Anda di halaman 1dari 26

TUGAS BIMBINGAN KHUSUS

SISTEM PENTANAHAN PADA SISTEM DISTRIBUSI

SONIA TIKAMIDIA
421 18 059

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2018
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan limpahan rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “Sistem
Pentanahan Pada Sistem Distribusi” ini dapat selesai tepat pada waktunya dan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi


pembaca. Tak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak yang ikut membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penyusunan selanjutnya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Makassar , Juli 2019

Sonia Tikamidia

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii


Daftar Isi................................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
BAB II Pembahasan ................................................................................................ 3
2.1. Sistem Pentanahan ........................................................................................ 3
2.2. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga ............................................................ 3
2.2.1. Pengetanahan melalui tahanan (resistance grounding) ......................... 4
2.2.2. Pengetanahan melaui reaktor (reactor grounding) ........................... 4
2.2.3. Pengetanahan tanpa impedansi (soild grounding) ............................ 4
2.2.4. Pengetanahan dengan kumparan Petersen (resonant grounding) ..... 4
2.3. Pentanahan Peralatan ................................................................................ 4
2.4. Tahanan Jenis Tanah ................................................................................ 5
2.5. Elektroda Pentanahan dan Tahanan Pentanahan ...................................... 6
2.6. Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan ............................................................. 7
2.6.1. Elektroda Batang ............................................................................... 7
2.6.2. Elektroda Pita .................................................................................... 8
2.6.3 Elektroda Pelat .................................................................................. 9
2.7. Sifat-sifat Dari Sebuah Sistem Elektroda Tanah ...................................... 9
2.8. Pengaruh Tahanan Tanah Terhadap Tahanan Elektroda ........................ 10
2.10. Tegangan Sentuh Tidak Langsung ..................................................... 12
2.11. Menghitung Tahanan Tanah ............................................................... 13
2.12 Perencanaan Elektroda-Elektroda Pentanahan.................................... 13
2.12. Hantaran atau Kabel Pengaman Pentanahan ...................................... 15
2.13. Cara Mengukur Tahanan Pentanahan ................................................. 16
2.14. Pentanahan Netral Sistem ................................................................... 17

iii
Bab III Penutup ..................................................................................................... 21
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 21
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 22

iv
Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Energi listrik saat ini sangatlah menunjang kehidupan manusia sehari-hari,


energi listrik memegang peranan penting dalam kehidupan modern terutama
untuk industri, rumah tangga, penerangan, komunikasi, dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, pemakaian energi listrik disuatu negara seiring dengan perkembangan
zaman di anggap sebagai tolak ukur kemajuan rakyatnya.

Dalam penyaluran energi listrik, sistem distribusi tenaga listrik dapat


mengalami bermacam gangguan yang dapat mengakibatkan terhentinya
penyaluran energi listrik terhadap konsumen, selain itu juga gangguan tersebut
dapat mengakibatkan rusaknya peralatan listrik.

Selain untuk menunjang kelancaran penyaluran daya listrik, untuk


menghindari gangguan tersebut diperlukan suatu pengaman dan perlindungan bagi
peralatan listrik dan pekerja, salah satunya dengan menghubungkan peralatan
tersebut dengan sistem pentanahan.

Sistem pentanahan sangat mempunyai peranan yang sangat penting dalam


sistem proteksi. Sistem pentanahan digunakan untuk pengamanan peralatan-
peralatan yang menggunakan sumber listrik sehingga dapat mengamankan
manusia dari sengatan listrik dan petir. Secara umum pentanahan adalah
melakukan koneksi sirkuit atau peralatan ke bumi. Sistem pentanahan yang
kurang baik dapat menyebabkan penurunan kualitas tenaga listrik. Ilmu
pentanahan sering diabaikan, padahal pentanahan yang baik sangatlah penting,
dengan sistem pentanahan yang baik dapat melindungi peralatan listrik dan
manusia.

Menurut jenisnya pentanahan dibedakan menjadi 2, yaitu pentanahan titik


netral sistem tenaga dan pentanahan peralatan. Pentanahan titik netral sistem
tenaga berfungsi sebagai pengaman sistem atau jaringan, sedangkan pada
pentanahan peralatan berfungsi sebagai pengaman terhadap tegangan sentuh.

Sistem pentanahan dilakukan dengan cara menanamkan batang elektroda


pentanahan tegak lurus, kemudian bantang elektroda pentanahan itu di tanam
kedalam tanah dengan kedalaman yang telah di tentukan. Hal ini dilakukan untuk
mencapai nilai tahanan pentanahan yang diinginkan yaitu tidak lebih dari 51 ohm.
Untuk membuat tahanan pentanahan tidak lebih dari 5 ohm bisa juga dengan
menambahkan batang elektroda pentanahan lebih dari satu batang elektroda.

Sistem pentanahan yang baik adalah sistem pentanahan yang memiliki nilai
tahanan pentanahan yang kecil. Untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang
kecil maka perlu dilakukan percobaan.
1
1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud Sistem Pentanahan pada Sistem Distribusi adalah:


a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan system pentanahan pada sistem
distribusi
b. Mengetahui tujuan adanya sistem pentanahan pada sistem distribusi
c. Mengetahui metode sistem pentanahan pada sistem distribusi
d. Mengetahui electrode pentanahan serta jenisnya

2
BAB II Pembahasan

2.1. Sistem Pentanahan

Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistem-


sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak
membahayakan. Namun setelah sistem-sistem tenaga listrik berkembang semakin
besar dengan tegangan yang semakin tinggi dan jarak jangkauan semakin jauh,
baru diperlukan sistem pentanahan. Kalau tidak, hal ini bisa menimbulkan potensi
bahaya listrik yang sangat tinggi, baik bagi manusia, peralatan dan sistem
pelayanannya sendiri.

Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan


sistem, badan peralatan dan instalasi dengan tanah sehingga dapat
mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan mengamankan komponen-
komponen instalasi dari bahaya gangguan listrik. Oleh karena itu, sistem
pentanahan menjadi bagian pengaman dari sistem tenaga listrik.

Oleh karena itu, secara umum, tujuan sistem pentanahan adalah:


Menjamin keselamatan orang dari sengatan listrik baik dalam keadaan
normal atau tidak dari tegangan sentuh dan tegangan langkah.
Menjamin kerja peralatan-peralatan listrik.
Mencegah kerusakan peralatan-peralatan listrik.
Menyalurkan energi serangan petir ke tanah.
Menstabilkan tegangan saat terjadi gangguan.

2.2. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga

Pentanahan netral dari sistem tenaga merupakan suatu keharusan pada saat
ini, karena sistem sudah demikian besar dengan jangkauan yang luas dan
tegangan yang tinggi. Pentanahan netral sistem tenaga ini dilakukan pada
pembangkit listrik dan transformator daya pada gardu-gardu induk dan gardu-
gardu distribusi.

Oleh karena itu pada saat mana sistem-sistem tenaga relatif mulai besar,
sistem-sistem itu diketanahkan melalui tahanan reaktansi. Pengetanahan itu
umumnya dilakukan dengan menghubungkan netral transformator daya ke tanah.

Metode-metode pengetanahan netral dari sistem-sistem tenaga adalah :


a. Pengetanahan melalui tahanan (resistance grounding).
b. Pengetanahan melaui reaktor (reactor grounding).
c. Pengetanahan tanpa impedansi (soild grounding).
d. Pengetanahan dengan kumparan Petersen (resonant grounding).

3
2.2.1. Pengetanahan melalui tahanan (resistance grounding)

Maksud pengetanahan ini adalah untuk membatasi arus gangguan ke tanah


antara 10 % sampai 25 % dari arus gangguan 3 fasa. Batas yang paling bawah
adalah batas minimum untuk dapat bekerjanya rele gangguan tanah, sedangkan
batas atas adalah untuk membatasi banyaknya panas yang hilang pada waktu
terjadinya gangguan.

2.2.2. Pengetanahan melaui reaktor (reactor grounding)

Pengetanahan melaui reaktor digunakan bilamana trafo daya tidak cukup


membatasi arus gangguan tanah. Reaktor ini digunakan untuk memenuhi
persyratan dari sistem yang diketanahkan dengan reaktor dimana besar arus
gangguan di atas 25 % dari arus gangguan 3 fasa.

2.2.3. Pengetanahan tanpa impedansi (soild grounding)

Pada sistem-sistem yang diketanahkan tanpa impedansi, bila terjadi


gangguan tanah selalu mengakibatkan terganggunya saluran (line outage), yaitu
gangguan itu harus diisolir dengan membuka pemutus daya. Salah satu tujuan
untuk membatasi tegangan daru fasa-fasa yang tidak terganggu bila terjadi
gangguan.

2.2.4. Pengetanahan dengan kumparan Petersen (resonant grounding)

Pengetanahan dengan kumparan Petersen ialah untuk


menghubungkan titik netral trafo daya dengan suatu tahanan yang nilainya dapat
berubah-ubah.

2.3. Pentanahan Peralatan

Pentanahan peralatan adalah tindakan pengamanan dengan cara


menghubungkan badan peralatan atau instalasi yang diproteksi dengan hantaran
netral yang ditanahkan sedemikian rupa sehingga apabila terjadi kegagalan
isolasi tidak terjadi tegangan sentuh yang tinggi sampai bekerjanya alat
pengaman arus lebih. Pentanahan ini berbeda dengan pentanahan netral sistem
tenaga. Yang dimaksud bagian dari peralatan ini adalah bagian-bagian mesin
yang secara normal tidak dilalui arus listrik namun dalam kondisi terjadinya
gangguan dimungkinkan dilalui arus listrik.

Sistem pentanahan pada peralatan pada umumnya menggunakan dua


macam sistem pentanahan yaitu sistem grid (horizontal) dan sistem rod

4
(vertikal). Sistem pentanahan grid ialah menanamkan batang-batang elektroda
sejajar dengan permukaan tanah, hal ini merupakan usaha untuk meratakan
tegangan yang timbul. Sedangkan sistem rod ialah menanamkan batang-batang
elektroda tegak lurus kedalam tanah, hal ini fungsinya hanya mengurangi
(memperkecil) tahanan pentanahan. Jadi yang membedakan sistem ini adalah
pentanahan ini hanya dengan cara penanaman elektrodanya. Adapun penjelasan
dari sistem grid dan sistem rod adalah sebagai berikut :

1. Sistem Grid

Pada sistem batang–batang elektroda ditanam sejajar permukaan tanah,


batang–batang ini terhubung satu lama lain. Dengan cara ini jumlah konduktor
yang ditanam banyak sekali, maka bentuknya mendekati bentuk plat dan ini
merupakan bentuk maksimum atau yang mempunyai harga tahanan paling kecil
luas daerah tertentu, tetapi bentuk ini tidak efisien atau mahal. Pada sistem ini
banyak konduktor akan tidak sebanding, dengan tahanannya oleh karena fungsi
dan konduktor sebenarnya dalah menyalurkan arus ke dalam tanah. Bila
elektroda saling berdekatan maka volume tanah tidak bisa menerima arus dan
elektroda–elektroda tersebut, dengan kata lain volume tanah tidak terbatas
kemampuannya untuk menerima arus.

2. Sistem Rod

Pada sistem ini untuk memperkecil tahanan pentanahan, maka batang


konduktor dapat diperbanyak penanamannya. Apabila terjadi arus gangguan
ketanah, maka arus gangguan ini akan mengakibatkan naiknya gradient tegangan
permukaan tanah. Besarnya tegangan maksimum yang timbul tersebut sebanding
dengan tahanan pentanahan.

2.4. Tahanan Jenis Tanah

Tahanan jenis tanah sangat menentukan tahanan pentanahan dari


elektroda-elektroda pentanahan. Tahanan jenis tanah diberikan dalam satuan
Ohm-meter. Dalam bahasan di sini menggunakan satuan Ohm-meter, yang
merepresentasikan tahanan tanah yang diukur dari tanah.

Yang menentukan tahanan jenis tanah ini tidak hanya tergantung pada
jenis tanah saja melainkan dipengaruhi oleh kandungan moistur, kandungan
mineral yang dimiliki dan suhu (suhu tidak berpengaruh bila di atas titik beku air).
Oleh karena itu, tahanan jenis tanah bisa berbeda-beda dari satu tempat dengan
tempat yang lain tergantung dari sifat-sifat yang dimilikinya. Sebagai pedoman
dasar, tabel berikut ini berisikan tahanan jenis tanah yang ada di Indonesia.

5
Tabel 2. 1. Tahanan Jenis Tanah

Jenis Tanah Tahanan Jenis (Ohm-meter)


Tanah rawa 30
Tanah liat dan tanah ladang 100
Pasir basah 200
Kerikil basah 500
Pasir dan kerikil kering 1000
Tanah berbatu 3000
Sumber : PUIL 2000 (Hal. 80)

Sebelum melakukan tindakan lain, yang pertama untuk diketahui terlebih


dahulu adalah sifat-sifat tanah di mana akan dipasang elektroda pentanahan
untuk mengetahui tahanan jenis pentanahan. Apabila perlu dilakukan
pengukuran tahanan tanah. Namun perlu diketahui bahwa sifat-sifat tanah bisa
jadi berubah- ubah antara musim yang satu dan musim yang lain. Hal ini harus
betul-betul dipertimbangkan dalam perancangan sistem pentanahan. Bila terjadi
hal semacam ini, maka yang bisa digunakan sebagai patokan adalah kondisi
kapan tahanan jenis pentanahan yang tertinggi. Ini sebagai antisipasi agar
tahanan pentanahan tetap memenuhi syarat pada musim kapan tahanan jenis
pentanahan tinggi.

2.5. Elektroda Pentanahan dan Tahanan Pentanahan

Tahanan pentanahan harus sekecil mungkin untuk menghindari bahaya-


bahaya yang ditimbulkan oleh adanya arus gangguan tanah. Hantaran netral harus
diketanahkan di dekat sumber listrik atau transformator, pada saluran udara
setiap200 m dan di setiap konsumen.

Tahanan pentanahan satu elektroda di dekat sumber listrik, transformator


atau jaringan saluran udara dengan jarak 200 m maksimum adalah 10 Ohm dan
tahanan pentanahan dalam suatu sistem tidak boleh lebih dari 5 Ohm. Seperti
yang telah disampaikan di atas bahwa tahanan pentanahan diharapkan bisa sekecil
mungkin. Namun dalam prakteknya tidaklah selalu mudah untuk mendapatkannya
karena banyak faktor yang mempengaruhi tahanan pentanahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar tahanan pentanahan adalah:
 Bentuk elektroda. Ada bermacam-macam bentuk elektroda yang
banyak digunakan, seperti jenis batang, pita dan pelat.
 Jenis bahan dan ukuran elektroda. Sebagai konsekwensi
peletakannya di dalam tanah, maka elektroda dipilih dari bahan-bahan
tertentu yang memiliki konduktivitas sangat baik dan tahan terhadap

6
sifat-sifat yang merusak dari tanah, seperti korosi. Ukuran elektroda
dipilih yang mempunyai kontak paling efektif dengan tanah.
 Jumlah/konfigurasi elektroda. Untuk mendapatkan tahanan
pentanahan yang dikehendaki dan bila tidak cukup dengan satu
elektroda, bisa digunakan lebih banyak elektroda dengan bermacam-
macam konfigurasi pemasangannya di dalam tanah.
 Kedalaman penanaman di dalam tanah. Penanaman ini tergantung
dari jenis dan sifat-sifat tanah. Ada yang lebih efektif ditanam secara
dalam, namun ada pula yang cukup ditanam secara dangkal.
 Faktor-faktor alam. Jenis tanah: tanah gembur, berpasir, berbatu,
dan lain-lain. Moisture tanah: semakin tinggi kelembaban atau
kandungan air dalam tanah akan memperendah tahanan jenis tanah.
Kandungan mineral tanah: air tanpa kandungan garam adalah isolator
yang baik dan semakin tinggi kandungan garam akan memperendah
tahanan jenis tanah, namun meningkatkan korosi, dan suhu tanah:
suhu akan berpengaruh bila mencapai suhu beku dan di bawahnya.
Untuk wilayah tropis seperti Indonesia tidak ada masalah dengan suhu
karena suhu tanah ada di atas titik beku.

2.6. Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan

Pada prinsipnya jenis elektroda dipilih yang mempuntai kontak sangat


baik terhadap tanah. Berikut ini akan dibahas jenis-jenis elektroda pentanahan.

2.6.1. Elektroda Batang

Elektroda batang ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil yang
ditanamkan ke dalam tanah. Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali
digunakan dan teori-teori berawal dari elektroda jenis ini. Elektroda ini banyak
digunakan di gardu induk-gardu induk. Secara teknis, elektroda batang ini mudah
pemasangannya, yaitu tinggal ditanamkan ke dalam tanah. Di samping itu,
elektroda ini tidak memerlukan lahan yang luas.

7
Gambar 2. 1. Elektroda Batang
Sumber : Prih Sumarjdati,dkk. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1 (Hal.
168)

2.6.2. Elektroda Pita

Elektroda pita ialah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk pita
atau berpenampang bulat atau hantaran pilin yang pada umumnya ditanam secara
dangkal. Kalau pada elektroda jenis batang, pada umumnya ditanam secara dalam.
Pemasangan ini akan bermasalah apabila mendapati lapisan-lapisan tanah yang
berbatu, disamping sulit penanamannya, untuk mendapatkan nilai tahanan yang
rendah juga bermasalah. Ternyata sebagai pengganti penanaman secara vertikal ke
dalam tanah, dapat dilakukan dengan menanam batang hantaran secara mendatar
(horisontal) dan dangkal. Di samping kesederhanaannya itu, ternyata tahanan
pentanahan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh bentuk konfigurasi
elektrodanya, seperti dalam bentuk melingkar, radial atau kombinasi antar
keduanya.

Gambar 2. 2 Elektroda Pita


Sumber : Prih Sumardjati,dkk. Teknik Pemanfaatan Tenaga
Listrik Jilid 1 (Hal. 169)

8
2.6.3 Elektroda Pelat

Elektroda pelat ialah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau
berlubang) atau dari kawat kasa. Pada umumnya elektroda ini ditanam dalam.
Elektroda ini digunakan bila diinginkan tahanan pentanahan yang kecil dan sulit
diperoleh dengan menggunakan jenis-jenis elektroda yang lain.

Gambar 2.3.
Elektroda Pelat

Sumber : Prih Sumardjati,dkk. Teknik Pemanfaatan Tenaga


Listrik Jilid 1 (Hal. 169)

2.7. Sifat-sifat Dari Sebuah Sistem Elektroda Tanah

Hambatan arus melewati sistem elektroda tanah mempunyai tiga


komponen, yaitu :
a. Tahanan elektroda sendiri dan sambungan-sambungannya.
b. Tahanan kontak antara elektroda dengan tanah sekitar.
c. Tahanan tanah disekelilingnya.

Apabila elektroda bersih dari cat atau minyak, dan tanah yang dipasak
dengan kuat, maka tahanan kontak dapat diabaikan. Elektroda dengan tahanan
seragam yang ditanam ke tanah akan menghantarkan arus kesemua lapisan tanah
terdekat dengan elektroda dengan sendirinya memiliki permukaan paling sempit,
ssehingga memberikan tahanan terbesar. Lapisan berikutnya, karena lebih luas,
memberikan tahanan yang lebih kecil. Demikian seterusnya, sehingga pada jarak
tertentu dari elektroda, lapisan tanah sudah tidak menambah besarnya tahanan
tanah pada sekeliling elektroda. Jarak ini disebut daerah tahanan efektif, yang juga
sangat tergantung pada kedalaman elektroda.

9
Gambar 2. 3 Komponen-komponen tahanan elektroda tanah
Sumber : Pabla, As dan Hadi, Ir. Abdul. Sistem Distribusi Daya Listrik (Hal. 158)

2.8. Pengaruh Tahanan Tanah Terhadap Tahanan Elektroda

Tahanan elektroda pentanahan ke tanah tidak hanya tergantung pada


kedalaman dan luas permukaan elektroda, tetapi juga pada tahanan tanah.
Tahahan tanah merupakan faktor kunci yang menentukan tahanan elektroda
dan pada kedalaman beberapa elektroda harus ditanam agar memperoleh tahanan
yang rendah. Tahanan tanah sangat bervariasi di berbagai tempat, dan berubah
menurut iklim.

Tahanan tanah ini terutama ditentukan oleh kandungan elektrolit


didalamnya, kandungan air, mineral-mineral dan garam-garam. Tanah kering
mempunyai tahanan tinggi, tetapi tanah basah juga dapat mempunyai tahanan
tinggi, apabila tidak mengandung garam-garam yang dapat larut. Karena tahanan
tanah berkaitan langsung dengan air dan suhu, maka dapat diasumsikan bahwa
tahanan pentanahan akan dapat berubah sesuai perubahan iklim pada setiap
tahunnya. Karena kandungan air dan suhu lebih stabil pada kedalam yang lebih
besar, maka agar dapat berkerja dengan efektif sepanjang waktu, sistem tanah
dapat dikonstruksikan denga elektroda yang ditancapkan cukup dalam di bawah
permukaan tanah. Hasil terbaik akan diperoleh apabila kedalaman elektroda
mencapai tingkat kandungan air yang tetap.

Gambar 2. 4 Variasi-variasi tahanan tanah terhadap garis tengah elektroda

10
Gambar 2. 5 Variasi-variasi tahanan tanah tehadap kedalaman

Gambar 2. 6 Variasi-variasi tahanan tanah terhadap iklim


Sumber : Pabla, As dan Hadi, Ir. Abdul. Sistem Distribusi Daya Listrik (Hal. 160)

2.9. Exposur Tegangan (Voltege Exposure)

Jika ada kontak yang tidak disengaja antara bagian-bagian yang dilalui
arus dengan kerangka metal dari kerangka peralatan, kerangka metal itu menjadi
bertegangan yang sama dengan tegangan peralatan. Untuk mencegah terjadinya
tegangan kejut yang berbahaya kerangka peralatan metal peralatan tersebut harus
dihubungkan ke tanah melalui impedansi yang rendah. International
Electrotechnical Commission (IEC) mengusulkan besar tegangan sentuh yang
sebagai fungsi dari lama gangguan seperti pada tabel dibawah ini. Tabel ini
biasanya digunakan untuk sistem tegangan konsumen. Jadi misalnya untuk
sistem pentanahan pengaman.

Tabel 2. 2 Besar dan lama tegangan sentuh maksimum


Tegangan Sentuh Volt Waktu Pemutusan Maksimum

(RMS) (detik)
< 50
50 5,0

11
75 1,0
90 0,5
110 0,2
150 0,1
220 0,05
280 0,03
Sumber : Hutauruk Ts. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga &
Pengetanahan Peralatan (Hal. 126)

2.10. Tegangan Sentuh Tidak Langsung

Tegangan sentuh tidak langsung adalah tegangan pada bagian alat atau
instalasi yang secara normal tidak dilalui arus namun akibat kegagalan
isolasi pada peralatan atau instalasi, pada bagian-bagian tersebut mempunyai
tegangan terhadap tanah. Bila tidak ada pentanahan maka tegangan sentuh
tersebut sama tingginya dengan tegangan kerja alat atau instalasi. Hal ini, sudah
tentu, membahayakan manusia yang mengoperasikannya atau yang ada di sekitar
tempat itu. Selama alat pengaman arus lebih tidak bekerja memutuskan
rangkaian, keadaan ini akan tetap bertahan. Namun dengan adanya pentanahan
secara baik, kemungkinan tegangan sentuh selama terjadi gangguan dibatasi
pada tingkat aman ( maksimum 50 V untuk AC).

Gambar 2. 7. Tegangan sentuh tidak


langsung

Sumber : Prih Sumardjati,dkk. Teknik Pemanfaatan Tenaga


Listrik Jilid (Hal. 163)

Pada keadaan sebelum diketanahkan, bila terjadi arus gangguan (arus


bocor), maka bodi alat mempunyai tegangan terhadap tanah sama dengan
tegangan sumber (tegangan antara L-N). Tegangan ini sudah tentu sangat
membahayakan operator atau orang yang menyentuh bodi alat tersebut dan
pengaman arus beban lebih tidak bekerja memutuskan aliran bila tidak
12
melampaui batas kerjanya. Sehingga kalau pun terjadi sengatan pada manusia
alat pengaman ini masih belum akan bekerja karena arus listrik yang mengalir ke
tubuh tidak cukup besar untuk bekerjanya pengaman akibat dari adanya tahanan
tubuh yang relatif besar. Sedangkan, pada keadaan setelah dilakukan pentanahan,
maka bila terjadi arus gangguan, karena tahanan pentanahan sangat kecil,
maka akan mengalir arus gangguan yang sangat besar sehingga membuat
bekerjanya pengaman arus lebih, yaitu dengan memutuskan peralatan dari
sumber listrik. Dalam waktu terjadinya arus gangguan ini, dan dengan tahanan
pentanahannya sangat rendah, tegangan sentuh dapat dibatasi pada batas
amannya.

2.11. Menghitung Tahanan Tanah


Rumus pendekatan yang biasa digunakan untuk elektroda batang
dikembangkan oleh Proff. H.B Dwight dari Institut Teknologi
Massachusetts yaitu :

Dimana,
𝜌 = tahanan rata-rata tanah (ohm-cm)
L = panjang elektroda tanah (cm)
a = jari-jari penampang elektroda (cm)
R = tahanan elektroda tanah (ohm)
s = Jarak antara elektroda (cm) [2]

2.12 Perencanaan Elektroda-Elektroda Pentanahan


Di tempat-tempat dengan tahanan tinggi dimana tahanan pentanahan yang
diperoleh dengan susunan atau konstruksi melampaui harga batas yang
ditentukan maka digunakan elektroda jamak. Dalam hal ini digunakan 3
elektroda, dan jarak antara elektroda tidak boleh kurang dari 2 kali panjang
elektroda.
Untuk praktisnya, tahanan dari tiga elektroda atau pasak dapat dihitung
paralel dan tahanan total menjadi setengah atau sepertiga dari tahanan
tanah dengan menggunakan elektroda tunggal. Kadang jarak antar elektroda
tidak dapat dibuat besar, untuk itu ada rumus empiris penentuan tahanan total
dari berbagai
macam susunan paralel, seperti berikut:

a. Dua Elektroda atau pasak dipasang paalel

13
Dimana,

d = Jarak antara 2 pasak paralel (meter)


L = Panjang elektroda (meter)
a = Diameter elektroda (meter)

Gambar 2. 8 Elektroda tanah : (a) Dalam susunan segi-empat kosong.


(b) Dalam susunan -empat terisi
Sumber : Sistem Distribusi Daya Listrik (163)

b. Tiga pasak parallel berbentuk segitiga samasisi dengan sisi = d,

……………….(2.5)

c. Pasak jamak tersusun dalam segi-empat kosong atau segi-empat terisi


seperti
terlihat pada gambar 2.8. Apabila jumlah pasak adalah N , maka :

………… …(2.6)
Dimana,

k = konstanta yang tergantung jumlah pasak.


N = Jumlah Pasak.

14
Tabel 2. 3 Harga konstanta pada julah pasak atau elektroda

Jumlah pasak

sepanjang sisi segi- Jumlah pasak seluruhnya Harga k


empat

Segi-empat terisi
2 4 2.7071
3 8 4.2583
4 12 5.3939
5 16 6.0072
6 20 6.4633
7 24 6.8363
8 28 7.1479
9 32 7.4195
10 36 7.6551
Segi-empat kosong
3 9 5.8917
4 16 8.5545
5 25 11.4371
6 36 14.0650
7 49 16.8933
8 64 19.5003
9 81 22.3069
10 100 24.9587
Sumber : Pabla, As dan Hadi, Ir. Abdul. Sistem Distribusi Daya Listrik (Hal. 164)

2.12. Hantaran atau Kabel Pengaman Pentanahan

Efektivitas sistem pentanahan tidak hanya ditentukan oleh elektroda


pentanahan, namun juga oleh hantaran atau kabel pentanahan atau hantaran atau
kabel pengaman. Hantaran atau kabel pengaman ini harus diusahakan
mempunyai tahanan yang sekecil-kecilnya dan disesuaikan dengan komponen
instalasi lain seperti pengaman arus lebih dan hantaran fasanya. Alat pengaman
arus lebih dan ukuran hantaran fasa adalah karena alat pengaman tersebut juga
berfungsi sebagai pengaman hantaran atau kabel. Oleh karena itu, dalam
penentuan ukuran hantaran atau kabel pengaman dapat dilakukan berdasarkan
ukuran hantaran fasanya. Kondisi hantaran mempunyai konsekwensi terhadap
15
dampak yang mungkin terjadi. Hantaran berisolasi berinti satu mempunyai
kondisi yang berbeda dengan yang berinti banyak, begitu juga hantaran
telanjang yang dilindungi dan yang tidak dilindungi juga mempunyai
konsekwensi yang berbeda.

Dalam memilih penghantar, untuk ketahanan terhadap korosi pemilihan


penghantar dapat mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Untuk tanah yang bersifat korosif sangat lambat, dengan tahanan diatas
100 ohm–m, tidak ada batas perkenan korosi (corrosion allowance).
2. Untuk tanah yang bersifat korosif lambat, dengan tahanan 25-100 ohm–m,
batas perkenan korosi adalah 15 % dengan pemilihan penghantar sudah
mempertimbangkan faktor stabilitas termal.
3. Untuk tanah yang bersifat korosif cepat, dengan tahanan kurang dari 25
ohm-m, batas perkenan korosi adalah 30 % dengan pemilihan penghantar
sudah mempertimbangkan faktor stabilitas termal.

2.13. Cara Mengukur Tahanan Pentanahan

Gambar 2. 9 Cara Mengukur Tahanan Pentanahan


Cara mengukur tahanan tanah secara umum adalah seperti yang ditunjukkan
oleh Gambar 2.9. Pada gambar ini tampak batang pentanahan yang akan diukur
tahanan pentanahannya ditanam paling kiri. Paling kanan adalah batang pembantu
untuk menyuntikkan arus dari alat pengukur tahanan pentanahan. Arus kemudian
mengalir kembali ke alat pengukur melalui batang pentanahan dan kabel warna
biru (paling kiri). Sementara pengukuran dilakukan, konduktor yang
menghubungkan batang pentanahan dengan alat yang ditanahkan oleh batang ini
harus dilepas. Alat pengukur ini mengukur tegangan antara batang pembantu yang
ada di tengah dan batang pentanahan. Selanjutnya alat pengukur ini akan
menghitung tahanan pentanahan menurut hukum Ohm yaitu dimana V adalah
besarnya tegangan yang diukur seperti tersebut diatas dan I adalah besarnya
arus yang kembali melalui batang pentanahan, yaitu yang melalui kabel warna
biru paling kiri.

16
Gambar 2. 10 Penggunaan Transformator Arus Jepit

Dengan menggunakan transformator arus jepit (clamp on current


transformer), seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.10, pengukuran tahanan
pentanahan seperti tersebut diatas dapat dilakukan tanpa memerlukan pelepasan
hubungan konduktor yang menghubungkan batang pentanahan dengan alat yang
ditanahkan, karena dengan menggunakan transformator arus jepit, arus yang
diukur sudah pasti adalah seluruh arus yang melalui batang pentanahan yang
bersangkutan. Sedangkan pada cara pengukuran menurut Gambar 2.9 apabila
konduktor penghubung alat yang ditanahkan tidak dilepas, kemungkinan ada arus
yang mengalir ke alat tersebut sehingga arus yang masuk ke alat pengukur tidak
seluruh arus yang melewati batang pentanahan dan terjadilah kekeliruan dalam
mengukur tahanan pentanahan .
Dengan menggunakan cara pengukuran seperti Gambar 2.10, yaitu
menggunakan transformator arus jepit, kekeliruan tersebut di atas dapat
dihindarkan walaupun konduktor penghubung ke peralatan yang di tanahkan tidak
dilepas.

2.14. Pentanahan Netral Sistem

Pentanahan titik netral dari sistem tenaga merupakan suatu keharusan


pada saat ini, karena sistem sudah demikian besar dengan jangkauan yang luas
dan tegangan yang tinggi. Pentanahan titik netral ini dilakukan pada alternator
pembangkit listrik dan transformator daya pada gardu-gardu induk dan gardu-
gardu distribusi.
Ada bermacam-macam pentanahan sistem. Antara satu dan lainnya
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing. Bahasan berikut ini tidak
dimaksudkan membahas kekurangan dan kelebihan metoda tersebut, namun
lebih menitik beratkan pada macam-macam pentanahan titik netral yang umum
digunakan. Jenis pentanahan sistem akan menentukan skema proteksinya, oleh
karena itu, jenis pentanahan ini sangat penting diketahui.

Kode yang digunakan mempunyai arti sebagai berikut:

Huruf Pertama : Hubungan sistem tenaga listrik ke bumi.

T = Hubungan langsung satu titik ke bumi.


17
I = Semua bagian aktif di isolasi dari bumi, atau satu titik dihubungkan ke
bumi melalui suatu impedans.

Huruf Kedua : Hubungan BKT instalasi ke bumi.

T = Hubungan listrik langsung BKT ke bumi, yang tidak tergantung


pembumian setiap titik tenaga listrik.
N = Hubungan listrik langsung BKT ke titik yang dibumikan dari sistem
tenaga listrik (dalam sistem AC, titik yang dibumikan biasanya titik
netral, atau penghantar phasa jika titik netral tidak ada).

Huruf Berikutnya (jika ada) : Susunan penghantar netral dan proteksi.

S = Fungsi proteksi yang diberikan oleh penghantar yang terpisah dari


netral atau dari saluran yang dibumikan (dalam sistem AC, phasa
yang dibumikan).
C = Fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar tunggal

Ada tiga macam skema pentanahan netral sistem daya, yaitu :

1. TN (Terra Neutral) System, terdiri dari 3 jenis skema, yaitu:

a. TN-C (Terra Neutral-Combined), pada sistem ini saluran netral dan


saluran pengaman disatukan pada sistem secara keseluruhan. Semua
bagian sistem mempunyai saluran PEN yang merupakan kombinasi
antara saluran N dan PE. Disini seluruh bagian sistem mempunyai
saluran PEN yang sama.

Gambar 2. 11 Saluran Tanah dan Netral disatukan (TN-C)


b. TN-C-S (Terra Neutral-Combined-Separated), pada sistem ini
saluran netral dan saluran pengaman dijadikan satu saluran pada
sebagian sistem dan terpisah pada sebagian sistem yang lain. Di sini
terlihat bahwa sistem 1 dan 2 mempunyai satu hantaran PEN
(combined). Sedangkan pada bagian sistem 3 menggunakan dua
hantaran, N dan PE secara terpisah (separated).

18
Gambar 2. 12 Saluran Tanah dan Netral disatukan pada sebagian sistem (TN-C-S)

d. TN-S (Terra Neutral-Separated), pada sistem ini saluran netral dan


saluran pengaman terdapat pada sistem secara keseluruhan jadi
semua sistem mempunyai dua saluran N dan PE secara tersendiri
(separated).

Gambar 2. 13 Saluran Tanah dan Netral dipisah (TN-S)


2. TT (Terra Terra), Sistem yang titik netralnya disambung langsung
ke tanah, namun bagian-bagian instalasi yang konduktif disambungkan ke
elektroda pentanahan yang berbeda (berdiri sendiri). Dari gambar di bawah
ini terlihat bahwa pentanahan peralatan dilakukan melalui sistem pentanahan
yang berbeda dengan pentanahan titik netral.

Gambar 2. 14 Saluran Tanah Sistem dan Saluran


Bagian Sistem Terpisah (TT)

19
3. IT (Impedance Terra), sistem rangkaian tidak mempunyai hubungan
langsung ke tanah namun melalui suatu impedansi, sedangkan bagian konduktif
instalasi dihubung langsung ke elektroda pentanahan secara terpisah. Sistem
ini juga disebut sistem pentanahan impedansi. Ada beberapa jenis sambungan titik
netral secara tidak langsung ini, yaitu melalui reaktansi, tahanan, dan kumparan
petersen. Antara ketiga jenis media sambungan ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Namun, secara teknis jenis sambungan kumparan petersen yang
mempunyai kinerja terbaik. Permasalahannya adalah harganya mahal.

Gambar 2. 15 Saluran Tanah melalui Impedansi (IT)

Keterangan lambang adalah sebagai berikut :

: Penghantar Netral

: Penghantar PE

: Gabungan penghantar netral dan proteksi

20
Bab III Penutup

3.1. Kesimpulan

1. Pentanahan adalah melakukan koneksi sirkuit atau peralatan ke bumi yang


bertujuan untuk mempertahankan potensial bumi pada konduktor yang
terhubung dan mengalirkan arus tanah menuju dan dari bumi
2. Dampak kegagalan pentanahan terhadap kualitas tenaga listrik adalah level
tegangan swell dan sag, perambatan transien, harmonisa, ketidakstabilan
beban fasa, penurunan tegangan
3. Tujuan utama pentanahan adalah menciptakan jalur yang low-impedance
(tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan
transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan
electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik
atau transient voltage. Sistem pentanahan yang efektif akan meminimalkan
efek tersebut
4. Metode-metode pengetanahan netral dari sistem-sistem tenaga adalah
Pengetanahan melalui tahanan (resistance grounding), pengetanahan
melaui reaktor (reactor grounding), pengetanahan tanpa impedansi (soild
grounding), pengetanahan dengan kumparan Petersen (resonant
grounding).
5. Pada prinsipnya jenis elektroda dipilih yang mempuntai kontak sangat
baik terhadap tanah. Jenis-jenis elektroda pentanahan adalah Elektroda
batang, elektroda ita dan elektroda pelat.

21
Daftar Pustaka

[1] A S, Pabla & Ir. Abdul Hadi. 1991, Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Jakarta:

Erlangga.

[2] Aslimeri, dkk. 2008. Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 2. Jakarta:

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

[3] Hutauruk, T.S. 1991. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga & Pengetanahan

Peralatan. Jakarta: Erlangga.

[4] Marsudi, Djiteng. 2005. Pembangkitan Energi Listrik. Jakarta : Erlangga.

[5] Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000.

[6] Samaullah, Hazairin. 2004. Dasar-dasar Sistem Proteksi Tenaga Listrik.

Palembang: UNSRI.

[7] Sumardjati, Prih dkk. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1. Jakarta:

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

[8] Nono, Moelyono. 1999. Pengantar Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Surabaya.

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri, ITS.

[9] A.Aris Munandar, Dr, MSc. Dan Susumu Kawahara, Dr. Teknik Tenaga

Listrik II, Transmisi Distribusi, Pradnya Paramita, Jakarta

[10] Marsudi, Djiteng. Operasi Sistem Tenaga Listrik, Yogjakarta : Graha Ilmu

2006

22

Anda mungkin juga menyukai