1
Pengertian tentang instrumentasi
Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan
pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks. Instrumentasi bisa
berarti alat untuk menghasilkan efek suara, seperti pada instrumen musik, namun secara
umum instrumentasi mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai alat pengukuran, alat
analisis, dan alat kendali (kontrol)
Instrumentasi sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi survey / statistik, seperti
instrumentasi pengukuran suhu. Instrumentasi sebagai alat analisis banyak dijumpai di
bidang kimia dan kedokteran (instrumentasi medis). Instrumentasi sebagai alat kendali
banyak ditemukan dalam bidang elektronika, industri dan pabrik-pabrik (instrumentasi
industri)
Sistem pengukuran, analisis dan kendali dalam instrumentasi ini bisa dilakukan secara
manual (hasilnya dibaca dan ditulis tangan), tetapi bisa juga dilakukan secara otomatis
dengan menggunakan komputer (sirkuit elektronik)
Instrumentasi sebagai alat pengukur sering kali merupakan bagian depan / awal dari
bagian-bagian selanjutnya (bagian kendalinya), dan bisa berupa pengukur dari semua
jenis besaran fisis, kimia, mekanis, maupun besaran listrik. Beberapa contoh di antaranya
adalah pengukur massa, waktu, panjang, luas, sudut, suhu, kelembaban, tekanan, aliran,
pH (keasaman), level, radiasi, suara, cahaya, kecepatan, torsi, sifat listrik (arus listrik,
tegangan listrik, tahanan listrik, dan lain-lain; yang merupakan bagian dari instrumentasi
sistem tenaga), viskositas, density, dan lain-lian. Kontrol otomatis yang dioperasikan
pada proses industri, yaitu antara lain (a) pengontrolan tekanan; (b) pengontrolan
temperatur; (c) pengontrolan kelembaban; (d) pengontrolan viskositas; (e) pengontrolan
aliran; (f) pengontrolan level; dan (g) pengontrolan elektrik, magnetik
Seni mengukur digunakan sangat luas, baik di dunia ilmu maupun rekayasa. Mengukur
adalah membandingkan suatu besaran fisis dengan besaran acuan. Hasilnya dinyatakan
dengan angka disertai satuan. Dalam dunia ilmu, menyatakan besaran dalam bentuk
angka adalah salah satu azas dasar
Tujuan mengukur adalah untuk keperluan perancangan, perbaikan hasil perancangan,
mengetahui kinerja suatu sistem, mengetahui pesusun (komponen) suatu sistem yang
perlu diganti, dan keperluan sistem pengaturan proses
Error atau kesalahan didefinisikan sebagai “penyimpangan variabel yang diukur dari
harga sebenarnya”. Dalam pemakaian secara umum error dapat diartikan sebagai
kesalahan, tetapi dalam pengukuran error yang dimaksud adalah error yang tidak
mungkin hilang, karena error merupakan hal yang harus terjadi dalam setiap pengukuran
Accuracy atau ketelitian didefinisikan sebagai “dekatnya harga pengukuran terhadap
harga sebenarnya”. Pernyataan akurasi merupakan bagian yang disertakan pada setiap
alat ukur
Precision atau ketepatan didefiniskan sebagai “suatu ukuran kemampuan untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang serupa”. Istilah ketepatan menunjukkan
kemampuan alat ukur untuk menunjukkan suatu harga secara berulang. Penunjukkannya
akan berada pada daerah pernyataan ketelitian alat ukur, tetapi satu sama lain akan
berbeda. Makin presisi suatu alat berarti makin dekat harga penunjukkannya secara
berulang untuk suatu harga masukan
Sensitivity (sensitivitas atau kepekaan) didefinisikan sebagai “perbandingan antara sinyal
keluaran terhadap perubahan masukan atau variabel yang diukur”
Resolution atau resolusi didefinisikan sebagai “perubahan terkecil dalam nilai yang dapat
diukur”. Apabila masukan pada suatu alat ukur dinaikkan perlahan-lahan dan tidak ada
perubahan keluaran sama sekali sampai suatu harga masukan tertentu, maka harga
masukan sampai terjadi perubahan disebut resolution dari alat ukur tersebut
Instrumen-instrumen yang menggunakan mekanisme alat ukur untuk menunjukkan
kebesaran dari kuantitas yang akan diukur pada skala yang kontinyu disebut sebagai
instrumen-instrumen analog. Bila hasil pengukuran diperagakan dalam selang waktu yang
diskrit atau dalam bentuk angka, maka disebut sebagai sebuah penunjukan digital
Pembagian alat ukur analog dan digital didasarkan pada pengolahan sinyal sebelum
ditampilkan. Sistem analog menyangkut informasi pengukuran dalam bentuk analog, dan
dapat didefinisikan sebagai suatu fungsi kontinyu seperti halnya kurva tegangan terhadap
waktu, atau pergeseran karena tekanan. Sedangkan sistem digital menangani informasi
2
dalam bentuk digital, dan didefiniskan sebagai suatu pulsa diskrit dan tidak kontinyu yang
hubungannya terhadap waktu berisi informasi mengenai kebesaran atau sifat dasar dari
besaran tersebut. Sebelum ditemukan teknik digital dalam pengolahan sinyal listrik,
instrumen yang berkembang adalah alat ukur analog. Meskipun alat ukur digital dipakai
luas, namun alat ukur analog tetap banyak digunakan, karena keduanya selain memiliki
keterbatasan juga ada kelebihannya. Pada instrumen digital pasti mudah dibaca oleh
semua orang (pengamat), tetapi hal tersebut hanya benar jika besaran yang diukur
bersifat statis. Untuk mengukur besaran yang secara relatif berubah pelan-pelan,
instrumen analog lebih sesuai, karena itulah instrumen analog lebih cocok untuk
memperlihatkan trend (kecenderungan) jenjang ukuran
Instrumen berkembang sesuai dengan bidangnya, misalnya generator dengan tegangan,
frekuensi dan spesifikasi tertentu. Spesifikasi merupakan perkembangan kehendak,
misalnya warna, bahan. Untuk mengetahui spesifikasi secara teknik, maka orang
membutuhkan alat ukur. Secara umum kehendak manusia bersifat individual dan sosial.
Kehendak manusia secara individual dapat diartikan keinginan (sifat) manusia untuk
mengetahui (memberikan) sesuatu yang belum diketahui pada orang lain. Untuk
keperluan tersebut diperlukan alat. Untuk bidang eksak alat tersebut diartikan sebagai
alat ukur, sedangkan untuk bidang non eksak diartikan sebagai alat atur
Alat ukur dan alat atur merupakan bagian yang sangat universal pada manusia. Persamaan
fisis alat ukur dan alat atur, yaitu sama-sama memberikan atau memindahkan informasi.
Pada alat ukur memindahkan informasi dari luar ke dalam. Informasi harus sama (bukan
wujudnya tetapi informasinya). Sedangkan pada alat atur, informasi yang diberikan harus
sama dengan kehendak orang yang mengatur. Perbedaan alat ukur dengan alat atur
adalah pada alat ukur terjadi penyusutan ketenagaan, sedangkan pada alat atur terjadi
pelipatan ketenagaan
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, alat ukur dan alat
atur berkembang menjadi bagian yang berbeda. Alat ukur berkembang menjadi ilmu
elektronika dan alat atur berkembang menjadi ilmu kontrol. Dari uraian di atas, maka
instrumen merupakan alat ukur yang mempunyai cakupan secara luas.
Contoh 1:
Implementasi SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition)
untuk Monitoring dan Pengendalian Tenaga Listrik
Pengawasan (monitoring) dan pengendalian beban pada suatu sistem tenaga listrik dapat dilakukan
dengan Energy Management System (EMS), yaitu suatu cara untuk melakukan monitoring dan analisis
pemakaian energi listrik secara real time, baik untuk beban tenaga maupun beban penerangan yang
dikontrol melalui PC (Personal Computer).
Dalam implementasinya, EMS memanfaatkan sistem SCADA (Supervisory Control And Data
Acquisition), yang penerapannya di dalam jaringan distribusi lazim disebut Distribution Control Centre
(DCC) atau Unit Pengatur Distribusi (UPD). Sedangkan prinsip kerja sistem SCADA terdiri dari tele
signalling, tele control, tele measurement, serta sistem analisa data dan sistem penyajian data.
Adapun sistem EMS mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut : .
1. Sistem monitoring, yaitu untuk mendapatkan kemudahan, dalam memonitor besarnya pemakaian
energi listrik (KWH), tegangan dan arus yang terpakai pada setiap saat (real time), sehingga dapat
diketahui biaya yang harus dibayar dalam rupiah (Telemetering)
2. Fungsi kontroling, untuk mengontrol pemakaian beban yang kita inginkan baik secara manual
maupun otomatis sesuai setting yang kita kehendaki secara jarak jauh (Telecommand)
3
3. Fungsi akunting, untuk menyimpan data hasil pemantauan aktifitas pemakaian energi listrik yang
sudah diolah oleh komputer.
Konfigurasi sistem peralatan yang digunakan adalah seperti ditunjukkan pada gambar 1, yaitu sebagai
berikut :
CT (Current Transformer); 3 x 800/5 Amper; 50/5 Amper
PT (Potential Transformer); 3 x 240/5 Volt
Signal Converter
Power Transducer
ADC; 0808
PPI
PC (Personal Computer)
Driver
Aktuator dan lampu pilot indikator
Printer.
4
Dengan adanya EMS, maka kita dapat melakukan pengontrolan jarak jauh (telecommand) untuk
mematikan dan menyalakan beban sesuai dengan urutan prioritas
Masih banyak jenis beban yang bisa dimatikan tanpa mengganggu aktifitas
Trend pemakaian energi listrik masih sulit diprediksi (sering melebihi anggaran) sehingga perlu
dimonitor terus menerus
Beberapa gangguan yang timbul adalah tripnya pemutus (PMT) akibat beban lebih
Dengan adanya monitoring, dapat diketahui kelebihan beban dalam satu saluran apabila ada
penambahan baru, sehingga tidak akan terjadi gangguan yang bisa menimbulkan trip pada saluran
tersebut. Dan juga bisa membantu auditing data apabila terjadi penambahan daya.
Hasil monitoring untuk tegangan dapat dijelaskan pada tabel 1, sedangkan untuk arus beban
tampak pada tabel 2. Secara grafis dapat digambarkan pada gambar 2 untuk tegangan dan
gambar 3 untuk arus.
Contoh:
Suatu sistem tenaga listrik pada Unit Penyaluran dan Pengaturan Beban (UP2B) di
Gardu Induk (GI) mensuplai tenaga listrik ke beban melalui feeder menggunakan
Jaringan Tegangan Menengah 20 KV, 3 fasa, hubungan bintang (Υ), 630 A. Sistem
tenaga listrik tersebut dikelola melalui Energy Management System (EMS) dengan
memanfaatkan sistem SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition).
Sistem peralatan: SCADA system; Current Transformer (CT) 3 x 400/1 A, Potential Transformer (PT) 3
x (20/√3)/(0,1/√3) KV, Signal Converter, Power Transducer (KWH meter), ADC; 5 Volt; data 16 bit, PPI;
48 bit I/O; 3 port 16 bit; port A; B; C, PC (Personal Computer), Driver, Aktuator, lampu pilot indikator,
dan Printer.
Sistem akuisisi data menampilkan informasi sebagai berikut:
Tanggal: 02/01/2016; waktu 10:24:58; error -0,01%;
Fasa R: 11,3161 kV; 289,9508 A; 2.854,5577 kW; 55.977,9000 kWH; pf 0,87;
Fasa S: 11,3045 kV; 288,8600 A; 2.840,9170 kW; 55.710,4047 kWH; pf 0,87;
Fasa T: 11,2930 kV; 288,4560 A; 2.834,0458 kW; 55.575,6622 kWH; pf 0,87;
5
Berdasarkan Sistem peralatan dan akuisisi data tersebut, tentukan:
1) Gambarkan diagram blok sistem tenaga listrik dan peralatan tersebut !
2) Jelaskan prinsip kerja sistem peralatan, fungsi-fungsi EMS sesuai dengan
implementasi sistem SCADA, sertaPMhasil S Traf o
dan manfaat yang diperoleh dari EMS !
3) Jelaskan yang dimaksud dengan besaran 1.250 A error dan hubungannya dengan sistem
akuisisi data ! SF6 150 kV
1.250 A
4) Berapa lebar langkah data dalam mV ?
5) Jika setelah 3.600 detik kemudian terjadi kenaikan arus (A) pada masing-masing
3 x CT
150-300-2000-3000/ 5A
fasa R, S, dan T berturut-turut sebesar 3%, 2%, dan 1% dari keadaan sebelumnya*),
LA
40 kA
maka Grounded
berapakah
Solid
besar total energi (kWH) untuk keseluruhan fasa (R-S-T)
terhitung sejak tanggal dan waktu tersebut ?
1 x CT NGR
Catatan: 400/ 1A 40 Ohm PM S Tanah
PM S PM S 70.596 PM
detik
S
Tanah Tanah 70.596 Tanah
input data
T. 2 T. 3 2.854,56
T .4 KW ac pf 0,87
ke Beban 2.840,92 KW ac pf 0,87
2.834,05 KW ac pf 0,87
8.529,52 KW ac
Sistem tenaga listrik tersebut dikelola melalui Energy Management System
(EMS) dengan memanfaatkan sistem SCADA (Supervisory Control And Data
BEBAN PRIORITAS
Acquisition). Sistem peralatan yang digunakan adalah Current Transformer (CT)
3 x 400/1 A, Potential Transformer (PT) 3 x (20/√3)/(0,1/√3) KV, Signal
Converter, Power Transducer (KWH meter), ADC; 5 Volt; data 16 bit, PPI 8255;
24 bit I/O; 3 port 16 bit; port A; B; C, PC (Personal Computer), Driver,
Aktuator, lampu pilot indikator, dan Printer. Tentukan:
a) Gambar diagram blok sistem peralatan tersebut dengan cara melengkapi
gambar 57,735
jaringan
V ac di atas ! POWER TRANSDUCER ACTUATOR
b) Jika besaran 1 A pengukuran
ac tegangan keluaran (Vo(b)) pada sisi beban untuk
fasa R menampilkan 11,3161 KV, maka berapa
0,03568 KW acbesaran tegangan masukan
(Vin) pada ADC, ARUS /dan berapa besaran 0,03551
TEGANGAN sebenarnya
KW ac tegangan DRIVER
masukan (Vi(s))
pada sisi suplai CONVERTER
? Serta berapa persen ketelitian
0,03543 KW pengukuran
ac tersebut ?
5 V dc
c) Jika besaran pengukuran daya keluaran (Po(b)) pada sisi beban untuk fasa R
5 V dc
menampilkan 3.248,6160 KW, maka berapa besaran PERSONAL tegangan masukan (V in)
pada ADC,
3,55184 V dc dan berapa besaran sebenarnya daya
ADC INTERFACE keluaran (Po(pt)) pada sisi
COMPUTER
powerVtransducer
3,53487 dc ? Serta berapa persen ketelitian
55.977,9000 KWH acpengukuran tersebut ? -0,01%
PRINTER
3,52632 V dc 55.710,4047 KWH ac -0,01%
55.575,6622 KWH ac -0,01%
167.263,9669 KWH ac
Catatan:
bahan materi ini sebagian telah tercantum di dalam Modul Ajar Instrumentasi Sistem
Tenaga untuk Program Studi Teknik Listrik S1 Terapan; pada Bagian Lampiran halaman
64 s/d 65; serta bahan materi terkait lainnya pada Bagian Lampiran halaman 66 s/d 76.