik
dengan koefisien Hall yang sangat tinggi, dan jarum penduga germanium untuk mengukur
fluksi magnet digunakan untuk kerapatan-kerapatan fluksi yang kecil.
sebuah alat yang bila digerakkan oleh energi di dalam sebuah sistem
transmisi, menyalurkan energi dalam bentuk yang sama atau dalam
bentuk yang berlainan ke sistem transmisi kedua. Transmisi energi ini
bisa listrik, mekanik, kimia, optik (radiasi), panas (termal).
suatu alat yang mengubah suatu kuantitas fisik menjadi suatu kuantitas
mekanik atau listrik.
(a) Transducer, yaitu untuk pengubahan parameter fisis menjadi sinyal listrik yang dapat
diterima oleh sistem akuisisi
(b) Pengkondisi sinyal (signal conditioning), yaitu untuk memperkuat, memodifikasi, atau
memilih bagian tertentu dari sinyal tersebut. Sedangkan conversion, yaitu berfungsi
untuk mengubah sinyal analog menjadi suatu bentuk yang dapat diterima oleh
pengubah analog ke digital (A/D Converter)
5. Sebuah strain gage tahanan dengan factor gage sebesar 2 diikat ke sebuah benda baja
yang dipengaruhi oleh tegangan geser sebesar 1050 kg/cm2. Modulus elastisitas baja
adalah kira-kira 2,1 x 106 kg/cm2. Hitung perubahan tahanan ΔR dari elemen strain
gage yang disebabkan oleh tegangan geser yang dikenakan.
Penyelesaian :
Hukum Hooke pada persamaan (5-9) memberikan :
l s 1050
5 10 4
l E 2,1 10 6
Sensitivitas strain gage (faktor gage) adalah K = 2, maka dari persamaan (5-2)
diperoleh :
R3=500 k
R1=10 k
200 kHz, R2=100 k
12 Vac
VOM
R4=25 k
C2=0,5-150 pF
C1=47pF
1 1
C2 = 0,5271 pF
2fX C 2 2 200.10 3.1509700
Jika pergeseran 0,159 cm, sedangkan sensitivitas CDT = 0,5 pF/cm, maka :
C2’ = 0,5271 + (0,159 x 0,5 ) = 0,5271 + 0,0795 = 0,6066 pF.
1 1
XC2‘ = 1311860,724 Ω
2fC 2 ' 2 200.10 .0,6066.10 12
3
10.10 3 500.10 3
= 12
35.10 j16931,3769 500.10 j1311860,724
3 3
VOM
R4=25 k
C2=0,5-150 pF
C1=47pF
14. Suatu sistem pengukuran gaya berat diaplikasikan pada pengujian kendaraan bermotor
(axle load test) berbasis komputer. Sistem axle load test terdiri atas transducer load cell
model T66; kemampuan ukur maksimum 3.000 kg; beban lebih 150%; tegangan suplai
10 Volt, penguat Op-amp tipe LM1458, ADC tipe ADC0804; 5 Volt; data 8 bit,
Interface PPI 8255; 24 bit I/O; 3 port 8 bit; I port A, PC (Personal Computer)
menggunakan pemrograman visual dan berbasis objek. Adapun proses pengujian
dilakukan dengan memberikan beban pada load cell pada harga tertentu sebanyak 31
kali berurutan, dan kenaikan pengukuran sebesar 10 kg dengan beban tertinggi sebesar
300 kg. Nilai yang ditampilkan dilayar komputer menunjukkan besarnya harga terdekat
dari objek yang diukur. Tampilan hasil pengukuran pada komputer dirancang dalam
bentuk windows dan data disimpan dalam suatu database. Tentukan :
6.1 Pendahuluan
Sistem akuisisi data digunakan untuk mengukur dan mencatat sinyal yang pada
dasarnya diperoleh dalam dua cara, yaitu (a) sinyal yang berasal dari pengukuran langsung
besaran-besaran listrik; ini bisa mencakup tegangan dc dan ac, frekuensi, atau tahanan; dan
secara khas ditemukan dalam pemakaian seperti pengujian komponen elektronik,
penyelidikan lingkungan dan analisis kualitas; (b) sinyal yang berasal dari transducer,
seperti strain gauge dan termokopel.
Sistem instrumentasi dapat dikelompokkan dalam dua kelas utama, yaitu sistem
analog dan sistem digital. Sistem analog menyangkut informasi pengukuran dalam bentuk
analog, dan dapat didefinisikan sebagai suatu fungsi kontinyu seperti halnya kurva
tegangan terhadap waktu, atau pergeseran karena tekanan. Sedangkan sistem digital
menangani informasi dalam bentuk digital, dan didefiniskan sebagai suatu pulsa diskrit dan
tidak kontinyu yang hubungannya terhadap waktu berisi informasi mengenai kebesaran
atau sifat dasar dari besaran tersebut.
Sistem akuisisi data analog secara khas terdiri dari sebagian atau semua elemen, yaitu
sebagai berikut :
(a) Transducer, yaitu untuk pengubahan parameter fisis menjadi sinyal listrik yang dapat
diterima oleh sistem akuisisi
(b) Pengkondisi sinyal (signal conditioning), yaitu untuk memperkuat, memodifikasi, atau
memilih bagian tertentu dari sinyal tersebut
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 1
(c) Alat peraga visual, untuk memonitor sinyal masukan secara kontinyu. Alat ini bisa
mencakup CRO satu saluran atau saluran banyak, CRO penyimpan, alat-alat pencatat
pada panel, peragaan numerik dan sebagainya
(d) Instrumen pencatat grafik, untuk mendapatkan pencatatan data masukan secara
permanen. Instrumen ini mencakup unit-unit pencatat tipe jarum (stylus) dan tinta guna
memberikan pencatatan kontinyu pada card kertas, sistem pencatatan secara optik,
seperti misalnya unit pencatat galvanometer cermin, dan unit pencatat ultra violet
(e) Instrumen pita magnetik, untuk mendapatkan data masukan, mempertahankan bentuk
listrik semula, dan memproduksinya di kemudian hari untuk analisis yang lebih
terperinci.
Sistem akuisisi data digital bisa mencakup sebagian atau semua elemen seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 6.1 di bawah ini. Operasi dasar fungsional di dalam sebuah
sistem digital mencakup penanganan sinyal-sinyal analog, melakukan pengukuran,
pengubahan dan penanganan data digital, dan pemrograman internal dan kontrol. Fungsi
masing-masing elemen adalah sebagai berikut :
(a) Transducer. Mengubah parameter fisis menjadi sinyal listrik yang dapat diterima oleh
sistem akuisisi. Beberapa parameter khas mencakup temperatur, tekanan, percepatan,
pergeseran bobot, dan kecepatan. Besaran-besaran listrik seperti tegangan, tahanan,
atau frekuensi, dapat juga diukur langsung
(b) Pengkondisi sinyal (signal conditioning). Umumnya mencakup rangkaian penunjang
bagi transducer. Rangkaian ini dapat memberikan daya eksitasi, rangkaian imbang, dan
elemen kalibrasi. Contoh pengkondisi sinyal adalah kesetimbangan jembatan strain
gage dan unit pencatu daya
(c) Pemayar (scanner) atau multiplekser (multiplexer). Menerima banyak masukan analog
dan secara berurutan menghubungkannya ke satu alat pencatat
(d) Pengubah sinyal (signal converter). Mengubah sinyal analog menjadi suatu bentuk
yang dapat diterima oleh pengubah analog ke digital. Contoh pengubah sinyal adalah
penguat untuk memperkuat tegangan level rendah yang dibangkitkan oleh termokopel
atau strain gage
(e) Pengubah analog ke digital (A/D Converter). Mengubah tegangan analog menjadi
bentuk digital yang sepadan. Keluaran pengubah analog ke digital dapat diperagakan
secara visual dan juga tersedia sebagai keluaran-keluaran tegangan dalam tangga
diskrit untuk pengolahan selanjutnya atau untuk pencatatan pada sebuah unit pencatat
digital
(f) Perlengkapan pembantu. Bagian ini berisi instrumen-instrumen untuk pekerjaan-
pekerjaan pemrograman sistem dan pengolahan data digital. Fungsi khas perlengkapan
ini mencakup linearisasi dan pembandingan batas. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh
instrumen individual atau oleh komputer digital
(g) Unit pencatat digital (digital recorder). Mencatat informasi digital pada kartu berlubang,
pita kertas berlubang, pita magnetik, kertas mesin tik digital, compact disk, atau gabungan
sistem-sistem tersebut. Unit pencatat digital dapat didahului oleh sebuah unit penggandeng yang
mengubah informasi digital menjadi bentuk yang sesuai untuk dimasukkan ke unit pencatat
digital yang dipilih secara khusus.
Perlengkapan
Pembantu dan
Pemrograman Sistem
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 2
Sistem akuisisi data digunakan dalam banyak pemakaian berbagai bidang industri
dan ilmu pengetahuan, dan terus bertambah, seperti biomedikal, ruang angkasa, dan
industri-industri telemetri. Apakah jenis sistem akuisisi analog atau digital, sebagian besar
bergantung pada pemakaian pencatatan data masukan yang dinginkan. Umumnya sistem
data analog digunakan bila diperlukan lebar bidang yang luas atau bila ketelitian yang lebih
rendah dapat ditolerir. Sistem digital digunakan bila proses fisis yang akan dimonitor
berubah secara perlahan (lebar bidang sempit) dan bila diperlukan ketelitian tinggi serta
biaya yang rendah untuk setiap saluran. Sistem digital mencakup, menurut kerumitannya,
sistem pengukuran dan pencatatan tegangan dc satu saluran sampai ke sistem saluran ganda
otomatik yang rumit untuk mengukur sejumlah besar parameter masukan, membandingkan
terhadap penyetelan sebelumnya (preset) dan melakukan komputasi serta keputusan
terhadap sinyal masukan. Umunya sistem akuisisi data digital lebih rumit daripada sistem
analog dan keduanya dinyatakan dalam instrumentasi yang terlibat dan volume serta
kerumitan data masukan yang dapat ditanganinya.
Sistem akuisisi data sering menggunakan unit pencatat pita magnetik. Sistem-sistem
digital ini memerlukan pengubah (konverter) guna mengubah tegangan analog menjadi
besaran diskrit atau angka-angka. Sebaliknya informasi digital bisa diubah kembali
menjadi bentuk analog seperti halnya tagangan atau arus; yang kemudian dapat digunakan
sebagai suatu besaran umpan balik untuk mengontrol suatu proses industri.
Gambar 6.2 Pengubah dasar digital ke analog menggunakan jaringan pembagi resistif
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 3
Bilangan biner 0001 yang dimasukkan ke terminal masukan pengubah memberikan
0 V pada masukan A, B, dan C, sedangkan +E pada masukan D. Tahanan-tahanan masukan
bertindak sebagai pembagi tegangan yang dihubungkan antara 0 dan +E V, dan terdiri RD
yang seri dengan kombinasi paralel RA, RB, RC. Dengan demikian tegangan keluaran Eo
sama dengan 1/15 E V. Jika masukan sama dengan bilangan biner 0010, tegangan Eo akan
menjadi 2/15 E V, dan jika masukan adalah 0011, tegangan keluaran akan menjadi 3/15 E
V. Pertambahan satu bit pada masukan pengubah menyebabkan pertambahan tegangan
keluaran sebesar 1/15 E V. Bila masukan mencapai bilangan maksimalnya yakni 1111,
tegangan keluaran penuh sebesar E V diperoleh. Dengan demikian sinyal masukan digital
diubah dalam tangga diskrit sebesar 1/15 E V menjadi tegangan keluaran analog.
Ketelitian pengubahan tergantung pada ketelitian tahanan dan level tegangan dari
masukan-masukan biner. Biasanya tahanan ini adalah tahanan yang dipilih secara cermat,
dan level tegangan masukan biner dikontrol oleh sebuah sebuah tegangan referensi guna
memperbesar arus yang dibutuhkan tanpa mempengaruhi level masukan dc.
Dalam sebuah rangkaian praktis, jaringan resistif yang kadang-kadang disebut modul
pengubah digital ke analog (digital to analog conversion, DAC), tersambung ke sebuah
register flip-flop yang menyimpan bilangan digital. Karena pembagi hanyalah sebuah
sebuah jaringan pasif, tegangan masukan digital (level on dan off) menentukan tegangan
keluaran. Level tegangan digital biasanya tidak setepat yang dibutuhkan dalam sebuah
sistem analog, penguat level dapat ditempatkan di antara register flip-flop jaringan
pembagi.
Pengubah D/A yang praktis, seperti ditunjukkan dalam gambar 6.3. Komponen dasar
dikenal sebagai register flip-flop, modul DAC yang mencakup penguat level, dan sebuah
sumber tegangan referensi. Sinyal digital dimasukkan ke dalam register oleh sebuah pulsa
singgah (biasanya sebuah pulsa lonceng) dan secara otomatis diubah oleh jaringan pembagi
DAC menjadi tegangan analog yang sesuai.
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 4
berubah sebesar 1/15 E V. Gejala-gejala peralihan (transien) bisa terjadi pada keluaran
analog sebab variasi antara waktu-waktu transisi dari flip-flop yang berbeda dan arus
transien dapat dialirkan dari sumber referensi. Biasanya waktu transien ini adalah sangat
singkat (khasnya dalam orde 2 detik) dan dapat diabaikan karena beban-beban tidak dapat
memberi respons dalam batas-batas waktu ini.
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 5
Pada contoh tersebut, pembanding adalah on (memberikan suatu keluaran) jika
tegangan analog lebih besar dari pada tegangan referensi. Jika tidak ada pembanding yang
menghasilkan keluaran, maka masukan analog harus lebih kecil dari ¼ V. Jika pembanding
C1 menghasilkan keluaran, sedangkan kedua C2 dan C3 tidak menghasilkan keluaran,
tegangan analog harus berada di antara ¼ V dan ½ V. Dengan cara sama, jika C1 dan C2
keduanya menghasilkan keluaran, sedangkan C3 tidak, maka tegangan analog harus di
antara ½ V dan ¾ V. Jika semua pembanding menghasilkan keluaran, maka tegangan
analog harus lebih besar dari pada ¾ V. Secara keseluruhan, empat kondisi keluaran yang
berbeda dapat terjadi, yaitu dari tidak ada pembanding yang menghasilkan keluaran sampai
semuanya menghasilkan keluaran. Dengan demikian tegangan masukan analog dapat
dipisahkan dalam empat langkah yang sama. Pada tabel di sebelah kanan dalam gambar
tersebut diperlihatkan, bahwa tujuh pembanding akan menghasilkan tiga bit informasi
biner, demikian pula untuk lima belas pembanding akan menghasilkan empat bit, dan
seterusnya.
Keuntungan sistem pengubahan A/D jenis simultan adalah kesederhanaan dan
kecepatan operasinya, terutama bila diperlukan resolusi rendah. Untuk sistem resolusi
tinggi (jumlah bit yang lebih besar), metoda ini memerlukan begitu banyak pembanding,
sehingga sistem menjadi besar sekali dan sangat mahal.
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 6
Berbagai metoda dapat digunakan untuk mengontrol pengubahan yang terjadi dalam
pengubah D/A. Salah satu cara yang paling sederhana adalah memulai DAC pada nol dan
mencacah jumlah pulsa masukan yang dibutuhkan untuk memberikan suatu tegangan
keluaran yang sama dengan masukan analog.
Pengubah A/D jenis pencacah dalam gambar 6.6, berisi sebuah bagian pengubah D/A
yang terdiri dari jaringan pembagi resistif (DAC), sumber referensi, dan sebuah pencacah
enam tingkat yang menggantikan register DAC dari gambar 6.5. Pembanding juga
menerima masukan analog yang tidak diketahui untuk dibandingkan dengan tegangan
keluaran DAC yang dibangkitkan. Rangkaian pengontrol berisi sebuah generator pulsa atau
lonceng, sebuah gerbang sinyal yang mengemudikan pulsa-pulsa lonceng ke pencacah dan
sebuah flip-flop pengontrol untuk memulai dan menghentikan pengubahan.
Jika sebuah sinyal pemulai diberikan, semua flip-flop pencacah dikosongkan dan
flip-flop untuk memulai dan menghentikan (start-stop flip-flop) adalah nol (reset). Flip-
flop ini melengkapi sebuah level gerbang (logika positif) ke gerbang sinyal,
memperbolehkan pulsa-pulsa lonceng untuk dimasukkan ke register pencacah. Pulsa-pulsa
lonceng ini dirambatkan melalui pencacah, dan keluaran pembagi tegangan DAC
bertambah secara bertahap menuju puncak tegangan referensi. Bila keluaran pembagi
tegangan sama sama dengan masukan analog, pembanding berubah, memberikan suatu
sinyal keluaran ke flip-flop untuk memulai dan menghentikan. Flip-flop ini menjadi set dan
keluarannya turun menjadi nol, memblokir pulsa-pulsa lonceng pada gerbang sinyal. Pada
saat ini pencacah menyimpan jumlah pulsa-pulsa lonceng yang diperlukan untuk
menaikkan tegangan referensi ke level tegangan masukan analog. Jadi isi dari pencacah
adalah padanan biner dari masukan analog.
Gambar 6.6 Diagram logika dari sebuah pengubah A/D jenis pencacah
Waktu pengubahan diukur dari saat suatu permintaan diajukan sampai ke saat
tersedianya sebuah keluaran digital. Untuk pengubah A/D jenis pencacah, waktu
pengubahan tergantung pada besarnya tegangan analog. Ketidaktentuan pengukuran waktu
ini disebut waktu celah (aperture time) yang kadang-kadang disebut juga waktu jendele
atau waktu cuplik (sample time). Celah terjadi pada akhir pengubahan, seperti diperlihatkan
dalam gambar 6.7.
Metoda untuk mengurangi waktu pengubahan adalah membagi pencacah menjadi
bagian-bagian. Sebagai contoh, sebuah pengubah 10 bit dapat dibagi dalam dua bagian
masing-masing 5 bit. Pada permulaan pengubahan, semua bagian pencacah yang paling
kurang berarti distel kembali ke satu dan pencacahan hanya hanya disisipkan ke dalam
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 7
bagian yang paling berarti. Bila pembanding menunjukkan pada level masukan analog telah
dilampaui, bagian pencacah yang paling kurang berarti dikosongkan, menurunkan keluaran
DAC. Kemudian pulsa disisipkan ke dalam bagian yang paling kurang berarti sampai
tercapai nilai yang tepat. Jumlah maksimal langkah-langkah yang diperlukan untuk
menyelesaikansatu pengubahan adalah 25 untuk pencacah yang paling berarti, dan 25 untuk
pencacah yang paling kurang berarti, memberikan jumlah total 26 langkah, berbeda dengan
pencacah standar sebanyak 210. Teknik membagi-bagi pencacah sering digunakan dalam
voltmeter digital, di mana keluaran akan dalam notasi desimal. Jadi masing-masing bagian
dari pencacah menyatakan sebuah angka yang terbagi-bagi.
Gambar 6.7 Diagram bentuk gelombang dari masukan analog, keluaran pembagi
tegangan, dan titik potong pembacaan
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 8
Pembanding juga membandingkan tegangan masukan analog terhadap tegangan
keluaran DAC, memberikan dua kemungkinan level tegangan keluaran. Bila tegangan
masukan analog lebih besar dari pada tegangan umpan balik (keluaran DAC), terminal
keluaran pembanding yang sesuai dihubungkan ke masukan set dari flip-flop naik melalui
sebuah elemen gerbang. Dengan cara sama, bila tegangan masukan lebih besar dari pada
tegangan umpan balik, pembanding memberikan suatu tegangan keluaran pada terminal
lainnya yang kemudian dihubungkan melalui sebuah gerbang ke terminal set dari flip-flop
turun. Pengalihan aktual dari sinyal keluaran pembanding ke flip-flop naik dan flip-flop
turun bersama-sama di OR-kan secara eksklusif guna memastikan bahwa pencacahan tidak
terjadi bila kedua flip-flop tersebut set sebagai suatu tindakan pengamanan.
Gambar 6.8 Diagram balok logika yang disederhanakan dari pengubah A/D jenis
kontinyu
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 9
Jika masukan analog berubah ke suatu nilai yang lebih rendah, pulsa lonceng
berikutnya mendeteksinya pada keluaran pembanding dan membuat flip-flop turun menjadi
set. Sekarang pulsa lonceng yang ditunda diizinkan memasuki pencacah biner pada
masukan pemicu pada biner pertama, tetapi pencacahan dibawa dari tingkat ke tingkat pada
bagian keluaran 0 biner dari gambar 6.8, sehingga kandungan pencacah turun sebesar satu.
Kemudian tegangan DAC juga turun sebanyak yang sesuai dan pembandingan berikutnya
menentukan apakah flip-flop naik atau flip-flop turun akan menjadi set. Berarti pencacah
mengikuti tegangan masukan analog secara kontinyu.
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 10
lebih kecil dari pada masukan analog), maka pembandingan berikutnya akan dilakukan
terhadap ¾ V (bilangan biner 110). Jika perbandingan menunjukkan bahwa perkiraan
pertama terlalu besar (½ V lebih besar dari pada masukan analog), maka pembandingan
berikutnya dilakukan terhadap ¼ V (bilangan biner 010). Setelah empat pendekatan
berturut-turut, bilangan digital dipisahkan. Sebuah bilangan enam angka akan dipisahkan
dalam enam pendekatan berturut-turut. Metoda ini lebih menguntungkan dibandingkan
dengan enam puluh empat (26) perbandingan yang diperlukan oleh sebuah pengubah jenis
pencacah yang biasa.
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 11
dikoreksi dan register distribusi menunjukkan akhir pengubahan. Di dalam sistem ini
sinkronisasi tidak dibutuhkan karena pembanding hanya mengontrol satu flip-flop pada
satu waktu.
Gambar 6.11 Diagram balok yang disederhanakan untuk pengubah A/D jenis pendekatan
berturut-turut
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 12
6.3.5 Rangkaian cuplik dan tahan
Rangkaian cuplik dan tahan (sample and hold circuit) digunakan bersama sebuah
pengubah A/D bila diperlukan untuk mengubah sebuah sinyal frekuensi tinggi yang
bervariasi sangat cepat agar memberikan pengubahan yang akurat. Pada dasarnya
rangkaian cuplik dan tahan adalah penguat operasional (operational amplifier) yang
memuati / mengisi sebuah kapasitor selama modus cuplik dan menahan muatan kapasitor
tersebut selama mudus tahan. Rangkaian cuplik dan tahan dapat dinyatakan dengan saklar
dan kapasitor sederhana, seperti diperlihatkan dalam gambar 6.13.
Bila mula-mula saklar ditutup, kapasitor mengisi ke nilai tegangan masukan dan
kemudian menuruti masukan tersebut (dengan menganggap impedansi sumber penggerak
yang rendah). Bila saklar dibuka, kapasitor mempertahankan tegangan yang telah
dimilikinya pada waktu saklar terbuka (dengan anggapan beban berimpedansi tinggi).
Waktu perolehan (acquisition time) dari rangkaian cuplik dan tahan adalah waktu
yang dibutuhkan oleh kapasitor agar dimuati sampai nilai sinyal masukan setelah mula-
mula saklar ditutup. Waktu celah (aperture time) adalah waktu yang dibutuhkan oleh saklar
saklar untuk mengubah keadaan dan ketidaktentuan waktu di mana perubahan keadaan
tersebut terjadi. Waktu untuk mempertahankan (holding time) adalah waktu yang
dibutuhkan oleh rangkaian agar dapat mempertahankan muatannya tanpa penurunan yang
melebihi persentase nilai awal yang telah ditetapkan.
Rangkaian cuplik dan tahan aktual ditunjukkan seperti dalam gambar 6.14. Pulsa
cuplik menggerakkan saklar 1 dan 3, pulsa tahan menggerakkan saklar 2 dan 4. Pulsa-pulsa
pengontrol cuplik dan tahan adalah saling melengkapi. Dalam modus cuplik kapasitor
penahan dimuati oleh penguat operasional. Dalam modus tahan kapasitor tersebut
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 13
disaklarkan ke dalam loop umpan balik, sedang tahanan masukan Ri dan tahanan umpan
balik Rf disaklarkan ke tanah. Karena masukan penguat tetap dalam batas beberapa V
terhadap tanah (kecuali selama pensaklaran), impedansi masukan dalam kedua mudus
cuplik dan tahan adalah 10 k.
6.4 Multiplexing
Pengertian dari multipleksing (multiplexing) di dalam sistem akuisisi data analog dan
digital adalah suatu proses penggabungan beberapa pengukuran untuk ditransmisikan
melalui lintasan sinyal yang sama.
Alat ini sering diperlukan atau diinginkan untuk menggabungkan atau memultipleksi
sejumlah sinyal analog menjadi satu saluran digital atau sebaliknya sebuah saluran digital
tunggal menjadi sejumlah saluran analog. Kedua tegangan digital maupun analog dapat
dimultipleksi.
Metoda kedua yang diperlihatkan dalam gambar 6.16, hanya menggunakan satu
pengubah D/A dan dengan demikian biaya investasi lebih rendah. Akan tetapi pemakaian
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 14
rangkaian cuplik dan tahan yang banyak ini memerlukan pembaharuan sinyal pada
rangkaian cuplik dan tahan secara periodik (kapasitor tidak menyimpan muatannya secara
tidak terbatas).
Gambar 6.16 Multiplekser D/A menggunakan satu pengubah dan beberapa rangkaian
cuplik dan tahan
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 15
Gambar 6.18 Pengubah A/D jenis pencacah bersama masukan termultipleksi
Rangkuman
: sistem akuisisi data digunakan untuk mengukur dan mencatat sinyal yang
pada dasarnya diperoleh dalam dua cara, yaitu (a) sinyal yang berasal dari
pengukuran langsung besaran-besaran listrik; mencakup tegangan dc dan
ac, frekuensi, atau tahanan; dan secara khas ditemukan dalam pemakaian
seperti pengujian komponen elektronik, penyelidikan lingkungan dan
Sistem analisis kualitas; (b) sinyal yang berasal dari transducer, seperti strain
akuisisi data gauge dan termokopel.suatu proses perolehan data analog dan digital
analog dan melalui pengubah analog ke digital, dan pengubah digital ke analog.
digital
sistem akuisisi data analog dan digital merupakan bagian yang dapat
diterapkan pada suatu sistem instrumentasi yang memiliki fungsi tele
signalling, tele control, tele measurement, sistem analisa data, dan sistem
penyajian data.
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 16
: suatu proses penggabungan beberapa pengukuran untuk ditransmisikan
Multipleksing melalui lintasan sinyal yang sama.
sistem
alat untuk menggabungkan atau memultipleksi sejumlah sinyal analog
akuisisi data
menjadi satu saluran digital atau sebaliknya sebuah saluran digital tunggal
analog dan
menjadi sejumlah saluran analog, kedua tegangan digital maupun analog
digital
dapat dimultipleksi.
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 17
(d) Pengubah sinyal (signal converter). Mengubah sinyal analog menjadi suatu bentuk
yang dapat diterima oleh pengubah analog ke digital. Contoh pengubah sinyal adalah
penguat penguat untuk memperkuat tegangan level rendah yang dibangkitkan oleh
termokopel atau strain gage
(e) Pengubah analog ke digital (A/D Converter). Mengubah tegangan analog menjadi
bentuk digital yang sepadan. Keluaran pengubah analog ke digital dapat diperagakan
secara visual dan juga tersedia sebagai keluaran-keluaran tegangan dalam tangga
diskrit untuk pengolahan selanjutnya atau untuk pencatatan pada sebuah unit pencatat
digital
(f) Perlengkapan pembantu. Bagian ini berisi instrumen-instrumen untuk pekerjaan-
pekerjaan pemrograman sistem dan pengolahan data digital. Fungsi khas perlengkapan
ini mencakup linearisasi dan pembandingan batas. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh
instrumen individual atau oleh komputer digital
(g) Unit pencatat digital (digital recorder). Mencatat informasi digital pada kartu
berlubang, pita kertas berlubang, pita magnetik, kertas mesin tik digital, compact disk,
atau gabungan sistem-sistem tersebut. Unit pencatat digital dapat didahului oleh sebuah
unit penggandeng yang mengubah informasi digital menjadi bentuk yang sesuai untuk
dimasukkan ke unit pencatat digital yang dipilih secara khusus.
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 18
Soal-soal :
1. Apakah pengertian sistem akuisisi data dalam sistem instrumentasi !
2. Jelaskan fungsi-fungsi dari sistem akuisisi data analog !
3. Gambarkan diagram blok sistem akuisisi data digital ! Jelaskan fungsi-fungsinya !
4. Jelaskan prinsip dan metoda pengubahan sinyal digital ke analog dan pengubahan
sinyal analog ke digital !
5. Jelaskan cara pengubahan sinyal digital ke analog !
6. Jelaskan cara pengubahan sinyal analog ke digital !
7. Jelaskan pengetian multiplexing sistem akuisisi data analog dan digital ! Berikan
contoh aplikasinya !
5. Suatu sistem tenaga listrik 3 fasa, 380/220 Volt, 500 KVA dikelola melalui Energy
Management System (EMS) dengan memanfaatkan sistem SCADA (Supervisory
Control And Data Acquisition). Peralatan utama yang digunakan adalah Current
Transformer (CT) 3 x 800/5 A; 50/5 A, Potential Transformer (PT) 3 x 240/5 V, Signal
Converter, Power Transducer, ADC 0808; 16 bit, PPI 8255; 24 bit I/O; 3 port 8 bit;
port A; B; C, PC (Personal Computer), Driver, Aktuator dan lampu pilot indikator,
serta Printer. Tentukan :
a) Diagram blok dari konfigurasi sistem peralatan tersebut !
b) Jelaskan fungsi-fungsi EMS sesuai dengan implementasi sistem SCADA !
c) Berapa besar kapasitas total daya yang terpakai, apabila hasil pengukuran tegangan
dan arus untuk masing-masing fasa R, S, dan T berturut-turut menampilkan 220 V,
219 V, 217 V, dan 242 A, 260 A, 252 A ?
6. Suatu sistem tenaga listrik pada Unit Penyaluran dan Pengaturan Beban (UP2B) di
Gardu Induk (GI) Tengkawang Sistem Kelistrikan PT. PLN (Persero) Wilayah
Kalimantan Timur mensuplai tenaga listrik ke beban melalui feeder menggunakan
Jaringan Tegangan Menengah 20 KV, 3 fasa, empat kawat, 630 A. Sistem tenaga listrik
tersebut dikelola melalui Energy Management System (EMS) dengan memanfaatkan
sistem SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition). Sistem peralatan yang
digunakan adalah Current Transformer (CT) 3 x 400/1 A, Potential Transformer (PT)
3 x (20/√3)/(0,1/√3) KV, Signal Converter, Power Transducer (KWH meter), ADC; 5
Volt; data 16 bit, PPI 8255; 24 bit I/O; 3 port 16 bit; port A; B; C, PC (Personal
Computer), Driver, Aktuator, lampu pilot indikator, dan Printer. Tentukan:
a) Gambar diagram blok sistem peralatan dan pengukuran tersebut !
b) Jika besaran pengukuran daya keluaran (Po(b)) pada sisi beban untuk fasa R
menampilkan 3.248,6160 KW, maka berapa besaran sebenarnya daya keluaran
(Po(pt)) pada sisi power transducer ?
Modul Ajar Instrumentasi │Sistem Akuisisi Data Analog dan Digital VI- 19
DAFTAR PUSTAKA
Gambar AUL-1.
Multimeter Analog
Kd VI cos = km nm2
n = k k VI cos
d
2
m m
Gambar AUL-2.
Prinsip KWH meter tipe induksi
Gambar AUE-1.
Multimeter Digital
Gambar AUE-2.
Osiloskop
Gambar AUE-3.
Digital Storage Oscilloscope
Gambar AUE-3.
Generator Fungsi
Catatan:
Penggunaan KWH meter digital untuk Listrik Prabayar PLN
EROR Kode KWH Token PLN yang sering muncul di merk (HEXING, CONLOG, STAR,
ITRON dan merk lainya) adalah Kode : Periksa, salah, reject, error : (Pastikan angka token
Cek status dulu dengan menekan tombol 79 lalu ENTER, pada LCD akan ditampilkan pada
sisa KWH berapa buzzer akan berbunyi, setting defaultnya KWH meter ITRON akan
membunyikan buzzer jika sisa KWH menunjukan angka 20 dan akan terus berbunyi jika
belum di isi token.
Solusinya adalah dengan memasukan angka target baru yang lebih rendah dari nilai
defaultnya, misalnya jika kita menginginkan buzzer berbunyi di sisa 10 KWH caranya:
tekan 45610 + ENTER dan perhatikan layar LCD akan menampilkan kata “ BENAR” , lalu
coba cek kembali dengan menekan tombol 79 + ENTER apakah sudah menunjukan angka
10?, jika sudah.., maka untuk selanjutnya meteran akan berbunyi jika sisa KWH berada
pada angka 10 menurun sampai dengan diisinya TOKEN.
Dengan cara yang sama, anda juga bisa menurunkan target peringatan bunyi buzzer pada
nilai sisa 5 KWH dengan kode 45605 + ENTER, begitu seterusnya sebagaimana cara
diatas.
Gambar AUE-5.
Diagram Alur Kerja KWH meter Digital
Gambar AUE-6.
Desain Display KWH meter Digital
Gambar AUE-7.
Flowchart Display KWH meter Digital
Gambar AUE-8.
Analog to Digital Converter (ADC)
Desain Microcontroller:
Gambar AUE-9.
Microcontroller
Gambar AUEO-1.
The diagram shows a Hameg HM 203-6 oscilloscope, a popular instrument in UK schools
Gambar AUEO-2.
the screen of this oscilloscope has 8 squares or divisions on the vertical axis, and 10
squares or divsions on the horizontal axis
Gambar AUEO-5.
VOLTS/DIV 1 is set at 1 V/DIV and that the adjacent controls are set correctly
Gambar AUEO-7.
Adjust VOLTS/DIV and TIME/DIV
until you obtain a clear picture of the 2 V signal
Gambar AUEO-9.
The diagram shows the appearance of a Thandar TG101 function generator
Gambar AUEO-10.
Most often the 600 Ω output is used. This can be connected to the CH 1 input of the
oscilloscope using a BNC-BNC lead
Gambar AUEO-11.
An outline explanation of how an oscilloscope works can be given
using the block diagram
Gambar AUEO-12.
X-Y control: normally in the OUT position; TV-separation; rigger controls
Gambar AUEO-13.
X-MAG; CAL outputs; component tester; Y-POS I and Y-POS I; invert
Gambar AUEO-14.
CH I and CH II inputs; DC/AC/GND slide switches; trace selection switches
The experimental panel system “Electrical Instrument" is mainly used for the
application of experimental electrical instrument for demonstration purposes in
classrooms and lecture-rooms. The individual units of an experimental set-up are
connected via 4-mm. safety sockets which are arranged in large, synoptically
graphical symbols or current flow diagrams.
Due to the vertical arrangement of the experimental panels, the experimental set-up
can be seen from a far distance and can be adapted step by step to the PRODUCT
MODULE RESISTIVE LOAD INDUCTIVE LOAD CAPACITIVE LOAD DC
VOLTMETER Range: 210Ω, 390Ω, 470Ω, 860Ω Protection Fuse 1A Range: 0.4H,
0.6H, 0.8H, 1.0H Protection Fuse 1A Range: 1μF, 2μF, 4μF, 8μF Protection Fuse
1A Range: 0…10VDC Accuracy: Class 1.5 AC VOLTMETER DC AMMETER,
AC AMMETER, GALVANO AMMETER Range: 0…10VAC Accuracy: Class 1.5
Range: 0…100 mA Accuracy: Class 1.5 Range: 0…100 mA Accuracy: Class 1.5
Range: -10…0…+10 mA Accuracy: Class 1.5 OHM METER FREQUENCY
METER WATTMETER VARMETER Range: 0…1000Ω Accuracy: Class 1.5
Range: 45…55 Hz Accuracy: Class 1.5 Range: 0…100 W Accuracy: Class 1.5
Protection Fuse 1A Range: 0…100 VAR Accuracy: Class 1.5
Gambar PL-1.
Electrical Instrument Trainer
The experimental panel system “Electrical Instrument" is mainly used for the
application of experimental electrical instrument for demonstration purposes in
classrooms and lecture-rooms. The individual units of an experimental set-up are
connected via 4-mm. safety sockets which are arranged in large, synoptically
graphical symbols or current flow diagrams.
Gambar PL-2.
DC Wheatston Bridge
Gambar PL-3.
Digital Insulation 3 Phase Tester
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 23
Lampiran-2.1 Electronic Sensor Trainer
Electronic sensor trainer GOTT-ST-01 is the Science experiment tool set that
contains the microcontroller main board, variety of sensor module, actuator and
output with display device and software tools. They work together to make the new
concept of science experiment and add programming experiences to develop the
ultimate science projects.
FEATURES
Learn and experiment the behavior of each sensor to understanding their
operation.
Include the operation of BASIC Stamp2SX microcontroller.
Learners can apply all knowledge to develop the new science experiment in
different ways.
Data collection system using GOTT DAQ Software.
Experimenters can get data from system to collect and send to computer to
process or plot the graph.
Control the actuator device such as Relay, DC motor, Stepper motor, etc.
To make the automatic control projects, modern science projects.. PRODUCT
MODULES : SMART
Gambar SI-1.
Electronic Sensor Trainer
Detect the infrared light in analog (voltage) and digital signal by using Photo-
transistor LIGHT DETECTOR LIGHT REFLECTOR LED INDICATOR SOUND
DETECTOR Detect light density. 2 outputs : Positive and Negative voltage reaction
when detect light Includes Super-bright Red LED as light source and LDR that
receive reflection light. Output vary following reflection light density. HIGH :
Logic 1 apply, LED lights Red. LOW : Logic 0 apply, LED lights Green. If not :
LED turns off.
The Sensor and Transducer trainer is designed for the study of sensor application
in industry. For Example Electrical beam sensor, Proximity sensor, strain gauge,
Pressure sensor, Temperature sensor & Photo sensor and Controller. It acts as a
signal receiver from the sensors and transformed to control other system process.
It is designed on the panel system concept, easy to use for experiments. The size of
module panel is designed according to DIN standard. The front plate of module is
made of Uma board. Its components are made of strong material and high
insulation. All connection points are via safety socket. The back cover of module
panel is made of ABS plastic. Except for module panel with heat generator, is made
of metal. The symbol of each component is engraved on the front plate of module
panel and combined with the ROD press-in socket type. The two levels of panel
frame is made by aluminum with coated anodize for strong construction.
PRODUCT MODULES POWER SUPPLY CONSOLE Protection Section : MCB
3 Poles 10A FCCB 2P 10A 30mA Output Section.
EXPERIMENT TOPICS :
Pressure measurement equipment below type
Thru-Beam sensor (Separated sender )
Load cell and load cell transmitter
Photo resistor
Thermocouple Bourdon type
Strain gauge
Photo diode
Photo transistor
Light control
RTD
Temperature control
Diffuse-Reflective beam sensor.
Gambar SI-2.
Sensor And Transducer Training Kits
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 25
Lampiran-2.3 Training System For The Study Of Transducer & Controls
A. TEMPERATURE CONTROL
1) The board is equipped with four different types of commonly used
temperature sensors (J-TC, NTC, PTC, Bimetallic switch).
2) Open and closed loop temperature control conditions can easily be
demonstrated and investigated.
3) Features:
• Heating element and heat sink
• J-type thermocouple
• NTC
• Pt 100 platinum resistor
• Bi-metallic thermal switch
• 3 conditioning amplifiers for J-TC, NTC, PTC
• Reference generator
• Reference-feedback summing node
• Loop amplifier with adjustable gain
• “Burst Controller”
• DC power driver for heating element
• AC power driver for heating element
4) Exercises and study subjects:
• Characteristics and use of the 4 temperature transducers
• Linearizing techniques
• Open and closed loop temperature control
• Proportional and ON/OFF temperature controls
• The Burst Control Technique (duty cycle control technique)
• DC power drive
• AC power drive
Gambar SI-3.
Temperature Control
Gambar SI-4.
R, L, C Measurements
Gambar SI-5.
Light Sensors And Light Controls
D. PROCESS SIMULATOR
1) This module, together with the PROCESS CONTROLLER, are a pair of
training aids to practically experiment the concepts which are subjects of
any course on Automatic Controls Technology, from the basic to the most
advanced ones.
2) The value of these trainers resides in the capability to simulate systems with
a great variety of transfer functions (first-order, second-order, non-linear
Gambar SI-6.
Process Simulator
Gambar SI-7.
Process Controller
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 30
F. STRAIN GAUGE
1) The trainer is designed to allow the study of load and strain measurements
using strain gauges. It consists of a balanced bridge set-up made of two
extensometers and two fixed resistors.
2) The bridge has a precision conditioning amplifier; both the gain and offset
are adjustable to provide a precise strain-to-voltage conversion.
3) The front face of the module is made of fiberglass. A Ushaped slot cut in
the surface allows the concentration of elastic strain in the sensor area.
4) A transparent plastic disc functions as a support for weights (not included),
which may be used to apply a known strain to the transducers.
5) Features:
• Two extensometers
• Balanced bridge configuration
• Precision bridge amplifier
• Coarse and fine zero trimmers
• Full-scale adjustment
6) Exercises and study subjects:
• Functional study of the system
• Zero and full-scale adjustments
• Strain to voltage conversion
• Output characteristics
Gambar SI-8.
Strain Gauge
Gambar SI-9.
DC Motor Speed Control
Gambar SI-10.
Sound And Vibration Transducers
Gambar SI-11.
Ultrasonic Transducer Applications
Gambar SI-12.
Position Control
Gambar SI-13.
Variable-Capacitance Transducers
Gambar SI-14.
On/Off Sensors And Actuators
Gambar SI-15.
Air Flow Transducers (Vane Type)
Gambar SI-16.
Differential Pressure Transducer
Gambar SI-17.
Rotational Position Encoders
Gambar SI-18.
Linear Variable Differential Transformer
Q. BARGRAPH V-METER
1) This is a micro module designed to complement the operation of the major
modules of the trainer.
2) It is a handy visual aid to indicate Voltage levels.
3) The micro-module is equipped with 10-Led bargraph array indicator.
4) Features
• 10-Led bargraph display
• Input level from 0 to 10V DC
• Adjustable span control
R. AC MOTOR CONTROL
1) The module includes an AC micro-motor and drive circuit. It is designed to
allow the student to study the applications, principles and limitations of
these transducers.
2) The panel includes a variable-frequency, digital PWM sine/square signal
generator that is used as a pilot signal for the power driver stage.
3) The power driver stage produces the two voltages for the motor phases.
4) An optical encoder is supplied to measure motor speed.
5) Features:
• Two-phase AC micro-motor
• Variable-frequency clock generator
• Digital sine/square signal generator
• Pulse conditioners
• Power output stages
6) Experiment and study subjects:
• The motor
• Motor driving techniques
• Timing generation stage
• EPROM address generation
• Synthesized wave shapes
• Operation of the drive with square-waves
• Operation of the drive with sine-waves
U. LINEAR MOTOR
1) The module includes a stepping linear actuator and the electronic drive
circuit to allow the experimentation and investigation of the basic
characteristics of the motor.
2) The motor is provided with a position indicator, this facilitates the study of
motor positioning, take-in point, loss of step.
3) The electronic section includes a phase-signal generator and power drive
stage. The motor can be operated manually in single-steps or sequentially
from an on-board clock generator.
4) The module also includes a PC data link for full remote operation. A
software package is provided with the trainer for this purpose.
5) Features:
• Small-size linear motor
• Power drive
• Phase-signal generation from a PC through a data link
• Manual operation in steps or continuous mode, by means of an on- board
adjustable frequency generator.
6) Experiment and study subjects:
• Construction and functional characteristics of step-by-step motors
• Full-step and half-step operation
• Control diagram developing
• Driver logic developing
• Remote control
• Operation at various speeds
7) The module comes complete with a connection cable kit, 2 software
packages and an extensive instruction manual.
V. PC INTERFACE MODULE
1) The unit demonstrates the architecture and organization of a
microprocessor-based control system, which may be interfaced with the
other trainers of the series to produce more complex systems.
2) The trainer is used in conjunction with a PC, and creates an intelligent
interface to the experiment modules, for the purpose of collecting data, pre-
setting analog and digital outputs and sampling input terminals.
3) It can also be used as a general-purpose microcomputer system to
experiment software developed by the students.
4) Features:
• Microcomputer unit, based around a CMOS microprocessor of the Z80
family, the Z84C00-06. RAM and EPROM and respectively 64k and
64kbits expandable to 256+256k
• Universal Synchronous/Asynchronous Receiver Transmitter to
implement a serial data link with the host PC
• 8 analog inputs, with multiplexer and A/D converter. The analog inputs
are jumper-programmable to operate in the range 0-5V, 0-10V, -10 to
+10V
• 8 digital inputs, TTL level
• 8 analog outputs, with D/A converter and demultiplexer. The analog
outputs are jumper-programmable to provide levels in the range 0-5V, 0-
10V, -10 to +10V
• 8 digital outputs, with open-collector transistors
W. POWER SUPPLY
1) This power supply is implemented in a desk-top cabinet enclosure
2) Stabilized +5, -5V outputs
3) Stabilized +15, -15V outputs
4) Stabilized 2 to +20V output
5) Stabilized 2 to -20V output
6) Max nominal current of 500mA on each output
7) AC outputs 0-15-30V (fuse protected 2A)
8) The power supply operates from the AC mains: 110 to 250V, 50-60Hz (to
be specified while ordering).
Gambar SI-25.
Power Supply
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 47
Lampiran-3.1 Digital Logic Lab Trainer-16 Bits
Optional :
1.1 PLC Module
•PLC
- Processor : PL3120 Transceiver
- Clock : 10MHz
- Communication Channel : PLC
- LonMaker : PL3120 F/W Porgramming
- Switch : Service S.W, Reset S.W
- Power LED : 1 EA
- Status LED : 3EA
- Interface: RS232C, GPIO Port
- 32 Pin : 2EA
- Power Adaptor : PL3120 (USB To PLC)
8. Solar Tracker
It is possible to display in real time through the PC monitoring system the PLC-
based position tracing and operation conditions of the system for practice of solar
generation.
Maintain and control at optimum conditions the azimuth and altitude of solar
electronic panels by tracing the position of the sun which constantly changes
during each hour and season.
Tracker (2-axis PLC control) can drive independently without an external power
source since an automatic charging system and above-600W-class inverters are
built in it.
By applying Embedded Monitoring System, it is possible to control and monitor
in real time the equipment through 7” Touch TFT LCD and to monitor the
voltage, electric current, current generation amount and cumulative generation
amount of PC-based solar generation.
It is possible to monitor in real time the performance measurement of PV and
sunlight, the measurement of voltage, electric current and wattage, and the data
for measurement of I-V-P characteristic curve by supplying electronic
instruments and load equipment.
It is possible to confirm in real time the wattage through the digital/analog
integrating wattmeter on the equipment panel and to practice the analysis and
operational characteristics of the wattage caused by overload of the input power
source.
It is possible to conduct the control and data collection (providing PLC option)
of communication by using ZigBee and RS485 communication and to remote-
monitor the amount of generation by means of Embedded Linux Web Server.
Suatu sistem pengukuran gaya berat menggunakan load cell (strain gage) diaplikasikan
pada Pengujian Kendaraan Bermotor (axle load test) Berbasis Komputer; seperti
ditunjukkan pada diagram blok berikut.
Sistem axle load test terdiri atas beberapa bagian, yaitu transducer load cell, penguat
transducer, ADC 8 bit, interface PPI 8255, dan komputer. Jenis load cell yang
digunakan pada axle load test adalah model T66 dengan kemampuan ukur maksimum
sebesar 3.000 kg, rated output 2 mV/V ± 0,25%, combined error < ± 0,05%, beban
lebih yang aman 150%. Tahanan masukan 380 Ω, tahanan keluaran 350 Ω, dan
tegangan suplai 10 Volt. Sinyal keluaran dari load cell berupa tegangan analog.
Sinyal keluaran dari penguat transducer yang bersifat analog diubah menjadi sinyal
digital oleh ADC. Jenis ADC yang digunakan adalah pendekatan berturutan, yaitu IC
tipe ADC0804 dengan keluaran data 8 bit sehingga diperoleh kombinasi sebanyak 256
tingkat. Sinyal analog dari penguat transducer diumpankan pada pin 6 ADC. Proses
pengambilan data selalu diawali dengan pemberian pulsa tinggi pada pena 3 (WR) yang
diambil dari pembangkit pulsa luar IC555 dengan frekuensi yang dapat diatur. Fungsi
dari pembangkit pulsa luar ini adalah mengatur kecepatan pengambilan data analog
oleh ADC. Jangkauan tegangan yang akan dibaca oleh ADC ditentukan pada kisaran
0-5 Volt dengan cara memasukkan tegangan sebesar 2,5 Volt pada pena 9 (1/2 Vref).
Lebar langkah masing-masing data tersebut adalah sebesar 5 V / 255 = 19 mV.
Pemberian clock pada chip cukup dengan memberi jaringan RC luar (pena 4 dan 19).
Kombinasi RC akan menghasilkan kecepatan konversi sebesar 100 µs. Tegangan 5 V
yang stabil untuk ADC diperoleh dari regulator tegangan.
Proses pengujian dilakukan dengan memberikan beban pada load cell pada harga
tertentu. Nilai yang ditampilkan dilayar komputer menunjukkan besarnya harga
terdekat dari objek yang diukur. Ketelitian alat uji ini adalah sebesar 11,7647 kg per
level (3.000 kg / 255). Nilai tersebut bersama dengan data kendaraan, seperti nama
pemilik, nomor polisi, nomor rangka, nomor mesin, jenis kendaraan, dan lain-lain
dicetak pada lembar hasil pengujian. Selain itu data tersebut juga disimpan dalam suatu
database, sehingga arsip hasil pengujian selalu tersimpan dan dapat digunakan
sewaktu-waktu.
Beban yang digunakan dalam pengukuran mempunyai kenaikan sebesar 20 kg dengan
beban tertinggi sebesar 300 kg. Perbedaan antara beban sebenarnya dengan beban yang
tertampil disebabkan jumlah bit yang digunakan adalah sebesar 8 bit. Untuk
meningkatkan ketelitian dimungkinkan dengan menambah jumlah bit, misal sebesar 16
Pengawasan (monitoring) dan pengendalian beban pada suatu sistem tenaga listrik dapat dilakukan
dengan Energy Management System (EMS), yaitu suatu cara untuk melakukan monitoring dan
analisis pemakaian energi listrik secara real time, baik untuk beban tenaga maupun beban
penerangan yang dikontrol melalui PC (Personal Computer).
Dalam implementasinya, EMS memanfaatkan sistem SCADA (Supervisory Control And Data
Acquisition), yang penerapannya di dalam jaringan distribusi lazim disebut Distribution Control
Centre (DCC) atau Unit Pengatur Distribusi (UPD). Sedangkan prinsip kerja sistem SCADA terdiri
dari tele signalling, tele control, tele measurement, serta sistem analisa data dan sistem penyajian
data.
Adapun sistem EMS mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut : .
1. Sistem monitoring, yaitu untuk mendapatkan kemudahan, dalam memonitor besarnya
pemakaian energi listrik (KWH), tegangan dan arus yang terpakai pada setiap saat (real time),
sehingga dapat diketahui biaya yang harus dibayar dalam rupiah (Telemetering)
2. Fungsi kontroling, untuk mengontrol pemakaian beban yang kita inginkan baik secara manual
maupun otomatis sesuai setting yang kita kehendaki secara jarak jauh (Telecommand)
3. Fungsi akunting, untuk menyimpan data hasil pemantauan aktifitas pemakaian energi listrik
yang sudah diolah oleh komputer.
Konfigurasi sistem peralatan yang digunakan adalah seperti ditunjukkan pada gambar 1, yaitu
sebagai berikut :
CT (Current Transformer); 3 x 800/5 Amper; 50/5 Amper
PT (Potential Transformer); 3 x 240/5 Volt
Signal Converter
Power Transducer
ADC; 0808
PPI
PC (Personal Computer)
Driver
Aktuator dan lampu pilot indikator
Printer.
Hasil monitoring untuk tegangan dapat dijelaskan pada tabel 1, sedangkan untuk arus
beban tampak pada tabel 2. Secara grafis dapat digambarkan pada gambar 2 untuk tegangan
dan gambar 3 untuk arus.
Apa manfaat SCADA bagi anda? SCADA bukanlah teknologi khusus, tapi lebih
merupakan sebuah aplikasi. Kepanjangan SCADA adalah Supervisory Control And
Data Acquisition, semua aplikasi yang mendapatkan data-data suatu sistem di
lapangan dengan tujuan untuk pengontrolan sistem merupakan sebuah aplikasi
SCADA!
Ada dua elemen dalam aplikasi SCADA, yaitu:
• Proses, sistem, mesin yang akan dipantau dan dikontrol dapat berupa power
plant, sistem pengairan, jaringan komputer, sistem lampu trafik lalu-lintas atau
apa saja
• Sebuah jaringan peralatan ‘cerdas’ dengan antarmuka ke sistem melalui sensor
dan luaran kontrol. Dengan jaringan ini, yang merupakan sistem SCADA,
membolehkan anda melakukan pemantauan dan pengontrolan komponen-
komponen sistem tersebut.
Sistem SCADA dapat dibangun dengan menggunakan berbagai macam teknologi
maupun protokol yang berbeda-beda.
Akuisisi Data
Pada kenyataannya, Anda membutuhkan pemantauan yang jauh lebih banyak dan
kompleks dari sekedar sebuah mesin yang menghasilkan sebuah produk (seperti
contoh sebelumnya). Anda mungkin membutuhkan pemantauan terhadap ratusan
hingga ribuan sensor yang tersebar di seluruh area pabrik. Beberapa sensor
digunakan untuk pengukuran terhadap masukan (misalnya, laju air ke reservoir),
dan beberapa sensor digunakan untuk pengukuran terhadap luaran (tekanan, massa
jenis, densitas dan lain sebagainya).
Beberapa sensor bisa melakukan pengukuran kejadian secara sederhana yang bisa
dideteksi menggunakan saklar ON/OFF, masukan seperti ini disebut sebagai
masukan diskrit atau masukan digital. Misalnya untuk mengetahui apakah sebuah
alat sudah bekerja (ON) atau belum (OFF), konveyornya sudah jalan (ON) atau
belum (OFF), mesinnya sudah mengaduk (ON) atau belum (OFF), dan lain
sebagainya. Beberapa sensor yang lain bisa melakukan pengukuran secara
kompleks, di mana angka atau nilai tertentu itu sangat penting, masukan seperti ini
disebut masukan analog, bisa digunakan untuk mendeteksi perubahan secara
kontinyu, misalnya pada tegangan, arus, densitas cairan, suhu, dan lain sebagainya.
Untuk kebanyakan nilai-nilai analog, ada batasan tertentu yang didefinisikan
sebelumnya, baik batas atas maupun batas bawah. Misalnya, anda ingin
mempertahankan suhu antara 30 dan 35 derajat Celcius, jika suhu ada di bawah atau
di atas batasan tersebut, maka akan memicu alarm (baik lampu dan/atau bunyinya).
Terdapat empat alarm batas untuk sensor analog: Major Under, Minor Under,
Minor Over, dan Major Over Alarm.
Komunikasi Data
Dari contoh sederhana pabrik pernak-pernik, yang dimaksud ‘jaringan’ pada kasus
tersebut adalah sekedar kabel yang menghubungkan saklar dengan panel lampu.
Kenyataannya, seringkali anda ingin memantau berbagai macam parameter yang
berasal dari berbagai macam sensor di lapangan (pabrik), dengan demikian Anda
membutuhkan sebuah jaringan komunikasi untuk melakukannya.
Pada awalnya, SCADA melakukan komunikasi data melalui radio, modem atau
jalur kabel serial khusus. Saat ini data-data SCADA dapat disalurkan melalui
jaringan Ethernet atau TCP/IP. Untuk alasan keamanan, jaringan komputer untuk
SCADA adalah jaringan komputer lokal (LAN - Local Area Network) tanpa harus
mengekspos data-data penting di Internet.
Komunikasi SCADA diatur melalui suatu protokol, jika jaman dahulu digunakan
protokol khusus yang sesuai dengan produsen SCADA-nya, sekarang sudah ada
beberapa standar protokol yang ditetapkan, sehingga tidak perlu khawatir masalah
kecocokan komunikasi lagi.
Karena kebanyakan sensor dan relai kontrol hanyalah peralatan listrik yang
sederhana, alat-alat tersebut tidak bisa menghasilkan atau menerjemahkan protokol
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 69
komunikasi. Dengan demikian dibutuhkan RTU yang menjembatani antara sensor
dan jaringan SCADA. RTU mengubah masukan-masukan sensor ke format
protokol yang bersangkutan dan mengirimkan ke master SCADA, selain itu RTU
juga menerima perintah dalam format protokol dan memberikan sinyal listrik yang
sesuai ke relai kontrol yang bersangkutan.
Penyajian Data
Untuk kasus pabrik pernak-pernik kita, satu-satunya tampilan adalah sebuah lampu
yang akan menyala saat saklar diaktifkan. Ya, tentu saja kenyataannya bisa puluhan
hingga ratusan lampu, bayangkan siapa yang akan Anda minta untuk mengawasi
lampu-lampu tersebut, emangnya lampu hiasan? Bukan kan?
Sistem SCADA melakukan pelaporan status berbagai macam sensor (baik analog
maupun digital) melalui sebuah komputer khusus yang sudah dibuatkan HMI-nya
(Human Machine INterface) atau HCI-nya (Human Computer Interface). Akses ke
kontrol panel ini bisa dilakukan secara lokal maupun melalui website. Bahkan saat
ini sudah tersedia panel-panel kontrol yang Touch Screen. Perhatikan contoh-
contoh gambar dan penjelasan pada STUDI KASUS.
Sayangnya, dalam contoh pabrik pernak-pernik kita tidak ada elemen kontrol.
Baiklah, kita tambahkan sebuah kontrol. Misalnya, sekarang operator juga memiliki
tombol pada panel kontrol. Saat dia klik pada tombol tersebut, maka saklar di pabrik
juga akan ON.
Okey, jika kemudian Anda tambahkan semua kontrol pabrik ke dalam sistem
SCADA melalui HMI-nya, maka Anda mendapatkan sebuah kontrol melalui
komputer secara penuh, bahkan menggunakan SCADA yang canggih (hampir
semua produk perangkat lunak SCADA saat ini sudah canggih-canggih) bisa
Modul Ajar Instrumentasi │Lampiran L- 70
dilakukan otomasi kontrol atau otomasi proses, tanpa melibatkan campur tangan
manusia. Tentu saja, Anda masih bisa secara manual mengontrolnya dari master
stasion.
Tentunya, dengan bantuan SCADA, proses bisa lebih efisien, efektif dan
meningkatkan profit perusahaan.