Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENGANTAR TEKNIK TEGANGAN TINGGI

Kompetensi dasar dan Indikator.

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menjelaskan pengertian dan makna tegangan tinggi


2. Menjelaskan pentingnya tegangan tinggi dalam sistem transmisi tenaga listrik
3. Menjelaskan aplikasi teknik tegangan tinggi

1.1 Pendahuluan

Kebutuhan akan pembangkitan dan transmisi tenaga listrik dalam jumlah


yang besar membutuhkan tegangan tinggi, ekstra tinggi atau ultra tinggi untuk
menyalurkan daya listrik tersebut dari pusat pembangkit yang umumnya jauh dari
pusat beban ke pusat-pusat beban.

Pada negara-negara yang sudah maju seperti Rusia dan Amerika, tegangan
transmisi ini sudah mencapai tegangan 765 kV dan 1100 kV, sedangkan transmisi
di Indonesia baru mencapai tegangan 500 kV (UHV). Saat ini seluruh pulau Jawa
sudah dilalui transmisi 500 kV.

Pada saat ini Teknik Tegangan Tinggi digunakan dalam bidang yang
sangat luas meliputi : bidang teknik tenaga listrik, industri dan laboratorium-
laboratorium penelitian. Dalam laboratorium tegangan tinggi digunakan antara
lain pada penelitian tenaga nuklir, pemacu partikel dan generator Van den Graff.
Selain itu juga digunakan pada peralatan rontgen, gulungan penyalaan pada mobil,
miscroscope elektron dan lain-lain. Tegangan tinggi untuk pengetesan di
laboratorium telah mencapai tegangan 10 MV.

Dalam bidang transmisi tenaga listrik, menaikkan tegangan setinggi


mungkin akan menghasilkan penyaluran daya yang lebih ekonomis. Namun
demikian bahwa dengan menaikkan tegangan maka peralatan-peralatan listrik
juga harus lebih baik. Biaya isolasi dan menara menjadi lebih mahal dan sulit.

Bab I : Pengantar Teknik Tegangan Tinggi Page I-1


Karena tegangan transmisi dapat dinaikkan sampai pada titik optimumnya yang
sesuai dengan sistim yang direncanakan.

Perkembangan kelistrikan di Indonesia sejak tahun 1970 an adalah daya


terpasang pada tahun 1970 adalah 659 MW, pada tahun 1975 adalah 1.254 MW
dan pada tahun 1979 adalah 2.527 MW, dengan laju pertumbuhan sebesar ± 18%
pertahun.

1.2 Perkembangan Transmisi Tegangan Tinggi

Tahun Luar Negeri Indonesia


1882 Jerman 1,5 – 2 kV DC -
1892 Jerman 15 – 30 kV AC 3Ø -
1911 Jerman 110 kV AC 10 kV AC 3Ø
1922 Jerman 220 kV AC 10 – 30 kV AC
1956 Jerman 380 kV AC 10 – 70 kV AC
1960 Uni Sovyet 500 kV AC 150 kV AC
1965 Canada 750 kV AC -
Uni Sovyet 800 kV AC -
1970 Amerika 1.000 kV AC -
Uni Sovyet 1.000 kV AC -
1980 - 500 kV AC

Pada tahun 2000 daya terpasang di Indonesia mencapai 64.000 MW,


sehingga diperlukan peningkatan pelayanan yang antara lain dilaksanakan dengan
interkoneksi sistim se-Jawa dengan menggunakan tegangan transmisi 500 kV DC.
Dengan semakin tingginya tegangan transmisi yang optimum maka efficiensi
penyaluran daya akan semakin baik. Kenaikan tegangan transmisi sejak tahun
1890 (Tahun 1891 Transmisi tegangan tinggi 15 kV antara Lauffen – Frankfurt).

Bab I : Pengantar Teknik Tegangan Tinggi Page I-2


1.3 Optimasi Suatu Transmisi

Dalam penyaluran daya dengan tegangan tinggi, P = daya, dan l = panjang


adalah konstan. Tegangan tinggi yang akan digunakan untuk menyalurkan daya
sebesar P pada jarak l tergangtung pada biaya variabel dan biaya tetap.

1.3.1 Biaya Variabel :

Adalah biaya rugi-rugi (Joule) akibat mengalirnya arus dalam penghantar.


Jika tegangan naik, Rugi-rugi Joule (Pv) akan turun.

Pada sistim 3 phasa :

Pv = 3 I2 R

P = . U. I. Cos

Pv ( )2 R =

Jadi Pv ~ , Pv akan turun jika U naik.

Pv = I2 R = I2 .ρ. = I .ρ. . I = I. ∆U dimana (AU = ρ. I)

∆ U Konstan, karena ~ konstan, agar temperatur pada pengantar tidak terlalu

tinggi (kemampuan hantar arus dari penghantar tak boleh di lampaui).

Bab I : Pengantar Teknik Tegangan Tinggi Page I-3


ρ = konstan, tahanan jenis dan A = konstan, penampang penghantar

Jadi ∆ U konstan

PV = I. ∆U = , dimana P. ∆U (konstan).

Biaya jenis = kV ≈

Jadi biaya rugi-rugi akan turun jika tegangan naik.

1.3.2 Biaya Tetap

Adalah biaya akibat dipakai nya bahan-bahan / peralatan untuk tegangan


tinggi

a. Biaya konduktor.
Biaya konduktor (K1) berbanding lurus dengan luas penampang
konduktor (A)

R = ρ. maka A = ρ .

dimana = konstan

Jadi K1 ~ A ~

Semakin tinggi tegangan transmisi semakin kecil biaya konduktor pada P yang
konstan.

b. Biaya isolator dan biaya menara (K2). Semakin tinggi tegangan transmisi
semakin kecil biaya konduktor pada P yang konstan.
c. Biaya Isolator dan biaya menara (K2). Semakin tinggi tegangan transmisi
semakin tinggi biaya isolator dan menara K2 ~ U.

Bab I : Pengantar Teknik Tegangan Tinggi Page I-4


Sistim transmisi mempunyai 3 parameter utama yaitu :

- Daya yang disalurkan P [MW]


- Besar tegangan transmisi U [Kv]
- Jarak yang ditempuh L [km]

Tegangan transmisi optimum (ekonomis) dapat diperoleh dengan


memperhatikan ke tiga parameter tersebut.

- Hubungan antara U dan P : Uopt [kV] = 20 √


- Hubungan antara U dan l : Uopt [kV] = 1 [km]

- Hubungan antara U, P [kVA] dan 1 [km] : Uopt [kV] = 5,5 √

Contoh pemakaian Tegangan Transmisi

U P l
110 kV 30 MW 100 – 200 km
220 kV 125 MW 200 – 400 km
400 kV 500 MW 400 – 800 km
500 kV 1000 MW 1000 – 1200 km
735 kV 2000 MW > 1200 km

Bab I : Pengantar Teknik Tegangan Tinggi Page I-5


Variasi biaya transmisi ABB dab Arus Searah

Pada jarak lebih besar dari 1000 Km transmisi tegangan tinggi arus searah
dapat bersaing dengan TDABB

1.4 Penggunaan Teknik Tegangan Tinggi Pada Bidang Lain.

1.4.1 Pemacu Partikel Bermuatan

Pemacu Linier 9 tegangan tinggi Arus Searah sampai 20 MV) dan Pemacu
Ring atau pemacu bertingkat (synchroton, Zyklotron)

1.4.2 Mikroskop Elektron. Saat ini sampai 3 MV

1.4.3 Elektromedis. Teknik sinar Rontgen : 100 – 300 kV dan Therapi kanker :
sinar elektron dengan bantuan pemacu partikel

1.4.4 Elektrostatis

1.4.5 Teknik Frekuensi Tinggi : penggunaan teknik tegangan tinggi sebagai alat
pemancar.

Bab I : Pengantar Teknik Tegangan Tinggi Page I-6


1.4.6 Reaktor Fusi Fisika.

Pengguanaan tegangan dan Arus tinggi untuk membentuk Plasma pada


temperatur yang sangat tinggi.

Saat ini : 2600 KWS dan direncanakan : 50 – 100 MWs

1.4.7 Phenomena Petir

1.5 Elektromagnetika -------- Analisis Vektor

1.5.1 Notasi Vektor

Ada dua macam besaran yaitu besaran skalar dan besaran vektor. Besaran
skalar merupakan besaran yang dapat dinyatakan dengan sebuah bilangan nyata.
Simbol x, y dan z yang dipakai dalam aljabar dasar ialah skalar, dan besaran yang
dinyatakannya adalah besaran skalar. Contoh-contoh besaran skalar adalah jarak
(L), waktu (t), temperatur (T), massa, kerapatan, tekanan, volume, hambatan,
tegangan dan lain-lain.

Besaran vektor (kuantitas vektor) mempunyai besaran dan arah dalam


ruang. Contoh-contoh besaran vektor adalah gaya, kecepatan, percepatan, garis
lurus yang menghubungkan kutub positif dan negatif dalam sebuah baterei.

Untuk membedakan besaran vektor (besaran yang mempunyai besar dan


arah) dari besaran skalar (besaran yang hanya mempunyai besar saja), besaran
vektor dituliskan dengan cara tertentu. Suatu vektor satuan, yakni vektor
dengan harga absolut (atau magnitud, atau “lambang”) satu,

Bab I : Pengantar Teknik Tegangan Tinggi Page I-7


dinyatakan dengan huruf kecil. Vektor satuan dalam arah vektor A dapat
ditentukan dengan membagi A dengan nilai absolutnya :

| |

Dimana | |

Dengan mempergunakan vektor satuan ax, ay, az sepanjang sumbu x, y, dan z dari
sistem koordinat kartesian, maka sebarang vektor dapat dituliskan dalam bentuk
komponen :

A = Axax + Ayay + Azaz

1.5.2 Aljabar Vektor

a. Vektor-vektor dapat dijumlahkan dan dikurangkan


A B = (Axax + Ayay + Azaz) (Bxax + Byay + Bzaz)
= (Ax Bx)ax + (Ay By)ay + (Az Bz)az
b. Dengan penerapan hukum-hukum asosiatif, distributif, dan komutatif.
A + (B + C) = (A + B) = C
k(A + B) = kA + kB
(k1 + k2)A = k1A + k2A
A+B=B+A
c. Hasil kali titik (atau hasil kali skalar) dua vektor dapat didefenisikan sebagai :
A . B = AB Cos (baca “A titik B”)
dimana adalah sudut terkecil antara vektor A dan vektor B.
Dari bentuk komponen ditunjukkan bahawa :
A . B = AxBx + AyBy + AzBz
A.A=| |
d. Hasil kali silang (atau hasil kali vektor) duan vektor didefenisikan sebagai :
A x B = (AB Sin )n (baca “A silang B”).
dimana adalah sudut terkecil antara vektor A dan vektor B, dan an adalah
vektor satuan yang normal terhadap bidang yang dibuat oleh vektor A dan
vektor B dimana keduanya digambarkan berpangkal pada titik yang sama.

Bab I : Pengantar Teknik Tegangan Tinggi Page I-8


Sesungguhnya terdapat dua normal terhadap bidang tadi, sehingga diperlukan
spesifikasi lebih lanjut. Maka normal yang dapat dipilih adalah yang dalam
arah gerak maju sekrup-kanan jika vektor A diputar ke arah vektor B, melalui
sudut terkecil tadi. Karena persyaratan arah ini, maka hukum komutatif tak
berlaku pada hasil kali silang vektor. Bahkan sebaliknya yaitu A x B = - B x A.

Dengan menguraikan hasil kali silang vektor dalam bentuk komponen


memberikan :
A x B = (Axax + Ayay + Azaz) x (Bxax + Byay + Bzaz)
= (AyBz – AzBy)ax + (AzBx – AxBz)ay + (AxBy – AyBx)az
Persamaan ini lebih mudah diungkapkan sebagai determinan :

| |

1.5.3 Sistem Koordinat

Suatu permasalahan dengan simetri silindris atau simetri bola dapat saja
dirumuskan dan diselesaikan dalam sistem koordinat kartesian. Namun, solusi ini
tidak akan mengungkapkan sifat simetri tadi, lagi pula dalam banyak hal ia akan
menjadi lebih rumit. Sebab itulah, di samping sistem koordinat kartesian,
persoalan-persoalan vektor dipakai pula sistem koordinat silindris dan sistem
koordinat bola. Ketiga sistem koordinat tersebut dilukiskan dalam gambar di bawa
ini :

Bab I : Pengantar Teknik Tegangan Tinggi Page I-9


Titik P dinyatakan oleh tiga sistem koordinat, (x, y, z) dalam sistem
koordinat kartesian, (r, , z) dalam sistem koordinat silindris, dan (r, , ) dalam
sistem koordinat bola. Urutan menuliskan koordinat-koordinat itu penting dan
harus diikuti secara konsisten. Sudut mislanya, adalah sudut yang sama di
sistem koordinat silindris dan di sistem koordinat bola. Ia muncul dalam urutan
kedua pada sistem koordinat silindris tetapi dalam urutan ketiga pada sistem
koordinat bola. Simbol r yang sama dipakai baik dalam sistem koordinat silindris
maupun dalam sistem koordinat bola untuk dua hal yang sangat berbeda. Dalam
koordinat dilindris, r menyatakan jarak titik terhadap sumbu z, sedangkan dalam
koordinat bola r menunjukkannya terhadap titik asal.

Suatu titik juga didefinisikan sebagai perpotongan antara tiga permukaan


ortogonal, seperti tampak dalam gambar di bawah ini.

Dalam koordinat kartesian, permukaan itu adalah bidang datar tak


berhingga x = konstan, y = konstan, dan z = konstan. Dalam koordinat silindris z
= konstan adalah permukaan yang sama di koordinat kartesian. = konstan
adalah (separoh) bidang datar yang berbataskan sumbu z; r = konstan adalah suatu
silinder tegak berpenampang lingkaran. Ketiga permukaan ortogonal, dan
perpotongannya menentukan kedudukan P. Dalam koordinat bola = konstan
adalah (separoh) bidang datar yang sama seperti di koordinat silindris, r = konstan
adalah permukaan bola yang berpusat di titik asal, = konstan adalah suatu
kerucut lingkaran yang tegak berporos sumbu z dan berpuncak pada titik asal.
Perhatikan bahwa terbatas pada daerah 0 .

Bab I : Pengantar Teknik Tegangan Tinggi Page I-10


Gambar selanjutnya memperlihatkan tiga vektor satuan di titik P. Dalam
sistem koordinat kartesian ketiganya mempunyai arah yang tetap, tak bergantung
pada kedudukan P. Namun tidak demikian halnya pada kedua sistem yang lain
(kecuali az). Setiap vektor satuan adalah normal terhadap permukaan koordinatnya
dan dalam arah ke mana koordinat tersebut membesar.

Perhatikan bahwa ketiga sistem ini bersifat tangan kanan.

Bentuk vektor A dalam ketiga sistem koordinat itu adalah :

A = Axax + Ayay + Azaz (kartesian)

A = Arar + + (silindris)

A= + + (bola)

Komponen Az, Ar, dan sebagainya pada umumnya bukan konstanta, melainkan
lebih sering berupa fungsi dari koordinat-koordiant dalam sistem tersebut.

1.5.4 Volume Diferensial, elemen-elemen permukaan dan garis

Kalau koordiant titik P dikembangkan pada (x + dx, y + dy, z + dz) atau


(r + dr, atau (r + dr, , terbentuklan volume
diferensial dv dalam masing-masing sistem koordinat deperti ditunjukkan dalam
gambar di bawah ini.

Bab I : Pengantar Teknik Tegangan Tinggi Page I-11


Dari gambar dapat pula dibaca luas elemen-elemen permukaan yang membatasi
volume diferensial tersebut. Sebagai contoh, elemen permukaan diferensial yang
tegaklurus pada ar adalah dS = (r )(r sin ) = r2 sin .

Elemen garis diferensial dl adalah diagonal yang melalui P, maka :

dl2 = dx2 + dy2 + dz2 (kartesian)

dl2 = dr2 + r2d + dz2 (silindris)

dl2 = dr2 + r2d + r2 Sin2 d (bola)

1.5.5 Medan Vektor

Ungkapan vektor dalam teori elektromagnetik pada umumnya adalah


koefisien vektor satuan yang mengandung fungsi koordinat-koordinatnya. Oleh
karena itu, ia akan berubah nilai dan arahnya dari suatu titik ke titik lain dalam
daerah yang ditinjau. Misalkan vektor E = xax + yay. Nilai-nilai x dan y
disubstitusikan ke dalam ungkapan tersebut untuk memberikan E pada tempat-
tempat yang berbeda. Setelah dicoba beberapa titik, polanya menjadi jelas seperti
pada gambar di atas, yangmenunjukkan besaran meda E tersebut.

Disamping itu, suatu medan vektor dapat berubah dengan waktu. Maka
suatu medan berdimensi dua seperti tadi dapat diberi perubahan waktu misalnya :

Bab I : Pengantar Teknik Tegangan Tinggi Page I-12


E=( xax + yay) sim wt

Atau

E=( xax + yay) ejwt

Contoh Soal dan Jawaban

1. Apa pengertian teknik tegangan tinggi?


Pengertian teknik tegangan tinggi adalah teknik yang terkait dengan sistem
tegangan tinggi yang meliputi : teknik pembangkitan tegangan tinggi, teknik
pengukuran tegangan tinggi dan aplikasi tegangan tinggi.
2. Sebutkan aplikasi teknik tegangan tinggi!
Aplikasi teknik tegangan tinggi antara lain :
a. Pemacu partikel bermuatan
b. Reaktor fusi fisika
c. Mikroskop elektron
d. Elektromedis
e. Elektrostatis
f. Teknik frekuensi tinggi
g. Fenomena petir
3. Sebutkan 3 (tiga) parameter utama sistem transmisi!
Sistem transmisi mempunyai 3 (tiga) parameter utama yaitu :
a. Daya yang disalurkan, P (MW)
b. Besar tengan transmisi, U (kV)
c. Jarak yang ditempuh, L (km)

Bab I : Pengantar Teknik Tegangan Tinggi Page I-13


Soal-Soal

1. Jelaskan hakekat mengapa tegangan harus ditinggikan?


2. Sebukan dan jelaskan biaya variabel tegangan tinggi!
3. Sebutkan dan jelaskan biaya tetap tegangan tinggi!
4. Jelaskan perkembangan transmisi tegangan tinggi di Indonesia hingga saat
ini!
5. Jelaskan hubungan antara U (tegangan), P (daya), dan L (jarak), untuk
memperoleh sistem tegangan transmisi yang optimum!.

Daftar Pustaka

1. Artono Arismunandar, Teknik Tegangan Tinggi, PT. Pradnya Paramita,


Jakarta, 2001
2. Dieter Kind, “Pengantar Teknik Eksperimental Tegangan Tinggi”, Penerbit
ITB, Bandung, 1993
3. Kuffel, E., Zaengl, W.S., Kuffel, J., High Voltage Engineering Fundamentals,
Published By Butterworth-Heinermann, 2000
4. Joseph A. Edminister, theory and Problems of Electromagnetics (Schaum Series).
McGraw-Hill. Inc, 1984

Bab I : Pengantar Teknik Tegangan Tinggi Page I-14

Anda mungkin juga menyukai