Anda di halaman 1dari 74

MATA KULIAH : TEKNIK TENAGA LISTRIK DASAR (2 SKS)

PUSTAKA

:
o Prof.Dr.Ir. HAMZAH BERAHIM, TEKNIK
TENAGA LISTRIK DASAR
o ZUHAL , TEKNIK TENAGA LISTRIK. Penerbit ITB
Bandung
o William H,Hayt, Rangkaian Listrik 1 dan 2, Erlangga

MATERI

Pendahuluan ; Sistem Pembangkitan,Sistem Transmisi, Sistem Distribusi;


Perancangan dan perencanaan Sistem Tenaga Listrik
Prinsip Dasar Tenaga Listrik ; Bilangan kompleks;Diagram Phasor dan Daya
Listrik ;Rangkaian Fasa banyak
Parameter Saluran Transmisi : Pengantar; Ukuran Penghantar;Konstanta Salutan
transmisi
Unjuk Kerja Saluran Transmisi : Pengantar ;Saluran transmisi Pendek;Saluran
Transmisi Menengah; Saluran Transmisi Panjang

EVALUASI :

a. Tugas/PR/Test/Quiz ( 7.5 % )
b. Kegiatan lapangan dan laporan survay (7.5%)
c. UTS (Teori ) 35 %
d. UAS (Teori ) 40 %
e. Kehadiran ( 10%)

BAB I. KONSEP DASAR TENAGA LISTRIK

1.1 Sistem Tenaga Listrik


Secara umum sistem tenaga listrik dapat dikatakan terdiri dari tiga bagian
utama, yaitu:
pembangkit tenaga listrik,
penyaluran/Transmisi tenaga listrik dan
distribusi tenaga listrik.
Sistem tenaga listrik modern merupakan sistem yang komplek yang
terdiri dari pusat pembangkit, saluran transmisi dan jaringan distribusi yang
berfungsi untuk menyalurkan daya dari pusat pembangkit ke pusat pusat beban.
Untuk memenuhi tujuan operasi sistem tenaga listrik, ketiga bagian yaitu
pembangkit, penyaluran dan distribusi tersebut satu dengan yang lainnya tidak
dapat dipisahkan seperti terlihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Single line diagram Sistem tenaga listrik

Energi listrik dibangkitkan oleh pembangkit tenaga listrik, disalurkan


melalui saluran transmisi dan kemudian didistribusikan ke beban. Sistem
tenaga listrik sering pula hanya disebut dengan sistem tenaga, bahkan
kadangkala cukup hanya dengan sistem. Penamaan suatu sistem tenaga listrik

biasanya menggunakan daerah cakupan yang dilistriki, misalnya Sistem Tenaga


Listrik Jawa Bali (STLJB) atau Sistem Jawa Bali (SJB) berarti sistem tenaga
listrik yang mencakup Pulau Jawa, Madura dan Bali.
Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik berfungsi membangkitkan energi
listrik melalui berbagai macam pembangkit tenaga lsitrik. Pada pembangkit
tenaga listrik ini sumber-sumber energi alam diubah oleh penggerak mula
menjadi energi mekanis yang berupa kecepatan atau putaran yang selanjutnya
energi mekanis tersebut diubah menjadi energi listrik oleh generator. Sumber
sumber energi alam ini dapat berupa :
Bahan bakar yang berasal dari fosil : batubara,minyak bumi, gas
alam,
Bahan galian seperti uranium dan thorium
Tenaga air ( debit air dan tinggi permukaan air)
Tenaga angin
tenaga matahri
Tenaga ombak laut dll
Sistem transmisi berfungsi untuk menyalurkan tenaga lsitrik dari pusat
pembangkit ke pusat beban melalui saluran transmisi, karena ada kalanya
pembangkit tenaga lsitrik dibangun di tempat yang jauh dari pusat pusat
bebannya. Saluran Transmisi ini akan mengalami rugi rugi tenaga, maka untuk
mengatasi hal tersebut tenaga yang dikirim dari pusat pembangkit ke pusat
beban harus ditransmisikan dengan tegangan tinggi maupun tegangan ekstra
tinggi.
Sistem distribusi berfungsi menditribusikan tenaga lsitrik ke konsumen
yang berupa pabrik, industri, perumahan dll.
1.2 Sistem Pembangkitan
Sistem pembangkitan tenaga listrik yang mengubah energi alam menjadi
energi mekanik yang selanjutnya menjadi energi listrik, dapat di katagorikan
berdasarkan energi alam yaitu :
a. Energi alam berasal dari fosil, seperti batubara,minyak bumi dan gas alam
akan menghasilkan pembangkitan thermal yaitu berupa Pusat Listrik
tenaga Uap (PLTU), Pusat Listrik Tenaga gas (PLTG) Pusat lsitrik tenaga
diesel (PLTD, pusat lstrik tenaga panas bumi (PLTPB)

b. Energi alam berupa bahan galian seperti uranium dan thorium akan
menghasilkan pembangkit thermal seperti pusat listrik tenaga
nuklir(PLTN).
c. Energi alam yang berasal dari air terjun maupun aliran sungai akan
menghasilkan pembangkit hidro berupa pembangkit lsitrik tenaga air
(PLTA)
d. Energi alam berupa energi angin, energi matahari, energi ombak laut,
energi temperatur air laut dll, merupakan sumber energi yang terbarukan
yang menjadi harapan besar untuk energi masa depan.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik yang besar di Indonesia maka dibangun
beberapa powerplant. Tercatat di Indonesia terdapat 55 PLTA sejumlah 169 unit
pembangkit, 3 PLTG, 4 PLTP, 7 PLTGU dengan 9 unit pembangkit, 11 PLTU
sejumlah 29 unit pembangkit. Oleh karena itu kemampuan pembangkit listrik
untuk tampil prima merupakan hal yang penting agar ketersediaan listrik di
Indonesia tetap terjaga. Segala kerusakan baik besar ataupun kecil harussegera
ditanggulangi secara cepat dan tepat.
PT PJB adalah salah satu anak perusahaan PLN yang bergerak dalam
bidang energi listrik. Pada saat ini, total daya yang terpasang dapat
memproduksi energi listrik sebesar 12.814 GWH per tahun. Daya ini kemudian
disalurkan melalui jaringan tegangan tinggi dan jaringan ekstra tinggi (150 kV
dan 500 kV) ke system interkoneksi Jawa-Bali-Madura
A.Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)
Tenaga listrik yang dibangkitkan dari PLTA tergantung dari pada tinggi
jatuh air yang efektif sebesar H meter dan debit air sebesar Q m 3/detik,efisiensi
dari turbin r dan efisiensi generator g yang dirumuskan :
Daya output generator = 9.8* r* g*Q*H kW
PLTA ini di bedakan berdasarkan aliran air menjadi :
Jenis aliran sungai langsung ( run of river), PLTA jenis ini menggunakan
aliran suangai langsung secara alamiah, besar daya listrik yang dihasilkan
tergantung pada deras arus air sungai yang cukup untuk memutar turbin
dan generator. Jika aliran sungai cukup untuk mengerakan turbin dan
genrator, maka PLTA ini dapat digunakan untuk memikul beban dasar
dari sistem tenaga listrik.

Jenis dengan kolam pengatur untuk mengatur aliran sungai,bangunan


kolam pengatur dapat dibuat melintang sungai dan membangkitkan
tenaga sesuai dengan perubahan beban.
Jenis waduk, mempunyai bendungan yang besar yang akan dibangun
melintang sungai, sehingga terjadi danau buatan. Tenaga lsitrik ini
digunakan untuk menopang beban normal dan beban puncak sepanjang
tahun.
Jenis Mikro hirdro, jenis ini sama dengan jenis waduk tetapi dengan
kapasitas yang lebih kecil. ( daya out put antara 5 kW 100 kW ).
B. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pada pembangkit listrik ini, bahan bakar minyak, gas alam atau batubara
dipakai untuk membangkitkan panas dan uap pada boiler.

Gambar. Diagram alir uap dan air pada PLTU Gresik


Dalam proses produksi listrik PLTU, peralatan utamanya adalah boiler,
turbin, generator, tranformator dan alat-alat bantu (auxiliary) . Uap yang telah
digunakan untuk memutar turbin, didinginkan dengan menggunakan air laut di
dalam kondensor untuk disirkulasikan lagi dalam boiler atau ketel untuk
dipanaskan lagi agar menjadi uap bertekanan (siklus tertutup). Pada unit ini
terdapat perlatan kondensor dimana peralatan ini digunakan untuk merubah fase
fluida dalam kondisi saturated vapour atau mixture menjadi saturated liquid.
Perubahan fase pada proses ini dibutuhkan air laut sebagai fluida pendingin.
Mengingat pentingnya kondensor dalam siklus PLTU, maka harus dilakukan
perawatan dan analisa atau perhitungan performa kondensor. Walaupun

kerusakan pada kondensor tidak berdampak langsung pada berkurangnya energi


listrik yang dihasilkan namun kerusakan tersebut akan mengakibatkan biaya
operasi yang membengkak akibat dari menurunnya efisiensi pembangkit.
Membengkaknya biaya operasi akan berpengaruh pada meningkatnya tarif dasar
listrik. Pada akhirnya hal ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.

C. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)


Siklus dasar turbin gas disebut siklus Brayton, yang pertama kali diajukan
pada tahun 1870 oleh George Brayton seorang insinyur dari Boston. Sekarang
siklus Brayton digunakan hanya pada turbin gas, yang merupakan cikal bakal
dari PLTGU dengan proses kompresi dan ekspansi terjadi pada alat permesinan
yang berputar. John Barber telah mempatenkan dasar turbin gas pada tahun
1791. Dua penggunaan utama mesin turbin gas adalah pendorong pesawat
terbang dan pembangkit tenaga listrik.
Turbin gas digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang berdiri
sendiri (simple cycle) atau bergandengan dengan turbin uap (combined cycle)
pada sisi suhu tingginya. Turbin uap (combined cycle) memanfaatkan gas
buang turbin gas sebagai sumber panasnya. Turbin uap dianggap sebagai mesin
pembakaran luar (external combustion), dimana pembakaran terjadi diluar
mesin. Energi termal dipindah ke uap sebagai panas.
Turbin gas pertama kali berhasil dioperasikan pada pameran nasional
Swiss (Swiss National Exhibition) tahun 1939 di Zurich. Turbin gas yang
dibangun antara tahun 1940-an hingga tahun 1950-an efisiensinya hanya sekitar
17 persen; hal ini disebabkan oleh rendahnya efisiensi kompresor dan turbin dan
suhu masuk turbin yang rendah karena keterbatasan teknologi metalurgi pada
saat itu. Turbin gas terpadu dengan turbin uap (combined cycle) yang pertama
kali dipasang pada tahun 1949 di Oklahoma oleh General Electric menghasilkan
daya 3,5 MW.
Sebelum ini, pembangkit daya ukuran besar berbahan bakar batu bara
ataupun bertenaga nuklir telah mendominasi pembangkitan tenaga listrik. Tetapi
sekarang, turbin gas berbahan baker gas alam yang telah mendominasinya
karena kemampuan start (black start) yang cepat, efisiensi yang tinggi, biaya

awal yang lebih rendah, waktu pemasangan yang lebih cepat, karakter gas
buang yang lebih baik dan berlimpahnya persediaan gas alam. Biaya
pembangunan pembangkit tenaga turbin gas kira-kira setengah kali biaya
pembangunan pembangkit tenaga turbin uap berbahan bakar fosil yang
merupakan pembangkit tenaga utama hingga awal tahun 1980-an. Lebih dari
separoh dari seluruh pembangkit daya yang akan dipasang dimasa akan datang
diperkirakan akan merupakan pembangkit daya turbin gas ataupun
dikombinasikan dengan turbin uap (combined cycle).
Di awal tahun 1990-an, General Electric telah memasarkan turbin gas
dengan ciri perbandingan tekanan (pressure ratio) 13,5 menghasilkan daya net
135,7 MW dengan efisiensi termal 33 persen pada operasi sendiri (simple cycle
operation). Turbin gas terbaru yang dibuat General Electric bersuhu masuk 1425
O
C (2600 OF) menghasilkan daya hingga 282 MW dengan efisiensi termal
mencapai 39.5 persen pada operasi sendiri (simple cycle operation).
Bahan bakar minyak ringan seperti minyak diesel, minyak tanah, minyak
mesin jet, dan bahan bakar gas yang bersih (seperti gas alam) paling cocok
untuk turbin gas. Bagaimanapun , bahan bakar tersebut diatas akan menjadi
lebih mahal dan pasti akan habis. Oleh karena itu, pemikiran kemasa depan
harus dilakukan untuk menggunakan bahan bakar alternatif lain.

Biasanya turbin gas beroperasi pada siklus terbuka. Udara yang segar
mengalir ke kompresor, suhu dan tekanannya dinaikkan. Udara bertekanan terus
mengalir ke ruang pembakaran, dimana bahan bakar dibakar pada tekanan

tetap.Gas panas yang dihasilkan masuk ke turbin, kemudian berekpansi ke


tekanan udara luar melalui berbaris sudu nosel. Ekspansi ini menyebabkan sudu
turbin berputar, yang kemudian memutar poros rotor berkumparan magnet,
sehingga menghasilkan teganan listrik dikumparan stator generator. Gas buang
(exhaust gases) yang meninggalkan turbin siklus terbuka tidak digunakan
kembali.

Gb 2 Siklus Braiton
Turbin gas siklus terbuka dapat dibentuk menjadi sebagai turbin gas siklus
tertutup dengan menggunakan anggapan udara standar (air-standard
assumptions). Proses kompresi dan ekspansi tetap sama, tetapi proses
pembuangan gas panas tekanan tetap ke udara luar diganti dengan proses
pendinginan qout. Siklus ideal yang fluida kerja jalani dalam siklus tertutup ini
adalah siklus Brayton, yang terdiri dari empat proses dalam dapat balik
(internally reversible):
12

Kompresi isentropik (isentropic compression) di kompresor

23

Penambahan panas tekanan tetap (constant pressure heat addition)

34

Expansi isentropik (isentropic expansion) di turbin

41

Pembuangan panas tekanan tetap (constant pressure heat rejection)

Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut:


Pertama, turbin gas berfungsi menghasilkan energi mekanik untuk memutar
kompresor dan rotor generator yang terpasang satu poros, tetapi pada saat start
up fungsi ini terlebih dahulu dijalankan oleh penggerak mula (prime mover).

Penggerak mula ini dapat berupa diesel, motor listrik atau generator turbin gas
itu sendiri yang menjadi motor melalui mekanisme SFC (Static frequency
Converter). Setelah kompresor berputar secara kontinu, maka udara luar
terhisap hingga dihasilkan udara bertekanan pada sisi discharge (tekan)
kemudian masuk ke ruang bakar.
Kedua, proses selanjutnya pada ruang bakar, jika start up menggunakan bahan
bakar cair (fuel oil) maka terjadi proses pengkabutan (atomizing) setelah itu
terjadi proses pembakaran dengan penyala awal dari busi, yang kemudian
dihasilkan api dan gas panas bertekanan. Gas panas tersebut dialirkan ke turbin
sehingga turbin dapat menghasilkan tenaga mekanik berupa putaran.
Selanjutnya gas panas dibuang ke atmosfir dengan temperatur yang masih
tinggi.
Proses seperti tersebut diatas merupakan siklus turbin gas, yang merupakan
penerapan Siklus Brayton. Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gb 3 Diagram P-v dan T-s


Siklus seperti gambar, terdapat empat langkah:
Langkah 1-2 : Udara luar dihisap dan ditekan di dalam kompresor,
menghasilkan udara bertekanan (langkah kompresi)
Langkah 2-3 : Udara bertekanan dari kompresor dicampur dengan
bahan bakar, terjadi reaksi pembakaran yang menghasilkan gas panas
(langkah pemberian panas)
Langkah 3-4 : Gas panas hasil pembakaran dialirkan untuk memutar
turbin (langkah ekspansi)
Langkah 4-1 : Gas panas dari turbin dibuang ke udara luar (langkah
pembuangan)

Salah satu kelemahan mesin turbin gas (PLTG) adalah efisiensi termalnya yang
rendah. Rendahnya efisiensi turbin gas disebabkan karena banyaknya
pembuangan panas pada gas buang. Dalam usaha untuk menaikkan efisiensi
termal tersebut, maka telah dilakukan berbagai upaya sehingga menghasilkan
mesin siklus kombinasi seperti yang dapat kita jumpai saat ini.
Siklus Kombinasi (Combined Cycle)
Di bidang industri saat ini, dilakukan usaha untuk meningkatkan efisiensi turbin
gas yaitu dengan cara menggabungan siklus turbin gas dengan siklus proses
sehingga diperoleh siklus gabungan yang biasa disebut dengan istilah
Cogeneration. Sedangkan untuk meningkatkan efisiensi termal turbin gas
yang digunakan sebagai unit pembangkit listrik (PLTG), siklus PLTG digabung
dengan siklus PLTU sehingga terbentuk siklus gabungan yang disebut
Combined Cycle atau Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU).
Siklus PLTGU terdiri dari gabungan siklus PLTG dan siklus PLTU. Siklus
PLTG menerapkan siklus Brayton, sedangkan siklus PLTU menerapkan siklus
ideal Rankine seperti gambar :

Gb 4 Siklus
Kombinasi

Gb 5 Siklus Brayton, Siklus Rankine dan Siklus kombinasi


Penggabungan siklus turbin gas dengan siklus turbin uap dilakukan melalui
peralatan pemindah panas berupa boiler atau umum disebut Heat Recovery
Steam Generator (HRSG). Siklus kombinasi ini selain meningkatkan efisiensi
termal juga akan mengurangi pencemaran udara.
Dengan menggabungkan siklus tunggal PLTG menjadi unit pembangkit
siklus kombinasi (PLTGU) maka dapat diperoleh beberapa keuntungan,
diantaranya adalah :
o Efisiensi termalnya tinggi, sehingga biayaoperasi (Rp/kWh) lebihrendah
o
o
o
o
o
o

dibandingkan dengan pembangkit thermal lainnya.


Biaya pemakaian bahan bakar (konsumsi energi) lebih rendah
Pembangunannya relatif cepat
Kapasitas dayanya bervariasi dari kecil hingga besar
Menggunakan bahan bakar gas yang bersih dan ramah lingkungan
Fleksibilitasnya tinggi
Tempat yang diperlukan tidak terlalu luas, sehingga biaya investasi

lahan lebih sedikit.


o Pengoperasian PLTGU yang menggunakan komputerisasi memudahkan
pengoperasian.
o Waktu yang dibutuhkan: untuk membangkitkan beban maksimum 1
blok PLTGU relatif singkat yaitu 150 menit.
o Prosedur pemeiliharaan lebih mudah dilaksanakan dengan adanya
fasilitas sistem diagnosa.
Skema siklus PLTGU dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gb 6 Combined Cycle Power Plant (PLTGU)

BAB II. PRINSIP DASAR TENAGA LISTRIK

2.1 Besaran Listrik Dasar


Terdapat tiga buah besaran listrik dasar yang digunakan di dalam teknik
tenaga listrik, yaitu beda potensial atau sering disebut sebagai tegangan listrik,
arus listrik dan frekuensi. Ketiga besaran tersebut merupakan satu kesatuan
pokok pembahasan di dalam masalah masalah sistem tenaga listrik.
A. Tegangan Listrik ( Beda Potensial )
Beda potensial dinyatakan dalam satuan Joule per Coulomb yang
didefinisikan sebagai Volt, sehingga beda potensial sering disebut sebagai
voltase atau tegangan listrik. Beda potensial VAB adalah beda potensial berasal

dari luar, yang digunakan untuk memindahkan satu muatan listrik dari titik awal
B sampai titik akhir A, sehingga :

Setiap potensial diukur terhadap suatu titik acuan nol. Didalam pengukuran
eksperimental fisis, titik acuan yang sering digunakan adalah bumi, yaitu
potensial permukaan bumi. Sehingga setiap titik mempunyai potensial terhadap
titik nol. Potensial A adalah nilai yang diukur dari titik A terhadap titik acuan
nol dan potensial B adalah nilai yang diukur dari titik B terhadap acuan nol.
B. Arus Listrik
Arus listrik didefinisikan sebagai laju aliran sejumlah muatan listrik yang
melalui suatu luasan penampang melintang. Menurut konvensi, arah arus listrik
dianggap searah dengan aliran muatan positif. Arus listrik diukur dalam satuan
Ampere (A), adalah satu Coulomb per detik. Arus listrik dirumuskan :

C. Frekuensi
Tegangan dan arus listrik yang digunakan pada sistem kelistrikan
merupakan listrik bolak-balik yang berbentuk sinusoidal. Tegangan dan arus

listrik sinusoidal merupakan gelombang yang berulang, sehingga gelombang


sinusoidal mempunyai frekuensi. Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang
per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. Satuan frekuensi dinyatakan
dalam hertz (Hz) yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang
menemukan fenomena ini pertama kali. Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan
peristiwa yang terjadi satu kali per detik, di manafrekuensi (f) sebagai hasil
kebalikan dari periode (T), seperti rumus di bawah ini :

Di setiap negara mempunyai frekuensi tegangan listrik yang berbeda-beda.


Frekuensi tegangan listrik yang berlaku di Indonesia adalah 50 Hz, sedangkan
di Amerika berlaku frekuensi 60 Hz.
D. HUKUM OHM
Untuk menghasilkan arus listrik dalam satu rangkaian diperlukan suatu
beda potensial. Adalah George Simon Ohm (1787 1854) yang pertama kali
secara eksperimen menunjukkan bahwa arus listrik dalam kawat logam (I)
sebanding dengan beda potensiall atau tegangan (V) yang diberikan pada kedua
ujungnya.Secara tepat berapa besarnya arus yang mengalir dalam kawat tidak

hanya bergantung pada tegangan, tetapi juga pada hambatan yang diberikan
oleh kawat terhadap aliran elektron.Mengambil analogi dengan aliran air,
dinding pipa, pinggir sungai dan batu di tengahnya memberikan hambatan
terhadap aliran air. Hal yang serupa, elektron diperlambat oleh interaksi dengan
atom dalam kawat. Hambatan yang lebih tinggi akan mengurangi arus listrik
untuk suatu tegangan tertentu. Sehingga hambatan dapat didefinisikan sebagai
suatu besaran yang berbanding terbalik dengan arus.

Di mana R adalah hambatan dari kawat atau komponen elektroniklainnya,


V adalah beda potensial yang melewati komponen dan I adalah arus yang
mengalir melalui komponen tersebut. ( Hukum Ohm)

E. DAYA LISTRIK
Daya listrik adalah besar kecepatan energi listrik yang diubah menjadi energi
bentuk lain. Atau biasa dikatakan bahwa daya listrik adalah banyaknya energi
tiap satuan waktu. Pada alat listrik biasanya sudah tercantum daya dan tegangan
yang dibutuhkan alat itu. Misalnya, lampu bertuliskan 60 W/220 V, setrika
bertuliskan 350W/220 V, dan pompa air bertuliskan 125 W/220 V. Lampu
bertuliskan 60 W/220 V artinya lampu akan menyala dengan baik, jika dipasang
pada tegangan 220 volt dan selama 1 detik banyaknya energi listrik yang diubah
menjadi energi cahaya 60 joule.
Dalam rangkaian listrik, daya berbanding lurus dengan tegangan dan
arus. Semakin besar arus dan semakin besar tegangan, maka semakin besar pula
daya yang dihasilkan. Pernyataan ini dapat ditulis dengan rumus:
P=Vx I
Keterangan :
P = Daya listrik dengan satuan Watt (W)

V = Tegangan listrik dengan satuan Volt (V)


I = Arus listrik dengan satuan Ampere (A)
Atau dapat juga besarnya daya ditentukan oleh tegangan dan arus listrik yang
dipergunakannya, maka daya listrik (P) dapat dirumuskan sebagai :

P = daya listrik (watt)


W = energi listrik satuannya Joule
t = waktu satuannya sekon
Maka, sebetulnya ada beberapa persamaan hubungan antara energi listrik (W),
beda potensial (V), kuat arus listrik (I), dan daya listrik (P) dapat dituliskan
sebagai berikut :

Untuk menentukan banyaknya energi listrik yang digunakan di rumah-rumah,


pabrik-pabrik dan seluruh pelanggan PLN digunakan satuan energi yang lebih
besar daripada Joule yaitu Kilo Watt Jam (kWh).
1kWh

= 1000 Watt. Jam


= 1000 Watt.3600 sekon
= 3.600.000 Watt sekon
= 3.600.000 Joule

1 kWh

= 3,6 x 105 Joule

Satuan energi listrik

adalah kWH, Sehingga alat ukur energi listrik sering

disebut sebagai kWh meter. Untuk menghitung besarnya energi listrik yang
terpakai dalam kehidupan sehari hari ada dua cara:
1. Dengan menggunakan persamaan W = P.t
2. Dengan menggunakan alat ukur kWh meter.

Contoh soal :
1. Sebuah motor pompa listrik bekerja dengan tegangan 220 V dan arus yang
mengalir didalamnya sebesar 3 A, berapakah daya yang dihasilkannya?
Penyelesaian:
Diketahui : V = 220 V
I=3A
Ditanya : P
Jawab : P = V x I = 220 V x 3 A = 660 W
Daya yang dihasilkan sebesar 660 W
2. Sebuah setrika listrik setelah digunakan selama 10 menit ternyata menyerap
energi listrik sebanyak 18.000 joule.Berapa daya setrika listrik itu ?
Penyelesaian:
Diketahui : t = 10 menit = 600 s
W = 18.000 Joule
Ditanya : P
Jawab : P = W/t
= 18.000 J/600 s
= 300 Watt
2.2 Bilangan Kompleks

Bilangan kompleks adalah terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian riil


dan bagian imajiner. Bilangan kompleks digunakan untuk
memecahkan persamaan kuadrat, contoh :
5x2 6x + 5 = 0, dengan menggunkan rumus x12 = -b
b2 4a.c
2.a
X12 = -6 -64 ,
10
-64 , tidak dapat dinyatakan dengan bilangan biasa,
karena tidak ada bilangan riil yang kudratnya negative.
(-1 * 64) = -1 * 64 = -1 * 8
Jika -1, kita beri symbol j maka

-64 = j8.

Para ahli matematika menyatakan bilangan imajiner


dengan symbol i, akan tetapi di teknik elektro menyepakati
dengan symbol j, atau biasa disebut sebagai operator
imajiner.
j = -1,

j3 = j2*j = - j

j2 = -1,

j4 = ( j2 )2 = (-1)2 = 1

j9 = (j4)2.j = (1)2.j = j
Penulisan bilangan kompleks :
1. Dalam bentuk Polar/kutub
A = a + jb, a = bagian riil, jb = bagian imajiner

Bilangan kompleks A = A cos + j A sin ,


a = A cos = rill, b = A sin = imajiner
b
a

A = a2 + b2, = tan-1 = , sehingga bilangan


kompleks A dapat dituliskan dalam bentuk kutub/polar, yaitu :
Bilangan kompleks A = a + jb atau A o

2. Dalam bentuk Exponensial.


A = a + jb
A = A e j, dimana e

= Cos + j sin ( identitas euleur

= )
A.e j = A.Cos + j A.sin , sehingga bilangan kompleks A
dapat dituliskan dalam bentuk exponensial, yaitu :
Bilangan kompleks A = a + jb atau A.e

2.2.1Operasi Bilangan Kompleks


1. Penambahan dan pengurangan
Jika ada dua buah bilangan kompleks M dan N, maka :
M = a + jb

N = c + jd,

M + N = ( a + jb ) + (c + jd ) = ( a + c ) + j ( b + d )
M N = ( a + jb ) + (c + jd ) = ( a - c ) + j ( b - d )
M = 5 + j4 , N = 2 j3 maka :
M+N=(5+2)+j(43)=7+j1
M N = ( 5 2 ) + j ( 4 -3 ) = 3 + j 7, atau dengan
vector dapat dinyatakan :

2. Perkalian dan pembagian bilangan kompleks


Jika terdapat dua buah bilangan komplek , M = a + jb
= c + jd,
Maka M * N = (a + jb)*(c + jd) = (a.c + j 2 b.d ) + j (b.c +
a.d),

Contoh : M = ( 3 + j4 ), N = (4 j2 )
= ( 3*4 - ( j2)8 + j ( 4*4 + 3*(-2)) = 12 - (-1 ) *8 + j16 j6
= 12 + 8 + j10 = 20 + j10, sehingga :
M * N = 20 + j 10 = 22.35 26.57o
Atau dapat dinyatakan dalam bentuk kutub, yaitu :

M = 3 + j4, M = 32 + 42 = 5, = tan-1

N = 4 j2,
-26.56o

4
53.13
3

N = 42 + (-2)2 = 4.47, = tan-1

553.13o

2
26.56
4

Sehingga M*N = M*N M + N,


= 5 * 4.47 53.13o + (26.56o)
= 22.35 26.57o
= 22.35 cos 26.57o + J 22.35 sin 26.56o
= 19.99 + J 9.99 = 20 + j10

Pembagian bilangan kompleks :


konjugat dari N.

M MxN

N
NxN

, N* = adalah

Konjugat bilangan kompleks adalah lawan dari bilangan


kompleks itu, lihat Gambar berikut :

4.47

Jadi konjugat dari bilangan kompleks (M*) = 5 j4 , atau dari +j


berubah j.
Pernyataan konjugat bilangan kompleks :
Jumlah sebuah bilangan kompleks dengan konjugatnya
adalah sebuah bilangan riil,
Selisih sebuah bilangan kompleks dengan konjugatnya
adalah bilangan imajiner,
Hasil kali bilangan kompleks dengan konjugatnya adalah
bilangan riil,
Jika diketahui bilangan kompleks M = ( 3 + j4 ), N = (4

j2 ), berapakah

M MxN

N
NxN

(3 j 4) * (4 j 2) (3 * 4) (16 J j 6) J 2 8) 12 j 22 8 4 j 22

( 4 j 2) * ( 4 j 2 )
20
20
16 j8 j8 j 2 4

Atau

M MxN

N
NxN

= 0.2 +j1.1

Dapat juga dilakukan dengan cara pasor / kutub :

M = 3 + j4, M = 32 + 42 = 5, = tan-1
5ej53.13

4
53.13
3

N = 4 j2, N = 42 + (-2)2 = 4.47, = tan-1


26.56o

553.13o

2
26.56
4

M M
553.13
553.13 (26.56)

1.1179.69 o
N
N 4.47 26.56
4.47

4.47-

= 0.2 +j1.1

atau dapat dituliskan dalam eksponensial = 1.11e

j79.69

Latihan :
1. (4+j5) + (3-j2), dalam bentuk kutub dan eksponensial
2. (4+j7) (2-j5), dalam bentuk kutub dan eksponensial
3.
4.

7 j4
4 j3

4 j5
1 j2

TUGAS : DIKUMPULKAN 07 OKTOBER 2015


5. Jika diketahui Z1 = 2+j3, Z2 = 3 j4, Z3 = -5 + j12,
Z 2 xZ 3
Z 2 Z3

tentukan besarnya Z pengganti, jika Z = Z1 +


6. Diketahui rangkaian sebagai berikut : Tentukan besarnya
Ib dan Ic !

Keterangan gambar :
Ra = 8 , L = 30 mH , Za = Ra + jXL, XL = 2..f.L

Rb = 20 , Cb = 125 F , Zb = Rb jXc, Xc =

1
2. . f .C

Rc = 27 , Cc = 100 F , Zc = Rc jXc
Vs = 75 78o
f = 50 Hz
2.3 DIAGRAM PASOR DAN DAYA LISTRIK
A. Eksitasi Sinusioda
Kebanyakan Tenaga Listrik di dunia dihasilkan dan
didistribusikan dengan menggunakan tegangan dan arus yang
berubah secara sinusioda dengan waktu. Demikian
juga
sinyal elektronik yang terdapat dalam banyak system
instrumentasi,
control
dan
komunikasi
seringkali
dinyatakan dalam bentuk sinusioda. Lihat gambar berikut :

Bila arus I (t) = Im cos t,

I (t) adalah nilai arus sesaat

setiap waktu.
Im adalah nilai maksimum arus ( amplitudo). Fungsi cosinus
adalah periodic
artinya fungsi

tersebut

akan berulang kembali tiap-tiap T

detik.Dua fungsi
periodic lain dan sering dijumpai
panjang (square wafe) dan

adalah gelombang segi

gelombang

( sawtooth wafe ). Banyaknya

siklus

gigi

gergaji

bentuk gelombang

per

detik adalah frekuensi yang diukur dalam hertz (Hz).


1
T

Atau dalam bentuk rumus f =


hertz , Oab adalah satu
siklus. Satu siklus akan bersesuaian dengan sudut listrik
= 2 radian atau 360o, sehingga frekuensi sudut =
2
2
T

.f

sehingga arus I (t) = Im cos t I (t) = Im cos


Im cos 2f t

2
T

t I (t) =

Baik arus ataupun tegangan mencapai nilai maksimum tidak


dalam waktu yang sama, tetapi berbeda saat/ beda waktu/
beda fase.
Jika ,

v = Vm cos ( t + )
i = Im cos (t + )

Jadi beda fase dari gelombang arus dan tegangan adalah


( - ). Pada
gambar dibawah
mencapai

puncak

ini, dikatakan gelombang


setelah gelombang

tegangan terbelakang

tegangan

arus, atau

terhadap arus (lag) atau arus

mendahului tegangan (leads).

B. Representasi Komplek Impedansi.


Impedansi Z, adalah sebuah unsur sebagai rasio tegangan
terhadap arus
kompleks, anggap bahwa V adalah tegangan yang
membentangi unsure
tersebut dan I adalah arus yang melewatinya.
V
I

Z=
= R + j X,
R adalah bagian riil dan X adalah bagian imajiner
Atau bagian riil kita sebut bagian resistansi dan bagian
imajiner adalah
bagian reaktansi. Pasangan Impedansi adalah admitansi,
yang merupakan
rasio arus terhadap tegangan:
Y=

1
1

Z R Jx

G adalah konduktansi =
B adalah suseptansi =

1
R

G + jB

( siemens )

1
X

Tabel Impedansi dan admitansi untuk resistansi, induktansi dan


kapasitansi:
Unsur

Resistansi
R

R + j0

Induktansi
L

0+
jL

Kapasitans
iC

0-j

1
wc

1
j0
R

1
R

1
wL

0 j

1
wc

0+
jC

1
wL

Contoh :
1. Tentukan besarnya V2 pada gambar berikut:

I=

V1
Zt

, V2 = I * Z2 atau V2 =

V1* Z 2
V2
Z2

Zt
V 1 Z1 Z 2

Z1 = 2 + j2, Z2 = 1 - j3 , sehingga :
V2
1 j 3
1 j 3
2 60 o
2 60 o

0.664 65.1o
o
V 1 (2 j 2) (1 j 3) 3 j (2 3) 3 j 0.268 3.0125.1

1. Tentukan besarnya Ia pada gambar berikut :

Dengan menggunakan metode mesh didapat persamaan


berikut :

-1

-1

-1

2-j

-1

-1

-1

2+j

I1
*

I2 = 0
I3

Dengan menggunakan determinan didapat :


I1 = 10 A,

I2 =

I3 =

15 j 5 5 10

18.4 o
2
2

15 5 J 5 10

18.4 o
2
2

A, Karena Ia = I1 I2

Ia = 10 +j0 - ( 7.5 + j2.5) = 2.5 j2.5 = 3.54 -45o A

C. Penggunaan Diagram Pasor


Karena hanya solusi-solusi keadaan tunak sinusioda yang
diperlukan, diagram-diagram fasor dapat digunakan untuk
menurunkan solusi secara geometris, yaitu :
a. Setiap tegangan dan arus direpresentasikan oleh
sebuah pasor yang digambarkan dalam bidang
kompleks. Panjang pasor digambar proporsional
terhadap magnitude (besar) tegangan-tegangan atau
arus-arus dan argument- argument ( sudut ) harus
sesuai dengan selisih sudut fase terkait:
a. Pasor-pasor yang merepresentasikan tegangan dan
arus pada sebuah resistor adalah memiliki
argument/sudut yang sama artinya sefase.
b. Pasor yang merepresentasikan arus sebuah
kapasitor digambar dengan sudut 90o mendahului
pasor tegangan kapasitor, atau Leading.
c. Pasor yang merepresentasikan arus sebuah induktor
digambar dengan sudut 90o mengikut pasor
tegangan induktor, atau Lagging.
b. Penjumlahan, pengurangan, pengalian dan pembagian
dilaksanakan selaras dengan aturan-aturan bilangan
kompleks elementer:

a. Penjumlahan / pengurangan dua fasor


dilaksanakan secara vektorial sesuai dengan
hukum jajaran genjang.
b. Hasil kali dua pasor memiliki magnitude sama
dengan hasil kali aljabar magnitude-magnitude
individual,dan argumennya adalah jumlah atau
selisih argument individu-individu.

D. Daya
Hampir semua soal analisis rangkaian, berhubungan
dengan pemakaian satu atau lebih sumber energi listrik pada
sebuah rangkaian listrik dan kemudian secara
kuantitatif
menentukan
respons
yang diakibatkan
pada
seluruh
rangkaian. Respons
tersebut
dapat
berupa arus atau
tegangan, atau jumlah energi yang diberikan sumber, atau
energi yang hilang atau disimpan didalam rangkaian, dan
pada saat
energi diantarkan
kepada titik-titik dimana
respon ditentukan.
Kita
akan memulai dengan melihat daya sesaat
(instantaneous power) yaitu hasil kali tegangan sesaat
dengan arus sesaat. Harga maksimum dari daya sesaat
dipergunakan untuk membatasi
suatu besaran fisis,
misalnya transistor dan
penguat
daya
tabung
menghasilkan suara cacat pada speakernya, dikarenakan
daya puncak
melebihi batas
tertentu
yang diijinkan.
Tahanan isolasi
suatu
alat/material
listrik
juga
ditentukan oleh
harga
tegangan maksimumnya. Daya
sesaat
kita pergunakan untuk
menghitung sebuah
kuantitas lain yaitu daya rata-rata. Dalam soal-soal praktis
kita akan menemui harga rata-rata, misalnya berapa watt
daya dari audio yang diberikan ke speaker dari sebuah system
stereo/amplifier, berapa ratus watt yang dibutuhkan untuk
memanaskan secangkir kopi, dan berapa puluh ribu watt
yang dihasilkan dari sebuah PLTA/PLTD ?

D.1 Daya Sesaat (instantaneous power)


Daya adalah sebuah kuantitas
yang penting
dalam
rangkaian-rangkaian praktis. Daya
merupakan
ukuran
disipasi energi didalam sebuah alat. Daya yang diberikan
ke suatu alat sebagai fungsi waktu, diberikan dalam
bentuk perkalian tegangan sesaat dengan arus sesaat disebut
sebagai daya sesaat, atau :
p (t) = v (t) * i (t) , dimana:
v (t) = Vm cos (t + ) i (t) = Im cos (t + )

D.2 Daya Rata-rata ( Average Power )


Daya sesaat yang diberikan pada seluruh rangkaian
dalam keadaan tunak sinusioda adalah :
P (t) = Vm cos (t + ) * Im cos (t + )

P (t) =

1
2

Vm.Im cos ( ) +

1
2

Vm.Im cos (2t + + )

1
2

Pada suku pertama atau


Vm.Im cos ( ) adalah sebuah
konstanta yang tergantung t dan pada suku kedua atau
1
2

Vm.Im cos (2t + + ) adalah fungsi kosinus. Dijelaskan


bahwa gelombang sinus dan cosinus
mempunyai harga
rata-rata dalam satu periode adalah nol. Sehingga daya
rata-rata adalah setengah hasil kali amplitude tegangan
dan arus dan cosinus perbedaan sudut fase tegangan dan
arus, atau :

P=

1
2

Vm.Im cos ( )

D.3 Daya Aktif, Daya reaktif dan Daya Nyata


Dari persamaan daya sesaat dapat dicari persamaan
daya aktif, daya reaktif dan daya nyata, yaitu dengan
membagi harga maksimum dengan 2, atau didapatkan
harga baru yaitu harga efektif. Harga efektif untuk tegangan
dan arus adalah :
Vm

Vef =

p (t) =

1
2

Im

, dan Ief =

Vm.Im cos ( ) +

1
2

Vm.Im cos (2t + + )

Dengan menuliskan P = Vm*Im *cos dan S = Vm*Im,


maka dengan membagi harga maksimum dengan 2
,didapat daya :
=-

P ( daya aktif )

= Vef * Ief * Cos

S (daya nyata )

= Vef * Ief

Q ( daya reaktif)
(VAR)

watt (W)

Volt amper ( VA)

= Vef * Ief * Sin

Volt amper reaktif

Dengan melihat suatu beban sebuah impedansi Z, dimana


Z = R + jx, maka:
Daya aktif (P) = Ief 2 * R watt
Daya reaktif

(Q) = Ief 2 * X VAR

Daya Nyata (S) =

P2 Q2

Lihat segi tiga daya berikut :

Daya dapat kita nyatakan dalam Daya komplek, dari


segitiga daya dapat kita cari daya kompleksnya :

S = P + JQ, dimana P adalah bagian riil dari daya


kompleks dan Q
Adalah bagian imajiner dari daya
kompleks.

Rasio daya aktif terhadap daya nyata merupakan indicator


penting mengenai bagaimana
efektifnya sebuah beban
melaksanakan fungsinya sehubungan dengan disipasi daya,
dan ini biasa kita sebut sebagai factor daya (f.d) atau :

f.d =

P
S

Misalnya sebuah motor induksi, dia adalah beban induktif, dan


dengan demikian dapat
menuntut daya nyata ( S ) yang
tinggi, sementara dia sebenarnya menghasilkan daya aktif
(P) yang jauh lebih kecil, artinya factor daya dari motor
tersebut adalah kurang dari 1. Faktor daya dapat dinyatakan
dengan cos .
Faktor daya dapat
dikatakan selisih
sudut
terhadap sudut arus ( = ). Untuk beban
murni ( resistor ), tegangan dan arus adalah sama
sehingga
dikatakan
sefase
( = 0 ) dan
mempunyai
p.f = 1 ( cos 0 = 1). Dan
untuk

tegangan
penahan
sudutnya
dikatakan
beban

induktif dan kapasitif mempunyai p.f antara 0 1. Beban


induktif
dikatakan
mempunyai
f.d terlambat ( arus
terlambat dari tegangan ) dan beban kapasitif dikatakan
mempunyai f.d mendahului ( arus mendahului tegangan ).

TUGAS : 28 Oktober 2015


Contoh:
1. Diketahui gambar berikut, Tentukan Daya aktif tiap
beban, daya nyata yang diberikan sumber dan factor daya
nya !

2. Sebuah sumber 230 Volt rms, mencatu daya kepada


beban ZL melalui saluran transmisi yang mempunyai
tahanan total 2 ohm. Bila ZL = 11 + j4, Tentukan :
a. Rugi daya yang hilang dalam saluran transmisi
b. Daya nyata yang diterima beban
c. Faktor daya .

D.4 SISTEM FASA BANYAK

Salah satu alasan mempelajari keadaaan arus/tegangan sinusioda adalah


bahwa kebanyakan daya listrik industri dan rumah tangga serta perkantoran
disuplai dengan listrik arus bolak-balik.Dalam pasal sebelumnya sudah
dipelajari sumber-sumber daya baik listrik searah ( direct current ) maupun
listrik bolak-balik ( alternating current ) yang mempunyai dua buah jepitan
( sepasang terminal + dan - ) yang terhubung dengan beban.
Pada listrik bolak-balik maka sumber daya tersebut lebih
dikenal dengan sistem satu fasa. Listrik 1 fasa dibangkitkan
oleh generator satu fasa, yang pada prinsipnya tegangan yang
dibangkitkan generator tersebut adalah sebagai interaksi
antara medan magnet yang berputar dengan kumparankumparan yang diletakan disekelilingnya (lihat gambar ).
Sumber berfasa banyak lebih menguntungkan digunakan
oleh dunia industri dan mudah dalam penyalurannya.Sumber
berfasa banyak dimulai dari sistem 3 fasa, 6 fasa ,12 fasa
dst.Akan tetapi kita hanya akan mempelajari listrik dengan
system 3 fasa. Pada system 3 fasa, kumparan-kumparan
penghasil tegangan diletakkan ditiga tempat yaitu pada bagian
statornya dengan beda sudut 2/m ( 360/3 = 120 ).Karena
kumparan penghasil tegangan diletakan satu sama lain dengan
beda sudut 120, maka tegangan yang dihasilkan mencapai
harga puncak tidak pada waktu yang sama, atau terdapat
perbedaan fasa antara m buah tegangan ( lihat gambar ).

Tegangan listrik dapat kita nyatakan dengan hukum kircof


tegangan dengan menggunakan notasi berindeks dobel.
Misalnya tegangan VAB ( tegangan A lebih positif dari B )
daripada menyatakan hanya dengan VA saja (notasi tunggal)

Untuk menyatakan sistem fasa banyak akan lebih mudah


menggunakan indek bawah dobel, misalnya:

1.1. SISTEM SATU FASA BERKAWAT TIGA


Sistem suplai listrik untuk rumah tinggal/ perkantoran
biasanya berkawat tiga dan berfasa tunggal, yang
memungkinkan operasi dari alat-alat dengan tegangan 220 volt
dan 440 volt.Untuk peralatan dengan daya besar biasanya
menggunakan sistem tegangan yang tinggi ( 440 volt), hal ini
dikarenakan untuk mendapatkan arus yang relatif kecil
sehingga penghantar yang digunakan untuk menghubungkan
juga berukuran lebih kecil dan secara ekonomis lebih
menguntungkan.

Istilah berfase tunggal adalah karena tegangan Van dan Vnb


adalah berbeda fase 180o,sehingga Van = - Vbn, Van + Vbn = 0
atau bisa dikatakan bahwa sistem fase tunggal berkawat tiga
adalah sebuah sistem berfase 2 yang setimbang.

Jadi dengan beban yang setimbang maka arus didalam kawat


netral InN = 0
Akan tetapi kondisi dilapangan seringkali beban tidak seimbang
dan terdapat nilai impedansi yang disebabkan oleh kawat
saluran, lihat gambar berikut:

Daya total yang hilang disaluran : 134.6 + 111.2 + 2.7 = 249


watt
PaA

= I12 x 1.2 = 10.572 x 1.2 = 134.6 watt

PbB

= I32 x 1.2 = 09.632 x 1.7 = 111.2 watt

PnN

= InN2 x 3 = 0.942 x 3.0 =

2.7 watt

Sehingga daya total dari sistem adalah = 2075 + 249 = 2323


watt
Daya Total yang diberikan oleh sumber tegangan : 1216 +
1107 = 2323 watt
PaN = V x I1 x cos = 115 x 11.24 Cos 19.83 = 1216 watt
PbN = V x I2 x cos = 115 x 10.57 Cos 21.80 = 1107 watt

Efisiensi dari sistem penyaluran =


kerugian 10.5 %

2075
x100 89.5%
2075 249

,ada

Karena kerugian yang diijinkan adalah berkisar antara 2 5 %,


maka efisiensi dari sistem penyaluran diatas kurang baik. Untuk
memperbaikinya dengan cara mengurangi rugi disaluran ( 249
watt) yaitu dengan memperbesar penampang dari saluran
sehingga resistansi dari saluran akan turun dan juga akan
memperbaiki efisiensi sistem penyaluran.

1.2 Hubungan Y Y sistem tiga fasa


Untuk menyatakan sistem tiga fasa hubungan bintang
dengan menggunakan metode urutan positif ( fasa abc) dan
metode urutan negatif ( fasa cba).

Untuk mencari besarnya tegangan antar fasa/saluran maka


kita bisa menggunakan urutan positif dan pertolongan diagram
fasor karena semua sudutnya kelipatan 30o, maka :

Vab = 3 Vp 30o Vbc = 3 Vp -90o Vca = 3 Vp -210o


Dengan menjumlahkan tegangan-tegangan tersebut
dengan hukum kirchof tegangan maka = 0
Sehingga dapat dinyatakan bahwa pada sistem 3 fasa
terhubung bintang besarnya tegangan saluran/antar fasa V LL
= 3 Vp

Penyelesaian soal 3 fase juga bisa dilakukan dengan


mundur, misalnya :
Ada sistem 3 fase seimbang dengan tegangan saluran
dan memberikan daya 1200 watt dengan cos =
(mendahului) kepada beban yang terhubung
Berapakah arus saluran dan impedansi beban per fase

arah

300 volt,
0.8 lead
bintang.
?

Jawab :
VLL

Tegangan per fase ( V LN )=


1200
400
3

watt,

sehingga

P
400

2.89
VLN xCos 173.2 x0.8

300
3

173.2

dan daya per fase =

Arus

Saluran

IL)

A
V P 173.2

60
IL
2.89

dan impedansi tiap fase ZP =


karena cos = 0.8
lead (mendahului) maka impedansinya adalah = 60-36.9 o
Jika beban penerangan sebesar 600 watt ditambahkan, maka
besarnya arus pada penerangan adalah : P = V LN x IL x cos =
P
200

1.155
V LN x cos 173.2 x1

IL =
Jika kita menganggap fase yang
o
dikerjakan dengan sudut 0 maka besarnya arus saluran adalah
: IL = I1 + I2
Kalau arus pada penerangan kita anggap I 1 dan arus pada
beban kapasitif sebagai I2 maka :
I1 = 1.1550o=1.155+J0 dan I2 = 2.89 36.9o=2.31 + J1.74
sehingga IL = 3.87 26.7o A
Jika terdapat sebuah beban yang terhubung bintang tak
seimbang
maka masih dapat diselesaikan per fase jika
terdapat kawat netral dan impedansinya nol.
Jadi pada hubungan bintang bila sumber seimbang, beban
seimbang dan impedansi saluran seimbang, maka kawat netral
yang impedansinya sembarang dapat diganti
dengan
impedansi lain.

Contoh : ( beban tidak seimbang )....

Jika beban fasa a : Zpa = 90 sudut 45


Fasa b : Zpb = 120 sudut 60
Fasa c : Zpc = 65 sudut

25

Tegangan fasa : Van, Vbn, Vcn.......sama dengan latihan

1.3 Hubungan Bintang - Delta ( Y- )


Sebuah beban tiga fase akan lebih sesuai jika
dihubungkan dalam bentuk delta daripada dalam bentuk
bintang, alasannya adalah pada kondisi beban tidak seimbang
maka terdapat fleksibilitas untuk menambahkan atau
memindahkan pada fase tunggal.Hal ini sulit dilakukan pada
hubungan beban bintang.

Dengan menghubungkan beban dalam delta maka tegangan


fase dan tegangan saluran adalah sama, sedangkan arus
saluran ILL lebih besar dari arus fase yaitu I LL = 3 x IL.

Jika beban dihubungkan bintang maka arus saluran sama


dengan arus fase sedangkan tegangan saluran V LL lebih besar
dari tegangan fase yaitu VLL = 3 x VLN .
Jika diketahui :
Sistem fasa tiga dengan tegangan saluran 300 volt,
memberikan daya sebesar 1200 watt kepada sebuah beban
yang terhubung delta dengan faktor daya 0.8 Lag
(tertinggal).Besarnya arus per fase adalah :
400
1.67
300 x0.8

IL =
2.89 A

sehingga arus antar saluran I LL = 3 x 1.67 =

Impedansi tiap saluran adalah ZP =

1
300
cos 0.8 18036.9 o
1.67

ohm

Jika beban dihubungkan bintang maka :


400
2.89
300
x0.8
3

IL =
2.89 A

A , karena arus fase = arus saluran maka I LL =


300

Impedansi beban adalah =

3
cos 1 0.8 6036.9 o
2.89

ohm

Dari kedua penyelesaian tadi maka dapat disimpulkan:


1. Pada beban terhubung bintang
besarnya daya yang diserap tiap fasa adalah
Cos ,

P f = V L x IL x
V LL

karena VL = VLL/ 3, sehingga daya fasa adalah Pf =


Cos watt

x IL x

Daya total adalah PT = 3 Pf , PT = 3 VLL x IL x Cos watt

2. Pada beban terhubung delta


besarnya daya yang diserap tiap fasa adalah
Cos ,

P f = V L x IL x
I LL

karena IL = ILL/ 3, sehingga daya fasa adalah


Cos watt

Pf = VL x

Daya total adalah PT = 3 Pf , PT = 3 VLL x IL x Cos watt

Sehingga dari contoh diatas, kita dapat langsung menentukan


besarnya arus saluran yaitu :
PT = 3 VLL x IL x Cos
= 2.89 A

= 3 x 300 x I L x 0.8 sehingga IL

Contoh : ( TUGAS...1 ....DIKUMPULKAN


APRIL )

MINGGU DEPAN, 1

1. Diketahui sistem 3 fasa tiga kawat, beban terhubung delta


dengan daya 30 kW, pf 0.8
lag, tegangan saluran adalah
saluran adalah 0.6 ohm .

660 volt, dan resistan tiap

ditanyakan impedansi per fasa dan daya total yang hilang


disaluran.

2. Sistem tiga fase seimbang


bintang dengan Van = 110 60o

dimana sumber terhubung

volt, dengan urutan fasa positif dan mencatu beban yang


terhubung delta. Dimana daya
total yang diserap oleh beban adalah 12 kW pada faktor
daya 0.75 lag. Tentukan arus
saluran, arus fase dan tegangan saluran .

PARAMETER-PARAMETER PADA SALURAN TRANSMISI

Saluran transmisi mempunyai 4 parameter utama


mempengaruhi

kemampuannya

yaitu

yang
:

resistansi,induktansi,kapasitansi dan konduktansi. Konduktansi


antar penghantar dengan penghantar atau penghantar dengan
tanah menyebabkan terjadinya arus bocor ( leakage current )
pada isolator-isolator dari saluran atas tiang (overhead lines)
dan yang melalui isolasi dari kabel-kabel, karena kebocoran
pada isolator atas tiang sangat kecil, sehingga bisa diabaikan
atau dianggap nol.
Arus yang mengalir dalam suatu penghantar

dapat

dijelaskan dengan beberapa sifat yaitu : pada medan magnet


dan medan listrik. Arus yang mengalir pada penghantar
menimbulkan medan magent yang mengitari penghantar
tersebut

dan

menimbulkan

medan

listrik

yaitu

pada

penghantar bermuatan positif menuju ke muatan negatif pada


penghantar lainnya.
Perubahan

arus

dalam

suatu

perubahan garis-garis gaya fluk

penghantar

menyebabkan

pada penghantar tersebut.

Dan perubahan garis gaya fluk menyebabkan tegangan induksi


pada penghantar tersebut, yang besarnya sebanding dengan
kecepatan fluknya ( rate of change of fluk ). Induktansi adalah
sifat

rangkaian

yang

menghubungkan

tegangan

yang

diimbaskan oleh perubahan fluk dengan kecepatan perubahan


arus ( rate of change of curent )

Gambar 3.1 Medan magnet dan listrik dari saluran transmisi 2


kawat
Impedansi seri dibentuk oleh resistansi dan induktansi yang
terbagi rata

disepanjang salurannya. Sedangkan konduktansi

dan kapasitansi
penghantar

yang terdapat di antara penghantar

dari suatu saluran fasa tunggal

sebuah penghantar dan netral

atau antara

dari sistem 3 fasa

dan

membentuk admitansi paralel ( shunt admitance)

3.1 Jenis-Jenis Penghantar


Pada awalnya saluran transmisi dari tembaga, tetapi dengan
adanya aluminium yang mempunyai sifat ringan dan lebih
murah,

maka

saluran

menggunakannya.Pada

transmisi

sekarang

banyak

resistansi yang sama, aluminium

mempunyai diameter yg lebih

besar dari tembaga, dengan

diameter yg besar , dipermukaan penghantar, garis fluk listrik


yang berasal dari penghantar tersebut akan saling berjauhan
satu dengan lainnya pada tegangan yang sama, ini berarti

pada permukaan penghantar terdapat gradien tegangan yang


lebih rendah, sehingga kemungkinan terjadinya ionisasi udara
di sekitar penghantar juga lebih kecil, ionisasi menimbulkan
efek buruk yaitu corona..Ada beberapa jenis penghantar :
AAC ; All aluminium conduktors, seluruhnya terbuat dari
aluminium
AAAC ; All aluminium alloy conduktors; seluruhnya terbuat
dari campuran aluminium.
ACSR ; Aluminium conductor stel reinforced; penghantar
aluminium yang diperkuat baja
ACAR ; aluminium conductor alloy reinforced; penghantar
aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.

Penghantar campuran aluminium mempunyai kekuatan tarik


(tensile strength) yang lebih besar daripada penghantar
aluminium biasa.

Gambar 3.2 Penampang penghantar , 7 serat baja dan 24 serat


aluminium
Suatu jenis peghantar
penghantar ACSR

ACSR EXPANDED,

yang diberi

pengisi

yaitu suatu

kertas, dimana serat

baja dipisahkan dari aluminium dengan kertas, sehingga


dimensi ACSR semakin besar dan akan menurunkan efek
korona.

Penghantar

ini

banyak

digunakan

untuk

saluran

tegangan ektra tinggi ( EHV).


Untuk menyalurkan tegangan transmisi
tanah

lewat bawah

(underground) biasanya menggunakan serat tembaga.

Penghantar diberi isolasi kertas


Penghantar jenis padat dipergunakan

yang direndam minyak.


sampai tegangan 46 kV.

Sedangkan penghantar transmisi untuk tegangan diatas 46 kV


sampai 345 kV, menggunakan kabel tembaga yang

diisi

minyak tekanan rendah ( low presure oli filled cables), dan


semua jenis kabel trasmisi under ground

dibungkus dengan

timah hitam.
Selain dengan sistem diatas, kabel transmisi
dengan isolasi kertas di masukan ke dalam pipa
tinggi

( high presure pipe type cables)

serta baja
bertekanan

dan biasanya dapat

melayani tegangan dari 46 kV s/d 550 kV. Saluran transmisi


juga bisa menggunakan kabel jenis tembaga yang diisi dengan
gas ( gas insulated cables) dan mampu pada tegangan 138 KV.

3.2 Resistansi
Resistansi dari saluran transmisi adalah penyebab dari
rugi daya ( power loss) pada saluran tersebut, yaitu :

rugidaya pada saluran

I2

R=

Dimana daya dinyatakan dalam watt, arus rms dalam amper.


Resistansi efektif adalah besarnya resistansi pada saluran ac
yang sebanding dengan resistansi pada arus dc, yaitu :

Ro =

dimana : adalah resistifitas penghantar, l

panjang dan A luas penampang. Di Indonesia pada sistem SI


panjang l dalam meter,luas penampamg A
persegi

dan

resistifitas

ohm-meter.

dalam meter

Konduktifitas

dari

tembaga yang dipijardinginkan (annealed= diperkeras dengan


jalan memanaskan hingga pijar dan mendinginkan berangsur
angsur ) dipakai sebagai standar internasional. Penghantar
tembaga

hard drawn (

yang terdapat dipasaran


97.3 % dari konduktifitas

diperkeras dengan jalan ditarik)


mempunyai konduktifitas
standar

tembaga

sedangkan aluminium hanya 61 %. Pada suhu

sebesar

annealed,
20

C,

tembaga hard drawn adalah 1.77 x 10 -8 .m ( 10.66 .cmil/ft),


sedangkan aluminium pada suhu 20 oC adalah 2.83 x 10-8
.m ( 17.00 .cmil/ft).

Reistansi dc
lebih besar
lebih

dari penghantar lilitan ( stranded) adalah

dari pada panjang konduktor itu sendiri, karena

panjang

untuk

membentuknya.Perubahan

resistansi

penghantar logam karena perubahan suhu adalah linier pada


operasi normal ( gambar 3.3 )
Dimana R1 dan R2 adalah resistansi penghantar pada suhu t1
dan t2, dan T adalah konstanta yang ditentukan dengan grafik,
pada gambar tersebut nilai T adalah :

234.5

untuk

tembaga

annealed

dengan

konduktifitas 100%
T = 241 untuk tembaga had drawn dengan konduktifitas
97.3 %
T = 228 untuk aluminium had drawn dengan konduktifitas
61 %

Distribusi arus yang merata diseluruh penampang penghantar


hanya terdapat pada arus searah ( direct current ), dengan
meningkatnya frekuensi pada arus bolak-balik, distribusi arus
semakin tidak merata ( nonuniform). Meningkatnya frekuensi
menyebabkan
density),

tidak

atau

bisa

meratanya
disebut

kerapatan

sebagai

arus

efek

efect).Dalam suatu penghantar penampang

kulit

(currnet
(

skin

bulat kerapatan

arus biasanya meningkat dari dalam penghantar ke arah


permukaannya, tetapi untuk penghantar dengan jari-jari yang
cukup besar,mungkin terjadi kerapatan arus yang berosilasi
terhadap jarak radial dari titik tengah penampang penghantar.
Selain pengaruh diatas, induktansi juga faktor yang harus
diperhitungkan karena fluk bolak-balik yang menginduksikan
tegangan yang lebih tinggi pada bagian dalam daripada
dibagian permukaannya. Menurut hukum Lenz tegangan yang
diimbaskan

akan

melawan

perubahan

arus

yang

menyebabkannya, dan meningkatnya tegangan induksi/imbas


pada

serat

bagian

dalam

menyebabkan

meningkatnya

kerapatan arus pada serat bagian luarnya sehingga resistansi


efektif juga meningkat.
Karena perubahan nilai resistansi sangat berpengaruh
terhadap proses pengiriman daya listrik, maka nilai-nilai
resistansi harus diperhitungkan. Perhitungan tersebut dapat
menggunakan

rumus-rumus

diatas

atau

menggunakan

daftar/tabel karakteristik penghantar yang dikeluarkan oleh


pabrik pembuatnya.

3.3 Induktansi
Tegangan induktansi dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut :
e=

d
dt

dengan adalah garis-garis fluks dalam satuan weberturns ( Wb-T)


Jika garis gaya ini berbanding lurus dengan arus , sehingga
persamaan untuk tegangan induksi adalah :

di(t)
e = L dt

dan L adalah induktansi dalam satuan Henry, yang merupakan


fungsi dari arus i(t). dalam rangkaian magnetik, dengan
permeabilitas konstan, garis-garis fluks sebanding dengan arus,
demikian juga untuk L, sehingga :

L = i(t )

atau = L.i(t)

dengan merubah notasi

d/dt dengan

dapat diperoleh

tegangan jatuh pada arus bolak-balik dalam kondisi stabil, yaitu


:
V = jL.I = j

Selain menyebabkan induktansi pada penghantar sendiri juga


menyebakan induktansi pada penghantar sebelahnya. Jika arus
I2 mengalir pada penghantar ke 2, maka induktansi bersama
adalah :

M12 =

12
I2

, sehingga tegangan jatuhnya adalah :

V1 = jM12.I2 = j 12.

Induktansi bersama diperlukan untuk mengetahui pengaruh


saluran daya yang berdampingan dengan saluran komunikasi.

3.3.1 Induktansi pada kawat penghantar pembawa arus


Berubahnya garis fluk di dalam penghantar menyebabkan
tegangan imbas berubah juga akan mempengaruhi induktansi.
Seperti pada gambar di bawah, adalah sebuah penghantar
panjang dengan penampang silinder, dimana garis-garis fluk
adalah

konsentris

dengan

penghantar,

maka

besarnya

magnetomotive force (mmf/gaya gerak magnet) adalah :

mmf =

H . ds=I At

dimana : H adalah kuat magnet At/m


s adalah jarak sepanjang jalur (m)

I adalah arus , yang dikelilingi

misalkan kuat medan pada jarak x meter dari titik tengah


penghantar adalah Hx,karena medan adalah simetris, maka Hx
adalah konstan untuk semua titik yang berada pada jarak yang
sama dari titik tengah penghantar. Jika persamaan kuat medan
Hx di integrasikan maka :

Hx . ds=Ix

.....

( A ) maka 2.x.Hx = Ix..........( B )

, dimana :
Ix adalah arus yang dikelilingi

oleh jalur, jika arus adalah

merata maka :
Ix =

x 2
.I
r 2

............... (C), maka substitusi C ke b

adalah :
x

Hx = 2. r 2

.I

A.t/m

Kerapatan fluk pada jarak x meter adalah :

. Hx=

Bx =

.x .I
2
2. .r

Wb/m dimana :

adalah permeabilitas dari penghantar


Fluk per meter panjang adalah :
. x. I
dx wb/m
2
2 r

d =

Fluk gandeng d per meter panjang adalah :


d

. x2
. I . x3
.
d
=
dx ,
. r2
2. . r 4

jika

persamaan

ini

diintegrasikan maka :
int =

. I
8.

wbt/m

untuk permeabilitas relatif sama dengan 1, dengan = 4.10 -7


H/m sehingga :
1
7
int = 2 x 10 Wbt /m

int

atau L

int

1
7
= 2 x 10 Wbt /m

adalah induktansi per unit panjang ( Henry per meter )

atau disebut induktansi, yaitu induktansi pada penghantar


penampang bulat yang disebabkan oleh fluk dalamnya.

3.3.2 Induktansi pada luar penghantar


untuk menghitung induktansi yang disebabkan oleh fluk
yang berada diluar konduktor, lihat gambar berikut
terdapat dua buah penghantar

dimana

yang akan mempengaruhi

induktansinya. Jika penghantar tersebut mengalirkan arus I,


maka kuat medan pada titik x adalah :
Hx =

I
2 x

sehingga

jika dikalikan dengan

permeabilitas akan didapatkan kerapatan fluk pada titik x :


.I
2. . x

Bx =

Wb/m2

terhadap tebal dx maka didapatkan

dengan mengalikan Bx
fluk per meter panjang

d,
d =

.I
. dx
2. . x

Wb/m

Setelah fluk meter panjang didapatkan maka fluk gandeng d


antara P1 dan P2 adalah :
D2

12 =

2.. I. x
D1

.dx =

. I D1
ln
2. D2

Wbt/m,

sehingga

induktansi yang disebabkan oleh fluk yang berada di antara P1


dan P2 adalah :

L12 =

2 x 107 ln

D2
H /m
D1

3.3.3 Induktansi pada saluran berfasa tunggal


Pada saluran berfasa tunggal terdapat dua penghantar
yang membawa arus I1 dan I2 seperti gambar dibawah ini, dan
berlaku hubungan :
I1 + I2 = 0 atau I2 = -I1
Pada hubungan fasa tunggal, maka fluks yang terdapat pada
rangkaian adalah :
1. Fluks ekternal dari r1 ke (D r2 ) yang menghubungkan
ke semua arus I1 dalam kawat penghantar 1.
2. fluks ekternal dari (D r2) ke (D + r2) dimana aliran arus
yang semakin berkurang dari I1 ke nol pada jarak ini,
karena pengaruh arus penghantar 2 yang melawan.
3. Fluks ekternal (D + r2) dimana aliran arus bersih adalah
nol.

Untuk menghitung induktansi

total arus pada kawat

penghantar 1, jika D
lebih besar dari r1 dan r2

dimana fluks dari (D-r 2) ke pusat

penghantar 2 mengalirkan arus I1 dan fluks dari kawat


penghantar 2 ke ( D+r2)mengalirkan arus nol. Dari asumsi
diatas maka fluk gandeng pada penghantar 1 adalah :
1 =

2 x 10 . I . ln

D
r1

2 x 107 ln

D
r1

sehingga induktansinya adalah :

dan induktansi dari kawat penghantar 2 adalah :


L2 =

2 x 107 ln

D
r2

Sehingga induktansi total adalah L = L1 + L2 atau :


L=

4 x 107 ln

D
r 1 +r 2

D
7
L = 4 x 10 ln r

H/m jika r1 = r2 = r maka :

H/m

L = 0,921

log

D
r

H/km

3.3.4 Induktansi pada grup kawat penghantar


Pada gambar dibawah adalah kelompok kawat penghantar
paralel yang membawa arus I1,I2.....In dimana jumlahnya sama
dengan nol. Jarak dari kawat penghantar

i dan j

ke titik P

adalah Di dan Dj.

Hubungan fluks dari kawat penghantar karena arus Ii itu


sendiri adalah :
ij =

2 x 107 I ii ln

Di
r1

Hubungan fluks dari kawat penghantar ke i akibat arus pada


kawat ke j adalah :
ij =

2 x 107 I J ln

Dj
Dij

Dij adalah jarak kawat ke i dari penghantar j dengan arus Ij,


sehingga dapat dihitung fluks total dari penghantar kawat 1
akibat dari fluks yang lain ke titik P adalah :
ij = i1 + i2 + ................ + ii + ......... in

2 x 107

Wb-T/m

3.3.4 Induktansi pada gabungan dari grup kawat


penghantar
Gambar dibawah menunjukan saluran transmisi fasa
tunggal dengan kelompok kawat A dan kawat B.

kelompok kawat A membawa arus In(+ I/n) dan kelompok


kawat B membawa arus kembali Im ( - I/m ), dengan
menerapkan

rumus

untuk

fluks

kelompok

kawat

pada

persamaan di atas, maka besarnya fluks kawat penghantar i


pada kelompok A adalah :
ln

i =

1
1
1
1
+ln
+ + ln
++ ln
D i1
Di 2
Dii
D
I
2 x 107
n

ln

)-

i =

2 x 107 . I . ln

( Di1 . Di2 .. D 1m ) m
( Di1 . D i2 D ii D )

1
n

Induktansi kawat penghantar i adalah :

1
1
1
+ln
+ + ln
D i1
Di 2
D
I
2 x 107
m

Li =

i
I
n

7
= 2 n x 10 . ln

( D i 1 . Di 2 .. D1 m )

1
m
1

( Di 1 . Di 2 Dii D ) n

sehingga induktansi rata rata dari kawat pada kelompok A


adalah :
Lrata-rata =

L1 + L2 + L3+ + Ln
n

dan induktansi gabungan karena

kelompok A :
LA =

Lratarata L1 + L2+ L3+ + Ln


=
n
n2

atau :

LA = 2 x 10-7 x ln

Dn 1 } {D
m n}} over {{left [left ({D} rsub {11} .. {D} rsub {1i} .. {D} rsub {1n} right ) .. {D} rsub {i1} .. {D} rsub {

( D11} {D} rsub {1j D1 m } right )

pada persamaan diatas, untuk kelompok pembilang adalah


jarak bersama dari n kawat penghantar kelompok A samapai m
dari penghantar kelompok B, atau disebut jarak bersama
geometri ( GMD bersama) antara kawat kelompok A dan B
disimbolkan Dm. Sedangkan penyebut adalah jarak geometri
tungal dari penghantar kelompok A dan dismbolkan DsA atau
disebut juga jarak rata rata radius. sehingga induktansi pada
penghantar kelompok A adalah :

LA = 2 x 10

-7

ln

Dm
D sA

LA = 0,461 log

Dm
D sA

H/m atau :

mH/km

Untuk menentukan induktansi pada kelompok penghantar B


adalah sama dengan pada kelompok A, sehingga induktansi
total saluran adalah :
L = LA + LB

Contoh :
Suatu rangkaian saluran transmisi fasa tunggal terdiri dari 3
kawat

padat dengan jari jari

0,25 cm. Rangkaian kembali

terdiri dari 2 kawat dengan jari jari 0,5 cm. Susunan penhantar
seperti

pada

gambar.

Hitunglah

dimasing-masing sisi saluran


saluran dalam henry per meter !

induktansi

karena

arus

dan induktansi keseluruhan

3.3.5 Induktansi pada saluran 3 fasa dengan jarak yang


sama
Gambar berikut menunjukan kawat-kawat penghantar
dari suatu saluran tiga fasa dengan konfigurasi membentuk
segitiga sama sisi.Jika misalkan kawat netral tidak ada, dan
arus fasa membentuk fasoir yang seimbang, maka Ia +Ib +Ic =
0, sehingga fluks gandengnya adalah :

a =

2 x 107 ( Ia . ln

1
1
1
+ Ib . ln + I c . ln )
Ds
D
D

dengan Ia = -( Ib + Ic) sehingga :


a =

2 x 107 ( Ia . ln

1
1
Ia . ln )
Ds
D

2 x 107 . Ia . ln

D
Ds

dan Induktansinya La =

2 x 107 . ln

D
Ds

3.3.6 Induktansi pada saluran 3 fasa dengan jarak tidak


sama
Pada jaringan ini dimisalkan tidak ada kawat netral, maka
persamaan untuk gambar berikut adalah :
Ia + Ib + Ic = 0,

Jarak yang tidak simetris dikarenakan garis-garis fluks dan juga


induktansi dari setiap fasa berbeda.

Induktansi pada saluran

tiga fasa ini dapat dicari dengan dengan menukar posisi kawat
penghantar secara teratur sepanjang saluran sehingga masing

masing kawat penghantar menempati posisi semula dari setiap


kawat

penghantar

yang

mempunyai

jarak

yang

sama.Pertukaran kawat ini disebut transposisi.

Dengan menstransposisi penghantar maka diharapkan


didaptkan induktansi yang merata pada penghantar, yaitu :
posisi penghantar a pada posisi 1, b posisi 2 dan c pada
posisi 3 :
a1 =

2 x 10 ( Ia . ln

1
1
1
+ Ib . ln
+ Ic . ln
)
Ds
Dab
Dac

posisi penghantar a pada posisi 2, b posisi 3 dan c pada


posisi 1 :
a2 =

2 x 10 ( Ia . ln

1
1
1
+ Ib . ln
+ Ic. ln
)
Ds
Dbc
Dab

posisi penghantar a pada posisi 3, b posisi 1 dan c pada


posisi 2 :
a3 =

2 x 10 ( Ia . ln

1
1
1
+ Ib . ln
+ Ic . ln
)
Ds
Dac
Dbc

maka harga rata-rata fluks gandeng a adalah :


a =

a 1+ a 2 + a3
3

2 x 107 (3. Ia . ln

a =

1
1
1
+ Ib . ln
+ Ic . ln
)
Ds
D ab . Dbc Dac .
Dab Dbc Dac

dengan Ia = - ( Ib + Ic ), sehingga persamaan diatas berubah


menjadi :
3. Ia . ln

a =

2 x 10

a =

1
1
Ib . ln
Ds
D ab . D bc D ac .
7
2 x 10
3
D ab Dbc Dac

. Ia . ln

Ds

dan Induktansi rata-rata per

fasa adalah :
La =

2 x 107 . ln

Deq
Ds

dengan Deq = Dab Dbc D ac

dan Ds

adalah GMR

Contoh :
Suatu saluran tiga fasa rangkaian tunggal yang bekerja pada
frekuensi 60 hz, tersusun seperti gambar berikut.jenis
penghantar adalah ACSR Drake.Hitunglah induktansi per mil !

Jawab :

3.8 Kawat Penghantar Berkas


Pada tegangan ekstra tinggi
Voltage),

misalnya

tegangan

atau EHV ( Extra High


diatas

230

kV,

akan

mengakibatkan korona yang berupa rugi rugi daya dan


gangguan saluran komunikasi. Efek ini akan bertambah besar
jika penyaluran daya listrik hanya sebuah kawat penghantar
per fasa.

Dengan menggunakan lebih dari satu penghantar,

bisa 2,3 atau 4 yang disusun berdekatan dibandingkan jarak


antar fasanya, maka gradien tegangan tinggi pada kawat
penghantar
semacam

pada
ini

sistem

disebut

EHV

dengan

dapat
sistem

dikurangi.

Saluran

penghantar

berkas

( bunled conductors).
Peningkatan jumlah kawat penghantar dalam suatu berkas
mengurangi

efek

korona

dan

mengurangi

reaktansi.

Penguarangan reaktansi karena kenaikan GMR dari berkas. Jika


Dsb

adalah GMR kawat

penghantar

berkas

dan Ds adalah

GMR masing masing kawat pembentuk berkas, maka :

untuk berkas dua kawat penghantar :


Dsb =

D
2
( s x d )
4

= Ds x d

untuk berkas tiga kawat penghantar :


Dsb =

D
3
( s x dxd )
9

D xd

untuk berkas empat kawat penghantar :


Ds =
b

D
4
( s x dxdxdxd )
16

= 1,09

D xd

3.9 Saluran tiga fasa rangkaian paralel


Gambar berikut memperlihatkan suatu rangkaian paralel
dari sistem 3 fasa. Jika rangkaian diatas ditransposisikan maka
didapatkan harga induktansi, dimana

penghantar a dan a

diparalel untuk mendapat fasa a, demikian untuk fasa b dan c.


Misalkan a dan a

menempati posisi b dan b

kemudian

menempati posisi c dan c. Untuk menghitung Deq


GMD mensyaratkan pemakaian Dpab, Dpbc, Dpca,
adalah GMD antara penghantar fasa a dan fasa b.

metode

yaitu

Dpab

Ds

kemudian disimbolkan dengan Dps

geometri harga
semula

yaitu rata rata

harga untuk dua kawat penghantar yang

menempati posisi

a dan a kemudian b dan b

selanjutnya c dan c.

Contoh :
Masing-masing penhantar pada saluran penghantar berkas
seperti gambar berikut, adalah jenis ACSR
Pheasent. Hitunglah reaktansi induktif
( per mil ) per fasa
seri per unit

dalam ohm

per km

untuk d = 45 cm. Hitunglah juga reaktansi

dari saluran jika panjang saluran 160 km dan

dasar yang dipakai adalah 100 MVA , 345 KV.

Jawab :

1,272,000 cmil

Contoh :
Suatu saluran tiga fasa rangkaian ganda terdiri dari penghantar
penghantar ACSR Ostrich 300,000-cmil 26/7 yang tersusun
seperti gambar berikut.Tentukan reaktansi induktif dalam ohm
per mil per fasa untuk 60 Hz.

Jawab :

BAB IV. MODEL SISTEM

Dalam sistem tenaga listrik, listrik diperoleh dari mesin


serempak.

mesin

serempak/motor

serempak

sinkron

dan

dapat

generator

berupa

motor

serempak

atau

generator sinkron. Generator sinkron adalah mesin listrik yang


dapat menghasilkan listrik bolak-balik, dengan terlebih dahulu
generator

diputar

oleh

sebuah

turbin.

Sedangkan

serempak adalah merubah tenaga listrik bolak-balik


tenaga mekanik.

motor

menajdi

Konstruksi mesin serempak adalah terdiri dari bagian


stator dan rotor serta celah udara. stator sering disebut sebagai
jangkar atau armature dan terdapat slot atau parit yang
berfungsi untuk menempatkan lilitan/kawat stator. Lilitan ini
pada motor serempak berfungsi untuk mengalirkan arus dari
sumber listrik untuk dirubah sebagai medan putar stator dan
pada generator berfungsi sebaga

Anda mungkin juga menyukai